Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN & MINUMAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

ADE OKTAVIA SILALAHI 100522121

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Makanan & Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disususn sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, September 2012

NIM. 100522121 Ade Oktavia Silalahi


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN & MINUMAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah perputaran modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi penelitian berupa perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2010. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 7 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan likuiditas dengan pengukuran rasio lancar sebagai variabel dependen. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah perputaran modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial perputaran kas, piutang, persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, sedangkan secara simultan perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas.

Kata Kunci : Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, dan Rasio Lancar.


(4)

ABSTRACT

INFLUENCE OF WORKING CAPITAL TURNOVER OF LIQUIDITY IN FOOD & BEVERAGE COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA

STOCK EXCHANGE

Formulation of the problem in this study is whether the turnover of working capital consisting of cash turnover, receivables turnover and inventory turnover affect the liquidity of the company. So this study aims to determine the effect of working capital turnover is comprised of cash turnover, receivables turnover and inventory turnover of the company's liquidity.

This study is a kind of causal research and replication of past research is the study population of food and beverage companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2008 to 2010. Sample selection is done by using purposive sampling method and acquired 7 companies in the sample. The data used are secondary data, where the turnover of working capital, cash turnover, receivables turnover and inventory turnover as independent variable and the measurement of liquidity with a current ratio as the dependent variable. The statistical method used is multiple linear regression to test the classical assumption first.

The hypothesis in this study is the turnover of working capital consists of cash turnover, receivables turnover and inventory turnover affect the liquidity of the company.

These results prove that the partial turnover of cash, receivables, inventory no significant effect on liquidity, while simultaneously working capital turnover has a significant effect on liquidity.

Keyword : Turnover of Working Capital, Cash Turnover, Receivables Turnover, Inventory Turnover, and the Current Ratio.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas pada Perusahaan Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Program Studi Strata-1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari tidak dapat berdiri sendiri dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa bantuan dan dorongan baik materil maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua, Ayahanda W. Silalahi dan Ibunda M. Br Silitonga yang telah memberikan dukungan baik moral dan materil.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M,Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai


(6)

Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan waktu untuk membaca dan menilai skripsi ini.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh sahabat penulis yang telah menjadi sumber inspirasi dan yang

mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Medan, September 2012

Penulis

NIM. 100522121 Ade Oktavia Silalahi


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Modal kerja ... 8

2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja ... 8

2.1.1.2 Fungsi Modal Kerja ... 10

2.1.1.3 Jenis-Jenis Modal Kerja ... 11

2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja ... 12

2.1.1.5 Sumber-Sumber Modal Kerja ... 14

2.1.1.6 Perputaran modal Kerja ... 16

2.1.2 Kas17 2.1.2.1 Pengertian Kas ... 17

2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Kas ... 21

2.1.2.3 Perputaran Kas ... 22

2.1.3 Piutang ... 23

2.1.3.1 Pengertian Piutang ... 23

2.1.3.2 Klasifikasi Piutang ... 24

2.1.3.3 Perputaran Piutang ... 26

2.1.4 Persediaan ... 27

2.1.4.1 Pengertian Persediaan ... 27

2.1.4.2 Bentuk atau Elemen Persediaan ... 28

2.1.4.3 Perputaran Persediaan ... 29

2.1.5 Likuiditas ... 30

2.1.5.1 Pengertian Likuiditas ... 30

2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas ... 30

2.1.5.3 Rasio Likuiditas ... 32

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34

2.3 Kerangka Konseptual ... 35


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Populasi dan Sampel ... 38

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.5 Defenisi Operasional dan pengukuran Variabel ... 42

3.6 Metode Analisa Data ... 44

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 44

3.6.1.1 Uji Normalitas ... 45

3.6.1.2 Uji Multikolinieritas ... 45

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 46

3.6.1.4 Uji Autokorelasi ... 47

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 48

3.6.2.1 Analisis Regresi Berganda ... 48

3.6.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji f) ... 49

3.6.2.3 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 49

3.6.2.4 Koefisien Determinasi ... 51

3.7 Jadwal Penelitian ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HAsil Penelitian ... 52

4.1.1 Data Penelitian ... 52

4.1.2 Analisis Data Penelitian ... 52

4.1.2.1 Statistik Desktriptif ... 52

4.1.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 54

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 54

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas ... 57

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 58

4.1.3.4 Uji Autokorelasi ... 59

4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 61

4.1.4.1 Metode Regresi Linear Berganda ... 61

4.1.4.2 Uji Statisti f ... 62

4.1.4.3 Uji Statistik t ... 63

4.1.4.4 Koefisien Determinasi ... 65

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 71

5.3 Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34

Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel ... 39

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 51

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 53

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ... 55

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 57

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 60

Tabel 4.5 Persamaan Regresi ... 61

Tabel 4.6 Hasil Uji f ... 62

Tabel 4.7 Hasil Uji t ... 63

Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ... 66


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 35 Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot ... 56 Gambar 4.2 Output Pengujian Heteroskedastisitas ... 59


(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Tabulasi Data


(12)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MAKANAN & MINUMAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah perputaran modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi penelitian berupa perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2010. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 7 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan likuiditas dengan pengukuran rasio lancar sebagai variabel dependen. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah perputaran modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial perputaran kas, piutang, persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, sedangkan secara simultan perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas.

Kata Kunci : Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, dan Rasio Lancar.


(13)

ABSTRACT

INFLUENCE OF WORKING CAPITAL TURNOVER OF LIQUIDITY IN FOOD & BEVERAGE COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA

STOCK EXCHANGE

Formulation of the problem in this study is whether the turnover of working capital consisting of cash turnover, receivables turnover and inventory turnover affect the liquidity of the company. So this study aims to determine the effect of working capital turnover is comprised of cash turnover, receivables turnover and inventory turnover of the company's liquidity.

This study is a kind of causal research and replication of past research is the study population of food and beverage companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2008 to 2010. Sample selection is done by using purposive sampling method and acquired 7 companies in the sample. The data used are secondary data, where the turnover of working capital, cash turnover, receivables turnover and inventory turnover as independent variable and the measurement of liquidity with a current ratio as the dependent variable. The statistical method used is multiple linear regression to test the classical assumption first.

The hypothesis in this study is the turnover of working capital consists of cash turnover, receivables turnover and inventory turnover affect the liquidity of the company.

These results prove that the partial turnover of cash, receivables, inventory no significant effect on liquidity, while simultaneously working capital turnover has a significant effect on liquidity.

Keyword : Turnover of Working Capital, Cash Turnover, Receivables Turnover, Inventory Turnover, and the Current Ratio.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Ciri khas lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat di semua bidang yang menuntut kelihaian seorang pemimpin dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi dalam aktivitas ekonomi global, begitupula dengan setiap perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat besar merupakan pasar yang sangat menjanjikan bagi perusahaan untuk memasarkan produknya. Salah satu pasar yang sangat menjanjikan adalah perusahaan makanan dan minuman, karena setiap manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan makanan dan minuman terlebih dahulu sebelum beralih kepada kebutuhan yang lain.

Dalam situasi seperti ini, perusahaan harus memperhatikan situasi pasar dan prospeknya serta dapat mempergunakan setiap peluang yang ada dengan memperhatikan perkembangan yang ada baik di dalam maupun di luar perusahaan. Bagi pihak manajemen selain dituntut untuk mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif, juga dituntut untuk dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang.


(15)

Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali sehingga adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal tersebut dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa-masa mendatang.

Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan (Kasmir, 2008 : 250). Modal kerja juga dapat diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya. Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini.

Semakin besar modal kerja yang dimiliki suatu perusahaan mengindikasikan semakin baiklah kondisi perusahaan tersebut karena perusahaan memiliki sumber daya yaitu aktiva lancar yang besar untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Namun keadaan ini berbeda dengan perputaran modal kerja, modal kerja yang berlebih menunjukkan perputaran modal kerja yang rendah yang disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar yang berarti adanya dana yang tidak produktif dan hal ini


(16)

memberikan kerugian karena dana yang tersedia tidak dipergunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan.

Sebaliknya kekurangan modal kerja menunjukkan perputaran modal kerja yang tinggi yang disebabkan tingginya perputaran persediaan, piutang atau saldo kas yang terlalu kecil sehingga jumlah aktiva lancar tidak mampu menutupi hutang lancar, hal inilah yang akan menimbulkan kerugian atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba karena perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya. Inilah yang menjadi pokok permasalahan bagi pihak manajemen selama ini, seberapa besar sebaiknya modal kerja yang harus ditetapkan oleh perusahaan dan bagaimana seharusnya perputaran modal kerja yang baik dalam suatu perusahaan.

Dalam penetapan modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan berbeda-beda, begitupun pula dengan perputaran modal kerja yang baik dalam suatu perusahaan, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu sendiri. Kebijakan perusahaan dalam menetapkan jumlah modal kerja secara tepat akan menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh perusahaan sedangkan akibat penetapan modal kerja yang tidak tepat akan mengakibatkan kerugian. Kegiatan penetapan modal kerja tersebut bersifat dinamis sehingga harus disesuaikan dengan perkembangan perusahaan. Besarnya modal kerja suatu perusahaan merupakan salah satu alat ukur yang dapat dipergunakan perusahaan untuk menyelesaikan masalah likuiditas.


(17)

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya dan bergantung pada arus kas perusahaan serta komponen-komponen asset dan kewajiban lancarnya (Subramanyam, 2010 : 10). Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, dan juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari dividen dan pembayaran bunga di masa yang akan datang.

Ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yang merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut.

Current ratio 200% kadang-kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung pada beberapa faktor, suatu standard atau ratio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan (rule of thumb) dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa yang lebih lanjut.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mesno (2008) dan Hendra (2009). Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama menjelaskan ada


(18)

tidaknya pengaruh perputaran modal kerja terhadap likuiditas perusahaan. Selain persamaan tersebut, penelitian ini juga memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini selain menjelaskan perputaran modal kerja juga menjelaskan tentang pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan. Sedangkan penelitian Mesno (2008) dan Hendra (2009) selain menjelaskan tentang pengaruh perputaran modal kerja juga menjelaskan tentang pengaruh return spread terhadap likuiditas perusahaan. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti kembali pengaruh modal kerja terhadap likuiditas agar peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan terutama pada perusahaan makanan dan minuman pada tahun 2008-2010.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Likuiditas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dan untuk memudahkan dalam melakukan penelitian agar lebih fokus, maka peneliti merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini yaitu:


(19)

1. Apakah perputaran modal kerja berpengaruh secara simultan terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah perputaran kas berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah perputaran piutang berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah perputaran persediaan berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3Tujuan Penelitian

Sebagaimana diketahui bahwa setiap penulisan permasalahan yang diteliti tentu memiliki tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh perputaran modal kerja secara simultan terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Mengetahui pengaruh perputaran kas secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(20)

3. Mengetahui pengaruh perputaran piutang secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Mengetahui pengaruh perputaran persediaan secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan penulis di dalam bidang akuntansi mengenai perputaran modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap tingkat likuiditas perusahaan.

2. Bagi praktisi, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk pengambilan keputusan jangka pendek dalam mempertahankan likuiditas perusahaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat likuiditas.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Modal Kerja

2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji pegawai, dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut, dan diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk yang bersumber dari hasil penjualan barang, yang kemudian akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya, dengan kata lain uang atau dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periode sepanjang hidupnya perusahaan.

Adapun beberapa pengertian modal kerja menurut para ahli, antara lain:

1. Menurut Jumingan (2006 : 66) terdapat dua definisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yakni sebagai berikut:

a. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang


(22)

lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang.

b. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar misalnya kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan.

2. Menurut Munawir (2007 : 114) terdapat tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan, yaitu:

a. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitikberatkan kepada kwantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar.

b. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek, yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan.

c. Konsep Fungsional

Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini, ada sebagian besar dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya. d. Menurut Kasmir (2008 : 250) modal kerja merupakan

modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja juga dapat diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.


(23)

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut.

2.1.1.2 Fungsi Modal Kerja

Fungsi modal kerja adalah sebagai berikut:

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya. 6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi

dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.


(24)

2.1.1.3 Jenis-Jenis Modal Kerja

Modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni sebagai berikut:

1. Bagian modal kerja yang relatif permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam: a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum

yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan. Modal kerja variabel ini dapat dibedakan dalam:

a. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

b. Modal kerja siklus, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur

c. Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaaan darurat atau


(25)

mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu.

2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisis. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sifat umum atau tipe perusahaan. Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa relatif lebih rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang dalam pencairannya relatif cepat. Berbeda dengan perusahaan industri yang memerlukan modal kerja cukup besar karena investasi dalam aktiva lancar cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang relatif rendah.

2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang maka akan semakin besar kebutuhan akan modal kerja.

3. Syarat pembelian dan penjualan. Dalam syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam


(26)

persediaan. Sedangkan dalam syarat kredit penjualan, semakin lunak (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang.

4. Tingkat perputaran persediaan. Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien.

5. Tingkat perputaran piutang. Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah atau kecil.

6. Pengaruh konjungtur (business style). Pada periode makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak memanfaatkan harga yang masih rendah. Sebaliknya pada periode depresi volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan menarik piutangnya.

7. Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek. Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga


(27)

buku surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga.

8. Pengaruh musim. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan.

9. Credit rating dari perusahaan. Jumlah modal kerja, dalam bentuk termasuk surat-surat berharga, yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas ini tergantung pada: credit rating dari perusahaan (kemampuan meminjam uang dalam jangka pendek), perputaran persediaan dan piutang, dan kesempatan mendapatkan potongan harga dalam pembelian.

2.1.1.5 Sumber-Sumber Modal Kerja

Sumber-sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan passiva. Berikut ini beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan, yaitu:


(28)

1. Hasil Operasi Perusahaan

Hasil operasi perusahaan maksudnya adalah pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode tertentu. Pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan penyusutan. 2. Keuntungan Penjualan Surat-surat Berharga

Keuntungan penjualan surat-surat berharga juga dapat digunakan untuk keperluan modal kerja. Besar keuntungan tersebut adalah selisih antara harga beli dengan harga jual surat berharga tersebut.

3. Penjualan Saham

Penjualan saham artinya perusahaan melepas sejumlah saham yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualan saham ini dapat digunakan sebagai modal kerja.

4. Penjualan Aktiva Tetap

Pada penjualan aktiva tetap, maksudnya yang dijual di sini adalah aktiva tetap yang kurang produktif atau masih menganggur. Hasil penjualan ini dapat dijadikan uang kas atau piutang sebesar harga jual.

5. Penjualan Obligasi

Penjualan obligasi, artinya perusahaan mengeluarkan sejumlah obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. Hasil penjualan ini juga dapat dijadikan modal kerja, sekalipun


(29)

hasil penjualan obligasi lebih diutamakan kepada investasi perusahaan jangka panjang.

6. Memperoleh Pinjaman

Mengenai memperoleh pinjaman dari kreditor (bank atau lembaga lain), terutama pinjaman jangka pendek, khusus untuk pinjaman jangka panjang juga dapat digunakan, hanya saja peruntukkan pinjaman jangka panjang biasanya digunakan untuk kepentingan investasi.

7. Dana Hibah

Mengenai perolehan dana hibah dari berbagai lembaga, ini juga dapat digunakan sebagai kodal kerja. Dana hibah ini biasanya tidak dikenakan beban biaya sebagaimana pinjaman dan tidak ada kewajiban pengembalian.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum kenaikan dan penurunan modal kerja disebabkan oleh: adanya kenaikan modal (penambahan modal pemilik atau laba), adanya pengurangan aktiva tetap (penjualan aktiva tetap), dan adanya penambahan utang.

2.1.1.6 Perputaran Modal Kerja

Perputaran modal kerja atau working capital turnover merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode. Untuk


(30)

mengukur rasio ini, kita membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata.

Dari hasil penelitian, apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu besar. Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal kerja tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil.

Rumus yang digunakan untuk mencari perputaran modal kerja adalah sebagai berikut:

2.1.2 Kas

2.1.2.1 Pengertian Kas

Menurut Supriyono (1986 : 5) kas merupakan saldo uang tunai dan saldo rekening giro bank yang dimiliki perusahaan, serta elemen-elemen lainnya yang dapat dipersamakan dengan kas. Syarat suatu elemen dapat dipersamakan dengan kas adalah:

1. Dapat diterima setiap saat sebagai alat pembayaran, khususnya di dalam lingkungan bisnis.

2. Dapat disetorkan sebagai atau ke dalam rekening giro di bank pada setiap saat sesuai dengan nilai nominalnya.

Perputaran Modal Kerja = Penjualan bersih Modal kerja rata−rata


(31)

Dari pengertian kas tersebut di atas dapat dipakai untuk menentukan apakah suatu elemen merupakan kas atau bukan. Elemen yang termasuk kas meliputi:

1. Kas pada Perusahaan (cash on hand), elemen kas pada perusahaan terdiri atas:

a. Uang tunai, meliputi uang logam dan uang kertas yang dimiliki perusahaan. Termasuk juga uang tunai yang ada pada pemegang dana kas kecil.

b. Check yang diterima sebagai alat pembayaran dari pihak lain tetapi oleh perusahaan belum diuangkan atau disetor sebagai rekening giro di bank.

c. Elemen-elemen lainnya yang dapat dipersamakan dengan kas, misalnya: pos wesel, bukti kiriman uang yang belum diuangkan, bank draft, money order dan sebagainya.

2. Kas di Bank (Cash In Bank), adalah semua saldo rekening giro bank yang dimiliki perusahaan dan dapat digunakan setiap saat sebagai alat pembayaran dengan menggnakan check atau permintaan transfer uang.

Di dalam praktek seringkali ada elemen-elemen yang tidak merupakan kas tetapi dimasukkan sebagai elemen kas, sehingga elemen tersebut perlu dipisahkan dengan kas. Elemen-elemen yang tidak termasuk kas tersebut misalnya:


(32)

1. Kas Bon

Kas bon merupakan bukti pengambilan uang kas yang dilakukan oleh petugas perusahaan untuk melakukan pembayaran kepada pihak luar yang jumlahnya belum dapat dipastikan dan bukti-bukti pendukungnya baru diperoleh jika sudah dibayar.

2. Persediaan Perangko dan Materai

Persediaan perangko dan materai seringkali di dalam praktek dimasukkan sebagai elemen kas. Hal ini tidak benar karena persediaan perangko dan materai tidak dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran dan tidak dapat disetorkan ke dalam rekening giro di bank. Persediaan perangko dan materai adalah elemen persediaan supplies atau persekot biaya.

3. Check Bertanggal Mundur

Check bertanggal mundur adalah check yang diterima perusahaan dari pihak lain pada tanggal tertentu tetapi dibubuhi tanggal yang beberapa waktu kemudian dibandingkan dengan penerimaan check tersebut, sehingga belum dapat diuangka atau disetorkan ke dalam rekening giro di bank sesuai nominalnya sampai dengan tanggal yang tercantum di dalam check tersebut.


(33)

4. Check yang Tidak Cukup Dananya dan Check Kosong

Check yang diterima oleh perusahaan dari pihak lain dapat merupakan check yang tidak cukup dananya dan bahkan mungkin merupakan check kosong, sehingga check tersebut tidak dapat diuangkan atau disetorkan ke dalam rekening giro di bank.

5. Deposito Berjangka

Deposito berjangka adalah simpanan di bank yang pengambilannya terikat pada peraturan-peraturan dan jangka waktu tertentu, sehinnga simpanan tersebut tidak dapat diambil atau diuangkan setiap saat sesuai nilai nominalnya. 6. Kas Dibatasi Pemakaiannya

Di dalam perusahaan bisa terdapat kas yang dibatasi pemakaiannya untuk tujuan khusus, misalnya untuk: pelunasan hutang jangka panjang, untuk ekspansi, atau untuk pembayaran dividen.

7. Rekening Giro Diblokade

Simpanan giro dapat diblokade oleh pihak yang berwenang karena alasan-alasan tertentu. Rekening giro yang diblokade tidak dapat diambil atau dipakai sebagai alat pembayaran pada setiap saat, oleh karena itu rekening giro diblokade bukan merupakan elemen kas sampai dengan pencabutan blokade tersebut.


(34)

8. Investasi Jangka Pendek

Investasi jangka pendek bukan merupakan elemen kas, karena investasi jangka pendek tidak dapat secara langsung dipakai sebagai alat pembayaran pada setiap saat dan tidak dapat disetorkan ke rekening giro di bank.

9. Piutang Wesel

Piutang wesel tidak dapat digolongkan ke dalam elemen kas sebelum dapat diuangkan atau ditagihkan oleh pihak bank. 10.Bank Overdraft

Bank overdraft timbul apabila perusahaan telah melakukan pembayaran dengan check melebihi saldo rekening giro di bank, sehingga catatan kas di bank yang diselenggarakan perusahaan bersaldo kredit. Sehingga bank overdraft tidak boleh disajikan sebagai elemen (pengurang) kas dan harus disajikan sebagai hutang lancar.

2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Kas

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan kas bisa melalui penerimaan dan pengeluaran kas. Perubahan yang menambah dan mengurangi kas dan dikatakan sebagai sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas.


(35)

Menurut Supriyono (1986 : 10) sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari berbagai sumber antara lain sebagai berikut:

1. Penjualan tunai 2. Penagihan piutang

3. Penerimaan kas lain-lain, misalnya dari penjualan barang dan jasa lainnya

4. Pinjaman-pinjaman pihak lain 5. Setoran pemilik

Sedangkan pembayaran atau pengeluaran kas perusahaan umumnya disebabkan karena adanya transaksi-transaksi seperti:

1. Membeli barang dagangan atau bahan 2. Membayar biaya-biaya

3. Pembayaran untuk memperoleh barang dan jasa lain-lainnya 4. Membayar hutang

5. Membayar dividen atau pengambilan modal

2.1.2.3 Perputaran Kas

Menurut Kasmir (2008 : 140) perputaran kas merupakan usaha untuk mengukur tingkat ketersediaan kas dalam membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan karena tingkat perputaran kas


(36)

menggambarkan kecepatan arus kas dan kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan.

Menurut Subramanyam (2010 : 45), perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:

Semakin tinggi perputaran kas berarti semakin efisien tingkat penggunaan kas, dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputaran maka semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya kas yang berhenti atau tidak dipergunakan.

2.1.3 Piutang

2.1.3.1 Pengertian Piutang

Menurut Supriyono (1986 : 71), piutang merupakan semua hak atau klaim perusahaan untuk menerima sejumlah kas di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa lalu.

Pengertian piutang seperti tersebut diatas lebih sempit jika dibandingkan dengan pengertian piutang dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa sehari-hari pengertian piutang meliputi semua hak atau

Perputaran Kas = Penjualan


(37)

klaim perusahaan untuk untuk menerima sejumlah kas, barang atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu.

2.1.3.2 Klasifikasi Piutang

Menurut Supriyono (1986 : 72), piutang dapat digolongkan dengan menggunakan beberapa dasar sebagai berikut:

1. Berdasar Jangka Waktu

Berdasarkan jangka waktunya piutang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Piutang Lancar atau Piutang Jangka Pendek

Piutang lancar atau piutang jangka pendek meliputi semua piutang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu satu periode akuntansi atau kurang, terhitung sejak tanggal neraca yang bersangkutan.

b. Piutang Jangka Panjang

Piutang jangka panjang meliputi semua piutang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi terhitung sejak tanggal neraca yang bersangkutan.

2. Atas Dasar Transaksi Penyebabnya

Atas dasar transaksi yang menyebabkan timbulnya piutang, dapat digolongkan menjadi dua yaitu:


(38)

Piutang dagang atau piutang usaha meliputi semua piutang yang timbul karena:

1) Penjualan barang dagangan 2) Penjualan produk selesai

3) Penjualan jasa yang merupakan produk utama perusahaan

b. Piutang Non Dagang atau Piutang di Luar Usaha

Piutang dagang atau piutang di luar usaha meliputi semua piutang yang terjadinya bukan karena transaksi:

1) Penjualan barang dagangan 2) Penjualan produk selesai

3) Penjualan jasa yang merupakan produk utama perusahaan

Adapun transaksi yang menyebabkan timbulnya piutang bukan usaha antara lain:

1) Penjualan aktiva tetap 2) Pemberian pinjaman

3) Pembayaran pajak yang terlalu besar

4) Ganti rugi dari perusahaan asuransi yang belum diterima

5) Penjualan modal saham 6) Dan sebagainya


(39)

3. Atas Dasar Ada Tidaknya Kesanggupan Tertulis

Atas dasar ada tidaknya kesanggupan tertulis, piutang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Piutang Wesel atau Wesel Tagih, meliputi semua piutang yang didukung dengan kesanggupan tertulis untuk membayar piutang tersebut pada tanggal tertentu.

2. Piutang Non Wesel, meliputi semua piutang yang tidak didukung kesanggupan tertulis untuk membayar piutang tersebut pada tanggal tertentu. Piutang non wesel sering disebut dengan istilah piutang saja.

2.1.3.3 Perputaran Piutang

Menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara melihat tingkat perputaran piutang.

Menurut Kasmir (2005 : 407) perputaran piutang merupakan usaha untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

Menurut Subramanyam (2010 : 45) perputaran piutang dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:

Perputaran Piutang = Penjualan ����−���� �������


(40)

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa rasio perputaran piutang yang tinggi mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Semakin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efisien modal yang digunakan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputaran piutang maka semakin berkurang efisiensi dari modal tersebut.

2.1.4 Persediaan

2.1.4.1 Pengertian Persediaan

Menurut Supriyono (1986 : 145) persediaan adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan pada tanggal tertentu dengan tujuan untuk dijual secara langsung atau melalui proses produksi di dalam suatu siklus normal kegiatan perusahaan.

Dari definisi tersebut pemilikan persediaan bertujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam memproduksi barang atau jasa yang kemudian dijual dalam siklus kegiatan normal perusahaan (dalam jangka waktu satu tahun atau kurang). Oleh karena itu, persediaan disajikan di dalam neraca sebagai elemen aktiva lancar.


(41)

2.1.4.2 Bentuk atau Elemen Persediaan

Bentuk atau elemen persediaan umumnya tergantung pada karakteristik dari suatu perusahaan yaitu:

1. Perusahaan dagang memiliki elemen persediaan berupa persediaan barang dagangan, yaitu barang dagangan yang dimiliki perusahaan atau belum dijual pada saat atau tanggal tertentu. Barang dagangan dibeli perusahaan dari pihak lain dalam keadaan telah siap dijual tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.

2. Perusahaan manufaktur memiliki elemen persediaan sebagai berikut:

a. Persediaan Produk Selesai

Persediaan produk selesai adalah produk selesai yang dimiliki perusahaan atau belum dijual pada tanggal tertentu.

b. Persediaan Produk dalam Proses

Persediaan produk dalam proses adalah produk dalam proses yang dimiliki perusahaan pada tanggal tertentu, yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan tetapi belum selesai diolah.

c. Persediaan Bahan

Persediaan bahan atau sering disebut dengan persediaan bahan mentah adalah meliputi bahan baku dan bahan


(42)

penolong yang dimiliki perusahaan atau belum dimasukkan di dalam pengolahan produk pada tanggal tertentu.

2.1.4.3 Perputaran Persediaan

Menurut Kasmir (2008 : 180) perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam satu periode.

Perputaran persediaan dapat pula diartikan sebagai rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun.

Menurut Subramanyam (2010 : 45) perputaran persediaan dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:

Apabila rasio yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila perputaran persediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk. Hal ini akan mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah.

Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan ����−���� ����������


(43)

2.1.5 Likuiditas

2.1.5.1 Pengertian Likuiditas

Menurut Subramanyam (2010 : 10) likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya dan bergantung pada arus kas perusahaan serta komponen asset dan kewajiban lancarnya.

Menurut Munawir (2002 : 31) likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

Likuiditas juga merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar, besarnya perbandingan atau rasio terbaik antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah sekitar 2 : 1. Angka tersebut tidaklah mutlak, besarnya ratio dapat ditentukan sesuai dengan jenis usaha dan kebijakan keuangan masing-masing.

2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas

Menurut Munawir (2004 : 32) ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan likuiditas perusahaan:

1. Besarnya Investasi pada Aktiva Tetap Dibandingkan dengan Seluruh Dana Jangka Panjang.

Pemakaian dana untuk pembelian aktiva tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Apabila makin


(44)

banyak dana perusahaan yang dipergunakan untuk aktiva tetap, maka sifatnya untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit. Oleh sebab itu, rasio likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah dana jangka panjang untuk menutup kebutuhan aktiva tetap yang meningkat.

2. Volume Kegiatan Perusahaan

Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan dana untuk membiayai aktiva lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut dipenuhi dengan meningkatkan hutang-hutang, tetapi jika hal-hal lain tetap, investasi dana jangka panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja sangat diperlukan agar rasio dapat dipertahankan. 3. Pengendalian Aktiva Lancar

Apabila pengendalian yang kurang baik terhadap besarnya investasi dalam piutang dan persediaan menyebabkan adanya investasi yang melebihi daripada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun dengan tajam, kecuali apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang.


(45)

2.1.5.3 Rasio Likuiditas

Menurut Weston dalam bukunya Kasmir (2008 : 129) menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.

Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.

Adapun jenis-jenis rasio likuiditas yang dikemukakan oleh Kasmir (2008 : 134) yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengukur kemampuannya yaitu:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio Lancar (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:


(46)

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Ratio cepat (quick ratio) atau ratio sangat lancar (acid test ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa mempertimbangkan nilai persediaan (inventory). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas (cash ratio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Rasio Lancar = Aktiva lancar ����� ������

Ratio Cepat = Aktiva lancar−Persediaan ����� ������

Rasio Kas = Kas+Efek ����� ������


(47)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti dan Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Ricardo Sitorus (2006) Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

Variabel independen: perputaran piutang, perputaran

persediaan.

Variabel dependen: net profit margin untuk mengukur profitabilitas perusahaan

Dari pengujian yang telah dilakukan, maka didapatlah hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran modal kerja dengan profitabilitas perusahaan. Mesno (2008) Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Return Spread terhadap Likuiditas Perusahaan Consumer Goods Industry yang Terdaftar di BEI

Variabel independen: perputaran modal kerja dan return spread.

Variabel dependen: likuiditas perusahaan.

Perputaran modal kerja dan return spread berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Hendra Pandapotan Sinaga (2009) Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Return Spread terhadap Tingkat Likuiditas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang tercatat di BEI

Variabel independen: perputaran modal kerja dan return spread.

Variabel dependen: likuiditas perusahaan.

Dari pengujian yang telah dilakukan, secara parsial perputaran modal kerja dan return spread berpengaruh positif terhadap likuiditas perusahaan.


(48)

2.3 Kerangka Konseptual

H1 H2 H3 H4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel-variabel bebas dengan variabel yang terikat.

Perputaran modal kerja atau working capital turnover merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu besar. Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal kerja tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil.

Perputaran Kas Perputaran Piutang Perputaran Persediaan

Likuiditas (Rasio Lancar)


(49)

Perputaran kas merupakan usaha untuk mengukur tingkat ketersediaan kas dalam membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas dan kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja.

Perputaran piutang merupakan usaha untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efisien modal yang digunakan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputaran piutang maka semakin berkurang efisiensi dari modal tersebut.

Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam satu periode. Apabila perputaran persediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk demikian pula sebaliknya.


(50)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang biasa dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji secara empiris. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut.

Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka dapat dibuat hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Perputaran kas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H3 : Perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H4 : Perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar (2003 : 30) penelitian asosiatif kausal merupakan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Dengan kata lain penelitian kausal ini berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel yang lain.

3.2 Populasi dan Sampel

Menurut Erlina (2011 : 80) populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008 – 2010.

Menurut Iqbal (2002 : 58) sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bias mewakili populasi. Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel dari


(52)

populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Adapun kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2010,

2. Perusahaan tersebut tidak mengalami delisting pada tahun 2008-2010 3. Perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan yang lengkap

terutama laporan laba rugi dan neraca yang telah diaudit selama periode 2008-2010.

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 14 perusahaan dengan periode penelitian selama tiga tahun periode 2008-2010. Berdasarkan kriteria yang dikemukakan diatas, peneliti mengambil 7 perusahaan makanan & minuman sebagai sampel penelitian. Perusahaan-perusahaan tersebut disajikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Populasi dan Sampel

No. Kode Perusahaan

Kriteria

Sampel 1 2 3

1 ADES Akasha Wira International Tbk √ √ √ 1 2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ 2

3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ 3

4 DAVO Davomas Abadi Tbk √ √ √ 4


(53)

6 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk √ √ − −

7 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ − −

8 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ 5

9 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ √ 6

10 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ − −

11 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk √ √ − −

12 SKLT Sekar Laut Tbk √ √ √ 7

13 STTP Siantar Top Tbk √ √ − −

14 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk √ √ − −

3.3 Jenis dan Sumber Data

Menurut Iqbal (2002 : 82) data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan. Data juga dapat diartikan sebagai suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode dan lain-lain.

Data yang dikumpulkan ini berupa data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003 : 124). Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Iqbal, 2002 : 82). Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu.


(54)

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian, khususnya berupa laporan laba rugi dan neraca yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut.

Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk data time series. Data time series yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya mingguan, bulanan atau tahunan. Penelitian ini menggunakan interval waktu mulai dari tahun 2008 sampai tahun 2010.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yait

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang diperlukan dalam pemelitian ini adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berasal dari jurnal penelitian terdahulu atau buku-buku serta laopran keuangan maupun informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Data yang berisi laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yait


(55)

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut peneliti, definisi operasional merupakan penjelasan-penjelasan variabel yang telah dipilih. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel independen menurut Iqbal (2002 : 18) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Perputaran Kas

Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas dan kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan.

b. Perputaran Piutang

Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efisien modal yang digunakan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat

Perputaran Kas = Penjualan


(56)

perputaran piutang maka semakin berkurang efisiensi dari modal tersebut.

c. Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam satu periode.

d. Perputaran Modal Kerja

Perputaran modal kerja atau working capital turnover merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen menurut Iqbal (2002 : 18) merupakan variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas perusahaan dari setiap perusahaan yang terpilih menjadi sampel. Rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka

Perputaran Piutang = Penjualan ����−���� �������

Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan ����−���� ����������

Perputaran Modal Kerja = Penjualan bersih Modal kerja rata−rata


(57)

pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu: rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan rasio lancar saja dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Rasio lancar tersebut dihitung dengan menggunakan rumus:

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model analisis regresi linear berganda dengan bantuan software SPSS versi 17 for windows. Sebelum data dianalisis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Rasio Lancar = Aktiva lancar ����� ������


(58)

3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik, dan jika data tidak normal, gunakan statistik nonparametrik atau lakukan treatment agar data normal.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal.

Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji kenormalan data juga bisa dilakukan tidak berdasarkan grafik, misalnya dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikannya > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal.

3.6.1.2 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi di antara sesamanya sama dengan nol.


(59)

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinieritas yaitu:

1. Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling berkorelasi kuat, maka bias dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi.

2. Membiarkan saja

3. Menambah ukuran sampel

4. Transformasi variabel multikolinieritas

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas, sementara itu untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Metode yang dapat digunakan untuk membuktikan kesamaan varians yaitu melalui gambar/grafik penyebaran nilai-nilai residual terhadap nilai-nilai prediksi. Keadaan homokedastisitas terpenuhi jika penyebarannya tidak membentuk suatu pola tertentu seperti meningkat


(60)

atau menurun. Untuk membuktikan adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot. Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin) menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan tingkat kesalahan pada periode t-1.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan nilai Uji Durbin Watson (D - W) dengan pedoman:

1. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif, 2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada

autokorelasi,


(61)

3.6.2 Pengujian Hipotesis

3.6.2.1 Analisis Regresi Berganda

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun rumus dari regresi linear berganda (multiple linier regression) adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan:

Y = Likuiditas dengan rasio lancar a = Konstanta

b1,b2,b3,b4 = Koefisien regresi

X1 = Perputaran kas

X2 = Perputaran piutang

X 3 = Perputaran persediaan

X4 = Perputaran modal kerja

e = Variabel pengganggu (error)

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda karena ada dua atau lebih variabel independennya. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.


(62)

3.6.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji f)

Secara simultan pengujian hipotesis dilakukan dengan uji f. Menurut Ghozali (2005 : 84) uji statistik f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamaan terhadap variabel dependen/terikat. Adapun hipotesis yang akan di uji adalah sebagai berikut:

H0 : X4=0, artinya perputaran modal kerja tidak berpengaruh

secara simultan terhadap likuiditas perusahaan.

H1 : X4≠0, artinya perputaran modal kerja berpengaruh secara

simultan terhadap likuiditas perusahaan.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi Fhitung

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika Fhitung < Ftabel pada α 0,05, maka H1 ditolak, dan, b. Jika Fhitung > Ftabel pada α 0,05, maka H1 diterima.

3.6.2.3 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Secara parsial pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Menurut Ghozali (2005 : 84) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Adapun hipotesis yang akan di uji adalah sebagai berikut:


(63)

Hipotesis pertama :

Ho : X1=0, artinya Perputaran Kas tidak mempunyai pengaruh terhadap

likuiditas perusahaan.

Ha : X1≠0, artinya Perputaran Kas berpengaruh terhadap likuiditas

perusahaan.

Hipotesis kedua:

Ho : X2=0, artinya Perputaran Piutang tidak mempunyai pengaruh terhadap

likuiditas perusahaan.

Ha : X2≠0, artinya Perputaran Piutang berpengaruh terhadap likuiditas

perusahaan.

Hipotesis ketiga:

Ho : X3=0, artinya Perputaran Persediaan tidak mempunyai pengaruh

terhadap likuiditas perusahaan.

Ha : X3≠0, artinya Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap likuiditas

perusahaan.

Pengujian dilakukan menggunakan uji-t dengan tingkat pengujian pada α 5% dan derajat kebebasan (degree of freedom) atau df=(n – k). Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

a. H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel untuk α = 5%, dan b. Ha diterima dan H0 ditolak jika t hitung > t tabel untuk α = 5%.


(64)

3.6.2.4 Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Pengajuan Judul

Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal Pengolahan Data & Skripsi


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi dalam penelitian ini, maka diperlukan data dari perusahaan-perusahaan yang diteliti agar dapat diketahui bagaimana pengaruh yang terjadi antara perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan perputaran modal kerja terhadap likuiditas.

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 14 populasi. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 7 sampel perusahaan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan analisis data diperoleh jumlah sampel secara keseluruhan yang diteliti adalah sebanyak 21 perusahaan untuk periode 3 tahun dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

4.1.2 Analisis Data Penelitian 4.1.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), serta nilai standar deviasi dari variabel independen maupun variabel dependen. Statistik deskriptif adalah proses transformasi data penelitian dalam bentuk


(66)

tabulasi sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif akan dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Descriptive Statistics Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

X1 21 1.04 298.24 41.1514 72.47547

X2 21 2.16 42.58 9.6329 8.98352

X3 21 1.18 17.13 6.1419 3.78998

X4 21 -14.84 15.69 3.2995 7.61523

Y 21 53.52 11371.59 1107.2067 2669.95366

Valid N (listwise) 21 Sumber : Output SPSS, 2012

Pada tabel di atas menunjukkan nilai dari masing-masing variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen. Berikut ini adalah rincian data statistik deskriptif yang ada pada tabel tersebut di atas:

a. Perputaran kas (X1) memiliki rata-rata (mean) sebesar 41,1514 dengan standar deviasi sebesar 72,47547 dan jumlah data (n) adalah 21. Nilai tertinggi dari perputaran kas sebesar 298,24 sedangkan nilai terendah sebesar 1,04.

b. Perputaran piutang (X2) memiliki rata-rata (mean) sebesar 9,6329 dengan standar deviasi sebesar 8,98352 dan jumlah data (n) adalah 21.


(67)

Nilai tertinggi dari perputaran piutang sebesar 42,58 sedangkan nilai terendah sebesar 2,16.

c. Perputaran persediaan (X3) memiliki rata-rata (mean) sebesar 6,1419 dengan standar deviasi sebesar 3,78998 dan jumlah data (n) adalah 21. Nilai tertinggi dari perputaran persediaan sebesar 17,13 sedangkan nilai terendah sebesar 1,18.

d. Perputaran modal kerja (X4) memiliki rata-rata (mean) sebesar 3,2995 dengan standar deviasi sebesar 7,61523 dan jumlah data (n) adalah 21. Nilai tertinggi dari perputaran modal kerja sebesar 15,69 sedangkan nilai terendah sebesar -14,84.

e. Likuiditas (Y) memiliki rata-rata (mean) sebesar 1107,2067 dengan standar deviasi sebesar 2669,95366 dan jumlah data (n) adalah 21. Nilai tertinggi dari likuiditas sebesar 11371,59 sedangkan nilai terendah sebesar 53,52.

4.1.3 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian statistik dengan analisis regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian untuk mempertimbangkan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Asumsi-asumsi klasik tersebut antara lain:

4.1.3.1 Uji Normalitas


(68)

apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis :

H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, H0 diterima dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, H0 ditolak atau H1 diterima.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 X3 X4 Y

N 21 21 21 21 21

Normal Parametersa,,b

Mean 26.3895 9.6329 6.1419 7.5119 226.2543 Std.

Deviation

30.27208 8.98352 3.78998 3.94751 169.5284 8 Most Extreme

Differences

Absolute .220 .225 .162 .173 .235 Positive .220 .225 .162 .173 .235 Negative -.201 -.203 -.095 -.076 -.154 Kolmogorov-Smirnov Z 1.010 1.029 .741 .792 1.077 Asymp. Sig. (2-tailed) .259 .240 .642 .557 .196 a. Test distribution is normal

Sumber : Output SPSS, 2012

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa data-data variabel dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal dengan nilai signifikansi masing - masing variabel berada di atas 0,05. Dengan demikian maka Ho diterima yang berarti bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.


(69)

Menurut Ghozali (2005 : 112), “pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-P Plot of Regression, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data telah terdistribusi normal”. Hasil pengujian normalitas dengan P- P Plot juga dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot

Sumber : Output SPSS, 2012

Grafik Normal P-Plot Regression Standardized Residual di atas merupakan grafik Normal P-Plot Regression yang telah ditransformasi dengan Logaritma Natural, di mana memperlihatkan titik – titik


(70)

menyebar berhimpitan di sekitar diagonal dan ini menunjukkan data dalam model regresi berdistribusi normal. Secara keseluruhan data telah terdistribusi secara normal, selanjutnya dapat dilakukan pengujian asumsi klasik lainnya

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005 : 91) untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari : Variance Inflatin Factor (VIF). Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10.

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

X1 .861 1.162

X2 .934 1.071

X3 .869 1.151

X4 .764 1.309

Sumber: Output SPSS, 2012

Dari hasil pengujian, dapat dilihat bahwa angka tolerance perputaran kas (X1), perputaran piutang (X2), perputaran persediaan (X3), dan perputaran modal kerja (X4) > 0,10 yaitu masing-masing


(71)

0,861 ; 0,934 ; 0,869 ; 0,764 dan VIFnya < 10 yaitu 1,162 ; 1,071 ; 1,151 ; 1,309. Ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas diantara variabel independen dalam penelitian.

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS 17.0. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Dasar Pengambilan keputusannya adalah :

a. Hasil uji dalam bentuk pola yang tidak jelas berbentuk titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y tidak terjadi heteroskedastisitas.

b. Hasil uji terdapat pola tertentu berbentuk titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik – titik pada gambar.


(72)

Gambar 4.2

Output Pengujian Heteroskedastisitas

Sumber : Output SPSS, 2012

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.

4.1.3.4 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi.


(1)

LAMPIRAN B

Hasil Output SPSS


(2)

HASIL OUTPUT SPSS

Descriptives

Descriptive Statistics

N

Minimum Maximum

Mean

Std.

Deviation

X1

21

1.04

298.24

41.1514

72.47547

X2

21

2.16

42.58

9.6329

8.98352

X3

21

1.18

17.13

6.1419

3.78998

X4

21

-14.84

15.69

3.2995

7.61523

Y

21

53.52 11371.59 1107.2067

2669.95366

Valid N (listwise)

21

NPar Tests

[DataSet1]

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1

X2

X3

X4

Y

N

21

21

21

21

21

Normal Parameters

a,,b

Mean

26.3895

9.6329

6.1419

7.5119 226.2543

Std.

Deviation

30.27208 8.98352 3.78998 3.94751 169.52848

Most Extreme

Differences

Absolute

.220

.225

.162

.173

.235

Positive

.220

.225

.162

.173

.235

Negative

-.201

-.203

-.095

-.076

-.154

Kolmogorov-Smirnov Z

1.010

1.029

.741

.792

1.077


(3)

Model

Collinearity Statistics

Tolerance

VIF

1

(Constant)

X1

.861

1.162

X2

.934

1.071

X3

.869

1.151

X4

.764

1.309

Collinearity Diagnostics

a


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 173.112 106.537 1.625 .000

X1 2.523 1.121 .450 2.250 .000

X2 4.246 3.628 .225 1.171 .009

X3 7.439 8.914 .166 .835 .000

X4 -13.315 9.126 -.310 -1.459 .000


(5)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 257469.804 4 64367.451 13.245 .000a

Residual 317328.280 16 19833.017

Total 574798.084 20

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 173.112 106.537 1.625 .000

X1 2.523 1.121 .450 2.250 .000

X2 4.246 3.628 .225 1.171 .009

X3 7.439 8.914 .166 .835 .000

X4 -13.315 9.126 -.310 -1.459 .000


(6)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 257469.804 4 64367.451 13.245 .000a

Residual 317328.280 16 19833.017

Total 574798.084 20

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b. Dependent Variable: Y

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

1 .669a .448 .370

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b. Dependent Variable: Y

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .669a .448 .310 140.82975 2.586

a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b. Dependent Variable: Y


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 117 85

Pengaruh Perputaran Piutang Usaha Dan Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Makanan &amp; Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009.

5 77 92

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

12 116 78

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 4 78

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 4 82

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Cover Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Abstract Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Reference Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia

0 0 2