TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( D P 3 A ) SOLO ISLAMIC SCHOOL (Penggabungan Konsep Dekonstruksi dengan Arsitektur Islam).
TUGAS AKHIR
DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
( D P 3 A )
SOLO ISLAMIC SCHOOL
(Penggabungan Konsep Dekonstruksi dengan Arsitektur Islam)
Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh :
NAMA : IRFAN SEPTEMNONI NIM : D 300 030 010
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
(2)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. PENGERTIAN JUDUL
•Solo : Salah satu kota di Jawa Tengah. (sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka.)
•Islamic School : Merupakan model pendidikan yang memadukan kurikulum Nasional (dari Depdiknas) yang berlaku dengan pendidikan kurikulum Islam. (sumber : Profil Sekolah Dasar IslamTerpadu, 2006, Luqman Al- Hakim, Yogyakarta) Jadi Solo Islamic School merupakan model pendidikan yang memadukan Kurikulum Nasional (dari Depdiknas) yang berlaku dengan pendidikan kurikulum Islam yang keberadaannya di salah satu kota di Jawa Tengah.
1.2. LATAR BELAKANG
1.2.1 Kebutuhan Sekolah dari Sekolah Dasar Hingga Sekolah Lanjut Sangat Besar.
Pada masa kini, keberadaan dunia pendidikan di Indonesia terus berusaha memberikan sumbangsihnya dalam perkembangan segala bidang. Sehingga pendidikan bukan hanya sebagai suatu barang komoditi akan kebutuhan kemajuan individual melainkan salah satu tolak ukur dalam kemajuan suatu bangsa.
Peranan pendidikan dituntut secara nyata dan aktif dalam menghadapi masalah dan tantangan dari perkembangan dunia khususnya dalam menciptakan sumber daya manusia yang lebih bermutu dan tangguh sehingga memaksa dunia pendidikan menciptakan suatu wadah dengan kualitas dan sistem pendidikan yang tepat.
Salah satu wadah yang tentu saja sudah sangat kita kenal dalam melahirkan manusia–manusia berkualitas selama ini adalah sekolah. Sekolah bukan merupakan satu–satunya jalan keluar namun lebih tepat bila dikatakan sekolah merupakan langkah yang benar dalam sebuah pembelajaran manusia
(3)
menjadi individu yang lebih berkualitas dan tangguh menghadapi jaman. Di kota Solo, kebutuhan akan sekolah sebagai wadah memang sangat besar, hal ini dapat ditunjukan lewat data dari buku Solo Dalam Angka tahun 2006.
Table 1.1. Penduduk Usia 5 tahun keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di Kota Surakarta tahun 2006.
Jenis Kelamin Pendidikan tertinggi
yang ditamatkan
Laki-laki perempuan
Jumlah Total
Tidak punya ijasah SD 36.792 38.325 75.117
SD 38.544 47.523 86.067
Madrasah Ibtidaiyah 219 0 219
Smp Umum/Kejuruan 49.713 53.436 103.149
Madrasah Tsanawiyah 219 876 1.095
SMU 51.684 42.048 93.732
Madrasah Aliyah 438 438 876
SMK 27.813 20.805 48.618
D I/II 1.095 1.971 3.006
D III/Sarmud 7.665 7.227 14.892
D IV/S1 15.987 13.140 29.127
S2/S3 1.095 438 1.533
Jumlah 231.264 226.227 457.491
Sumber: BPS Kota Surakarta (Diolah dari SUSENAS 2006)
Table 1.2.Banyaknya sekolah, Ruang kelas dan Kelas SD tiap Kecamatan di Kota SurakartaTahun 2006.
Banyaknya Kecamatan
Sekolah Ruang Kelas Kelas
1. Laweyan 2. Serengan 3. Ps. Kliwon 4. Jebres 5. Banjarsari
58 31 51 54 89
330 381 350 218 613
304 32 356 336 521
Jumlah 283 1892 1549
Tahun 2004/2005 272 1972 1972
(4)
Tabel 1.3.Banyaknya murid SD negeri dan swasta Menurut Kelas dan Kecamatan di Kota SurakartaTahun 2006.
K E L A S Kecamatan
I II III IV V VI Jumlah
1. Laweyan 2. Serengan 3. Ps. Kliwon 4. Jebres 5. Banjarsari 2753 1203 60 61 3719 2514 1304 60 61 3528 2499 1058 60 62 3449 2516 1080 59 62 3348 2526 1089 59 61 3409 2356 1061 58 61 3290 15164 6525 350 366 20743
Jumlah 7796 7467 7128 7065 7144 6826 43148
Tahun 2004/2005
- - - 1972 1972
(sumber : Dinas Pendidikan dan OR Kota Surakarta, 2006)
Tabel 1.4.Banyaknya Sekolah, Ruang kelas, Kelas dan Guru SLTP Menurut Kecamatan di Kota SurakartaTahun 2006.
Kecamatan Sekolah Ruang Kelas Kelas Guru
1. laweyan 2. Serengan 3. Ps. Kliwon 4. Jebres 5. Banjarsari 18 10 9 17 17 232 132 132 191 290 236 104 120 185 279 576 248 270 515 638
Jumlah 71 977 924 2247
Tahun 2004/2005 71 895 895 2490
(sumber : Dinas Pendidikan dan OR Kota Surakarta, 2006)
Tabel 1.5.Banyaknya Sekolah, Ruang kelas, Kelas dan Guru SMU Menurut Kecamatan di Kota SurakartaTahun 2006.
Kecamatan Sekolah Ruang Kelas Kelas Guru
1. laweyan 2. Serengan 3. Ps. Kliwon 4. Jebres 5. Banjarsari 12 3 4 6 16 156 48 41 117 243 148 45 40 110 220 341 114 118 278 606
Jumlah 41 605 563 1.457
Tahun 2004/2005 41 558 558 1769
(5)
Tabel 1.6.Banyaknya Sekolah, Ruang kelas, Kelas dan Guru SMK Menurut Kecamatan di Kota SurakartaTahun 2006.
Kecamatan Sekolah Ruang Kelas Kelas Guru
1. laweyan 2. Serengan 3. Ps. Kliwon 4. Jebres 5. Banjarsari 12 3 2 6 17 213 58 39 85 525 203 58 39 75 508 550 150 125 27 651
Jumlah 40 647 883 1.703
Tahun 2004/2005 41 604 604 1.819
(sumber : Dinas Pendidikan dan OR Kota Surakarta, 2006)
Tabel 1.7Banyaknya Penduduk Usia Sekolah Menurut Partisipasi Sekolah, dan Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2006
Jenis Kelamin Umur Sekolah Parisipasi Sekolah Laki-laki Perempuan Jumlah
Tdk/belum pernah Sekolah Masih Sekolah
Tdk Sekolah Lagi
-27.375 -23.652 -51.027 -7 - 12
Jumlah Penduduk Usia 7-12 27.375 23.652 51.027
Tdk/belum pernah Sekolah Masih Sekolah
Tdk Sekolah Lagi
-12.045 -13.578 438 -25.623 438 13 - 15
Jumlah Penduduk Usia 13-15 12.045 14.016 26.061
Tdk/belum pernah Sekolah Masih Sekolah
Tdk Sekolah Lagi
-10.293 1.533 -9.855 3.723 -20.148 5.256 16 - 18
Jumlah Penduduk Usia 16-18 11.826 13.578 25.404
Tdk/belum pernah Sekolah Masih Sekolah
Tdk Sekolah Lagi
-8.103 21.462 -6.132 22.557 -14.235 44.019 19 - 24
Jumlah Penduduk Usia 19-24 29.565 28.689 58.254
(6)
Tabel 1.8Potensi Untuk Kebutuhan Sekolah SD– SMU Masih Besar Tingkat
SD SMP SMU
Umur Sekolah Jumlah Penduduk Sudah Ada Kebutuh an Sudah Ada Kebutuh an Sudah Ada Kebutuh an 7– 12
13– 15 16 - 18
51.027 20.148 14.235 283 -425 -71 -447 -81 -474
Jumlah 85.410 283 425 71 447 81 474
(Sumber : Analisa Penulis, 2008)
Dari tabel potensi diatas menunjukkan bahwa kebutuhan sekolah dari SD sampai dengan SMU masih sangat besar. Untuk SD masih dibutuhkan 142 (425– 283), untuk SMP dibutuhka 376 (447– 71), dan untuk SMU dibutuhkan 393 (474 – 81). Dari sekolah yang sudah ada, tidak mencukupi untuk kebutuhan jumlah penduduk yang masih berusia sekolah. Dengan perhitungan untuk SD yaitu 1 : 20, untuk SMP yaitu 1 : 15 dan untuk SMU yaitu 1 : 10.
(Sumber : SK Mendiknas : Proporsi Guru dan Murid)
1.2. 2. Amoral Sangat Tinggi
Tidak terlalu sulit untuk membuktikan bahwa pergaulan anak–anak masa kini turut mempuruk kualitas individu yang notabene disebut sebagai pelajar. Sebagai contoh yaitu 75% pengidap HIV/Aids adalah kelompok usia dibawah umur 25 tahun dan lebih dari 40% pelaku aborsi illegal adalah kelompok usia sekolah. Kenyataan ini turut didukung oleh perkembangan perekonomian pada masa kini. Baik menurut gaya hidup atau kebutuhan ekonomi yang mendesak, tak sedikit anak yang kedua orang tuanya bekerja sepanjang hari. Hal ini menyebabkan semakin berkurangnya pengawasan orang tua terhadap anak mereka. (Sumber : Acara TVKick Andi bulan Desember, 2007).
Sekolah berbasiskan agama merupakan salah satu alternatif untuk mendidik pelajar hidup mandiri dan bergaul sesuai dengan usianya. Sistem
(7)
pengajaran sekolah berbasis Islam berbeda dari sekolah umum. Pada sekolah berbasiskan agama perkembangan pribadi setiap individu baik mental maupun spiritual diperhatikan dan dituntut dengan tepat. Karena dalam suatu pendidikan, yang baik adalah lembaga yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa secara utuh dan menyeluruh, dimana didalamnya terdapat pendidikan intelektual serta sosial yang sejalan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Dengan demikian masalah salah satu perhatian penting, dimana berpengaruh pada prestasi siswa itu sendiri.
1.2. 3. Sekolah–Sekolah Berbasis Islam Belum Berkualitas
Sekolah berbasis Islam merupakan suatu konsep pendidikan sekolah Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menerangkan bahwa tujuan manusia diciptakan salah satunya adalah untuk menjadi Khalifah (pemimpin) di muka bumi. Oleh karena itu sekolah Islam memprioritaskan 3 pokok materi dalam konsep pendidikannya.
a. Akhlakul Karimah (sikap hidup), metode keutamaan adalah keteladanan. b. Falsafah ilmu pengetahuan (logika berfikir), metode keutamaan adalah belajar
dengan cara diskusi.
c. Latihan kepemimpinan (leadership), mendidik kreatifitas anak dengan program out bond training supaya tidak terkukung dalam suatu ruangan saja. Dengan begitu kreatifitas anak akan berkembang, tentunya dengan tanggung jawab dan pengawasan yang sesuai dengan aqidah agama Islam.
Pada kenyataannya dunia pendidikan masa kini semakin menurun kualitasnya. Banyak sekolah baru bermunculan berbasiskan kurikulum luar negeri berlabelkan sekolah internasional. Sekolah – sekolah ini kini menjadi harapan menanjaknya kembali mutu pendidikan di Indonesia. Harus kita akui tidak sedikit sekolah yang ada di Indonesia mulai kehilangan mutu dan kedisiplinan dalam sistem pengajarannya. Sistem pembelajaran yang diterapkan masih monoton kualitas siswa baik dari segi moral maupun intelegensinya masih ketinggalan. Dengan sistem pembelajaran yang didukung dengan pendidikan agama sejak dini
(8)
diharapkan mampu menghasilkan siswa yang mampu bersaing di era globalisasi tetapi tidak meninggalkan kaidah– kaidah Islam di dalam kehidupannya.
Contoh– contoh tampilan bangunan sekolah Islam yang ada di Surakarta :
Gambar I.1. SD Al-Islam 2 Jamsaren ( Sumber: Survey Lapangan, 2007)
Gambar I.2. Pondok Pesantren Jamsaren ( Sumber: Survey Lapangan, 2007)
Gambar I.3. Sekolah Menengah SMP, SMA Alfirdaus ( Sumber: Survey Lapangan, 2007)
(9)
1.3. RUMUSAN PERMASALAHAN 1.3. 1. Permasalahan Umum :
a. Bagaimana mewadahi kegiatan pendidikan SD – SMU yang berkualitas dengn menggabungkan konsep dekonstruksi dengan arsitektur Islam.
1.3. 2. Permasalahan Khusus :
a. Site atau lokasi untuk pembangunan Solo Islamic School ini terletak di kota Surakarta.
b. Gubahan massa atau tata letak bangunan yang diletakkan sesuai dengan fungsinya.
c. Penataan ruang yang terkonsep akan membantu jalannya kegiatan dan menimbulkan kenyamanan
Gambar I.4. Sekolah Yayasan Aisyiyah TK, SD, SMP, SMA Muhammadiyah
( Sumber: Survey Lapangan, 2007)
Gambar I.5. Pondok Pesantren Modern Assalam ( Sumber: Survey Lapangan, 2007)
(10)
d. Teknologi yang diterapkan pada bangunan sehingga bangunan bisa berfungsi maksimal.
e. Tampilan bangunan yang bernuansa Islami akan memberikan image baru dengan menggabungkan konsep dekonstruksi dengan konsep arsitektur Islam.
1.4. TUJUAN DAN SASARAN 1.4. 1. Tujuan
a. Menyediakan sarana pendidikan formal di Surakarta tanpa mengesampingkan pendidikan agama Islam sebagai bekal moral.
b. Menyediakan fasilitas penunjang yang cukup, yang digunakan sebagai sarana pelengkap fasilitas sekolah.
c. Mewujudkan suatu konsep perancangan sekolah Islam dengan menggabungkan konsep arsitektur Islam dengan konsep Dekonstruksi yang sesuai dengan perilaku pengguna sehingga baik bentuk maupun tata letak ruang dan bangunan dapat digunakan secara maksimal dan sesuai dengan kaidah– kaidah Islam.
1.4.2. Sasaran
a. DesainSolo Islamic School.
b. Konsep pendidikan yang mampu menggabungkan 3 Kurikulum yaitu, KurikulumNasional, Departemen Agama, dan Lokal.
1.5. LINGKUP PEMBAHASAN DAN BATASAN 1.5.1. Lingkup Pembahasan
a. Disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
b. Pembahasan dalam lingkup disiplin arsitektur, sedangkan disiplin ilmu lain dibahas sejauh berpengruh dan diperlukan.
c. Hasil penelitian, data literature, wawancara dan kutipan– kutipan dari sumber tertulis tidak dibahas dan kebenarannya dianggap dapat dipertanggung jawabkan.
(11)
1.5.2. Batasan
Sekolah yang direncanakan adalah sebuah sekolah yang berbasis agama Islam yaitu sekolah yang terbuka bagi siswa yang beragama Islam. Dan juga sekolah yang direncanakan merupakan sekolah yang diusahakan yaitu sekolah dalam binaan Pemerintah Daerah yang sesuai kondisi, kemampuan, dan pengembangan potensinya, diusahakan atas nama hukum perusahaan.
1.6 METODE PEMBAHASAN 1.6.1. Metode Pengumpulan Data
a. Survey di lapangan
Mengadakan pengamatan langsung di sekolah – sekolah Islam yang ada di Surakarta untuk dijadikan referensi.
b. Wawancara
Melakukan wawncara secara langsung kepada pihak nara sumber yaitu ke sekolah– sekolah Islam yang ada di Surakarta.
c. Studi Literatur
Mencari landasan teori yang ada hubungannya dengan teori – teori dari referensi dan beberapa media seperti TV, buku, internet, dll.
1.6.2. Metode Pengolahan Data
Berdasarkan pengertian permasalahan yang ada, data dari survey, wawancara dan literature, kemudian penulis menyimpulkan dan menganalisa landasan konsepsual perencanaan dan perancangan yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk fisik arsitektural.
1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN
Berisi pengertian judul, latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan dan batasan, metode pembahasan dan sistematika penulisan.
(12)
BAB II TINJAUAN KOTA SURAKARTA DAN TEORI
Berisi gambaran umum tentang Kota Solo, sekolah Islam, konsep arsitektur Islam dan konsep dekonstruksi
BAB III ANALISISSOLO ISLAMIC SCHOOL
Berisi tentang Lokasi, Besaran Ruang, Teknologi serta EstetikaSolo Islamic School.
BABIV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SOLO ISLAMIC SCHOOL
mengkonsep perencanaan dan perancangan Solo Islamic School di Surakarta.
(1)
pengajaran sekolah berbasis Islam berbeda dari sekolah umum. Pada sekolah berbasiskan agama perkembangan pribadi setiap individu baik mental maupun spiritual diperhatikan dan dituntut dengan tepat. Karena dalam suatu pendidikan, yang baik adalah lembaga yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa secara utuh dan menyeluruh, dimana didalamnya terdapat pendidikan intelektual serta sosial yang sejalan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Dengan demikian masalah salah satu perhatian penting, dimana berpengaruh pada prestasi siswa itu sendiri.
1.2. 3. Sekolah–Sekolah Berbasis Islam Belum Berkualitas
Sekolah berbasis Islam merupakan suatu konsep pendidikan sekolah Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menerangkan bahwa tujuan manusia diciptakan salah satunya adalah untuk menjadi Khalifah (pemimpin) di muka bumi. Oleh karena itu sekolah Islam memprioritaskan 3 pokok materi dalam konsep pendidikannya.
a. Akhlakul Karimah (sikap hidup), metode keutamaan adalah keteladanan. b. Falsafah ilmu pengetahuan (logika berfikir), metode keutamaan adalah belajar
dengan cara diskusi.
c. Latihan kepemimpinan (leadership), mendidik kreatifitas anak dengan program out bond training supaya tidak terkukung dalam suatu ruangan saja. Dengan begitu kreatifitas anak akan berkembang, tentunya dengan tanggung jawab dan pengawasan yang sesuai dengan aqidah agama Islam.
Pada kenyataannya dunia pendidikan masa kini semakin menurun kualitasnya. Banyak sekolah baru bermunculan berbasiskan kurikulum luar negeri berlabelkan sekolah internasional. Sekolah – sekolah ini kini menjadi harapan menanjaknya kembali mutu pendidikan di Indonesia. Harus kita akui tidak sedikit sekolah yang ada di Indonesia mulai kehilangan mutu dan kedisiplinan dalam sistem pengajarannya. Sistem pembelajaran yang diterapkan masih monoton kualitas siswa baik dari segi moral maupun intelegensinya masih ketinggalan. Dengan sistem pembelajaran yang didukung dengan pendidikan agama sejak dini
(2)
diharapkan mampu menghasilkan siswa yang mampu bersaing di era globalisasi tetapi tidak meninggalkan kaidah– kaidah Islam di dalam kehidupannya.
Contoh– contoh tampilan bangunan sekolah Islam yang ada di Surakarta :
Gambar I.1. SD Al-Islam 2 Jamsaren ( Sumber: Survey Lapangan, 2007)
Gambar I.2. Pondok Pesantren Jamsaren ( Sumber: Survey Lapangan, 2007)
Gambar I.3. Sekolah Menengah SMP, SMA Alfirdaus ( Sumber: Survey Lapangan, 2007)
(3)
1.3. RUMUSAN PERMASALAHAN 1.3. 1. Permasalahan Umum :
a. Bagaimana mewadahi kegiatan pendidikan SD – SMU yang berkualitas dengn menggabungkan konsep dekonstruksi dengan arsitektur Islam.
1.3. 2. Permasalahan Khusus :
a. Site atau lokasi untuk pembangunan Solo Islamic School ini terletak di kota Surakarta.
b. Gubahan massa atau tata letak bangunan yang diletakkan sesuai dengan fungsinya.
c. Penataan ruang yang terkonsep akan membantu jalannya kegiatan dan menimbulkan kenyamanan
Gambar I.4. Sekolah Yayasan Aisyiyah TK, SD, SMP, SMA Muhammadiyah
( Sumber: Survey Lapangan, 2007)
Gambar I.5. Pondok Pesantren Modern Assalam ( Sumber: Survey Lapangan, 2007)
(4)
d. Teknologi yang diterapkan pada bangunan sehingga bangunan bisa berfungsi maksimal.
e. Tampilan bangunan yang bernuansa Islami akan memberikan image baru dengan menggabungkan konsep dekonstruksi dengan konsep arsitektur Islam.
1.4. TUJUAN DAN SASARAN 1.4. 1. Tujuan
a. Menyediakan sarana pendidikan formal di Surakarta tanpa mengesampingkan pendidikan agama Islam sebagai bekal moral.
b. Menyediakan fasilitas penunjang yang cukup, yang digunakan sebagai sarana pelengkap fasilitas sekolah.
c. Mewujudkan suatu konsep perancangan sekolah Islam dengan menggabungkan konsep arsitektur Islam dengan konsep Dekonstruksi yang sesuai dengan perilaku pengguna sehingga baik bentuk maupun tata letak ruang dan bangunan dapat digunakan secara maksimal dan sesuai dengan kaidah– kaidah Islam.
1.4.2. Sasaran
a. DesainSolo Islamic School.
b. Konsep pendidikan yang mampu menggabungkan 3 Kurikulum yaitu, KurikulumNasional, Departemen Agama, dan Lokal.
1.5. LINGKUP PEMBAHASAN DAN BATASAN 1.5.1. Lingkup Pembahasan
a. Disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
b. Pembahasan dalam lingkup disiplin arsitektur, sedangkan disiplin ilmu lain dibahas sejauh berpengruh dan diperlukan.
c. Hasil penelitian, data literature, wawancara dan kutipan– kutipan dari sumber tertulis tidak dibahas dan kebenarannya dianggap dapat dipertanggung jawabkan.
(5)
1.5.2. Batasan
Sekolah yang direncanakan adalah sebuah sekolah yang berbasis agama Islam yaitu sekolah yang terbuka bagi siswa yang beragama Islam. Dan juga sekolah yang direncanakan merupakan sekolah yang diusahakan yaitu sekolah dalam binaan Pemerintah Daerah yang sesuai kondisi, kemampuan, dan pengembangan potensinya, diusahakan atas nama hukum perusahaan.
1.6 METODE PEMBAHASAN 1.6.1. Metode Pengumpulan Data
a. Survey di lapangan
Mengadakan pengamatan langsung di sekolah – sekolah Islam yang ada di Surakarta untuk dijadikan referensi.
b. Wawancara
Melakukan wawncara secara langsung kepada pihak nara sumber yaitu ke sekolah– sekolah Islam yang ada di Surakarta.
c. Studi Literatur
Mencari landasan teori yang ada hubungannya dengan teori – teori dari referensi dan beberapa media seperti TV, buku, internet, dll.
1.6.2. Metode Pengolahan Data
Berdasarkan pengertian permasalahan yang ada, data dari survey, wawancara dan literature, kemudian penulis menyimpulkan dan menganalisa landasan konsepsual perencanaan dan perancangan yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk fisik arsitektural.
1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN
Berisi pengertian judul, latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan dan batasan, metode pembahasan dan sistematika penulisan.
(6)
BAB II TINJAUAN KOTA SURAKARTA DAN TEORI
Berisi gambaran umum tentang Kota Solo, sekolah Islam, konsep arsitektur Islam dan konsep dekonstruksi
BAB III ANALISISSOLO ISLAMIC SCHOOL
Berisi tentang Lokasi, Besaran Ruang, Teknologi serta EstetikaSolo Islamic School.
BABIV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SOLO ISLAMIC SCHOOL
mengkonsep perencanaan dan perancangan Solo Islamic School di Surakarta.