PENGARUH KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2016 2017 | Hasanah | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 10228 21774 1 SM
PENGARUH KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN INTENSITAS
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP
KEAKTIFAN BELAJAR PESERTA DIDIK
KELAS XI SMAN GONDANGREJO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Zaini Rohmad, Slamet Subagyo, dan Fikriyatul Hasanah
Pendidikan S Sosiologi Antropologi, FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
fikriyatulh@gmail.com
ABSTRAK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh keaktifan berorganisasi
terhadap keaktifan belajar peserta didik kelas XI SMAN Gondangrejo Tahun Pelajaran
2016/2017. 2) Pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap keaktifan belajar
peserta didik kelas XI SMAN Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017. 3) Pengaruh
keaktifan berorganisasi dan intensitas penggunaan media sosial terhadap keaktifan belajar
peserta didik kelas XI SMAN Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI SMA N Gondangrejo, sebanyak 251
peserta didik. Sampel yang diambil dengan cluster random sampling, dengan 59 peseta didik.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket dan dokumentasi. Teknis analisis data
menggunakan analisis korelasi product moment Karl Pearson dan analisis regresi ganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan keaktifan berorganisasi terhadap keaktifan belajar peserta didik kelas XI SMAN
Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017. 2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
intensitas penggunaan media sosial terhadap keaktifan belajar peserta didik kelas XI SMAN
Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017. 3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
keaktifan berorganisasi dan intensitas penggunaan media sosial terhadap keaktifan belajar
peserta didik kelas XI SMAN Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: Kuantitatif, Keaktifan Belajar, Keaktifan Belajar, Intensitas Penggunaan
MediaSosial.
ABSTRACT
This research aims to examine: 1) The influence of organizational activeness on the
student’s grade XI active learning in SMA N Gondangrejo school year 2016/2017; 2) The
influence of social media usage intensity on the student’s grade XI active learning in SMA
Gondangrejoschool year 2016/2017; 3) The influence of organizational activeness and
social media usage intensity on the student’s grade XI active learning in SMA N
Gondangrejo school year 2016/2017. The research applied quantitative approach.
Population of this research were all students belong to grade XI of SMA N Gondangrejo
school year 2016/2017, as many 251 students. The subjects of the research were selected by
cluster random sampling technique, as many 59 students. Data were collected by spreading
the questionnaire and documentation method. Technique of data analysis carried out
statistical analysis, using multiple linier regression analysis. The result of the research
shows: (1) There is positive and significant influence of organizational activeness on
student’s grade XI active learning in SMA N Gondangrejo school year 2016/2017; (2) There
is positive and significant influence of social media usage intensity on student’s grade XI
active learning in SMA N Gondangrejo school year 2016/2017; (3) There is positive and
significant influence of organizational activeness and social media usage intensity on the
student’s grade XI active learning in SMA N Gondangrejo school year 2016/2017.
Keyword: Quantitative, Liveliness Learn, Organizational Liveliness, Intensity Usage Social
Media
Pendahuluan
Dewasa ini kita hidup dalam dunia yang
terbuka, dunia tanpa batas, dunia dimana
orang begitu mudah berkomunikasi dan
berinteraksi
dalam
batas-batas
“nation”
semakin tidak jelas dan dunia dirasakan
seolah
semakin
sempit.
Saat
ini
kita
memasuki zaman yang dinamakan abad
global.
Globalisasi
secara
sederhana
mempunyai makna suatu yang mendunia,
mempunyai dampak atau pengaruh yang
tidak mengenal batas dunia. Salah satu
wujud nyata globalisai ditandai dengan
adanya
perkembangan
teknologi
yang
sangat
informasi,
komunikasi
dan
kemajuan
pesat
dan
dibidang
transportasi.
Kehidupan global dalam dunia yang terbuka
memerlukan
manusia-manusia
yang
mempunyai
berkualitas
kualitas
yang
handal.
Manusia
dimaksudkan
adalah
manusia dengan kemampuan bersaing dalam
hal positif, sehingga hasil karya atau produkproduk yang dihasilkan dapat berkompetisi
mendorong kearah kualitas yang semakin
meningkat.
Kualitas yang baik dan terus meningkat
hanya
manusia
dapat
diciptakan
yang
berkompetisi
oleh
mempunyai
(Hasbullah,
manusia-
kemampuan
2015:
2).
Sedangkan kemampuan untuk berkompetisi
dihasilkan oleh pendidikan yang maju, baik
dan kondusif bagi lahirnya pribadi-pribadi
yang kompetitif. Hal tersebut tercantum
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Kehadiran UU No. 20 Tahun 2003 telah
memberikan
nuansa
dunia
Sekolah sebagai lembaga pendidikan
pendidikan. UU ini telah memberikan dasar
formal merupakan sarana dalam rangka
hukum
pencapaian
untuk
baru
bagi
membangun
pendidikan
tujuan
sekolah
tercapainya tujuan pendidikan tersebut yang
macam hal guna meningkatkan kecerdasan,
tentunya
dari
pengetahuan, kepribadian, aklak mulia, serta
berbagai pihak yang disebut Tri Pusat
keterampilan untuk hidup mandiri. Proses
Pendidikan salah satunya yaitu sekolah.
pembelajaran yang terlalu berorientasi pada
kerjasama
Sekolah merupakan salah satu unsur
didik
Melalui
nasional. Untuk itu diperlukan usaha guna
membutuhkan
peserta
pendidikan.
belajar
berbagai
penguasaan teori dan menghafal pada semua
pendidikan
matapelajaran, menyebabkan kemampuan
pendidikan
belajar dan penalaran peserta didik kurang
sekolah ditentukan oleh kurikulum yang ada
berkembang. Padahal ini adalah inti dari
dalam
keberhasilan
dalam
pencapaian
nasional.
Salah
proses
tujuan
satu
mutu
pembelajaran.
Kurikulum
pendidikan.
amat
itu,
adalah seperangkat rencana dan pengaturan
kurikulum
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
menyebabkan
serta cara yang digunakan sebagai pedoman
sekolah menjadi terhambat terhadap keadaan
penyelenggaraan
dan perubahan lingkungan yang berkembang
kegiatan pembelajaran
yang
Selain
proses
pembelajaran
dalam
Proses pembelajaran tidak lepas dari suatu
pendidikan menjadi rutin, membosankan,
sistem kurikulum yang saling berkitan
tidak menarik, dan kurang mampu memupuk
dimana dimungkinkan terjadinya proses
kreativitas
belajar
(Hasbullah, 2015: 18).
tersebut.
Salah
satu
kurikulum yang pernah diterapkan adalah
peserta
Akibatnya
di
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
mengajar
masyarakat.
terstruktur
didik
untuk
proses
belajar
Upaya yang dapat dilakukan untuk
Pendidikan
membantu mengembangkan potensi dan
(KTSP). Pengembangan Kurikulum Tingkat
kreativitas peserta didik secara optimal salah
Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
satunya
mengacu pada standar nasional pendidikan
pengembangan minat, bakat, pemikiran yang
untuk
tujuan
kritis, kreatif, inovatif dan produktif. Oleh
Pengembangan
sebab itu peserta didik diberi peluang untuk
Kurikulum
Tingkat
menjamin
Satuan
pencapian
pendidikan
nasional.
kurikulum
disesuaikan
yaitu
melalui
kegiatan
masing-
mengikuti berbagai macam kegiatan diluar
masing penyelanggara proses pembelajaran
jam pelajaran sesuai dengan minat dan
yang dalam hal ini adalah sekolah.
bakatnya misalnya kegiatan kesiswaan dan
dengan
unit-unit kegiatan siswa yang ada di sekolah.
SMAN Gondangrejo memiliki 2 spesialisasi
program dengan 3 jenjang kelas. Peserta
merupakan sarana berlatih organisasi dan
didik SMA N Gondangrejo memiliki wadah
wadah kegiatan bagi peserta didik, sehingga
dalam berorganisasi diantaranya Organisasi
mampu menumbuhkan sikap kepemimpinan
Intra Sekolah (OSIS), Pramuka, Kerohanian
dan
Islam (Rohis), Pasuka Pengibar Bendera
pengelolaan organisasi yang baik serta
(Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR),
aktivitas pengurus organisasi yang dibimbing
Karya Ilmiah Remaja (KIR), Paduan Suara,
oleh para pembina. Rendahnya partisipasi
Seni Tari, Tata Boga, PKS, Pambioworo,
peserta
Futsal, Majalah Dinding (Mading).
organisasi yang ada di sekolah, dimana dari
Kegiatan
yang
ada
di
SMAN
pengetahuan
didik
dasar
dalam
mengenai
mengikuti
suatu
251 peserta didik kelas XI hanya 20 peserta
Gondangrejo mempermudah bagi peserta
didik
yang
berpartisipasi
dalam
didik untuk memilih kegiatan yang sesuai
kepengurusan OSIS di SMA N Gondangrejo
dengan minat dan bakat masing-masing.
(Struktur OSIS periode 2016/2017).
Sesuai Surat Keputusan Direktur Jendral
Keikutsertaan peserta didik dalam
Pendidikan Dasar dan Menengah Nomer
sebuah organisasi di era globalisasi yang
226/C/Kep/0/1993
terjadi saat ini dan didukung dengan
disebutkan
bahwa
organisasi kesiswaaan di sekolah adalah
kemudahan
OSIS (Cahya, 2012). Jadi secara organisasi
berkomunikasi, banyak peserta didik yang
OSIS
organisasi
tidak paham akan pentingnya kecanggihan
kesiswaan yang sah di dalam sekolah dan
teknologi informasi dan komunikasi dalam
merupakan sarana berlatih berorganisasi dan
dunia pendidikan. Menurut Roslina Verauli
wadah kegiatan bagi siswa di sekolah. Dalam
(2015), anak menggunakan media sosial
OSIS peserts didik dituntut harus saling
karena Pressure Peer Group atau teman-
bekerjasama dengan jalur lain, yaitu latihan
teman lain juga memiliki. Anak tidak mau
kepemimpinan, ekstrakulikuler dan wawasan
ketinggalan dengan teman-temannya, ingin
wiyatamandala. Selain sebagai wadah, OSIS
memiliki
juga
atau
ketinggalan zaman dan juga ingin memiliki
motivator untuk berbuat dan melakukan
banyak follower. Jika ada anak dalam suatu
kegiatan bersama dalam mencapai tujuan
kelas atau sekolah yang menggunakan media
bersama.
sosial, maka anak-anak yang lain biasanya
adalah
berperan
Keaktifan
satu-satunya
sebagai
peserta
penggerak
didik
dalam
ingin
memperoleh
banyak
mengikuti
teman,
karena
informasi
supaya
memang
dan
tidak
pada
kegiatan organisasi dapat menunjang dan
dasarnya perasaan kompetisi pada anak
medukung dalam meningkatkan keaktifan
masih
belajar peserta didik. Organisasi di sekolah
tergolong
tinggi.
Inilah
yang
mendasari tingginya intensitas penggunaan
dalam proses belajar mengajar, keaktifan
media sosial di kalangan anak-anak.
peserta didik dalam belajar merupakan hal
Akan tetapi, Menurut Istikomariah
yang sangat penting dan perlu diperhatikan
(2016), semakin sering anak bermain media
oleh guru. Adanya aktivitas belajar yang baik
sosial,
dalam
tentu hasil yang diperoleh juga optimal.
pergaulan dengan teman sebayanya. Proses
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak
diterimanya anak dalam pergaulan dengan
aktif mengalaminya sendiri. Dalam hal ini
teman sebaya ketika anak bermain media
tugas
sosial
intensitas
mengarahkan peserta didik untuk kreatif dan
penggunaan media sosial dikalangan pelajar.
aktif sendiri dalam belajar. Jadi peserta didik
Hal ini sejalan dengan hasil riset Kominfo
aktif adalah jika dalam proses pembelajaran
dan UNICEF (dalam Gatot Dewa Broto,
banyak melakukan latihan-latihan, sehingga
2014) yang menyatakan bahwa pengguna
tujuan dan fungsi belajar akan tercapai.
semakin
membuat
anak
diterima
tingginya
guru
adalah
membimbing
dan
Berdasarkan penelitian sebelumnya
internet dari kalangan anak-anak dan remaja
jumlahnya mencapai 30 juta orang. Hasil
Menurut
riset ini diperkuat oleh hasil riset dari
melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh
Environics Research Group (dalam Weny
Keaktifan Peserta didik Dalam Kegiatan
Rochmawati, 2011:6)
yang menemukan
Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar
bahwa waktu yang digunakan anak-anak
Peserta didik Kelas XI MAN Yogyakarta II
untuk
Tahun
mengakses
internet
diantaranya
Handoko
Ajaran
Cahyandaru
2012/2013”
hipotesis
(2013)
Hasil
menunjukan
dari
jejaring sosial di rumah rata- rata adalah 1-3
pengujian
bahwa
jam setiap kali mengakses, sedangkan di
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
sekolah anak mengaksespaling sedikitnya
antara keaktifan peserta didik dalam kegiatan
selama 1 jam.
ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar
penggunaan
peserta didik dengan harga rhitung (0,761) >
media sosial dikalangan peserta didik dapat
rtabel (0,195). Sementara Erny Untari dalam
berpengaruh
penelitiannya
Tingginya
intensitas
positif
apabila
dengan
yang
berjudul
“Korelasi
dan
Keaktifan Peserta didik Dalam Kegiatan
berkomunikasi dapat mempermudah proses
Organisasi Sekolah dan Gaya Belajar Peserta
pembelajaran. Dimana peserta didik dapat
Didik Terhadap Prestasi Belajar Matematika
mengakses materi pembelajaran yang akan
Peserta didik Kelas X Madrasah Aliyah
dipelajari disekolah dengan mudah tanpa
Negeri Ngawi Tahun Ajaran 2014/2015”
membutuhkan waktu lama sehingga terjadi
menunjukkan bahwa bahwa keaktifan peserta
peningkatan keaktifan belajar. Selain itu
didik dalam kegiatan organisasi sekolah
kemudahan
memperoleh
informasi
termasuk dalam kategori sangat kuat, yang
penggunaan media jejaring sosial instagram
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang
maka semakin rendah citra diri.
signifikan positif antara keaktifan peserta
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
didik dalam organisasi sekolah terhadap
keaktifan
prestasi belajar peserta didik.
penggunaan media sosial terhadap keaktifan
Selain
itu
Menurut
Istikomariah
berorganisasi
dan
intensitas
belajar peserta didik kelas XI SMA Negeri
(2016) dalam penelitiannya yang berjudul
Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017.
“Pengaruh
Metode Penelitian
Intensitas Penggunaan Media
Sosial Terhadap Peer Acceptance Peserta
Penelitian
ini
menggunakan
metode
didik Kelas V Sekolah Dasar” ditemukan
kuantitatif dengan model regresi. Populasi
bahwa intensitas penggunaan media sosial
dalam penelitian ini adalah seluruh peserta
peserta didik kelas V termasuk dalam
didik kelas XI SMA Negeri Gondangrejo
kategori tinggi sebesar 37,67%, sedangkan
tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah
peer acceptance peserta didik yang berada
251. Sampel yang digunakan yaitu kelas XI
dalam kategori tinggi sebesar 60,96%.
IPA 2 dan XI IPA 4. Teknik pengambilan
Sedangkan
sampel
menurut
Landesi
Andarwati
(2016) dalam penelitiannya yang berjudul
“Citra
Diri
Ditinjau
dari
Intensitas
menggunakan
cluster
random
sampling.
Validitas data dilakukan dengan validitas
Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
konstruk.
Reliabilitas
pada Siswa Kelas XI SMA N 9 Yogyakarta”
menggunakan rumus alpha cronbach untuk
menunjukkan bahwa intensitas penggunaan
mengetahui apakah instrumen reliabel untuk
media jejaring sosial instagram sebanyak 76
diujikan.
siswa (76%) memiliki intensitas penggunaan
menggunakan software SPSS 23.
Uji
validitas
data
dan
dengan
reliabilitas
instagram pada kategori tinggi serta terdapat
Teknik pengumpulan data menggunakan
hubungan positif dan signifikan antara
teknik angket dalam tipe soal checklist dan
intensitas penggunaan media jejaring sosial
dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data
instagram dengan citra diri pada siswa kelas
menggunakan uji analisis korelasi product
XI SMA Negeri 9 Yogyakarta dengan
moment Karl Pearson dan uji analisis regresi
koefisien korelasi sebesar 0,298 dan taraf
ganda.
signifikansi sebesar 0,03. Artinya semakin
Prosedur penelitian mengikuti prosedur
tinggi intensitas penggunaan media jejaring
yang berlaku, mulai dari penetapan intrumen
sosial instagram maka semakin tinggi citra
penelitian, merancang kisi-kisi angket dan
diri dan sebaliknya semakin rendah intensitas
soal angket, melakukan uji coba, uji validitas
dan reabilitas, pengambilan data, pengolahan
data , deskripsi data, uji analisis dan uji
peserta didik SMAN
hipotesis,
diterima karena 0,051 > 0,05.
pembahasan
dan
penulisan
laporan.
Gondangrejo Ho
Uji Linearitas
Hasil pengujian linearitas X1 dengan Y,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
didapatkan nilai ρ sebesar 0,757 dan nilai F
Hasil Uji Prasyarat Analisis
sebesar 0,706. Sebagaimana kriteria diatas
Uji Normalitas
bahwa jika ρ > 0,05 maka dinyatakan
Keaktifan organisasi
Gondangrejo
diperoleh
di SMA Negeri
angka
statistic
berkorelasi linear. Dengan nilai ρ yang
didapatkan yaitu sebesar 0,757 > 0,05 maka
sebesar 0,095 dengan derajat kebebasan 59
dapat
dinyatakan
dan harga signifikansinya menunjukkan
berkorelasi
linear.
angka 0,200. Berdasarkan harga signifikansi
disimpulkaan
bahwa
yang telah didapat maka dapat disimpulkan
antara masing-masing variabel bebas dengan
bahwa keaktifan organisasi di SMA Negeri
variabel
Gondangrejo Ho diterima karena 0,200 >
(pengaruh garis lurus).
terikat
bahwa
X1
dan
Sehingga
terdapat
dalam
Y
dapat
pengaruh
bentuk
linear
Hasil pengujian linearitas X2 dengan Y,
0,05.
Sedangkan untuk intensitas penggunaaan
didapatkan nilai ρ sebesar 0,993 dan nilai F
media sosial di SMA Negeri Gondangrejo
sebesar 0,275. Sebagaimana kriteria diatas
diperoleh angka statistic sebesar 0,086
bahwa jika ρ > 0,05 maka dinyatakan
dengan derajat kebebasan 59 dan harga
berkorelasi linear. Dengan nilai ρ yang
signifikansinya menunjukkan angka 0,200.
didapatkan yaitu sebesar 0,993 > 0,05 maka
Berdasarkan harga signifikansi yang telah
dapat
didapat maka dapat disimpulkan bahwa pada
berkorelasi
intensitas penggunaaan media sosial di SMA
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
Negeri Gondangrejo Ho diterima karena
masing-masing
0,200 > 0,05.
variabel
Keaktifan belajar peserta didik SMAN
Gondangrejo
statistic
diperoleh
sebesar
0,115
angka
statistik
dengan
derajat
dinyatakan
bahwa
linear.
dan
Sehingga
variabel
terikat
X2
dalam
Y
dapat
bebas
dengan
bentuk
linear
(pengaruh garis lurus)
Uji Hipotesis
Hasil
dari
uji
Coefficients
berorganisasi
variabel
kebebasan 59 dan harga signifikansinya
keaktifan
menunjukkan angka 0,051. Berdasarkan
sebesar 7,190 dengan angka signifikansi
harga signifikansi yang telah didapat maka
0,000. Dari
dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar
kemudian dikonsultasikan dengan nilai ttabel
Coefficients
diperoleh
thitung
yang diperoleh,
untuk n = 59 dengan taraf signifikansi 5%
diperoleh ttabel sebesar 1,672. Ternyata nilai
memberikan
thitung > ttabel, atau 7,190 > 1,672. Jadi
dalam meningkatkan keaktifan belajar. Hal
keaktifan
ini
berorganisasi
berpengaruh
kontribusi
membuktikan
berorganisasi
signifikan terhadap keaktifan belajar.
Sementara hasil dari uji Coefficients
signifikan
sebesar
bahwa
memiliki
terhadap
45,64%
keaktifan
pengaruh
keaktifan
yang
belajar.
variabel intensitas penggunaan media sosial
Menurut Sanjaya (2007:101-106) “aktifitas
diperoleh thitung sebesar 2,445 dengan angka
tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik
signifikansi 0,018. Dari uji coefficient yang
semata, tetapi juga ditentukan oleh aktifitas
diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan
non fisik, seperti mental, intelektual, dan
nilai ttabel untuk n = 59 dengan taraf
emosional”. Jadi aktifitas peserta didik
signifikansi 5% diperoleh ttabel sebesar 1,672.
dalam kegiatan tidak hanya ditentutakn dari
Ternyata nilai thitung > ttabel, atau 2,445 >
aktifitas fisik, namun juga ditentukan oleh
1,672, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
aktifitas non fisik, seperti mental, intelektual,
yang artinya signifikan. Jadi intensitas
dan emosional. Dimana dengan aktifnya
penggunaan
peserta didik dapat memberi dampak positif
media
sosial
berpengaruh
terhadap perkembangan mental, intelektual
signifikan terhadap keaktifan belajar.
dan
perhitungan
persamaan
regresi
dilakukan dengan bantuan software IMB
Statistic
Dengan
perkembangan
mental, intelektual dan emosional yang baik
Hasil Penelitian
Hasil
emosional.
23.
Dari
hasil
penelitian
maka akan berpengaruh terhadapat keaktifan
peserta didik belajar.
Hasil
penelitian
menunjukkan
besar
menunjukkan besar koefisiensi regresi untuk
koefisien regresi untuk variabel intensitas
variabel keaktifan berorganisasi adalah 0,941
penggunaan media sosial diperoleh 0,340
dengan parameter positif. Hal ini dapat
dengan parameter positif. Hal ini dapat
diartikan bahwa setiap penambahan (tanda +)
diartikan bahwa setiap penambahan (tanda +)
keaktifan
pada variabel intensitas penggunaan media
berorganisasi
mampu
mengoptimalkan keaktifan belajar peserta
sosial
didik. Hasil penelitian menunjukkan nilai
meningkat. Hasil penelitian ini membuktikan
korelasi
angka
bahwa variabel intensitas penggunaan media
signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti
sosial memiliki pengaruh yang erat dengan
keaktifan berorganisasi memiliki pengaruh
keaktifan belajar. Menurut Hamalik (2008:
yang sangat signifikan dengan keaktifan
89-90)
belajar. Hasil sumbangan efektif sebesar
masing-masing
45,64%,
‘prinsip aktif’ yakni keinginan berbuat dan
sebesar
artinya
0,682
dengan
keaktifan
berorganisasi
maka
keaktifan
mengatakan
belajar
bahwa
peserta
akan
dalam
didik
diri
terdapat
bekerja sendiri. Jadi peserta didik juga
tidak terlepas dari prinsip organisasi, yaitu:
memiliki keinginan berbuat dan bekerja
a. spesialisasi atau pembagian kerja, b.
sendiri dalam belajar, salah satunya dengan
disiplin, c. ketertiban, dan d. Inisiatif (Fayol
menggunakan media sosial.
dalam
Hasil penelitian menunjukkan Fhitung
Abdul
memberikan
Azis
,
2008)
ternyata
pengaruh
yang
sangat
29,967 dengan signifikansi 0,000 yang
signifikan terhadap keaktifan belajar. Dan
berarti bahwa keaktifan berorganisasi (X1)
intensitas penggunaan media sosial yang
dan intensitas penggunaan media sosial (X2)
meliputi:
memiliki pengaruh yang sangat signifikan
penggunaan media sosial dan kegiatan yang
dengan variabel keaktifan belajar (Y). Hal ini
dilakukan (Horrigan dalam Putri, 2016)
membuktikan bahwa keaktifan berorganisasi
ternyata juga memberikan pengaruh yang
dan intensitas penggunaan media sosial akan
signifikan terhadap keaktifan belajar.
saling mendukung dalam
meningkatkan
keaktifan
didik.
belajar
peserta
Hasil
koefisien korelasi (R) diperoleh sebesar
durasi
kegiatan,
frekuensi
SIMPULAN
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
0,719. Hal ini berarti keaktifan berorganisasi
keaktifan
dan intensitas penggunaan media sosial
belajar peserta didik SMA Negeri Gondangrejo
memberi sumbangan berupa peningkatan
tahun pelajaran 2016/2017. Dengan demikian,
atau penurunan keaktifan belajar. Variabel
keaktifan
berorganisasi
dan
intensitas
penggunaan media sosial, masing-masing
memberikan
kontribusi
sebesar
71,9%,
berorganisasi
terhadap
keaktifan
semakin tinggi keaktifan belajar maka semakin
tinggi pula keaktifan belajar peserta didik.
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
intensitas penggunaan media sosial terhadap
keaktifan belajar peserta didik SMA Negeri
sedangkan sisanya tidak dapat dijelaskan
Gondangrejo tahun pelajaran 2016/2017. Dengan
dalam penelitian ini karena merupakan faktor
demikian, semakin tinggi intensitas penggunaan
unik. Menurut Sardiman (2014: 95-96),
media sosial maka semakin tinggi pula keaktifan
“Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
belajar peserta didik.
Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip
Terdapat
pengaruh
yang
positif
dan
keaktifan
berorganisasi
dan
atau asas yang sangat penting di dalam
signifikan
interaksi
Keaktifan
intensitas penggunaan media sosial terhadap
berorganisasi dan intensitas penggunaan
keaktifan belajar peserta didik SMA Negeri
media sosial dapat dikategorikan sebagai
Gondangrejo tahun pelajaran 2016/2017.
aktivitas
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
belajar
yang
mengajar”.
mempengaruhi
keaktifan
belajar. Keaktifan berorganisasi tentunya
korelasi signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwati, Landesi. (2016). Citra Diri
Ditinjau
Dari
Intensitas
Penggunaan
Jejaring Sosial Instagram Pada Siswa
Kelas XI SMA N 9 Yogyakarta. E-Jurnal
Bimbingan Dan Konseling Edisi 3 Tahun
Ke-5 2016. LPPM Universitas Negeri
Yogyakarta
Cahyafrance. (2012). Pengertian dan Contoh
Organisasi di Sekolah. Diperoleh 15
Januari
2017,
dari
https://cahyafrance.wordpress.com/2012/0
7/29/pengertian-dan-contoh-organisasi-disekolah/
Erny Untari. (2015). Korelasi Keaktifan
Peserta Didik dalam Kegiatan Organisasi
Sekolah dan Gaya Belajar Peserta Didik
Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Peserta Didik Kelas X Madrasah Aliyah
Negeri Ngawi Tahun Ajaran 2014/2015.
Ngawi
Gatot Dewa Broto. (2014). Riset Kominfo
dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak
dan Remaja Dalam Menggunakan
Internet.
Diangkses
dari
www.kominfo.go.id Pada 21 Desember
2016, jam 13.11 WIB
Handoko Cahyandaru (2013). Pengaruh
Keaktifan Peserta Didik Dalam Kegiatan
Ekstrakulikuler
Terhadap
Prestasi
Belajar Peserta didik Kelas XI MAN
Yogyakarta
II
Tahun
2012/2013.
Yogyakarta
Hasbullah. H. M. (2015). Kebijakan
Pendidikan: Dalam Perspektif Teori,
Aplikasi, dan Kondisi Objektif Pendidikan
di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers
Istikomariah. (2016). Pengaruh Intensitas
Penggunaan Media Sosial Terhadap Peer
Acceptance Peserta didik Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Edisi 11 Tahun ke-5 2016.
LPPM Universitas Negeri Yogyakarta
Roslina Verauli. (2015). Bolehkah Anak
Punya Akun Media Sosial?. Diakses dari
www.parenting.co.id/usiasekolah/bolehka
h+anak+punya+akun+media+sosial%3f
Pada Selasa 16 Januari 2017, Jam 15.05
WIB
Sanjaya,
Wina.
(2016).
Strategi
Pembelajaran
(Berorintasi
Standar
Proses Pendidikan). Jakarta: Prenada
Media Group.
Wahab, Abdul Azis. (2008). ANATOMI
ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN. Bandung: Alfabeta
Weny Rochmawati. (2011). Perilaku
Pemanfaatan Internet. Diakses dari
www.journal.unair.ac.id
pada 23
Desember 2016, Jam 9.24 WIB
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP
KEAKTIFAN BELAJAR PESERTA DIDIK
KELAS XI SMAN GONDANGREJO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Zaini Rohmad, Slamet Subagyo, dan Fikriyatul Hasanah
Pendidikan S Sosiologi Antropologi, FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
fikriyatulh@gmail.com
ABSTRAK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh keaktifan berorganisasi
terhadap keaktifan belajar peserta didik kelas XI SMAN Gondangrejo Tahun Pelajaran
2016/2017. 2) Pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap keaktifan belajar
peserta didik kelas XI SMAN Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017. 3) Pengaruh
keaktifan berorganisasi dan intensitas penggunaan media sosial terhadap keaktifan belajar
peserta didik kelas XI SMAN Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI SMA N Gondangrejo, sebanyak 251
peserta didik. Sampel yang diambil dengan cluster random sampling, dengan 59 peseta didik.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket dan dokumentasi. Teknis analisis data
menggunakan analisis korelasi product moment Karl Pearson dan analisis regresi ganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan keaktifan berorganisasi terhadap keaktifan belajar peserta didik kelas XI SMAN
Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017. 2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
intensitas penggunaan media sosial terhadap keaktifan belajar peserta didik kelas XI SMAN
Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017. 3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
keaktifan berorganisasi dan intensitas penggunaan media sosial terhadap keaktifan belajar
peserta didik kelas XI SMAN Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: Kuantitatif, Keaktifan Belajar, Keaktifan Belajar, Intensitas Penggunaan
MediaSosial.
ABSTRACT
This research aims to examine: 1) The influence of organizational activeness on the
student’s grade XI active learning in SMA N Gondangrejo school year 2016/2017; 2) The
influence of social media usage intensity on the student’s grade XI active learning in SMA
Gondangrejoschool year 2016/2017; 3) The influence of organizational activeness and
social media usage intensity on the student’s grade XI active learning in SMA N
Gondangrejo school year 2016/2017. The research applied quantitative approach.
Population of this research were all students belong to grade XI of SMA N Gondangrejo
school year 2016/2017, as many 251 students. The subjects of the research were selected by
cluster random sampling technique, as many 59 students. Data were collected by spreading
the questionnaire and documentation method. Technique of data analysis carried out
statistical analysis, using multiple linier regression analysis. The result of the research
shows: (1) There is positive and significant influence of organizational activeness on
student’s grade XI active learning in SMA N Gondangrejo school year 2016/2017; (2) There
is positive and significant influence of social media usage intensity on student’s grade XI
active learning in SMA N Gondangrejo school year 2016/2017; (3) There is positive and
significant influence of organizational activeness and social media usage intensity on the
student’s grade XI active learning in SMA N Gondangrejo school year 2016/2017.
Keyword: Quantitative, Liveliness Learn, Organizational Liveliness, Intensity Usage Social
Media
Pendahuluan
Dewasa ini kita hidup dalam dunia yang
terbuka, dunia tanpa batas, dunia dimana
orang begitu mudah berkomunikasi dan
berinteraksi
dalam
batas-batas
“nation”
semakin tidak jelas dan dunia dirasakan
seolah
semakin
sempit.
Saat
ini
kita
memasuki zaman yang dinamakan abad
global.
Globalisasi
secara
sederhana
mempunyai makna suatu yang mendunia,
mempunyai dampak atau pengaruh yang
tidak mengenal batas dunia. Salah satu
wujud nyata globalisai ditandai dengan
adanya
perkembangan
teknologi
yang
sangat
informasi,
komunikasi
dan
kemajuan
pesat
dan
dibidang
transportasi.
Kehidupan global dalam dunia yang terbuka
memerlukan
manusia-manusia
yang
mempunyai
berkualitas
kualitas
yang
handal.
Manusia
dimaksudkan
adalah
manusia dengan kemampuan bersaing dalam
hal positif, sehingga hasil karya atau produkproduk yang dihasilkan dapat berkompetisi
mendorong kearah kualitas yang semakin
meningkat.
Kualitas yang baik dan terus meningkat
hanya
manusia
dapat
diciptakan
yang
berkompetisi
oleh
mempunyai
(Hasbullah,
manusia-
kemampuan
2015:
2).
Sedangkan kemampuan untuk berkompetisi
dihasilkan oleh pendidikan yang maju, baik
dan kondusif bagi lahirnya pribadi-pribadi
yang kompetitif. Hal tersebut tercantum
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional.
Kehadiran UU No. 20 Tahun 2003 telah
memberikan
nuansa
dunia
Sekolah sebagai lembaga pendidikan
pendidikan. UU ini telah memberikan dasar
formal merupakan sarana dalam rangka
hukum
pencapaian
untuk
baru
bagi
membangun
pendidikan
tujuan
sekolah
tercapainya tujuan pendidikan tersebut yang
macam hal guna meningkatkan kecerdasan,
tentunya
dari
pengetahuan, kepribadian, aklak mulia, serta
berbagai pihak yang disebut Tri Pusat
keterampilan untuk hidup mandiri. Proses
Pendidikan salah satunya yaitu sekolah.
pembelajaran yang terlalu berorientasi pada
kerjasama
Sekolah merupakan salah satu unsur
didik
Melalui
nasional. Untuk itu diperlukan usaha guna
membutuhkan
peserta
pendidikan.
belajar
berbagai
penguasaan teori dan menghafal pada semua
pendidikan
matapelajaran, menyebabkan kemampuan
pendidikan
belajar dan penalaran peserta didik kurang
sekolah ditentukan oleh kurikulum yang ada
berkembang. Padahal ini adalah inti dari
dalam
keberhasilan
dalam
pencapaian
nasional.
Salah
proses
tujuan
satu
mutu
pembelajaran.
Kurikulum
pendidikan.
amat
itu,
adalah seperangkat rencana dan pengaturan
kurikulum
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
menyebabkan
serta cara yang digunakan sebagai pedoman
sekolah menjadi terhambat terhadap keadaan
penyelenggaraan
dan perubahan lingkungan yang berkembang
kegiatan pembelajaran
yang
Selain
proses
pembelajaran
dalam
Proses pembelajaran tidak lepas dari suatu
pendidikan menjadi rutin, membosankan,
sistem kurikulum yang saling berkitan
tidak menarik, dan kurang mampu memupuk
dimana dimungkinkan terjadinya proses
kreativitas
belajar
(Hasbullah, 2015: 18).
tersebut.
Salah
satu
kurikulum yang pernah diterapkan adalah
peserta
Akibatnya
di
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
mengajar
masyarakat.
terstruktur
didik
untuk
proses
belajar
Upaya yang dapat dilakukan untuk
Pendidikan
membantu mengembangkan potensi dan
(KTSP). Pengembangan Kurikulum Tingkat
kreativitas peserta didik secara optimal salah
Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
satunya
mengacu pada standar nasional pendidikan
pengembangan minat, bakat, pemikiran yang
untuk
tujuan
kritis, kreatif, inovatif dan produktif. Oleh
Pengembangan
sebab itu peserta didik diberi peluang untuk
Kurikulum
Tingkat
menjamin
Satuan
pencapian
pendidikan
nasional.
kurikulum
disesuaikan
yaitu
melalui
kegiatan
masing-
mengikuti berbagai macam kegiatan diluar
masing penyelanggara proses pembelajaran
jam pelajaran sesuai dengan minat dan
yang dalam hal ini adalah sekolah.
bakatnya misalnya kegiatan kesiswaan dan
dengan
unit-unit kegiatan siswa yang ada di sekolah.
SMAN Gondangrejo memiliki 2 spesialisasi
program dengan 3 jenjang kelas. Peserta
merupakan sarana berlatih organisasi dan
didik SMA N Gondangrejo memiliki wadah
wadah kegiatan bagi peserta didik, sehingga
dalam berorganisasi diantaranya Organisasi
mampu menumbuhkan sikap kepemimpinan
Intra Sekolah (OSIS), Pramuka, Kerohanian
dan
Islam (Rohis), Pasuka Pengibar Bendera
pengelolaan organisasi yang baik serta
(Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR),
aktivitas pengurus organisasi yang dibimbing
Karya Ilmiah Remaja (KIR), Paduan Suara,
oleh para pembina. Rendahnya partisipasi
Seni Tari, Tata Boga, PKS, Pambioworo,
peserta
Futsal, Majalah Dinding (Mading).
organisasi yang ada di sekolah, dimana dari
Kegiatan
yang
ada
di
SMAN
pengetahuan
didik
dasar
dalam
mengenai
mengikuti
suatu
251 peserta didik kelas XI hanya 20 peserta
Gondangrejo mempermudah bagi peserta
didik
yang
berpartisipasi
dalam
didik untuk memilih kegiatan yang sesuai
kepengurusan OSIS di SMA N Gondangrejo
dengan minat dan bakat masing-masing.
(Struktur OSIS periode 2016/2017).
Sesuai Surat Keputusan Direktur Jendral
Keikutsertaan peserta didik dalam
Pendidikan Dasar dan Menengah Nomer
sebuah organisasi di era globalisasi yang
226/C/Kep/0/1993
terjadi saat ini dan didukung dengan
disebutkan
bahwa
organisasi kesiswaaan di sekolah adalah
kemudahan
OSIS (Cahya, 2012). Jadi secara organisasi
berkomunikasi, banyak peserta didik yang
OSIS
organisasi
tidak paham akan pentingnya kecanggihan
kesiswaan yang sah di dalam sekolah dan
teknologi informasi dan komunikasi dalam
merupakan sarana berlatih berorganisasi dan
dunia pendidikan. Menurut Roslina Verauli
wadah kegiatan bagi siswa di sekolah. Dalam
(2015), anak menggunakan media sosial
OSIS peserts didik dituntut harus saling
karena Pressure Peer Group atau teman-
bekerjasama dengan jalur lain, yaitu latihan
teman lain juga memiliki. Anak tidak mau
kepemimpinan, ekstrakulikuler dan wawasan
ketinggalan dengan teman-temannya, ingin
wiyatamandala. Selain sebagai wadah, OSIS
memiliki
juga
atau
ketinggalan zaman dan juga ingin memiliki
motivator untuk berbuat dan melakukan
banyak follower. Jika ada anak dalam suatu
kegiatan bersama dalam mencapai tujuan
kelas atau sekolah yang menggunakan media
bersama.
sosial, maka anak-anak yang lain biasanya
adalah
berperan
Keaktifan
satu-satunya
sebagai
peserta
penggerak
didik
dalam
ingin
memperoleh
banyak
mengikuti
teman,
karena
informasi
supaya
memang
dan
tidak
pada
kegiatan organisasi dapat menunjang dan
dasarnya perasaan kompetisi pada anak
medukung dalam meningkatkan keaktifan
masih
belajar peserta didik. Organisasi di sekolah
tergolong
tinggi.
Inilah
yang
mendasari tingginya intensitas penggunaan
dalam proses belajar mengajar, keaktifan
media sosial di kalangan anak-anak.
peserta didik dalam belajar merupakan hal
Akan tetapi, Menurut Istikomariah
yang sangat penting dan perlu diperhatikan
(2016), semakin sering anak bermain media
oleh guru. Adanya aktivitas belajar yang baik
sosial,
dalam
tentu hasil yang diperoleh juga optimal.
pergaulan dengan teman sebayanya. Proses
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak
diterimanya anak dalam pergaulan dengan
aktif mengalaminya sendiri. Dalam hal ini
teman sebaya ketika anak bermain media
tugas
sosial
intensitas
mengarahkan peserta didik untuk kreatif dan
penggunaan media sosial dikalangan pelajar.
aktif sendiri dalam belajar. Jadi peserta didik
Hal ini sejalan dengan hasil riset Kominfo
aktif adalah jika dalam proses pembelajaran
dan UNICEF (dalam Gatot Dewa Broto,
banyak melakukan latihan-latihan, sehingga
2014) yang menyatakan bahwa pengguna
tujuan dan fungsi belajar akan tercapai.
semakin
membuat
anak
diterima
tingginya
guru
adalah
membimbing
dan
Berdasarkan penelitian sebelumnya
internet dari kalangan anak-anak dan remaja
jumlahnya mencapai 30 juta orang. Hasil
Menurut
riset ini diperkuat oleh hasil riset dari
melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh
Environics Research Group (dalam Weny
Keaktifan Peserta didik Dalam Kegiatan
Rochmawati, 2011:6)
yang menemukan
Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar
bahwa waktu yang digunakan anak-anak
Peserta didik Kelas XI MAN Yogyakarta II
untuk
Tahun
mengakses
internet
diantaranya
Handoko
Ajaran
Cahyandaru
2012/2013”
hipotesis
(2013)
Hasil
menunjukan
dari
jejaring sosial di rumah rata- rata adalah 1-3
pengujian
bahwa
jam setiap kali mengakses, sedangkan di
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
sekolah anak mengaksespaling sedikitnya
antara keaktifan peserta didik dalam kegiatan
selama 1 jam.
ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar
penggunaan
peserta didik dengan harga rhitung (0,761) >
media sosial dikalangan peserta didik dapat
rtabel (0,195). Sementara Erny Untari dalam
berpengaruh
penelitiannya
Tingginya
intensitas
positif
apabila
dengan
yang
berjudul
“Korelasi
dan
Keaktifan Peserta didik Dalam Kegiatan
berkomunikasi dapat mempermudah proses
Organisasi Sekolah dan Gaya Belajar Peserta
pembelajaran. Dimana peserta didik dapat
Didik Terhadap Prestasi Belajar Matematika
mengakses materi pembelajaran yang akan
Peserta didik Kelas X Madrasah Aliyah
dipelajari disekolah dengan mudah tanpa
Negeri Ngawi Tahun Ajaran 2014/2015”
membutuhkan waktu lama sehingga terjadi
menunjukkan bahwa bahwa keaktifan peserta
peningkatan keaktifan belajar. Selain itu
didik dalam kegiatan organisasi sekolah
kemudahan
memperoleh
informasi
termasuk dalam kategori sangat kuat, yang
penggunaan media jejaring sosial instagram
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang
maka semakin rendah citra diri.
signifikan positif antara keaktifan peserta
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
didik dalam organisasi sekolah terhadap
keaktifan
prestasi belajar peserta didik.
penggunaan media sosial terhadap keaktifan
Selain
itu
Menurut
Istikomariah
berorganisasi
dan
intensitas
belajar peserta didik kelas XI SMA Negeri
(2016) dalam penelitiannya yang berjudul
Gondangrejo Tahun Pelajaran 2016/2017.
“Pengaruh
Metode Penelitian
Intensitas Penggunaan Media
Sosial Terhadap Peer Acceptance Peserta
Penelitian
ini
menggunakan
metode
didik Kelas V Sekolah Dasar” ditemukan
kuantitatif dengan model regresi. Populasi
bahwa intensitas penggunaan media sosial
dalam penelitian ini adalah seluruh peserta
peserta didik kelas V termasuk dalam
didik kelas XI SMA Negeri Gondangrejo
kategori tinggi sebesar 37,67%, sedangkan
tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah
peer acceptance peserta didik yang berada
251. Sampel yang digunakan yaitu kelas XI
dalam kategori tinggi sebesar 60,96%.
IPA 2 dan XI IPA 4. Teknik pengambilan
Sedangkan
sampel
menurut
Landesi
Andarwati
(2016) dalam penelitiannya yang berjudul
“Citra
Diri
Ditinjau
dari
Intensitas
menggunakan
cluster
random
sampling.
Validitas data dilakukan dengan validitas
Penggunaan Media Jejaring Sosial Instagram
konstruk.
Reliabilitas
pada Siswa Kelas XI SMA N 9 Yogyakarta”
menggunakan rumus alpha cronbach untuk
menunjukkan bahwa intensitas penggunaan
mengetahui apakah instrumen reliabel untuk
media jejaring sosial instagram sebanyak 76
diujikan.
siswa (76%) memiliki intensitas penggunaan
menggunakan software SPSS 23.
Uji
validitas
data
dan
dengan
reliabilitas
instagram pada kategori tinggi serta terdapat
Teknik pengumpulan data menggunakan
hubungan positif dan signifikan antara
teknik angket dalam tipe soal checklist dan
intensitas penggunaan media jejaring sosial
dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data
instagram dengan citra diri pada siswa kelas
menggunakan uji analisis korelasi product
XI SMA Negeri 9 Yogyakarta dengan
moment Karl Pearson dan uji analisis regresi
koefisien korelasi sebesar 0,298 dan taraf
ganda.
signifikansi sebesar 0,03. Artinya semakin
Prosedur penelitian mengikuti prosedur
tinggi intensitas penggunaan media jejaring
yang berlaku, mulai dari penetapan intrumen
sosial instagram maka semakin tinggi citra
penelitian, merancang kisi-kisi angket dan
diri dan sebaliknya semakin rendah intensitas
soal angket, melakukan uji coba, uji validitas
dan reabilitas, pengambilan data, pengolahan
data , deskripsi data, uji analisis dan uji
peserta didik SMAN
hipotesis,
diterima karena 0,051 > 0,05.
pembahasan
dan
penulisan
laporan.
Gondangrejo Ho
Uji Linearitas
Hasil pengujian linearitas X1 dengan Y,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
didapatkan nilai ρ sebesar 0,757 dan nilai F
Hasil Uji Prasyarat Analisis
sebesar 0,706. Sebagaimana kriteria diatas
Uji Normalitas
bahwa jika ρ > 0,05 maka dinyatakan
Keaktifan organisasi
Gondangrejo
diperoleh
di SMA Negeri
angka
statistic
berkorelasi linear. Dengan nilai ρ yang
didapatkan yaitu sebesar 0,757 > 0,05 maka
sebesar 0,095 dengan derajat kebebasan 59
dapat
dinyatakan
dan harga signifikansinya menunjukkan
berkorelasi
linear.
angka 0,200. Berdasarkan harga signifikansi
disimpulkaan
bahwa
yang telah didapat maka dapat disimpulkan
antara masing-masing variabel bebas dengan
bahwa keaktifan organisasi di SMA Negeri
variabel
Gondangrejo Ho diterima karena 0,200 >
(pengaruh garis lurus).
terikat
bahwa
X1
dan
Sehingga
terdapat
dalam
Y
dapat
pengaruh
bentuk
linear
Hasil pengujian linearitas X2 dengan Y,
0,05.
Sedangkan untuk intensitas penggunaaan
didapatkan nilai ρ sebesar 0,993 dan nilai F
media sosial di SMA Negeri Gondangrejo
sebesar 0,275. Sebagaimana kriteria diatas
diperoleh angka statistic sebesar 0,086
bahwa jika ρ > 0,05 maka dinyatakan
dengan derajat kebebasan 59 dan harga
berkorelasi linear. Dengan nilai ρ yang
signifikansinya menunjukkan angka 0,200.
didapatkan yaitu sebesar 0,993 > 0,05 maka
Berdasarkan harga signifikansi yang telah
dapat
didapat maka dapat disimpulkan bahwa pada
berkorelasi
intensitas penggunaaan media sosial di SMA
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
Negeri Gondangrejo Ho diterima karena
masing-masing
0,200 > 0,05.
variabel
Keaktifan belajar peserta didik SMAN
Gondangrejo
statistic
diperoleh
sebesar
0,115
angka
statistik
dengan
derajat
dinyatakan
bahwa
linear.
dan
Sehingga
variabel
terikat
X2
dalam
Y
dapat
bebas
dengan
bentuk
linear
(pengaruh garis lurus)
Uji Hipotesis
Hasil
dari
uji
Coefficients
berorganisasi
variabel
kebebasan 59 dan harga signifikansinya
keaktifan
menunjukkan angka 0,051. Berdasarkan
sebesar 7,190 dengan angka signifikansi
harga signifikansi yang telah didapat maka
0,000. Dari
dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar
kemudian dikonsultasikan dengan nilai ttabel
Coefficients
diperoleh
thitung
yang diperoleh,
untuk n = 59 dengan taraf signifikansi 5%
diperoleh ttabel sebesar 1,672. Ternyata nilai
memberikan
thitung > ttabel, atau 7,190 > 1,672. Jadi
dalam meningkatkan keaktifan belajar. Hal
keaktifan
ini
berorganisasi
berpengaruh
kontribusi
membuktikan
berorganisasi
signifikan terhadap keaktifan belajar.
Sementara hasil dari uji Coefficients
signifikan
sebesar
bahwa
memiliki
terhadap
45,64%
keaktifan
pengaruh
keaktifan
yang
belajar.
variabel intensitas penggunaan media sosial
Menurut Sanjaya (2007:101-106) “aktifitas
diperoleh thitung sebesar 2,445 dengan angka
tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik
signifikansi 0,018. Dari uji coefficient yang
semata, tetapi juga ditentukan oleh aktifitas
diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan
non fisik, seperti mental, intelektual, dan
nilai ttabel untuk n = 59 dengan taraf
emosional”. Jadi aktifitas peserta didik
signifikansi 5% diperoleh ttabel sebesar 1,672.
dalam kegiatan tidak hanya ditentutakn dari
Ternyata nilai thitung > ttabel, atau 2,445 >
aktifitas fisik, namun juga ditentukan oleh
1,672, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
aktifitas non fisik, seperti mental, intelektual,
yang artinya signifikan. Jadi intensitas
dan emosional. Dimana dengan aktifnya
penggunaan
peserta didik dapat memberi dampak positif
media
sosial
berpengaruh
terhadap perkembangan mental, intelektual
signifikan terhadap keaktifan belajar.
dan
perhitungan
persamaan
regresi
dilakukan dengan bantuan software IMB
Statistic
Dengan
perkembangan
mental, intelektual dan emosional yang baik
Hasil Penelitian
Hasil
emosional.
23.
Dari
hasil
penelitian
maka akan berpengaruh terhadapat keaktifan
peserta didik belajar.
Hasil
penelitian
menunjukkan
besar
menunjukkan besar koefisiensi regresi untuk
koefisien regresi untuk variabel intensitas
variabel keaktifan berorganisasi adalah 0,941
penggunaan media sosial diperoleh 0,340
dengan parameter positif. Hal ini dapat
dengan parameter positif. Hal ini dapat
diartikan bahwa setiap penambahan (tanda +)
diartikan bahwa setiap penambahan (tanda +)
keaktifan
pada variabel intensitas penggunaan media
berorganisasi
mampu
mengoptimalkan keaktifan belajar peserta
sosial
didik. Hasil penelitian menunjukkan nilai
meningkat. Hasil penelitian ini membuktikan
korelasi
angka
bahwa variabel intensitas penggunaan media
signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti
sosial memiliki pengaruh yang erat dengan
keaktifan berorganisasi memiliki pengaruh
keaktifan belajar. Menurut Hamalik (2008:
yang sangat signifikan dengan keaktifan
89-90)
belajar. Hasil sumbangan efektif sebesar
masing-masing
45,64%,
‘prinsip aktif’ yakni keinginan berbuat dan
sebesar
artinya
0,682
dengan
keaktifan
berorganisasi
maka
keaktifan
mengatakan
belajar
bahwa
peserta
akan
dalam
didik
diri
terdapat
bekerja sendiri. Jadi peserta didik juga
tidak terlepas dari prinsip organisasi, yaitu:
memiliki keinginan berbuat dan bekerja
a. spesialisasi atau pembagian kerja, b.
sendiri dalam belajar, salah satunya dengan
disiplin, c. ketertiban, dan d. Inisiatif (Fayol
menggunakan media sosial.
dalam
Hasil penelitian menunjukkan Fhitung
Abdul
memberikan
Azis
,
2008)
ternyata
pengaruh
yang
sangat
29,967 dengan signifikansi 0,000 yang
signifikan terhadap keaktifan belajar. Dan
berarti bahwa keaktifan berorganisasi (X1)
intensitas penggunaan media sosial yang
dan intensitas penggunaan media sosial (X2)
meliputi:
memiliki pengaruh yang sangat signifikan
penggunaan media sosial dan kegiatan yang
dengan variabel keaktifan belajar (Y). Hal ini
dilakukan (Horrigan dalam Putri, 2016)
membuktikan bahwa keaktifan berorganisasi
ternyata juga memberikan pengaruh yang
dan intensitas penggunaan media sosial akan
signifikan terhadap keaktifan belajar.
saling mendukung dalam
meningkatkan
keaktifan
didik.
belajar
peserta
Hasil
koefisien korelasi (R) diperoleh sebesar
durasi
kegiatan,
frekuensi
SIMPULAN
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
0,719. Hal ini berarti keaktifan berorganisasi
keaktifan
dan intensitas penggunaan media sosial
belajar peserta didik SMA Negeri Gondangrejo
memberi sumbangan berupa peningkatan
tahun pelajaran 2016/2017. Dengan demikian,
atau penurunan keaktifan belajar. Variabel
keaktifan
berorganisasi
dan
intensitas
penggunaan media sosial, masing-masing
memberikan
kontribusi
sebesar
71,9%,
berorganisasi
terhadap
keaktifan
semakin tinggi keaktifan belajar maka semakin
tinggi pula keaktifan belajar peserta didik.
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
intensitas penggunaan media sosial terhadap
keaktifan belajar peserta didik SMA Negeri
sedangkan sisanya tidak dapat dijelaskan
Gondangrejo tahun pelajaran 2016/2017. Dengan
dalam penelitian ini karena merupakan faktor
demikian, semakin tinggi intensitas penggunaan
unik. Menurut Sardiman (2014: 95-96),
media sosial maka semakin tinggi pula keaktifan
“Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
belajar peserta didik.
Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip
Terdapat
pengaruh
yang
positif
dan
keaktifan
berorganisasi
dan
atau asas yang sangat penting di dalam
signifikan
interaksi
Keaktifan
intensitas penggunaan media sosial terhadap
berorganisasi dan intensitas penggunaan
keaktifan belajar peserta didik SMA Negeri
media sosial dapat dikategorikan sebagai
Gondangrejo tahun pelajaran 2016/2017.
aktivitas
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
belajar
yang
mengajar”.
mempengaruhi
keaktifan
belajar. Keaktifan berorganisasi tentunya
korelasi signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwati, Landesi. (2016). Citra Diri
Ditinjau
Dari
Intensitas
Penggunaan
Jejaring Sosial Instagram Pada Siswa
Kelas XI SMA N 9 Yogyakarta. E-Jurnal
Bimbingan Dan Konseling Edisi 3 Tahun
Ke-5 2016. LPPM Universitas Negeri
Yogyakarta
Cahyafrance. (2012). Pengertian dan Contoh
Organisasi di Sekolah. Diperoleh 15
Januari
2017,
dari
https://cahyafrance.wordpress.com/2012/0
7/29/pengertian-dan-contoh-organisasi-disekolah/
Erny Untari. (2015). Korelasi Keaktifan
Peserta Didik dalam Kegiatan Organisasi
Sekolah dan Gaya Belajar Peserta Didik
Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Peserta Didik Kelas X Madrasah Aliyah
Negeri Ngawi Tahun Ajaran 2014/2015.
Ngawi
Gatot Dewa Broto. (2014). Riset Kominfo
dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak
dan Remaja Dalam Menggunakan
Internet.
Diangkses
dari
www.kominfo.go.id Pada 21 Desember
2016, jam 13.11 WIB
Handoko Cahyandaru (2013). Pengaruh
Keaktifan Peserta Didik Dalam Kegiatan
Ekstrakulikuler
Terhadap
Prestasi
Belajar Peserta didik Kelas XI MAN
Yogyakarta
II
Tahun
2012/2013.
Yogyakarta
Hasbullah. H. M. (2015). Kebijakan
Pendidikan: Dalam Perspektif Teori,
Aplikasi, dan Kondisi Objektif Pendidikan
di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers
Istikomariah. (2016). Pengaruh Intensitas
Penggunaan Media Sosial Terhadap Peer
Acceptance Peserta didik Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Edisi 11 Tahun ke-5 2016.
LPPM Universitas Negeri Yogyakarta
Roslina Verauli. (2015). Bolehkah Anak
Punya Akun Media Sosial?. Diakses dari
www.parenting.co.id/usiasekolah/bolehka
h+anak+punya+akun+media+sosial%3f
Pada Selasa 16 Januari 2017, Jam 15.05
WIB
Sanjaya,
Wina.
(2016).
Strategi
Pembelajaran
(Berorintasi
Standar
Proses Pendidikan). Jakarta: Prenada
Media Group.
Wahab, Abdul Azis. (2008). ANATOMI
ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN. Bandung: Alfabeta
Weny Rochmawati. (2011). Perilaku
Pemanfaatan Internet. Diakses dari
www.journal.unair.ac.id
pada 23
Desember 2016, Jam 9.24 WIB