MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS PADA TEKS TRANSAKSIONAL DAN INTERPERSONAL MELALUI METODE ROLE PLAY PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2 BANTARUJEG

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS
PADA TEKS TRANSAKSIONAL DAN INTERPERSONAL MELALUI
METODE ROLE PLAY PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2
BANTARUJEG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Disusun Oleh :
Drs. ASEP IWAN K
NIP. 19670806 199903 1 006

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 3 LEMAHSUGIH
TAHUN 2010

1

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS/CLASSROOM ACTION RESEARCH


Bahwa yang bersangkutan benar-benar telah membuat proposal PTK yang berjudul :

” MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS
PADA TEKS TRANSAKSIONAL DAN INTERPERSONAL MELALUI METODE ROLE
PLAY PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 3 LEMAHSUGIH
TAHUN PELAJARAN 2009/2010 ”

Pembimbing:
SUTISNA. SPd
NIP. 19

Menyetujui/Mengesahkan
Kepala SMP Negeri3 Lemahsugih,

Peneliti,

HUMAEDI. SPd

Drs. ASEP IWAN K


DAFTAR ISI

2

Halaman Sampul ……………………………………………………………………...
Halaman Pengesahan …………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………………….
A. Judul Penelitian…………………………………………………………...
B. Latar Belakang Masalah ………………………………………………...
C. Rumusan Masalah ………………………………………………………..
D. Hipotesa Masalah ………………………………………………………...
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………....
F. Mamfaat Hasil Penelitian …………………………………………………
G. Kajian Pustaka ……………………………………………………………
H. Rencana dan Prosedur Penelitian ………………………………………
I. Daftar Pustaka …………………………………………………………….
Lampiran

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. JUDUL
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS PADA TEKS
TRANSAKSIONAL DAN INTERPESONAL MELALUI METODE ROLE PLAY PADA
SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 3 LEMAHSUGIH TAHUN PELAJARAN
2009/2010
B. LATAR BELAKANG

3

Bahasa adalah sarana yang sangat penting untuk komunikasi manusia. Hal ini digunakan
untuk membuat interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan juga digunakan untuk
mengekspresikan emosi, perasaan, dan pendapat di dalam bahasa.
Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa internasional yang digunakan oleh banyak orang
di dunia dan di banyak bidang kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dengan
menggunakan bahasa Inggris adalah cara termudah untuk berkomunikasi dengan orangorang dari negara lain tentang banyak aspek dalam kehidupan manusia seperti teknologi,
ekonomi, sosial, dan politik.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.
Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi

dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan
memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam
empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan
wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, metode mata pelajaran Bahasa
Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar
lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi
tertentu. Pada akhirnya akan menciptakan sosok manusia yang mampu berkomunikasi
secara efektif, memiliki percaya diri yang tinggi, kritis dalam berfikir dan mampu
memecahkan masalah serta berperan aktif baik secara mandiri maupun dalam kelompok.
Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai
tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaiikan
masalah sehari-hari.
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMP /MTs bertujuam agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk
mencapai tingkat literasi functional.
2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentBngnya bahasa Inggris untuk
meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat glogal.
3. Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dan

budaya.

4

Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris untuk tingkat SMP tersebut tercantum dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tentang Standar Isi serta Nomor 23
tentang Standar Kelulusan (SKL)
Dalam mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Inggris tersebut, guru masih menghadapi
berbagai permasalahan yang berasal baik dari siswa sendiri maupun dari guru serta dari
faktor pendukung lainya. Guru masih belum mampu mengembangkan metode
pembelajaran yang sesuai dan efektif. Disamping itu saat ini masih banyak ditemui guru
yang masih berorientasi pada teori (usage) ketimbang penggunaan (use),serta masih
oriented-curriculum. Sebagian besar guru Bahasa Inggris di SMP belum mampu
menciptakan kondisi yang dapat menjadi alternative pemecahan masalah yang ditemui.
Permasalahan klasik pembelajaran Bahasa Inggris yang masih ditemui dalam kelas adalah
kurangnya motivasi dalam pemakaian Bahasa Inggris. Siswa kurang memiliki rasa
percaya diri dalam menggunakan bahasa tersebut dalam komunikasi sehari-hari. Maka
dengan adanya fenomena pembelajaran Bahasa Inggris ini menyebabkan hingga sampai
akhir pendidikan SMP siswa masih belum mampu menggunakan bahasa Inggris tersebut
sesuai yang diharapkan.

Pada umumnya para guru bahasa Inggris menyadari bahwa yang menjadi akar masalah
dalam pembelajaran adalah kurangnya kesempatan bagi siswa untuk menggunakan
bahasa Inggris. Kesempatan berbahasa seharusnya selalu dapat diciptakan karena Bahasa
Inggris adalah sebagai bahasa asing dinegara kita. Guru seharusnya mampu mencipatakan
atmosfir bahasa Inggris dalam kelas minimal selama kelas berlangsung.
Pengajaran Bahasa Inggris di SMP meliputi keempat keterampilan berbahasa yaitu:
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur
bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema
sebagai alat pencapai tujuan.
Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, pembelajaran keterampilan Bebicara
(Speaking) ternyata kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Kemampuan
mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get thing done) dan
interpersonal(bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan
secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang
melibatkan tindak tutur: meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan, memberi
perhatian terhadap pembicara, mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan,
serta mengawali,memperpanjang,dan menutup percakapan telpon

adalah salah satu


Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas VIII Sekolah Menengah

5

Pertama (SMP). Pembelajaran mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional
(to get thing done) dan interpersonal(bersosialisasi) pendek sederhana dengan
menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi
dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta, memberi persetujuan,
merespon

pernyataan,

memberi

perhatian

terhadap

pembicara,


mengawali,

memperpanjang dan menutup percakapan, serta mengawali,memperpanjang,dan menutup
percakapan telpon telah penulis lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut
penulis menjelaskan materi pokok yang terdapat dalam indikator sebagai berikut :
1. Bertanya dan menjawab tentang meminta, memberi persetujuan
2. Bertanya dan menjawab tentang merespon pernyataan
3. Bertanya dan menjawab tentang, memberi perhatian terhadap pembicara
4. Bertanya dan menjawab tentang, mengawali, memperpanjang dan menutu percakapan
5. Bertanya dan menjawab tentang, mengawali, memperpanjang dan menutup
percakapan telpon
Siswa diperdengarkan teks tentang Meminta, memberi persetujuan, Merespon pernyatan,
Memberi perhatian terhadap

pembicara, Mengawali memperpanjang dan menutup

percakapan, Mengawali memperpanjang dan menutup telpon dan diminta untuk
mengumpulkan fakta-fakta dari percakapan yang mereka dengarkan. Selanjutnya siswa
diminta untuk membuat percakapan dan menyajikannya di depan kelas.
Hasil pembelajaran tersebut ternyata dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari

hasil refleksi penulis diperoleh data bahwa selama proses pembelajaran siswa sangat pasif
dan mengeluh serta munculnya rasa tidak percaya diri. Mereka sangat kesulitan dalam
mengerjakan tugas-tugasnya. Jelas, pembelajaran ini sangat tidak efektif atau dengan kata
lain pembelajaran tersebut tidak berhasil (gagal).
Maka untuk memecahkan masalah pembelajaran Bahasa Inggris diatas, guru diharapkan
mampu menemukan berbagai alternative solusi yang dapat meningkatkan kompetensi
siswa dalam pemakaian bahasa Inggris. Alternatif solusi harus mampu memotivasi siswa,
dapat menciptakan kondisi alami dalam menggunakan bahasa sehingga disadari bahwa
Bahasa Inggris adalah alat komunikasi sebagaimana halnya bahasa lainnya. Penulis sadar
bahwa di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan
inovatif. Guru harus mampu mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi
dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan
bukan pula sosok otoriter, tapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu
memfasilitasi menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang

6

mereka butuhkan. Pemilihan teknik atau strategi mengajar sangat mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar. Pendekatan kontekstual sebagai staretegi pengajaran.,

membantu guru mengaitkan antara materi dan kegiatan di kelas dengan dunia nyata
siswa. Dengan demikian siswa akan merasa ada manfaat belajar di kelas. Selain itu, siswa
juga akan mempunyai waktu untuk mempraktekkan bahasa sasaran dan berfikir tentang
apa yang dipelajari sehingga kemampuan bahasa lnggrisnya dapat meningkat apabila
digunakan pendekatan kontekstual. Maka penggunaan metode Role diharapkan dapat
menjawab permasalahan-permasalahan Bahasa Inggris diatas.
Oleh karena itu, penulis mencoba merencanakan melakukan penelitian tindakan kelas
dengan judul, ”Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Pada Teks
Transaksional Melalui Metoda Role Play Pada Kelas VIII D SMP Negeri 3
LemahsugihPelajaran 2009/2010”

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan
permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah:”Apakah penerapan metode Role
Play dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris Pada Teks Transaksional
dan Interpersonal Di Kelas VIII D SMP Negeri 3 Lemahsugih Tahun Pelajaran
2009/2010?”
D. HIPOTESA PENELITIAN
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Jika dalam pembelajaran
mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get thing done) dan

interpersonal (bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan Teknik Role Play,
maka kualitas proses dan hasil pembelajaran akan meningkat”.
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan

kemampuan

siswa

untuk

melakukan

pecakapan

berbentuk

transaksional dan Interpersonal
2. Mengembangkan strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif,
inovatif, efisien dan menyenangkan
3. Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan
mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya secara sederhana baik lisan
maupun tertulis.
F. MAMFAAT HASIL PENELITIAN

7

a. Bagi Guru
1. Mengembangkan model pembelajaran yang efektif, inovatif, efisien dan
menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi komunikatif
mereka.
2. Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar.
3. Membantu meningkatakan kualitas profesionalisme guru sebagai pendidik.
4. Membantu dalam penyusunan karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat
kenaikan pangkat dari golongan IVb ke jenjang berikutnya.
5. Membantu dalam penyusunan karya ilmiah untuk dijadikan penilaian guna
mendapatkan tunjangan sertifikasi guru/pendidik.
b. Bagi Siswa
1. Meningkatkan kemampuan siswa mengungkapkan makna dalam percakapan
transaksional (to get thing done) dan interpersonal(bersosialisasi) pendek
sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan
berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak
tutur: meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan, memberi perhatian
terhadap pembicara, mengawali, memperpanjang dan menutup percakapan, serta
mengawali,memperpanjang,dan menutup percakapan telpon.
2. Meningkatkan rasa senang dan motivasi belajar.
3. Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam berkomunikasi.
4. Meningkatkan kompetensi komunikatif dan prestasi Belajar Bahasa Inggris.
5. Meningkatkan keaktifan, kreativitas dan hasil belajar siswa yang lebih tinggi.
c. Bagi Sekolah
Melalui metode pembelajaran ROLE PLAY membantu memperbaiki pembelajaran
Bahasa Inggris di SMP Negeri3 Lemahsugih.
G. KAJIAN PUSTAKA
a. Teks Transaksional dan Interpersonal
Teks transaksional (Transactional ) mengacu pada konten atau maksud pembicaraan
misalnya: menyuruh, bertanya, memberitahu informasi, berseru, memuji, mengeluh,
menyapa, dan lain sebagainya dan interpersonal mengacu pada bagaimana bahasa
dapat mempertahankan hubungan social, mempererat hubungan pembicara dengan
lawan bicara, serta memunculkan aktualisasi atau status dan keberadaaan masingmasing pembicara.

(Otong Setiawan Djuharie.

“Istilah

Dalam

Genre” <

http://bpgdisdik-jabar.net/materi/4_smp_bing_1.pdf>.
Teks transaksional bertujuan menyampaikan informasi-informasi yang ada dalam
benak peserta didik serta memahami pesan informasi lawan bicaranya dalam

8

pergulatan komunikasi. Sedangkan teks interpersonal bertujuan agar peserta didik
memahami dan menghasilkan ungkapan-ungkapan dalam menunaikan fungsi-fungsi
komunikasi antar pribadi baik lisan maupun tulisan.

b. Contextual Teaching Learning (CTL)
Hakekat Pembelajaran kontekstual (CTL)
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment).
Pengertian CTL
1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke
permasalahan/konteks lainnya
2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pembelajar membuat
hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
Karakteristik Pembelajaran CTL
1. Kerjasama.
Saling menunjang.
2. Menyenangkan, tidak membosankan.
3. Belajar dengan bergairah.
4. Pembelajaran terintegrasi.
5. Menggunakan berbagai sumber.
6. Siswa aktif.
7. Sharing dengan teman.
8. Siswa kritis guru kreatif.
9. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain.

9

10. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.
Berbagai pendekatan, strategi maupun model pembelajaran telah dikembangkan oleh
para ahli untuk mengcover kemampuan berpikir siswa yang berbeda-beda tersebut.
Pendekatan yang paling sering digunakan di era Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah Contextual Teaching and Learning (CTL) yang
dikembangkan dalam model Cooperative Learning. Pendekatan CTL itu sendiri
memiliki 7 elemen penting, yaitu: inkuiri (inquiry), pertanyaan (questioning),
kontruktivistik (contruktivism), pemodelan (modeling), masyarakat belajar (learning
community), penilaian otentik ( authentic assessment) dan refleksi (reflection). Para
ahli berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan di era
pendidikan sekarang yang lebih mengarah pada kontekstual, bermakna dan
menyenangkan.
Blancard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran kontekstual dengan:
1) menekankan pemecahan masalah;
2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai
konteks seperti rumah, masyarakat dan pekerjaan;
3) mengajari siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri
sehingga menjadi siswa mandiri;
4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda;
5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
6) menerapkan penilaian autentik
Penulis menyetujui bahwa pendekatan CTL sangat cocok untuk digunakandalam
pembelajaran di era KTSP ini, hanya saja tujuh pilar CTL ini dianggap terlalu berat jika
akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMPN 2 Bantarujeg khususnya di kelas
VII D. Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana
tanpa mengurangi esensi dari CTL itu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode pembelajaran Role Play.
c. Metoda Role Play
Role play adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan
sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1 986). Dalam Role Play siswa
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi
di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, Rote Play sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan

10

dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat
menggunakan bahasa Inggris (Basri Syamsu, 2000).
Dalam Role Play siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif
melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris)
bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan
yang berpusat pada diri siswa (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2002).
Lebih lanjut prinsip pembelajaran bahasa menjelaskan bahwa dalam pembelajaran
bahasa, siswa akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan menggunakan bahasa
dengan melakukan berbagai kegiatan bahasa. Bila mereka berpartisipasi, mereka akan
lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam
pembelajaran siswa harus aktif. Tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran
tidak mungkin terjadi (Sardiman, 2001).
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman peneliti manfaat yang dapat diambil dari
Role Play adalah: Pertama, Role Play dapat memberikan semacam hidden practise,
dimana siswa tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang
telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, Role play melibatkan jumlah siswa yang
cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, Role Play dapat memberikan kepada
siswa kesenangan karena Role Play pada dasarnya adalah permainan. Dengan
bermain siswa akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke
dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000).

H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
a. Rencana Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas. Karakteristik yang
khas dari penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu
untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Muhtar , 2007 : 7 ).
2. Subyek Penelitian
Penelitian direncanakan dilaksanakan pada semester genap yahun ajaran
2009/2010 di kelas VIII D SMP Negeri 3 Lemahsugih berjumlah 38 orang
3. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMP Negeri 3 Lemahsugih
Kabupaten Majalengka
4. Waktu Penelitian

11

Waktu penelitian mulai perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian
tersebut mulai Pebruari s.d. April 2009 pada semester 2 Tahun pelajaran
2009/2010
b. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom ActionResearch)
yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip
Kemmis dan Taggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning),
tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat
kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan
dengan cara berkolaborasi dengan guru-guru SMP Negeri3 Lemahsugih.
Proses Pembelajaran ini diteliti melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus,
dengan kegiatan sebagai berikut.
SIKLUS ke-1
Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:
1. Mengidentifikasi masalah
2. Menganalisis dan merumuskan masalah.
3. Merancang model pembelajaran klasikal.
4. Mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif.
5. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir).
6. Menyusun kelompok belajar peserta didik.
7. Merencanakan tugas kelompok.
Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:
1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan.
2. Menerapkan model pembelajaran klasikal.
3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.
4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang
dilaksanakan.
5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan
tahap tindakan.
Tahap Mengamati (observation), mencakup:
1. Melakukan diskusi dengan guru SMPN 3 Lemahsugih dan kepala sekolah untuk
rencana observasi.

12

2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran klasikal yang
dilakukan guru kelas VIII.
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model
pembelajaran klasikal.
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan kelemahan atau
kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk
pembelajaran berikutnya.
Tahap refleksi (Reflection), mencakup:
1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi.
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran
klasikal dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
3. Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran klasikal.
4. Melakukan refleksi terhadap kreativitas peserta didik dalam pembelajaran Bahasa
Inggris.
5. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar peserta didik.
SIKLUS ke-2
Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:
1. Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk
diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.
3. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 1.
Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:
1. Melakukan analisis pemecahan masalah.
2. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan model
pembelajaran Role Play.
Tahap Mengamati (observation), mencakup:
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Role Play
2. Mencatat perubahan yang terjadi.
3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan
memberikan balikan.
Tahap Refleksi (Reflection), mencakup:
1. Merefleksikan proses pembelajaran Demonstrasi.
2. Merefleksikan hasil belajar peserta didik dengan penerapan model pembelajaran
Role Play

13

3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.
4. menyusun rekomendasi.
Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, hasil yang diharapkan adalah agar (1) peserta
didik memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses
pembelajaran Bahasa Inggris; (2) guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok khusus pada mata pelajaran
Bahasa Inggris, dan (3) terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada mata pelajaran
Bahasa Inggris.
Analisis Data
Untuk lebih menjamin keakuratan data penelitian dilakukan perekaman data dalam
bentuk photo. Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan sesuai permasalahan
yang ada dalam bentuk laporan hasil penelitian. Dari rancangan pembelajaran interaktif
dan pemberian tugas kerja kelompok dilakukan validasi oleh teman sejawat dan kepala
sekolah. Untuk kreativitas peserta didik dalam pembelajaran digunakan observasi dan
angket dan untuk perolehan hasil belajar peserta didik digunakan deskripsi kuantitatif.

I. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi , 2005. Penelitian Tindakan Kelas ,Jakarta ; Dirjen PMPTK
Bachtiar Bima M, Andreas Winardi , 2005. Let’s Talk. Bandung. Pakar Raya Pustaka.

14

David and Roger Johnson. “An Overview of Cooperative Learning.” [Online] 15
October 2001.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Lampiran Permendiknas no 22
Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: ----------.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Lampiran Permendiknas no 23
Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: ----------.
Howard Community College’s Teaching Resources. “Ideas on Cooperative Learning
And the use of Small Groups.” [online] 15 Oktober 2001

Kemmis, S. dan Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin
University.
Mulyana, Slamet.2007. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pengembangan Profesi
Guru. Bandung: LPMP.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

15