BAB 1,2,3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini buku semakin besar peranannya. Salah satunya sebagai

sumber informasi dan menjadi guru yang dapat hadir kapan saja. Seperti yang
dikatakan Sitepu (2012:23) bahwa buku merupakan media yang dapat memuat
dan menyajikan berbagai informasi dan berbagai keperluan. Dalam dunia
pendidikan, buku juga merupakan sarana informasi bagi guru maupun peserta
didik. Pembelajaran di kelas bisa efektif dan efisien jika ada buku yang
menunjang karena buku merupakan pedoman bagi pendidik maupun pengajar
dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muslich
(2010:23) yang menyatakan bahwa administrator pendidikan dapat mengelola
pendidikan dengan efektif dan efisien dengan berpedoman pada aturan-aturan dan
kebijakan yang tertuang pada buku. Buku dapat dikatakan memiliki peranan yang
sangat penting dalam proses pembelajaran di kelas.
Buku-buku yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran ada beragam
jenisnya. Misalnya buku acuan, buku pegangan, buku teks atau buku pelajaran,
buku latihan, buku kerja atau buku kegiatan, buku catatan dan buku bacaan. Selain

itu, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2008
juga mengkategorikan jenis buku, seperti buku teks pelajaran, buku panduan guru,
buku pengayaan dan buku referensi. Salah satu buku yang menunjang dalam
bidang pendidikan yaitu buku pengayaan.

1

2
Buku pengayaan mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Hal
ini sesuai Permendiknas pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa “selain buku teks
pelajaran, pendidik dapat mengggunakan buku panduan pendidik, buku
pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran”. Jadi buku pengayaan
juga penting dalam pendidikan karena memperkaya materi selain pada buku teks
pelajaran. Selain itu buku pengayaan juga bisa dijadikan buku bacaan umu,
komik, cerita, maupun pendidikan karakter. Buku pengayaan yang baik yaitu buku
pengayaan yang benar-benar menunjang buku teks yang digunakan di sekolah.
Peserta didik bisa meningkatkan kemampuan berpikir dan memperluas
wawasannya dengan sering membaca buku pengayan yang bermutu. Karena
begitu pentingnya buku pengayaan, pemerintah mengadakan paling tidak setahun
sekali tentang penilaian buku teks dan buku pengayaan dengan melibatkan pakar

ahli dari berbagai universitas di Indonesia. Jadi buku-buku hasil penilaian tersebut
layak untuk digunakan untuk umum maupun jenjang pendidikan tertentu.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, belum ada buku pengayaan yang
khusus membahas materi menulis teks prosedur kompleks secara mendalam.
Misalnya buku pengayaan yang ditemukan yaitu buku yang berjudul
“Pendalaman Buku Teks Bahasa Indonesia” karya Handoko Setiyono. Buku
pengayaan tersebut masih terdapat materi teks yang lain yaitu teks anekdot, teks
eksposisi, teks laporan hasil observasi, dan teks negosiasi. Oleh sebab itu, untuk
menunjang kegiatan pembelajaran, sangat dibutuhkan buku yang dapat membantu
peserta didik dalam pembelajaran. Salah satunya yakni buku pengayaan yang
khusus berisi materi teks prosedur kompleks. Masalah krusial yang terjadi pada

3
kurikulum saat ini yaitu kurang cepatnya pemerintah dalam mendistribusikan
buku teks, sehingga di sekolah masih banyak guru dan peserta didik belum
memiliki buku teks kurikulum 2013 yang berkaitan dengan materi menulis teks
prosedur kompleks.
Para penerbit buku swasta juga tidak lupa untuk menerbitkan buku teks
yang berkaitan dengan kurikulum 2013, misalnya Erlangga yang memang
berkecimpung dalam menerbitkan buku teks yang berkaitan dengan pendidikan.

Misalnya buku yang berjudul “Cerdas Berbahasa Indonesia, untuk SMA/MA
Kelas X” karya kosasih belum mencapai sasaran yang diharapkan. Selain itu,
aspek kegrafikaan khususnya ilustrasi pada buku teks tersebut kurang menarik.
Padahal ilustrasi gambar juga berperan penting sebagai rangsangan kepada peserta
didik agar lebih tertarik untuk mendalami materi tertentu. Akhirnya buku teks
tersebut kurang dimaksimalkan oleh pendidik maupun peserta didik. Terbukti
bahwa peserta didik dan guru yang diobservasi tidak memanfaatkan buku teks
tersebut. Maka dari itu, perlu pembuatan buku pengayaan yang memang khusus
dibuat untuk materi teks prosedur kompleks.
Buku pengayaan tentang materi teks prosedur kompleks sudah pernah di
buat oleh Setyomurdian (2014). Buku pengayaan tersebut dihasilkan dari
penelitiannya dengan judul “Pengembangan Buku Pengayaan Keterampilan
Membaca Teks Prosedur Kompleks Berdasarkan Pendekatan CLIL pada Peserta
Didik SMK ”. Aspek kebahasaan yang menjadi landasan penelitiannya adalah
aspek membaca. Dalam pembelajaran bahasa, aspek membaca merupakan
keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Keterampilan bersifat reseptif

4
merupakan kemampuan yang pasif artinya hanya proses input saja yang dialami
pembelajar bahasa. Proses output atau produktif kurang berperan. Tentu saja hal

itu kurang maksimal jika digunakan sebagai tujuan pembelajaran untuk peserta
didik. Peserta didik diharapkan bisa aktif atau produktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan tersebut, buku pengayaan yang dihasilkan oleh
Setyomurdian terdapat kelemahan yaitu kurang terlibatnya peserta didik untuk
bisa produkif. Maka dari itu peserta didik bukan hanya sampai pada tahap aspek
reseptif saja, tetapi perlu sampai tahap produktif. Dalam penelitian ini, peserta
didik bukan hanya akan mempelajari aspek membaca teks prosedur kompleks
tetapi sudah pada tahap menulis teks prosedur kompleks. Karena pada dasarnya
pembelajaran menulis teks prosedur kompleks menyuluruh menyentuh ranah
kompetensi dasar yang ada pada kurikulum 2013.
Pada Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis.
Standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia yang merupakan kualifikasi
kemampuan

minimal

peserta


didik

yang

menggambarkan

penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan sastra
Indonesia. Selain itu, standar kompetensi adalah dasar bagi peserta didik untuk
dapat memahami dan mengakses perkembangan lokal, regional, dan global.
Dalam penelitian ini akan dikaji kemampuan menulis. Kemampuan menulis
sangat diperlukan peserta didik dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Kemampuan menulis pada prinsipnya adalah melihat adanya hubungan antara

5
kemampuan menulis dengan keterampilan membaca melalui penulis dan
pembaca. Apabila menuliskan sesuatu, maka orang lain atau pembaca sedikit
banyak akan terlibat di dalamnya.
Walaupun pembelajaran menulis telah diberikan sejak jenjang pendidikan

sekolah dasar sampai dengan jenjang perguruan tinggi, hasil yang dicapai belum
memuaskan pihak penyelenggara maupun lulusan pendidikan. Kemampuan
menulis yang dimiliki peserta didik di berbagai jenjang pendidikan umumya
masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Abidin
(2012:190) dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa kemampuan menulis
masih menyisakan masalah serius bagi pendidikan dasar sampai ke perguruan
tinggi. Misalnya dari tingkat dasar sampai menengah, peserta didik belum mampu
menulis secara mandiri dengan hasil yang memuaskan. Bahkan di perguruan
tinggi kemampuan mahasiswa dalam menulis makalah masih rendah dan
cenderung plagiat dari internet tanpa menggunakan kaidah penulisan ilmiah yang
baik.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di beberapa sekolah yaitu SMA
Negeri 1 Pemalang, SMA Negeri 5 Semarang, dan MAN 2 Kudus, terdapat
kendala yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran menulis khususnya
menulis teks prosedur kompleks. Observasi yang dilakukan dengan menggunakan
teknik wawancara kepada pendidik di SMA/MA tersebut. Beberapa kendala yang
dialami misalnya peserta didik masih merasa kesulitan dalam menentukan
langkah-langkah secara prosedur yang sesuai dengan topik yang sudah dipilih.
Kemudian kendala berikutnya yaitu terbatasnya media/alat peraga/bahan ajar


6
yang mampu memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam menulis teks
prosedur kompleks.
Kemampuan menulis peserta didik yang rendah disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor ini bisa disebabkan oleh guru atau pendidik. Faktor yang
pertama yaitu rendahnya peran guru dalam membina peserta didik agar terampil
menulis. Kemudian yang kedua yaitu kurangnya sentuhan guru dalam hal
memberikan berbagai strategi menulis yang tepat. Faktor yang terakhir yaitu
penggunaan pendekatan menulis yang kurang tepat. Maka dari itu, pendidik perlu
membuat strategi dan pendekatan agar peserta didik lebih kreatif lagi dalam
menulis. Dalam situasi formal, menurut Sukino (2010:5) banyak guru yang tidak
mampu membimbing muridnya untuk menulis dengan baik, runtut, dan menarik.
Sejalan dengan kurikulum 2013 bahwa peserta didik harus lebih aktif dan kreatif
dalam pembelajaran menulis. Peserta didik juga harus ada motivasi dari diri untuk
keberhasilan pembelajaran menulis. Seperti yang dikemukakan Suyanto (2012:2)
bahwa keberhasilan dalam menulis ditentukan oleh aspek motivasi, baik motivasi
yang bersifat individual atau dari diri sendiri maupun motivasi yang bersifat
substansial universal. Dari faktor motivasi tersebut akan mendorong rasa percaya
diri untuk menulis, khususnya dalam penelitian ini yaitu menulis teks prosedur
kompleks.

Pembelajaran menulis teks prosedur kompleks terdapat pada salah satu
kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA/MA. Kompetensi
dasar tersebut yaitu “4.2 Memproduksi teks anekdot, eksposisi, laporan hasil

7
observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi yang koheren sesuai dengan
karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan”.
Dalam menulis teks prosedur kompleks dibutuhkan adanya ketelitian,
kepaduan, keruntutan, dan kelogisan antara kalimat satu dan kalimat yang lain,
dan antara sebuah paragraf dan paragraf berikutnya sehingga membentuk sebuah
karangan yang baik dan utuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2009:93)
bahwa teks atau wacana dapat dibentuk dari kalimat satu dengan kalimat yang
lain yang disusun secara padu.
Peserta didik yang kreatif dan inovatif memang diperlukan sebagai bekal
kehidupan kelak untuk menghadapi perkembangan zaman yang semakin
kompetitif. Peserta didik mendapatkan ilmu yang telah mereka pelajari sebagai
alat untuk bertahan hidup dan mencapai semua impian yang mereka harapkan,
sehingga mereka nanti menjadi bibit unggul yang bisa memajukan kesejahteraan
ekonomi dan mampu membuka lapangan pekerjaan. Maka dari itu, perlu
menanamkan pendidikan kewirausahaan sejak dini. Sejak peserta didik mengikuti

pendidikan formal. Hal tersebut karena pendidikan kewirausahaan memiliki nilainilai yang baik untuk bekal peserta didik dalam menghadapi MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean). Apalagi jika dilihat bahwa sebagian besar dari lulusan
pendidikan menengah kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang
pendidikan kewirausahaan. Hal tersebut bisa menambah pengangguran di
masyarakat kita.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) khusus wilayah Jawa Tengah
diketahui jumlah pengangguran terbuka pada bulan februari 2016 didominasi

8
lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mencapai 6,83% disusul sekolah
menengah pertama (SMP), diploma I/II/III, dan universitas sebesar 4,75% dan
sekolah dasar (SD) sebesar 2,73%. Menurut Kepala BPS Jateng Bapak Margo
Yuwono bahwa jumlah pengangguran terbuka SMA dan diploma I/II/III dan
universitas mengalami peningkatan dibanding Februari 2015 yang hanya 5.53%
untuk SMA dan 3,31% untuk diploma I/II/III dan universitas. Maka dari itu perlu
adanya pendidikan kewirausahaan khususnya untuk peserta didik SMA.
Pendidikan kewirausahaan bisa diintegrasikan dalam pembelajaran pada
setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma dan
nilai-nilai pada setiap pelajaran perlu dikembangkan dan dikaitkan dengan
konteks sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan kewirausahaan bukan hanya pada

tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengamatan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Nilai-nilai yang bermuatan kewirausahaan perlu dikenalkan dan dimiliki
oleh peserta didik maupun anak pada umumnya. Nilai-nilai kewirausahaan
dianggap paling pokok dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Nilai-nilai tersebut ada 17 yaitu mandiri, kreatif, berani mengambil resiko,
berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif,
tanggung jawab, kerjasama, pantang menyerah (ulet), komitmen, realistis, rasa
ingin tahu, komunikatif, dan motivasi kuat untuk sukses.
Dalam mengembangkan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks
akan disematkan juga nilai-nilai bermuatan kewirausahaan. Muatan nilai tersebut
secara konseptual akan dimasukan dalam aspek isi buku pengayaan pada aspek

9
kelayakan isi berupa teks bacaannya dan pada aspek kegrafikaan berupa ilustrasi
gambarnya. Kemudian nilai pokok tersebut akan dimasukan juga pada
pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi.
Nilai-nilai pokok kewirausahaan tersebut tidak secara langsung dilaksanakan oleh
satuan pendidikan, namun dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal diambil
berdasarkan nilai pokok kewirausahaan yang didapat dari kebutuhan peserta didik

dan guru. Setiap jenjang satuan pendidikan dapat menginternalisasikan nilai-nilai
kewirausahaan berdasarkan keperluan sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa alasan perlu dikembangkannya
buku pengayaan untuk kemampuan menulis teks prosedur kompleks yang
bermuatan nilai-nilai kewirausahaan, sehingga dapat ditarik sebuah judul
penelitian, yakni “Pengembangan Buku Pengayaan Menulis Teks Prosedur
Kompleks yang Bermuatan Nilai-Nilai Kewirausahaan untuk Peserta Didik
SMA/MA”.
1.2

Identifikasi Masalah
Dalam suatu pembelajaran, buku merupakan hal yang wajib di miliki oleh

guru maupun peserta didik sebagai sumber ilmu pengetahuan. Saat ini telah
banyak ditemukan buku-buku pembelajaran yang dapat digunakan sekolah. Baik
dari pemerintah maupun penerbit swasta sudah banyak menerbitkan buku-buku
yang digunakan sebagai pegangan guru maupun peserta didik. Namun, dengan
adanya kurikulum 2013, belum banyak buku yang diterbitkan yang berkaitan
dengan kurikulum 2013. Maka dari itu, guru dan peserta didik membutuhkan
adanya buku pengayaan yang sesuai dengan kompetensi inti kurikulum 2013
terutama pada menulis teks prosedur kompleks yang dibuat khusus untuk peserta

10
didik maupun guru. Kemudian kurangnya kemampuan menulis khususnya
menulis teks prosedur kompleks peserta didik, sulitnya guru memberikan
pemahaman kepada peserta didik karena minimnya bahan dan media ajar.
Pertama, sampai sekarang ini belum banyak buku mengenai menulis teks
prosedur kompleks khususnya buku pengayaan. Buku yang ada saat ini hanya
berupa buku pegangan peserta didik dan guru yang diedarkan oleh pemerintah
maupun penerbit swasta.
Kedua, buku menulis teks prosedur kompleks belum ada yang khusus dibuat
dalam konteks SMA/MA, sehingga dibutuhkan penyesuaian serta adaptasi agar
buku pengayaan tersebut bisa sesuai dan dapat digunakan pada tingkatan tersebut.
Buku yang sesuai inilah yang nantinya bisa lebih tepat digunakan dalam
pembelajaran menulis teks prosedur kompleks untuk peserta didik SMA/MA.
Ketiga, peserta didik cenderung lebih suka dengan buku-buku yang
menyenangkan. Menariknya buku pengayaan bergantung bagaimana pengemasan
serta isi dari buku tersebut yang tentu saja sesuai dengan kebutuhan peserta didik
SMA/MA. Buku pengayaan ini nantinya diharapkan mampu membangkitkan
minat peserta didik untuk mampu menulis teks prosedur kompleks.
Keempat, kesesuaian buku yang berdasarkan kurikulum 2013, sehingga
kurang tepat diajarkan dalam pembelajaran. Ada buku-buku yang lebih sering
mendikte peserta didik dan tidak mengembangkan potensi peserta didik dengan
cara yang kurang tepat.
Kelima, buku pengayaan yang sesuai materi teks prosedur kompleks belum
mengarah pada tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang menekankan pada
proses aktif peserta didik, sehingga peserta didik mampu produktif menghasilkan
sesuatu.

11
Keenam, nilai-nilai kewirausahaan sangat penting diintegrasikan dalam
pembelajaran disekolah. Pada kenyataannya masih belum bisa diimplementasikan
dengan baik oleh satuan pendidikan maupun dinas pendidikan. Oleh karena itu,
perlu pengenalan dunia wirausaha kepada peserta didik dimana dalam dunia
wirausaha tersebut terdapat nilai-nilai kewirausahaan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, akan dibuat buku pengayaan menulis
teks prosedur kompleks yang bermuatan nilai-nilai kewirausahaan untuk peserta
didik SMA/MA.
1.3

Cakupan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada

pengembangan buku pengayaan untuk kompetensi menulis teks prosedur
kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA.
Pengembangan buku pengayaan ini akan memperhatikan aspek isi, penyajian,
keterbacaan, dan grafika. Selain itu, pengembangan buku pengayaan ini akan
disesuaikan dengan kebutuhan guru dan peserta didik sesuai kompetensi yang ada
pada kurikulum 2013.

1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Bagaimanakah kebutuhan pengembangan buku pengayaan menulis teks
prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik
SMA/MA?
2) Bagaimanakah prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan menulis teks
prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik
3)

SMA/MA?
Bagaimanakah keefektifan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks
yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA?

12

1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Mendeskripsi kebutuhan pengembangan buku pengayaan menulis teks
prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik
2)

SMA/MA.
Menyusun prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan menulis teks
prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik

3)

SMA/MA.
Menentukan hasil keefektifan buku pengayaan menulis teks prosedur kompleks
yang bermuatan nilai kewirausahaan untuk peserta didik SMA/MA.

1.6 Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan masalah tersebut, penelitian ini dapat memberikan
manfaat secara teoretis dan praktis, yaitu (1) manfaat teoretis, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan teori tentang
pengembangan buku pengayaan, terutama pengembangan buku pengayaan
menulis teks prosedur kompleks tingkat SMA/MA dan (2) manfaat praktis, yaitu
bagi guru, peserta didik, sekolah, pemerintah, maupun peneliti lain.
Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif
pemilihan bahan ajar teks prosedur kompleks dan dapat mengembangkan
keterampilan guru bahasa Indonesia dalam menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, hasil dari
penelitian ini dapat juga dapat dijadikan tolok ukur guru dalam membuat
pembelajaran yang kreatif dan inovatif khususnya pembelajaran menulis prosedur
kompleks di SMA/MA.

13
Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memudahkan dalam
berlatih mengerjakan sesuatu sesuai prosedur. Selain itu, peserta didik diberi
kesadaran dan pengenalan terhadap dunia wirausaha sebagai bekal ilmu
pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada sekolah sebagai upaya meningkatkan kualitas menulis peserta didik untuk
menciptakan jiwa kewirausahaan dengan memanfaatkan berbagai potensi yang
ada. Selain itu, sekolah dapat meningkatkan mutu dan hasil belajar peserta didik
dengan bertambahnya pengetahuan guru-guru tentang cara mengembangkan buku
pengayaan yang memberikan kontribusi positif dalam perbaikan pembelajaran.
Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu dukungan
agar terlaksananya kurikulum yang berlaku. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumber referensi pada penelitian pengembangan buku
pengayaan menulis selanjutnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS,

14
DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian pengembangan sudah menjadi jenis penelitian yang banyak
dilakukan oleh akademisi seperti sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan
kuliahnya. Maka dari itu, sudah umum jika suatu penelitian harus mengacu
penelitian yang lain. Hal tersebut dilakukan sebagai titik tolok penelitian
selanjutnya. Selain itu, perlu juga meninjau penelitian lain agar bisa diketahui
relevansinya.
Penelitian relevan yang dijadikan kajian pustaka dalam peneitian ini yaitu
Skuy, et.al (2001), Lee, et.al (2005), Matlay (2008), Moss (2008), Martin (2011),
Kusumaningsih (2013), Riyanto (2013), Nadilestari (2013), Melinda (2013),
Jusman, dkk. (2014), Sorraya (2014), Setyomurdian (2014),
Skuy, et al (2001) melakukan penelitian dengan judul “Instrumenal
Enrichment as a Vehicle for Teachers in Implementing Outcomes Based
Education in South Africa”. Tujuan dari penelitian Skuy, et al yaitu untuk
mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami materi tertentu dan
meningkatkan potensi dari peserta didik. Metode yang digunakan yaitu peneltian
terapan. Hasil penelitiannyayaitu (1) instrumen pengayaan dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran tertentu (2)
Instrumen pengayaan yang dikembangkan dapat membantu meningkatkan atau
mengeluarkan potensi peserta didik secara maksimal (3) peserta didik terdorong
untuk berpikir kreatif dan bertukar pendapat serta pengalaman yang didapat
dengan peserta didik yang lain.

15
Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Skuy, et al dengan penelitian ini
yaitu terletak pada materi pengayaan yang memang penting diterapkan dalam
pembelajaran. Selain itu, peserta didik juga akan mendapatkan kaya pengetahuan
dari materi pengayaan.
Penelitian berkaitan dengan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh Lee,
et.al (2005) dengan judul “Impact of Entrepreneurship Education: A Comparative
Study of the U.S. and Korea”. Tujuan dari penelitian Lee, et.al yaitu (1) untuk
mengidentifikasi

perbedaan

antara

peran

budaya

dengan

pendidikan

kewirausahaan dan pengaruhnya, (2) untuk menunjukan kebaruan bagi pendidikan
kewirausahaan di AS dan Korea, (3) hasil penelitian ini dapat diterapkan luas
untuk negara-negara lain yang dapat berkontribusi bagi ekonomi. Metode
penelitian yang digunakan Lee, et.al yaitu penelitian komparatif. Hasil dari
penelitian ini yaitu dampak pendidikan kewirausahaan di Korea jauh lebih besar
daripada di Amerika Serikat. Dari hasil penelitian tersebut sangat menyarankan
bahwa dampak pendidikan kewirausahaan di negara-negara yang mana
kewirausahaan berorientasi budaya yang miskin atau masih dalam tahap
pengembangan akan lebih besar daripada yang di negara-negara dengan budaya
berorientasi kewirausahaan yang kuat. Relevansi penelitian Lee, et.al dengan
penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel pendidikan kewirausahaan
sebagai kajian penelitiannya.
Penelitian tentang pendidikan kewirausahaan juga dilakukan oleh Matlay
(2008) dengan judul “The Impact of Entrepreneurship Education on
Entrepreneurial Outcomes”. Tujuan dari penelitiannya yaitu untuk mengetahui

16
pengaruh dari pendidikan kewirausahaan terhadap hasil kewirausahaan. Metode
penelitian yang digunakan oleh Matlay yaitu metode penelitian kuantitatif dengan
pendekatan secara deskriptif. Hasil dari penelitiannya yaitu menunjukan bahwa
kebutuhan pendidikan kewirausahaan tidak cocok untuk hasil kewirausahaan
dalam hal keterampilan, pengetahuan, dan sikap kewirausahaan. Ketidakcocokan
ini mempengaruhi persepsi pengusaha akan kebutuhan pendidikan yang
sebenarnya dan masa depan. Relevansi penelitian yang dilakukan Matlay dengan
penelitian ini yaitu terletak pada variabel pendidikan kewirausahaan.
Penelitian tentang teks prosedur dilakukan oleh Moss (2008) dengan judul
“The Information Text Gap: The Mismatch Between Non-Narrative Text Types in
Basal Readers and 2009 NAEP Recommended Guidelines”. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk membandingkan genre teks (ekspositoris, argumentasi dan
persuasif, atau prosedural dan dokumen) dalam dua langkah yang dilakukan oleh
pembaca pemula California-diadopsi (kelas 1 sampai 6) dengan pedoman jenis
teks informasi dalam kerangka NAEP 2009. Metode yang digunakan dari
penelitian Moss yaitu analisis deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitiannya
yaitu (1) keseluruhan menunjukkan bahwa 40% dari halaman/pilihan di kedua seri
yang dikhususkan teks nonfiksi, dan bahwa 50% dari pilihan teks nonfiksi yang
ekspositoris dan 33% adalah nonfiksi sastra. (2) pembaca pemula mengekspos
siswa untuk lebih banyak teks nonfiksi, tetapi bahwa paparan teks informasi
masih kurang dari yang direkomendasikan oleh 2009 NAEP dan terbatas terutama
untuk eksposisi.

17
Relevansi penelitian yang dilakukan Moss dengan penelitian ini yaitu
variabel berupa teks prosedur sebagai salah satu kajian dalam penelitian. Teks
prosedur merupakan salah satu genre teks dalam pembelajaran berbasis teks.
Penelitian yang berjudul “Exploring Informational Text Comprehension:
Reading Biography, Persuasive Text, and Procedural Text in Elementary Grades”
dilakukan oleh Martin (2011). Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua
permasalahan yaitu (1) apakah siswa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
tiga bentuk teks (biografi, persuasif, dan teks prosedur), (2) bagaimana
pemahaman siswa terhadap ketiga teks tersebut pada tingkat kelas yang berbeda.
Metode yang digunakan penelitiannya yaitu metode cross-sectional. Hasil
penelitiannya yaitu menunjukkan bahwa pemahaman peserta berbeda secara
signifikan berdasarkan genre dan tingkat kelas. Mereka melaporkan adanya proses
yang berbeda. Pembaca tingkat kelas SD menggunakan pendekatan yang berbeda
untuk memahami teks informasi sebelum kelas tiga dan dengan setidaknya salah
satu dari tiga jenis fokus pada informasi teks. Relevansi penelitian Martin dengan
penelitian ini adalah variabel berupa teks prosedur sebagai salah satu kajian dalam
penelitian.
Penelitian yang berkaitan dengan genre teks dilakukan oleh Kusumaningsih
(2013) dengan judul “Indonesian Text Role as Draft Science in Curriculum 2013:
Assessment in Introducion Text Structure Strategies in an Indonesian Book”.
Penelitian Kusumaningsih bertujuan untuk (1) untuk menjelaskan peran teks
sebagai penghela mata pelajaran yang terintegrasi dengan bahasa Indonesia, (2)
untuk mengetahui karakteristik dari berbagai teks yang dapat digunakan dalam

18
buku bahasa Indonesia SMA kelas X, (3) cara untuk mengetahui strategi setiap
jenis teks. Metode yang digunakan dalam penelitian kusumaningsih yaitu
penelitian pengembangan. Hasil penelitain tersebut yaitu (1) model pembelajaran
yang dikembangkan didalam buku siswa meliputi tahapan membangun
pengetahuan berkaitan dengan teks, pemodelan teks, membangun teks secara
berkelompok, dan membangun teks secara mandiri. (2) strategi pengenalan
struktur teks mulai dari teks laporan hasil observasi, teks prosedur kompleks, teks
eksposisi, teks anekdot, dan teks negosiasi. Relevansi penelitian ini dengan
penelitian Kusumaningsih yaitu sama-sama mengkaji tentang genre teks.
Penelitian ini hanya difokuskan pada genre teks prosedur kompleks sedangkan
Kusumaningsih mencakup semua genre teks mulai dari teks observasi, teks
prosedur kompleks, teks eksposisi, teks anekdot, dan teks negosiasi.
Riyanto (2013) melakukan penelitian mengenai “Pengembangan Buku
Pengayaan Keterampilan Membaca Bahasa Indonesia yang bermuatan Nilai
Kewirausahaan pada Peserta didik SMP Kelas VIII”. Metode penelitian yang
digunakan Riyanto yaitu penelitian pengembangan (R&D). Dalam penelitiannya
tersebut menunjukan hasil bahwa mengembangkan buku pengayaan yang
diintegrasikan dengan nilai kewirausahaan dapat meningkatkan keterampilan
membaca dan juga bisa menumbuhkan jiwa wirausaha pada peserta didik.
Relevansi penelitian yang dilakukan Riyanto dengan penelitian ini yakni samasama mengintegrasikan nilai-nilai kewirausaahaan dalam pembelajaran dan juga
sama-sama menggunakan metode penelitian pengembangan.
Nadilestari (2013) melakukan penelitian dengan judul “Teknik Picture and
Picture dalam Pembelajaran Menulis Teks Prosedur Kompleks”. Tujuan

19
penelitian yang ingin dicapai adalah untuk menguji keefektifan teknik picture and
picture dengan mengetahui hal-hal berikut ini: 1) kemampuan menulis teks
prosedur kompleks siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, 2) proses
pembelajaran menulis teks prosedur kompleks pada siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol dengan teknik pembelajaran picture and picture, 3) perbedaan yang
signifikan antara kemampuan menulis teks prosedur kompleks pada siswa
sebelum dan sesudah diterapkan teknik pembelajaran picture and picture. Metode
penelitian yang digunakan Nadilestari yaitu metode penelitian eksperimen.
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut yaitu adanya perbedaan yang
signifikan rata-rata nilai pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun
nilai rata-rata pascates kelas eksperimen adalah 80.69 masuk kedalam kategori
nilai “baik” dan rata-rata nilai pascates kelas kontrol adalah 78.79 masuk ke dalam
kategori nilai “cukup” . Dari nilai rata-rata tersebut dapat pula disimpulkan bahwa
teknik picutre and picture lebih baik dari media bagan.
Relevansi penelitian ini dengan peneliti yang dilakukan oleh Nadilestari
yaitu variabel yang dikaji. Penelitian ini mengkaji tentang prosedur kompleks,
begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh ardisa Nadilestari.
Selanjutnya penelitian tentang teks prosedur kompleks juga dilakukan oleh
Melinda dkk (2013). Peneltian ini berjudul “Teaching Writing Procedure Text
Through Demonstration”. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menguji
keefektifan teknik demonstrasi terhadap nilai peserta didik dalam materi teks
prosedur. Penelitian yang dilakukan oleh Melinda Prawati, Sofian, Endang
Susilawati menggunakan metode Pre-Experimental Studi. Hasil penelitiannya

20
yaitu teknik demonstrasi efektif dilakukan dalam pembelajaran teks prosedur pada
siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai rata-rata tes awal 47,75 dari 10 siswa.
Kemudian nilai rata-rata tes akhir yaitu 70,75. Dari nilai rata-rata tes awal dan tes
akhir dapat dilihat dengan rumus t-hitung (6,10>2.228 di 5%). Bisa disimpulkan
bahwa teknik demonstrasi dapat meningkatkan pembelajaran teks prosedur pada
siswa. Relevansinya penelitian Melinda dkk. dengan penelitian ini yaitu samasama variabelnya teks prosedur. Namun metode penelitian yang digunakan
berbeda dengan penelitian ini.
Penelitian tentang teks prosedur kompleks juga dilakukan oleh Jusman, dkk.
(2014) dengan judul “Developing Students Ability in Writing Procedure Text by
Using Sequence Picture”. Tujuan dari penelitian Jusman, dkk. yaitu untuk
mengetahui apakah penggunaan urutan gambar dapat meningkatkan kemampuan
menulis siswa kelas 9 SMP Negeri 8 Pasangkayu. Metode penelitian ini
menggunakan penelitian eksperimen. Hasil dari penelitiannya yaitu menunjukan
skor nilai siswa dari kelas eksperimen dalam pretes yaitu 5,13 dan postes 6,57.
Sementara nilai rata-rata kelas kontrol dalam pretes 4.92 dan postes adalah 5,93.
Dengan menerapkan 0,05 tingkat makna dan 48 (25 + 25 – 2) derajat kebebasan
(df), para peneliti menemukan bahwa t-hitung nilai (3.14) yaitu lebih besar dari
nilai t-tabel (1.992). Dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima.
Berdsarkan hasil uji t tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis siswa
dalam prosedur teks dapat dikembangkan melalui urutan gambar. Relevansi
penelitian yang dilakukan oleh Jusman, dkk dengan penelitian ini yaitu samasama mengkaji keterampilan menulis teks prosedur kompleks.

21
Penelitian mengenai teks prosedur kompleks juga dilakukan oleh Sorraya
(2014). Penelitian itu berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Teks Prosedur
Kompleks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas X SMK”. Tujuan
dari penelitian yang dilakukan Sorraya yaitu (1) membuat model bahan ajar teks
prosedur kompleks dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas X
SMK, (2) membuat model bahan ajar teks prosedur kompleks dalam pembelajaran
bahasa Indonesia untuk siswa kelas X SMK, (3) membuat model bahan ajar teks
prosedur kompleks dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas X
SMK yang mempunyai kelayakan bahasa. Metode penelitian yang dilakukan
Sorraya yaitu metode penelitian pengembangan (R&D). Hasil penelitian yang
diperoleh dari penelitian Sorraya yaitu bahwa produk pengembangan pada bahan
ajar meliputi beberapa kompetensi dasar yang didasarkan pada aspek-aspek (1)
kesesuaian bahan ajar dengan materi, (2) kemudahan bahan ajar, (3) kesesuaian
bahan ajar berbiacara dengan KD-KD dalam standar isi, (4) keaktualan isi bahan
ajar teks prosedur kompleks dilihat dari kebutuhan siswa, (5) kejelasan petunjuk
yang menyertai bahan ajar, (6) kemanfaatan bahan ajar.
Relevansinya penelitian yang dilakukan oleh Artifa Sorraya dengan
penelitian ini yaitu variabelnya mengkaji tentang teks prosedur kompleks. Selain
itu, metode penelitiannya juga relevan yaitu menggunakan metode penelitian
pengembangan (R&D).
Penelitian
Setyomurdian

tentang
(2014)

teks

prosedur

dengan

judul

kompleks

juga

“Pengembangan

dilakukan
Buku

oleh

Pengayaan

Keterampilan Membaca Teks Prosedur Kompleks Berdasarkan Pendekatan CLIL

22
Pada Peserta didik SMK”. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui
kebutuhan pengembangan buku pengayaan menurut persepsi peserta didik dan
guru, (2) menyusun prinsip-prinsip pengembangan buku pengayaan, dan (3)
menguji keefektifan buku pengayaan. Metode penelitian yang digunakan yaitu
penelitian pengembangan (R&D). Penelitian yang dilakukan Setyomurdian
menunjukan adanya keefektifan buku pengayaan digunakan dalam pembelajaran
menulis teks prosedur kompleks. Relevansi penelitian yang dilakukan oleh
Setyomurdian yaitu sama-sama mengembangkan buku pengayaan dengan variabel
yang sama-sama teks prosedur kompleks. Begitu juga dengan metode penelitian
yang digunakan sama-sama menggunakan penelitian pengembangan (R&D).
Berdasarkan kajian pustaka yang sudah dipaparkan di atas, penelitian
mengenai buku pengayaan, teks prosedur kompleks, dan nilai kewirausahaan
sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian-penelitian
tersebut dijadikan pelengkap dalam penelitian ini. Namun, penelitian terdahulu
tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian ini. Dalam penelitian sebelumsebelumnya, belum ada yang mengembangkan buku pengayaan menulis teks
prosedur kompleks yang bermuatan nilai kewirausahaan. Jadi, penelitian ini
kiranya mempunyai kedudukan yang strategis, sehingga penelitian ini perlu
dilakukan untuk menambah khasanah dalam penelitian pengembangan.
2.2 Kerangka Teoretis
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi buku
pengayaan, menulis teks prosedur kompleks, dan nilai kewirausahaan. Berikut
uraian mengenai teori-teori tersebut.

23

2.2.1 Buku Pengayaan
Teori tentang buku pengayaan yang akan dipaparkan di sini meliputi definisi
buku pengayaan, fungsi buku pengayaan, prinsip-prinsip pengembangan buku
pengayaan, dan kaidah buku pengayaan. Berikut paparan mengenai teori tersebut.
2.2.1.1 Definisi Buku Pengayaan
Sebelum mengetahui istilah dari buku pengayaan, sebaiknya identifikasi
terlebih dahulu definisi dari buku. Menurut Sitepu (2012:13) yang dimaksud buku
adalah kumpulan kertas berisi informasi, tercetak, disusun secara sistematis,
dijilid serta bagian luarnya diberi pelindung terbuat dari kertas tebal, karton atau
bahan lain. Sedangkan menurut Prastowo (2013:168) buku adalah bahan tertulis
dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang di jilid dan di beri kulit (cover),
yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh
pengarangnya.
Kusmana (2009) mengemukakan tentang pengertian buku pengayaan. Buku
pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan
meningkatkan penguasaan ipteks dan keterampilan; membentuk kepribadian
peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya. Adanya
buku pengayaan dapat menjadi bahan bacaan bagi peserta didik, pendidik,
pengelola pendidikan, dan masyarakat lainnya.
Menurut Prastowo (2012:40-41) buku pengayaan merupakan bahan ajar
pembelajaran yang tergolong bahan ajar cetak yang tidak diproyeksikan. Buku
pengayaan juga termasuk dalam buku pelajaran pelengkap atau buku pengayaan
berisi informasi yang melengkapi buku pelajaran pokok.

24
Selanjutnya Sitepu (2012:17) juga mendefinisikan tentang buku pengayaan.
Buku pengayaan menurut Sitepu adalah buku yang memuat materi yang dapat
memperkaya buku teks pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi.
Penyajian isi buku sekolah menggunakan pendekatan psikologi dan pedagogik
dengan model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar dan membelajarkan.
Pendekatan dalam menyusun buku pendidikan tinggi lebih mengacu pada
pendekatan isi atau disiplin ilmu.
Berdasarkan Pendapat dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan definisi
dari buku pengayaan. Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi tertentu
secara mendalam yang berfungsi sebagai pelengkap dari buku teks dan
memperkaya pengetahuan peserta didik mulai dari pendidikan dasar, menengah,
dan perguruan tinggi.
2.2.1.2 Fungsi Buku Pengayaan
Menurut Greene dan Petty (dalam Husen 1997), mengemukakan fungsi dari
buku pengayan. Fungsi tersebut yaitu pertama, mencerminkan sudut pandang
yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan
aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan. Kedua, menyajikan suatu
sumber pokok masalah atau subject matter yang kaya, mudah dibaca dan
bervariasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik, sebagai
dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan sehingga keterampilanketerampilan ekspresional diperoleh di bawah kondisi-kondisi yang menyerupai
kehidupan sebenarnya. Ketiga, menyajikan suatu sumber yang tersusun rapi dan
bertahap mengenai keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok
dalam komunikasi. Keempat, menyaksikan bersama-sama dengan buku manual

25
yang mendampingi metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk
memotivasi peserta didik. Kelima, menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam)
awal yang perlu dan juga sebagai penunjang latihan-latihan dan tugas-tugas
praktis. Keenam, menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remidial yang serasi dan
tepat guna.
Selanjutnya menurut Muslich (2008:52) mengemukakan bahwa fungsi buku
pengayaan mencakup beberapa hal di antaranya, yaitu sarana pengembang bahan
dan program dalam kurikulum pendidikan, sarana pemerlancar tugas akademik
guru, sarana pemerlancar ketercapaian tujuan pembelajaran, dan sarana
pemerlancar efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan fungsi buku pengayaan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa buku pengayaan berfungsi sebagai sarana dalam dunia pendidikan dalam
proses pembelajaran. Buku pengayaan sebagai bahan ajar diharapkan dapat
melengkapi kebutuhan buku yang masih kurang di lapangan. Dengan adanya buku
pengayaan, diharapkan dapat mempermudah peserta didik maupun guru dalam
mempelajari suatu materi.
2.2.1.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Buku Pengayaan
Prinsip pengembangan buku pengayaan sama halnya dengan prinsip
pengembangan bahan ajar. Menurut Depdiknas (2006) ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran.
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan.
1) Prinsip Relevansi

26
Materi pembelajaran hendaknya relevan atau terdapat kaitan antara materi
dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2) Prinsip Konsistensi
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai ada empat maka bahan ajar
yang harus diajarkan juga ada empat macam. Sebuah bahan ajar harus mampu
menjadi solusi dalam pencapaian kompetensi.
3) Prinsip Kecukupan
Prinsip kecukupan berkaitan dengan materi yang diajarkan hendaknya
cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.
Sementara itu, Muslich (2010:291-305) menyatakan penilaian terhadap
buku harus memenuhi beberapa kriteria: kelayakan isi, kelayakan penyajian,
kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafikan. Berikut dijelaskan tentang materi
tersebut.
1) Kelayakan Isi
Dalam hal kelayakan isi, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu
(1) kesesuaian uraian materi yang terdapat dalam kurikulum mata pelajaran yang
bersangkutan; (2) keakuratan materi; dan (3) materi pendukung pembelajaran.
Berikut penjabaran tiap-tiap tersebut.
(1) Kesesuaian Uraian Materi Kurikulum
Indikator kesesuaian uraian materi dengan kurikulum ini diarahkan pada
kelengkapan materi, keluasan materi, dan kedalaman materi.
(2) Keakuratan Materi

27
Indikator keakuratan materi diarahkan pada akurasi konsep dan definisi,
akurasi prinsip, akurasi prosedur, akurasi contoh, fakta dan ilustrasi, akurasi soal
latihan.
(3) Materi Pendukung
Indikator materi pendukung pembelajaran diarahkan pada kesesuaian
dengan perkembangan ilmu dan teknologi, keterkinian fitur, contoh, dan rujukan,
keterkaitan antarkonsep, kemenarikan materi, mendorong untuk mencari
informasi lebih lanjut.
2) Kelayakan Penyajian
Dalam hal kelayakan penyajian, ada tiga indikator yang harus
diperhatikan, yaitu (1) teknik penyajian, (2) penyajian pembelajaran,dan (3)
kelengkapan penyajian. Berikut penjabaran dari beberapa poin tersebut.
(1) Teknik Penyajian
Teknik penyajian meliputi sitematika penyajian, keruntutan penyajian, dan
keseimbangan antarbab
(2) Penyajian Pembelajaran
Penyajian pembelajaran meliputi berpusat pada siswa, mengembangkan
keterampilan proses, masalah kontekstual, dan menumbuhkan berpikir kritis,
kreatif, inovatif
(3) Kelengkapan Penyajian
Kelengkapan penyajian meliputi bagian pendahulu/awal, bagian isi, dan
bagian penyudah/penutup.
3) Kelayakan Bahasa

28
Dalam hal kelayakan bahasa, ada tiga indikator yang arus diperhatikan,
yaitu (1) kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa, (2)
pemakaian bahasa yang komunikatif, dan (3) pemakaian bahasa memenuhi syarat
keruntutan dan keterpaduan alur berpikir. Berikut penjabaran indikator kelayakan
bahasa.
(1) Kesesuaian Pemakaian Bahasa dengan Tingkat Perkembangan Siswa
Indikator pemakaian bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa meliputi kesesuaian dengan tingkat perkembangan intelektual dan
kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional.
(2) Kekomunikasian
Indikator pemakaian bahasa yang komunikatif diarahkan pada keterbacaan
pesan dan ketepatan kaidah bahasa
(3) Keruntutan dan Keterpaduan Alur Berpikir
Indikator keruntutan dan keterpaduan alur berpikir dalam pemakaian
bahasa meliputi keruntutan dan keterpaduan antar bab dan keruntutan dan
keterpaduan antarparagraf.
4) Kelayakan Kegrafikan
Dalam hal kelayaka kegrafikan, ada tiga indikator yang harus dipenuhi,
yaitu (1) ukuran buku, (2) desain kulit buku, dan (3) desain isi buku (tata letak).

2.2.1.4 Kaidah Penulisan Buku Pengayaan
Dalam mengembangkan buku nonteks harus memperhatikan komponen
utama. Komponen utama berupa materi/isi buku, penyajian materi, bahasa dan
keterbacaan, dan kegrafikan. Komponen utama tersebut menjadi acuan atau rambu

29
dalam mengembangkan buku pengayaan yang berkualitas. Tetapi, inovasi dan
kreatifitas setiap penulis menjadi ciri tersendiri buku teks yang dikembangkan.
Permendiknas (2008:2) mengatur perihal penulisan buku pengayaan yaitu
meliputi

penulisan

naskah,

penerjemahan,

penyaduran,

pengilustrasian,

penyuntingan, dan/atau perancangan yang mengahasilkan produk akhir berupa
karangan asli, terjemahan, saduran, dan ciptaan lain berupa gambar, sketsa, tabel,
grafik, dan/atau peta. Penulisan tersebut harus disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan dan etika akademik penulisan.
Dalam menulis buku nonteks pelajaran seperti buku pengayaan, perlu
memperhatikan

pemakaian

bahasa

agar

buku

nonteks

tersebut

dapat

dikembangkan dengan baik. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan buku pengayaan yaitu ragam dan kaidah bahasa didalam buku
nonteks pelajaran serta penalaran bahasa didalam buku nonteks pelajaran. Tiga
aspek tersebut dikembangkan dalam dalam bentuk kata dan istilah, pengembangan
kalimat, pengembangan paragraf, maupun penerapan aspek mekaniknya secara
lugas, objektif, baku, ajeg, dan efektif.
Berdasarkan beberapa pemaparan mengenai kaidah penulisan buku
pengayaan, dapat disimpulkan bahwa ketika mengembangkan buku pengayaan
harus memperhatikan kaidah yang telah ditetapkan. Tetapi, inovasi dan kreativitas
buku yang dikembangkan harus dimunculkan. Hal ini bertujuan agar mempunyai
ciri tersendiri tanpa mengurangi penyampaian isi materi yang terdapat pada kata,
istilah, kalimat, maupun paragraf kepada pembaca.
2.2.2

Menulis Teks Prosedur Kompleks
Teori tentang menulis yang akan dipaparkan di sini meliputi batasan

menulis, tujuan menulis, manfaat menulis, unsur-unsur menulis, asas menulis

30
yang baik, tahap dalam menulis, dan menulis teks prosedur kompleks. Berikut
paparan mengenai teori tersebut.
2.2.2.1 Batasan Menulis
Menurut Akhadiah (1988:1-3) menulis adalah suatu aktivitas komunikasi
bahasa yang menggunakan tulisan sebagai medianya. Tulisan itu terdiri atas
rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang, tulisan,
seperti ejaan dan pungtuasi. Dalam komunikasi tulis melibatkan tulis penulis
berperan sebagai penyampai pesan atau isi tulisan, melalui saluran atau medium
tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Menurut (Gie 2003:3) menulis arti pertamanya adalah membuat huruf,
angka, nama, dan sesuatu tanda kebahasaan apa pun dengan sesuatu alat tulis pada
suatu halaman tertentu. Jadi menulis merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
alat tulis yang dituangkan kedalam halaman kosong. Tulisan tersebut bisa berupa
huruf, angka, nama, dan tanda kebahasaan lainnya yang ada dalam persepsi dari
penulis.
Selanjutnya

Wiyanto

(2004:1-2)

mengemukakan

bahwa

menulis

mempunyai beberapa arti yang berbeda. Pertama, menulis berarti mengubah bunyi
yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Kedua, menulis
mempunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang
melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan
Jadi bisa disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan yang menghasilkan
suatu tulisan berupa huruf, angka atau simbol-simbol yang bertujuan untuk
mengungkapkan gagasan dari penulis atau orang yang menghasilkan tulisan.

2.2.2.2 Tujuan Menulis

31
Dalam kegiatan menulis, seseorang mempunyai tujuan yang dituangkan
dalam tulisannya. Misalnya untuk menyampaikan gagasan yang ada dipikirannya,
memberikan suatu informasi kepada seseorang, dan masih bnyak lagi tujuan dari
menulis.
Tujuan menulis menurut Soebachman (2014:13-14) ada tiga, yaitu:
1) Mempengaruhi
Banyak orang yang menulis dengan berbagai gaya. Salah satunya adalah
gaya provokasi. Gaya ini sangat sering digunakan, terutama saat menuliskan suatu
gagasan atau sebuah opini (berarti berbentuk tulisan nonfiksi). Tujuannya adalah
agar pembaca terpengaruh dan selanjutnya mengikuti opini atau gagasan yang
dikemukakan dalam tulisan tersebut.
2) Mengabarkan
Mengabarkan tidak jauh artinya dari provokasi dan memberi tahu. Hal ini
bisa dikatakan merupakan tujuan pertengahan. Mengabarkan adalah bentuk tulisan
yang biasanya memberikan data-data misalnya tulisan yang berupa berita, opini,
jurnal, makalah, dan buku-buku ilmiah yang datanya.
3) Mengungkapkan
Untuk tujuan yang ketiga ini, dalam hal bentuk tulisannya sama dengan
yang pertama. Akan tetapi, para penulis yang mengungkapkan perasaan atau
apapun dari dalam pikiran dan hatinya ini tergolong pemula dan bukan orang
terkenal. Dalam menulis biasanya tidak mementingkan kaidah penulisan dan
seenaknya sendiri. Tulisan tersebut lebih sering dipublikasikan ke akun pribadi di
sosial media juga pada media-media pribadi seperti blog.
Sementara itu, Hugo Hartig (1973:309-311) merumuskan tujuan menulis
sebagai berikut.
1) Tujuan penugasan, sebenarnya tidak memiliki tujuan karena orang yang
menulis melakukannya karena tugas yang diberikan kepadanya.

32
2) Tujuan

altruistik,

penulis

bertujuan

untuk

menyenangkan

pembaca,

menghindarkan kedudukan pembaca, ingin menolong pembaca memahami,
menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca
lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3) Tujuan persuasif, penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakannya.
4) Tujuan informasional, penulis

bertujuan

memberikan

informasi

atau

keterangan kepada para pembaca.
5) Tujuan pernyataan diri, penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan
dirinya kepada pembaca.
6) Tujuan kreatif, bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai
norma artistik, nilai-nilai kesenian.
Dari dua pendapat tersebut, bisa diketahui bahwa kegiatan menulis memiliki
tujuan yang berbeda berdasarkan keinginan penulis. Jadi bisa disimpulkan tujuan
menulis yaitu mempengaruhi, mengabarkan dan mengungkapkan gagasan melalui
tulisan. Kemudianmenulis bertujuan untuk penugasan, menyenangkan pembaca,
meyakinkan suatu gagasan, memberikan informasi, menyatakan diri dan untuk
proses kreatifitas dalam membuat seni tulisan.
2.2.2.3
Manfaat Menulis
Manfaat yang diperoleh dari menulis menurut Komaidi (2007:12-13) yaitu
sebagai berikut.
1) Jika ingin menulis pasti menimbulkan rasa ingin tahu (curiocity) dan melatih
kepekaan dalam melihat realitas di sekitar. Kepekaan dalam melihat suatu
realitas lingkungan itulah yang kadang tidak dimiliki oleh orang yang bukan
penulis.

33
2) Kegiatan menulis mendorong untuk mencari referensi seperti buku, majalah,
koran, jurnal, dan sejenisnya. Dengan membaca referensi-referensi tersebut
tentu akan semakin bertambah wawasan dan pengetahuan tentang apa yang
akan