Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga
yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Dimana perencanaan
jumlah keluarga dengan pembatasan bisa dilakukan dengan cara penggunaan
alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.
Program

keluarga

berencana

merupakan

salah

satu

program


pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga
Indonesia yang sejahtera. Sesuai dengan Undang–Undang Nomor 10 Tahun
1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera, disebutkan bahwa Program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera (UU 10/1992). Keluarga berencana juga berarti mengontrol jumlah
dan jarak kelahiran anak, untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara
dengan menggunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang
sifatnya menetap bisa dilakukan dengan cara sterilisasi (Ekarini, 2008).
Salah satu tugas pokok pembangunan Keluarga Berencana (KB) menuju
pembangunan keluarga sejahtera adalah melalui upaya pengaturan kelahiran
yang dapat dilakukan dengan pemakaian kontrasepsi. The International
Conference on Population and Development (ICPD) 1994 menyatakan bahwa

1
Universitas Sumatera Utara

2


penggunaan alat kontrasepsi merupakan bagian dari hak – hak reproduksi yaitu
bagian dari hak – hak asasi yang universal (Nafis, 2011).
Pada masa sekarang, Keluarga Berencana boleh dikatakan telah dikenal
oleh hampir seluruh masyarakat di dunia tetapi bagi negara-negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia, cara pelaksanaan Keluarga Berencana masih
harus ditingkatkan lagi. Beberapa negara seperti Taiwan, Hongkong, Korea dan
Singapura, telah berhasil melaksanakannya dengan baik. Pada umumnya masih
dicari cara tepat untuk melaksanakannya dan beberapa negara telah
memasukkannya sebagai program pemerintah, seperti Indonesia, Malaysia,
Korea, pakistan dan lain-lain. Di negara-negara yang telah maju, Keluarga
Berencana tidak lagi merupakan suatu gagasan, tetapi telah menjadi falsafah
hidup.
Falsafah hidup ini timbul oleh kesadaran bahwa keluarga yang besar juga
membawa akibat yang besar pula didalam kehidupan. Keluarga yang besar
dihadapkan pada berbagai persoalan yang lebih besar pula ukurannya seperti:
perumahan, pendidikan, kesehatan, sandang, pangan dan sebagainya yang
merupakan faktor-faktor yang menentukan nilai dan pola kehidupan yang wajar.
Setiap keluarga dimanapun, ingin hidup tenteram bahagia dan sejahtera, tetapi
banyak juga yang tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. (Albar,dkk

1980)
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga tidak luput dari
masalah kependudukan. Secara garis besar, masalah-masalah pokok di bidang
kependudukan yang dihadapi Indonesia antara lain penyebaran penduduk yang

Universitas Sumatera Utara

3

tidak merata, struktur umur muda, kualitas penduduk yang masih harus
ditingkatkan dan jumlah penduduk besar dengan laju pertumbuhan penduduk
yang relatif tinggi (Sulistyawati, 2011).
Perkembangan penduduk yang cepat akan mempengaruhi kehidupan di
masyarakat diantaranya dalam bidang pendidikan, pelayanan kesehatan,
lapangan pekerjaan, kehidupan sosial ekonomi dan lingkungan hidup. Untuk
mencegah masalah tersebut maka pemerintah mengadakan program KB
(Syahlan, 2004).
Salah satu persoalan besar yang dihadapkan kepada dunia khususnya di
abad ke dua puluh satu ini adalah, masalah kependudukan. Jumlah penduduk di
dunia semakin menunjukkan angka yang terus bertambah dan telah

menimbulkan berbagai masalah kesulitan dalam kehidupan. Sebagai petunjuk
dapat dikemukakan bahwa pada tahun 1950-an, berjumlah 2,5 milyar. Dua
dasawarsa kemudian, jumlah itu mencapai angka 3,7 milyar. Pada akhir dekade
1980-an, diperkirakan penduduk dunia bertambah 90 juta per tahun. Kalau
perkiraan ini benar, maka pada akhir abad ke-21 sekitar 6,25 milyar anak
manusia akan memadati planet bumi. Dan pada tahun 2025 nanti, angka itu
diperkirakan membengkak menjadi 8,5 milyar (BKKBN, 1992). Pada tahun
2009 lalu Indonesia menjadi negara keempat terbanyak penduduknya di dunia.
Program KB seharusnya menjadi prioritas pembangunan di setiap daerah karena
sangat penting untuk Human Capital Investment (Sulistyo, 2009).
Indonesia merupakan salah satu negara yang menghadapi masalah
kependudukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif seperti jumlah

Universitas Sumatera Utara

4

penduduk relatif besar akibat pertumbuhan yang relatif tinggi, penyebaran dan
kepadatan penduduk yang tidak merata, komposisi menurut umur yang tidak
seimbang, arus urbanisasi yang relatif tinggi, dan berbagai permasalahan lain

yang mengiringinya. Jumlah Penduduk lndonesia pada tahun 2010, berdasarkan
hasil sensus penduduk sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari
119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan.Laju pertumbuhan penduduk
di Indonesia terus meningkat dengan cepat. Pada tahun 2015, penduduk
Indonesia sebanyak 255.461.686 orang (BPS,2014).
Berdasarkan data dari BPS Sumatera Utara, jumlah penduduk tahun 2013
tercatat sebesar 13.326.307 jiwa dengan tingkat kepadatan sebesar 186 per Km2.
Sumatera Utara juga merupakan Provinsi keekmpat yang memiliki penduduk
terbesar setelah Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Berdasarkan data dari SDKI 2012, angka pemakaian kontrasepsi
(contraceptive prevalence rate atau CPR) mengalami peningkatan dari 57,4%
pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada tahun 2007 angka CPR
sebesar 61,4% dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 61,9% .Sementara angka
TFR (Total Fertility Rate) relatif stagnan di angka 2,6 dari tahun 2003 sampai
2012. Pola pemakaian kontrasepsi yang paling banyak adalah dengan metode
suntik yang mencapai 48,47% . Persentase pemakaian metode IUD (11,28%) ,
Pil (25,81%) , MOW (3,49%), Kondom (2,96%) , Implan (8,82%).
Secara nasional pelayanan KB di Indonesia pada tahun 2013 terjadi
peningkatan, sebanyak 35.202.908 peserta. dengan persentase IUD (11.07%),
peserta MOWdengan persentase(3,52%), implant dengan persentase (10,46%),


Universitas Sumatera Utara

5

suntikan dengan persentase (47,54%), pildengan persentase (23,58%), MOP
dengan persentase (0,69%) dan kondomdengan persentase (3,15%). (BKKBN,
2015).
Sedangkan pelayanan KB di Sumatera Utara pada tahun 2014 sebanyak
1.525.388 peserta dengan persentase IUD (11.07%), peserta MOWdengan
persentase(8%), implant dengan persentase (11%), suntikan dengan persentase
(33%), pildengan persentase (29%), MOP dengan persentase (1%) dan
kondomdengan persentase (7%). (BKKBN, 2015).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan diperoleh data,
pelayanan KB di Kabupaten Asahan pada tahun 2014 sebanyak 90.856 peserta
dengan persentase IUD (14,39%), peserta MOWdengan persentase(7,79%),
implant dengan persentase (10,58%), suntikan dengan persentase (27,513%),
pildengan persentase (34,30%), MOP dengan persentase (1,19%) dan
kondomdengan persentase (3,97%). Sedangkan data di kecamatan TanjungBalai
yaitu peserta KB aktif yang memilih jenis kontrasepsi dengan persentase IUD

(11%), peserta MOWdengan persentase(8%), implan dengan persentase (11%),
suntikan dengan persentase (33%), pildengan persentase (29%), MOP dengan
persentase (1%) dan kondom dengan persentase (7%).(Profil Dinas Kesehatan
Asahan,2015)
Berdasarkan data jumlah pemakai alat kontrasepsi di atas, jenis
kontrasepsi suntik lebih banyak digunakan dibandingkan jenis kontrasepsi
lainnya Seperti metode tubektomi dan vasektomi, padahal metode ini adalah
merupakan metode jangka panjang yang bisa mengakhiri kesuburan,

Universitas Sumatera Utara

6

sedangkanMetode Kontrasepsi suntik merupakan salah satu jenis kontrasepsi
hormonal. Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang mengandung
hormon estrogen dan atau progesteron yang diberikan kepada peserta KB untuk
mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2013).
Komponen estrogen dapat memberikan efek pertambahan berat badan
akibat restensi cairan, sedangkan komponen progestin memberikan efek pada
nafsu makan dan berat badan yang bertambah besar. Selain kedua hal tersebut,

pemakaian kontrasepsi hormonal juga dapat mengganggu kelancaran haid.
Setiap metode kontrasepsi memiliki keunggulan dan kelemahan. Tidak ada
satupun metode yang sesuai untuk semua pemakai, dan sebagian metode
seyogianya tidak digunakan oleh kelompok tertentu karena adanya kontra
indikasi (Hartanto, 2007)
Menurut Green dan Kreuter (2005), determinan prilaku atau tindakan
seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni faktor predisposisi (pengetahuan,
sikap, nilai, kepercayaan, budaya, nilai dan sebagainya), faktor pendukung
(tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan), faktor pendorong (sikap, prilaku,
keahlian dan dukungan petugas).
Penelitian yang dilakukan Kusumaningrum (2011), menunjukkan bahwa
umuristri, jumlah anak dan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang
bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan. Sedangkan
kesejahteraan keluarga, kepemilikan jamkesnas, pengetahuan, dukungan
pasangan, pengaruhagama tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
pemilihan kontrasepsi yang akan digunakan.

Universitas Sumatera Utara

7


Penelitian yang dilakukan Imbarwati juga menunjukkan adanya
pendidikan dasar, usia muda, pendapatan di bawah UMR, pengetahuan yang
kurang, persepsi biaya yang mahal, rasa kurang aman, perasaan malu, informasi
yangkurang, kualitas pelayanan KB yang baik, dan pekerjaan berpengaruh
padakeputusan untuk mengambil kotrasepsi non IUD atau IUD. Adhyani(2011)
menunjukkan bahwastatus ekonomi dan penerimaan informasi KB mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap pemilihan jenis kontrasepsi pada akseptor
wanita usia 20-39 tahun. Sedangkan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan,
pengaruh agama dan dukungan suami tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan pemilihan jenis kontrasepsi pada akseptor wanita usia 20-39 tahun.
Simamora (2013) menunjukkan bahwa pengetahuan, sarana prasarana,
dukungan suami,serta peran petugas kesehatan memiliki hubungan terhadap
pemilihan metode kontrasepsi suntik.Berdasarkan survei yang diperoleh dari
puskesmas Bagan Asahan pada bulan Januari – Desember 2015, terdapat sekitar
400 wanita usia subur di desa Bagan Asahan dan 70% dari populasi tersebut
menggunakan kontrasepsi suntik.Oleh sebab itu dari uraian latar belakang di
atas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan kontrasepsi suntik pada Wanita
Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten

Asahan.

Universitas Sumatera Utara

8

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur (WUS) di desa Bagan Asahan
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahantahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur (WUS) di desa Bagan Asahan
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap)
dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur
(WUS).

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor enabling (sarana dan prasarana)
dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur
(WUS).
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor reinforcing (peran petugas kesehatan,
dan dukungan pasangan) dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik
pada Wanita Usia Subur.

Universitas Sumatera Utara

9

1.4

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho :

Tidak ada faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi suntik pada wanita usia subur (WUS) di Desa Bagan
Asahan Kecamatan Tanjung Bailai Kabupaten Asahan Tahun
2016

2. Ha :

Ada faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi suntik pada wanita usia subur (WUS) di Desa Bagan
Asahan Kecaatan Tanjung Bailai Kabupaten Asahan Tahun 2016

1.5

Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi Pemerintah setempat dalam membuat

kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan Keluarga Berencana dan
penggunaan alat kontrasepsi
2. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan

pengembangan pengetahuan tentang faktor yang berpengaruh dalam
pemilihan alat kontrasepsi suntik pada Wanita Usia Subur (WUS).
3. Memberikan motivasi kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan

program Keluarga Berencana.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti

permasalahan yang sama pada lokasi yang berbeda.
5. Sebagai penambah

khasanah ilmu pengetahuan dan keterampilan

menulis dalam membuat karya tulis ilmiah khususnya skripsi.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Losung Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

5 54 121

Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Malaria di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2004

1 37 82

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi SiKap Nelayan Buruh Terhadap Juragan (Toke) (Studi Kasus: Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Asahan)

0 46 100

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 2 138

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 0 19

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 1 38

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 0 28

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR MEMILIH METODE KONTRASEPSI MOW (METODE KONTRASEPSI WANITA) DI DESA BUTUH

0 0 12