Pengertian dan Karakteristik Agama Islam

Lembar Tugas Mandiri
Judul
Islam

:

Pengertian dan Karakteristik Agama Islam Serta Sumber Agama

Nama

:

Rizky Saputra Telaumbanua

Judul buku

:

Islam Agama Universal

Penulis


:

Dr. Kaelany HD., MA

Data publikasi

:

Secara etimologis, Islam berasal dari kata aslama-yuslima-islaman (dari akar
kata salima yang artinya selamat, sentosa). Dalam pendapat lain dikatakan bahwa
islam berasal dari kata assilmu dan assalmu yang berarti perdamaian dan
keamanan. Ada juga yang berpendapat bahwa Islam berasal dari kata assalamuassalmu-assilmu yang berarti menyerahkan diri, tunduk, dan taat. Semua akar kata
tersebut dibentuk dari tiga huruf yaitu sin, lam, mim yang berarti sejahtera, tidak
tercela, dan selamat. Secara terminologis “Islam adalah kaidah hidup yang
diturunkan kepada manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi, dan terbina
dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al-Qur’an yang suci yang
diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya yang terakhir, Muhammad SAW” (Almasdoosi,
1962). Adapun secara syar’I terdapat berbagai ayat Al-Quran yang menjelaskan
tentang pengertian Islam, seperti Ali Imran ayat 19, 85, 102 dan Al-Maidah ayat 3.

Dalam surah Ali Imran ayat 3, Allah SWT berfirman “Barangsiapa mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya”.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam berarti selamat,
damai, sentosa dan suci yang diraih dari ketundukan dan kepatuhan yang penuh
kepada pencipta, Allah SWT.
Agama Islam sebagai satu-satunya agama yang diakui disisi Allah SWT (Ali
Imran, 3:19) memiliki enam karakteristik. Pertama, ajaran Islam sederhana,
rasional, praktis, dan mendorong manusia berpikir serta menggunakan akal dan
pikirannya. Kedua, kesatuan antara kebendaan dan kerohanian. Kebendaan berarti
segala wujud material yang dapat ditangkap dengan panca indera, misalnya,
membersihkan diri dari hadas dan najis. Sedangkan kerohanian adalah segala wujud
spiritual yang berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan, misalnya
membersihkan hati dari sifat iri dan dengki. Ketiga, Islam memberikan petunjuk bagi
seluruh kehidupan manusia. Keempat, keseimbangan antara individu dan
masyarakat. Kelima, Islam bersifat menyeluruh dan universal, artinya islam
diturunkan untuk seluruh manusia dan mengakui bahwa setiap manusia memiliki
tanggung jawab terhadap Tuhan yang Esa, Allah SWT. Keenam, ketetapan dan
perubahan, artinya ajaran islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran dan
hadits adalah bersifat kekal. Namun pedoman tersebut hanya berisi aturan umun


dan garis besar saja, sehingga memberikan keluwesan bagi manusia untuk
berijtihad sesuai dengan kondisi dan situasi yang terjadi
Sumber ajaran Islam layaknya sebuah hierarki dengan Al-Quran sebagai
sumber utama, As-sunnah (Al-Hadits) sebagai penjabaran dari Al-Qur’an, serta
Ijtihad sebagai solusi jika terdapat ketidakjelasan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
(Al-Hadits). Al-Qur’an yang begitu istimewa memang sulit untuk diambil satu
definisi yang mencakup keseluruhan kandungannya. Kendati demikian salah satu
defenisi Al-Quran adalah “Wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad
SAW” (Dawud al-Attar, 1979). Al-Qur’an sebagai kitab umat islam memiliki lima
kandungan utama. Pertama, pokok – pokok keimanan atau tauhid kepada Allah SWT.
Kedua, prinsip – prinsip syari’ah sebagai dasar manusia berpijak dalam hidup.
Ketiga, janji atau kabar gembira (basyir) dan ancaman siksa (nadzir). Keempat,kisah
dan sejarah. Kelima dasar dan isyarat ilmu pengetahuan.
As-Sunnah diartikan sebagai informasi yang disandarkan kepada Rasulullah
SAW, berupa ucapan, perbuatan, atau keizinan (af’al, aqwal, dan tarqiq)
(Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib, 1975). Sedangkan untuk pengertian Al-Hadits terdapat
perbedaan pendapat, ada yang mengatakan bahwa Al-Hadits sama dengan AsSunnah, tapi ada juga yang mengatakan bahwa Al-Hadits berbeda dengan AsSunnah. Pendapat kedua menyatakan bahwa Al-Hadits adalah catatan mengenai
ucapan, perbuatan dan keizinan Nabi Muhammad SAW, sementara As-Sunnah
adalah ucapan, perbuatan, dan keizinan Nabi Muhammad SAW yang asli.
Kedudukan As-Sunnah adalah sebagai sumber hukum Islam kedua setelah AlQur’an. Fungsi As-Sunnnah adalah penguat Al-Qur’an, penjelas Al-Qur’an, dan

pembuat hukum.
Selain Al-Qur’an dan As-Sunnah (Al-Hadits), sumber hukum Islam yang lain
adalah ijtihad. Pengertian ijtihad (berasal dari kata Jahada) adalah “Berusaha
sekeras-kerasnya untuk membentuk penilaian yang bebas tentang sesuatu masalah
hukum” (Mukti Ali, 1990). Dalam konteks keislaman, ijtihad dapat diartikan sebagai
hukum Islam yang dibuat oleh para ahli (Mujtahid) dengan berdasarkan Al-Quran
dan As-Sunnah. Adapun yang menjadi objek ijtihad adalah yang tidak berkaitan
dengan aqidah dan ibadah. Metode ijtihad ada tiga yaitu Qiyas (menerapkan hukum
perbuatan tertentu kepada perbuatan lain yang memiliki kesamaan), Istihsan
(menetapkan hukum berdasarkan prinsip-prinsip umum ajaran Islam), Masalihul
mursalah
(menetapkan
hukum
berdasarkan
tinjauan
kegunaan
dan
kemanfaatannya sesuai dengan tujuan syariat.

Referensi :

Azra, Azyumardi. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta :
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam. 2002