UJIAN AKHIR SEMESTER DIPLOMASI EKONOMI P
UJIAN AKHIR SEMESTER
DIPLOMASI EKONOMI
PARTISIPASI ASOSIASI BISNIS
DALAM NEGOSIASI PERDAGANGAN DI CHILE
Samuel Tambunan (1506703274)
Program Magister Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi, negara tidak lagi mendominasi praktek diplomasi ekonomi. Kelompok
bisnis, mulai dari multinational corporation (MNC), perusahaan national, asosiasi bisnis, dan
usaha kecil menengah (UKM) juga turut bermain sebagai aktor yang membentuk arah
diplomasi ekonomi. MNC dengan asetnya yang sangat besar dan pergerakannya yang
transnasional menjadi salah satu fokus penelitian hubungan internasional belakangan ini.
Dalam melakukan praktek di luar negeri, masing-masing MNC harus mendapatkan izin operasi
dari setiap negara di tempat mereka beroperasi. Karena itu banyak MNC yang melakukan
pendekatan kepada pemerintah untuk mendapatkan keuntungan komparatif. Disini peran
diplomasi bisnis menjadi penting dimana para diplomat melakukan negosiasi dan kompromi
dengan otoritas lokal dan memperhatikan tuntutan non-govermental organization (NGO)
internasional dan lokal1. Seringkali MNC bergabung dalam asosiasi bisnis, atau perkumpulan
perusahaan dalam sektor yang sama, agar dapat memperkuat kekuatan dan mempermudah
mereka mencapai kepentingan bersama. Dalam melakukan negosiasi pemerintah sering
mengikutsertakan asosiasi bisnis agar tidak terjadi kesalahpahahaman. Pemerintah melakukan
konsultasi mengenai apa yang dibutuhkan oleh asosiasi bisnis sebelum melakukan negosiasi.
Partisipasi asosiasi bisnis dalam negosiasi yang diadakan pemerintah berbeda-beda di
tiap daerah. Asosiasi bisnis di Uni Eropa memiliki kedekatan yang sangat tinggi dengan
pemerintahnya dan memiliki keterlibatan dalam diplomasi yang cukup besar. Pelaku bisnis di
Eropa hampir semuanya berfokus kepada pasar di luar negeri, dan mereka memiliki
konektivitas yang tinggi dengan sesama perusahaan di Uni Eropa2. Di Asia terdapat keragaman
karakter di negara yang berbeda, namun pada umunya perusahaan di Asia memiliki cross
shareholder yang lebih besar sehingga kepentingan perusahaan dapat beragam3. Karakteristik
di Amerika Latin adalah asosiasi bisnis sering diabaikan dan dianaktirikan dibandingkan
hartawan individual yang juga biasanya menguasai pemerintahan4. Di Argentina misalnya,
1
Saner, R., Yiu, L., & Søndergaard, M. (2000). Business diplomacy management: A core competency for global
companies. The Academy of Management Executive (1993-2005), 85. 80-92.
2
Frontini, Andrea, Advancing a multi-level system of European commercial diplomacy: is there a role for the
EU; http://www.eesc.europa.eu/resources/docs/european-commercial-diplomacy.pdf; Internet; diakses 06
Juni 2006.
3
Claessens, Stijin, Simeon Djankov, dan Leora Klapper, The Role and Functioning of Business Groups in East
Asia and Chile , World Bank: 7.
4
Bull, Benedicte, Policy Networks and Business Participation in Free Trade Negotiations in Chile , Journal of
Latin American Studies 40 no.2 (Mei 2008): 202.
1
jaringan personal menjadi lebih penting daripada jaringan formal dalam mempengaruhi hasil
akhir kebijakan.
Namun terdapat pengecualian dalam partisipasi bisnis dalam negosiasi di Amerika
Latin, yaitu di Chile. Chile sudah terkenal menjadi salah satu negara di Amerika Latin yang
mengalami perkembangan ekonomi tercepat dalam beberapa dekade terakhir. Penurunan
pertumbuhan ekonomi sebagai dampak krisis finansial global diperkirakan akan segera
kembali meningkat di Chile karena kebijakan reformasi struktural dan good governance yang
menjadi model bagi pemerintahan lain di Amerika Latin5. Tingginya pertumbuhan ekonomi
Chile tahun 1980 dan 1990-an disebut banyak dipengaruhi oleh kekuatan asosiasi bisnis di
kedua negara tersebut6. Diplomasi bisnis Chile yang baik membuat negara ini diuntungkan
dalam perdagangan dengan China yang perekonomiannya juga sedang bangkit7 Pemerintah
Chile dalam banyak kesempatan melakukan konsultasi kepada asosiasi bisnis negaranya
sebelum melakukan negosiasi perdagangan.
1.2 Rumusan Masalah
Partisipasi asosiasi bisnis dalam negosiasi perdagangan semakin penting di dunia ekonomi
politik internasional yang semakin terhubung. Chile memiliki karakteristik asosiasi bisnis yang
banyak terlibat dalam diplomasi perdagangan. Sebagai negara berkembang di Amerika Latin,
Chile tidak seharusnya memiliki asosiasi bisnis yang terlibat erat dengan negosiasi
perdagangan negaranya. Dengan demikian pertanyaan penelitian ini adalah: “Mengapa asosiasi
bisnis sangat partisipatif dalam negosiasi perdagangan di Chile?”
1.3 Konsep
Dalam makalah ini terdapat dua konsep yang akan digunakan, yaitu diplomasi bisnis, dan
partisipasi bisnis dan negosiasi perdagangan dari Benedicte Bull.
1.3.1 Diplomasi Bisnis
Diplomasi bukanlah sepenuhnya milik pemerintah. Dalam hubungan internasional dikenal
setidaknya sembilan trek diplomasi. Trek pertama adalah antar pemerintah negara, sedangkan
5
World Bank, http://www.worldbank.org/en/country/chile/overview; internet; diakses 06 Juni 2016.
Schneider, Ben Ross, 2004, Business Politics and the State in Twentieth-Century Latin America, Cambridge:
Cambridge University Press 211: 213.
7
Wilhelmy, Ma fred, Chile, Lati A erica, a d Asia-Pasific Regio , Revista de Cienca Politica 25 no.2 (2005):
193.
6
2
trek kedua adalah antar profesional non-pemerintah, dan trek ketiga adalah antar pelaku bisnis8.
Diplomasi bisnis adalah diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah dan pelaku bisnis yang
didasari untuk pencarian pasar baru, pencitraan negara asal, pembentukan jaringan/partner,
peningkatan keunggulan kompetisi perusahaan, dan dukungan kegiatan ekonomi di negara
lain9. MNC membutuhkan diplomasi bisnis sebagai saluran komunikasi antar perusahaan dan
antara perusahaan dengan pemerintah lokal agar tidak menimbulkan konflik. Pemerintah
memiliki peran untuk mengembangkan kapasitas MNC dari negaranya. Dalam diplomasi
bisnis diperlukan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan perusahaan. Pemerintah
sering merlibatkan wakil perusahaan dalam perundingan, sementara banyak perusahaan yang
mulai mempekerjakan mantan diplomat untuk melakukan negosiasi.
1.3.2 Partisipasi Bisnis dalam Negosiasi Perdagangan
Partisipasi pelaku bisnis merupakan salah satu faktor penting keberhasilan diplomasi bisnis.
Menurut Benedicte Bull, terdapat tiga syarat agar pelaku bisnis dapat berpartisipasi signifikan
dalam negosiasi perdagangan. Syarat pertama adalah bahwa kepentingan pelaku bisnis sesuai
dengan tujuan negosiasi10. Perusahaan akan mau berpartisipasi pada negosiasi yang mereka
rasa akan berdampak positif (dalam jangka pendek atau menengah) bagi kepentingan mereka.
Syarat kedua adalah orientasi kebijakan pemerintah yang lebih terbuka terhadap perdagangan
bebas. Perusahaan akan lebih mau berpartisipasi jika di negara tersebut terdapat dominasi
koalisi yang berorientasi perdagangan bebas. Dalam dunia yang semakin menerapkan ekonomi
terbuka, dikotomi antara proteksionis dan aperdagangan bebas sudah tidak memiliki relevansi
lagi11. Karena itu pertanyaannya bukan lagi melakukan liberalisasi atau tidak, namun
bagaimana meliberalisasi perdagangan di sektor yang berbeda12. Syarat ketiga adalah jika
asosiasi bisnis cukup kuat dan dapat menjalankan kepentingan bisnis perusahaan naungannya.
Pengaruh yang dihadirkan oleh asosiasi bisnis lebih transparan, terjamin, dan akuntabel
daripada pengusaha individual, dan dapat memberikan nasihat kebijakan yang lebih akurat13.
McDo ald, Joh W., The I stitute for Multi-Track Diplomacy [online profile], Journal of Conflictology 3 no.2
(2012): 67.
9
Naray dalam Patriot, David, Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia dalam Meningkatkan Ekspor Karet Alam ke
China , eJournal Ilmu Hubungan Internasional UNMUL 3 no.1 (2015): 108.
10
Bull, op.cit., 201.
11
Milner, Helen, Trading Places: Industries for Free Trade , World Politics 40 no.3 (1988): 355.
12
Woll, Cornelia, dan Alvaro Artdgas, 'When trade liberalization turns into regulatory reform: The impact on
business-government relations in international trade politics ', Regulation & Governance 1 no. 2 (2007): 127.
13
Rivariola, Andres, dalam Bull, op.cit., 202.
8
3
Asosiasi bisnis yang kuat akan menjamin partisipasi bisnis yang lebih baik dalam negosiasi
perdagangan.
1.4 Kerangka Analisis
Kerangka analisis makalah ini didasarkan pada konsep dari Benedicte Bull, yaitu partisipasi
asosiasi bisnis dalam negosiasi perdagangan sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh
kepentingan pelaku bisnis, orientasi kebijakan, dan kekuatan asosiasi bisnis sebagai variabel
independen.
Tabel 1. Kerangka analisis (sumber: diolah dari Bull, B., 2008.)
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kepentingan
pelaku bisnis
Orientasi
kebijakan
Partisipasi asosiasi bisnis
dalam negosiasi perdagangan
Kekuatan asosiasi
bisnis
4
2
ANALISA
2.1 Diplomasi Bisnis di Chile
Diplomasi bisnis Chile dilakukan terhadap banyak negara dan kelompok negara dunia, mulai
dari sesama Amerika Latin, Asia, Uni Eropa, dan Asia. Di Amerika Latin beberapa perusahaan
gencar melakukan negosiasi perdagangan dengan institusi regional seperti Latin American
Integration Associaton (ALADI) dan Mercosur. Keterlibatan Chile dengan Mercosur
dipengaruhi oleh usaha Chile mendekati Uni Eropa yang gencar mendorong integrasi regional
pada 199614. Chile melakukan pendekatan dengan Amerika Serikat sejak terlepas dari
kediktatoran, dan bahkan sempat diundang untuk bergabung dalam anggota NAFTA (North
American Free Trade Area ). Chile melakukan diplomasi bisnis terhadap beberapa negara di
Asia Pasifik, seperti China, Jepang, Korea, Singapura, dan Selandia Baru. Ketika negara
Amerika Latin lain memiliki defisit perdagangan sangat besar terhadap China, neraca
perdagangan Chile-China memiliki surplus, terutama karena ekspor tembaga Chile ke China15.
Dalam melakukan diplomasi bisnis, pemerintah Chile banyak bekerja sama dengan
beberapa asosiasi bisnis utama di Chile. Asosiasi bisnis terbesar di Chile dan paling luas dalam
mencakup sektor perusahaan adalah CPC (Confederation of Production and Commerce) yang
mencakup enam asosiasi bawahan, diantaranya adalah SNA (National Agricultural
Association) yang berfokus di produk pertanian, dan SOFOFA (Society for Manufacturing
Promotion) yang berfokus di manufaktur16. Selain itu terdapat ASEXMA (The Association of
Manufacture Exporters) yang juga cukup signifikan dalam diplomasi bisnis Chile.
Diplomasi bisnis di Chile berkembang pesat pasca pemerintahan diktator Augusto
Pinochet (1973-1990). Masa pemerintahan Patricio Alywin (1990-1994) diplomasi bisnis
masih membangun fondasi dan formalisasi, yang kemudian dikembangkan oleh Presiden
Eduardo Frei (1994-2000), dan semakin mengikutsertakan kelompok bisnis pada masa
pemerintahan Ricardo Lagos (2000-2006). Perkembangan diplomasi bisnis di tiga masa
pemerintahan tersebut akan semakin terlihat pada bagian selanjutnya dari makalah ini.
14
Bull, op.cit., 205.
Wilhelmy, op.cit., 194.
16
Bull, op.cit., 206.
15
5
2.2 Partisipasi Asosiasi Bisnis dalam Negosiasi Perdagangan di Chile
Penjelasan pada bagian ini akan dibagi dalam tiga bagian, sesuai dengan kerangka analisis yang
telah disampaikan sebelumnya.
2.2.1 Kepentingan Pelaku Bisnis dalam Negosiasi
Kepentingan pelaku bisnis dalam negosiasi pertama kali terlihat dalam proses diplomasi
dengan Amerika Serikat dan Amerika Latin sekitar tahun 1990-an. Ketika itu presiden Aylwin
mencari kemungkinan dalam melakukan negosiasi perdagangan bebas dengan Amerika
Serikat, yang disambut baik oleh asosiasi bisnis di Chile. Mereka mendukung karena
perusahaan Chile terhadang tarif tinggi dalam melakukan ekspor ke Amerika Serikat, namun
karena banyaknya non-tariff barrier seperti social dumping yang beralasan kegagalan mereka
menyesuaikan dengan standar buruh internasional17. Perdagangan bebas secara umum dilihat
pemerintah dapat meningkatkan citra Chile sebagai eksportir. Dalam memfasilitasi perjanjian
tersebut, CPC dan SOFOFA mencoba melakukan lobi ke kongres Amerika melalui relasi
personal dari asosiasi bisnis Amerika Serikat. Tidak hanya dengan Amerika Serikat,
kepentingan pelaku bisnis juga terlihat dalam negosiasi dengan Meksiko dan Venezuela,
dimana ASEXMA menolak sekitar 30-60% ekspor dari kedua negara tersebut sebagai bagian
dari perjanjian 18. Usaha diplomasi CPC dan SOFOFA terkendala oleh kurangnya pengalaman
dan keahlian dalam diplomasi bisnis namun tetap berhasil, sementara usaha ASEXMA gagal
dimasukkan dalam perjanjian.
Kepentingan asosiasi bisnis semakin terlihat di periode pemerintahan presiden Chile
selanjutnya, Eduardo Frei, di tahun 1994 sampai 2000. Ketika itu sebagian besar kelompok
bisnis yang dipimpin SOFOFA mendukung masuknya Chile dalam NAFTA, namun SNA
menolak karena dapat mengancam hasil pertanian Chile19. Ketika peluang masuk NAFTA
ditutup, Chile mulai melakukan negosiasi dengan Kanada. SNA tetap menolak karena melihat
produsen ayam dan daging di Kanada sangat kompetitif dan dapat mendominasi perdagangan
daging di Chile. Namun tidak hanya sekedar menolak, SNA mengikuti diplomat Chile dalam
diplomasi dan melakukan kompromi sampai perjanjian disetujui. Dalam negosiasi dengan
Mercosur, asosiasi perusahaan memiliki kepentingan untuk menjaga keuntungan yang
diperoleh dari kerangka kerjasama sebelumnya. SNA pada saat itu menolak untuk
17
Silva, Veronica, dalam Bull, op.cit. 211.
Bull, op.cit., 212.
19
Ibid., 215.
18
6
berpartisipasi dalam negosiasi, namun melakukan protes melalui media dan demonstrasi
karena percaya perjanjian tersebut tidak memiliki mekanisme dalam melindungi perubahan
makroekonomi, dan tidak menyediakan akses yang setara kepada produk pertanian Chile ke
Mercosur20. Namun sayangnya kedua usaha SNA ini tidak dapat mencegah persetujuan.
Kepentingan asosiasi bisnis terutama SNA yang bertenntangan dengan pemerintah
termarjinalisasi selama periode pemerintahan Frei.
Usaha diplomasi asosiasi bisnis mengalami masa paling sukses di awal abad ke 20.
Pada pemerintahan Ricardo Lagos saat itu, negosiasi perdagangan didominasi oleh negosiasi
perdagangan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, dan terakhir dengan Asia. Sebagian besar
asosiasi bisnis juga berorientasi positif terhadap perjanjian ini, kecuali SNA dan ASEXMA
yang khawatir perjanjian akan berdampak buruk terhadap peroduk agrikultur Chile21. Berbeda
dari pemerintahan sebelumnya, walaupun tidak menjadi oposisi yang signifikan dalam
perjanjian, diplomat Chile dalam negosiasi tersebut melakukan diskusi dengan kelompok
bisnis yang merasa keberatan. Di saat yang bersamaan diplomasi bisnis yang dilakukan SNA
juga semakin kuat dimana mereka melakukan negosiasi tersendiri dengan asosiasi bisnis di
Amerika Serikat. Negosiasi dengan Uni Eropa terkait produk anggur dan akses perikanan
menjadi tonggak kedekatan hubungan antara pelaku bisnis dengan pemerintah karena
kepentingan asosiasi bisnis terkait dipenuhi dalam perjanjian22. Dalam negosiasi dengan
negara-negara Asia, kepentingan perusahaan terbagi dua, yaitu mereka yang ingin
mendapatkan akses pasar Asia di sektor material mentah, dan UKM manufaktur dan produsen
agrikultur yang merasa perdagangan dengan Asia lebih merupakan ancaman. Pada intinya,
pendekatan asosiasi bisnis sudah lebih baik dalam menyampaikan kepentingan mereka.
2.2.2 Orientasi Kebijakan Perdagangan Negara
Pemerintahan Chile sejak runtuhnya kediktatoran Augusto Pinochet memiliki orientasi sangat
pro perdagangan bebas. Di awal tahun 1990-an inisiatif perdagangan bebas bilateral dan
regional di ekonomi politik internasional meningkat pesat. Setelah lepas dari kediktatoran,
Chile berusaha untuk memperkuat hubungan politik dengan negara sekitarnya melalui
perjanjuan perdagangan. Chile pada saat itu telah memiliki ekonomi terbuka sehingga tidak
banyak kerugian yang dapat terjadi dari perjanjian perdagangan bebas23. Terdapat dua pilihan
20
Ibid., 215.
Ibid., 218.
22
Ibid., 219.
23
Ibid., 203.
21
7
dalam tujuan perdagangan ekspor Chile, yaitu mendekat ke Amerika Serikat, atau ke sesama
negara Amerika Latin. Chile merupakan negara pertama setelah 1990 yang mengajukan
perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat24 Opsi pendekatan ke Amerika Latin
memiliki rintangan karena barrier rendah Chile dan strategi liberalisasinya tidak sesuai dengan
strategi Amerika Latin lain yang saat itu masih sangat proteksionis. Chile juga giat melakukan
negosiasi perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa dan Asia. Chile menandatangani
European Free Trade Association (EFTA) dan telah memiliki perdagangan bebas dengan
Korea Selatan sejak tahun 200325. Dalam kurun waktu 17 tahun Chile telah memiliki 21
perjanjian perdagangan bebas di seluruh region dunia kecuali Afrika.
Tabel 2. Perjanjian perdagangan bebas Chile tahun 1983 – 2006 (sumber: DIRECON, Ministry of Foreign Affairs, Chile)
Negara/ kelompok Tahun
Tahun
Negara/
kelompok Tahun
Tahun
negara
perjanjian
berlaku
negara
perjanjian
berlaku
ALADI
1983
1983
Uni Eropa
2002
2003
Meksiko
1991/1999 1991/2003
Korea Selatan
2003
2004
Venezuela
1993
1993
Amerika Selatan
2003
2004
Bolivia
1993
1993
EFTA
2003
2004
Colombia
1994
1994
P4 (Brunei, Selandia 2005
2006
Baru, Singapura)
Ekuador
1994
1995
China
2005
2006
Mercosur
1996
1996
India
2006
2007
Kanada
1996
1997
Jepang
2007
2007
Peru
1998/2006 1999/2006
Panama
2006
-
Kosta Rika
1999
2002
Kolombia
2006
-
El Salvador
1999
2002
Peru
2006
-
Selain berorientasi pada perdagangan bebas, pemerintah Chile juga berusaha menjalin
kedekatan dengan perusahaan dalam diplomasi bisnis di setiap periode pemerintahan. Pada
periode awal setelah keruntuhan pemerintahan diktator, tingkat kepercayaan perusahaan
kepada pemerintah sangat rendah, direktorat yang mengurus hubungan ekonomi internasional,
DIRECON, juga masih lemah secara institusi. Masalah kepercayaan diatasi dengan diskusi
24
25
Ramos, Joseph, dalam Bull, op.cit., 204.
Bull, op.cit., 205.
8
strategi perdagangan antara pemerintah dengan perwakilan bisnis dan buruh. Pemerintah juga
melakukan formalisasi partisipasi dari asosiasi bisnis melalui pembentukan dewan bilateral
untuk perdagangan dan investasi yang mengundang representasi dari perusahaan dan serikat
buruh26. Dalam pemerintahan selanjutnya diplomat melanjutkan langkah pendekatan dengan
kelompok bisnis dengan melakukan konsultasi dengan perwakilan perusahaan di tengahtengah negosiasi. Pemerintah menciptakan ‘room next door ’ sebagai institusi untuk
memperkuat partisipasi bisnis di dalam negosiasi. Instrumen tersebut bekerja dengan
mengundang asosiasi bisnis utama dan perwakilan buruh untuk mengikuti jalannya negosiasi
di ruangan yang bersebelahan dengan area negosiasi sebenarnya dan sekaligus memberikan
masukan kepada negosiator dari pemerintah27. Pendekatan ini diperkuat dengan pembentukan
Public-Private Council for Export Development (CPDDE) yang semakin memfasilitasi
masukan dari sisi bisnis dalam pembuatan kebiijakan. Selain pembentukan institusi baru,
instusi lama DIRECON juga semakin diperkuat. Terakhir, dalam melakukan diplomasi dengan
negara-negara Asia, diplomat Chile terinspirasi dengan bagaimana perwakilan bisnis Asia
selalu ikut serta dalam setiap misi diplomatik mereka, sehingga pemerintah Chile merasa perlu
untuk semakin meningkatkan partisipasi pelaku bisnis dalam diplomasi28.
2.2.3 Kekuatan Asosiasi Bisnis
Kekuatan asosiasi bisnis di Chile disebabkan karena berbagai asosiasi perdagangan di Chile
yang bersatu, tidak hanya untuk menangkap keuntungan yang ditawarkan pemerintah, namun
juga mempertahankan kepentingan mereka dari ancaman yang ada. Pembentukan CPC di tahun
1934 misalnya muncul sebagai respon dari menguatnya pergerakan buruh dan negara yang
semakin intervensionis29. Ancaman selanjutnya muncul ketika Chile kembali bersifat
intervensionis di tahun 1964. Periode kediktatoran Pinochet yang tidak memihak ke perusahaan
semakin memperkuat persatuan antar perusahaan. Begiu pemerintahan Pinochet berakhir,
berbagai asosiasi bisnis sudah dapat berperilaku seperti sebuah blok yang disatukan akan
evaluasi dari periode Pinochet, mereka sama-sama percaya pada model neo-liberal dan skeptis
terhadap intervensi pemerintah. Krisis ekonomi yang melanda Chile di tahun 1982-83
membuat beberapa perusahaan hancur, namun dapat bangkit kembali dengan pengalaman lebih
banyak dan strategi yang lebih kuat30. Beberapa asosiasi bisnis yang pada 1930 lebih mirip
26
Porras, dalam Bul, op.cit., 209.
Bull, op.cit., 213.
28
Ibid., 219.
29
Ibid., 206.
30
Ibid., 207.
27
9
kelompok politik dan sosial, menjadi lebih profesional dan jauh lebih kuat sejak 1960.
Pemerintah juga mulai meminta nasihat kebijakan setelah kekuatan asosiasi bisnis cukup
signifikan di perekonomian nasional.
Setelah periode Pinoceht berakhir, beberapa asosiasi bisnis seperti ASEXMA dan
SOFOFA semakin memperkuat institusinya.
ASEXMA berusaha mempertahankan
kepentingan dari perusahaan manufaktur berorientasi ekspor berukuran medium. Setelah
bertahan dari krisis ekonomi, mereka adalah kelompok bisnis pertama yang menyatakan
dukungan terhadap perdagangan bebas31. ASEXMA biasanya lebih dahulu melakukan
diplomasi dengan asosiasi bisnis lain di Amerika Latin sebelum negara melakukan diplomasi
perdagangan. SOFOFA juga membangun keahlian teknikal dalam perdagangan, memperkuat
relasi denang pemerinta, dan menjadi koordinator dari seluruh sektor privat. SOFOFA pada
awalnya merupakan asosiasi bisnis yang tidak begitu mendukung perdagangan bebas. Salah
satu usaha signifikan yang dilakukan adalah dengan merekrut mantan direktur DIRECON yang
menyediakan relasi tinggi dan menjadi pondasi dasar dalam penciptaan jaringan perdagangan
bagi SOFOFA32. SOFOFA semakin terkoordinir dalam melakukan diplomasi bisnis di akhir
tahun 1990-an dan perannya dalam melakukan mediasi dengan pemerintah semakin besar.
Relasi asosiasi bisnis Chile, baik internasional dan domestik, juga mengalami peningkatan
pesat. American Chamber of Congress (AmCham) membentuk kantor yang khusus bekerja
dalam pembentukan kerja sama antara Chile dengan Amerika Serikat, yang mempermudah
akses jaringan asosiasi bisnis antar kedua negara. Perwakilan perusahaan di Chile juga mulai
berpartisipasi di pertemuan dewan internasional, seperti di APEC pada 2006. Pembentukan
Chilean Pacific Foundation juga memperkuat peran pelaku bisnis dalam pembentukan
kebijakan ekonomi, khususnya terkait isu-isu di Asia 33. Di tingkat domestik, relasi bisnis
SOFOFA semakin dalam dengan bergabungnya perusahaan berbasis ekspor agrikultural ke
dalam asosiasi bisnis tersebut34. SOFOFA semakin tersentralisasi dan bahkan sejak awal 2000an, SOFOFA dan pemerintah Chile semakin menyatu. SOFOFA menjadi sangat terintegrasi
dengan pemerintah dan pengaruhya pun sangat kuat dalam diplomasi bisnis yang dijalankan
pemerintah.
31
Ibid., 210.
Ibid., 211.
33
Ibid., 214.
34
Ibid., 217.
32
10
3
KESIMPULAN
Partisipasi asosiasi bisnis dalam negosiasi perdagangan akan tinggi apabila negosiasi yang ada
sesuai memberi pengaruh positif terhadap kepentingan bisnis, orientasi kebijakan pemerintah
yang pro perdagangan bebas, dan asosiasi bisnis yang kuat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari tahun 1990 hingga 2006 hanya sebagian kepentingan asosiasi bisnis Chile sesuai
dengan
perjanjian
perdagangan,
yang
dijalankan.
Beberapa
kepentingan
asosiasi
dimarginalisasi dari proses perundingan yang ada namun secara umum kepentingan dalam
diplomasi bisnis di Chile semakin baik disampaikan sejalan dengan bergantinya periode
pemerintahan. Selanjutnya orientasi kebijakan pemerintah Chile sejak berakhirnya masa
diktator adalah pro ekspor dan perdagangan bebas, serta menjalin relasi erat dengan pihak
perusahaan dalam negosiasi terkait. Selain itu, beberapa asosiasi bisnis seperti ASEXMA dan
SOFOFA (bagian dari CPC) memiliki kekuatan internal yang baik dan dekat dengan
pemerintah dalam melakukan diplomasi. Asosiasi bisnis di Chile juga memiliki kesatuan
setelah memilki musuh bersama berupa pemerintahan yang tidak pro perdagangan bebas
selama beberapa dekade. Salah satu poin penting kekuaatan asosiasi bisnis ini terletak pada
tingginya relasi perdagangan baik di internasional maupun di domestik. Ketiga hasil penelitian
ini menjadi alasan mengapa asosiasi bisnis sangat partisipatif dalam negosiasi perdagangan di
Chile. Partisipasi dapat semakin ditingkatkan apabila pemerintah merangkul lebih banyak
kepentingan yang terlibat dalam diplomasi bisnis, tidak hanya dari MNC namun juga dari
UKM dan serikat buruh.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bull, Benedicte. Policy Networks a d Busi ess Participatio i Free Trade Negotiatio s i Chile .
Journal of Latin American Studies 40 no.2 (Mei 2008): 195-224.
Claessens, Stijin, Simeon Djankov, dan Leora Klapper. The Role and Functioning of Business Groups
in East Asia and Chile . World Bank.
Frontini, Andrea. Advancing a multi-level system of European commercial diplomacy: is there a role
for
the
EU;
http://www.eesc.europa.eu/resources/docs/european-commercial-diplomacy.pdf;
Internet; diakses 06 Juni 2006.
Milner, Helen, Trading Places: Industries for Free Trade , World Politics 40 no.3 (1988): 350 -376.
McDonald, John W. The I stitute for Multi-Track Diplomacy [online profile], Journal of Conflictology
3 no.2 (2012): 66-70.
Patriot, David, Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia dalam Meningkatkan Ekspor Karet Alam ke China ,
eJournal Ilmu Hubungan Internasional UNMUL 3 no.1 (2015): 103-116.
Saner, R., Yiu, L., & Søndergaard, M. (2000). Business diplomacy management: A core competency for
global companies. The Academy of Management Executive (1993-2005), 80-92.
Schneider, Ben Ross. 2004. Business Politics and the State in Twentieth-Century Latin America.
Cambridge: Cambridge University Press.
Wilhelmy, Manfred. Chile, Lati A erica, and Asia-Pasific Regio . Revista de Cienca Politica 25 no.2
(2005): 190-197.
Woll, Cornelia, dan Alvaro Artdgas, 'When trade liberalization turns into regulatory reform: The impact
on business-government relations in international trade politics ', Regulation & Governance 1 no. 2
(2007): 121-138.
World Bank. http://www.worldbank.org/en/country/chile/overview; internet; diakses 06 Juni 2016.
12
DIPLOMASI EKONOMI
PARTISIPASI ASOSIASI BISNIS
DALAM NEGOSIASI PERDAGANGAN DI CHILE
Samuel Tambunan (1506703274)
Program Magister Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi, negara tidak lagi mendominasi praktek diplomasi ekonomi. Kelompok
bisnis, mulai dari multinational corporation (MNC), perusahaan national, asosiasi bisnis, dan
usaha kecil menengah (UKM) juga turut bermain sebagai aktor yang membentuk arah
diplomasi ekonomi. MNC dengan asetnya yang sangat besar dan pergerakannya yang
transnasional menjadi salah satu fokus penelitian hubungan internasional belakangan ini.
Dalam melakukan praktek di luar negeri, masing-masing MNC harus mendapatkan izin operasi
dari setiap negara di tempat mereka beroperasi. Karena itu banyak MNC yang melakukan
pendekatan kepada pemerintah untuk mendapatkan keuntungan komparatif. Disini peran
diplomasi bisnis menjadi penting dimana para diplomat melakukan negosiasi dan kompromi
dengan otoritas lokal dan memperhatikan tuntutan non-govermental organization (NGO)
internasional dan lokal1. Seringkali MNC bergabung dalam asosiasi bisnis, atau perkumpulan
perusahaan dalam sektor yang sama, agar dapat memperkuat kekuatan dan mempermudah
mereka mencapai kepentingan bersama. Dalam melakukan negosiasi pemerintah sering
mengikutsertakan asosiasi bisnis agar tidak terjadi kesalahpahahaman. Pemerintah melakukan
konsultasi mengenai apa yang dibutuhkan oleh asosiasi bisnis sebelum melakukan negosiasi.
Partisipasi asosiasi bisnis dalam negosiasi yang diadakan pemerintah berbeda-beda di
tiap daerah. Asosiasi bisnis di Uni Eropa memiliki kedekatan yang sangat tinggi dengan
pemerintahnya dan memiliki keterlibatan dalam diplomasi yang cukup besar. Pelaku bisnis di
Eropa hampir semuanya berfokus kepada pasar di luar negeri, dan mereka memiliki
konektivitas yang tinggi dengan sesama perusahaan di Uni Eropa2. Di Asia terdapat keragaman
karakter di negara yang berbeda, namun pada umunya perusahaan di Asia memiliki cross
shareholder yang lebih besar sehingga kepentingan perusahaan dapat beragam3. Karakteristik
di Amerika Latin adalah asosiasi bisnis sering diabaikan dan dianaktirikan dibandingkan
hartawan individual yang juga biasanya menguasai pemerintahan4. Di Argentina misalnya,
1
Saner, R., Yiu, L., & Søndergaard, M. (2000). Business diplomacy management: A core competency for global
companies. The Academy of Management Executive (1993-2005), 85. 80-92.
2
Frontini, Andrea, Advancing a multi-level system of European commercial diplomacy: is there a role for the
EU; http://www.eesc.europa.eu/resources/docs/european-commercial-diplomacy.pdf; Internet; diakses 06
Juni 2006.
3
Claessens, Stijin, Simeon Djankov, dan Leora Klapper, The Role and Functioning of Business Groups in East
Asia and Chile , World Bank: 7.
4
Bull, Benedicte, Policy Networks and Business Participation in Free Trade Negotiations in Chile , Journal of
Latin American Studies 40 no.2 (Mei 2008): 202.
1
jaringan personal menjadi lebih penting daripada jaringan formal dalam mempengaruhi hasil
akhir kebijakan.
Namun terdapat pengecualian dalam partisipasi bisnis dalam negosiasi di Amerika
Latin, yaitu di Chile. Chile sudah terkenal menjadi salah satu negara di Amerika Latin yang
mengalami perkembangan ekonomi tercepat dalam beberapa dekade terakhir. Penurunan
pertumbuhan ekonomi sebagai dampak krisis finansial global diperkirakan akan segera
kembali meningkat di Chile karena kebijakan reformasi struktural dan good governance yang
menjadi model bagi pemerintahan lain di Amerika Latin5. Tingginya pertumbuhan ekonomi
Chile tahun 1980 dan 1990-an disebut banyak dipengaruhi oleh kekuatan asosiasi bisnis di
kedua negara tersebut6. Diplomasi bisnis Chile yang baik membuat negara ini diuntungkan
dalam perdagangan dengan China yang perekonomiannya juga sedang bangkit7 Pemerintah
Chile dalam banyak kesempatan melakukan konsultasi kepada asosiasi bisnis negaranya
sebelum melakukan negosiasi perdagangan.
1.2 Rumusan Masalah
Partisipasi asosiasi bisnis dalam negosiasi perdagangan semakin penting di dunia ekonomi
politik internasional yang semakin terhubung. Chile memiliki karakteristik asosiasi bisnis yang
banyak terlibat dalam diplomasi perdagangan. Sebagai negara berkembang di Amerika Latin,
Chile tidak seharusnya memiliki asosiasi bisnis yang terlibat erat dengan negosiasi
perdagangan negaranya. Dengan demikian pertanyaan penelitian ini adalah: “Mengapa asosiasi
bisnis sangat partisipatif dalam negosiasi perdagangan di Chile?”
1.3 Konsep
Dalam makalah ini terdapat dua konsep yang akan digunakan, yaitu diplomasi bisnis, dan
partisipasi bisnis dan negosiasi perdagangan dari Benedicte Bull.
1.3.1 Diplomasi Bisnis
Diplomasi bukanlah sepenuhnya milik pemerintah. Dalam hubungan internasional dikenal
setidaknya sembilan trek diplomasi. Trek pertama adalah antar pemerintah negara, sedangkan
5
World Bank, http://www.worldbank.org/en/country/chile/overview; internet; diakses 06 Juni 2016.
Schneider, Ben Ross, 2004, Business Politics and the State in Twentieth-Century Latin America, Cambridge:
Cambridge University Press 211: 213.
7
Wilhelmy, Ma fred, Chile, Lati A erica, a d Asia-Pasific Regio , Revista de Cienca Politica 25 no.2 (2005):
193.
6
2
trek kedua adalah antar profesional non-pemerintah, dan trek ketiga adalah antar pelaku bisnis8.
Diplomasi bisnis adalah diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah dan pelaku bisnis yang
didasari untuk pencarian pasar baru, pencitraan negara asal, pembentukan jaringan/partner,
peningkatan keunggulan kompetisi perusahaan, dan dukungan kegiatan ekonomi di negara
lain9. MNC membutuhkan diplomasi bisnis sebagai saluran komunikasi antar perusahaan dan
antara perusahaan dengan pemerintah lokal agar tidak menimbulkan konflik. Pemerintah
memiliki peran untuk mengembangkan kapasitas MNC dari negaranya. Dalam diplomasi
bisnis diperlukan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan perusahaan. Pemerintah
sering merlibatkan wakil perusahaan dalam perundingan, sementara banyak perusahaan yang
mulai mempekerjakan mantan diplomat untuk melakukan negosiasi.
1.3.2 Partisipasi Bisnis dalam Negosiasi Perdagangan
Partisipasi pelaku bisnis merupakan salah satu faktor penting keberhasilan diplomasi bisnis.
Menurut Benedicte Bull, terdapat tiga syarat agar pelaku bisnis dapat berpartisipasi signifikan
dalam negosiasi perdagangan. Syarat pertama adalah bahwa kepentingan pelaku bisnis sesuai
dengan tujuan negosiasi10. Perusahaan akan mau berpartisipasi pada negosiasi yang mereka
rasa akan berdampak positif (dalam jangka pendek atau menengah) bagi kepentingan mereka.
Syarat kedua adalah orientasi kebijakan pemerintah yang lebih terbuka terhadap perdagangan
bebas. Perusahaan akan lebih mau berpartisipasi jika di negara tersebut terdapat dominasi
koalisi yang berorientasi perdagangan bebas. Dalam dunia yang semakin menerapkan ekonomi
terbuka, dikotomi antara proteksionis dan aperdagangan bebas sudah tidak memiliki relevansi
lagi11. Karena itu pertanyaannya bukan lagi melakukan liberalisasi atau tidak, namun
bagaimana meliberalisasi perdagangan di sektor yang berbeda12. Syarat ketiga adalah jika
asosiasi bisnis cukup kuat dan dapat menjalankan kepentingan bisnis perusahaan naungannya.
Pengaruh yang dihadirkan oleh asosiasi bisnis lebih transparan, terjamin, dan akuntabel
daripada pengusaha individual, dan dapat memberikan nasihat kebijakan yang lebih akurat13.
McDo ald, Joh W., The I stitute for Multi-Track Diplomacy [online profile], Journal of Conflictology 3 no.2
(2012): 67.
9
Naray dalam Patriot, David, Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia dalam Meningkatkan Ekspor Karet Alam ke
China , eJournal Ilmu Hubungan Internasional UNMUL 3 no.1 (2015): 108.
10
Bull, op.cit., 201.
11
Milner, Helen, Trading Places: Industries for Free Trade , World Politics 40 no.3 (1988): 355.
12
Woll, Cornelia, dan Alvaro Artdgas, 'When trade liberalization turns into regulatory reform: The impact on
business-government relations in international trade politics ', Regulation & Governance 1 no. 2 (2007): 127.
13
Rivariola, Andres, dalam Bull, op.cit., 202.
8
3
Asosiasi bisnis yang kuat akan menjamin partisipasi bisnis yang lebih baik dalam negosiasi
perdagangan.
1.4 Kerangka Analisis
Kerangka analisis makalah ini didasarkan pada konsep dari Benedicte Bull, yaitu partisipasi
asosiasi bisnis dalam negosiasi perdagangan sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh
kepentingan pelaku bisnis, orientasi kebijakan, dan kekuatan asosiasi bisnis sebagai variabel
independen.
Tabel 1. Kerangka analisis (sumber: diolah dari Bull, B., 2008.)
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kepentingan
pelaku bisnis
Orientasi
kebijakan
Partisipasi asosiasi bisnis
dalam negosiasi perdagangan
Kekuatan asosiasi
bisnis
4
2
ANALISA
2.1 Diplomasi Bisnis di Chile
Diplomasi bisnis Chile dilakukan terhadap banyak negara dan kelompok negara dunia, mulai
dari sesama Amerika Latin, Asia, Uni Eropa, dan Asia. Di Amerika Latin beberapa perusahaan
gencar melakukan negosiasi perdagangan dengan institusi regional seperti Latin American
Integration Associaton (ALADI) dan Mercosur. Keterlibatan Chile dengan Mercosur
dipengaruhi oleh usaha Chile mendekati Uni Eropa yang gencar mendorong integrasi regional
pada 199614. Chile melakukan pendekatan dengan Amerika Serikat sejak terlepas dari
kediktatoran, dan bahkan sempat diundang untuk bergabung dalam anggota NAFTA (North
American Free Trade Area ). Chile melakukan diplomasi bisnis terhadap beberapa negara di
Asia Pasifik, seperti China, Jepang, Korea, Singapura, dan Selandia Baru. Ketika negara
Amerika Latin lain memiliki defisit perdagangan sangat besar terhadap China, neraca
perdagangan Chile-China memiliki surplus, terutama karena ekspor tembaga Chile ke China15.
Dalam melakukan diplomasi bisnis, pemerintah Chile banyak bekerja sama dengan
beberapa asosiasi bisnis utama di Chile. Asosiasi bisnis terbesar di Chile dan paling luas dalam
mencakup sektor perusahaan adalah CPC (Confederation of Production and Commerce) yang
mencakup enam asosiasi bawahan, diantaranya adalah SNA (National Agricultural
Association) yang berfokus di produk pertanian, dan SOFOFA (Society for Manufacturing
Promotion) yang berfokus di manufaktur16. Selain itu terdapat ASEXMA (The Association of
Manufacture Exporters) yang juga cukup signifikan dalam diplomasi bisnis Chile.
Diplomasi bisnis di Chile berkembang pesat pasca pemerintahan diktator Augusto
Pinochet (1973-1990). Masa pemerintahan Patricio Alywin (1990-1994) diplomasi bisnis
masih membangun fondasi dan formalisasi, yang kemudian dikembangkan oleh Presiden
Eduardo Frei (1994-2000), dan semakin mengikutsertakan kelompok bisnis pada masa
pemerintahan Ricardo Lagos (2000-2006). Perkembangan diplomasi bisnis di tiga masa
pemerintahan tersebut akan semakin terlihat pada bagian selanjutnya dari makalah ini.
14
Bull, op.cit., 205.
Wilhelmy, op.cit., 194.
16
Bull, op.cit., 206.
15
5
2.2 Partisipasi Asosiasi Bisnis dalam Negosiasi Perdagangan di Chile
Penjelasan pada bagian ini akan dibagi dalam tiga bagian, sesuai dengan kerangka analisis yang
telah disampaikan sebelumnya.
2.2.1 Kepentingan Pelaku Bisnis dalam Negosiasi
Kepentingan pelaku bisnis dalam negosiasi pertama kali terlihat dalam proses diplomasi
dengan Amerika Serikat dan Amerika Latin sekitar tahun 1990-an. Ketika itu presiden Aylwin
mencari kemungkinan dalam melakukan negosiasi perdagangan bebas dengan Amerika
Serikat, yang disambut baik oleh asosiasi bisnis di Chile. Mereka mendukung karena
perusahaan Chile terhadang tarif tinggi dalam melakukan ekspor ke Amerika Serikat, namun
karena banyaknya non-tariff barrier seperti social dumping yang beralasan kegagalan mereka
menyesuaikan dengan standar buruh internasional17. Perdagangan bebas secara umum dilihat
pemerintah dapat meningkatkan citra Chile sebagai eksportir. Dalam memfasilitasi perjanjian
tersebut, CPC dan SOFOFA mencoba melakukan lobi ke kongres Amerika melalui relasi
personal dari asosiasi bisnis Amerika Serikat. Tidak hanya dengan Amerika Serikat,
kepentingan pelaku bisnis juga terlihat dalam negosiasi dengan Meksiko dan Venezuela,
dimana ASEXMA menolak sekitar 30-60% ekspor dari kedua negara tersebut sebagai bagian
dari perjanjian 18. Usaha diplomasi CPC dan SOFOFA terkendala oleh kurangnya pengalaman
dan keahlian dalam diplomasi bisnis namun tetap berhasil, sementara usaha ASEXMA gagal
dimasukkan dalam perjanjian.
Kepentingan asosiasi bisnis semakin terlihat di periode pemerintahan presiden Chile
selanjutnya, Eduardo Frei, di tahun 1994 sampai 2000. Ketika itu sebagian besar kelompok
bisnis yang dipimpin SOFOFA mendukung masuknya Chile dalam NAFTA, namun SNA
menolak karena dapat mengancam hasil pertanian Chile19. Ketika peluang masuk NAFTA
ditutup, Chile mulai melakukan negosiasi dengan Kanada. SNA tetap menolak karena melihat
produsen ayam dan daging di Kanada sangat kompetitif dan dapat mendominasi perdagangan
daging di Chile. Namun tidak hanya sekedar menolak, SNA mengikuti diplomat Chile dalam
diplomasi dan melakukan kompromi sampai perjanjian disetujui. Dalam negosiasi dengan
Mercosur, asosiasi perusahaan memiliki kepentingan untuk menjaga keuntungan yang
diperoleh dari kerangka kerjasama sebelumnya. SNA pada saat itu menolak untuk
17
Silva, Veronica, dalam Bull, op.cit. 211.
Bull, op.cit., 212.
19
Ibid., 215.
18
6
berpartisipasi dalam negosiasi, namun melakukan protes melalui media dan demonstrasi
karena percaya perjanjian tersebut tidak memiliki mekanisme dalam melindungi perubahan
makroekonomi, dan tidak menyediakan akses yang setara kepada produk pertanian Chile ke
Mercosur20. Namun sayangnya kedua usaha SNA ini tidak dapat mencegah persetujuan.
Kepentingan asosiasi bisnis terutama SNA yang bertenntangan dengan pemerintah
termarjinalisasi selama periode pemerintahan Frei.
Usaha diplomasi asosiasi bisnis mengalami masa paling sukses di awal abad ke 20.
Pada pemerintahan Ricardo Lagos saat itu, negosiasi perdagangan didominasi oleh negosiasi
perdagangan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, dan terakhir dengan Asia. Sebagian besar
asosiasi bisnis juga berorientasi positif terhadap perjanjian ini, kecuali SNA dan ASEXMA
yang khawatir perjanjian akan berdampak buruk terhadap peroduk agrikultur Chile21. Berbeda
dari pemerintahan sebelumnya, walaupun tidak menjadi oposisi yang signifikan dalam
perjanjian, diplomat Chile dalam negosiasi tersebut melakukan diskusi dengan kelompok
bisnis yang merasa keberatan. Di saat yang bersamaan diplomasi bisnis yang dilakukan SNA
juga semakin kuat dimana mereka melakukan negosiasi tersendiri dengan asosiasi bisnis di
Amerika Serikat. Negosiasi dengan Uni Eropa terkait produk anggur dan akses perikanan
menjadi tonggak kedekatan hubungan antara pelaku bisnis dengan pemerintah karena
kepentingan asosiasi bisnis terkait dipenuhi dalam perjanjian22. Dalam negosiasi dengan
negara-negara Asia, kepentingan perusahaan terbagi dua, yaitu mereka yang ingin
mendapatkan akses pasar Asia di sektor material mentah, dan UKM manufaktur dan produsen
agrikultur yang merasa perdagangan dengan Asia lebih merupakan ancaman. Pada intinya,
pendekatan asosiasi bisnis sudah lebih baik dalam menyampaikan kepentingan mereka.
2.2.2 Orientasi Kebijakan Perdagangan Negara
Pemerintahan Chile sejak runtuhnya kediktatoran Augusto Pinochet memiliki orientasi sangat
pro perdagangan bebas. Di awal tahun 1990-an inisiatif perdagangan bebas bilateral dan
regional di ekonomi politik internasional meningkat pesat. Setelah lepas dari kediktatoran,
Chile berusaha untuk memperkuat hubungan politik dengan negara sekitarnya melalui
perjanjuan perdagangan. Chile pada saat itu telah memiliki ekonomi terbuka sehingga tidak
banyak kerugian yang dapat terjadi dari perjanjian perdagangan bebas23. Terdapat dua pilihan
20
Ibid., 215.
Ibid., 218.
22
Ibid., 219.
23
Ibid., 203.
21
7
dalam tujuan perdagangan ekspor Chile, yaitu mendekat ke Amerika Serikat, atau ke sesama
negara Amerika Latin. Chile merupakan negara pertama setelah 1990 yang mengajukan
perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat24 Opsi pendekatan ke Amerika Latin
memiliki rintangan karena barrier rendah Chile dan strategi liberalisasinya tidak sesuai dengan
strategi Amerika Latin lain yang saat itu masih sangat proteksionis. Chile juga giat melakukan
negosiasi perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa dan Asia. Chile menandatangani
European Free Trade Association (EFTA) dan telah memiliki perdagangan bebas dengan
Korea Selatan sejak tahun 200325. Dalam kurun waktu 17 tahun Chile telah memiliki 21
perjanjian perdagangan bebas di seluruh region dunia kecuali Afrika.
Tabel 2. Perjanjian perdagangan bebas Chile tahun 1983 – 2006 (sumber: DIRECON, Ministry of Foreign Affairs, Chile)
Negara/ kelompok Tahun
Tahun
Negara/
kelompok Tahun
Tahun
negara
perjanjian
berlaku
negara
perjanjian
berlaku
ALADI
1983
1983
Uni Eropa
2002
2003
Meksiko
1991/1999 1991/2003
Korea Selatan
2003
2004
Venezuela
1993
1993
Amerika Selatan
2003
2004
Bolivia
1993
1993
EFTA
2003
2004
Colombia
1994
1994
P4 (Brunei, Selandia 2005
2006
Baru, Singapura)
Ekuador
1994
1995
China
2005
2006
Mercosur
1996
1996
India
2006
2007
Kanada
1996
1997
Jepang
2007
2007
Peru
1998/2006 1999/2006
Panama
2006
-
Kosta Rika
1999
2002
Kolombia
2006
-
El Salvador
1999
2002
Peru
2006
-
Selain berorientasi pada perdagangan bebas, pemerintah Chile juga berusaha menjalin
kedekatan dengan perusahaan dalam diplomasi bisnis di setiap periode pemerintahan. Pada
periode awal setelah keruntuhan pemerintahan diktator, tingkat kepercayaan perusahaan
kepada pemerintah sangat rendah, direktorat yang mengurus hubungan ekonomi internasional,
DIRECON, juga masih lemah secara institusi. Masalah kepercayaan diatasi dengan diskusi
24
25
Ramos, Joseph, dalam Bull, op.cit., 204.
Bull, op.cit., 205.
8
strategi perdagangan antara pemerintah dengan perwakilan bisnis dan buruh. Pemerintah juga
melakukan formalisasi partisipasi dari asosiasi bisnis melalui pembentukan dewan bilateral
untuk perdagangan dan investasi yang mengundang representasi dari perusahaan dan serikat
buruh26. Dalam pemerintahan selanjutnya diplomat melanjutkan langkah pendekatan dengan
kelompok bisnis dengan melakukan konsultasi dengan perwakilan perusahaan di tengahtengah negosiasi. Pemerintah menciptakan ‘room next door ’ sebagai institusi untuk
memperkuat partisipasi bisnis di dalam negosiasi. Instrumen tersebut bekerja dengan
mengundang asosiasi bisnis utama dan perwakilan buruh untuk mengikuti jalannya negosiasi
di ruangan yang bersebelahan dengan area negosiasi sebenarnya dan sekaligus memberikan
masukan kepada negosiator dari pemerintah27. Pendekatan ini diperkuat dengan pembentukan
Public-Private Council for Export Development (CPDDE) yang semakin memfasilitasi
masukan dari sisi bisnis dalam pembuatan kebiijakan. Selain pembentukan institusi baru,
instusi lama DIRECON juga semakin diperkuat. Terakhir, dalam melakukan diplomasi dengan
negara-negara Asia, diplomat Chile terinspirasi dengan bagaimana perwakilan bisnis Asia
selalu ikut serta dalam setiap misi diplomatik mereka, sehingga pemerintah Chile merasa perlu
untuk semakin meningkatkan partisipasi pelaku bisnis dalam diplomasi28.
2.2.3 Kekuatan Asosiasi Bisnis
Kekuatan asosiasi bisnis di Chile disebabkan karena berbagai asosiasi perdagangan di Chile
yang bersatu, tidak hanya untuk menangkap keuntungan yang ditawarkan pemerintah, namun
juga mempertahankan kepentingan mereka dari ancaman yang ada. Pembentukan CPC di tahun
1934 misalnya muncul sebagai respon dari menguatnya pergerakan buruh dan negara yang
semakin intervensionis29. Ancaman selanjutnya muncul ketika Chile kembali bersifat
intervensionis di tahun 1964. Periode kediktatoran Pinochet yang tidak memihak ke perusahaan
semakin memperkuat persatuan antar perusahaan. Begiu pemerintahan Pinochet berakhir,
berbagai asosiasi bisnis sudah dapat berperilaku seperti sebuah blok yang disatukan akan
evaluasi dari periode Pinochet, mereka sama-sama percaya pada model neo-liberal dan skeptis
terhadap intervensi pemerintah. Krisis ekonomi yang melanda Chile di tahun 1982-83
membuat beberapa perusahaan hancur, namun dapat bangkit kembali dengan pengalaman lebih
banyak dan strategi yang lebih kuat30. Beberapa asosiasi bisnis yang pada 1930 lebih mirip
26
Porras, dalam Bul, op.cit., 209.
Bull, op.cit., 213.
28
Ibid., 219.
29
Ibid., 206.
30
Ibid., 207.
27
9
kelompok politik dan sosial, menjadi lebih profesional dan jauh lebih kuat sejak 1960.
Pemerintah juga mulai meminta nasihat kebijakan setelah kekuatan asosiasi bisnis cukup
signifikan di perekonomian nasional.
Setelah periode Pinoceht berakhir, beberapa asosiasi bisnis seperti ASEXMA dan
SOFOFA semakin memperkuat institusinya.
ASEXMA berusaha mempertahankan
kepentingan dari perusahaan manufaktur berorientasi ekspor berukuran medium. Setelah
bertahan dari krisis ekonomi, mereka adalah kelompok bisnis pertama yang menyatakan
dukungan terhadap perdagangan bebas31. ASEXMA biasanya lebih dahulu melakukan
diplomasi dengan asosiasi bisnis lain di Amerika Latin sebelum negara melakukan diplomasi
perdagangan. SOFOFA juga membangun keahlian teknikal dalam perdagangan, memperkuat
relasi denang pemerinta, dan menjadi koordinator dari seluruh sektor privat. SOFOFA pada
awalnya merupakan asosiasi bisnis yang tidak begitu mendukung perdagangan bebas. Salah
satu usaha signifikan yang dilakukan adalah dengan merekrut mantan direktur DIRECON yang
menyediakan relasi tinggi dan menjadi pondasi dasar dalam penciptaan jaringan perdagangan
bagi SOFOFA32. SOFOFA semakin terkoordinir dalam melakukan diplomasi bisnis di akhir
tahun 1990-an dan perannya dalam melakukan mediasi dengan pemerintah semakin besar.
Relasi asosiasi bisnis Chile, baik internasional dan domestik, juga mengalami peningkatan
pesat. American Chamber of Congress (AmCham) membentuk kantor yang khusus bekerja
dalam pembentukan kerja sama antara Chile dengan Amerika Serikat, yang mempermudah
akses jaringan asosiasi bisnis antar kedua negara. Perwakilan perusahaan di Chile juga mulai
berpartisipasi di pertemuan dewan internasional, seperti di APEC pada 2006. Pembentukan
Chilean Pacific Foundation juga memperkuat peran pelaku bisnis dalam pembentukan
kebijakan ekonomi, khususnya terkait isu-isu di Asia 33. Di tingkat domestik, relasi bisnis
SOFOFA semakin dalam dengan bergabungnya perusahaan berbasis ekspor agrikultural ke
dalam asosiasi bisnis tersebut34. SOFOFA semakin tersentralisasi dan bahkan sejak awal 2000an, SOFOFA dan pemerintah Chile semakin menyatu. SOFOFA menjadi sangat terintegrasi
dengan pemerintah dan pengaruhya pun sangat kuat dalam diplomasi bisnis yang dijalankan
pemerintah.
31
Ibid., 210.
Ibid., 211.
33
Ibid., 214.
34
Ibid., 217.
32
10
3
KESIMPULAN
Partisipasi asosiasi bisnis dalam negosiasi perdagangan akan tinggi apabila negosiasi yang ada
sesuai memberi pengaruh positif terhadap kepentingan bisnis, orientasi kebijakan pemerintah
yang pro perdagangan bebas, dan asosiasi bisnis yang kuat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari tahun 1990 hingga 2006 hanya sebagian kepentingan asosiasi bisnis Chile sesuai
dengan
perjanjian
perdagangan,
yang
dijalankan.
Beberapa
kepentingan
asosiasi
dimarginalisasi dari proses perundingan yang ada namun secara umum kepentingan dalam
diplomasi bisnis di Chile semakin baik disampaikan sejalan dengan bergantinya periode
pemerintahan. Selanjutnya orientasi kebijakan pemerintah Chile sejak berakhirnya masa
diktator adalah pro ekspor dan perdagangan bebas, serta menjalin relasi erat dengan pihak
perusahaan dalam negosiasi terkait. Selain itu, beberapa asosiasi bisnis seperti ASEXMA dan
SOFOFA (bagian dari CPC) memiliki kekuatan internal yang baik dan dekat dengan
pemerintah dalam melakukan diplomasi. Asosiasi bisnis di Chile juga memiliki kesatuan
setelah memilki musuh bersama berupa pemerintahan yang tidak pro perdagangan bebas
selama beberapa dekade. Salah satu poin penting kekuaatan asosiasi bisnis ini terletak pada
tingginya relasi perdagangan baik di internasional maupun di domestik. Ketiga hasil penelitian
ini menjadi alasan mengapa asosiasi bisnis sangat partisipatif dalam negosiasi perdagangan di
Chile. Partisipasi dapat semakin ditingkatkan apabila pemerintah merangkul lebih banyak
kepentingan yang terlibat dalam diplomasi bisnis, tidak hanya dari MNC namun juga dari
UKM dan serikat buruh.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bull, Benedicte. Policy Networks a d Busi ess Participatio i Free Trade Negotiatio s i Chile .
Journal of Latin American Studies 40 no.2 (Mei 2008): 195-224.
Claessens, Stijin, Simeon Djankov, dan Leora Klapper. The Role and Functioning of Business Groups
in East Asia and Chile . World Bank.
Frontini, Andrea. Advancing a multi-level system of European commercial diplomacy: is there a role
for
the
EU;
http://www.eesc.europa.eu/resources/docs/european-commercial-diplomacy.pdf;
Internet; diakses 06 Juni 2006.
Milner, Helen, Trading Places: Industries for Free Trade , World Politics 40 no.3 (1988): 350 -376.
McDonald, John W. The I stitute for Multi-Track Diplomacy [online profile], Journal of Conflictology
3 no.2 (2012): 66-70.
Patriot, David, Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia dalam Meningkatkan Ekspor Karet Alam ke China ,
eJournal Ilmu Hubungan Internasional UNMUL 3 no.1 (2015): 103-116.
Saner, R., Yiu, L., & Søndergaard, M. (2000). Business diplomacy management: A core competency for
global companies. The Academy of Management Executive (1993-2005), 80-92.
Schneider, Ben Ross. 2004. Business Politics and the State in Twentieth-Century Latin America.
Cambridge: Cambridge University Press.
Wilhelmy, Manfred. Chile, Lati A erica, and Asia-Pasific Regio . Revista de Cienca Politica 25 no.2
(2005): 190-197.
Woll, Cornelia, dan Alvaro Artdgas, 'When trade liberalization turns into regulatory reform: The impact
on business-government relations in international trade politics ', Regulation & Governance 1 no. 2
(2007): 121-138.
World Bank. http://www.worldbank.org/en/country/chile/overview; internet; diakses 06 Juni 2016.
12