pembahasan sifat kimia sayur dan buah.do

PEMBAHASAN
Setiap komoditas bahan pangan memiliki karakteristik fisik dan kimia
yang

berbeda-beda,

perbedaan

ini

akan

mempengaruhi

umur

simpan,

penyimpanan dan penanganan pasca panen dan pengolahannya. Pada praktikum
kali ini, praktikan menguji sifat kimia sayur dan buah yang meliputi uji keasaman
(pH), total padatan terlarut (TPT), total asam tertitrasi (TAT) dan kadar vitamin C.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia beberapa sampel
sayur dan buah, yaitu wortel, cabai, tomat, jambu biji, mangga, dan jeruk.
A. Keasaman (pH)
pH merupakan singkatan dari pondus hydrogenii. pH didefinisikan
sebagai negatif logaritma sepuluh konsentrasi ion hidrogen, dapat dituliskan
sebagai berikut.
pH = - log [H+]
Konsentrasi ion hidrogen yang aktif biasa dinyatakan dengan pH dan sering
digunakan untuk menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam makanan dan
produk yang dihasilkan (Saeni 1989 dalam Mariance, R., 2006). Pengujian
pH dilakukan menggunakan pH meter.
Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui karakteristik keasaman
dari setiap sampel yang diuji, sehingga praktikan tahu bagaimana cara
penanganan sampel agar tidak terkontaminasi oleh mikroba. Setiap mikroba
memiliki pH optimum untuk tumbuh. Beberapa mikroba tidak dapat tumbuh
atau terhambat pertumbuhannya pada pH rendah. Komoditas sayuran
memiliki pH yang lebih tinggi dibandingkan dengan buah, artinya sayuran
lebih mudah terkontaminasi oleh mikroba dibandingkan dengan buah.
Berdasarkan hasil pengamatan, sampel yang memiliki pH tertinggi
adalah wortel, yaitu 5,85. Sedangkan pH terendahnya adalah mangga, yaitu

2,82. Mangga yang diuji adalah mangga kweni muda yang masih tinggi
kandungan asam-asam organiknya. Tingkat kematangan dan umur suatu
komoditas akan mempengaruhi nilai pH yang dikandungnya.
B. Total Padatan Terlarut (TPT)

Total padatan terlarut (TPT) merupakan total unsur atau elemen
mineral yang terlarut didalam suatu larutan atau air yang mana air sendiri
memiliki sifat sebagai pelarut universal (Apriliyan, D.B., et al., 2015, hlm.
175). Setijorini dan Sulistiana (2001 dalam Apriliyan, D.B., et al., 2015, hlm.
176) menyebutkan bahwa total padatan terlarut disebut juga dengan kadar
gula total, karena kualitas rasa manis dari buah diukur dengan pengukuran
total padatan terlarut, karena gula merupakan komponen utama dari total
padatan terlarut itu sendiri. Pengujian TPT dilakukan menggunakan
refraktometer.
Faktor umur dan kematangan buah sangat mempengaruhi kadar TPT
dan TAT. Setelah pemasakan, kandungan gula akan meningkat akibat adanya
konversi pati menjadi gula dengan bantuan amilase dan fosforilase.
Sementara itu, kandungan asam-asam organik dalam buah menurun sejalan
dengan pemasakan akibat pemakaian asam-asam tersebut pada siklus Kreb’s
respirasi (Wills, et al., 1989 dalam Agustina, S., 2015, hlm. 5).

Baldwin (1999 dalam Apriliyan, D.B., et al., 2015, hlm. 176)
menyebutkan bahwa, pada buah yang tergolong klimakterik, respirasinya
meningkat pada proses penyimpanan, mangga, tomat dan jambu biji termasuk
ke dalam golongan klimaterik.
Gambar B.1 Perubahan Total Padatan Terlarut Buah Mangga Arumanis
Selama Penyimpanan.

Sumber: Agustina, S., 2015
Gambar B.1 merupakan salah satu contoh perubahan TPT pada buah
klimaterik, kandungan TPT cenderung meningkat hingga penyimpanan hari

ke-6, namun sebaliknya dari penyimpanan hari ke-6 hingga hari ke-9
kandungan TPT cenderung menurun.
Berdasarkan hasil pengamatan, kandungan TPT jambu biji adalah
6,28o brix lebih tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya. Dan sampel yang
memiliki kandungan TPT terendah adalah wortel 3,20 o brix. Tomat memiliki
kandungan TPT 4,1o brix, lebih tinggi 0,1 dibandingkan dengan hasil
penelitian Tarigan, N.Y.S. (TT) yang berkisar antara 3,40-4.00 o brix,
perbedaan ini mungkin terjadi akibat berbedanya tingkat kematangan dan
umur tomat.

Kandungan TPT cabai adalah 5,28o brix.
Kandungan TPT mangga adalah 4,77o brix. Menurut Harill, R. (1998),
kandungan TPT sempurna buah mangga adalah 14 o brix, sedangkan pada
kadar 4,77o brix termasuk kedalam golongan mangga yang kekurangan
padatan terlarut, karena mangga masih terlalu muda untuk dikonsumsi.
Adapun menurut Harill, R. (1998), kandungan TPT jeruk adalah 6,02 o brix
termasuk kedalam golongan padatan terlarut cukup untuk dikonsumsi.
C. Total Asam Tertitrasi (TAT)
Total Asam Tertitrasi (TAT) berhubungan dengan pengukuran total
asam yang terkandung dalam makanan. TAT merupakan penduga pengaruh
keasaman terhadap rasa dan aroma yang lebih baik dibandingkan dengan pH
(Sadler dan Murphy, 1998). Nilai TAT meliputi pengukuran total asam yang
terdisosiasi dan tidak terdisosiasi, sedangkan pH hanya mengukur total asam
dalam kondisi terdisosiasi (Harris, 2000). Pengujian TAT dilakukan dengan
titrasi menggunakan NaOH 0,0875 N.
Berbanding terbalik dengan angka kadar pH sebelumnya, TAT
komoditas buah lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas sayuran. Semua
sampel hasil uji TAT memiliki angka yang berbanding terbalik dengan kadar
pH dan TPT yang dikandungnya. Berdasarkan hasil pengamatan, mangga
memiliki TAT paling tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya, 9,05 %.

Karena, mangga yang digunakan sebagai sampel adalah mangga kweni yang
masih muda, buah yang masih muda atau belum matang sepenuhnya memiliki
kandungan asam-asam organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan buah
matang.
D. Kadar Vitamin C (Asam Askorbat)

Pengujian kadar vitamin C dilakukan dengan metode titrimetri
menggunakan iod 0,1 N sebagai peniter.
Pada pada pH yang tinggi, asam askorbat mengalami reaksi hidrolisis
oksidasi yang bersifat destruktif sehingga cincin lakton dari asam askorbat
terbuka dan aktivitas vitamin akan hilang. Proses ini terjadi secara alami pada
buah-buahan dan sejumlah asam diketogulonat yang ada pada buah-buahan.
Struktur asam askorbat sangat mirip dengan struktur glukosa, beberapa
glukosa dapat diekstrak dari asam askorbat sampel. Karena strukturnya mirip,
jika menggunakan metode DNPH, glukosa dapat juga berwarna membentuk
kompleks dengan DNPH (dinitrofenil hidrazin) sebagai asam askorbat.
(Rahman, M.M., et al, 2007). Reaksi hidrolisis ini terjadi ketika proses
pematangan buah.
Berdasarkan hasil pengamatan, kadar vitamin C jambu biji adalah
38,28 mg/100 g. Hasil ini sesuai dengan Rismunandar (1981) yang

menyatakan bahwa kadar vitamin C pada jambu biji sebesar 44-389 mg/100
g. Sedangkan kadar vitamin C wortel adalah 3,96 mg/100 g, hasil ini lebih
rendah dibandingakan dengan kadar vitamin C yang dikemukakan Cahyono
(2002), yaitu 6 mg/100 g. Wortel yang diuji memiliki pH yang cukup tinggi
yang akan mempengaruhi kadar vitamin C, pada beberapa komoditas yang
mengandung asam organik rendah.
Kadar vitamin C tomat yang diuji adalah 43,12 mg/100 g lebih tinggi
dibandingkan dengan adar vitamin C Tomat menurut Zahrawan (2005), yaitu
40 mg/100 g. Buah tomat yang masih muda memiliki nilai gizi yang lebih
rendah dibanding buah tomat yang tua. kandungan utama buah tomat adalah
vitamin A dan C serta bebrapa mineral antara lain kalsium, besi, dan fosfor.
Tinggi rendahnya kandungan vitamin A tergantung varietas, sedangkan cuaca
dapat mempengaruhi kadar vitamin C, semakin cerah kadarnya semakin
tinggi (Rismunandar, 2001).
Kadar vitamin C cabai adalah 12,32 mg/100 g, seharusnya kadar
vitamin C pada cabai merupakan kadar vitamin C paling tinggi dibandingkan
dengan semua sampel yang diuji. Menurut Tjahjadi, N (1991), kandungan
Vitamin C pada cabai segar dalam 100 gram adalah 125 mg. Berdasarkan
hasil pengamatan kadar vitamin C cabai tidak terlalu tinggi, hal ini dapat


disebabkan oleh dua faktor, yaitu kualitas cabai yang dipakai sudahtidak baik
ataupun human error.
Kadar vitamin C mangga adalah 7,92 mg/100 g, nilai ini berada
diantara kadar vitamin C mangga mentah (3,00 mg/100 g) dan mangga
matang (13,00 mg/100 g) berdasarkan penelitian yang dilakukan Pracaya
(2005).
Kadar vitamin C jeruk adalah 51,92 mg/100g lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar vitamin C yang ditetapkan oleh Direktorat Gizi
Departemen Kesehatan RI (1972), yaitu 49 mg/100 g. Referensi ini mungkin
sudah cukup lama dan seiring berkembangnya IPTEK banyak ditemukan
varietas unggulan yang memiliki kandungan gizi lebih tinggi.
Perbedaan antara hasil pengamatan yang dilakukan denggan referensi
yang ada mungkin terjadi karena perbedaan umur, tingkat kematangan,
varietas, suhu penyimpanan atau ketelitian praktikan yang kurang (human
error).

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S. (2015). Penentuan Mutu Mangga Arumanis (Mangifera Indica L.)
Secara Nondestruktif Menggunakan Nir Spectroscopy. Tesis. Institut
Pertanian Bogor.

Apriliyan, D.B., Luthfi, M. & Yulianingsih, R. (2015). Analisa Pengaruh Massa
dan Air Terhadap Proses Pemblenderan Pada Uji Kelayakan Pembuatan
Saus Buah Paprika (Capsicum annuum). Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem. Vol. 3 No. 2, Juni 2015, 172 – 178.
Cahyono, B. (2002). Wortel Teknik Budi Daya Analisis Usah Tani. Yogyakarta:
Kanisius.
Direktorat Gizi. (1972). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Harill, R. (1998). Using a Refratometer To Test The Quality Of Fruits &
Vegetables. Pineknoll Publishing.
Harris D C. 2000. Quantitative Chemical Analysis 5th ed. New York(US): W H
Freeman and Company.
Mariance, R. (2006). Karakteristik Fisik Dan pH Sari Wortel. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor
Zahrawan. (2005). Penentuan Mutu Tomat Segar Untuk Konsumsi. BPH.
Lembang, Bandung.
Pracaya. (2005). Bertanam Mangga. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahman, M.M., Rahman Khan, M.M. & Hosain, M.M. (2007). Analysis of
Vitamin C (Asorbic acis) Contents in VariousFruitsand Vegetablesby UVSpectrophotometry. Departement Of Chemistry. Shah Jalal University Of
Science&Technology. Bangladesh.

Rismunandar. (1981). Tanaman Jambu Biji Yang Serbaguna. Bandung: Sinar
Baru.
Rismunandar. (2001). Tanaman Tomat. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sadler GD, Murphy PA. 1998. pH and titrable acidity. Di dalam: Nielsen SS,
editor. Food Analysis 2nd edition. Kluwer Academic(US): Plenum
Publishers.
Tarigan, N.Y.S., Utama, I.M.S. & Kencana,P.K.D. (TT). Mempertahankan Mutu
Buah Tomat Segar Dengan Pelapisan Minyak Nabati. Fakultas Teknologi
Pertanian. Universitas Udayana.
Tjahjadi, N. (1991). Bertanam Cabai. Yogyakarta: Kanisius.