Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Berencana
2.1.1 Pengertian
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997:
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak,
dan usia ideal melahirkan, mengatur kelahiran, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
menwujudkan keluarga berkualitas (Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009).
KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawina, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, penigkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2007).
Secara umum KB dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan

kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan
adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang

10
Universitas Sumatera Utara

11

memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk
mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun,dkk 2008).
2.1.2 Perkembangan Keluarga Berencana
Perkembangan Keluarga Berencana seperti sekarang adalah buah
perjuangan yang cukup lama yang dilakukan oleh tokoh atau pelopor dibidang
itu, baik didalam maupun diluar negeri. Pada abad ke 19, di luar negeri upaya
keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa kelompok orang-orang yang
menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Hal tersebut sejalan dengan
ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan mulai di
gunakannya alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat-syarat medis, maka
dimulailah usaha-usaha keluarga berencana di abad moderen, dengan tujuan dan
sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan kesehatan ibu

dan anak dengan cara membatasi kehamilan/kelahiran saja.
Di Inggris dikenal Marie Stopes (1880-1950) yang menganjurkan
pengaturan kehamilan di kalangan keluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal
Margareth Sanger (1883-1966) yang degan program “birth control” nya
merupakan pelopor KB moderen. Pada tahun 1952 Margareth Sanger
meresmikan berdirinya InternationalPlanned Parenthood Federation (IPPF).
Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang-cabang IPPF
tersebut (Suherni,dkk 2010)
Pada tanggal 23 Desember 1957 berdirilah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) yang mana menjadi pelopor pergerakan dan

Universitas Sumatera Utara

12

perkembangan Keluarga Berencana nasional. PKBI dalam misinya menyangkut
hal yang mendasar dalam kehidupan manusia yakni persoalan reproduksi, yang
mana padanya melekat berbagai norma, tabu, dan peraturan-peraturan.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1968 dibentuklah sebuah

lembaga keluarga berencana. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang pencapaian
tujuan Deklarasi Kependudukan PBB 1967 yang kemudian dimasukkan dalam
program pemerintah sejak Pelita I (1969) dan dinamai Lembaga Keluarga
Berencana Nasional (LKBN). Lembaga ini masih bersifat semi pemerintah.
Program keluarga berencana yang sudah di mulai sejak Repelita I (19691974) bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejateraan ibu dan
anak, keluarga serta masyarakat pada umunya. Berhasilnya pelaksanaan
keluarga berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga
tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan
produksi, dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan
lebih meningkat.
Kemudian Pada tahun 1970 LKBN ditingkatkan menjadi Badan
Pemerintah melaui Kepres No. 8 Tahun 1970 dan diberi nama Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang bertugas mengkoordinasikan
perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program Keluarga
Berencana. Dalam perkembangannya BKKBN terus mengalami penyempurnaan
baik struktur organisasi, tugas pokok, dan tata kerja serta fungsinya (Arum dan
Sujiyatini 2011).

Universitas Sumatera Utara


13

Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 yang diikuti
dengan Keputusan Presiden RI Nomor 110 Tahun 2001.Dalam Keppres ini
dikukuhkan kembali bahwa BKKBN tetap mempunyai tugas melaksanakan
tugas pemerintah di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BKKBN sebagai
lembaga non departemen dipimpin oleh seorang kepala dan berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada presiden melaui koordinasi Menteri
Kesehatan RI.
Berdasarkan Keppres ini, maka sebagian kewenangan BKKBN telah
diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Demikian pula kelembagaan
BKKBN kabupaten/kota telah diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota
per-Januari 2004. Dengan diserahkannya kelembagaan ini, maka lembaga yang
menangani program KB di Kabupaten/kota bentuknya bervariasi,ada yang
berbentuk dinas dan adapula yang berbentuk kantor KB (BKKBN,2008)
2.1.3 Visi dan Misi BKKBN
Dalam bidang kependudukan, pemerintah Indonesia menegaskan
paradigma abru Program KB yang telah disesuaikan dengan GBHN 1999. Visi
program KB yang semula adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS) dengan slogan dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja
dikembangkan menjadi Keluarga Berkualitas tahun 2015. Visi ini menekankan
pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral
dalam meningkatkan kualitas keluarga (BKKBN dan UNFPA, 2005).

Universitas Sumatera Utara

14

Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat , maju, mandiri,
berwawasan kedepan, bertanggung jawab, memiliki jumlah anak yang ideal,
harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi tersebut dijabarkan
kedalam enam misi yaitu:
1. Memeberdayakan

masyarakat

untuk

membangun


keluarga

kecil

berkualitas
2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian
dan ketahanan keluarga
3. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan,kemandirian
dan ketahanan keluarga
4. Meningkatkan kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi
5. Meningkatkan promosi,perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak
reproduksi
6. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan
kesetaraan dan keadilan jender
7. Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sejak pembuahan
dalam kandungan sampai lanjut usia (Pinem,2009)
Menurut BKKBN, (2006) setelah visi tersebut disosialisasikan selama 6
tahun banyak tuntutan dari masyarakat yang menghendaki agar visi dan misi

BKKBN lebih “membumi” sehingga pada akhir tahn 2006 visi dan misi
BKKBN dirubah menjadi:
Filosofi

: Menggerakkan Peran Serta Masyarakat dalam KB

Universitas Sumatera Utara

15

Visi

:Seluruh Keluarga Ikut KB

Misi

:Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

2.1.4 Tujuan Keluarga Berencana
Adapun tujuan KB dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Secara filosofis menurunkan tingkat kelahiran sekitar 50% dari angka
kelahiran tahun 1970 agar dicapai pada tahun 2000, yang selanjutnya
dipercepat harus tercapai tahun 1990.
2. Secara demografis menurunkan tingkat kelahiran sekitar 50% dari angka
kelahiran tahun 1970 agar dicapai pada tahun 2000, yang selanjutnya
dipercepat harus tercapai tahun 1990. (Suheni,dkk 2010)
Menurut Suratun (2008) Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki
tujuan:
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan
diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate)
dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002).
b. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan
kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya
kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan
dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus
(1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung
mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti
deret hitung.


Universitas Sumatera Utara

16

c. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama
serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
d. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah
lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini
memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
e. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang
akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga
yang bahagia dan berkualitas.
f. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang,
pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
2.1.5 Manfaat Keluarga Berencana
Setiap tahun, ada 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah

yang melingkupi kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan (aborsi)
yang tak aman. KB bisa mencegah sebagian besar kematian itu. Di masa
kehamilan umpamanya, KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat :
a. Kehamilan terlalu dini Perempuan yang sudah hamil tatkala umurnya belum
mencapai 17 tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan.
Karena tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh, belum cukup matang dan siap

Universitas Sumatera Utara

17

untuk dilewati oleh bayi. Lagipula, bayinya pun dihadang oleh risiko
kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun.
b. Kehamilan terlalu “telat” Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk
mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya bila ia
mempunyai problema-problema kesehatan lain, atau sudah terlalu sering
hamil dan melahirkan.
c. Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakan jaraknya Kehamilan dan persalinan
menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau ia belum
pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat

memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga bahaya kematian,
menghadang.
d. Terlalu sering hamil dan melahirkan Perempuan yang sudah punya lebih dari
4 anak dihadang bahaya kematian akibat pendarahan hebat dan macammacam kelainan lain, bila ia terus saja hamil dan bersalin lagi.
2.1.6 Sasaran Keluarga Berencana
1. Sasaran Langsung yaitu :
a. Pasangan Usia Subur (PUS) Yaitu pasangan suami istri yang hidup
bersama dalam satu rumah atau tidak, dimana istri berumur antara 15-49
tahun. Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan
kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang
aktif sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi.

Universitas Sumatera Utara

18

2. Sasaran Tidak Langsung:
a. Kelompok remaja usia 15-19 tahun, remaja ini memang bukan target
untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan
kelompok yang berisiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih
berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.
b. Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah
maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang
diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS
(Suratun, dkk 2008).
2.1.7 Hambatan-hambatan

Dalam

Pelaksanaan

Program

Keluarga

Berencana
Menurut BKKBN dan UNFPA,(2005) dalam pelaksanaannya, Program
KB masih mengalami beberapa hambatan. Menurut SDKI 2002-2003, masih
sekitar 40% pasangan usia subur (PUS) yang belum menjadi peserta KB. Faktorfaktor yang menyebabkan PUS enggan menjadi peserta KB antara lain:
1. Segi pelayanan
Hingga saat ini pelayanan KB masih kurang berkuasalitas terbukti dari:
peserta KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi relatif masih
banyak dengan alasan efek samping,kesehatan dan kegagalan pemakain.
Kegagalan pemakaian menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Pelayanan terhadap kelompok unmet need (wanita yang tidak terpenuhi

Universitas Sumatera Utara

19

kebutuhan KB nya) masih belum digarap secara serius, khususnya terhadap
unmet need yang bertujuan membatasi kelahiran.

2. Segi Ketersediaan Alat Kontrasepsi
Dengan kebijaksaan “Sistem Kafetaria” yang diterapkan BKKBN, calon
peserta KB dapat meilih sendiri alat maupun metoda kontrasepsi yang
sesuai keinginannya. Akibatnya terjadi drop out dengan alasan ingin ganti
cara yang lebih efektif. Drop out yang paling banyak terjadi pada peserta
KB pil,suntikan atau IUD yang umumnya inigin beralih ke implant.
Sayangnya implant tidak tersedia di tempat pelayanan karena harganya
relatif mahal. Akibatnya wanita PUS tidak terlindung dari kehamilan yang
tidak diinginkan.
3. Segi penyampaian konseling maupun KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi)
Pada saat ini, kebijakan program lebih mengedepankan pilihan kontrasepsi
yang “rasional, efektif dan efisien”. Tetapi pilihan kontrasepsi secara
rasional ini nampaknya belum terosialisasi dengan baik karena proses
informed choice belum dilaksanakn dengan baik. Penyampaian KIE dengan
baik dengan aik mengenai pilihan alat kontrasepsi yang rasional,alat
kontrasepsi dengan tingkat kegagalan yang rendah dan ssuai dengan
pembiyaan.
4. Di beberapa daerah masih banyak masyarakat yang akrab dengan budaya
“banyak anak banyak rezeki, tiap anak membawa rezekinya sendiri-sendiri”
atau” anak sebagai tempat bergantung di hari tua”. Pada masyarakat ini

Universitas Sumatera Utara

20

slogan “ dua anak cukup, laki atau perempuan sama saja” masih agak sulit
diterima, sehingga upaya program KB untuk mewujudkan Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) nampaknya juga belum sepenuhnya
dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat. SDKI 2000-2003 mencatat
bahwa rata-rata jumlah anak yang ideal bagi wanita PUS adalah 2,9 anak.
Temuan ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap wanita PUS masih
menginginkan anak lebih dari dua. Selain itu, ada juga budaya yang
mengharuskan keluarga memiliki anak laki-laki maupun anak perempuan
dalam satu keluarga. Hal ini terbukti dari addanya sekelompok wanita yag
sudah memiliki banyak anak. Namun tetap tidak bersedia menggunakan alat
kontrasepsi. Kemungkinan diantara mereka belum memiliki anak dengan
jenis kelamin yang mereka inginkan.
5. Kelompok wanita yang sudah tidak ingin lagi tetapi menggunakan alat

kontrasepsi (unmed need). Menurut Mahmood,( 1991) dalam BKKBN dan
UNFPA, (2005) penyebab adanya kelompok wanita unmeet need antara lain
berkaitan dengan masalah keuangan, aspek kejiwaan, medis, waktu dan
biaya pelayanan, risiko kesehatan dan hambatan sosial.
6. Kelompok hard core yaitu kelompok wanita yang tidak mau menggunakan

alat kontrasepsi baik pada saat ini maupun pada waktu yang akan datang.
Menurut SDKI 2002-2003, pada saat survei diteukan wanita yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi 11.051 PUS dan dari kelompok tersebut, 42%
diantaranya menyatakan tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi
diwaktu yang akan datang. Selain kelompok wanita yang denga tegas

Universitas Sumatera Utara

21

menolak KB, dalam SDKI juga ditemukan 14% kelompok wanita yang
masih ragu-ragu apakah akan ikut KB atau tidak pada waktu yang akan
datang. Jika kelompok ini dapat didekati dengan melakukan KIE khusus.
Mereka masih diharapkan bersedia untuk menjadi peserta KB di masa yang
akan datang. Jika tindakan ini berhasil, tentunya akan dapat memberikan
kontribusi pada peningkatan angka prevalensi yang berdampak pada
menurunnya angka fertilitas di Indonesia.
2.2 Wanita Usia Subur
Wanita usia subur wanita yang berumur 15-49 tahun baik yang berstatus
kawin maupun yang belum kawin atau janda.
Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah wanita yang masih produktif, memiliki kesuburan normal
namun tidak menghendaki kehamilan.
2.3 Alat Kontrasepsi
2.3.1 Definisi Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti "mencegah" atau "melawan"
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari terjadinya
kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma (BKKBN,
2005).
Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode yang
digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Menurut
Prawirohardjo (2002), kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

Universitas Sumatera Utara

22

kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen.
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
fertilitas. Program Keluarga Berencana merupakan usaha langsung yang untuk
mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak sehingga tercapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(BKKBN, 2004).
2.3.2 Tujuan Kontrasepsi
1. Tujuan umum: pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan
gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS
2. Tujuan pokok: penurunan angka kelahiran yang bermakna, guna
mencapai tujuan tersebut,ditempuh kebijaksanaan menggolongkan
pelayanan KB ke dalam tiga Fase yaitu:
a. Fase menunda kehamilan/kesuburan
b. Fase menjarangkan kehamilan
c. Fase

fase

menghentikan/mengakhiri

kehamilan/

kesuburan

(Pinem,2009)
a. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan
yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Kriteria kontrasepsi yang
diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya
kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa
ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

23

Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah Pil KB,AKDR dan cara
sederhana.
b. Fase Mengatur/Menjarangkan Kelahiran
Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia 20-30 tahun.
Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu: efektifitas tinggi,reverbilitas tinggi
karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 3-4 tahun
sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, serta tidak menghambat produksi air
susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang cocok dan disarankan menurut kondisi ibu
yaitu AKDR,suntik KB,pil KB, atau Implant.
Pasangan keluarga dalam kondisi masa nifas atau pospartum secara khusus dapat
memilih metoda kontrasepsi seperti: kondom bagi suami,dan bagi ibu dapat
menggunakan suntik KB,Implant atau KDR/IUD. Keluarga perlu mengadakan
konsultasi ke tenaga kesehatan dalam memilih metoda kontrasepsi yang paling
sesuai dengan kondisi suami isteri.
c. Fase Mengakhiri Kesuburan/Tidak Hamil Lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur isterilebih 30
tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal
ini dapat menyebbkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan
anak. Disamping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah: metoda
kontap, AKDR,Implant,Suntik KB dan Pil KB. ( Suratun,dkk 2008)

Universitas Sumatera Utara

24

2.3.3 Manfaat Alat Kontrasepsi
Di bidang keluarga berencana,garis-garis Besar Haluan Negara 1978
mengamanatkan bahwa tujuan program keluarga berencana adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan Ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga
bahagia dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin
terkendalinya

pertumbuhan

penduduk

Indonesia

Pelaksanaan

keluarga

berencana diusahakan diperluas keseluruh wilayah dan lapisan masyarakat
termasuk daerah pemukiman baru. Penggunaan alat kontrasepsi dapat
memberikan beberapa manfaat yaitu dapat mengatur jarak kelahiran, menunda
kelahiran serta mencegah kehamilan (Hestiantoro, 2008).
2.3.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Dalam Memilih Alat Kontrasepsi
Ada beberapa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih
kontrasepsi

yaitu

faktor

pasangan,

faktor

kesehatan,

dan

faktor

metodekontrasepsi. Dalam faktor pasangan, harus mempertimbangkan dari segi
umur, gaya hidup, frekuensi senggama, dan jumlah anak yang diinginkan,
pengalaman dengan kontrasespsi yang lalu,skap kewanitaan dan sikap kepriaan.
Dalam faktor kesehatan,yaitu kontraindikasi absolut atau relatif seperti status
kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga,pemeriksaan fisik, pemeriksaan
panggul. Sedangkan dalam faktor metode kontrasepsi, harus mempertimbangkan
penerimaasn dan pemakaian yang berkesinambungan dari pihak calon akseptor,
pihak medis(petugas KB) efektifitas, efek samping minor kerugian, biaya dan
komplikasi potensial (Pinem,2009).

Universitas Sumatera Utara

25

Secara umum menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi dibagi menjadi
dua yaitu :
1. Cara temporer, yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun
sebelum menjadi hamil lagi.
2. Cara permanen, yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah
kehamilan secara permanen.
Menurut Saifuddin (2006), Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang
aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai
kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum
persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah :
1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.
2. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah
terjadinya kehamilan.
3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan
budaya di masyarakat.
4. Terjangkau harganya oleh masyarakat.
5. Bila pemakaian dihentikan, klien akan segera kembali kesuburannya.
2.3.5 Jenis Metode Kontrasepsi
A. Metode Kontrasepsi Sederhana
1. Tanpa alat atau obat antara lain:
a. Metode kalender (pantangan berkala)
b. Metode lendir serviks
c. Metode suhu basal

Universitas Sumatera Utara

26

d. Senggama terputus (Coitus interuptus)
e. Metode simpto-therma
2. Dengan alat atau obat antara lain:
a. Kondom
b. Intro vagina wanita antara lain :diafragma ,spons dan kap serviks
c. Kimiawi dengan spermisid antara lain : vaginal cream, vaginal foam,
vagina jelly, vagina suppositoria, vaginal tablet.

B. Metode Kontrasepsi Efektif (MKE)
1. Kontrasepsi hormonal:
a. KB pil ,antara lain : Pil Oral Kombinasi (POK), Mini Pil
b. KB Suntik : Depo Provera , Cylofem ,Norigest
2. Implant (AKBK)
3. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
C. Metode Kontrasepsi Mantap
a. Metode Operatif pria (MOP / Vasektomi)
b. Metode Operatif wanita (MOW/ Tubektomi) (Hartanto, 2007).
2.3.6 Kontrasepsi Hormonal
1. Pil KB
Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau
tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesterone. Pil ini
bekerja menekan ovulasi, yakni mencegah lepasnya sel telur dari indung telur dan
mengendalikan lendir mulut rahim sehingga lebih kental dan sperma sukar masuk
ke dalam rahim.

Universitas Sumatera Utara

27

a. Keuntungan Menggunakan Pil KB

1. Efektifitas tinggi, 1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama
bila digunakan setiap hari (hampir menyerupai efektifitas tubektomi).
2. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
3. Tidak mengganggu hubungan seksual
4. Siklus haid menjadi teratur, mencegah anemia karena banyaknya darah
haid berkurang, tidak terjadi nyeri haid
5. Dapat digunakan dalam jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya
6. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
7. Dapat dihentikan setiap saat
8. Keseuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
10. Dapat mmebantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak
pada payudara, dismenore atau akne.
b. Keterbatasan Menggunakan Pil Oral
1. Mual, terutama pada 3 bulan pertama
2. Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama
3. Pusing
4. Berat badan naik sedikit,tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat
badan memiliki dampak positif
5. Nyeri pada payudara

Universitas Sumatera Utara

28

6. Berhenti haid (amoneria) jarang terjadi pada pil kombinasi
7. Mengurangi produksi ASI
8. Pada sebagian kecil perempuan, dapat menimbulkan depresi dan
perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk bersenggama
berkurang
9. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga risiko
stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena meningkat sedikit.
Oleh karena itu perlu hati-hati pada perempuan usia> 35 tahun dan
merokok
10. Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS) HBV, HIV/ADS
11. Mahal dan membosankan karena harus menggunakan nya setiap hari
(Pinem,2009)
2. Implan
Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah kontrasepsi
yang diisetsikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas
atau di bawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas.
1. Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4

cm, diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dengan
lama kerja 5 tahun
2. Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40

mm. Diameter 2 mm, diisi dengan 68 mg 3 keto disogestrol dengan lama
kerja 3 tahun.

Universitas Sumatera Utara

29

3. Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

lenovorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
a. Keuntungan Menggunakan Implan
1. Daya guna tinggi (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
2. Memberi perlindungan jangka pankang (5 tahun)
3. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implan dicabut
4. Tidak perlu dilakukan periksa dalam
b. Keterbatasan Menggunakan Implan
1. Nyeri kepala
2. Nyeri payudara
3. Perubahan mood atau kegelisahan
4. Efektitifitasnya menurun jika menggunakan implan bersamaan dengan
penggunaan obat untuk epilepsi dan tuberkolosis
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Keuntungan Menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
1. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
2. Reversibel, berjangka panjang( dapat sampai 10 tahun tidak perlu
diganti)
3. Tidak memengaruhi hubungan seksual
4. Meningkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
b. Keterbatasana Menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
1. Perubahan siklus haid pada pemakaian 3 bulan pertama

Universitas Sumatera Utara

30

2. Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual
3. Tidak baik digunakan pada perempuan yang sering berganti-ganti
pasangan atau yang menderita IMS
4. Diperlukan prosedur meddis termasuk pemeriksaan pelvik dalam
pemasangan AKDR
4.Tubektumi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan
a. Keuntungan Kontrasepsi Tubektomi
1. Permanen
2. Tidak dipengaruhi oeh senggama
3. Baik bagi klien dimana kehamilan menjadi risiko yang serius
4. Tidak ada efek samping lam jangka panjang
b. Keterbatasan Kontrasepsi Tubektomi
1. Karena bersifat permanen maka tidak dapat dipulihkan kembali
2. Akseptor dapat menyesal dikemudian hari
3. Harus dilakukan oleh dokter terlatih
4. Tidak melindungi terhadap IMS
5. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur
transportasi

sperma

terhambat

dan

proses

fertilisasi

tidak

terjadi

(Saifuddin,2006)

Universitas Sumatera Utara

31

a. Keuntungan Kontrasepsi Vasektomi
1. Sangat efektif
2. Aman
3. Efektif setelah ejakulasi atau 3 bulan
4. Sederhana dan cepat
b. Keterbatasan kontrasepsi vasektomi
1. Diperlukan tindakan operatif
2. Kadang-kadang terjadi komplikasi seperti perdarahan atau infeksi
3. Tidak

langsung,

memberikan

perlindunga

total

sampai

semua

spermatozoa yang sudah ada di dalam sisem reproduksi distal dari tempat
oklusivas defrensi dikeluarkan.
2.3.7Suntikan
Suntik pada awalnya adalah hasil penelitian setelah perang, ketika tahun
1953, Dr. Junkman menemukan bahwa suntikan aksi-lama terbentuk bila
progestogen dan alkohol digabungkan. Pada tahun 1957, penelitian mulai
dilakukan pada Norigest suntik, saat ini dikenal sebagai Noristerat yang
dilisesnsi untuk pemakaian jangka pendek di Inggris, yaitu pemberian vaksin
Rubella. Pada tahun 1963, uji coba mulai dilakukan depoprovera suntik yang
dilisensi di Inggris untuk pemakaian jangka panjang pada tahun 1984 ketika
metode lain tidak cocok.
Dari dua kontrasepsi yang ada, depoprovera adalah yang paling banyak
digunakan. Namun, banyak wanita masih tidak menyadari keberadaannya atau

Universitas Sumatera Utara

32

mendapat informasi yang tidak akurat, yang menghambatdepoprovera diterima
sebagai sebuah metode (Everett Suzanne,2008).
Maka pada tahun 1990-an metode ini telah dilisensi sebagai pilihan
metode kontrasepsi pilihan pertama. Sampai saat ini jenis metode suntik yang
digunakan adalah suntikan kombinasi dan suntikan progestin (Suherni,dkk
2010).
a. Lokasi Penyuntikan
Lokasi penyuntikan KB baik kombinasi maupun suntkan progestin
consensus international bahwa disuntikkan di bokong yaitu pada musculus
ventro gluteal dalam. Musculus ini dapat diukur dari spina iliaca anterior
superior (SIAS) sampai dengan os coccygeus kemudian diambil 1/3 bagian dari

SIAS (Suherni,dkk 2010)
b. Cara Kerja Suntik KB
1. Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita
2. Mengentalkan

lendir

mulut

rahim,

sehingga

menghambat

spermatozoa(sel mani) masuk kedalam rahim
3. Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan
(Suratun,dkk 2008)
Terdapat dua jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di
Indonesia adalah:
A. Yang hanya mengandung hormon Progesterone yaitu:
a. Depo Provero 150 mg
b. Depo progestin 150 mh

Universitas Sumatera Utara

33

c. Depo Geston 150 mg
d. Noristerat 200 mg
Kontrasepsi progestin ini diberikan 3 bulan sekali atau 12 minggu sekali
c. Keuntungan suntikan Progestin
1. Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan kehamilan jangka
panjang
2. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami isteri
3. Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
4. Tidak memengaruhi ASI
5. Efek samping sedikit
6. Akseptor tidak perlu menyimpan ibat suntik
7. Dapat digunakan oleh perempuan yang berusia diatas 35 tahun sampai
perimenopause
8. Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
9. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
10. Mencegah bebrapa pemyebab penyakit radang panggul
11. Menurukan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
d. Keterbatasan Suntikan Progestin
1. Sering ditemukan gangguan haid. Pola haid yang normal dapat berubah
menjadi amenorea perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak,
perubahan dalam frekuensi, lama dan banyaknya darah yang keluar, atau
tidak haid sama sekali

Universitas Sumatera Utara

34

2. Pada waktu tertentu harus kembali untuk mendapatkan suntikan
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
4. Peningkatan berat badan.
5. Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual, inveksi
HIV, hepatitis B
6. Setelah pemakaian dihentikan kesuburan terlambat kembali karena
pelepasan obat suntikan dari depannnya belum habis
7. Pada pengunaan jangka panjang terjadi perubahan pada lipid serum,
dapat

sedikit

menurunkan

densitas(kepadatan)

tulang,

dapat

menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, dapat
menimbulkan

gangguan

emosi

(tetai

jarang),

sakit

kepala,

jerawat,nervositas.
e. Yang Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Usia reproduksi,nulipara dan yang telah memiliki anak
2. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitastinggi
3. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
4. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
5. Setelah abortus
6. Telah mempunyai banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi
7. Perokok
8. Tekanan darah 180/110 mmHg, masalah gangguan pembekuan daah atau
anemia bulan sabit
9. Menggunakan obat untuk epilepsi atau obat tuberkolosis

Universitas Sumatera Utara

35

10. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung esterogen
11. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
12. Mendekati usia menopause dan tidak mau atau tidak
13. Anemia defesiensi besi
f. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Progestin
1. Hamil atau dicurigai hamil karena risiko cacat pada janin per 100.000
kelahiran
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,terutama amenorea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Diabetes mellitus disertai komplikasin
6. Kanker pada traktus genitalia
7. Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntikan progestin (Pinem,2009)

2.3.7 Yang mengandung 25 mg Medroxy Progesterone acetat dan 5 mg
estaridiol cypionate yaitu cyclofem / suntikan kombinasi
a. Cara Kerja Suntik Kombinasi
1. Mengentalkan lendir serviks sehingga menggganggu penetrasi sperma
2. Menekan ovulaasi
3. Endometrium menjadi atrofi sehingga impalntasi terganggu
4. Menghambat trasnportasi gamet oleh tuba

Universitas Sumatera Utara

36

b. Keuntungan Suntikan Kombinasi
1. Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama
2. Risiko terhadap hubungan suami isteri
3. Tidak perlu dilakukan periksa dalam
4. Jangka panjang
5. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
c. Keterbatasan Suntikan Kombinasi
1. Terjadi perubahan pola haid seperti haid tidak teratur,perdarahan bercak
atau perdarahan sela sampai 10 hari
2. Mual sakit kepala, nyeri payudara ringan. Biasanya keluhan ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
3. Akseptor harus kembali setiap 30 hari untuk mendapat suntikan
4. Bila digunakan bersamaan dengan obat epilepsi atau tuberkoulosis
efektifitasnya berkurang
5. Dapat menyebabkan efek samping serius seperti serangan jantung,
stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya
tumor hati.
d. Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
1. Usia reproduksi, telah memiliki anak maupun belum
2. Ingin menggunakan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
3. Memeberikan ASI pasca persalinan
4. Pasca persalinan tetapi tidak menyusui

Universitas Sumatera Utara

37

5. Anemia
6. Nyeri haid hebat
7. Riwayat kehamilan ektopik
8. Sering lupa minum pil
e. Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
1. Hamil atau diduga hamil
2. Menyusui, kurang dari 6 minggu pasca persalinan
3. Perdarahan perpaginam yang belum jelas penyebabnya
4. Penyakit hati akut (virus hepatitis)
5. Usia > 35 tahun dan merokok
6. Riwayat penyakit jantung, store atau dengan tekanan darah tinggi
(>180/110 mmHg)
7. Keganasan pada payudara (Pinem,2009)

2.4Pengetahuan Dan Sikap
2.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi
melalui

penginderaan

manusia

yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang(Notoadmodjo, 2002).

Universitas Sumatera Utara

38

2.4.2

Tingkat Pengetahuan

1. Tahu (Know)
Tahu artinya sebagai mengingat sesuatu materi yang dipelajari
sebelumnya yakni mengingat kembali secara spesifik dari seluruh badan yang
dipelajari atau yang dirangsang yang telah diterimanya.Oleh karena sebab itu,
tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Misalnya dapat
menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan lain sebagainya.
2. Pemahaman (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar. Misalnya dapat menyimpulkan, meramalkan, menjelaskan dan lain
sebagainya dari objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, maksudnya dapat
menggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan rumus statistik
dalam perhitungan hasil penelitian dan lain-lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisir tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Misalnya dapat
menggambarkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

39

5. Sintetis (Synthesis)
Sintetis menunjukan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari

formulasi-formulasi

yang

ada

misalnya

dapat

menyusun,

dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah
ada.Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak
yang kekurangan gizi, dapat mengenali terjadinya wabah diaredisuatu tempat,
dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB dan
sebagainya.
2.4.3 Cara memperoleh pengetahuan
1. Cara tradisional
Meliputi cara coba-coba (Trial and Error), berdasarkan kekuasaan atau
otoritas, melalui pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran.
2. Cara modern
Pengetahuan yang diperoleh dengan cara metode penelitian ilmiah, yang
bersifat sistematis, logis dan ilmiah.
2.4.4 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek.Manisfestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

Universitas Sumatera Utara

40

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap secara
nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam perilaku karena dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mendukung yaitu latar belakang, pengalaman individu,
motivasi, status kepribadian dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003)
Menurut G. W. Allport 1935 sikap adalah keadaan mental dan saraf dari
kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
dinamik/terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang
berkaitan dengannya.
Menurut Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
2.4.5 Komponen sikap
Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen
pokok, yaitu :
1. Kepercayaan (Keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (Tend to behive)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(Total attitude). Dalam sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003)

Universitas Sumatera Utara

41

2.4.6 Tingkatan Sikap
Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah,
adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valving)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertangggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih nya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.4.7 Pengukuran Sikap
Sikap tidak bisa diukur dengan melihat secara langsung.Hanya dapat
dilihat dengan open - ended question (pengukurann sikap secara verbal) yaitu
menanyakan langsung kepada seseorang untuk mengetahui sikapnya (Azwar,
1997).
Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa diantara banyak metode
pengungkapan sikap yang secara

Universitas Sumatera Utara

42

historic telah dilakukan orang yaitu :
a. Observasi Perilaku
Sikap ditafsirkan dari bentuk perilaku yang nampak. Dengan kata lain untuk
mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan
perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator individu
b. Penanyaan langsung
Wajar kalau banyak yang beranggapan bahwa sikap seseorang dapat
diketahui dengan menanyakan langsung pada yang bersangkutan.
c. Pengungkapan langsung
Suatu versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung
secara tertulis yang dapat dilakukan dengan aitem tunggal maupun aitem ganda
(Ajen, 1998).
Prosedur pengungkapan langsung dengan aitem tunggal sangat
sederhana.Responden diminta menjawab langsung suatu pertanyaan sikap
tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Dengan menggunakan
aitem ganda adalah teknik diferensi sematic dirancang untuk mengungkapkan
efek atau perasaan yang berkaitan dengan sutau objek sikap (Azwar, 1991).
2.4.8 Skala Sikap
Sikap dapat diukur dengan mempergunakan Skala Likert, yaitu :
merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi
responden sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Kelompok uji coba ini
hendaknya memiliki karakteristik yang semirip mungkin dengan karakteristik
individu yang hendak diungkapkan sikapnya.Skala Likert dipergunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

43

mengukur sikap yang terdiri dari komponen sangat setuju, setuju, tidak setuju,
sangat tidak setuju.(Arikunto, 1997).
2.4.9 Teori Perubahan Sikap
1. Teori keseimbangan
Keadaan keseimbangan atau ketidakseimbangan selalu melibatkan tiga unsur
yaitu : individu, orang lain, dan objek sikap. Teori keseimbangan menunjukan
kepada suatu situasi dimana hubungan antara unsur-unsur yang ada berjalan
harmonis sehingga tidak terdapat tekanan untuk mengubah keadaan.
2. Teori kesesuaian
Merupakan pernyataan hubungan penilaian yang bersifat menolak atau tidak
membenarkan, kesesuaian dengan sikapnya.
3. Teori konsisten
Orang akan

membuat

sesuatu

dengan

sikapnya,

sedangkan

berbagai

tindakannyapun akan bersesuaian dengan yang lain (Azwar, 2007).
2.5 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana

adalah keterjangkauan tempat

pelayanan

ktersedianya alat kontrasepsi. Faktor akses terhadap pelayanan kesehatan sangat
mempengaruhi pelayanan kesehatan. Mengenai akses pelayanan, ada 2 aspek
utama, yaitu ketersediaan dan keterjangkauan. Ketersediaan adalah tersedianya
fasilitas pelayanan kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai.
Keterjangkauan pelayanan kesehatan mencakup jarak, waktu, danbiaya.
Tempat

pelayanan

yang

lokasinya

tidak

strategis/sulit

dicapai

menyebabkan berkurangnya akses

Universitas Sumatera Utara

44

terhadap pelayanan kesehatan. Perlu adanya jaminan bahwa pelayanan kesehatan
profesional dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dalam Azwar (2006) syarat pelayanan kesehatan yang baik itu haruslah
tersedia dan berkesinambungan yang artinya semua jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan dan mudah dicapai, pengertian
ketercapaian yang dimaksud disini terutama dilihat dari sudut lokasi. Bila
fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang
tersedia maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan.
2.5.1 Peran Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat
kontrasepsi, petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi
pelayanan, informasi, penyuluhan, dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi.
Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap akhir pemilihan dan
pemakaian alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam
pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat
kontrasepsi setelah mendapat dorongan dari petugas kesehatan. Petugas
kesehatan merupakan pihak yang mengambil peran dalam tahap akhir proses
pemilihan dan pemakaian kontrasepsi (Budiadi,dkk, 2013).

Universitas Sumatera Utara

45

2.5.2 Dukungan Suami
Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan wanita
danpria dalam berbagai bidang kehidupan. Pada umumnya kesenjangan ini dapat
dilihat dari faktor akses, partisipasi, manfaat dan pengambilan keputusan
(kontrol).
Dalam pelaksaan program keluarga berencana selama ini, isu gender yang paling
mencolok adalah:
1. Akses pria terhadap informasi dan pelayanan Kb masih terbatas. (hanya
39% pria tahu tentang vasektomi dan lebih dari 88% tahu tentang berbagai
metode KB bagi wanita, serta menganggap KB sebagai urusan wanita).
2. Peserta KB pria baru mencapai 1,3% dari total 58,3% peserta KB.
3. Sampai saat ini pria yang mengetahui manfaat KB bagi diri sendiri
dankeluarganya masih sangat sedikit.
4. Masih dominannya suami dalam pengambilan keputusan KB dan kesehatan
reproduksi(Suratun,dkk, 2008)
Ketidaksetaraan gender dalam bidang KB dan kesehatan reproduksi
akanberpengaruh pada keberhasilan program. Salah satu upaya untuk
mengurangi ketidaksetaraan gender adalah suami atau istri diharapkan dapat
menjadi motivator bagi suami atau istrinya untuk menjadi akseptor KB dan jika
memungkinkan menjadi motivator bagi masyarakat luas (BKKBN,2004).
Metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling
percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih
metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai

Universitas Sumatera Utara

46

pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian
(Hartanto,2007)

2.6 Kerangka Teori
Menurut teori Green et al. (1999) dalam Notoatmodjo (2012) , kesehatan
individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor
perilaku (behavior causes)dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Selanjutnya faktor perilaku ini termasuk dalam hal tindakan pemilihan alat
kontrasepsi ditentukan oleh tiga kelompok faktor meliputi:faktor predisposisi,
faktor pemungkin (enabling) dan faktor penguat (reinforcing) :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor ). Faktor predisposisi mencakup
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi
seorang atau kelompok untuk bertindak.
2. Faktor pemungkin (enabling factor ). Faktor pemungkin mencakup berbagai
keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan.
Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya,
biaya, jarak ketersediaan transportasi, waktu dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factor ). Faktor penguat adalah faktor yang
menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber
penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor penguat bisa berasal
dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga.
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari

Universitas Sumatera Utara

47

orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,
sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen

Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Umur
4. Pendidikan
5. Agama
6. Penghasilan
7. Status pekerjaan

Faktor Enabling :
1. Sarana dan Prasarana

Variabel Dependen
Pemilihan Metode
Kontrasepsi Suntik

Faktor Reinforcing :
1. Peran petugas kesehatan
2. Dukungan Suami

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Losung Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

5 54 121

Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Malaria di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2004

1 37 82

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi SiKap Nelayan Buruh Terhadap Juragan (Toke) (Studi Kasus: Desa Bagan Dalam, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Asahan)

0 46 100

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 2 138

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 0 19

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2016

0 0 28

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT WANITA USIA SUBUR MEMILIH METODE KONTRASEPSI MOW (METODE KONTRASEPSI WANITA) DI DESA BUTUH

0 0 12