Risiko suku bunga bebas risiko (1)

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO
RESIKO PERUBAHAN SUKU BUNGA

Disusun oleh :
Muhammad Shidiq Anwar

213-13-182

Mukharis Subandrio

213-13-014

Aqil Yahya

213-13-044

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN SALATIGA
2015/2016


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’alamin puji syukur penyusun persembahkan kepada ALLAH
SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani, sehingga dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Manajemen resiko ini .
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Manajemen resiko.
Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan
agar pembuatan makalah-makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini
juga berguna untuk kita semua.

Salatiga, 28 Maret 2016

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian risiko suku bunga..................................................................
2.2 Karakteristik Perubahan Risiko Suku Bunga.......................................
2.3 Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Penilaian
Kembali ( Reprecing Model )................................. ..........................
2.4 Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Jangka
Waktu ( Maturity Model)......................................................................

i
ii

2.5 Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Durasi.........
2.6 Faktor penyebab perubahan suku bunga domestik .……………….....
2.7 Resiko perubahan suku bunga dan permintaan uang .....……………..

7
7
7


2.8 Manajemen Risiko pada suku bunga obligas.………………………….
2.9 Risiko pada suku bunga dan saham ………………………………..
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

8
8

1
2
2
3
3
4
7

13


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saving and loan (dikenal juga sebagai thrift) merupakan lembaga bank community
based (memfokuskan pada masyarakat lokal) yang sudah ada sejak tahun 1800-an. Lembaga
tersebut diatur dengan ketat sampai tahun 1980-an. Beberapa peraturan tersebut adalah
pembatasan tingkat bunga yang bisa ditawarkan ke deposan. Peraturan tersebut juga
mencakup tipe pinjaman yang bisa ditawarkan yang terbatas. Pada tahun 1970-an, banyak
bank di AS, termasuk S & L mengalami aliran kas keluar karena adanya persaingan dari
instrumen money-market fund, yang memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi. Pada saat
yang sama, dana bank banyak yang tertanam di hipotik (mortgage, misal kredit rumah atau
KPR) yang mempunyai jangka waktu yang panjang. Pada saat tingkat bunga naik, nilai aset
tersebut menjadi turun.
Pada masa kepresidenan Jimmy Carter, peraturan terhadap S & L diperlonggar,
sehingga S & L bisa memberikan kredit yang lebih bervariasai. Kongres juga meningkatkan
batas deposito yang bisa diasuransikan dari $40.000 menjadi $100.000 per rekening. Pada
masa kepresidenan Reegen, deregulasi S & L semakin cepat, sehingga S & L bisa menyamai
bank : bisa menawarkan deposito dengan tingkat bunga sesuai pasar, pinjam dari Federal
Reserve (bank sentral), memberikan kredit komersial, dan mengeluarkan kartu kredit. Hal
tersebut merupakan penyimpangan dari misi awal S & L.

Deregulasi tersebut membuat pengawasan terhadap S & L lemah. Di samping S & L
terdorong untuk memberikan lebih banyak pinjaman yang terlalu berisiko, pinjaman di mana
mereka tidak punya keahlian untuk mengevaluasinya. Pinjaman mortgage banyak didasarkan
pada bunga tetap dengan jangka waktu panjang. Dalam situasi ini, keahlian bank untuk
memperkirakan tingkat bunga di masa mendatang menjadi penting. Jika bank under-estimate
tingkat bunga di masa mendatang, tingkat bunga tetap yang dibebankan pada nasabah
menjadi terlalu rendah. Jika tingkat bunga meningkat, bank tersebut akan mengalami
kerugian. Nampak situasi semacam itulah yang terjadi. Inflasi di Amerika Serikat pada tahun
1980-an meningkat tajam, yang mengakibatkan kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat
bunga tersebut menyebabkan kehancuran banyak S & L.

Beberapa faktor lain disebut jugas sebagai penyebab krisis S & L, antara lain : harga
properti yang berfluktuasi tinggi, deregulasi, kurangnya pengawasan dari lembaga yang
berwenang, kesalahan manajemen, dan dalam beberapa situasi kejahatan (fraud). Sekitar
1.000 S & L mengalami kebangkrutan. Biaya total dari krisis tersebut diperkirakan mencapai
$150 miliar, sekitar $125 miliar ditanggung langsung oleh pemerintah Amerika Serikat, yang
menyebabkan membengkaknya defisit anggaran awal tahun 1990-an.
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa kegagalan mengelola risiko tingkat bunga bisa
mengakibatkan kehancuran bank. Bank terutama rentan terhadap risiko perubahan tingkat
bunga karena alasan akan terlihat setelah selesai memahami materi ini. Materi ini

membicarakan risiko perubahan tingkat bunga, mulai dari memahami karakteristik perubahan
tingkat bunga, kemudian diteruskan dengan beberapa metode untuk mengukur risiko
perubahan tingkat bunga. 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari risiko suku bunga ?
2. Apakah karakteristik dari risiko suku bunga ?
3. Bagaimanakah pengukuran risiko perubahan tingkat bunga ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apakah itu risiko perubahan tingkat suku bunga.
2. Mengatahui karakteristik dari risiko perubahan tingkat suku bunga.
3. Mengetahui bagaimanakah pengukuran risiko perubahan tingkat suku bunga.

BAB II
1 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 121-122

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Risiko Suku Bunga
Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat perubahan suku bunga yang
terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh pada perusahaan.
Risiko suku bunga merupakan exposur kondisi keuangan terhadap pegerakan suku

bunga yang merugikan. Menerima risiko tersebut merupakan bagian yang normal, dan dapat
merupakan bagian yang penting dalam menciptakan keuntungan dan peningkatan nilai
saham. Perubahan dalam suku bunga berakibat berubahnya pendapatan bunga bersih dan
tingkat pendapatan dan biaya operasional yang sensitif terhadap perubahan suku bunga .
Perubahan tingkat suku bunga juga berakibat pada underlying value instrument assets,
liability dan Off Balance Sheet (OBF) karena present value dari future cash flow (bahkan
cash flow –nya sendiri) berubah karena suku bunga berubah. Sesuai dengan itu maka agar
proses manajemen suku bunga efektif, perlu dijaga supaya suku bunga tetap berada pada
prudent level untuk keamanan dan kesehatan perusahaan.
Terdapat 2 (dua) perspective paling umum untuk melakukan asesmen terhadap risiko
suku bunga yaitu :
- The earning perspective, yang difokuskan pada dampak perubahan suku bunga pada
pendapatan bank yang akan diterima dalam jangka pendek.
- The economic value perspective, yang difokuskan pada nilai cash flow suatu bank.2

2.2 Karakteristik Perubahan Risiko Suku Bunga
a.

Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe risiko :
Risiko perubahan pendapatan

Pendapatan bersih ( hasil investasi dikurangi biaya ) berubah, yaitu berkurang dari yang

diharapkan.
b. Risiko perubahan nilai pasar
Nilai pasar berubah karena perubahan tingkat bunga,yaitu berubah menjadi lebih kecil ( turun
nilainya ).
2.2.1 Risiko Perubahan Pendapatan
Perubahan tingkat bunga dapat menyebabkan sedikitnya perubahan pendapatan. Ada 2
jenis risiko perubahan pendapatan yang dihadapi oleh perusahaan :
2 Has’ad Rahman Attamimi, Makalah Manajemen Risiko Bank tentang Risiko Suku Bunga,
(Sumbawa : Universitas Samawa), 3

a. Risiko Penginvestasian kembali
Misal aset seperti berikut ini :
Aset

Kewajiban (Pasiva)

Obligasi jangka waktu :1


Obligasi jangka waktu: 2 tahun ,

tahun ,bunga : 12% pertahun

dengan bunga : 10% pertahun
,selama 2 tahun

Keterangan :
 Tahun 1 perusahaan peroleh keuntungan ( spreads ) 2% = 12% - 10%
 Tahun kedua tergantung tingkat bunga investasi
 Bila 12% tingkat bunga tetap peroleh keuntungan sama dengan tahun pertama
 Bila bunga 8%, rugi 2%
b. Risiko Pendanaan Kembali
Aset

Pasiva

Obligasi jangka waktu 2 tahun

Obligasi jangka waktu 1 tahun


,bunga 12% pertahun

,Bunga: 10% pertahun

Keterangan :





Tahun pertama spreads keuntungan 12%-10% = 2%
Tahun ke-2 tergantung tingkat bunga obligasi berlaku
Jika bunga pendanaan sama sebesar 10% maka diperoleh keuntungan 2%
Jika bunga 14% rugi 2% 3

2.2.2 Risiko Perubahan harga Pasar
Perubahan tingkat bunga menyebabkan perubahan nilai pasar aset atau kewajiban yang
dipegang oleh perusahaan, jika penurunan nilai aset lebih besar dibanding dengan penurunan
nilai kewajiban, maka perusahaan mengalami kerugian atau sebaliknya, Secara umum, jika


3 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 122-123

bunga meningkat maka nilai sekuritas cenderung mengalami penurunan. Tingkat penurunan
nilai tersebut bisa berbeda dari satu sekuritas ke sekuritas lainnya.
Misal perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut :
Aset

Pasiva

Obligasi jangka waktu 10

Obligasi jangka waktu 2 tahun

tahun ,nilai nominal :Rp. 1

,Nilai nominal: Rp. 1 juta.

juta. Kupon Bunga :10% Nilai

Kupon Bunga: 10% Nilai

pasar: Rp. 1 juta

pasar: Rp. 1 juta

Misalkan tingkat yang berlaku adalah 10%, maka nilai obligasi yang menjadi asset dan
obligasi kewajiban adalah :
Obligasi asset

= 100.000 +………….......+ 1.100.000 = 1 juta
(1+0,1)1

Obligasi Kewajiban

(1+0,1)10

= 100.000 +………….........+ 1.100.000 = 1 juta
(1+0,1)1

(1+0,1)2

Obligasi asset dan kewajiban mempunyai nilai pasar yang sama yaitu Rp 1 juta. Misalkan
tingkat bunga naik menjadi 12%, maka nilai obligasi keduanya adalah:
Obligasi asset =

100.000 +………+ 1.100.000 = Rp. 886.996
1+0,12)1

Obligasi Kewajiban

(1+0,12)10

= 100.000 +………+ 1.100.000
(1+0,12)1

= Rp. 966.199

(1+0,12)2

Terlihat bahwa kedua obligasi tersebut mengalami penurunan nilainya. Karena obligasi
asset mengalami penurunan lebih besar dibandingkan turunnya obligasi kewajiban, maka
perusahaan tersebut mengalami kerugian. 4

2.3 Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Penilaian Kembali ( Reprecing
Model )
2.3.1 Periode Harian

4 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 123-124

Repricing model mencoba mengukur risiko perubahan tingkat bunga dengan
menggunakan pendekatan pendapatan. Model tersebut ingin melihat bagaimana pengaruh
perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan yang diperoleh suatu organisasi.
Aset

Kewajiban ( Pasiva )

Meminjamkan dipinjaman pasar antar bank

Meminjam di pasar antar bank
1 hari
Rp 3 M
Tabungan
Rp 3 M
Deposito 1 bulan
Rp 10 M
Deposito 1 tahun
Rp 10 M
Deposito 2 tahun
Rp 10 M
Modal
Rp 5 M

1 hari
Rp
Comercial Paper 3 bulan
Surat Hutang 6 bulan
Pinjaman 1 tahun
Obligasi 3 tahun
Obligasi 3 tahun tk bunga

a.

2M
Rp 3 M
Rp 5 M
Rp 6 M
Rp 10 M
mengambang

Rp 5 M
Pinjaman bunga tetap
jangka waktu 10 tahun

Rp 10 M

Total Aset

Rp 41 M

Total Pasiva

Rp 41 M

Mengidentifikasi dan mengelompokkan asset
Misal aset bank pinjaman dipasar antar bank satu hari sebesar Rp 2 miliar, jika
tingkat bunga besok berubah (misal naik), maka pendapatan bunga yang diperoleh akan
berubah (meningkat dalam hal ini), dengan kata lain aset ini tergolong sensitif dan harus
dinilai kembali ( Reprice). Disisi lain melihat sisi pasiva, bank meminjam dipasar antar bank
sebesar Rp 3 miliar, bank memiliki aset yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga
sebesar Rp 3 miliar, ini tergolong sensitif dan harus dinilai kembali ( Reprice ) jika bunga
b.

harian berubah.
Menghitung Gap antara Asset dan Kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga
dan menghitung perubahan pendapatan
Gap antara RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut :
GAP = (Rp 2 miliar) – (Rp 3 miliar ) = - Rp 1 miliar
Misalkan tingkat bunga meningkat sebesar 1% (misal dari 10% menjadi 11%),
maka pendapatan bank tersebut berubah sebesar :
Perubahan pendapatan

= (GAP x ( Δ Bunga)
= - Rp 1 miliar x 0,01 = -Rp 10 juta

Dengan kata lain bank tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 10 juta jika tingkat bunga
sebesar 1% .5
2.3.2 Periode Lebih dari Satu Hari
Identifikasi aset sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dalam waktu 1 tahun. Berikut
hasil identifikasi tersebut :
Meminjam dipinjaman pasar antarbank 1 hari

Rp 2 M

Commercial Paper 3 bulan

Rp 3 M

Surat Hutang 6 bulan

Rp 5 M

Pinjaman 1 tahun

Rp 6 M

Bagian Obligasi 3 tahun yang jatuh tempo tahun ini

Rp2 M

Obligasi 3 tahun tingkat bunga mengambang

Rp 5 M +

Total Rate sensitif aset (RSA)

Rp 23 M

Untuk obligasi 3 tahun, sebesar Rp 2 M jatuh tempo tahun ini, Karena itu sejumlah Rp 2M
akan dinilai ulang jika tingkat bunga berubah. Untuk obligasi dengan tingkat bunga
mengambang, karena tingkat bunga ditetapkan kembali selam enam bulan, maka obligasi
tersebut akan dinilai ulang setiap enam bulan. Pinjaman dengan bunga tetap dengan jangka
waktu 10 tahun tidak masuk dalam perhitungan, karena tingkat bunga tersebut tetap selama
10 tahun, tidak akan berubah meskipun tingkat bunga berubah – ubah. Dari perhitungan
diatas, nampak bahwa bank tersebut mempunyai asset yang sensitif terhadap perubahan
tingkat bunga selama periode satu tahun (RSA) sebesar Rp 23 M.
Langkah berikutnya adalah mengidintifikasi kewajiban yang sensitif terhadap perubahan
tingkat bunga untuk periode 1 tahun :
Meminjam dipasar antar bank 1 hari
Tabungan
Deposito 1 bulan
Deposito 1 tahun
Total Rate Sensitive Liability ( RSL )

Rp 3 M
Rp 3 M
Rp 10 M
Rp 10 M
Rp 26 M

Dari perhitungan di atas nampak bahwa bank tersebut mempunyai kewajiban yang sensitif
terhadap perubahan tingkat bunga selama periode 1 tahun ( RSL ) sebesar Rp 26 M.6
2.3.3 Gap Sebagai Indikator Risiko Tingkat Bunga
Kumulatif GAP = RSA – RSL
5 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 125-126
6 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ),127

= Rp 23 M – Rp 26 M = - Rp 3 M
Maka kenaikan bunga akan merugikan bank tersebut karena gap negatif . dalam contoh
diatas, gap ratio adalah :
GAP Ratio = KGAP / Total aset
= - Rp 3 M / Rp 41 M = - 0,073 atau - 7,3%. 7
Gap ratio bermanfaat karena memberikan informasi besarnya gap relatif terhadap total asset.
2.2.4 Perubahan Tingkat Bunga yang Berbeda Untuk Asset dan Kewajiban
Δ Pendapatan bersih = Δ Pendapatan bunga – Δ Biaya bunga
Kembali ke contoh di atas, di mana Bank mempunyai RSA sebesar Rp 23 M, dan mempunyai
RSL sebesar Rp 26 M, atau gap sebesar – Rp 3 M. Misalkan tingkat bunga untuk asset
berubah 2% sementara tingkat bunga untuk kewajiban berubah 1%.
Maka perubahan pendapatan :
ΔPendapatan bersih

= (Rp 23 M)(0,02) – (Rp 26 M)(0,01)

= Rp 460 juta – Rp 260 juta
= Rp 200 juta
Terlihat bahwa bank justru memperoleh keuntungan karena pendapatan bunga meningkat
lebih beasr dibandingkan dengan biaya bunga.8
2.4 Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Jangka Waktu ( Maturity
Model)
2.4.1 Perhitungan Gap jangka waktu
Contoh metode Jangka waktu mengukur perubahan harga pasar suatu aset akibat
perubahan tingkat bunga.
Suatu bank mempunyai neraca sebagai berikut
Aktiva
Pasiva
Obligasi jangka waktu 10 tahun
Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon
jangka waktu 2 tahun, nilai nominal =
bunga= 15%
Obligasi jangka waktu 20 tahun
Rp 180 juta
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon Modal saham Rp 2 juta
bunga= 15%
Total aset
Rp 20 juta
Total Pasiva
Rp 20juta

7 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 128
8 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 129

Misal tingkat bunga yang berlaku atau yield adalah 15% harga pasar akan sama dengan
nilai nominal dengan situasi ini. Bank tersebut mempunyai aktiva dan pasiva sebesar 20juta.
Misalkan tingkat bunga yang berlaku meningkat menjadi 17% maka nilai obligasi tersebut
menjadi :
Obligasi Aset 1 = 150.000 + ............... + 1.150.000
(1+0,17)1
(1+0,17)10
Obligasi Aset 2 = 150.000 + ............... + 1.150.000
(1+0,17)1
(1+0,17)20
Pinjaman
= 2.700.000
+ 1.150.000
(1+0,17)1
(1+0,17)2
Neraca yang baru sesudah perubahan tingkat bunga :
Aktiva
Oblogasi jangka waktu 10 tahun
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon
bunga= 15%
Rp 9.068.279
Obligasi jangka waktu 20 tahun
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon
bunga= 15%
Rp 8.874.447
Total aset
Rp 17.942.726

= 9.068.279
= 8.874.447
= 17.429.323

Pasiva
Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
jangka waktu 2 tahun, nilai nominal =
Rp 18juta
Rp 17.429.323
Modal saham Rp 2 juta Rp 513.403
Total Pasiva
Rp 17.942.726

Bank tersebut dikatakan mempunyai ketidaksesuaian jangka waktu antara aset dengan
kewajiban ( maturity mismatch ). Ketidaksesuaian jangka waktu tersebut memunculkan
ekposur terhadap resiko perubahan tingkat bung. Semakin besar ketidaksesuain tersebut
semakin besar risiko perubahan tingkat bunga yang dihadapi bank tersebut.
Jangka waktu untuk portofolio aset atau kewajiban dapat dihitung sebagai rata-rata
tertimbang dalam jangka waktu aset atau kewajiban individual dengan membobot adalah nilai
pasar dari masing-masing aset.
Gap jangka waktu bisa dihitung :
Gap jangka waktu = MA ( maturity of Aset ) – ML ( Maturity of liability )
Semakin besar gap jangka waktu baik positif maupun negatif semakin besar risiko
perubahan tingkat bunga yang dihadapi. Contoh : struktur neraca bank dengan gap jangka
waktu yang tidak nol.9
Aktiva
Pasiva
Pinjama (aset) jangka panjang
Tabungan dan deposito (dengan jangka
(misal memberikan kredit kepemilikan
waktu 1 tahun)
perumaha/KPR dengan kangka waktu Modal Saham
10 tahun
2.5 Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Durasi
9 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 129-130

2.5.1 Perhitungan durasi
Durasi bisa didefinisikan sebagai rata-rata tertimbang jangka waktu aliran kas dengan
pembobot porposi present value dari setiap aliran kas tersebut.
Misal tingkat bunga yang berlaku adalah 10% durasi untuk kedua obligasi bisa dihitung :
Waktu
(1)
½
1

PV Kas
(4)=(2)x(3)
47.619
952.381
1.000.000
Catatan: 5% adalah 10% dibagi dua, karena dibayarkan tiap semester
Waktu

Obligasi A
(2)
50.000
1.050.000

PVIF (5%)
(3)
0,952381
0,907029

Obligasi B

PVIF

(1)

(2)

(10%)
(3)

1

1.100.000

0,909091

Rata-rata tertimbang
Jangka waktu (5)
0,0238
0,9524
0,9762

PV Kas

Rata-Rata

tertimbang

(4)=(2)x(3

Jangka waktu
(5)

)
1.000.000
1.000.000

1
1

Durasi Obligasi A
{[(47.619)(1.000.000)] x (1/2)} + {[(952.381)(1.000.000)]x (1)}
= 0,9762 tahun
Durasi Obligasi B
{[(1.000.000)/(1.000.000)] x 1} = 1 tahun
Misalkan kita mempunyai dua obligasi yaitu X danY dengan informasi sebagi berikut:
Obligasi
X

Perincian
Nilai nominal Rp 1juta, jangka
waktu lima tahun, kupon bunga=

Y

10%, dibayarkan setiap tahun.
Nilai nominal Rp 1juta, jangka
waktu lima tahun, kupon bunga=
10%, dibayarkan setiap semester
Tingkat bunga yang berlaku (yield) adalah 9%
Durasi untuk kedua Obligasi:
Tahun

(1)
1
2
3
4
5

Aliran kas

(2)
100.000
100.000
100.000
100.000
1.100.000

PVIF

Present

Proporsi

(9%)

Value

Pv Aliran tetimbang

(3)
0,917
0,841
0,772
0,708
0,649

(4)=(2)x(3)
91.743
84.168
77.218
70.842
741.924

Rata-Rata

Kas

jangka

(5)
0,088
0,081
0,074
0,068
0,688

waktu
(6)=(5)x(1)
0,088
O,162
0,222
0,272
3,440

1.038.897

4,186

Perhitungan durasi obligasi Y
Tahun

(1)
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5

Aliran

PVIF

Present

Proporsi

Kas

(9%)

Value

PV Aliran tertimbang

Aliran Kas

Kas

jangka

(4)=(2)x(3)
48.911,6
47.846,89
46.805,36
45.786,5
44.789,82
43.814,83
42.861,07
41.928,07
41.015,38
84.257,36
12.463,33

(5)
0,039244
0,03839
0,037554
0,036737
0,035937
0,035155
0,03439
0,033641
0,032909
0,676042

waktu
(6)=(5)x(1)
0,019622
0,03839
0,056332
0,073474
0,089843
0,105465
0,120364
0,134565
0,14809
3,38021
4,166355

(2)
50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
1.050.000

(3)
0,978232
0,955938
0,936107
0,91573
0,895796
0,876297
0,857221
0,838561
0,820308
0,802451

Rata-rata

Meskipun jangka waktu keduanya lima tahun, tetapi durasi untuk keduanya lebih kecil dari
lima tahun, karena ada aliran kas yang dibayarkan sebelum tahun kelima. Durasi Y lebih kecil
dibandingkan durasi X karena aliran kas Y lebih awal dibayarkan ( karena dibyarkan setiap
semester ) dibandingkan obligasi X
Durasi untuk obligasi tanpa kupon ( zero coupon bond atau zeroes ) sama dengan jangka
waktu obligasi tersebut
Tahun

(1)

Aliran

PVIF

Present

Proporsi

Kas

(9%)

Value

PV Aliran tertimbang

Aliran Kas

Kas

(2)

(3)

(4)=(2)x(3

(5)

Rata-rata
jangka
waktu
(6)=(5)x(1

)

)
0
0
0
841.680
1
2
841.680
1
2
Obligasi zeroes dengan jangka waktu dua tahun mempunyai durasi 2 tahun
Obligasi consol adalah obbligasi yang tidak mempunyai jatuh tempo. Dapat dihitung dengan :
Dc = 1 + (1/R)10
2.5.2 Karateristik Durasi
1
2

0
1.000.000

0,917431
0,84168

10 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 133-135

Durasi akan meningkat jika jangka waktu aset semakin panjang, menurun jika yield
meningkat dan menurun jika kupon bunga meningkat
Misalkan ada obligasi dengan karateristik yang sama persis, kecuali jangka waktunya
lebih panjang yaitu tahun 2 tahun
Tahun

(1)
0,5
1
1,5
2

Aliran

PVIF

Present

Proporsi

Kas

(5%)

Value

PV Aliran tertimbang

Aliran Kas

Kas

(2)

(3)

(4)=(2)x(3

(5)

50.000
50.000
50.000
1.050.000

0,952381
0,907029
0,863838
0,822702

)
47.619,05
45.351,47
43.191,88
863.9837,6
1.000.000

0,047619
0,045351
0,043192
0,863838

Rata-rata
jangka
waktu
(6)=(5)x(1
)
0,02381
0,045351
0,064788
1,727675
1,861624

Misalkan ada obligasi lain yang karateristiknya sama persis dengan obligasi M, tetapi
yield ( tingkat bunga yang berlaku ) meningkat menjadi 12%
Tahun

Aliran

PVIF

Present

Proporsi

Kas

(6%)

Value

PV Aliran tertimbang

Aliran Kas

Kas

(1)
0,5
1

(2)

(3)

(4)=(2)x(3

(5)

50.000
1.050.00

0,943396
0,889996

)
47.169,81
93.4490,3
981.666,1

0,048051
0,952949
1

Rata-rata
jangka
waktu
(6)=(5)x(1
)
0,0240
0,9519
0,9759

Misalkan ada obligasi lain yang karateristiknya sama persis dengan obligasi M, tetapi
kupon binganya lebih tinggi, misal 15%.11
Tahun

(1)
0,5
1

Aliran

PVIF

Present

Proporsi

Kas

(5%)

Value

PV Aliran tertimbang

Aliran Kas

Kas

(2)
75.000
1.075.000

(3)
0,952381
0,907029
1,046485

(4)=(2)x(3
)
71.428,57
975.056,7

(5)
0,068256
0,931744
0,9659

Rata-rata
jangka
waktu
(6)=(5)x(1
)
0,0341
0,9318

11 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 137-138

2.6 Faktor penyebab perubahan suku bunga domestik
Ada 3 faktor yang mempengaruhi suku bunga domestik suatu negara :
1) Kondisi ekonomi global.
2) Stabilitas ekonomi dalam negeri.
3) Stabilitas sosial dan politik dalam dan luar negeri.12

2.7 Resiko perubahan suku bunga dan permintaan uang :
a) Jika suku bunga naik, maka publik akan membelanjakan dananya untuk membeli aset
yang menguntungkan.
b) Jika suku bunga turun, publik akan mengambil dananya di bank dan diinvestasikan untuk
usaha.
c) Jika suku bunga naik maka publik cenderung menyimpan uangnya di bank karena aman.
d)
Dari segi pemerintah menaikkan suku bunga kredit adalah sebagai antisipasi kredit
macet.
 Carry Trade
Resiko Carry Trade adalah bentuk perilaku investor dalam melakukan investasi
dengan cara meminjam dana dari suatu negara yang memiliki tingkat suku bunga rendah dan
selanjutnya membawa dana tersebut untuk ditanamkan pada negara yang memiliki tingkat
suku bunga tinggi. Jika suku bunga negara tujuan itu kembali normal/rendah, maka dana
ditarik kembali.13
2.8 Manajemen Risiko pada suku bunga obligasi:
 Jika kondisi suku bunga obligasi stabil, masyarakat cenderung memilih obligasi.
 Penerimaan bunganya tetap.
 Pemilik obligasi biasanya yang memiliki uang lebih dan menginginkan keamanan
berinvestasi.14
2.9 Risiko pada suku bunga dan saham :
 Pada saat suku bunga mengalami kenaikan dan harga saham di pasar mengalami


penurunan, maka investor cenderung memindahkan dananya dari saham ke deposito.
Pada saat kondisi pasar saham sedang menghangat, maka akan terjadi kebalikan dari



hal diatas, dengan alasan keuntungan bermain saham lebih tinggi.
Investor adalah mereka yang memiliki karakteristik penghindar risiko dan menyukai
keuntungan yang berkelanjutan.15

12 Has’ad Rahman Attamimi, Makalah Manajemen
Bunga, (Sumbawa : Universitas Samawa), 7
13 Has’ad Rahman Attamimi, Makalah Manajemen
Bunga, (Sumbawa : Universitas Samawa), 7
14 Has’ad Rahman Attamimi, Makalah Manajemen
Bunga, (Sumbawa : Universitas Samawa), 7
15 Has’ad Rahman Attamimi, Makalah Manajemen
Bunga, (Sumbawa : Universitas Samawa), 8

Risiko Bank tentang Risiko Suku
Risiko Bank tentang Risiko Suku
Risiko Bank tentang Risiko Suku
Risiko Bank tentang Risiko Suku

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Risiko suku bunga merupakan exposur kondisi keuangan suatu bank terhadap
pegerakan suku bunga yang merugikan. Menerima risiko tersebut merupakan bagian yang
normal dari bisnis bank, dan dapat merupakan bagian yang penting dalam menciptakan
keuntungan dan peningkatan nilai saham. Perubahan dalam suku bunga berakibat berubahnya
pendapatan bunga bersih dan tingkat pendapatan dan biaya operasional suatu bank yang
sensitif terhadap perubahan suku bunga . Perubahan tingkat suku bunga juga berakibat pada
underlying value instrument assets, liability dan Off Balance Sheet (OBF) karena present
value dari future cash flow (bahkan cash flow –nya sendiri) berubah karena suku bunga
berubah. Sesuai dengan itu maka agar proses manajemen suku bunga efektif, perlu dijaga
supaya suku bunga tetap berada pada prudent level untuk keamanan dan kesehatan
(soundness)bank.
a.) Jika suku bunga naik, maka publik akan membelanjakan dananya untuk membeli aset
yang menguntungkan.
b) Jika suku bunga turun, publik akan mengambil dananya di bank dan diinvestasikan untuk
usaha.
c) Jika suku bunga naik maka publik cenderung menyimpan uangnya di bank karena aman.
d) Dari segi pemerintah menaikkan suku bunga kredit adalah sebagai antisipasi kredit.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Bank for International Settlement (BIS) , BaselCommittee on Banking Supervision , Paper ‘
Principles for The Management and Supervision of Interest Rate Risk’ , July, 2004.
(2) Bank Indonesia , Surat Edaran Bank Indonesia MNo.5/21/DPNP tanggal 29 September 2003,
serta Lampiran.