Sikap dan Kebijakan Pemerintah Terhadap
Praktikum Mankop
Praktikum ke : 13
Kelas/kel
Hari/tanggal : Selasa, 21 Desember 2017
: MAB D2/ 1
SIKAP DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
DI BIDANG PERKOPERASIAN
Kelompok 4
NAMA
NIM
1. Shafa Alfia Nurhalisa
J3J116240
2. Tri Lestari
J3J116261
3. Wisnu Pangestu
J3J116273
4. Vina Elisabeth
J3J216284
5. M.Habib Prawira
J3J216302
6. Elita Avianti Darma
J3J216307
7. Retno Isminingrum
J3J216320
Pembimbing : Dr.Ir. Anita Ristianingrum, M.Si
PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Sikap
dan Kebijakan Pemerintah di Bidang Perekonomian”.
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun karya tulis ini untuk memenuhi tugas
MK Teknik Budidaya Peternakan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah terlibat dalam makalah ini.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak
untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk
kedepannya.
Bogor, 21 Desember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3
Tujuan Masalah.........................................................................................5
PERTANYAAN........................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
2.1 Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap Koperasi............................................7
2.2 Dampak Kebijakan Program Usaha yang dibentuk Pemerintah Terhadap
KUD dan Apakah kebijakan tersebut bisa digolongkan pada sikap “Over
Sympathy”..........................................................................................................13
2.3 Dampak Sikap dan Kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy” bagi
Perkembangan koperasi dan Partisipasi anggotanya..........................................14
2.4 Sikap Pemerintah Untuk Pengembangan Koperasi di Indonesia.................14
BAB III..................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koperasi memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara
karena
dapat
membantu
pemerintah
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat. Terdapat berabagai sikap dan kebijakan pemerintah suatu negara
terhadap koperasi akan mempengaruhi perkembangan koperasi serta kemandirian
dan
keberhasilannya.
perekonomian
yang
kebersamaan,
Koperasi
berdasar
efisiensi,
merupakan
demokrasi
berkeadilan,
bagian
dari
ekonomi
penyelenggara
dengan
berkelanjutan,
prinsip
berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi naisoanal.
Di negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka
membangun
institusi
yang
dapat
menjadi
mitra
negara
dalam
menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan
koperasi
dalam
masyarakat
memperjuangkan
ditonjolkan
di
negara
peningkatan
berkembang,
kesejahteraan
baik
oleh
p e m e r i n t a h k o l o n i a l m a u p u n p e m e r i n t a h a n bangsa sendiri setelah
kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan
dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi
pengembangan koperasi serta dukungan perlindungan yang diperlukan.
Koperasi yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan kinerja
yang semakin baik tidak terlepas sari sikap dan kebijakan pemerintah yang
menggambarkan
sikap yang berbeda dengan
tindakan
negara
lainnya.
Pertumbuhan gerakan koperasi ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan
Pemerintah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sikap pemerintah Indonesia terhadap Koperasi ? Berikan contoh
dan alasannya
1.2.2 Dalam pengembangan usaha Koperasi, khususnya KUD, pemerintah banyak
memberikan bantuan dalam bentuk program-program usaha seperti pengadaan
pangan, pupuk, KUT, KCK, dan lain-lain. Bagaimana pendapat kelompok Anda,
apakah hal tersebut berdampak baik atau buruk terhadap koperasi? Apakah
kebijakan tersebut bisa digolongkan pada sikap “Over Sympathy”?
1.2.3 Bagaiamana sikap dan kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy” selalu
berdampak buruk bagi perkembangan koperasi dan partisipasi anggotanya ?
Bagaimana sikap pemerintah yang paling tepat untuk pengembangan koperasi di
Indonesia serta berikan contoh pelaksanaanya.
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1
Bagaimana sikap pemerintah Indonesia terhadap Koperasi ? Berikan
1.3.2
contoh dan alasannya
Dalam pengembangan usaha Koperasi, khususnya KUD, pemerintah
banyak memberikan bantuan dalam bentuk program-program usaha seperti
pengadaan pangan, pupuk, KUT, KCK, dan lain-lain. Bagaimana pendapat
kelompok Anda, apakah hal tersebut berdampak baik atau buruk terhadap
koperasi? Apakah kebijakan tersebut bisa digolongkan pada sikap “Over
1.3.3
Sympathy”?
Bagaiamana sikap dan kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy”
selalu berdampak buruk bagi perkembangan koperasi dan partisipasi
anggotanya ? Bagaimana sikap pemerintah yang paling tepat untuk
pengembangan koperasi di Indonesia serta berikan contoh pelaksanaanya.
PERTANYAAN
1. Bagaimana sikap pemerintah Indonesia terhadap Koperasi ? Berikan
contoh dan alasannya
2. Dalam pengembangan usaha Koperasi, khususnya KUD, pemerintah
banyak memberikan bantuan dalam bentuk program-program usaha seperti
pengadaan pangan, pupuk, KUT, KCK, dan lain-lain. Bagaimana pendapat
kelompok Anda, apakah hal tersebut berdampak baik atau buruk terhadap
koperasi? Apakah kebijakan tersebut bisa digolongkan pada sikap “Over
Sympathy”?
3. Bagaiamana sikap dan kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy”
selalu berdampak buruk bagi perkembangan koperasi dan partisipasi
anggotanya ? Bagaimana sikap pemerintah yang paling tepat untuk
pengembangan koperasi di Indonesia serta berikan contoh pelaksanaanya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap Koperasi
Koperasi merupakan badan usaha bersama yang bertumpu pada prinsip
ekonomi kerakyatan yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Berbagai
kelebihan yang dimiliki oleh koperasi seperti efisiensi biaya serta dari
peningkatan economies of scale jelas menjadikan koperasi sebagai sebuah
bentuk badan usaha yang sangat prospekrif di Indonesia. Namun, dari
kelebihan tersebut justru koperasi masih sangat sulit untuk berkembang di
Indonesia. Dalam perkembangannya koperasi masih saja mengalami pasang
surut meskipun upaya Pemerintah untuk memberdayakan koperasi seolah
tidak pernah habis. Berbagai bantuan dari Pemerintah seperti KKop, Kredit
Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan besar ke
Koperasi, skim program KUK dari bank dan Kredit Kesehatan Pangan yang
merupakan kredit komersial dari perbankan, Permodalan Nasional Madani
(PNM), terus mengalir untuk memberdayakan gerakan ekonomi kerakyatan
ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang menangani di luar
Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha
Kecil Menengah), yang sebagai memacu gerakan ini untuk terus maju.
Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi
marjinal, pelaku bisnis yang perlu “dikasihani”. Adapun berbagai
permasalahan yang sering dihadapi di Koperasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kurangnya partisipasi anggota
Sosialisasi Koperasi
Manajemen
Permodalan
Sumber daya manusia
Kurangnya keadaan masyarakat
Demokrasi ekonomi yang kurang
Secara umum permasalahan yang dihadapi koperasi dapat di kelompokan
terhadap 2 masalah. Yaitu :
a. Permasalahan Internal
1. Kebanyakan pengurus koperasi telah lanjut usia sehingga kapasitasnya
terbatas;
2. Pengurus koperasi juga tokoh dalam masyarakat, sehingga “rangkap
jabatan” ini menimbulkan akibat bahwa fokus perhatiannya terhadap
pengelolaan koperasi berkurang sehingga kurang menyadari adanya
perubahan-perubahan lingkungan;
3. Bahwa ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan dalam
memulihkannya;
4. Oleh karena terbatasnya dana maka tidak dilakukan usaha pemeliharaan
fasilitas (mesin-mesin), padahal teknologi berkembang pesat; hal ini
mengakibatkan harga pokok yang relatif tinggi sehingga mengurangi
kekuatan bersaing koperasi;
5. Administrasi kegiatan-kegiatan belum memenuhi standar tertentu sehingga
menyediakan data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap; demikian
pula data statistis kebanyakan kurang memenuhi kebutuhan;
6. Kebanyakan anggota kurang solidaritas untuk berkoperasi di lain pihak
anggota banyak berhutang kepada koperasi;
7. Dengan modal usaha yang relatif kecil maka volume usaha terbatas; akan
tetapi bila ingin memperbesar volume kegiatan, keterampilan yang dimiliki
tidak mampu menanggulangi usaha besar-besaran; juga karena insentif
rendah sehingga orang tidak tergerak hatinya menjalankan usaha besar yang
kompleks.
b. Permasalahan eksternal
1. Bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara bebas
memasuki bidang usaha yang sedang ditangani oleh koperasi;
2. Karena dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu koperasi tidak dapat lagi
menjalankan usahanya dengan baik,
3. Kegagalan koperasi pada waktu
pertanggungjawaban
kepada
yang
masyarakat
lalu
yang
tanpa
adanya
menimbulkan
ketidakpercayaan pada masyarakat tentang pengelolaan koperasi;
4. Tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan penjualan
sekarang tidak dapat dimanfaatkan untuk meneruskan usaha, justru
menciutkan usaha.
Persoalan-persoalan yang dihadapi koperasi kiranya menjadi relatif lebih
akut, kronis, lebih berat oleh karena beberapa sebab :
1. Kenyataan bahwa pengurus atau anggota koperasi sudah terbiasa dengan
sistem penjatahan sehingga mereka dahulu hanya tinggal berproduksi, bahan
mentah tersedia, pemasaran sudah ada salurannya, juga karena sifat pasar
“sellers market” berhubungan dengan pemerintah dalam melaksanakan
politik. Sekarang sistem ekonomi terbuka dengan cirri khas : “persaingan”.
Kiranya diperlukan penyesuaian diri dan ini memakan waktu cukup lama.
2. Para anggota dan pengurus mungkin kurang pengetahuan/skills dalam
manajemen. Harus ada minat untuk memperkembangkan diri menghayati
persoalan-persoalan yang dihadapi.
3. Oleh karena pemikiran yang sempit timbul usaha “manipulasi” tertentu,
misalnya dalam hal alokasi order/ tugas-tugas karena kecilnya “kesempatan
yang ada” maka orang cenderung untuk memanfaatkan sesuatu untuk dirinya
terlebih dahulu.
4. Pentingnya rasa kesetiaan (loyalitas) anggota; tetapi karena anggota
berusaha secara individual (tak percaya lagi kepada koperasi) tidak ada waktu
untuk berkomunikasi, tidak ada pemberian dan penerimaan informasi, tidak
ada tujuan yang harmonis antara anggota dan koperasi dan seterusnya,
sehingga persoalan yang dihadapi koperasi dapat menghambat perkembangan
koperasi.
Adapun Sikap dan kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi :
1. Antagonism (antipasti)
Pada mulanya timbul gerakan Koperasi di negara-negara, pemerintah pada
waktu itu memperlihatkan sikap merintangi atau melakukan pengawasan
yang keras terhadap koperasi. Sikap-sikap tersebut ditunjukkan dengan sistem
perpajakan yang tidak adil, peraturan-peraturan atau undang- undang yang
mencegah atau menyulitkan dalam hal menjalankan teknik ke- koperasian. Di
negara-negara totaliter terlihat pengawasan Pemerintah yang berlebihan
terhadap gerakan Koperasi. Pemerintah memberikan aturan yang sangat sulit
untuk dipenuhi oleh rakyat dengan bayaran pajak yang tinggi ataupun
birokrasi administrasi yang berbelit-belit. Hal ini pernah terjadi di Indonesia
pada masa penjajahan Belanda. Pemerintahan Belanda berupaya menghalangi
pembentukan koperasi karena khawatir akan menjadi kekuatan yang dapat
melawan pemerintahan Belanda.
2. Indiference (Netral)
Sikap pemerintah yang memperlakukan koperasi sama dengan berbagai
bentuk badan usaha lain. Sikap acuh tak acuh atau tidak memperhatikan
ternyata dari tidak adanya peraturan-peraturan yang memungkinkan koperasi
bekerja
secara
wajar.
Sikap
pemerintah
tersebut
sepertinya
tidak
menggambarkan sikap menghalangi gerakan, tetapi tidak pula mengerti
bahwa gerakan koperasi itu merupakan bagian yang dinamis dalam
perekonomian serta sosial negara-negara dan negara berlaku seolah-olah
gerakan ini tidak ada. Sikap ini sering muncul di negara-negara Eropa dimana
koperasi baru lahir.
Sikap pemerintah yang acuh tak acuh (indifference), biasanya terjadi pada
saat koperasi baru berdiri pada negara atau daerah yang menganut otonomi
daerah. Pemerintahannya tidak memberikan perhatian ataupun layanan yang
memadai terhadap koperasi. Sehingga koperasi yang ada seakan-akan ada dan
tiada.
3. Over Sympaty (terlalu simpati)
Sikap pemerintah yang memanjakan atau membantu berlebihan terhadap
koperasi. Ada beberapa negara yang memberikan perhatian sangat besar
terhadap gerakan koperasi. Pemerintah ingin sekali menjalankan segala
sesuatu sedapat- dapatnya bahkan memberikan bantuan yang berlebih-lebihan
untuk gerakan koperasi. Semua itu dilakukan karena sistem koperasi
dianggap sebagai organisasi rakyat yang baik dan tepat untuk mengadakan
perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat di negara-negara bersangkutan.
Wujud sikap over sympaty ini ialah memberikan dorongan secara aktif untuk
pembentukan koperasi-koperasi secara cepat. Namun hal ini justru merugikan
koperasi itu sendiri karena kelangsungan hidupnya tergantung oleh bantuan
pemerintah.
Dalam perkembangan perkoperasian ini, Indonesia pernah
mendapatkan sikap tersebut yaitu pada saat koperasi terlahir. Berdirinya
koperasi mendapatkan dorongan dari Pemerintah yaitu dengan memberikan
bantuan tenaga atau modal.
4. Wheel Balance (Simpati)
Sikap ideal (well balanced), pemerintah memberikan bantuan yang wajar
sesuai dalam batas dan prinsip koperasi. Pemerintah tidak memanjakan
koperasi, sehingga koperasi dapat berkembang dengan baik dan mampu
mandiri pada akhirnya. Koperasi yang tumbuh dan berkembang seiring
dengan kemajuan kinerja yang semakin baik tidak terlepas dari sikap dan
kebijakan pemerintah yang menggambarkan sikap yang berbeda dengan
tindakan negara lainnya. Pertumbuhan gerakan koperasi ditentukan oleh sikap
yang diperlihatkan pemerintah terhadap koperasi. Sikap-sikap pemerintah
terhadap setiap koperasi berbeda-beda sesuai dengan kondisi koperasi
tersebut. Sikap pemerintah dapat bersifat berlawanan, acuh tak acuh, simpati
berlebihan dan seimbang. Sikap ini tergantung dari kondisi koperasi. Pada
umumnya sikap pemerintah terhadap koperasi yang diterapkan di Indonesia
adalah sikap over sympathy dan well balance . Kedua sikap tersebutlah yang
mendasari perkembangan dan pasang surut koperasi sampai saat ini. Pada
dasarnya pemerintah, berupaya untuk menumbuh kembangkan koperasi
menjadi alternatif gerakan kekuatan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, perlu
dipelajari dan dipahami sikap dan kebijakan pemerintah mana yang paling
cocok untuk diterapkan pada Koperasi Indonesia untuk menghadapi
gempuran globalisasi.
Dari empat sikap dan kebijakan Pemerintah tersebut, menurut pendapat
kelompok kami sikap pemerintah yang antipasti terhadap koperasi pernah
terjadi di negara Jerman pada masa pemerintahan Hilter. Sikap antipasti
tersebut juga pernah terjadi di Hindia Belanda (Indonesia) pada zaman
penjajahan karena pada masa itu pemerintah jajahan merasakan bahaya
dengan adanya koperasi sebagai organisasi rakyat yang mengajarkan
demokrasi. Sikap pemerintah yang netral terhadap koperasi terdapat antara
lain di negara Amerika Serikat dan Australia dimana koperasi harus bersaing
dengan badan usaha lain, siapa yang kuat maka akan menang.
Sikap terlalu simpati pada koperasi tercermin pada peranan pemerintah yang
memasuki manajemen koperasi untuk membantu koperasi. Namun, sikap
tersebut dapat mematikan inisiatif yang tumbuh dari koperasi sendiri karena
membuat koperasi menjadi tidak mandiri. Sikap simpati pada koperasi
ditunjukkan oleh berbagai negara seperti India, Malaysia, Korea, dan
Indonesia dimana pemerintah memberikan iklim yang baik kepada koperasi
untuk melakukan usahanya. Peran pemerintah disini bukan untuk memasuki
manajemen koperasi, melainkan untuk memberikan dorongan kepada
koperasi untuk memajukan koperasi karena hal tersebut pemerintah tidak ikut
campur dalam pengambilan keputusan, tetapi koperasi sendirilah yang
mengambil keputusannya. Pemerintah di negara-negara sedang berkembang
pada umumnya turut aktif dalam upaya membangun koperasi dengan tujuan
untuk mendorong adanya kesadaran untuk menggerakan koperasi yang dapat
mensejahterakan masyarakat. Keikutsertaan pemerintah dalam pembinaan
koperasi tersebut dapat berlangsung secara efektif, tentu perlu dilakukan
koordinasi antara satu bidang dengan bidang lainnya. Tujuannya adalah agar
terdapat keselarasan dalam menentukan pola pembinaan koperasi secara
nasional. Terbangunnya keselarasan dalam pola pembinaan maka diharapkan
dapat benar-benar meningkatnya kemampuannya, baik dalam meningkatkan
kesejahteraan anggota dan masyarakat disekitarnya, maupun dalam turut serta
membangun system perekonomian nasional.
Bantuan dari pemerintah diharapkan untuk membantu berkembangnya
koperasi, namun pemberian bantuan tersebut perlu memperrhatikan hal
berikut :
1. Bantuan dari luar, hendaknya dimaksudkan : “menolong agar yang
berkepentingan selanjutnya dapat menolong diri sendiri” – “Helping People
to Help Themselves”
2. Di dalam praktek sulit membedakan untuk menentukan batas bantuan
pemerintah yang wajar lenyap dan pemanjaan mulai. Batas tersebut apabila
koperasi tidak lagi dapat berdiri sendiri (hidup) atau tidak dapat berjalan lagi
apabila bantuan dihentikan atau ditiadakan.
3. Bantuan pemerintah yang diberikan kepada koperasi dapat berdampak
positif maupun negative.
2.2 Dampak Kebijakan Program Usaha yang dibentuk Pemerintah
Terhadap KUD dan Apakah kebijakan tersebut bisa digolongkan pada
sikap “Over Sympathy”
Menurut kelompok kami bantuan yang diberikan oleh pemerintah
memiliki dua sudut pandang. Sudut pandang tersebut dapat dilihat dari perilaku
pengurus koperasi, sudut pandang tersebut bisa berdampak positif maupun
berdampak negative. Berdampak positif apabila bantuan pemerintah dapat
digunakan semestinya dan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan
masyarakat di sekitarnya, dan mampu membangun system perekonomian
nasional. Adapun dampak negatifnya yaitu dapat mematikan inisiatif yang tumbuh
dari koperasi yang menjadikan koperasi tidak mandiri, hal ini sangat bertolak
belakang dengan kemandirian koperasi karena koperasi seakan dimanjakan oleh
pemerintah dengan bantuan-bantuan tersebut sehingga angota koperasi itu sendiri
enggan berusaha sendiri untuk memajukan koperasinya melainkan hanya
mengandalkan bantuan- bantuan pemerintah dan anggota koperasi yang
bergabung dalam koperasi tersebut hanya ingin mendapatkan bantuan-bantuan
dari pemerintah dan bukan bergabung untuk memajukan koperasi seperti pada
prinsip-prinsip koperasi.
Menurut kelompok kami kebijakan pemerintah dapat digolongkan pada
suatu tindakan “Over Sympathy”. Hal ini dapat dibuktikkan dengan perhatian
yang sangat berlebihan dengan memberikan berbagai bantuan baik secara materi
maupun non materi kepada koperasi.
2.3 Dampak Sikap dan Kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy” bagi
Perkembangan koperasi dan Partisipasi anggotanya
Menurut pendapat kelompok kami, sikap dan kebijakan pemerintah yang
“Over Sympathy” tidak selalu berdampak buruk bagi perkembangan koperasi dan
partisipasi anggotanya. Sikap dan kebijakan pemerintah yang diberikan kepada
koperasi
dapat
dilihat
dari
perkembangan
koperasi,
apabila
koperasi
memanfaatkan bantuan pemerintah tersebut dan tidak bergantung dengan bantuan
pemerintah untuk selanjutnya melainkan berusaha untuk mengganti bantuan
pemerintah tersebut. Maka koperasi tercermin memiliki motivasi tersendiri untuk
membangun
system
perekonomian
nasional,
dan
memiliki
rasa
ingin
meningkatkan kesejahteraan angora dan masyarakat disekitarnya.
2.4 Sikap Pemerintah Untuk Pengembangan Koperasi di Indonesia
Menurut kelompok kami sikap pemerintah yang paling tepat untuk
pengembangan koperasi di Indonesia adalah dengan cara bermitra kerja atau
dengan memberikan bantuan dengan tidak cuma-cuma melainkan koperasi wajib
mengembalikan bantuan dari pemerintah tersebut dengan jangka waktu yang
ditentukan oleh pemerintah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari empat sikap dan kebijakan Pemerintah tersebut, menurut pendapat
kelompok kami sikap pemerintah yang antipasti terhadap koperasi pernah terjadi
di negara Jerman pada masa pemerintahan Hilter. Sikap antipasti tersebut juga
pernah terjadi di Hindia Belanda (Indonesia) pada zaman penjajahan karena pada
masa itu pemerintah jajahan merasakan bahaya dengan adanya koperasi sebagai
organisasi rakyat yang mengajarkan demokrasi. Sikap pemerintah yang netral
terhadap koperasi terdapat antara lain di negara Amerika Serikat dan Australia
dimana koperasi harus bersaing dengan badan usaha lain, siapa yang kuat maka
akan menang. Sikap terlalu simpati pada koperais tercermin pada peranan
pemerintah yang memasuki manajemen koperasi untuk membantu koperasi.
Namun, sikap tersebut dapat mematikan inisiatif yang tumbuh dari koperasi
sendiri karena membuat koperasi menjadi tidak mandiri.
3.2 Saran
Pemerintah harus lebih tegas lagi apabila pemerintah masih menghadapi
koperasi yang masih memanfaatkan keadaan pemerintah dalam kebijakan
memberikan berbagai bantuan dengan cara tidak cuma-cuma melainkan koperasi
wajib mengembalikan bantuan dari pemerintah tersebut dengan jangka waktu
yang ditentukan oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Buku Panduan Kuliah Manajemen Koperasi
Praktikum ke : 13
Kelas/kel
Hari/tanggal : Selasa, 21 Desember 2017
: MAB D2/ 1
SIKAP DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
DI BIDANG PERKOPERASIAN
Kelompok 4
NAMA
NIM
1. Shafa Alfia Nurhalisa
J3J116240
2. Tri Lestari
J3J116261
3. Wisnu Pangestu
J3J116273
4. Vina Elisabeth
J3J216284
5. M.Habib Prawira
J3J216302
6. Elita Avianti Darma
J3J216307
7. Retno Isminingrum
J3J216320
Pembimbing : Dr.Ir. Anita Ristianingrum, M.Si
PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Sikap
dan Kebijakan Pemerintah di Bidang Perekonomian”.
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun karya tulis ini untuk memenuhi tugas
MK Teknik Budidaya Peternakan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah terlibat dalam makalah ini.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak
untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk
kedepannya.
Bogor, 21 Desember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3
Tujuan Masalah.........................................................................................5
PERTANYAAN........................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
2.1 Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap Koperasi............................................7
2.2 Dampak Kebijakan Program Usaha yang dibentuk Pemerintah Terhadap
KUD dan Apakah kebijakan tersebut bisa digolongkan pada sikap “Over
Sympathy”..........................................................................................................13
2.3 Dampak Sikap dan Kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy” bagi
Perkembangan koperasi dan Partisipasi anggotanya..........................................14
2.4 Sikap Pemerintah Untuk Pengembangan Koperasi di Indonesia.................14
BAB III..................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koperasi memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara
karena
dapat
membantu
pemerintah
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat. Terdapat berabagai sikap dan kebijakan pemerintah suatu negara
terhadap koperasi akan mempengaruhi perkembangan koperasi serta kemandirian
dan
keberhasilannya.
perekonomian
yang
kebersamaan,
Koperasi
berdasar
efisiensi,
merupakan
demokrasi
berkeadilan,
bagian
dari
ekonomi
penyelenggara
dengan
berkelanjutan,
prinsip
berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi naisoanal.
Di negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka
membangun
institusi
yang
dapat
menjadi
mitra
negara
dalam
menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan
koperasi
dalam
masyarakat
memperjuangkan
ditonjolkan
di
negara
peningkatan
berkembang,
kesejahteraan
baik
oleh
p e m e r i n t a h k o l o n i a l m a u p u n p e m e r i n t a h a n bangsa sendiri setelah
kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan
dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi
pengembangan koperasi serta dukungan perlindungan yang diperlukan.
Koperasi yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan kinerja
yang semakin baik tidak terlepas sari sikap dan kebijakan pemerintah yang
menggambarkan
sikap yang berbeda dengan
tindakan
negara
lainnya.
Pertumbuhan gerakan koperasi ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan
Pemerintah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sikap pemerintah Indonesia terhadap Koperasi ? Berikan contoh
dan alasannya
1.2.2 Dalam pengembangan usaha Koperasi, khususnya KUD, pemerintah banyak
memberikan bantuan dalam bentuk program-program usaha seperti pengadaan
pangan, pupuk, KUT, KCK, dan lain-lain. Bagaimana pendapat kelompok Anda,
apakah hal tersebut berdampak baik atau buruk terhadap koperasi? Apakah
kebijakan tersebut bisa digolongkan pada sikap “Over Sympathy”?
1.2.3 Bagaiamana sikap dan kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy” selalu
berdampak buruk bagi perkembangan koperasi dan partisipasi anggotanya ?
Bagaimana sikap pemerintah yang paling tepat untuk pengembangan koperasi di
Indonesia serta berikan contoh pelaksanaanya.
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1
Bagaimana sikap pemerintah Indonesia terhadap Koperasi ? Berikan
1.3.2
contoh dan alasannya
Dalam pengembangan usaha Koperasi, khususnya KUD, pemerintah
banyak memberikan bantuan dalam bentuk program-program usaha seperti
pengadaan pangan, pupuk, KUT, KCK, dan lain-lain. Bagaimana pendapat
kelompok Anda, apakah hal tersebut berdampak baik atau buruk terhadap
koperasi? Apakah kebijakan tersebut bisa digolongkan pada sikap “Over
1.3.3
Sympathy”?
Bagaiamana sikap dan kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy”
selalu berdampak buruk bagi perkembangan koperasi dan partisipasi
anggotanya ? Bagaimana sikap pemerintah yang paling tepat untuk
pengembangan koperasi di Indonesia serta berikan contoh pelaksanaanya.
PERTANYAAN
1. Bagaimana sikap pemerintah Indonesia terhadap Koperasi ? Berikan
contoh dan alasannya
2. Dalam pengembangan usaha Koperasi, khususnya KUD, pemerintah
banyak memberikan bantuan dalam bentuk program-program usaha seperti
pengadaan pangan, pupuk, KUT, KCK, dan lain-lain. Bagaimana pendapat
kelompok Anda, apakah hal tersebut berdampak baik atau buruk terhadap
koperasi? Apakah kebijakan tersebut bisa digolongkan pada sikap “Over
Sympathy”?
3. Bagaiamana sikap dan kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy”
selalu berdampak buruk bagi perkembangan koperasi dan partisipasi
anggotanya ? Bagaimana sikap pemerintah yang paling tepat untuk
pengembangan koperasi di Indonesia serta berikan contoh pelaksanaanya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap Koperasi
Koperasi merupakan badan usaha bersama yang bertumpu pada prinsip
ekonomi kerakyatan yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Berbagai
kelebihan yang dimiliki oleh koperasi seperti efisiensi biaya serta dari
peningkatan economies of scale jelas menjadikan koperasi sebagai sebuah
bentuk badan usaha yang sangat prospekrif di Indonesia. Namun, dari
kelebihan tersebut justru koperasi masih sangat sulit untuk berkembang di
Indonesia. Dalam perkembangannya koperasi masih saja mengalami pasang
surut meskipun upaya Pemerintah untuk memberdayakan koperasi seolah
tidak pernah habis. Berbagai bantuan dari Pemerintah seperti KKop, Kredit
Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan besar ke
Koperasi, skim program KUK dari bank dan Kredit Kesehatan Pangan yang
merupakan kredit komersial dari perbankan, Permodalan Nasional Madani
(PNM), terus mengalir untuk memberdayakan gerakan ekonomi kerakyatan
ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang menangani di luar
Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha
Kecil Menengah), yang sebagai memacu gerakan ini untuk terus maju.
Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi
marjinal, pelaku bisnis yang perlu “dikasihani”. Adapun berbagai
permasalahan yang sering dihadapi di Koperasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kurangnya partisipasi anggota
Sosialisasi Koperasi
Manajemen
Permodalan
Sumber daya manusia
Kurangnya keadaan masyarakat
Demokrasi ekonomi yang kurang
Secara umum permasalahan yang dihadapi koperasi dapat di kelompokan
terhadap 2 masalah. Yaitu :
a. Permasalahan Internal
1. Kebanyakan pengurus koperasi telah lanjut usia sehingga kapasitasnya
terbatas;
2. Pengurus koperasi juga tokoh dalam masyarakat, sehingga “rangkap
jabatan” ini menimbulkan akibat bahwa fokus perhatiannya terhadap
pengelolaan koperasi berkurang sehingga kurang menyadari adanya
perubahan-perubahan lingkungan;
3. Bahwa ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan dalam
memulihkannya;
4. Oleh karena terbatasnya dana maka tidak dilakukan usaha pemeliharaan
fasilitas (mesin-mesin), padahal teknologi berkembang pesat; hal ini
mengakibatkan harga pokok yang relatif tinggi sehingga mengurangi
kekuatan bersaing koperasi;
5. Administrasi kegiatan-kegiatan belum memenuhi standar tertentu sehingga
menyediakan data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap; demikian
pula data statistis kebanyakan kurang memenuhi kebutuhan;
6. Kebanyakan anggota kurang solidaritas untuk berkoperasi di lain pihak
anggota banyak berhutang kepada koperasi;
7. Dengan modal usaha yang relatif kecil maka volume usaha terbatas; akan
tetapi bila ingin memperbesar volume kegiatan, keterampilan yang dimiliki
tidak mampu menanggulangi usaha besar-besaran; juga karena insentif
rendah sehingga orang tidak tergerak hatinya menjalankan usaha besar yang
kompleks.
b. Permasalahan eksternal
1. Bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara bebas
memasuki bidang usaha yang sedang ditangani oleh koperasi;
2. Karena dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu koperasi tidak dapat lagi
menjalankan usahanya dengan baik,
3. Kegagalan koperasi pada waktu
pertanggungjawaban
kepada
yang
masyarakat
lalu
yang
tanpa
adanya
menimbulkan
ketidakpercayaan pada masyarakat tentang pengelolaan koperasi;
4. Tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan penjualan
sekarang tidak dapat dimanfaatkan untuk meneruskan usaha, justru
menciutkan usaha.
Persoalan-persoalan yang dihadapi koperasi kiranya menjadi relatif lebih
akut, kronis, lebih berat oleh karena beberapa sebab :
1. Kenyataan bahwa pengurus atau anggota koperasi sudah terbiasa dengan
sistem penjatahan sehingga mereka dahulu hanya tinggal berproduksi, bahan
mentah tersedia, pemasaran sudah ada salurannya, juga karena sifat pasar
“sellers market” berhubungan dengan pemerintah dalam melaksanakan
politik. Sekarang sistem ekonomi terbuka dengan cirri khas : “persaingan”.
Kiranya diperlukan penyesuaian diri dan ini memakan waktu cukup lama.
2. Para anggota dan pengurus mungkin kurang pengetahuan/skills dalam
manajemen. Harus ada minat untuk memperkembangkan diri menghayati
persoalan-persoalan yang dihadapi.
3. Oleh karena pemikiran yang sempit timbul usaha “manipulasi” tertentu,
misalnya dalam hal alokasi order/ tugas-tugas karena kecilnya “kesempatan
yang ada” maka orang cenderung untuk memanfaatkan sesuatu untuk dirinya
terlebih dahulu.
4. Pentingnya rasa kesetiaan (loyalitas) anggota; tetapi karena anggota
berusaha secara individual (tak percaya lagi kepada koperasi) tidak ada waktu
untuk berkomunikasi, tidak ada pemberian dan penerimaan informasi, tidak
ada tujuan yang harmonis antara anggota dan koperasi dan seterusnya,
sehingga persoalan yang dihadapi koperasi dapat menghambat perkembangan
koperasi.
Adapun Sikap dan kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi :
1. Antagonism (antipasti)
Pada mulanya timbul gerakan Koperasi di negara-negara, pemerintah pada
waktu itu memperlihatkan sikap merintangi atau melakukan pengawasan
yang keras terhadap koperasi. Sikap-sikap tersebut ditunjukkan dengan sistem
perpajakan yang tidak adil, peraturan-peraturan atau undang- undang yang
mencegah atau menyulitkan dalam hal menjalankan teknik ke- koperasian. Di
negara-negara totaliter terlihat pengawasan Pemerintah yang berlebihan
terhadap gerakan Koperasi. Pemerintah memberikan aturan yang sangat sulit
untuk dipenuhi oleh rakyat dengan bayaran pajak yang tinggi ataupun
birokrasi administrasi yang berbelit-belit. Hal ini pernah terjadi di Indonesia
pada masa penjajahan Belanda. Pemerintahan Belanda berupaya menghalangi
pembentukan koperasi karena khawatir akan menjadi kekuatan yang dapat
melawan pemerintahan Belanda.
2. Indiference (Netral)
Sikap pemerintah yang memperlakukan koperasi sama dengan berbagai
bentuk badan usaha lain. Sikap acuh tak acuh atau tidak memperhatikan
ternyata dari tidak adanya peraturan-peraturan yang memungkinkan koperasi
bekerja
secara
wajar.
Sikap
pemerintah
tersebut
sepertinya
tidak
menggambarkan sikap menghalangi gerakan, tetapi tidak pula mengerti
bahwa gerakan koperasi itu merupakan bagian yang dinamis dalam
perekonomian serta sosial negara-negara dan negara berlaku seolah-olah
gerakan ini tidak ada. Sikap ini sering muncul di negara-negara Eropa dimana
koperasi baru lahir.
Sikap pemerintah yang acuh tak acuh (indifference), biasanya terjadi pada
saat koperasi baru berdiri pada negara atau daerah yang menganut otonomi
daerah. Pemerintahannya tidak memberikan perhatian ataupun layanan yang
memadai terhadap koperasi. Sehingga koperasi yang ada seakan-akan ada dan
tiada.
3. Over Sympaty (terlalu simpati)
Sikap pemerintah yang memanjakan atau membantu berlebihan terhadap
koperasi. Ada beberapa negara yang memberikan perhatian sangat besar
terhadap gerakan koperasi. Pemerintah ingin sekali menjalankan segala
sesuatu sedapat- dapatnya bahkan memberikan bantuan yang berlebih-lebihan
untuk gerakan koperasi. Semua itu dilakukan karena sistem koperasi
dianggap sebagai organisasi rakyat yang baik dan tepat untuk mengadakan
perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat di negara-negara bersangkutan.
Wujud sikap over sympaty ini ialah memberikan dorongan secara aktif untuk
pembentukan koperasi-koperasi secara cepat. Namun hal ini justru merugikan
koperasi itu sendiri karena kelangsungan hidupnya tergantung oleh bantuan
pemerintah.
Dalam perkembangan perkoperasian ini, Indonesia pernah
mendapatkan sikap tersebut yaitu pada saat koperasi terlahir. Berdirinya
koperasi mendapatkan dorongan dari Pemerintah yaitu dengan memberikan
bantuan tenaga atau modal.
4. Wheel Balance (Simpati)
Sikap ideal (well balanced), pemerintah memberikan bantuan yang wajar
sesuai dalam batas dan prinsip koperasi. Pemerintah tidak memanjakan
koperasi, sehingga koperasi dapat berkembang dengan baik dan mampu
mandiri pada akhirnya. Koperasi yang tumbuh dan berkembang seiring
dengan kemajuan kinerja yang semakin baik tidak terlepas dari sikap dan
kebijakan pemerintah yang menggambarkan sikap yang berbeda dengan
tindakan negara lainnya. Pertumbuhan gerakan koperasi ditentukan oleh sikap
yang diperlihatkan pemerintah terhadap koperasi. Sikap-sikap pemerintah
terhadap setiap koperasi berbeda-beda sesuai dengan kondisi koperasi
tersebut. Sikap pemerintah dapat bersifat berlawanan, acuh tak acuh, simpati
berlebihan dan seimbang. Sikap ini tergantung dari kondisi koperasi. Pada
umumnya sikap pemerintah terhadap koperasi yang diterapkan di Indonesia
adalah sikap over sympathy dan well balance . Kedua sikap tersebutlah yang
mendasari perkembangan dan pasang surut koperasi sampai saat ini. Pada
dasarnya pemerintah, berupaya untuk menumbuh kembangkan koperasi
menjadi alternatif gerakan kekuatan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, perlu
dipelajari dan dipahami sikap dan kebijakan pemerintah mana yang paling
cocok untuk diterapkan pada Koperasi Indonesia untuk menghadapi
gempuran globalisasi.
Dari empat sikap dan kebijakan Pemerintah tersebut, menurut pendapat
kelompok kami sikap pemerintah yang antipasti terhadap koperasi pernah
terjadi di negara Jerman pada masa pemerintahan Hilter. Sikap antipasti
tersebut juga pernah terjadi di Hindia Belanda (Indonesia) pada zaman
penjajahan karena pada masa itu pemerintah jajahan merasakan bahaya
dengan adanya koperasi sebagai organisasi rakyat yang mengajarkan
demokrasi. Sikap pemerintah yang netral terhadap koperasi terdapat antara
lain di negara Amerika Serikat dan Australia dimana koperasi harus bersaing
dengan badan usaha lain, siapa yang kuat maka akan menang.
Sikap terlalu simpati pada koperasi tercermin pada peranan pemerintah yang
memasuki manajemen koperasi untuk membantu koperasi. Namun, sikap
tersebut dapat mematikan inisiatif yang tumbuh dari koperasi sendiri karena
membuat koperasi menjadi tidak mandiri. Sikap simpati pada koperasi
ditunjukkan oleh berbagai negara seperti India, Malaysia, Korea, dan
Indonesia dimana pemerintah memberikan iklim yang baik kepada koperasi
untuk melakukan usahanya. Peran pemerintah disini bukan untuk memasuki
manajemen koperasi, melainkan untuk memberikan dorongan kepada
koperasi untuk memajukan koperasi karena hal tersebut pemerintah tidak ikut
campur dalam pengambilan keputusan, tetapi koperasi sendirilah yang
mengambil keputusannya. Pemerintah di negara-negara sedang berkembang
pada umumnya turut aktif dalam upaya membangun koperasi dengan tujuan
untuk mendorong adanya kesadaran untuk menggerakan koperasi yang dapat
mensejahterakan masyarakat. Keikutsertaan pemerintah dalam pembinaan
koperasi tersebut dapat berlangsung secara efektif, tentu perlu dilakukan
koordinasi antara satu bidang dengan bidang lainnya. Tujuannya adalah agar
terdapat keselarasan dalam menentukan pola pembinaan koperasi secara
nasional. Terbangunnya keselarasan dalam pola pembinaan maka diharapkan
dapat benar-benar meningkatnya kemampuannya, baik dalam meningkatkan
kesejahteraan anggota dan masyarakat disekitarnya, maupun dalam turut serta
membangun system perekonomian nasional.
Bantuan dari pemerintah diharapkan untuk membantu berkembangnya
koperasi, namun pemberian bantuan tersebut perlu memperrhatikan hal
berikut :
1. Bantuan dari luar, hendaknya dimaksudkan : “menolong agar yang
berkepentingan selanjutnya dapat menolong diri sendiri” – “Helping People
to Help Themselves”
2. Di dalam praktek sulit membedakan untuk menentukan batas bantuan
pemerintah yang wajar lenyap dan pemanjaan mulai. Batas tersebut apabila
koperasi tidak lagi dapat berdiri sendiri (hidup) atau tidak dapat berjalan lagi
apabila bantuan dihentikan atau ditiadakan.
3. Bantuan pemerintah yang diberikan kepada koperasi dapat berdampak
positif maupun negative.
2.2 Dampak Kebijakan Program Usaha yang dibentuk Pemerintah
Terhadap KUD dan Apakah kebijakan tersebut bisa digolongkan pada
sikap “Over Sympathy”
Menurut kelompok kami bantuan yang diberikan oleh pemerintah
memiliki dua sudut pandang. Sudut pandang tersebut dapat dilihat dari perilaku
pengurus koperasi, sudut pandang tersebut bisa berdampak positif maupun
berdampak negative. Berdampak positif apabila bantuan pemerintah dapat
digunakan semestinya dan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan
masyarakat di sekitarnya, dan mampu membangun system perekonomian
nasional. Adapun dampak negatifnya yaitu dapat mematikan inisiatif yang tumbuh
dari koperasi yang menjadikan koperasi tidak mandiri, hal ini sangat bertolak
belakang dengan kemandirian koperasi karena koperasi seakan dimanjakan oleh
pemerintah dengan bantuan-bantuan tersebut sehingga angota koperasi itu sendiri
enggan berusaha sendiri untuk memajukan koperasinya melainkan hanya
mengandalkan bantuan- bantuan pemerintah dan anggota koperasi yang
bergabung dalam koperasi tersebut hanya ingin mendapatkan bantuan-bantuan
dari pemerintah dan bukan bergabung untuk memajukan koperasi seperti pada
prinsip-prinsip koperasi.
Menurut kelompok kami kebijakan pemerintah dapat digolongkan pada
suatu tindakan “Over Sympathy”. Hal ini dapat dibuktikkan dengan perhatian
yang sangat berlebihan dengan memberikan berbagai bantuan baik secara materi
maupun non materi kepada koperasi.
2.3 Dampak Sikap dan Kebijakan pemerintah yang “Over Sympathy” bagi
Perkembangan koperasi dan Partisipasi anggotanya
Menurut pendapat kelompok kami, sikap dan kebijakan pemerintah yang
“Over Sympathy” tidak selalu berdampak buruk bagi perkembangan koperasi dan
partisipasi anggotanya. Sikap dan kebijakan pemerintah yang diberikan kepada
koperasi
dapat
dilihat
dari
perkembangan
koperasi,
apabila
koperasi
memanfaatkan bantuan pemerintah tersebut dan tidak bergantung dengan bantuan
pemerintah untuk selanjutnya melainkan berusaha untuk mengganti bantuan
pemerintah tersebut. Maka koperasi tercermin memiliki motivasi tersendiri untuk
membangun
system
perekonomian
nasional,
dan
memiliki
rasa
ingin
meningkatkan kesejahteraan angora dan masyarakat disekitarnya.
2.4 Sikap Pemerintah Untuk Pengembangan Koperasi di Indonesia
Menurut kelompok kami sikap pemerintah yang paling tepat untuk
pengembangan koperasi di Indonesia adalah dengan cara bermitra kerja atau
dengan memberikan bantuan dengan tidak cuma-cuma melainkan koperasi wajib
mengembalikan bantuan dari pemerintah tersebut dengan jangka waktu yang
ditentukan oleh pemerintah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari empat sikap dan kebijakan Pemerintah tersebut, menurut pendapat
kelompok kami sikap pemerintah yang antipasti terhadap koperasi pernah terjadi
di negara Jerman pada masa pemerintahan Hilter. Sikap antipasti tersebut juga
pernah terjadi di Hindia Belanda (Indonesia) pada zaman penjajahan karena pada
masa itu pemerintah jajahan merasakan bahaya dengan adanya koperasi sebagai
organisasi rakyat yang mengajarkan demokrasi. Sikap pemerintah yang netral
terhadap koperasi terdapat antara lain di negara Amerika Serikat dan Australia
dimana koperasi harus bersaing dengan badan usaha lain, siapa yang kuat maka
akan menang. Sikap terlalu simpati pada koperais tercermin pada peranan
pemerintah yang memasuki manajemen koperasi untuk membantu koperasi.
Namun, sikap tersebut dapat mematikan inisiatif yang tumbuh dari koperasi
sendiri karena membuat koperasi menjadi tidak mandiri.
3.2 Saran
Pemerintah harus lebih tegas lagi apabila pemerintah masih menghadapi
koperasi yang masih memanfaatkan keadaan pemerintah dalam kebijakan
memberikan berbagai bantuan dengan cara tidak cuma-cuma melainkan koperasi
wajib mengembalikan bantuan dari pemerintah tersebut dengan jangka waktu
yang ditentukan oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Buku Panduan Kuliah Manajemen Koperasi