HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA.

STUDI PERBANDINGAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH MENENGAH
DI KARANGANYAR MENURUT PERSEPSI SISWA

SKRIPSI
Disusun Untuk Memenenuhi Sebagian Persyaratan
Meraih Gelar Sarjana S1 Psikologi

Diajukan oleh :

P AR N I
F 100 040 204

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, dimana berbagai

aspek ya ng tercakup dalam proses saling erat berkaitan satu sama lain dan bermuara pada
terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup dan keterampilan
hidup. Sekolah merupakan salah satu tempat dilaksanakan proses pendidikan. Proses
pendidikan melibatkan interaksi antara guru dengan siswa yang lebih dikenal sebagai
kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan usaha, perbuatan yang dilakukan secara
sungguh-sungguh dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik
secara fisik, mental maupun dana, panca indera, otak dan aggota tubuh lainnya beserta
aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi, motivasi, bakat, minat dan sebagainya
(Mudzakir dan Sutrisno, 1996).
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia membawa dampak kuat bagi
perkembangan generasi penerus bangsa. Setiap individu mempunyai peran penting dalam
menentukan kehidupan dan pembangunan di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan visi
dan misi pendidikan nasional dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 yang menyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
kepribadian peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, mandiri, dan kreatif.

Kewajiban sekolah antara lain adalah menciptakan lingkungan internal sebagai
lingkungan yang menyenangkan, serasi, bertanggung jawab. Di dalamnya terkandung

harapan siswa yang tinggi, sikap guru yang efektif, keteraturan dan disiplin kurikulum
yang terorganisasi, sistem reward dan insentif bagi siswa dan guru, serta tuntutan waktu
belajar yang tinggi. Hamalik (1993) mengemukakan faktor- faktor dari luar diri siswa
yang turut mempengaruhi keberasilan dalam proses belajar mengajar, yaitu lingkungan
sekolah. Lingkungan sekolah berkaitan erat dengan iklim organisasi sekolah, di dalamnya
terdapat berbagai permasalahan antara lain; metode mengajar tidak tepat, sikap guru yang
kurang baik terhadap siswa, perlengkapan belajar kurang, ruangan belajar sempit dan
tidak teratur, hubungan antar guru dan hubungan kepala sekolah dengan guru kurang
harmonis.
Berbagai studi yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, iklim organisasi di
sekolah memberikan pengaruh yang kuat terhadap hasil- hasil akademik siswa. Hasil
tinjauan ulang yang dilakukan oleh Anderson (1982) terhadap 40 sekolah, iklim sekolah
yang harmonis akan menimbulkan komitmen guru yang tinggi, norma hubungan
kelompok teman sebaya, kerja sama tim, ekspetasi yang tinggi dari guru dan
admnistrator, konsistensi dan pengatuan tentang hukuman dan ganjaran, konsesus tentang
kurikulum dan pembelajaran, serta kejelasan tujuan dan sasaran
Selain berdampak pada pencapaian hasil akademik siswa, iklim organisasi
memiliki kontribusi yang positif terhadap hasil non akademik, seperti pembentukan
konsep diri., keyakinan diri dan aspirasi. Studi yang dilakukan oleh Battisticch dan Horn
(Komariah dan Triatna, 2006)) memaparkan adanya perasaan akan komunitas (sense of

community) dapat mengurangi secara signifikan terhadap munculnya perilaku bermasalah

seperti keterlibatan narkoba, kenakalan remaja dan tindak kekerasan. Iklim sekolah juga
berpengaruh terhadap pembentukan nilai- nilai kewarganegaraan (civil values). Sebagai
contoh: hubungan guru dan siswa yang saling menghormati, adanya kebebasan untuk
menyatakan tidak setuju, mau mendengarkan siswa meskipun dalam perspektif yang
berbeda telah memberikan dampak terhadap tingkat kritisan sisa tentang berbagai isu
yang terkait dengan kewarganegaran. Selain itu siswa juga toleran terhadap perbedaan
dan lebih mengenal terbagai hubungan interpersonal.
Iklim organisasi merupakan bagain dari lingkungan belajar yang akan
mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku seseorang, sebab dalam melaksanakan tugas
sekolahnya seorang siswa akan selalu berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Seperti
dikemukakan Howard (Komariah dan Triatna, 2006) iklim organisasi sebagai keadaan
sosial dan budaya sekolah yang mempengaruhi tingkah laku orang di dalamnya. Iklim
sekolah sebagai suasana sekolah yang baik di mana keadaan sekitar dirasakan tenteram,
mesra, riang dengan pembelajaran yang lancar. Selain berdampak positif pada pencapaian
hasil akademik siswa
Gibson, dkk. (1990) berpendapat bahwa istilah iklim organisasi dipergunakan
untuk menggambarkan iklim psikologis atau kepribadian organisasi. Iklim organisasi
dapat mempengaruhi orang secara potensial dan menjadi penggerak kehidupan

organisasi, oleh karena itu iklim organisasi merupakan suatu konsep yang penting bagi
pimpinan dan melalui iklim organisasi yang efektif pimpinan mampu mengelola
komitmen anggotanya.
Gilmer (1990) berpendapat bahwa iklim organisasi me rupakan keadaan di dalam
organisasi dimana setiap anggota saling berinteraksi, membantu menilai, membatasi serta

mengenali

satu

sama

lain.

Iklim

organisasi

menentukan


kualitas

kerjasama,

pengembangan anggota organisasi, serta efisiensi yang akan mengubah tujuan menjadi
hasil. Denison (Amriany dkk, 2004) mengemukakan bahwa iklim organisasi merupakan
suatu persepsi atau reaksi yang umum dari individu terhadap situasi yang dialaminya
dalam organisasi dan menunjukkan pada seperangkat kondisi yang ada pada organisasi
dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dalam organisasi.
Campbell (Cholili dan Saroso, 1996) mengemukakan bahwa iklim organisasi
digunakan untuk menggambarkan lingkungan atau situasi dalam organisasi, dengan kata
lain iklim organisasi adalah bagaimana sesungguhnya perlakuan organisasi atau praktek
organisasi serta struktur kepemimpinan terhadap harapan- harapan dan sikap para individu
tersebut.
Anoraga (1992) mengemukakan bahwa iklim organisasi merupakan salah satu
penyebab dari keberhasilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga
menyebabkan suatu kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Iklim organisasi yang
tidak kondusif akan menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja yang dapat menyebabkan
individu atau anggota melakukan tindakan yang dapat merugikan organisasi
Menurut Nawawi (2003), sekolah adalah organisasi kerja sebagai wadah kerja

sama sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai organisasi, wadah tersebut
merupakan alat dan bukan tujuan. Istilah lain sekolah adala h salah satu bentuk ikatan
kerja sama sekelompok orang yang bermaksud mencapai suatu tujuan yang disepakati
bersama. Sekolah merupakan perwujudan dari relasi antar personal yang didasari oleh
berbagai motif. Kesamaan motif dalam membantu anak-anak untuk mencapai
kedewasaan masing- masing mendorong terbentuknya kelompok yang disebut sekolah. Di
sekolah juga bisa ditemukan proses sosial. Sebagaimana diketahui di sekolah terdapat

guru, kepala sekolah, siswa, pegawai administrasi termasuk penjaga sekolah. Di sekolah
terjadi interaksi sosial antara guru, siswa, dan kepala sekolah.
Membicarakan lembaga pendidikan swasta, hal penting yang harus dipahami
adalah bahwa lembaga- lembaga pendidikan ini membiayai sendiri segala macam
kebutuhannya, mulai dari biaya ATK, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan hingga
gaji guru. Semuanya ditanggung sendiri oleh lembaga tersebut. Sudah bukan rahasia lagi,
kebanyakan sekolah swasta mengandalkan segala macam pembiayaan tersebut kepada
uang pembayaran siswa. Karena segala pembiayaan sangat mengandalkan dari iuran
murid, tentu ada hubungan yang signifikan antara besarnya jumlah murid dengan mutu
dari lembaga tersebut. Semakin besar jumlah muridnya, dana yang dimiliki juga akan
semakin besar. Selanjutnya, semakin besar dana yang dimiliki, jika tidak ada yang
diselewengkan, pasti sangat berpengaruh kepada mutu lembaga itu.

Selama ini terbangun generalisasi bahwa sekolah SMA Swasta iklim
organisasinya kurang baik dibandingkan sekolah SMA Negeri. Meskipun banyak juga
sekolah swasta ya ng lebih unggul dibandingkan sekolah negeri. Tetapi itu hanya dimiliki
oleh sebagian yayasan sekolah swasta yang memang didukung oleh ekonomi kuat dan
sumber daya manusia yang baik pula. Tetap saja generalisasi selama ini sekolah swasta
belum mampu menggeser keunggulan sekolah Negeri. Bukan hal yang langka jika di
sekolah swasta banyak guru yang sering absen karena ngobjek atau kerja sampingan,
jumlah siswa yang terbatas dengan kedisiplinan siswa yang rendah, sistem pendidikan
dengan fasilitas seadanya, dan kualitas lulusan yang masih dibawah sekolah negeri.
Akumulasi faktor di atas menjadikan sekolah swasta sulit mengembangkan iklim
organisasi yang kondusif untuk mendukung proses pembelajaran

Dari ulasan di teoretis di atas dapat dikatakan bahwa sekolah negeri memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk mengoptimalkan iklim organisasi. Hal ini karena
kondisi atau situasi lingkungan sekolah yang lebih mendukung, misalnya siswa memiliki
kualifikasi akademis unggulan, kuantitas staf pengajar dan administrasi yang memadai,
memiliki fasilitas penunjang (lab, perpustakaan, IT) yang lengkap, selain itu penseleksian
ujian masuk sekolah negeri umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah swasta.
Indikator lain yang dapat dijadikan sebagai prediktor adalah prestasi yang dicapai oleh
siswa sekolah negeri masih lebih unggul dibandingkan sekolah swasta.

Sekolah swasta dan sekolah negeri diharapkan memiliki iklim organisasi yang
kondusif, dalam arti ada intreraksi sosial yang positif guru dengan murid, murid dengan
murid, murid dengan kepala sekolah dan staf, serta guru dengan kepala sekolah. Iklim
organisasi yang ditunjang oleh lingkungan fisik berupa sarana prasarana penunjang, serta
keamanan dan kenyamanan sekolah yang memadai. Semakin baik iklim sekolah, akan
menciptakan rasa senang, sehingga berdampak positif terhadap motivasi dan prestasi
belajar siswa.
Meskipun asumsi secara umum menempatkan bahwa iklim organisasi sekolah
negeri masih lebih baik dibandingkan swasta, namun kajian secara empiris tentang
permasalahan tersebut masih jarang dilakukan oleh peneliti. Berpijak dari pola pemikiran
di atas mana penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam apakah memang iklim
organisasi di SMA Negeri lebih baik dengan SMA Swasta ?
Merujuk pada latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat
dibuat rumusan masalah : Apakah ada perbedaan iklim organisasi di Sekolah Menengah
Atas di Karanganyar menurut persepsi siswa? Guna menjawab rumusan masalah tersebut

maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan jud ul “Studi Perbandingan Iklim
Organisasi Pendidikan Menengah di Karanganyar Menurut Persepsi Siswa”.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan iklim organisasi pendidikan menengah di Kabupaten Karanganyar.
2. Tingkat atau kondisi iklim organisasi pendidikan menengah Kabupaten Karanganyar.

C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis, bagi para ilmuwan psikologi dan pemerhati masalah pendidikan,
penelitian ini memberi sumbangan informasi dan menambah wawasan terhadap
bidang psikologi, khususnya berkaitan dengan perbedaan iklim organisasi pendidikan
menengah di Kabupaten Karanganyar.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian dapat memberikan informasi sejauhmana perbedaan iklim organisasi
pendidikan menengah di Kabupaten Karanganyar pada kepala sekolah, guru-guru
pengajar dan guru Bimbingan Konseling agar mampu menciptakan iklim organisasi
yang kondusif, menciptakan pembiasaan (conditioning) belajar yang baik sehingga
tujuan dalam proses belajar mengajar tercapai dengan baik.

Dokumen yang terkait

NASKAH PUBLIKASI Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pt. Djitoe Indonesian Tobacco Di Surakarta.

0 3 13

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. DJITOE Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pt. Djitoe Indonesian Tobacco Di Surakarta.

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pt. Djitoe Indonesian Tobacco Di Surakarta.

0 3 8

PENDAHULUAN Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Persepsi Kerja Karyawan Bagian Produksi PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 2 6

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional Dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawan Pt. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 0 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional Dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawan Pt. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 2 7

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional Dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawan Pt. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawan PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 3 16

BAB 1 Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawan PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 3 10

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawan PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta.

0 3 12