KSAN Ciptakan Masa Depan Sanitasi dan Ai

KSAN Ciptakan Masa Depan Sanitasi dan
Air Minum Indonesia yang Layak
Oleh: Anwar Effendi
25 Oktober, 2015 - 10:04
NASIONAL
JAKARTA, (PRLM).- Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL)
Nasional tahun ini kembali menggelar Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN)
yang akan dilaksanakan pada 11 November 2015 di Jakarta. Program dua tahunan ini merupakan
salah satu ajang advokasi terbesar dan paling strategis di tingkat nasional yang telah berlangsung
sejak 2007.
Pada penyelenggaraannya yang kelima ini, KSAN akan mengusung format penyelenggaraan
yang sangat berbeda dan lebih inovatif demi meningkatkan peran advokasi kepada seluruh
elemen masyarakat, mulai dari pemangku kepentingan dan terutama para generasi muda. Dengan
tema “Mencipta Masa Depan Sanitasi dan Air Minum Indonesia”, Pokja AMPL Nasional
memiliki harapan besar bahwa KSAN 2015 dapat menjadi tonggak awal pencapaian target akses
universal sanitasi dan air minum di Indonesia pada tahun 2019.
Sebagai bagian dari rangkaian acara KSAN 2015, Pokja AMPL menggelar berbagai program
public engagement untuk semakin menyebarluaskan misi masa depan sanitasi dan air minum di
Indonesia melalui cara yang lebih membumi bagi masyarakat. Program pendukung ini dilakukan
secara mandiri maupun melalui kerjasama dengan mitra AMPL. Program pendukung yang
dilakukan antara lain partisipasi di Hari Habitat Dunia 2015 di Bali, penyusunan comic strip

bertema sanitasi dan air minum, serta pelaksanaan Lomba Menulis Dongeng Anak, dan lain-lain.
Pada Hari Habitat Dunia 2015 yang berlangsung di Bali pada 11 Oktober lalu, Pokja AMPL
Nasional selaku panitia dari KSAN membuka stand, di bawah koordinasi Kementerian
PPN/Bappenas. Stand Bappenas tersebut dikunjungi oleh berbagai kalangan, seperti Direktur
Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) dan Wakil
Gubernur Provinsi Bali, delegasi Kementerian PU-PR, delegasi Kementerian Pariwisata, delegasi
Kementerian Agraria dan Pertanahan, delegasi Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan, delegasi
Bappeda Kota Banjarmasin, delegasi Bappeda Kab. Tabanan, delegasi Bappeda Kab. Wonosobo,
anggota Pokja AMPL Kab. Tabanan, Konsultan, delegasi IndII, Teruni Bali 2014, mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi di Jawa dan Bali, serta masyarakat yang ikut meramaikan Hari Habitat
Dunia 2015.
Stand Bappenas mengusung konsep yang menampilkan rangkaian poster comic strip mengenai
“Air dan Sanitasi di Permukiman Kumuh.” Tampilan komik yang menarik dan cerita yang unik

berhasil menarik minat para pengunjung Hari Habitat Dunia 2015 untuk mengetahui lebih jauh
mengenai sanitasi dan air minum yang digambarkan pada komik tersebut.
Comic strip sendiri merupakan salah satu program public engagement KSAN 2015 yang
diharapkan bisa menggelitik kesadaran masyarakat dengan cara yang lebih menyenangkan.
Melalui komik tersebut, masyarakat diajak untuk melihat keadaan di sekitar mereka dan lebih
peduli dengan lingkungan. Komik yang dirilis secara rutin tersebut bisa dengan mudah

disebarkan ke berbagai media sosial demi menjangkau berbagai kalangan, khususnya anak muda.
Pemilihan komik sebagai media penyebaran pesan sanitasi dan air minum dilakukan karena lebih
mudah dipahami dan tidak memerlukan penjelasan panjang lebar. Tidak seperti iklan layanan
masyarakat yang umumya monoton, melalui comic strip tema-tema umum di bidang sanitasi dan
air minum seperti hemat air, ajakan untuk tidak buang air besar sembarangan (BABS), rendahnya
kesadaran akan pentingnya sanitasi, dan lain-lain disajikan secara enteng. Dalam pembuatan
comic strip ini, Pokja AMPL bekerjasama dengan dengan salah satu komikus berbakat, Adimas
Bayu, atau lebih dikenal dengan Masdimboy.
Program pendukung lain yang digelar dalam rangka KSAN 2015 adalah Lomba Menulis
Dongeng Anak 2015 yang bekerjasama dengan Nusantara Bertutur. Melalui lomba ini, panitia
mengajak masyarakat menulis dongeng dengan tema kondisi sanitasi dan air minum saat ini dan
harapan mengenai sanitasi dan air minum di masa depan. Sasaran dari kegiatan ini adalah
generasi muda Indonesia mengingat merekalah yang nantinya akan menjadi pemimpin di masa
depan.
“Program public engagement yang telah dilaksanakan tersebut baru pemanasan saja dari kegiatan
KSAN sendiri. Pada pelaksanaan KSAN 11 November mendatang, kami akan menghadirkan 16
pahlawan sanitasi dan air minum di Indonesia. Selain itu, akan ada pemberian penghargaan bagi
kabupaten/kota dengan peningkatan akses air minum terbaik serta sanitasi terbaik, suara dari
para public figure/selebriti, serta agenda penting bidang sanitasi dan air minum di Indonesia,”
ungkap Nugroho Tri Utomo, Direktur Permukiman dan Perumahan, Kementerian

PPN/Bappenas, selaku Ketua I Pokja AMPL Nasional.
“Kami tak henti-hentinya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli dengan
masalah sanitasi dan air minum di Indonesia. Program KSAN yang kami adakan diharapkan bisa
menggugah masyarakat untuk semakin sadar akan pentingnya sanitasi dan air minum layak bagi
semua. Hal ini juga sejalan dengan target Universal Akses 2019 yang tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Target dari Universal Akses
2019 adalah seluruh penduduk Indonesia sudah harus memiliki akses sanitasi dan air minum
yang layak pada akhir tahun 2019,” jelas Nugroho.(rls/A-147)***

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan
harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis
dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari
tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air
seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian.
Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya
perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki
septik), atau praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).
Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya

kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.[1] Sementara beberapa definisi lainnya menitik
beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian
lingkungan.[2][3]

Daftar isi
Sanitasi dan air
Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, di mana sanitasi
berhubungan langsung dengan [4]:
1. Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya
berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak
benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah
tidak efektif.[4]
2. Penggunaan air. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan
bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah
tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari,
mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per
siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga
tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang
unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa
meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di

daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa
menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar. [4]
3. Biaya dan pemulihan biaya.[4]
a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat
dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi
penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan
kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak
terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan
menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan
biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk
konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih
baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio
meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1
untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi
190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter. [4]
b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah
merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi
disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung
mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak
dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan

ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat. [4]

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Uraian singkat
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah satu Program Nasional di bidang sanitasi
yang bersifat lintas sektoral. Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh
Menteri Kesehatan RI. STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare
dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.
Sedangkan indikator output-nya adalah sebagai berikut [5]:
1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi
dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di
sembarang tempat (ODF).
2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan
yang aman di rumah tangga.
3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas
(seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia
fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang
mencuci tangan dengan benar.

4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar. [5]

Sejarah
STBM mulai diuji coba tahun 2005 di 6 kabupaten (Sumbawa, Lumajang, Bogor, Muara Enim,
Muaro Jambi, dan Sambas). Sejak tahun 2006 Program STBM sudah diadopsi dan
diimplementasikan di 10.000 desa pada 228 kabupaten/ kota. Saat ini, sejumlah daerah telah
menyusun rencana strategis pencapaian sanitasi total dalam pembangunan sanitasinya masingmasing. Dalam 5 tahun ke depan (2010 – 2014) STBM diharapkan telah diimplementasikan di
20.000 desa di seluruh kabupaten/ kota.[5]

Latar belakang
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi
masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun
2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam,
kebun dan tempat terbuka.[5]

Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat
dalam mencuci tangan adalah
(i) setelah buang air besar 12%,
(ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%,

(iii) sebelum makan 14%,
(iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan
(v) sebelum menyiapkan makanan 6 %.

Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga
menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut
masih mengandung Eschericia coli.