Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

Lampiran I

JUMLAH MODAL KERJA

NAMA PERUSAHAAN 2008 2009 2010 2011

PT. Akasha Wira International. Tbk -56.009 43.938 44.626 53.441

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food. Tbk -46.167 63.986 147.716 814.745

PT. Cahaya Kalbar. Tbk 351.572 297.880 258.917 252.131

PT. Davomas Abadi. Tbk 1.213.358 724.087 1.010.119 1.031.474

PT. Delta Djakarta. Tbk 400.616 482.665 477.557 481.516

PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk -1.938.900 1.795.851 10.218.876 11.670.430

PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk -36.331 -290.712 -34.785 -3.834

PT. Mayora Indah. Tbk 915.053 986.194 1.644.520 2.249.507

PT. Prashida Aneka Niaga. Tbk 100.377 74.253 74.294 99.287

PT. Sekar Laut. Tbk 50.625 41.404 44.116 43.201

PT. Siantar Top. Tbk 50.142 75.734 120.670 10.552


(2)

Lampiran II

PERPUTARAN MODAL KERJA

NAMA PERUSAHAAN 2008 2009 2010 2011

PT. Akasha Wira International. Tbk 6.02 6.25 10.17 13.92

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food. Tbk 0.50 0.54 0.72 1.79

PT. Cahaya Kalbar. Tbk 6.77 4.12 2.47 4.27

PT. Davomas Abadi. Tbk 3.41 0.41 1.62 0.73

PT. Delta Djakarta. Tbk 1.46 1.61 1.19 1.22

PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk 7.14 6.83 7.06 8.34

PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk -14.5 -17.68 -19.58 -20.33

PT. Mayora Indah. Tbk 2.69 3.3 4.99 6.52

PT. Prashida Aneka Niaga. Tbk 8.19 6.8 10.66 14.32

PT. Sekar Laut. Tbk 5.28 6.18 7.01 7.68

PT. Siantar Top. Tbk 9.71 9.75 11.86 15.99


(3)

Lampiran III

RETURN ON INVESTMENT

NAMA PERUSAHAAN 2008 2009 2010 2011

PT. Akasha Wira International. Tbk -29.30 23.93 31.70 20.57

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food. Tbk 7.34 8.82 13.25 8.18

PT. Cahaya Kalbar. Tbk 11.86 16.42 9.57 23.78

PT. Davomas Abadi. Tbk -75.79 -50.73 -2.74 -14.48

PT. Delta Djakarta. Tbk 16.11 21.43 24.62 25.30

PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk 12.07 20.44 16.16 15.87

PT. Multi Bintang Indonesia. Tbk 64.59 323.59 93.99 95.68

PT. Mayora Indah. Tbk 15.7 23.53 24.60 19.95

PT. Prashida Aneka Niaga. Tbk -10.16 -25.87 -13.31 -11.57

PT. Sekar Laut. Tbk -4.24 -11.28 -4.09 -4.86

PT. Siantar Top. Tbk 1.33 10.15 9.53 8.71


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti (2005), “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Jakarta.”

Ahmad, 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Djarwanto, 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Erlyss Parlina Sipangkar (2009, “Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Otomotif di BEI.”

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Harahap, Sofyan, Syafri, 2001, Analisis Kritis Atas Laoran Keuangan, Cetakan kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hendra S. Raharja Putra. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi, Salemba 4, Jakarta.

Imelda Yulistri (2009), “Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja Terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.”

Komaruddin, Ahmad. 2005. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Rineka Cipta, Jakarta.


(5)

Nufhafni (2009), “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

Sawir, Agnes, 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Seprina Ruleta Sitanggang (2008), “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang

Terhadap Profitabilitas pada PT.Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan.”

Soediyono R. 2001. Analisa Lapoaran Keuangan : Analisa Ratio. Liberty, Yogyakarta

Sugiyono.(2006). Metode Penelitian Bisnis. Salemba Empat, Jakarta

Wasis. 2003. Pembelanjaan Perusahaan. UKSW, Salatiga.


(6)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (PT.BEI). Alasan dilakukan penelitian di perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI adalah karena perusahaan-perusahaan tersebut memiliki karakteristik yang cukup homogen dengan laporan keuangan yang lengkap dibandingkan sektor lainnya. Selain itu, populasi yang besar memudahkan dalam menentukan sampel sesuai dengan kriteria yang diperlukan. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan September 2013.

3.2Populasi dan Sample Penelitian

Menurut Sugiyono (2006 : 55) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 - 2011 yaitu sebanyak 15 perusahaan. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:


(7)

1) Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2008-2011.

2) Perusahaan Makanan dan Minuman yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit tahun 2008-2011.

3) Data-data yang dimiliki perusahaan tersebut lengkap dan sesuai dengan variabel yang diteliti.

Berdasarkan kriteria diatas ada didapat 12 perusahaan makanan dan minuman yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu:

Tabel 3.1.

Daftar Populasi dan Sampel Peneltian

No Perusahaan Kriteria

Penentuan Sampel

Sampel

1 2 3

1 Akasha Wira International Tbk √ √ √ 1

2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ 2

3 Tri Banyan Tirta Tbk X √ √

4 Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ 3

5 Davomas Abadi Tbk √ √ √ 4

6 Delta Djakarta Tbk √ √ √ 5

7 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk X √ √

8 Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ 6

9 Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ 7

10 Mayora Indah Tbk √ √ √ 8

11 Prashida Aneka Niaga Tbk √ √ √ 9

12 Nippon Indosari Corporindo Tbk X √ √

13 Sekar Laut Tbk √ √ √ 10

14 Siantar Top Tbk √ √ √ 11


(8)

3.3Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel terikat, sebagai berikut :

1) Variabel terikat, Variabel terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006 : 33). Pada penelitian ini variabel terikat adalah profitabilitas (Y) (diukur dari Return On Equity ) pada perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011.

2) Variabel bebas, menurut Sugiyono (2006 : 33) “variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat)”. Dalam peneltian ini variabel terikat terdiri dari jumlah modal kerja (X1) dan tingkat perputaran modal kerja (X2) pada perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011.


(9)

3.4Definisi Variabel Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variable

yang diukur

Definisi operasional Skala Pengukuran

Modal Kerja (X1)

modal kerja adalah berhubungan dengan keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntansi tertentu yang

dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode akuntansi yang bersangkutan (current income)

Modal Kerja = Aktiva Lancar – Hutang Lancar

Perputaran Modal Kerja (X2)

Periode perputaran modal kerja (working capital turnorver period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam

komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat

perputarannya (turnorver rate-nya)

Penjualan Bersih Perputaran Modal Kerja =

Modal Kerja Rata-Rata

Profitabilitas suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

selama periode waktu tertentu. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan

Return On Equity (ROE)

Laba setelah Pajak

ROE =


(10)

3.5Jenis dan Sumber Data 3.5.1 Jenis Data

1. Data Kuantitatif merupakan data-data yang berupa angka-angka dan dapat dinyatakan dalam satuan hitung (Sugiyono, 2007). Data kuantitatif pada penelitian ini adalah laporan keuangan pada perusahaan makanan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011, yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010 dan 2011

2. Data Kualitatif merupakan data yang tidak berupa angka-angka, melainkan bersifat keterangan-keterangan. Data kualitatif pada penelitian ini berupa profil singkat dan nama-nama perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011.

3.5.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder yang merupakan hasil olahan yang diperoleh oleh peneliti dari perusahaan yang dipublikasikan Indonesian Stock Exchange (IDX) dan Indonesian

Capital Market Directory (ICMD). Data yang dimaksud adalah laporan

keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011.


(11)

3.6Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan metode observasi nonpartisipan. Dalam metode observasi nonpartisipan, pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan secara independen (Sugiyono, 2006:139). Jadi metode observasi dilakukan dengan cara mengamati, mencatat serta mempelajari catatan-catatan yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari Indonesian Stock

Exchange (IDX) yaitu laporan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2008-2011.

3.7Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data adalah cara mengolah data yang terkumpul kemudian dapat memberikan interpretasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Teknik Analisis Regresi Linear Berganda.

Teknik analisis data yang digunakan dalam memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linear berganda/majemuk dengan instrumen berupa progam SPSS (statistic package for social science). Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah modal kerja dan efektivitas penggunaan modal kerja (diukur dari tingkat perputaran modal kerja) terhadap profitabilitas (diukur dari ROE). Menurut Suyana (2004:52), model regresi linear berganda ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:

Y = + b1X1 + b2X2 + ei Keterangan :


(12)

Y = Profitabilitas X1 = Jumlah Modal Kerja X2 = Perputaran Modal Kerja α = Konstanta

b1-b2 = Koesifisien regresi X1-X2

ei = Variabel penggangu yang mewakili faktor lain yang berpengaruh pada Y tetapi tidak dimasukkan dalam model

Dari model regresi linear tersebut, agar model dapat diregresi dilakukan pengujian asumsi klasik sebagai berikut:

(1) Uji normalitas

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2005 : 110) sebagai berikut:

1). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2). Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dengan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau yang mendekati normal. Pengujian normalitas dapat dilihat dan garis profitability plots pada hasil


(13)

perhitungan dengan menggunakan SPSS. Distribusi normal tercermin dari data yang tersebar disekitar garis diagonal.

(2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2005). Jika terjadi korelasi maka dinamakan terjadi problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pedoman suatu model regresi yang bebas problem multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai VIF

(Varians Inflation Faktor) kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari

10%.

(3) Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dan autokorelasi. Menurut Ghozali (2005 : 95) uji autokorelasi menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilihat dalam tabel 3.2


(14)

Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi positif atau negatif

Tolak No decision Tolak No decision

Tidak ditolak

0<d<dl dl≤d≤du 4-dl<d<4 4-du≤d≤4-dl

du<d<4-du

(4) Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2005). Suatu model regresi yang baik adalah tidak memiliki heteroskedastisitas.

2) Pengujian Hipotesis (1) Uji Simultan (F - test)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005 : 84). Pengujian ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas yaitu jumlah modal kerja (Xl), perputaran modal kerja (X2) yang diukur dari tingkat perputaran modal kerja terhadap variabel terikat profitabilitas (Y) yang diukur dari ROE pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan atau serempak. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi Fhitung dengan ketentuan:


(15)

Jika Fhitung < Ftabeldan nilai sig> α 0.05, maka Ha ditolak

Jika Fhitung >Ftabeldan nilai sig< α 0.05, maka Ha diterima

a) Menentukan Fhitung

Secara matematis Fhitung dapat diperoleh dengan rumus : R2 / K - 1

Fhitung =

(1 – R2) / (n – k) Dimana :

R2 = Koefisien determinasi n = Ukuran sampel

k = Jumlah variabel dalam model regresi b) Menentukan Ftabel

Perhitungan Ftabel dengan penentuan taraf nyata (α) = 5 % dan df = (k-1) (n-k). Dengan demikian Ftabel adalah sebesar Fd (k-1) (n-k). c) Kesimpulan

Jika Fhitung lebih besar dari Ftabel maka H0 ditolak yang berarti jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011. Jika Fhitung lebih kecil sama dengan Ftabel maka H0 diterima yang berarti jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011.


(16)

(2) Uji Parsial (t - test)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas jumlah modal kerja (Xl), dan perputaran modal kerja (X2) terhadap variabel terikat profitabilitas (Y) yang diukur dari ROE pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011 secara parsial. Langkah- Iangkah dalam menguji hipotesis yang kedua ini adalah :

a) Pengaruh jumlah modal kerja (X1) diukur dari tingkat perputaran modal kerja terhadap profitabilitas (Y) yang diukur dari ROE pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan ketentuan:

Jika thitung < ttabeldan nilai sig> α 0.05, maka Ha ditolak Jika thitung >ttabel dan nilai sig< α 0.05, maka Ha diterima (a) Menentukan t table

Dengan penentuan taraf nyata (α) = 5%/2 = 0,025 dan penentuan derajat bebas (df) = n- k. Dengan demikian t tabel adalah sebesar t α / 2 (df ).

(b) Menentukan thitung bi – βi t =


(17)

Dimana :

bi = Koefisien regresi parsial yang ke-1 dari regresi sample βi = Koefisien parsial yang ke-1 dari regresi populasi S bi = Kesalahan standar (standar error) koefisien sampel.

(c) Apabila thitung lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa jumlah modal kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2011


(18)

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Secara singkat, perkembangan pasar modal dapat dilihat sebagai berikut:

1) 14 desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

2) 1914-1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. 3) 1925-1942 : Bursa Efek Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa

Efek di Semarang dan Surabaya.

4) Awal tahun 1939 : Bursa Efek di Jakarta ditutup karena isu politik (Perang Dunia II)

5) 1942-1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

6) 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI (1950).

7) 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda, Bursa Efek semakin tidak aktif.


(19)

8) 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal juga ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

9) 1977-1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibandingkan instrument Pasar Modal.

10)1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum da investor asing menanamkan modal di Indonesia. 11)1988-1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing, aktivitas bursa terlihat meningkat.

12)2 Juni 1988: Bursa Paralel (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

13)Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

14)16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT. Bursa Efek Surabaya.


(20)

15)13 Juli 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 16)13 Juli 1992: Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 17)22 Mei 1995: Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan

system computer JATS (Jakarta Automated Trading System).

18)10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan mulai 1996.

19)1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 20)2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scriples trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

21)2002: BEJ mulai mengaplikasikan system perdagangan jarak jauh (remote trading).

22)2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEJ).

Hingga tahun 2013 tercatat sebanyak 344 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 16 diantaranya adalah perusahaan Makanan dan Minuman, seperti ditunjukkan pada tabel 4.1. berikut :


(21)

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

No Kode Saham Emitten Tanggal IPO

1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk 13-Jun-1994 2 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 11-Jun-1997

3 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Tbk 10-Jul-2012

4 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 9-Jul-1996

5 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk 22-Dec-1994

6 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk 12-Feb-1984

7 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 7-Oct-2010 8 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 14-Jul-1994 9 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 17-Jan-1994

10 MYOR PT. Mayora Indah Tbk 4-Jul-1990

11 PSDN PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 18-Oct-1994 12 ROTI PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk 28-Jun-2010

13 SKLT PT. Sekar Laut Tbk 8-Sep-1993

14 STTP PT. Siantar Top Tbk 16-Dec-1996

15 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

2-Jul-1990

16 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk 28-Jun-2010

Tahun penelitian dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 sehingga hanya melibatkan 12 perusahaan. Data penelitian secara keseluruhan berjumlah 48 sampel. Dengan melihat kondisi laporan keuangan perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek


(22)

Indonesia tahun 2008-2011 dimana ROE, jumlah modal kerja, dan

perputaran modal kerja untuk seluruh perusahaan mengalami fluktuasi berupa kenaikan dan penurunan yang cukup material, hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.2 dan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja dan

ROE pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

No Nama Perusahaan

Jumlah Modal Kerja (juta) Perputaran Modal Kerja Return On Equity (%)

2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011

1 PT. Akasha Wira

International. Tbk -56.009 43.938 44.626 53.441 6.02 6.25 10.17 13.92 -29.30 23.93 31.7 0 20.57 2 PT. Tiga Pilar

Sejahtera Food. Tbk -46.167 63.986 147.716 814.745 0.50 0.54 0.72 1.79 7.34 8.82 13.2 5 8.18

3 PT. Cahaya Kalbar.

Tbk 351.572 297.880 258.917 252.131 6.77 4.12 2.47 4.27 11.86 16.42 9.57 23.78

4 PT. Davomas Abadi.

Tbk 1.213.358 724.087 1.010.119

1.031.47

4 3.41 0.41 1.62 0.73 -75.79 -50.73

-2.74 -14.48

5 PT. Delta Djakarta.

Tbk 400.616 482.665 477.557 481.516 1.46 1.61 1.19 1.22 16.11 21.43 24.6 2 25.30

6 PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk -1.938.900 1.795.8 51 10.218.87 6 11.670.4

30 7.14 6.83 7.06 8.34 12.07 20.44 16.1 6 15.87 7 PT. Multi Bintang

Indonesia. Tbk -36.331

-290.712 -34.785 -3.834 -14.5 -17.68 -19.58 -20.33 64.59 323.5 9

93.9 9 95.68

8 PT. Mayora Indah.

Tbk 915.053 986.194 1.644.520

2.249.50

7 2.69 3.3 4.99 6.52 15.7 23.53 24.6 0 19.95

9 PT. Prashida Aneka

Niaga. Tbk 100.377 74.253 74.294 99.287 8.19 6.8 10.66 14.32 -10.16 -25.87 -13.3 1 -11.57

10 PT. Sekar Laut. Tbk 50.625 41.404 44.116 43.201 5.28 6.18 7.01 7.68 -4.24 -11.28

-4.09 -4.86

11 PT. Siantar Top. Tbk 50.142 75.734 120.670 10.552 9.71 9.75 11.86 15.99 1.33 10.15 9.53 8.71

12 PT. Ultrajaya Milk

Industry. Tbk 359.095 367.524 477.884 316.486 3.58


(23)

4.1.2 Uji Asumsi Klasik

Setiap model persamaan regresi linier harus melalui uji asumsi klasik sebelum dianalisis lebih lanjut. Uji asumsi klasik yang dilakukan terhadap model persamaan regresi linier berganda pada penelitian ini yaitu : Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, dan Uji Heterokedastisitas. Hasil uji asumsi klasik yang diperoleh dengan bantuan komputer dengan program SPSS disajikan sebagai berikut :

1) Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dalam penelitian ditunjukkan melalui Gambar 4.1 dan Tabel 4.3 dibawah ini.


(24)

Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa plot – plot memiliki pola masih dalam lingkup dari garis diagonal grafik P-P Plot, sehingga dapat dikatakan data terdistribusi dengan normal.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 48

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation .97849211

Most Extreme Differences

Absolute .167

Positive .167

Negative -.061

Kolmogorov-Smirnov Z 1.155

Asymp. Sig. (2-tailed) .139

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Bila nilai signifikan < 0.05 berarti distribusi data tidak normal. Sebaliknya bila nilai signifikan > 0.05 berarti distribusi data normal. Dari tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan transformasi, data yang diuji menjadi normal dan nilai signifikan untuk semua variabel > 0,05. 2) Uji Multikolinearitas

Hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ditunjukkan melalui tabel 4.4 di bawah ini.


(25)

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

t Sig. Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant) 1.821 .075

Jumlah Modal Kerja 1.057 .296 .998 1.002

Perputaran Modal Kerja 13.924 .000 .998 1.002

a. Dependent Variable: ROE

Setelah diolah dengan SPSS, diperoleh koefisien tolerance dari kedua variabel bebas lebih besar dari 0.10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas dalam model regresi ini.

3) Hasil Uji Autokorelasi

Hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ditunjukkan melalui tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .901a .812 .803 21.95319 1.541

a. Predictors: (Constant), Perputaran Modal Kerja, Jumlah Modal Kerja b. Dependent Variable: ROE


(26)

Hasil olahan data dengan SPSS pada uji Durbin Watson sebesar 1.541. Kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel, dengan menggunakan nilai signifikan 5 persen (0,05). Jumlah data (n) = 48 dan variabel bebas (k) = 2 maka dl = 1.45, du = 1.62. Jadi (4-du) = (4 – 1.62 ) = 2.38. Karena nilai DW sebesar 1.541 lebih kecil dari batas du sebesar 1.62 dan kurang dari (4-du) yaitu 2.38 ini menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi negatif. Dapat disimpulkan model regresi ini tidak ada autokorelasi.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas, menurut Ghozali (2005:105) dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedasitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik- titik menyebar maka tidak terjadi heteroskedasitas. Hasil dari uji heteroskedasitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini:


(27)

Gambar 4.2. Grafik Scatterplot 4.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan bantuan software SPSS diformulasikan model analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini. Tujuan digunakannya analisis ini untuk mengetahui apakah jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE) baik secara simultan maupun parsial. Adapun rangkuman hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.


(28)

Tabel 4.6

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

95.0% Confidence Interval for B

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 6.539 3.591 1.821 .075 -.693 13.771

Jumlah modal kerja 1.437E-6 .000 .068 1.057 .296 .000 .000 .998 1.002

Perputaran modal kerja 2.658 .191 .901 13.924 .000 2.273 3.042 .998 1.002

a. Dependent Variable: ROI

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dirumuskan persamaan regresi linier sebagai berikut :

Y = 6.539 + 1.437E-6 X1 + 2.658 X2 + e

Model analisis di atas menjelaskan bahwa :

a. Nilai konstanta return on equity (ROE) perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia sebesar 6.539 artinya apabila nilai variabel modal kerja dan perputaran modal kerja bernilai nol maka return on equity akan naik sebesar 6.539 satuan.

b. Koefisien regresi jumlah modal kerja sebesar 1.437-6 menyatakan bahwa apabila jumlah modal kerja meningkat sebesar 1 kali dan variabel bebas perputaran modal kerja dianggap tetap, maka akan meningkatkan return on equity (ROE) perusahaan makananan dan minuman di Bursa Efek Indonesia sebesar 0,1437 satuan


(29)

c. Parameter beta Perputaran Modal Kerja sebesar 2.658 menjelaskan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh positif didalam mengestimasi return on equity (ROE) perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia sebesar 2.658, artinya setiap pertambahan 1 perputaran modal kerja akan meningkatkan return on equity (ROE) perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia sebesar 2.658 satuan.

4.1.4 Uji Statistik F

Hasil pengolahan data yang dilakukan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap return on equity (ROE) perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia, ditunjukkan melalui tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 93543.011 2 46771.505 97.048 .000a

Residual 21687.409 45 481.942

Total 115230.420 47

a. Predictors: (Constant), Perputaran Modal Kerja, Jumlah Modal Kerja b. Dependent Variable: ROE

Dari hasil uji F diperoleh bahwa Fhitung sebesar 97.048 dengan tingkat signifikansi 0.000. Ftabel adalah sebesar 3.20 yang diperoleh dari V1 = (k-1) = 3-1 = 2 dan V2 = (n-k) = 48 -3 = 45, sehingga besarnya df = (V1;V2) = (2,45) maka nilai ftabel yaitu F (0.05 ; 2 ; 45) = 3.20 Karena nilai fhitung lebih


(30)

besar dari ftabel dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman.

4.1.5 Uji Statistik t

Untuk menginterpretasikan koefisien variabel bebas (independen) yaitu jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap variabel terikat (dependen) yaitu profitabilitas (ROE), dapat dijelaskan pada Tabel 4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

95.0% Confidence Interval for B

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 6.539 3.591 1.821 .075 -.693 13.771

Jumlah modal kerja 1.437E-6 .000 .068 1.057 .296 .000 .000 .998 1.002

Perputaran modal kerja 2.658 .191 .901 13.924 .000 2.273 3.042 .998 1.002

a. Dependent Variable: ROI

Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung modal kerja sebesar 1.057 sedangkan nilai t tabel df(n-k) atau t tabel df 45 dengan α 5 % adalah 1.679 sehingga t hitung < t tabel. Untuk nilai t hitung perputaran modal kerja sebesar 13.924 sedangkan nilai t tabel df(n-k) atau ttabel df 45 dengan α 5 % adalah 1.679 sehingga t hitung > t tabel


(31)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modal kerja tidak berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE) sedangkan perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE) perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.2 Pembahasan

Jumlah modal kerja secara parsial tidak mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas namun perputaran modal kerja secara parsial mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan makanan dan minuman. Secara simultan/bersama-sama jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Kondisi ini ditunjukkan oleh jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja pada perusahaan Makanan dan Minuman dimana 81,2 persen (R square) variasi kedua variabel tersebut mempengaruhi profitabilitas. Hal ini berarti semakin besar jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja akan semakin baik. Perusahaan akan mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Dengan adanya modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan karena di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis, perusahaan juga tidak akan mengalami kesulitan keuangan dalam melakukan kewajiban pembayaran terhadap kegiatan lain yang akan berdampak terhadap profitabilitas Perputaran modal kerja juga menunjukkan pengaruh yang positif terhadap profitabilitas. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja akan semakin meningkatkan


(32)

efektivitas penggunaan modal kerja tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya profitabilitas (return on equity) perusahaan bergantung pada besar kecilnya modal kerja dan perputaran modal kerja itu sendiri. Sesuai dengan teori dan beberapa penelitian empiris yang sebelumnya dilakukan menyatakan bahwa modal kerja yang selalu berputar akan mempengaruhi arus dana dalam perusahaan. Apabila perputaran modal kerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, berarti arus dana yang kembali ke perusahaan akan semakin lancar. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat perputaran modal kerja, semakin panjang waktu terikatnya dana yang berarti pengelolaan modal kerja kurang efektif dan efisien dan cenderung menurunkan profitabilitasnya.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astuti (2005) yang menunjukkan bahwa modal kerja dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE perusahaan. Penelitian juga dilakukan oleh Nurhafni (2009) menunjukkan bahwa modal kerja dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh terhadap ROE perusahaan.


(33)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :

1) Jumlah Modal kerja dan Perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman, dimana 81,2 persen profitabilitas dipengaruhi oleh variabel jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja, sedangkan sisanya 18,8 persen dipengaruhi variabel lain diluar model.

2) Jumlah modal kerja secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3) Perputaran modal kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang disampaikan dalam peneltian ini adalah :

1) Manajemen perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diharapkan tetap memperhatikan jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan karena penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah modal


(34)

kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan.

2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain selain jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja sebagai variabel yang mempengaruhi profitabilitas. Karena penelitian ini menemukan bahwa jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja variasinya hanya 81,2 persen mempengaruhi profitabilitas. Jadi masih ada 18,8 persen variabel lain yang mempengaruhi profitabilitas.


(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas atau kemampuan laba merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen, (Sawir, 2003;17). Kartadinata (1996 : 46-51) mengemukakan bahwa profitabilitas dimaksudkan adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Kartadinata (1996:66) mengatakan faktor yang penting dalam kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba adalah hubungan antara tingkat penjualan dengan tingkat aktiva yang diperlukan untuk mencapai tingkat penjualan tersebut. Cara yang termudah untuk mengukur profitabilitas perusahaan adalah dengan menghubungkan laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan total aktiva yang dimilikinya Return On Assets (Helfer, 1997:83).

Berdasarkan pengertian profitabilitas di atas maka perusahaan akan berusaha keras untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan berhasil mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah akan menunjukkan


(36)

perusahaan tersebut kurang mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi. Rasio profitabilitas yang sering digunakan di dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh modal kerja dan efektivitas modal kerja adalah return on equity (ROE). Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.

Profitabilitas modal sendiri atau return on equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Riyanto (2001:44) menyebutkan laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan modal asing dan pajak perseorangan atau income tax (EAT=earning after tax). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. Mengukur profitabilitas modal sendiri. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham preferen) atas modal yang diinvestasikan didalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin


(37)

baik kedudukan pemilik perusahaan. Return on equity (ROE) dihitung dengan menggunakan rumus :

Net Profit After Taxes

ROE = x 100% Stockholder Equity

Menurut Soediyono (2001:103) analisa Du pont merupakan pendekatan lain yang digunakan mengevaluasi tingkat pengembalian equitas atau return on equity yang dihitung dengan membagi ROI dengan hasil pengurangan 1 (satu) dan rasio hutang. Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk rasio keuangan yaitu :

ROI

ROE = x 100% 1 – debt ratio

dimana :

ROI = Net profit margin x perputaran aktiva

Laba sesudah Pajak

Net Profit Margin = x 100% Penjualan Bersih

Penjualan Bersih

Perputaran Aktiva = x 100% Total Aktiva


(38)

Total Hutang

Debt Ratio = x 100% Total Aktiva

Dengan menggunakan system Du pont diatas dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas yaitu penjualan, biaya operasi total aktiva dan total hutang. Sedangkan menurut Wasis (2003:38) menggunakan istilah rate of return adalah penjualan, efisiensi penggunaan biaya, profit margin dan struktur modal perusahaan.

2.1.2 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi sehari-hari perusahaan, dimana dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui hasil aktivitas perusahaan tersebut, yang akan dipergunakan untuk operasi selanjutnya. Halim (1999:88) menyebutkan modal kerja adalah aktiva jangka pendek yang digunakan untuk keperluan sehari-hari pada suatu perusahaan. Menurut Djarwanto (2001) modal kerja adalah berhubungan dengan keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntansi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode akuntansi yang bersangkutan (current income). Sedangkan menurut Munawir (2004) modal kerja adalah kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang hutangnya. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek dalam bentuk kas, sekuritas, piutang dan persediaan yang


(39)

digunakan untuk memenuhi kegiatan operasi perusahaan. Dalam pembahasan modal kerja dikenal 3 konsep modal kerja, yaitu :

1) Konsep Kuantitatif

Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan.

2) Konsep Kualitatif

Konsep ini berfokus pada kualitas modal kerja yaitu kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar (net working capital). Dalam konsep ini modal kerja dikaitkan dengan jumlah hutang lancar ataupun sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya.

3) Konsep fungsional

Konsep ini berfokus pada fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan dari kegiatan perusahaan. Ada sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan pendapatan untuk periode berikutnya (future income). Sehingga besarnya modal kerja dalam konsep ini adalah:


(40)

(1) Jumlah kas

(2) Jumlah persediaan

(3) Jumlah piutang dikurangi besarnya keuntungan

(4) Jumlah sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap. Perbedaan dari ketiga konsep diatas adalah terletak pada penentuan jumlah modal kerja. Dan konsep modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep kualitatif. Modal kerja yang cukup lebih baik daripada modal kerja yang berlebihan, karena dengan modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif.

2.1.3 Jenis Modal Kerja

Modal kerja dalam suatu perusahaan menurut Riyanto (2001) dapat digolongkan dalam beberapa jenis:

1) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini terdiri dari

(1). Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.

(2). Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang


(41)

normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaan.

2) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahaan keadaan dalam satu periode. Modal kerja ini terdiri dari:

(1) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim.

(2) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk.

(3) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya

2.1.4 Fungsi Modal Kerja

Peranan modal kerja bagi perusahaan adalah melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan, semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya atau kesulitan keuangan yang terjadi. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani


(42)

konsumen. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi yang lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

2.1.5 Sumber Modal Kerja

Menurut Harahap (2001 : 288) menyatakan bahwa: Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena kenaikan dalam utang jangka panjang dan modal sedangkan penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang naik. Menurut Munawir (2004) Pada dasarnya modal kerja terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:

1) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan.

2) Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktifitas biasa.

Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan kreditor jangka pendek. Djarwanto (2001) pada umumnya modal kerja suatu perusahaan berasal dari berbagai sumber, yaitu:


(43)

Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).

Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. 3) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar.

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.

4) Penjualan saham atau obligasi.

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi.


(44)

5) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.

Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya.

6)Kredit dari supplier.

Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang kecil.

Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Penggunaan aktiva lancar yang menyebabkan turunnya aktiva lancar adalah sebagai berikut :

1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian yang insidentil lainya.

2) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan – tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiun pegawai, dan ekspansi ataupun dana-dana lainya.


(45)

3) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. 4) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.

5) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi atau prive (Munawir, 2004)

2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Modal Kerja

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan modal kerja, yaitu:

1) Modal kerja meningkat sebagai berikut: (1) Perusahaan memperoleh laba, (2) Perusahaan menjual aktiva tetap, (3) Penyusutan aktiva tetap,

(4) Bertambah besarnya hutang jangka panjang, (5) Perusahaan menambah besarnya modal pesertaan. 2) Modal kerja menurun sebagai berikut:

(1) Perusahaan menderita rugi, (2) Perusahaan membeli aktiva tetap,

(3) Hutang jangka panjang perusahaan menurun, (4) Perusahaan mengurangi besarnya modal pesertaan, (5) Perusahaan membagikan deviden.


(46)

2.1.7 Perputaran Modal Kerja

Periode perputaran modal kerja (working capital turnorver period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnorver rate-nya). Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut (Riyanto, 2001). Dalam menentukan perputaran modal kerja dapat dibedakan 2 metode yaitu:

1) Metode keterikatan dana (siklus daur dana)

Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian pengalaman dari pengelola atau tentunya dengan dominan dipengaruhi keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan sehari-hari dalam jangka waktu lama. Menurut metode siklus atau daur dana ini perputaran modal kerja dapat diketahui dengan menghitung periode atau jangka waktu dana tertanam. Sejak kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. 2) Metode perputaran (turnorver)

Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan secara umum atau total modal kerja dihitung dengan rumus working

capital turnover yaitu total penjualan dibagi dengan net working capital atau gross working capital (Ahmad, 1997:7-12). Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio yaitu diambil dari data laporan rugi laba dan neraca. Untuk menilai keefektifan modal kerja


(47)

dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata tersebut (working capital turnorver). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2004:80). Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja dalam penelitian ini adalah:

Penjualan Bersih Perputaran Modal Kerja =

Modal Kerja Rata-rata (Munawir, 2004:80)

Modal kerja rata-rata dapat dicari dengan menjumlahkan modal kerja tahun pertama dan modal kerja tahun kedua kemudian dibagi dua. Komponen perputaran modal kerja meliputi :

1) Perputaran Kas

Kas adalah nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi tingkat liquiditasnya. (Komaruddin, 2005 : 61) Perputaran kas merupakan kemampuan dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin efisien tingkat penggunaan kasnya dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputaranya semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya uang yang berhenti


(48)

atau tidak dipergunakan.Untuk menentukan berapa jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan dalam perusahaan, belum ada standart rasio yang bersifat umum. Meskipun demikian ada beberapa standar tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman didalam menentukanjumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan. Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun utang lancar. Sumber penerimaan kas pada dasarnya berasal dari (Munawir, 2004):

(1) Hasil penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tetap yang diikuti dengan penambahan kas.

(2) Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.

(3) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.

(4) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya.

Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:

(1) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya. (2) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan


(49)

(3) Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek atau jangka panjang.

(4) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor, pembayaran bunga dan premi asuransi serta adanya persekot biaya maupun persekot pembelian.

(5) Pengeluaran kas untuk membayar deviden, pembayaran pajak, denda-denda lainnya.

Untuk menghitung perputaran kas dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Penjualan Bersih Perputaran kas =

Rata-rata Kas 2) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Piutang merupakan aktiva yang timbul akibat perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Semakin lama syarat pembayaran suatu piutang berarti semakin lama modal terikat dalam piutang, ini berarti tingkat perputaran piutang selama periode tertentu semakin rendah. Tingkat perputaran piutang atau (receivable turnover) dapat diketahui dengan membagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata- rata piutang (average receivable).

Penjualan Kredit Receivable Turn Over =


(50)

Makin tinggi perputaran piutang, sehingga untuk mempertahankan penjualan kredit tertentu, dengan naiknya perputaran piutang, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang (Riyanto, 2001)

3) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya Inventory atau persediaan barang sebagai elemen yang utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana secara terus menerus mengalami perubahan.. Masalah penentuan besar investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahan. Demikian sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil dalam inventory juga akan mempunyai efek yang menekan keuntungan perusahaan (Riyanto, 2001).

Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan persediaan dapat dilihat dari perhitungan tingkat perputaran persediaannya, karena semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan menunjukkan semakin pendek waktu


(51)

terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi volume penjualan tertentu dalam naiknya perputaran persediaan maka dibutuhkan jumlah modal kerja yang lebih kecil. Adapun perhitungan tingkat peputaran persediaan adalah sebagai berikut :

Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan =

Rata-rata Persediaan

2.1.8 Rasio Keuangan

Rasio menurut Riyanto (2001 : 329) adalah ukuran yang sering digunakan dalam analisis finansial. Penganalisa finansial adalah mengadakan analisis rasio finansial pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua cara perbandingan, yaitu sebagai berikut.

1) Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio diwaktu yang lain (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk yang akan datang di perusahaan yang sama.

2) Membandingkan rasio-rasio disuatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenisnya dari perusahaan lain yang sejenis atau rasio industri untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industry akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata industri (above average).


(52)

Rasio-rasio dikelompokkan ke dalam kelompok dasar, yaitu likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas. Penggunaan rasio dibatasi hanya pada rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.

1) Rasio Likuiditas

Semakin tinggi likuiditas berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Sawir (2003) rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya.. Dimana rasio likuiditas mengukur kecepatan sebuah investasi (aset) atau ditukar menjadi suatu nilai. Rasio ini terdiri dari :

(1) Current Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar

hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar.

(2) Quick Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang

yang harus segera dipenuhi aktiva lancar yang lebih likuid.

(3) Cash Ratio, yaitu kemampuan perusahaan membayar hutang

lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas. 2) Ratio Aktivitas

Rasio aktivitas yang umumnya digunakan adalah perputaran persediaan, periode penagihan rata-rata, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap, dan rasio perputaran total aktiva. Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada perusahaannya. Untuk mengukur efektivitas


(53)

penggunaan modal kerja dapat diukur dengan tingkat perputaran modal kerta serta tingkat perputaran masing-masing komponen dalam modal kerja tersebut. Untuk selanjutnya rasio aktivitas yang akan digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut :

(1) Ratio Perputaran Kas

Menurut Riyanto (2001 : 95) makin tinggi tingkat perputaran kas maka makin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Tingkat perputaran kas dapat dihitung dengan membandingkan antara penjualan bersih dengan kas rata-rata.

Penjualan Bersih Perputaran Kas =

Rata-rata kas (2) Ratio Perputaran Piutang

Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin kecil jumlah modal yang terikat dalam piutang sehingga dapat mengurangi biaya modal dan akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas. Periode perputaran atau terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat pembayarannya. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dengan membandingkan penjualan kredit dengan rata-rata piutang.

Penjualan Kredit Perputaran Piutang =

Rata- rata Piutang (3) Ratio Perputaran Persediaan


(54)

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti semakin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah modal yang lebih baik Menurut Sawir (2003) menyatakan bahwa rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang.. Jadi untuk memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil. Tingkat perputaran persediaan dapat dihitung dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata.

Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan =

Rata-rata Persediaan

(4) Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Menurut Sawir (2003 :17) profitabilitas merupakan hasil akhir bersih berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas yang memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan dapat dianalisa dengan margin laba kotor (gross profit margin), rentabilitas ekonomis (basic earning power), margin laba bersih (net profit

margin), hasil pengembalian atas investasi (return on investment),

dan pengembalian atas modal (return on equity). Rasio-rasio profitabilitas terdiri dari :


(55)

a) Gross Profit Margin, yaitu laba bruto yang diperoleh perusahaan

dari penjualan.

Penjualan - HPP Gross Profit Margin =

Penjualan

b) Basic Earning Power, yaitu laba operasi sebelum bunga dan pajak

yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Laba Operasi x 100%

Basic Earning Power =

Total Aktiva

c) Net Profit Margin, yaitu keuntungan bersih yang diperoleh

perusahaan dari setiap rupiah penjualan.

Laba setelah Pajak Net Profit Margin =

Penjualan

d)Return On Equity, yaitu kemampuan dari modal sendiri untuk

menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.

Laba setelah Pajak Return On Equity =

Modal Sendiri

e) Return On Investment, yaitu kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.


(56)

Laba Setelah Pajak X 100% Return On Investment =

Total Aktiva

Rasio profitabilitas yang akan digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah Return On Equity (ROE), yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam periode tertentu.

(5) Rasio Perputaran Modal Kerja

Perputaran modal kerja (Working Capital Turnover) adalah kemampuan modal kerja berputar dalam suatu periode siklus kas dan perusahaan, yang diukur dengan

Penjualan Bersih Perputaran Modal Kerja =

Modal Kerja Rata-rata

2.1.9 Hubungan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Modal kerja yang tersedia di dalam perusahaan harus cukup jumlahnya. Arti cukup adalah harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Dengan modal kerja yang cukup akan memberi keuntungan bagi perusahaan karena memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Perusahaan sebaiknya memiliki modal kerja yang cukup daripada berlebihan, karena modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi


(57)

tidak produktif/menganggur. Dana yang menganggur akan berdampak terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan atau profitabilitas. Sebaliknya modal kerja yang kurang dapat menjadi penyebab kemunduran/bahkan kegagalan suatu perusahaan dan akan sulit untuk mengembalikan modal perusahaan yang sudah tertanam.

2.1.10 Hubungan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja berputar dalam suatu periode siklus kas perusahaan. Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi akan memberikan keuntungan kepada kreditor jangka pendek. Mereka akan memperoleh kepastian bahwa modal kerja berputar dengan kecepatan tinggi dan utang akan segera dapat dibayar meski dalam kondisi operasi yang sulit sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Perusahaan dikatakan memiliki profitabilitas tinggi apabila modal yang besar dan efektivitas yang tinggi. Tetapi modal yang besar belum tentu perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi. Hal ini tergantung dari penggunaan penggunaan modal kerja apakah efektif dan efisien atau tidak. Modal kerja yang selalu berputar akan mempengaruhi arus dana dalam perusahaan. Jika perputaran modal kerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, berarti arus dana yang kembali ke perusahaan akan semakin lancar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat perputaran modal kerja, semakin panjang waktu terikatnya dana yang berarti pengelolaan modal kerja kurang efektif dan efisien dan cenderung menurunkan profitabilitasnya.


(58)

2.2 Penelitian Terdahulu

Astuti (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan pembahasan diketahui faktor yang mempengaruhi modal kerja dan perputaran modal kerja yaitu adanya Aktiva lancar yang terlalu rendah sehingga perusahaan harus mengambil pinjaman, kurangnya perencanaan volume penjualan sehingga produksi rendah, tingginya biaya operasi yang ditanggung perusahaan, tidak lancarnya aliran modal kerja.

Nufhafni (2009), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI.” Variabel dependen dalam penelitian adalah Return On Equity (ROE) dan variabel independen adalah Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2003-2007 dengan sample 33 perusahaan Consumer Goods di BEI. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity perusahaan.

Imelda Yulistri (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi di BEI.” Variabel dependen dalam penelitian adalah Laba Bersih dan variabel independen adalah Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan


(59)

Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana dan diuji dengan uji f dan uji-t. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2006-2007 dengan sample 33 perusahaan Industri Barang Konsumsi di BEI. Hasil Penelitian menunjukkan Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan Modal Kerja memiliki pengaruh yang simultan terhadap Laba Perusahaan.

Erlyss Parlina Sipangkar (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Otomotif di BEI.” Variabel Independen adalah Perputaran persediaan, variabel dependen adalah ROA. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca tahun 2005-2007 dengan 18 sampel perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan.

Seprina Ruleta Sitanggang (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT.Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan.” Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA) dan variabel independen adalah timgkat perputaran piutang. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier sederhana dan diuji dengan uji-t. Data yang digunakan adalah data laba rugi dan neraca tahun 2005-2007 dengan 36 sample laporan keuangan bulanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas.


(60)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti, Tahun, dan

Judul Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Astuti (2005), judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Jakarta”

Variabel

Independen adalah Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja dan variabel dependen adalah ROE

Faktor Modal Kerja dan perputaran Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE

2 Seprina Ruleta (2008),

judul peneltian “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT.Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan.” Variabel Independen adalah Tingkat Perputaran Piutang, Variabel Dependen adalah ROA. Faktor Tingkat Perputaran Piutang tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

3 Nurhafni (2009), judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI”

Variabel

Independen adalah Modal Kerja, dan Perputaran Modal Kerja, variabel dependen adalah ROE

Faktor Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE Perusahaan.

4 Imelda Yulistri (2009), judul penelitian “Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi di BEI”

Variabel Independen adalah Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan Modal Kerja, variabel dependen adalah Laba Bersih

Faktor Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan Modal Kerja memiliki pengaruh yang simultan terhadap laba bersih Perusahaan.

5 Ellys Delfrina Sipangkar (2009), judul penelitian “Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Otomotif di BEI.” Variabel Independen adalah Perputaran persediaan, variabel dependen adalah ROA Faktor Tingkat perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Perusahaan.


(61)

2.3 kerangka konseptuan

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah membahas tentang pengertian Profitabilitas (ROE) modal kerja. Modal kerja merupakan bagian modal perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari, misalnya membeli bahan mentah, membayar gaji karyawan, dan lain-lain (Riyanto, 2001:96). Dengan adanya penambahan aktiva dalam modal kerja maka perputaran aktiva juga meningkat sehingga ROI akan meningkat. Sedangkan tinggi rendahnya debt rasio ditentukan oleh besar kecilnya total hutang, penambahan hutang lancar dalam perusahaan mengakibatkan modal kerja yang ada dalam perusahaan juga meningkat namun perusahaan harus menanggung beban yaitu beban bunga. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hubungan variabel penelitian digambarkan sebagai berikut :

H1

H2

H3

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Modal Kerja (X1)

Perputaran Modal Kerja (X2)


(62)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya maka dinyatakan rumusan hipotesis sebagai berikut :

H1 : modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H3 : modal kerja dan Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(63)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya dunia usaha maka persaingan antar perusahaan khususnya perusahaan yang sejenis akan semakin ketat. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik. Pihak manajemen dituntut untuk dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif, dan juga dituntut untuk dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Selain digunakan dalam operasi perusahaaan sehari-hari, modal kerja juga menunjukkan tingkat keamanan atau margin

of safety para kreditur terutama kreditur jangka pendek. Adanya modal

kerja yang cukup memungkinkan perusahaan dapat beroperasi seekonomis mungkin sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan sebagai akibat adanya krisis atau kekacauan keuangan. Modal kerja ini akan terus berputar setiap periodenya di dalam perusahaan (Riyanto, 2001).

Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk membelanjai kegiatan operasinya


(64)

sehari-hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya. Modal kerja adalah nilai aktiva/ harta yang dapat segera dijadikan uang kas yaitu dipakai perusahaan untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji pegawai, membeli bahan baku/barang, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan sebagainya (Riyanto, 2001). Modal kerja yang akan digunakan sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar dapat memberikan keuntungan yang maksimal sehingga suatu perusahaan bisa beroperasi secara ekonomis dan juga modal kerja yang cukup dapat menekan biaya perusahaan menjadi rendah, menunjang segala kegiatan operasi perusahaan secara teratur.

Di dalam perusahaan seorang manajer perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja agar dapat menyusun rencana yang lebih baik untuk periode yang akan datang. Manajer harus mengadakan pengawasan terhadap modal kerja agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang. Selain manajer, kreditor jangka pendek juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja suatu perusahaan. Dengan begitu, kreditor jangka pendek akan memperoleh kepastian kapan hutang perusahaan akan segera dibayar. Pengelolaan modal kerja yang baik dapat dilihat dari ketepatan penggunaanya, adapun penggunaan modal kerja tersebut biasanya digunakan untuk pembelian aktiva tetap,


(65)

pembayaran utang atau pembelian saham, pembayaran deviden dan pembayaran beban atau biaya.

Perusahaan harus memiliki modal kerja yang cukup jika kekurangan modal kerja dalam meningkatkan penjualan dan produksinya maka perusahaan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang kekurangan modal kerja tidak akan dapat membayar kewajiban tepat pada waktunya sehingga perusahaan akan menghadapi masalah likuiditas, dan sebaliknya perusahaan yang memiliki modal kerja yang berlebihan mengindikasikan semakin baiklah kondisi perusahaan tersebut karena memiliki banyak sumber daya yaitu aktiva lancar yang besar untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Namun keadaan ini berbanding terbalik dengan perputaran modal kerja, modal kerja yang berlebihan akan menunjukkan perputaran modal kerja yang rendah. Perputaran modal kerja yang rendah artinya perusahaan memiliki perputaran persediaan yang rendah, memiliki piutang yang besar atau adanya saldo kas yang terlalu besar yang berarti adanya dana yang tidak produktif. Oleh karena itu modal kerja harus dikelola seefektif mungkin agar profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan. Efektivitas penggunaan modal kerja menjadi faktor penting yang harus diperhatikan untuk menunjang pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang.

Kas merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Jika perusahaan memiliki jumlah kas yang besar maka semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan


(66)

mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Namun bukan berarti perusahaan harus mempertahankan jumlah persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas akan mengakibatkan banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas. Menurut H.G. Guthman dalam Riyanto (2001), yakni bahwa jumlah kas yang sebaiknya dipertahankan oleh perusahaan adalah tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar. Selain kas, piutang juga merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Perputaran piutang akan menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin tinggi periode berputar piutang menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan kas dari penjualan secara kredit tersebut. Tingkat perputaran piutang yang tinggi berarti pengembalian dana yang tertanam dalam piutang cepat kembali. Kembalinya kas karena pelunasan piutang sangat menguntungkan bagi perusahaan karena kas akan selalu tersedia dan dapat dipergunakan kembali. Dengan demikian tingkat perputaran piutang yang tinggi akan mempengaruhi kenaikan laba (Riyanto, 2001:90).

Persediaan adalah komponen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Persediaan merupakan suatu bagian investasi perusahaan yang merupakan kekayaan (asset) perusahaan dengan menggunakan berbagai sumber dana (Raharjaputra, 2009:169). Persediaan diartikan sebagai bahan atau barang yang akan dijual kembali oleh perusahaan tanpa atau setelah mengalami pengolahan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin tinggi pula tingkat perputaran


(67)

dana yang tertanam pada persediaan (Raharajaputra, 2009:204). Artinya jumlah persediaan dalam perusahaan kecil, sehingga mempengaruhi kenaikan laba. Sebaliknya apabila jumlah persediaan terlalu tinggi dalam perusahaan maka menimbulkan banyak kerugian karena dana yang tertanam dalam persediaan besar. Artinya tingkat perputaran persediaan sangat kecil dan sangat berpengaruh terhadap turunnya laba.

Pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas telah beberapa kali diteliti, dan hasil dari penelitian tersebut ada yang menyebutkan bahwa modal kerja maupun perputaran modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas, ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa modal kerja dan perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti kembali pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas untuk perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Peneliti mengambil sampel 15 perusahaan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek penelitian dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :


(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF WORKING CAPITAL AND WORKING CAPITAL TURN OVER ON PROFITABILITY FOOD AND DRINK REGISTERED

IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

The objective of this research is to know the influence of working capital and working capital turn over either partially or simultaneously have an effect significantly on to profitability of metal and cement manufacturing registered in Indonesia Stock Exchange. The hypothesis of research was that work capital and it’s circulation have positive and significant effect on profitability of metal and cement manufacturing registered in Stock Exchange of Indonesia. This research is classified as causal research with 18 companies from 19 metal and cement manufacturing companies registered in Indonesia Stock Exchange and they maintained complete financial statements that have been audited since 2007-2011 gained from the sites using purposive sampling method. The process of data analyses used was classic assumption test and hypothetis test. The result of research indicated that work capital and working capital turn over simultaneously have significant effect. Partially working capital have significant effect on profitability of metal and cement manufacturing registered in Indonesia Stock Exchange.


(2)

vi DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Kerangka Konseptual ... 6

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... 9

2.1 Tinjauan Teoritis ... 9

2.1.1 Pengertian Profitabilitas ... 9

2.1.2 Pengertian Modal Kerja ... 12

2.1.3 Jenis Modal Kerja ... 14

2.1.4 Fungsi Modal Kerja... 15

2.1.5 Sumber Modal Kerja ... 16

2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Modal Kerja 19 2.1.7 Perputaran Modal Kerja ... 20

2.1.8 Rasio Keuangan ... 25

2.1.9 Hubungan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas ... 30

2.1.10 Hubungan Perp Modal Kerja Terhadap Profitabilitas 31 2.2 Penelitian Terdahulu ... 32

2.3 Rumusan Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN DAN HIPOTESIS ... 37

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.3 Identifikasi Variabel ... 39

3.4 Defenisi Variabel Operasional ... 39

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.5.1 Jenis Data ... 40

3.5.2 Sumber Data ... 41

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 42


(3)

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Gambaran Umum BEI... 49

4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 54

4.1.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 11

4.1.4 Uji Statistik F ... 11

4.1.5 Uji Statistik t ... 11

4.2 Pembahasan ... 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Simpulan ... 65

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69


(4)

viii DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Tabel Daftar Nama Perusahaan ... 8

2.1 Tabel Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34

3.1 Tabel Daftar Populasi Sampel ... 38

3.2 Tabel Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson ... 45

4.1 Tabel Daftar Sampel Perusahaan ... 52

4.2 Tabel Jumlah Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Profitabilitas 53

4.3 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 56

4.4 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas ... 57

4.5 Tabel Hasil Uji Autokorelasi ... 57

4.6 Tabel Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 60

4.7 Tabel Hasil Uji Statistik F ... 61

4.8 Tabel Hasil Uji Statistik t ... 62


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Kerangka Konseptual... ... 7 4.1 Hasil Uji Normalitas... ... 54 4.2 Gambar Grafik Scatterplot... ... 58


(6)

x DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman I Lampiran I ... ... 69 II Lampiran II ... ... 70 III Lampiran III... ... 71


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 117 85

Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 115 71

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Makanan &amp; Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

11 112 96

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 28

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Profitabilitas terhadap Modal Kerja pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16