Ecoinformatics Ekologi dan Perubahan Glo

Ecoinformatic : Ekologi dan Perubahan Global
Resha Muhammad Mabruri Haryono
P.S. Sistem Informasi, Universitas Jember, Jember, Jawa Timur

Abstrak
Perubahan iklim secara global dapat menyebabkan keseimbangan ekologi dan berdampak
pada perubahan secara global. Perubahan global ini merupakan dampak dari akumulasi dari
faktor-faktor alam yang telah mengalami ganguan keseimbangan, seperti bencana kekeringan,
pencemaran air, degradasi tanah/ kesuburan tanah, dan bencana El Nino. Karena itu perlu
dilakukan upaya dalam menanggulangi bencana agar resiko mulai dari sebelum bencana
terjadi, saat terjadi bencana, dan saat setelah bencana tersebut terjadi.
Keywords : Ekologi, Perubahan Global, El Nino, Degradasi Tanah.

Pendahuluan
Ekologi merupakan salah satu cabang dari biologi, dan merupakan bagian dasar dari biologi.
Ruang lingkup dari ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistein, hingga biosfer. Studistudi ekologi dikelompokkan ke dalam autekologi dan sinekologi.
Ekologi berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi informasi.
Perkembangan ekologi tak lepas dari perkembangan ilmu yang lain. Misalnya,
berkembangnya ilmu komputer sangat membantu perkembangan ekologi. Penggunaan
model-model matematika dalam ekologi contohnya, tidak bisa lepas dari perkembangan
matematika dan ilmu kornputer.

Maraknya bencana alam diseluruh belahan dunia tak dapat dipisahkan dari tidak adanya
strategi dari para pemimpin diseluruh dunia dalam pengelolaan pembangunan yang
berkelanjutan. Fakta ini mengakibatkan bencana alam yang kian parah.
Ditambah lagi tidak adanya upaya dari pemeimpin dunia untuk mencari solusi akibat dari
tidak berjalannya penanganan kasus-kasus terhadap lingkungan, seperti kasus yang terdapat
di negara kita, seperti pencemaran kasus PT Freeport Indonesia di Papua, Teluk Buyat, Kasus
Import Limbah B-3, kasus pencemaran sumber air minum di hampir semua Sungai sumber

mata air di pulau Jawa, kasus perusakan dan kebakaran hutan sampai pada kasus Sampah di
beberapa kota Jakarta dan kota Metropolitan lainnya.

Bencana Ekologis dan Perubahan Global
Perubahan iklim merupakan pembahasan yang sedang hangat pada zaman ini. Sekitaran 50
tahun terakhir ini telah dapat dibuktikan bahwa pemanasan global yang sekarang dirasakan
hampir diseluruh belahan dunia terjadi akibat salah satunya ulah manusia itu sendiri. Emisi
dari gas-gas rumah kaca seperti CO2 dan N2O dari aktivitas manusia adalah salah satu faktor
penyebabnya. Konsentrasi gas CO2 di atmosfer naik 30% selama 150 tahun terakhir.
Kenaikan jumlah emisi CO2 ini terutama disebabkan karena pembakaran sumber energi dari
bahan fosil (antara lain minyak bumi). Selain itu perubahan dalam penggunaan sumber alam
lainnya juga memberikan konstribusi pada kenaikan jumlah CO2 di atmosfer: 15% oleh

penggundulan dan pembakaran hutan dan lahan untuk diubah fungsinya, misalnya dari hutan
lindung menjadi hutan produksi.
Masalah ekologi lainnya adalah degradasi tanah atau hilangnya kesuburan tanah. Ini dapat
diakibatkan oleh erosi akibat air dan angin, penggaraman dan pengasaman, dan sebagainya.
Penyebab hilangnya kesuburan tanah lainnya adalah hilangnya lapisan humus dan mikro
organisme, zat makanan pada tanah, kemampuan tanah menguraikan sampah/limbah. Tanah
yang tandus adalah akibat degradasi tanah sumber tanah seperti yang sudah lama pada
beberapa daerah tandus di Indonesia. Diseluruh dunia, 15% mengalami degradasi. Selain itu
diakibatkan erosi oleh air dan angin, degradasi tanah ini juga disebabkan oleh penggunaan
zat-zat kimia seperti pestisida.
Terancamnya kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati didunia oleh tangan manusia,
dan juga masalah ekologi lainnya, seperti hilang atau punahnya keanekaragaman biologis
tidak hanya berarti sumber daya alam yang tidak ternilai yang dapat digunakan untuk obatobatan tapi juga mengancam keberlangsungan ekosistem secara keseluruhan yang ada
dibumi, mengancam kemampuan alam sebagai penyedia sumber daya untuk produksi (fungsi
ekonomis) dan dalam melakukan fungsi regulasinya. Konsumsi air dari tahun ke tahun juga
terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan usaha-usaha di
sektor pertanian. Dari total konsumsi air di seluruh dunia, sekitar 70% digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sektor pertanian. Pencemaan air dan tanah semakin memperburuk

akibat pengolahan limbah yang berasal dari pabrik atau limbah rumah tangga yang akan

menambah tercemarnya air dan tanah disekitarnya, dan hal tersebut tentunya akan
mengancam ketersediaan air bersih bagi kelangsungan hidup mahluk hidup yang ada dibumi.
Dampak terbesar dari perubahan iklim di dunia adanya bencana yang disebut El Nino. El
Nino merupakan bencana kekeringan yang terjadi yang terjadi akibat meningkatnya suhu
dari rata-rata suhu normalnya sehingga terjadi perubahan musim yang sangat signifikan
seperti yang sedang kita rasakan saat ini, hal ini tentunya berdampak pada kondisi lahan dan
mempengaruhi produktifitas pertanian, dan tentunya dapat berdampak pada rusaknya satu
ekosistem, tatanan kehidupan manusia, dan kerusakan ekologi. Selain itu dapat
mempengaruhi ketersediaan sumberdaya air baik yang ada di permukaan maupun yang ada di
bawah permukaan, menjadi fenomena sosial ketika banyak terjadi kekeringan, berkurangnya
daya tahan pangan dan hilangnya keberfungsiaan lahan. Bencana ekologi terjadi akibat
adanya akumulasi dari seluruh rangkaian proses yang di akibatkan oleh pemanasan global di
dunia.

Upaya Penanggulangan Resiko Bencana
Upaya penanggulangan dalam menghadapi bencana ekologis ini dapat dilakukan dengan
melakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk pengurangan risiko bencana. Upaya dalam
penanggulangan tersebut meliputi upaya-upaya yang dilakukan untuk memperlambat laju
perubahan iklim yang sekarang ini terjadi di setiap negara, meliputi 3 isu yang harus di
perhatikan seperti: (1) pengurangan risiko bencana, (2) perubahan iklim global, dan (3)

pembangunan berkelanjutan, yang menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan dalam
mengelola ancaman bencana alam. Ketika terjadi bencana di suatu wilayah, perlu dilakukan
respon yang cepat terhadap penanganannya memberi jaminan keselamatan, kesehatan dan
hak-hak dasar kepada korban tanpa terkecuali, dalam masa krisis pemulihan cepat terhadap
kehidupan dan penghidupan masyarakat harus dilakukan secara terencana dan terpadu
sehingga dapat ditangani dengan cepat. Proses pemulihan (recovery) menjadi bagian dari
upaya peredaman risiko bencana dimana dalam perencanaan suatu program pemulihan harus
memiliki unsur-unsur terhadap pengurangan risiko bencana, berguna bagi keberlanjutan dan
pembangunan berkelanjutan aman dari risiko bencana.

Kesimpulan
Perubahan ekologis terhadap perubahan global seperti bencana kekeringan, pencemaran air,
degradasi tanah/ kesuburan tanah, dan bencana El Nino dapat menyebabkan hilangnya
keseimbangan ekologi secara global. Upaya pengurangan risiko bencana dapat dilakukan
dengan melakukan tahapan manajemen bencana yang meliputi pencegahan dan mitigasi,
ketanggapan dalam respon menanganin bencana, manajemen emergensi, pemulihan dan
rencana aksi yang dapat berimplikasi terhadap pengurangan risiko bencana.

Daftar Pustaka
Michener, W.K., Jones, M.B., Ecoinformatics: supporting ecology as a data-intensive

science. 2011, pp 1-9.
Dengler, J., Ewald, J., Kuhn, I., Peet, R.K., Ecoinformatics and global change – an overdue
liaison. Journal of Vegetation Science, 2011, pp 577-581.