Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas

menurut

Riyanto

(2001)

adalah

kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas
atau kemampuan laba merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan
dan keputusan manajemen, (Sawir, 2003;17). Kartadinata (1996 : 46-51)
mengemukakan bahwa profitabilitas dimaksudkan adalah kemampuan

perusahaan untuk memperoleh laba. Kartadinata (1996:66) mengatakan
faktor yang penting dalam kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
adalah hubungan antara tingkat penjualan dengan tingkat aktiva yang
diperlukan untuk mencapai tingkat penjualan tersebut. Cara yang termudah
untuk mengukur profitabilitas perusahaan adalah dengan menghubungkan
laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan total aktiva yang dimilikinya
Return On Assets (Helfer, 1997:83).
Berdasarkan pengertian profitabilitas di atas maka perusahaan akan
berusaha keras untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika perusahaan
berhasil meningkatkan profitabilitasnya, maka perusahaan tersebut dapat
dikatakan berhasil mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif
dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Sebaliknya,
perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah akan menunjukkan

8

Universitas Sumatera Utara

perusahaan tersebut kurang mampu mengelola sumber daya yang
dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi.

Rasio profitabilitas yang sering digunakan di dalam penelitian yang
berkaitan dengan pengaruh modal kerja dan efektivitas modal kerja adalah
return on equity (ROE). Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan
mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam
memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.
Profitabilitas modal sendiri atau return on equity (ROE) adalah
perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di
satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di
lain pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal sendiri adalah
kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Riyanto (2001:44) menyebutkan
laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas modal sendiri
adalah laba usaha setelah dikurangi dengan modal asing dan pajak
perseorangan atau income tax (EAT=earning after tax). Sedangkan modal
yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam
perusahaan. Mengukur profitabilitas modal sendiri. Return on equity
merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi
para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham
preferen) atas modal yang diinvestasikan didalam perusahaan. Secara umum

tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin

9

Universitas Sumatera Utara

baik kedudukan pemilik perusahaan. Return on equity (ROE) dihitung
dengan menggunakan rumus :
Net Profit After Taxes
ROE =

x 100%
Stockholder Equity

Menurut Soediyono (2001:103) analisa Du pont merupakan
pendekatan lain yang digunakan mengevaluasi tingkat pengembalian equitas
atau return on equity yang dihitung dengan membagi ROI dengan hasil
pengurangan 1 (satu) dan rasio hutang. Hal ini dapat dinyatakan dalam
bentuk rasio keuangan yaitu :
ROI

ROE =

x 100%
1 – debt ratio

dimana :
ROI = Net profit margin x perputaran aktiva

Laba sesudah Pajak
Net Profit Margin =

x 100%
Penjualan Bersih

Penjualan Bersih
Perputaran Aktiva =

x 100%
Total Aktiva


10

Universitas Sumatera Utara

Total Hutang
Debt Ratio =

x 100%
Total Aktiva

Dengan menggunakan system Du pont diatas dapat dilihat faktorfaktor yang mempengaruhi profitabilitas yaitu penjualan, biaya operasi total
aktiva dan total hutang. Sedangkan menurut Wasis (2003:38) menggunakan
istilah rate of return adalah penjualan, efisiensi penggunaan biaya, profit
margin dan struktur modal perusahaan.
2.1.2 Pengertian Modal Kerja
Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari
perusahaan, dimana dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan
kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil aktivitas
perusahaan tersebut, yang akan dipergunakan untuk operasi selanjutnya.
Halim (1999:88) menyebutkan modal kerja adalah aktiva jangka pendek

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari pada suatu perusahaan.
Menurut Djarwanto (2001) modal kerja adalah berhubungan dengan
keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntansi tertentu yang
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode akuntansi yang
bersangkutan (current income). Sedangkan menurut Munawir (2004) modal
kerja adalah kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap
seluruh hutang hutangnya. Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva
jangka pendek dalam bentuk kas, sekuritas, piutang dan persediaan yang
11

Universitas Sumatera Utara

digunakan

untuk

memenuhi

kegiatan


operasi

perusahaan.

Dalam

pembahasan modal kerja dikenal 3 konsep modal kerja, yaitu :
1) Konsep Kuantitatif
Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan

untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya
yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia
untuk tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja
menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal
kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working
capital). Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin
kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan
likuiditas perusahaan.
2) Konsep Kualitatif

Konsep ini berfokus pada kualitas modal kerja yaitu kelebihan
aktiva lancar terhadap hutang lancar (net working capital). Dalam konsep
ini modal kerja dikaitkan dengan jumlah hutang lancar ataupun sebagian
dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya.
3) Konsep fungsional
Konsep ini berfokus pada fungsi dari dana yang dimiliki dalam
rangka menghasilkan pendapatan dari kegiatan perusahaan. Ada sebagian
dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan pendapatan
untuk periode berikutnya (future income). Sehingga besarnya modal kerja
dalam konsep ini adalah:
12

Universitas Sumatera Utara

(1) Jumlah kas
(2) Jumlah persediaan
(3) Jumlah piutang dikurangi besarnya keuntungan
(4) Jumlah sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap.
Perbedaan dari ketiga konsep diatas adalah terletak pada penentuan

jumlah modal kerja. Dan konsep modal kerja yang digunakan dalam
penelitian ini adalah konsep kualitatif. Modal kerja yang cukup lebih baik
daripada modal kerja yang berlebihan, karena dengan modal kerja yang
berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana
yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif.

2.1.3 Jenis Modal Kerja
Modal kerja dalam suatu perusahaan menurut Riyanto (2001) dapat
digolongkan dalam beberapa jenis:
1) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada
perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain
modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha. Modal kerja ini terdiri dari
(1). Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah
modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjaga kontinuitas usahanya.
(2). Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja
yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang
13


Universitas Sumatera Utara

normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel
menurut kondisi perusahaan.
2)

Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang dibutuhkan saatsaat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan
perubahaan keadaan dalam satu periode. Modal kerja ini terdiri dari:
(1) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan
musim.
(2) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan
permintaan produk.
(3) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang
tidak diketahui sebelumnya


2.1.4 Fungsi Modal Kerja
Peranan modal kerja bagi perusahaan adalah melindungi perusahaan
terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar kewajiban-kewajiban
tepat pada waktunya. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan,
semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi
bahaya atau kesulitan keuangan yang terjadi. Memungkinkan perusahaan
untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani
14

Universitas Sumatera Utara

konsumen. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi yang
lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa
yang dibutuhkan.
2.1.5 Sumber Modal Kerja
Menurut Harahap (2001 : 288) menyatakan bahwa: Kenaikan dalam
modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan
dalam utang jangka panjang dan modal sedangkan penurunan dalam modal
kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka
panjang naik. Menurut Munawir (2004) Pada dasarnya modal kerja terdiri
dari dua bagian pokok, yaitu:
1) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu jumlah minimum
yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar
tanpa kesulitan keuangan.
2) Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas
musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktifitas biasa.
Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal
dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan
tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan kreditor jangka pendek.
Djarwanto (2001) pada umumnya modal kerja suatu perusahaan berasal dari
berbagai sumber, yaitu:
1) Hasil operasi perusahaan.

15

Universitas Sumatera Utara

Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat
dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan.
Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila
laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut
akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka
pendek).
Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang
segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.
Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya
perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga
menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat
berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja,
sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.
3) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar.
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan
aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang
tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi
kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.
4) Penjualan saham atau obligasi.
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan
dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para
pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan
obligasi.
16

Universitas Sumatera Utara

5) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan
merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai
tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan
modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka
pendek lainnya.
6) Kredit dari supplier.
Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier.
Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila
perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik
pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan
hanya memerlukan modal kerja yang kecil.
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan
perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki
oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan
berubahnya atau turunya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan.
Penggunaan aktiva lancar yang menyebabkan turunnya aktiva lancar adalah
sebagai berikut :
1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan karena adanya
penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian yang insidentil
lainya.
2) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan –
tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi,
dana pensiun pegawai, dan ekspansi ataupun dana-dana lainya.
17

Universitas Sumatera Utara

3) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka
panjang

atau

aktiva

tidak

lancar

lainya

yang

mengakibatkan

berkurangnya aktiva lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
4) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.
5) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadi atau prive (Munawir, 2004)

2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Modal Kerja
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan modal
kerja, yaitu:
1) Modal kerja meningkat sebagai berikut:
(1) Perusahaan memperoleh laba,
(2) Perusahaan menjual aktiva tetap,
(3) Penyusutan aktiva tetap,
(4) Bertambah besarnya hutang jangka panjang,
(5) Perusahaan menambah besarnya modal pesertaan.
2) Modal kerja menurun sebagai berikut:
(1) Perusahaan menderita rugi,
(2) Perusahaan membeli aktiva tetap,
(3) Hutang jangka panjang perusahaan menurun,
(4) Perusahaan mengurangi besarnya modal pesertaan,
(5) Perusahaan membagikan deviden.

18

Universitas Sumatera Utara

2.1.7 Perputaran Modal Kerja
Periode perputaran modal kerja (working capital turnorver period)
dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat
dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti
makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya
(turnorver rate-nya). Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung
kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari
modal kerja tersebut (Riyanto, 2001). Dalam menentukan perputaran modal
kerja dapat dibedakan 2 metode yaitu:
1) Metode keterikatan dana (siklus daur dana)
Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian
pengalaman dari pengelola atau tentunya dengan dominan dipengaruhi
keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan
sehari-hari dalam jangka waktu lama. Menurut metode siklus atau daur
dana ini perputaran modal kerja dapat diketahui dengan menghitung
periode atau jangka waktu dana tertanam. Sejak kas diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas.
2) Metode perputaran (turnorver)
Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan
secara umum atau total modal kerja dihitung dengan rumus working
capital turnover yaitu total penjualan dibagi dengan net working capital
atau gross working capital (Ahmad, 1997:7-12). Tingkat perputaran
modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio yaitu diambil dari
data laporan rugi laba dan neraca. Untuk menilai keefektifan modal kerja
19

Universitas Sumatera Utara

dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja
rata-rata tersebut (working capital turnorver). Rasio ini menunjukkan
hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah)
untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2004:80). Rumus yang
digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja
dalam penelitian ini adalah:
Penjualan Bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja Rata-rata
(Munawir, 2004:80)
Modal kerja rata-rata dapat dicari dengan menjumlahkan modal kerja
tahun pertama dan modal kerja tahun kedua kemudian dibagi dua.
Komponen perputaran modal kerja meliputi :
1) Perputaran Kas
Kas adalah nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta
pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai
alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi
tingkat liquiditasnya. (Komaruddin, 2005 : 61) Perputaran kas
merupakan kemampuan dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat
dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu.
Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin efisien tingkat
penggunaan kasnya dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputaranya
semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya uang yang berhenti
20

Universitas Sumatera Utara

atau tidak dipergunakan.Untuk menentukan berapa jumlah kas yang
sebaiknya harus dipertahankan dalam perusahaan, belum ada standart
rasio yang bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar
tertentu

yang

dapat

digunakan

sebagai

pedoman

didalam

menentukanjumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan.
Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah
aktiva lancar ataupun utang lancar. Sumber penerimaan kas pada
dasarnya berasal dari (Munawir, 2004):
(1) Hasil penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tetap yang
diikuti dengan penambahan kas.
(2) Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka pendek maupun
jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan
adanya penerimaan kas.
(3) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang
diimbangi dengan adanya penerimaan kas.
(4) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari
investasinya.
Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksitransaksi sebagai berikut:
(1) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek
maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya.
(2) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan
kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.

21

Universitas Sumatera Utara

(3) Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek atau
jangka panjang.
(4) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya
operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor,
pembayaran bunga dan premi asuransi serta adanya persekot biaya
maupun persekot pembelian.
(5) Pengeluaran kas untuk membayar deviden, pembayaran pajak,
denda-denda lainnya.
Untuk menghitung perputaran kas dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
Penjualan Bersih
Perputaran kas =
Rata-rata Kas
2) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Piutang merupakan aktiva yang timbul akibat perusahaan
melakukan penjualan secara kredit. Semakin lama syarat pembayaran
suatu piutang berarti semakin lama modal terikat dalam piutang, ini
berarti tingkat perputaran piutang selama periode tertentu semakin
rendah. Tingkat perputaran piutang atau (receivable turnover) dapat
diketahui dengan membagi jumlah credit sales selama periode tertentu
dengan jumlah rata- rata piutang (average receivable).
Penjualan Kredit
Receivable Turn Over =
Rata-rata Piutang
22

Universitas Sumatera Utara

Makin

tinggi

perputaran

piutang,

sehingga

untuk

mempertahankan penjualan kredit tertentu, dengan naiknya perputaran
piutang, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan
dalam piutang (Riyanto, 2001)
3) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Masalah

investasi

dalam

inventory

merupakan

masalah

pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya
Inventory atau persediaan barang sebagai elemen yang utama dari modal
kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana
secara terus menerus mengalami perubahan.. Masalah penentuan besar
investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang
langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan
besarnya investasi dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan.
Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan
kebutuhan

akan

memperbesar

beban

bunga,

memperbesar

biaya

penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan
kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan
memperkecil keuntungan perusahan. Demikian sebaliknya, adanya
investasi yang terlalu kecil dalam inventory juga akan mempunyai efek
yang menekan keuntungan perusahaan (Riyanto, 2001).
Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan persediaan dapat dilihat
dari perhitungan tingkat perputaran persediaannya, karena semakin tinggi
tingkat perputaran persediaan akan menunjukkan semakin pendek waktu

23

Universitas Sumatera Utara

terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi volume
penjualan tertentu dalam naiknya perputaran persediaan maka dibutuhkan
jumlah modal kerja yang lebih kecil. Adapun perhitungan tingkat
peputaran persediaan adalah sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan
Perputaran Persediaan =
Rata-rata Persediaan

2.1.8

Rasio Keuangan
Rasio menurut Riyanto (2001 : 329) adalah ukuran yang sering

digunakan dalam

analisis

finansial.

Penganalisa finansial

adalah

mengadakan analisis rasio finansial pada dasarnya dapat melakukannya
dengan dua cara perbandingan, yaitu sebagai berikut.
1) Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio diwaktu yang lain
(rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk yang
akan datang di perusahaan yang sama.
2) Membandingkan rasio-rasio disuatu perusahaan dengan rasio-rasio
sejenisnya dari perusahaan lain yang sejenis atau rasio industri untuk
waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan
rasio industry akan dapat diketahui apakah perusahaan yang
bersangkutan dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata
industri (above average).

24

Universitas Sumatera Utara

Rasio-rasio dikelompokkan ke dalam kelompok dasar, yaitu
likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas. Penggunaan rasio dibatasi hanya pada
rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.

1) Rasio Likuiditas
Semakin tinggi likuiditas berarti semakin tinggi kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut
Sawir (2003) rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya tepat pada waktunya.. Dimana rasio likuiditas mengukur
kecepatan sebuah investasi (aset) atau ditukar menjadi suatu nilai. Rasio
ini terdiri dari :
(1) Current Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar.
(2) Quick Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
yang harus segera dipenuhi aktiva lancar yang lebih likuid.
(3) Cash Ratio, yaitu kemampuan perusahaan membayar hutang
lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas.
2) Ratio Aktivitas
Rasio aktivitas yang umumnya digunakan adalah perputaran
persediaan, periode penagihan rata-rata, perputaran modal kerja,
perputaran aktiva tetap, dan rasio perputaran total aktiva. Rasio aktivitas
mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber
daya yang ada pada perusahaannya. Untuk mengukur efektivitas
25

Universitas Sumatera Utara

penggunaan modal kerja dapat diukur dengan tingkat perputaran modal
kerta serta tingkat perputaran masing-masing komponen dalam modal
kerja tersebut. Untuk selanjutnya rasio aktivitas yang akan digunakan
untuk mengukur tingkat efektivitas penggunaan modal kerja adalah
sebagai berikut :
(1) Ratio Perputaran Kas
Menurut Riyanto (2001 : 95) makin tinggi tingkat perputaran
kas maka makin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi
penggunaan kasnya. Tingkat perputaran kas dapat dihitung dengan
membandingkan antara penjualan bersih dengan kas rata-rata.
Penjualan Bersih
Perputaran Kas =
Rata-rata kas
(2) Ratio Perputaran Piutang
Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin kecil jumlah
modal yang terikat dalam piutang sehingga dapat mengurangi biaya
modal dan akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas. Periode
perputaran atau terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung
pada syarat pembayarannya. Tingkat perputaran piutang dapat
diketahui dengan membandingkan penjualan kredit dengan rata-rata
piutang.
Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Rata- rata Piutang
(3) Ratio Perputaran Persediaan

26

Universitas Sumatera Utara

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti semakin
pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk
memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah modal yang lebih
baik Menurut Sawir (2003) menyatakan bahwa rasio perputaran
persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang
dagang.. Jadi untuk memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah
modal yang lebih kecil. Tingkat perputaran persediaan dapat
dihitung dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan
persediaan rata-rata.

Harga Pokok Penjualan
Perputaran Persediaan =
Rata-rata Persediaan

(4) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang
efektivitas manajemen perusahaan. Menurut Sawir (2003 :17)
profitabilitas merupakan hasil akhir bersih berbagai kebijakan dan
keputusan manajemen. Rasio profitabilitas yang memberikan
gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan dapat
dianalisa dengan margin laba kotor (gross profit margin), rentabilitas
ekonomis (basic earning power), margin laba bersih (net profit
margin), hasil pengembalian atas investasi (return on investment),
dan pengembalian atas modal (return on equity). Rasio-rasio
profitabilitas terdiri dari :

27

Universitas Sumatera Utara

a) Gross Profit Margin, yaitu laba bruto yang diperoleh perusahaan
dari penjualan.
Penjualan - HPP
Gross Profit Margin =
Penjualan
b) Basic Earning Power, yaitu laba operasi sebelum bunga dan pajak
yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.
Laba Operasi x 100%
Basic Earning Power =
Total Aktiva
c) Net Profit Margin, yaitu keuntungan bersih yang diperoleh
perusahaan dari setiap rupiah penjualan.

Laba setelah Pajak
Net Profit Margin =
Penjualan
d) Return On Equity, yaitu kemampuan dari modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan
saham biasa.
Laba setelah Pajak
Return On Equity =
Modal Sendiri

e) Return On Investment, yaitu kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor.

28

Universitas Sumatera Utara

Laba Setelah Pajak X 100%
Return On Investment =
Total Aktiva

Rasio profitabilitas yang akan digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas adalah Return On Equity (ROE), yang menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam periode
tertentu.
(5) Rasio Perputaran Modal Kerja
Perputaran modal kerja (Working Capital Turnover) adalah
kemampuan modal kerja berputar dalam suatu periode siklus kas dan
perusahaan, yang diukur dengan
Penjualan Bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja Rata-rata

2.1.9

Hubungan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Modal kerja yang tersedia di dalam perusahaan harus cukup

jumlahnya. Arti cukup adalah harus mampu membiayai pengeluaranpengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Dengan modal
kerja yang cukup akan memberi keuntungan bagi perusahaan karena
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan
efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Perusahaan
sebaiknya memiliki modal kerja yang cukup daripada berlebihan, karena
modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa
menggunakan dana yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi
29

Universitas Sumatera Utara

tidak produktif/menganggur. Dana yang menganggur akan berdampak
terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan atau profitabilitas.
Sebaliknya

modal

kerja

yang

kurang

dapat

menjadi

penyebab

kemunduran/bahkan kegagalan suatu perusahaan dan akan sulit untuk
mengembalikan modal perusahaan yang sudah tertanam.
2.1.10 Hubungan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja berputar
dalam suatu periode siklus kas perusahaan. Tingkat perputaran modal kerja
yang tinggi akan memberikan keuntungan kepada kreditor jangka pendek.
Mereka akan memperoleh kepastian bahwa modal kerja berputar dengan
kecepatan tinggi dan utang akan segera dapat dibayar meski dalam kondisi
operasi yang sulit sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Perusahaan dikatakan memiliki profitabilitas tinggi apabila modal yang
besar dan efektivitas yang tinggi. Tetapi modal yang besar belum tentu
perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi. Hal ini tergantung dari
penggunaan penggunaan modal kerja apakah efektif dan efisien atau tidak.
Modal kerja yang selalu berputar akan mempengaruhi arus dana dalam
perusahaan. Jika perputaran modal kerja mengalami peningkatan setiap
tahunnya, berarti arus dana yang kembali ke perusahaan akan semakin
lancar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat perputaran modal kerja,
semakin panjang waktu terikatnya dana yang berarti pengelolaan modal
kerja

kurang

efektif

dan

efisien

dan

cenderung

menurunkan

profitabilitasnya.

30

Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu
Astuti (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Modal
Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap return on equity (ROE) pada
perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Jakarta.
Berdasarkan pembahasan diketahui faktor yang mempengaruhi modal kerja
dan perputaran modal kerja yaitu adanya Aktiva lancar yang terlalu rendah
sehingga perusahaan harus mengambil pinjaman, kurangnya perencanaan
volume penjualan sehingga produksi rendah, tingginya biaya operasi yang
ditanggung perusahaan, tidak lancarnya aliran modal kerja.
Nufhafni (2009), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Modal
Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE)
Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI.” Variabel dependen dalam
penelitian adalah Return On Equity (ROE) dan variabel independen adalah
Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan
kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu
analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan
keuangan tahun 2003-2007 dengan sample 33 perusahaan Consumer Goods
di BEI. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah modal kerja dan
perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return
On Equity perusahaan.
Imelda Yulistri (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja terhadap Laba Bersih Industri Barang
Konsumsi di BEI.” Variabel dependen dalam penelitian adalah Laba Bersih
dan variabel independen adalah Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan
31

Universitas Sumatera Utara

Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan kuantitatif, dengan pengujian
asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana dan
diuji dengan uji f dan uji-t. Data yang digunakan adalah laporan keuangan
tahun 2006-2007 dengan sample 33 perusahaan Industri Barang Konsumsi di
BEI. Hasil Penelitian menunjukkan Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan
Modal Kerja memiliki pengaruh yang simultan terhadap Laba Perusahaan.
Erlyss Parlina Sipangkar (2009) melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan
Otomotif di BEI.” Variabel Independen adalah Perputaran persediaan,
variabel dependen adalah ROA. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu
analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan laba
rugi dan neraca tahun 2005-2007 dengan 18 sampel perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan.
Seprina Ruleta Sitanggang (2008) melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada
PT.Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan.” Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Return On Assets (ROA) dan variabel independen adalah
timgkat perputaran piutang. Penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi linier sederhana dan diuji dengan uji-t. Data yang digunakan adalah
data laba rugi dan neraca tahun 2005-2007 dengan 36 sample laporan
keuangan bulanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran
piutang memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas.
32

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No.

Nama Peneliti, Tahun, dan Variabel Penelitian
Judul Penelitian

Hasil Penelitian

1

Astuti (2005), judul
penelitian
“Pengaruh
Modal
Kerja
dan
Perputaran Modal Kerja
terhadap return on equity
(ROE) pada perusahaan
makanan dan minuman
go public di Bursa Efek
Jakarta”
Seprina Ruleta (2008),
judul
peneltian
“Pengaruh
Tingkat
Perputaran
Piutang
Terhadap Profitabilitas
pada PT.Gresik Cipta
Sejahtera
Cabang
Medan.”
Nurhafni (2009), judul
penelitian
“Pengaruh
Modal
Kerja
dan
Perputaran Modal Kerja
terhadap
Retur
On
Equity
(ROE)
Perusahaan Consumer
Goods Industry di BEI”
Imelda Yulistri (2009),
judul
penelitian
“Pengaruh
Efektivitas
dan Kebutuhan Modal
Kerja terhadap Laba
Bersih Industri Barang
Konsumsi di BEI”

Variabel
Independen adalah
Modal
Kerja,
Perputaran Modal
Kerja dan variabel
dependen adalah
ROE

Faktor Modal Kerja dan
perputaran Modal Kerja
memiliki
pengaruh
signifikan terhadap ROE

Variabel
Independen adalah
Tingkat
Perputaran
Piutang, Variabel
Dependen adalah
ROA.

Faktor
Tingkat
Perputaran Piutang tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
Profitabilitas.

Variabel
Independen adalah
Modal Kerja, dan
Perputaran Modal
Kerja,
variabel
dependen adalah
ROE

Faktor Modal Kerja dan
Perputaran Modal Kerja
memiliki
pengaruh
signifikan terhadap ROE
Perusahaan.

Variabel
Independen adalah
Efektivitas Modal
Kerja
dan
Kebutuhan Modal
Kerja,
variabel
dependen adalah
Laba Bersih
Variabel
Independen adalah
Perputaran
persediaan,
variabel dependen
adalah ROA

Faktor Efektivitas Modal
Kerja dan Kebutuhan
Modal Kerja memiliki
pengaruh yang simultan
terhadap laba bersih
Perusahaan.

2

3

4

5

Ellys Delfrina Sipangkar
(2009), judul penelitian
“Pengaruh
Perputaran
Persediaan
terhadap
Tingkat
Profitabilitas
Perusahaan Otomotif di
BEI.”

Faktor
Tingkat
perputaran
persediaan
tidak memiliki pengaruh
signifikan
terhadap
Profitabilitas Perusahaan.

33

Universitas Sumatera Utara

2.3 kerangka konseptuan
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah membahas tentang pengertian
Profitabilitas (ROE) modal kerja. Modal kerja merupakan bagian modal
perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari,
misalnya membeli bahan mentah, membayar gaji karyawan, dan lain-lain
(Riyanto, 2001:96). Dengan adanya penambahan aktiva dalam modal kerja maka
perputaran aktiva juga meningkat sehingga ROI akan meningkat. Sedangkan
tinggi rendahnya debt rasio ditentukan oleh besar kecilnya total hutang,
penambahan hutang lancar dalam perusahaan mengakibatkan modal kerja yang
ada dalam perusahaan juga meningkat namun perusahaan harus menanggung
beban yaitu beban bunga. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka
hubungan variabel penelitian digambarkan sebagai berikut :

Modal Kerja (X1)

H1
Profitabilitas (Y)

Perputaran Modal
Kerja (X2)

H2

H3

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

34

Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis
Berdasarkan

landasan

teori

dan

pembahasan

hasil

penelitian

sebelumnya maka dinyatakan rumusan hipotesis sebagai berikut :

H1

: modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada
perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

H2

: Perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas
pada perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.

H3

: modal kerja dan Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap
profitabilitas baik secara simultan maupun secara parsial pada
perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

35

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 117 85

Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 115 71

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

11 112 96

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 4 82

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Profitabilitas terhadap Modal Kerja pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16