PENELITIAN KUALITATIF TAHAP TAHAP PENELI (1)
PENELITIAN KUALITATIF
TAHAP-TAHAP PENELITIAN KUALITATIF
Kelompok 6
1.
Verra Fransiska (1306347875)
2. Mega Nisfa Makhroja (1306347793)
3. El Bram Apriyanto (1306427024)
Program Magister Hubungan Internasional
Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
2013
I.
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Penelitian kualitatif adalah strategi penelitian yang biasanya lebih mementingkan
pernyataan-pernyataan daripada angka-angka baik dalam pengumpulan maupun pengamatan
data (Bryman : 266). Pertti Alasuutari (1995:7) mengidentifikasi ciri utama penelitian
kualitatif dengan membedakannya dari penelitian kuantitatif: ketika kerja kuantitatif berusaha
untuk membuat kesimpulan dengan memeriksa frekuensi keterkaitan sebab dan akibat,
analisis kualitatif justru memakai jenis penalaran yang mirip dengan pemecahan teka-teki.
Dia menjelaskan ini sebagai berikut:
Setiap informasi atau petunjuk bisa berlaku untuk beberapa hal, tetapi semakin banyak
informasi tersedia, semakin kecil jumlah solusi yang mungkin. Setiap petunjuk atau potongan
informasi sama pentingnya, dalam penyelesaian teka-teki – atau penelitian kualitatif – setiap
potongan informasi harus cocok dengan gambar yang ditawarkan sebagai solusi.
Setelah membaca ketiga definisi di atas, ternyata pemaknaan terhadap penelitian kualitatif
bisa relatif bervariasi. Ini mungkin menunjukkan kepada kita bahwa penelitian kualitatif
bukanlah perihal sederhana.
Idealnya, dalam memahami penelitian kualitatif kita perlu mencari seperangkat
kekhususan yang ada pada penelitian itu dan tidak ada pada penelitian jenis lain. Dengan
demikian berarti tak satu pun definisi di atas sukses dalam menunjukkan ini. Proposisi Alan
Bryman sebenarnya menggaris bawahi ciri yang penting, yaitu minimnya pemakaian angka
dalam penelitian kualitatif. Sayangnya, pemakaian kata-kata dalam pengumpulan data dan
analisis bukanlah ciri yang hanya ada pada penelitian kualitatif: kata-kata juga sangat penting
dalam hal pengisian kuesioner kuantitatif; dan secara garis besar ada lebih banyak kata
daripada angka dalam bagian analisis pada laporan penelitian kuantitaif.
Setelah mempelajari penelitian kuntitatif pada materi sebelumnya, perlu adanya
pemahaman mengenai penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif berbeda dengan dengan
penelitian kuantitatif. Sebagai langkah awal, kelompok kami akan memaparkan tentang
tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tahap-tahap penelitian kualitatif?
2. Bagaimanakah teori dan konsep dalam penelitian kualitatif?
3. Bagaimanakah Reliabilitas dan Validitas dalam penelitian kualitatif
I.3. Tujuan
1. Untuk Bagaimanakah tahap-tahap penelitian kualitatif?
2. Bagaimanakah teori dan konsep dalam penelitian kualitatif?
3. Bagaimanakah Reliabilitas dan Validitas dalam penelitian kualitatif
II. Pembahasan
Penelitian kualitatif disamakan dengan pemecahan teka-teki (Perti : 1995). Namun
apakah penalaran macam itu hanya ada pada penelitian kualitatif? Ada beberapa strategi
yang dapat dipakai untuk menemukan kekhasan dalam penelitian kualitatif. Salah satunya
adalah dengan melihat sejarah pemakaian istilah kualitatif itu sendiri menjelaskan bahwa
istilah tersebut diserap: ‘Dari bahasa Latin, qualitas yang merujuk pada fokus utama yaitu
kualitas corak yang ada – yang membedakannya dari jenis lain – sambil mengontraskannya
dengan quantitas yang merujuk kepada fokus utama pada perbedaan dalam hal jumlah’
pendekatakan etimologi kadang dapat mencerahkan – dalam kasus ini hasilnya mirip
dengan definisi yang dibuat oleh Bryman
A. Tahap-tahap Utama dalam Penelitian
Tahap-tahap utama dalam penelitian kualitatif (Bryman : 269) :
General Research Questions
Selecting Relevant site(s) and
subjects
Collection of relevant data
5b. Collection futher
data
Interpretation of data
Conceptual and theoretical
work
5a. Thighter specification of the research
question(s)
Write up findings/conclussion
Langkah-langkah
Untuk menjelaskan ini Bryman memakai penelitian Foster (1995) mengenai kriminalitas
dalam masyarakat. Alurnya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan pertanyaan dasar penelitian
Foster sudah memegang asumsi dasar bahwa kriminalitas lebih sering terjadi di
perumahan yang penduduknya relatif miskin. Ada juga asumsi lain yang mengatakan
bahwa kriminalitas itu meninggi karena lemahnya kontrol sosial. Berdasarkan itu
Foster meneliti masyarakat yang tinggal di perumahan dewan (perumahan yang
dibangun oleh dewan), karena perumahan yang demikian diduga memiliki kontrol
sosial yang sudah diatur sedemikian rupa.
Bagaimana kontrol sosial memengaruhi tingkat kejahatan dalam sebuah
perumahan?
2. Memilih area penelitian yang relevan
Yang diteliti oleh Foster pada saat itu adalah sebuah perumahan dewan yang tingkat
kriminalitasnya justru tinggi. Perumahaan itu diberi alias Riverside.
3. Pengumpulan data yang relevan
Selama 18 bulan Foster “terlibat dalam banyak aspek kehidupan yang mungkin, mulai
dari menghadiri pertemuan antarpedagang, kelompok ibu dan balita, aktivitas orang
muda, sampai bersosialisasi dengan warga di bar lokal.” Foster juga melakukan
wawancara khusus dengan 45 orang penduduk lokal, 25 orang dari pihak berwenang
seperti polisi atau petugas perumahan. Berdasarkan laporannya, Foster mempunyai 2
tipe data: catatan lapangan dari pengamatan sehari-hari dan catatan terinci seperti
transkrip wawancara.
4. Penafsiran data
Salah satu temuan utama dari data yang terkumpul adalah bahwa penduduk daerah itu
sadar betul bahwa daerah mereka banyak penjahatnya, tetapi bagi mereka itu bukan
masalah besar. Masalah besar di benak masyarakat lokal adalah perihal ketersediaan
tempat tinggal. Menariknya lagi, masyarakat sudah menganggap lumrah kejahatankejahatan yang terjadi karena alasan ekonomi, sehingga mereka memberi toleransi.
Selain itu, tidak sesuai dengan ekspektasi mengenai kontrol sosial pada perumahan
dewan, Foster justru tidak menemukan bukti yang jelas tentang adanya kontrol sosial
di Riverside. Kontrol sosial informal seperti mempermalukan para pelaku kriminal
pun tidak ada.
5. Pengonsepan dan peneorian
Dalam penelitian ini Foster tidak menemukan konsep baru tetapi dapat melihat
keterkaitan antarasumsi yang ia pegang pada langkah awal.
5a. Mempertajam pertanyaan penelitian
5b. Pengumpulan data lebih lanjut
Dalam fase ini apabila Foster menemukan fakta lain yang baru, Foster
bisa melakukan wawancara ulang dengan tujuan yang lebih dalam dan
lain-lain.
6. Penulisan kesimpulan
Tidak ada perbedaan besar antara menulis kesimpulan kualitatif dan
kuantitatif. Yang harus dilakukan di sini adalah meyakinkan pembaca akan
kredibilitas dan keterkaitan interpretasi-interpretasi yang diberikan. Sensasi yang
dilihat atau didengar oleh peneliti selama melakukan pengamatan sebisa mungkin
tersampaikan kepada pembaca.
B. Teori dan Konsep
Teori
Hampir sebagian besar penelitian kualitatif melihat bahwa teori sebagai sesuatu
yang muncul setelah pengumpulan dan analisis data. Namun beberapa peneliti kualitatif
juga sepakan bahwa data kualitatif dapat dan harus memiliki aturan yang penting dalam
hubungannya untuk mengetes teori secara baik. Kemunculan step 5a. a. Thighter
specification of the research question(s) dan 5b. Collection futher data adalah untuk
mengetes teori tersebut. Silverman mengatakan bahwa “...is undoubtedly correct that prespecified theories can be and sometimes are tested by qualitative data, but the generation
of theory tend to be the preferred approach (Bryman : 271)”. Maksudnya adalah teori
spesifik memang dapat dan digunakan untuk mengetes teori, namun teori turunan lebih
sering digunakan dalam pendekatannya. Meskipun penelitian kualitatif tidak digunakan
untuk menguji teori spesifik, namun tetap ada pengujian teori didalamnya.
Konsep
Sebagian peneliti kualitatif mengembangkan pengukuran konsep tidak sesuai
dengan urutan penelitian, namun konsep menjadi bagian yang sangat banyak dalam
pelaksanaan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, konsep dielaborasikan
dengan indikator. Sementara dalam penelitian kuantitatif konsep digunakan sebagai
arahan penting dalam menemukan hal-hal empiris. Kepekaan peneliti merupakan sebuah
keharusan untuk menemukan konsep yang sesuai untuk memfasiltasi dan penunjuk arah
menemukan pendekatan yang empiris dalam penelitian.
C. Reliabilitas dan aliditas dalam penelitian kulitatif
Realibilitas dan validitas dalam penelitian kualitatif berbeda dengan validitas dan
kuantitas dalam penelitian kuantitatif. Seperti kita ketahui bahwa penelitian kualitatif
lebih menekankan pada isu pemaparan dan deskripsi fenomena menggunakan bahasa dan
kata-kata. Pengukuran menjadi sesuatu yang agak sulit dalam penelitian kualitatif
dibanding penelitian kuantitatif. Oleh karena itu ada beberapa adaptasi yang dilakukan
dalam penelitian kualitatif terkait pengukuran validitas dan realibilitasnya.
Reliabilitas
i. External Reliability
External reliability, by which they mean the degree to which a study can be
replicated(Bryman
:
273).
Maksudnya
adalah
hasil
penelitian
dapat
direplikasikan ketika dilakukan penelitian kembali. Hal ini sedikit sulit karena
kesulitan untuk menghentikan kondisi sosial yang terjadi saat itu. Strategi yang
digunakan adalah mengenali tanda-tanda untuk melakukan pendekatan alat-alat
dalam reliabilitas eksternal. Contohnya, menganjurkan pada peneliti kualitatif
untuk mereplikasikan penelitian etnografis perlu mengadopsi nilai-nilai sosial
yang serupa yang telah diadaptasi oleh peneliti sebelumnya.
ii. Internal Reliability
Internal Reliability by which they mean wheter, when there is more than one
observers, members of the research team agree about what they see and
hear(Bryman : 273). Hal ini berarti adanya kesamaan pemahan dan pendapat
dari para peneliti atau disebut “inter-observer consistency”
Validitas
i. Internal Validity, by which they mean whether there is a good match between
researchers observations and the theoretical ideas they develop (Bryman : 273).
Adanya kesesuaian antara observasi dengan teori yang digunakan dalam
penelitian. Validitas internal merupakan hal yang sangat kuat dalam penelitian
kualitatif.
ii. External Validity, which refers to the degree to which findings can be
generalizzed across social settings (Bryman : 273). Hasil penemuan dapat
menjadi generalisasi dalam kondisi sosial. Hal ini masalah karena penelitian
kualitatif cenderung bersifat studikasus dan sampel yang kecil.
Selain Realibilitas dan Validitas, alternatif yang dapat digunakan dalam melakukan
kriteria penelitian yaitu :
a. Trustworthiness
Memiliki empat kriteria yang sama dengan penelitian kuantitatif
1. Credibility, paralel dengan validitas internal
Kredibilitas menjadi suatu yang sangat ditekankan dalam berbagai laporan
terkait realitas sosial terutama untuk mengetahui aspek kelayakan suatu
penelitian. Kredibilitas menentukan suatu penelitian dapat diterima atau tidak.
Kredibilitas ini juga bisa kita uji melalui metode triangulasi.
2. Transferability, paralel dengan validitas eksternal
Karena penelitian kualitatif terbatas pada studi intensive dan kelompok kecil,
penemuannya dapat diorientasikan menjadi konteks yang unik dan signifikan
dalam dunia sosial yang sedang dipelajari.
3. Dependability, paralel dengan reliabilitas
Sejalan dengan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, dependability untuk
membetuk kepantasan/kesesuain dari ide penelitian sesuai standar kelayakan,
peneliti harus melakukan auditing misalnya terkait proses penelitian seperti
problem formulation,selection research participant, fieldwork notes, dan lainlain.
4. Confirmability, paralel dengan objektivitas
Perhatian untuk menjamin bahwa meskipun mengakui objektivitas yang penuh
dalam penelitian sosial, peneliti dapat menunjukkan kejujuran, maksudnya tidak
terlalu subjektif terhadap nilai-nilai personal.
b.
Authenticity
1.
Fairness, apakah penelitian menggambarkan perbedaan pandangan ditengah
kondisi sosial yang ada?
2.
Ontological authenticity, apakah penelitian membantu peserta untuk mencapai
pemahaman tentang lingkungan sosial mereka?
3.
Educative Authenticity, apakah penelitian membantu mereka untuk lebih
menghargai pandangan mereka tentang anggota lain dalam kehidupan sosial?
4.
Catalic Authenticity, dapatkah penelitian mendorong anggota dalam
melakukan perubahan dalam kondisi sosial mereka?
5.
Tactical Authenticity, dapatkah penelitian memberikan kekuatan kepada
anggota untuk mengambil langkah penting dalam tindakannya?
Melakukan evaluasi dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif memang berbeda.
Kriteria yang diperlikan juga berbeda. Namun penelitian ilmu sosial secara kualitatif
telah berusaha menempatkan validitas dan relevansi dalam penelitian mereka sebagai
kriteria penting dalam penelitian kualitatif.
Selain evaluasi penelitian, yang sering dipermasalahkan dalam penelitian kualitatif
terkait isu. Penelitian kuantatif dapat menggunakan ruang lingkup yang luas dan
generalisasi terhdap fenomena, namun dalam kualitatif isu terbatas dalam skala kecil
namun dikaji secara mendalam.
Ciri Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif lebih menekankan pada pemahaman mendalam mengenai sebuah
proses dan bertujuan melakukan konstruksi sosial berdasarkan keterlibatannya secara
langsung dalam penelitian.
Ciri utama dari tahapan/prosedur penelitian kualitatif antara lain :
1. Melihat dari suatu kasus dari kacamata peneliti.
Karena subjek penelitian adalah adalah realitas sosial, maka penelitian kualitatif
memandang suatu kejadian dan realitas sosial sebagai sesuatu yang dapat diartikan
secara bebas oleh peneliti.
Oleh karena itu, setiap peneliti harus terlibat secara langsung dalam setiap
penelitiannya, agar dapat menghasilkan argumentasi dari pengamatannya tersebut.
2. Fokus dalam mendeskripsikan detail isi masalah.
Lebih berkonsentrasi kepada penjelasan suatu masalah dan berusaha mencari detail
jawaban yang masuk akal.
3. Fokus pada proses interaksi
Suatu penelitian kualitatif mencoba mencari tahu tentang proses dan interaksinya.
Dalam melakukan penelitian terhadap fenomena sosial, peneliti melakukan observasi
untuk mendapatkan gambaran kehidupan sosial dan interaksi sosial tersebut.
Sebagai contoh : Penelitian yang dilakukan Lewis (1961) yang mencoba
mengungkapkan mengenai kemiskinan yang dialami masyarakan Mexico.
Lewis melakukan wawancara dan merekam hasil wawancaranya tersebut dengan
berbagai anggota keluarga di Mexico.
4. Metoda terstruktur ,fleksibel dan terbatas.
Walaupun fokus pada fenomena sosial yang otomatis cakupannya sangat luas, namun
dalam suatu penelitian kualitatif, suatu penelitian dilakukan dengan lebih sedikit
kasus dan subjek penelitian.
Dalam pengumpulan data, peneliti fokus pada cakupan komunitas terbatas untuk
mencapai tujuan penelitiannya.Metoda bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan
tergantung pada situasi penelitian saat itu.
Kritikan terhadap Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif juga dapat menimbulkan kritikan, antara lain :
1. Terlalu subjektif.
Penelitian kualitatif dapat menghasilkan suatu konsep yang terlalu subjektif.
Karena sesuai dengan cara pandang peneliti dan cakupan kehidupan sosial yang
dipilihnya.
Seringkali timbul pertanyaan mengapa hanya satu area saja yang dipilih sebagai
bahan penelitian dan mengapa hanya fokus pada suatu masalah, tidak pada
masalah lain yang timbul menyertainya.
Hal ini karena penelitian kualitatif cenderung membangun penelitiannya dari
kumpulan pertanyaan terbuka yang dapat menimbulkan cakupan yang lebih luas.
2. Sulit diaplikasikan pada hal umum.
Hal ini karena kecendrungan penelitian kualitatif mengakibatkan sulitnya
ditetapkan standar baku prosedur penelitannya.
Terdapat berbagai macam kemungkinan yang dapat timbul dari issue yang ada.
3. Menimbulkan masalah pada generalisasi.
Karena skup investigasi pada suatu penelitian kualitatif sulit diprediksi, maka
ketika suatu penelitian dilakukan pada komunitas kecil / organisasi tertentu, maka
akan sulit untuk menggeneralisasikannya pada skala lainnya.
Tidak semua kasus dapat disamakan persepsinya.
4. Kurang Transparan.
Penelitan ini agak sulit untuk menentukan alasan penetapan masalah dan cakupan
penelitian.
Perbedaan antara Kualitatif dan Kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Kualitatif berupa kata-kata dan gambar, melakukan konstruksi realitas
sosial, culturan meaning, sedangkan kuantitatif pada fakta-fakta objektif dan berupa
angka .
2. Penelitian Kualitatif fokus pada proses interaksi, sedangkan kuantitatif pada
keterkaitan variable.
3. Kualitatif menekankan pada keaslian dan nilai secara eksplisit,bergantung pada
situasi, sedangkan kuantitatif tidak tergantung konteks dan bebas nilai.
4. Penelitian kualitatif bersifat Micro, tidak terstruktur, berfokus pada pengertian, natural
setting, dan peneliti terlibat secara langsung, sedangkan penelitian kuantitatif bersifat
Macro, fokus pada banyak kasus dan subjek penelitian, kepada pola dan peneliti tidak
terlibat secara langsung.
Penelitian Kualitatif memandang issue-issue Feminis secara lebih dekat.
Sehingga untuk issue-issue permasalahan feminism, maka pendekatan secara kualitatif dapat
lebih menggambarkan dan menghasilkan tujuan yang lebih mendalam, karena sifatnya yang
menjelaskan (deksriptif).
III. Kesimpulan
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Meskipun demikian,
penelitian kualitatf tetap memiliki tahapan-tahapan ilmiahnya sendiri. Teori dan Konsep
dalam penelitian kuantitatif juga berbeda. Disamping itu dari segi proses pengujian hasil
penelitian tetap dapat digunakan reliabilitas dan validitas hanya saja terdapat beberapa
perbedaan strategi.
DAFTAR PUSTAKA
Bryman, Allan, “Social Research Method 2nd ed.,” United States : Oxford University Press,
2004.
Alasuutari, Pertti. 1995. Researching Culture: Qualitative method and cultural studies.
London: Sage
Sandelowski, Margarete. 2004. "Qualitative Research" dalam The Sage Encyclopedia of
Social Science Research Methods. Sage Thousand Oaks
TAHAP-TAHAP PENELITIAN KUALITATIF
Kelompok 6
1.
Verra Fransiska (1306347875)
2. Mega Nisfa Makhroja (1306347793)
3. El Bram Apriyanto (1306427024)
Program Magister Hubungan Internasional
Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
2013
I.
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Penelitian kualitatif adalah strategi penelitian yang biasanya lebih mementingkan
pernyataan-pernyataan daripada angka-angka baik dalam pengumpulan maupun pengamatan
data (Bryman : 266). Pertti Alasuutari (1995:7) mengidentifikasi ciri utama penelitian
kualitatif dengan membedakannya dari penelitian kuantitatif: ketika kerja kuantitatif berusaha
untuk membuat kesimpulan dengan memeriksa frekuensi keterkaitan sebab dan akibat,
analisis kualitatif justru memakai jenis penalaran yang mirip dengan pemecahan teka-teki.
Dia menjelaskan ini sebagai berikut:
Setiap informasi atau petunjuk bisa berlaku untuk beberapa hal, tetapi semakin banyak
informasi tersedia, semakin kecil jumlah solusi yang mungkin. Setiap petunjuk atau potongan
informasi sama pentingnya, dalam penyelesaian teka-teki – atau penelitian kualitatif – setiap
potongan informasi harus cocok dengan gambar yang ditawarkan sebagai solusi.
Setelah membaca ketiga definisi di atas, ternyata pemaknaan terhadap penelitian kualitatif
bisa relatif bervariasi. Ini mungkin menunjukkan kepada kita bahwa penelitian kualitatif
bukanlah perihal sederhana.
Idealnya, dalam memahami penelitian kualitatif kita perlu mencari seperangkat
kekhususan yang ada pada penelitian itu dan tidak ada pada penelitian jenis lain. Dengan
demikian berarti tak satu pun definisi di atas sukses dalam menunjukkan ini. Proposisi Alan
Bryman sebenarnya menggaris bawahi ciri yang penting, yaitu minimnya pemakaian angka
dalam penelitian kualitatif. Sayangnya, pemakaian kata-kata dalam pengumpulan data dan
analisis bukanlah ciri yang hanya ada pada penelitian kualitatif: kata-kata juga sangat penting
dalam hal pengisian kuesioner kuantitatif; dan secara garis besar ada lebih banyak kata
daripada angka dalam bagian analisis pada laporan penelitian kuantitaif.
Setelah mempelajari penelitian kuntitatif pada materi sebelumnya, perlu adanya
pemahaman mengenai penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif berbeda dengan dengan
penelitian kuantitatif. Sebagai langkah awal, kelompok kami akan memaparkan tentang
tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tahap-tahap penelitian kualitatif?
2. Bagaimanakah teori dan konsep dalam penelitian kualitatif?
3. Bagaimanakah Reliabilitas dan Validitas dalam penelitian kualitatif
I.3. Tujuan
1. Untuk Bagaimanakah tahap-tahap penelitian kualitatif?
2. Bagaimanakah teori dan konsep dalam penelitian kualitatif?
3. Bagaimanakah Reliabilitas dan Validitas dalam penelitian kualitatif
II. Pembahasan
Penelitian kualitatif disamakan dengan pemecahan teka-teki (Perti : 1995). Namun
apakah penalaran macam itu hanya ada pada penelitian kualitatif? Ada beberapa strategi
yang dapat dipakai untuk menemukan kekhasan dalam penelitian kualitatif. Salah satunya
adalah dengan melihat sejarah pemakaian istilah kualitatif itu sendiri menjelaskan bahwa
istilah tersebut diserap: ‘Dari bahasa Latin, qualitas yang merujuk pada fokus utama yaitu
kualitas corak yang ada – yang membedakannya dari jenis lain – sambil mengontraskannya
dengan quantitas yang merujuk kepada fokus utama pada perbedaan dalam hal jumlah’
pendekatakan etimologi kadang dapat mencerahkan – dalam kasus ini hasilnya mirip
dengan definisi yang dibuat oleh Bryman
A. Tahap-tahap Utama dalam Penelitian
Tahap-tahap utama dalam penelitian kualitatif (Bryman : 269) :
General Research Questions
Selecting Relevant site(s) and
subjects
Collection of relevant data
5b. Collection futher
data
Interpretation of data
Conceptual and theoretical
work
5a. Thighter specification of the research
question(s)
Write up findings/conclussion
Langkah-langkah
Untuk menjelaskan ini Bryman memakai penelitian Foster (1995) mengenai kriminalitas
dalam masyarakat. Alurnya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan pertanyaan dasar penelitian
Foster sudah memegang asumsi dasar bahwa kriminalitas lebih sering terjadi di
perumahan yang penduduknya relatif miskin. Ada juga asumsi lain yang mengatakan
bahwa kriminalitas itu meninggi karena lemahnya kontrol sosial. Berdasarkan itu
Foster meneliti masyarakat yang tinggal di perumahan dewan (perumahan yang
dibangun oleh dewan), karena perumahan yang demikian diduga memiliki kontrol
sosial yang sudah diatur sedemikian rupa.
Bagaimana kontrol sosial memengaruhi tingkat kejahatan dalam sebuah
perumahan?
2. Memilih area penelitian yang relevan
Yang diteliti oleh Foster pada saat itu adalah sebuah perumahan dewan yang tingkat
kriminalitasnya justru tinggi. Perumahaan itu diberi alias Riverside.
3. Pengumpulan data yang relevan
Selama 18 bulan Foster “terlibat dalam banyak aspek kehidupan yang mungkin, mulai
dari menghadiri pertemuan antarpedagang, kelompok ibu dan balita, aktivitas orang
muda, sampai bersosialisasi dengan warga di bar lokal.” Foster juga melakukan
wawancara khusus dengan 45 orang penduduk lokal, 25 orang dari pihak berwenang
seperti polisi atau petugas perumahan. Berdasarkan laporannya, Foster mempunyai 2
tipe data: catatan lapangan dari pengamatan sehari-hari dan catatan terinci seperti
transkrip wawancara.
4. Penafsiran data
Salah satu temuan utama dari data yang terkumpul adalah bahwa penduduk daerah itu
sadar betul bahwa daerah mereka banyak penjahatnya, tetapi bagi mereka itu bukan
masalah besar. Masalah besar di benak masyarakat lokal adalah perihal ketersediaan
tempat tinggal. Menariknya lagi, masyarakat sudah menganggap lumrah kejahatankejahatan yang terjadi karena alasan ekonomi, sehingga mereka memberi toleransi.
Selain itu, tidak sesuai dengan ekspektasi mengenai kontrol sosial pada perumahan
dewan, Foster justru tidak menemukan bukti yang jelas tentang adanya kontrol sosial
di Riverside. Kontrol sosial informal seperti mempermalukan para pelaku kriminal
pun tidak ada.
5. Pengonsepan dan peneorian
Dalam penelitian ini Foster tidak menemukan konsep baru tetapi dapat melihat
keterkaitan antarasumsi yang ia pegang pada langkah awal.
5a. Mempertajam pertanyaan penelitian
5b. Pengumpulan data lebih lanjut
Dalam fase ini apabila Foster menemukan fakta lain yang baru, Foster
bisa melakukan wawancara ulang dengan tujuan yang lebih dalam dan
lain-lain.
6. Penulisan kesimpulan
Tidak ada perbedaan besar antara menulis kesimpulan kualitatif dan
kuantitatif. Yang harus dilakukan di sini adalah meyakinkan pembaca akan
kredibilitas dan keterkaitan interpretasi-interpretasi yang diberikan. Sensasi yang
dilihat atau didengar oleh peneliti selama melakukan pengamatan sebisa mungkin
tersampaikan kepada pembaca.
B. Teori dan Konsep
Teori
Hampir sebagian besar penelitian kualitatif melihat bahwa teori sebagai sesuatu
yang muncul setelah pengumpulan dan analisis data. Namun beberapa peneliti kualitatif
juga sepakan bahwa data kualitatif dapat dan harus memiliki aturan yang penting dalam
hubungannya untuk mengetes teori secara baik. Kemunculan step 5a. a. Thighter
specification of the research question(s) dan 5b. Collection futher data adalah untuk
mengetes teori tersebut. Silverman mengatakan bahwa “...is undoubtedly correct that prespecified theories can be and sometimes are tested by qualitative data, but the generation
of theory tend to be the preferred approach (Bryman : 271)”. Maksudnya adalah teori
spesifik memang dapat dan digunakan untuk mengetes teori, namun teori turunan lebih
sering digunakan dalam pendekatannya. Meskipun penelitian kualitatif tidak digunakan
untuk menguji teori spesifik, namun tetap ada pengujian teori didalamnya.
Konsep
Sebagian peneliti kualitatif mengembangkan pengukuran konsep tidak sesuai
dengan urutan penelitian, namun konsep menjadi bagian yang sangat banyak dalam
pelaksanaan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, konsep dielaborasikan
dengan indikator. Sementara dalam penelitian kuantitatif konsep digunakan sebagai
arahan penting dalam menemukan hal-hal empiris. Kepekaan peneliti merupakan sebuah
keharusan untuk menemukan konsep yang sesuai untuk memfasiltasi dan penunjuk arah
menemukan pendekatan yang empiris dalam penelitian.
C. Reliabilitas dan aliditas dalam penelitian kulitatif
Realibilitas dan validitas dalam penelitian kualitatif berbeda dengan validitas dan
kuantitas dalam penelitian kuantitatif. Seperti kita ketahui bahwa penelitian kualitatif
lebih menekankan pada isu pemaparan dan deskripsi fenomena menggunakan bahasa dan
kata-kata. Pengukuran menjadi sesuatu yang agak sulit dalam penelitian kualitatif
dibanding penelitian kuantitatif. Oleh karena itu ada beberapa adaptasi yang dilakukan
dalam penelitian kualitatif terkait pengukuran validitas dan realibilitasnya.
Reliabilitas
i. External Reliability
External reliability, by which they mean the degree to which a study can be
replicated(Bryman
:
273).
Maksudnya
adalah
hasil
penelitian
dapat
direplikasikan ketika dilakukan penelitian kembali. Hal ini sedikit sulit karena
kesulitan untuk menghentikan kondisi sosial yang terjadi saat itu. Strategi yang
digunakan adalah mengenali tanda-tanda untuk melakukan pendekatan alat-alat
dalam reliabilitas eksternal. Contohnya, menganjurkan pada peneliti kualitatif
untuk mereplikasikan penelitian etnografis perlu mengadopsi nilai-nilai sosial
yang serupa yang telah diadaptasi oleh peneliti sebelumnya.
ii. Internal Reliability
Internal Reliability by which they mean wheter, when there is more than one
observers, members of the research team agree about what they see and
hear(Bryman : 273). Hal ini berarti adanya kesamaan pemahan dan pendapat
dari para peneliti atau disebut “inter-observer consistency”
Validitas
i. Internal Validity, by which they mean whether there is a good match between
researchers observations and the theoretical ideas they develop (Bryman : 273).
Adanya kesesuaian antara observasi dengan teori yang digunakan dalam
penelitian. Validitas internal merupakan hal yang sangat kuat dalam penelitian
kualitatif.
ii. External Validity, which refers to the degree to which findings can be
generalizzed across social settings (Bryman : 273). Hasil penemuan dapat
menjadi generalisasi dalam kondisi sosial. Hal ini masalah karena penelitian
kualitatif cenderung bersifat studikasus dan sampel yang kecil.
Selain Realibilitas dan Validitas, alternatif yang dapat digunakan dalam melakukan
kriteria penelitian yaitu :
a. Trustworthiness
Memiliki empat kriteria yang sama dengan penelitian kuantitatif
1. Credibility, paralel dengan validitas internal
Kredibilitas menjadi suatu yang sangat ditekankan dalam berbagai laporan
terkait realitas sosial terutama untuk mengetahui aspek kelayakan suatu
penelitian. Kredibilitas menentukan suatu penelitian dapat diterima atau tidak.
Kredibilitas ini juga bisa kita uji melalui metode triangulasi.
2. Transferability, paralel dengan validitas eksternal
Karena penelitian kualitatif terbatas pada studi intensive dan kelompok kecil,
penemuannya dapat diorientasikan menjadi konteks yang unik dan signifikan
dalam dunia sosial yang sedang dipelajari.
3. Dependability, paralel dengan reliabilitas
Sejalan dengan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, dependability untuk
membetuk kepantasan/kesesuain dari ide penelitian sesuai standar kelayakan,
peneliti harus melakukan auditing misalnya terkait proses penelitian seperti
problem formulation,selection research participant, fieldwork notes, dan lainlain.
4. Confirmability, paralel dengan objektivitas
Perhatian untuk menjamin bahwa meskipun mengakui objektivitas yang penuh
dalam penelitian sosial, peneliti dapat menunjukkan kejujuran, maksudnya tidak
terlalu subjektif terhadap nilai-nilai personal.
b.
Authenticity
1.
Fairness, apakah penelitian menggambarkan perbedaan pandangan ditengah
kondisi sosial yang ada?
2.
Ontological authenticity, apakah penelitian membantu peserta untuk mencapai
pemahaman tentang lingkungan sosial mereka?
3.
Educative Authenticity, apakah penelitian membantu mereka untuk lebih
menghargai pandangan mereka tentang anggota lain dalam kehidupan sosial?
4.
Catalic Authenticity, dapatkah penelitian mendorong anggota dalam
melakukan perubahan dalam kondisi sosial mereka?
5.
Tactical Authenticity, dapatkah penelitian memberikan kekuatan kepada
anggota untuk mengambil langkah penting dalam tindakannya?
Melakukan evaluasi dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif memang berbeda.
Kriteria yang diperlikan juga berbeda. Namun penelitian ilmu sosial secara kualitatif
telah berusaha menempatkan validitas dan relevansi dalam penelitian mereka sebagai
kriteria penting dalam penelitian kualitatif.
Selain evaluasi penelitian, yang sering dipermasalahkan dalam penelitian kualitatif
terkait isu. Penelitian kuantatif dapat menggunakan ruang lingkup yang luas dan
generalisasi terhdap fenomena, namun dalam kualitatif isu terbatas dalam skala kecil
namun dikaji secara mendalam.
Ciri Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif lebih menekankan pada pemahaman mendalam mengenai sebuah
proses dan bertujuan melakukan konstruksi sosial berdasarkan keterlibatannya secara
langsung dalam penelitian.
Ciri utama dari tahapan/prosedur penelitian kualitatif antara lain :
1. Melihat dari suatu kasus dari kacamata peneliti.
Karena subjek penelitian adalah adalah realitas sosial, maka penelitian kualitatif
memandang suatu kejadian dan realitas sosial sebagai sesuatu yang dapat diartikan
secara bebas oleh peneliti.
Oleh karena itu, setiap peneliti harus terlibat secara langsung dalam setiap
penelitiannya, agar dapat menghasilkan argumentasi dari pengamatannya tersebut.
2. Fokus dalam mendeskripsikan detail isi masalah.
Lebih berkonsentrasi kepada penjelasan suatu masalah dan berusaha mencari detail
jawaban yang masuk akal.
3. Fokus pada proses interaksi
Suatu penelitian kualitatif mencoba mencari tahu tentang proses dan interaksinya.
Dalam melakukan penelitian terhadap fenomena sosial, peneliti melakukan observasi
untuk mendapatkan gambaran kehidupan sosial dan interaksi sosial tersebut.
Sebagai contoh : Penelitian yang dilakukan Lewis (1961) yang mencoba
mengungkapkan mengenai kemiskinan yang dialami masyarakan Mexico.
Lewis melakukan wawancara dan merekam hasil wawancaranya tersebut dengan
berbagai anggota keluarga di Mexico.
4. Metoda terstruktur ,fleksibel dan terbatas.
Walaupun fokus pada fenomena sosial yang otomatis cakupannya sangat luas, namun
dalam suatu penelitian kualitatif, suatu penelitian dilakukan dengan lebih sedikit
kasus dan subjek penelitian.
Dalam pengumpulan data, peneliti fokus pada cakupan komunitas terbatas untuk
mencapai tujuan penelitiannya.Metoda bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan
tergantung pada situasi penelitian saat itu.
Kritikan terhadap Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif juga dapat menimbulkan kritikan, antara lain :
1. Terlalu subjektif.
Penelitian kualitatif dapat menghasilkan suatu konsep yang terlalu subjektif.
Karena sesuai dengan cara pandang peneliti dan cakupan kehidupan sosial yang
dipilihnya.
Seringkali timbul pertanyaan mengapa hanya satu area saja yang dipilih sebagai
bahan penelitian dan mengapa hanya fokus pada suatu masalah, tidak pada
masalah lain yang timbul menyertainya.
Hal ini karena penelitian kualitatif cenderung membangun penelitiannya dari
kumpulan pertanyaan terbuka yang dapat menimbulkan cakupan yang lebih luas.
2. Sulit diaplikasikan pada hal umum.
Hal ini karena kecendrungan penelitian kualitatif mengakibatkan sulitnya
ditetapkan standar baku prosedur penelitannya.
Terdapat berbagai macam kemungkinan yang dapat timbul dari issue yang ada.
3. Menimbulkan masalah pada generalisasi.
Karena skup investigasi pada suatu penelitian kualitatif sulit diprediksi, maka
ketika suatu penelitian dilakukan pada komunitas kecil / organisasi tertentu, maka
akan sulit untuk menggeneralisasikannya pada skala lainnya.
Tidak semua kasus dapat disamakan persepsinya.
4. Kurang Transparan.
Penelitan ini agak sulit untuk menentukan alasan penetapan masalah dan cakupan
penelitian.
Perbedaan antara Kualitatif dan Kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Kualitatif berupa kata-kata dan gambar, melakukan konstruksi realitas
sosial, culturan meaning, sedangkan kuantitatif pada fakta-fakta objektif dan berupa
angka .
2. Penelitian Kualitatif fokus pada proses interaksi, sedangkan kuantitatif pada
keterkaitan variable.
3. Kualitatif menekankan pada keaslian dan nilai secara eksplisit,bergantung pada
situasi, sedangkan kuantitatif tidak tergantung konteks dan bebas nilai.
4. Penelitian kualitatif bersifat Micro, tidak terstruktur, berfokus pada pengertian, natural
setting, dan peneliti terlibat secara langsung, sedangkan penelitian kuantitatif bersifat
Macro, fokus pada banyak kasus dan subjek penelitian, kepada pola dan peneliti tidak
terlibat secara langsung.
Penelitian Kualitatif memandang issue-issue Feminis secara lebih dekat.
Sehingga untuk issue-issue permasalahan feminism, maka pendekatan secara kualitatif dapat
lebih menggambarkan dan menghasilkan tujuan yang lebih mendalam, karena sifatnya yang
menjelaskan (deksriptif).
III. Kesimpulan
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Meskipun demikian,
penelitian kualitatf tetap memiliki tahapan-tahapan ilmiahnya sendiri. Teori dan Konsep
dalam penelitian kuantitatif juga berbeda. Disamping itu dari segi proses pengujian hasil
penelitian tetap dapat digunakan reliabilitas dan validitas hanya saja terdapat beberapa
perbedaan strategi.
DAFTAR PUSTAKA
Bryman, Allan, “Social Research Method 2nd ed.,” United States : Oxford University Press,
2004.
Alasuutari, Pertti. 1995. Researching Culture: Qualitative method and cultural studies.
London: Sage
Sandelowski, Margarete. 2004. "Qualitative Research" dalam The Sage Encyclopedia of
Social Science Research Methods. Sage Thousand Oaks