Kampanye Perbedaan Narsis dan Percaya Diri untuk Remaja.

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACTION

In this paperwork the author will discuss about the differences in narcissistic and self-confidence for teen and things that influence it. In discussing this theme the author aims to explain the difference and explain that being confident is much better than on a merely narcissistic. The purpose of the discussion of this theme is for the teen not to be narcissistic but confident. This paperwork used by researched method as direction or indirection for discussion and answer this problem. . from the researched , it can take the conclusion that, to make teenagers not become narcissistic use a simple way but could easily touch the adolescent is to be confident.


(2)

ABSTRAKSI

Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang perbedaan narsis dan percaya diri untuk remaja dan hal-hal yang mempengaruhinya. Dalam membahas tema ini penulis bertujuan untuk memaparkan perbedaannya dan menjelaskan bahwa menjadi percaya diri jauh lebih baik dari pada menjadi sekedar narsis. Tujuan pembahasan tema ini adalah agar para remaja tidak menjadi narsis melainkan percaya diri. Makalah ini menggunakan metode penelitian secara tidak langsung untuk membahas dan menjawab masalah. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, untuk membuat remaja tidak menjadi narsis digunakan cara yang simple namun bisa dengan mudah menyentuh remaja yaitu dengan menjadi percaya diri.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Cover Dalam i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan Hasil Karya Pribadi iii

Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian iv

Abstraction v

Abstract vi

Kata Pengantar vii

Daftar Isi vii

Daftar Gambar x

Daftar Diagram xii

Daftar Tabel xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup 3

1.2.1Rumusan Masalah 3

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah 3

1.3Tujuan Perancangan 3

1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 3

1.5 Skema Perancangan 4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kampanye 5

2.1.1 Jenis Jenis Kampanye 6 2.1.2 Perencanaan Kampanye 7

2.1.3 Strategi Kampanye 8

2.2 Pengertian Narsisistik 8

2.2.1 Penyebab Narsisistik 11


(4)

2.3 Pengertian Percaya Diri 14 2.3.1 Ciri-Ciri Percaya diri 15 2.3.2 Cara Menumbuhkan Percaya Diri 16 BAB III DATA DAN ANALISI DATA

3.1 Data dan Fakta 18 3.1.1 Profil Lembaga dan Badan terkait 18 3.1.1 WHO Indonesia 18 3.1.2 GMH 21 3.1.3 Psy Center 22 3.1.4 Kemdiknas 23 3.1.2 Tinjauan Terhadap Proyek Sejenis 24 3.1.3 Wawancara 27 3.1.4 Kuesioner 30 3.1.4.1 Kuesioner Secara Langsung 30 3.1.4.2 Kuesioner Menggunakan Jejaring Sosial 33 3.1.5 Tokoh Narsisistik 34 3.1.6 Tokoh Percaya Diri 36 3.1.7 Kasus Nyata Penderita Narsisistik Sam Bemoans 38 3.2 Analisis Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta 39 3.2.1 Segmentasi Pasar 43 3.2.2 Target Pasar 44 3.2.3 Analisis SWOT 44 3.2.4 Kampanye 45 BAB IV PEMECAHAN MASALAH

4.1 Konsep Komunikasi 47 4.1.1 Strategi Komunikasi 48 4.2 Konsep Kreatif 49

4.3 Konsep Media 52


(5)

Universitas Kristen Maranatha 4.4.1 Logo 54 4.4.2 Conditioning 56 4.4.3 Informing 59 4.4.4 Reminding 68

4.5 Budget 74

BAB V KESIMPULAN 76

Daftar Pustaka 78

Daftar Istilah 80

Lampiran 81

Data Penulis 82


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.4.1.1 18

Gambar 3.1.1.2.1 21

Gambar 3.1.1.3.1 22

Gambar 3.1.1.4.1 23

Gambar 3.1.2.1 25

Gambar 3.1.2.2 26

Gambar 3.1.2.3 26

Gambar 3.1.2.4 27

Gambar 3.1.5.1 35

Gambar 3.1.6.1 36

Gambar 4.2.1 50

Gambar 4.2.2 51

Gambar 4.4.1.1 54

Gambar 4.4.1.2 54

Gambar 4.4.2.1 57

Gambar 4.4.2.2 58

Gambar 4.4.3.1 59

Gambar 4.4.3.2 61

Gambar 4.4.3.3 62

Gambar 4.4.3.4 63

Gambar 4.4.3.5 64

Gambar 4.4.3.6 65

Gambar 4.4.3.7 66

Gambar 4.4.3.8 67

Gambar 4.4.4.1 68

Gambar 4.4.4.2 69


(7)

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.4.4.4 70

Gambar 4.4.4.5 70

Gambar 4.4.4.6 72

Gambar 4.4.4.7 73


(8)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram1.5.1 4

Diagram 3.1.4.1.1 31

Diagram 3.1.4.1.2 31

Diagram 3.1.4.1.3 32

Diagram 3.1.4.1.4 32

Diagram 3.1.4.2.1 33


(9)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2.1 31

Tabel 4.1.1.1 49


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Narsis akhir akhir ini sudah umum di ucapkan oleh sebagian orang. Perempuan, lelaki, dewasa, remaja bahkan orang tua sering menggunakan kata ini. Kata narsis biasanya di berikan untuk orang yang memiliki kecenderungan mencintai dirinya sendiri secara berlebihan dan terlihat dari tingkah laku maupun pola pikirnya. Hal yang biasanya sering dilakukan oleh orang yang di cap narsis adalah orang tersebut lebih suka membicarakan dirinya sendiri dan memuji-muji dirinya di hadapan orang lain baik sahabat maupun keluarga. Kadang pujian tersebut benar adanya namun besar kemungkinan pujian tersebut hanyalah omong kosong belaka. Jumlah narsis sebenarnya tidak banyak namun seiring perubahan jaman, teknologi yang makin maju, dunia kecantikan, fashion dan kesehatan yang berkembang pun ikut menjadi penunjang bertambahnya orang dengan gejala narsis.

Seseorang yang gemar berfoto ataupun berkaca di depan cermin biasanya akan dengan mudah diberikan panggilan narsis. Sigmund Freud, bapak ilmu jiwa menguraikan dalam tulisannya yang berjudul On Narcissism (1914) bahwa narsis mengacu pada NPD (Narcissistic Personality Disorder) yaitu sebutan untuk mengenali kondisi yang mengarah pada gangguan karakter individu yang menunjukkan kesombongan , egoisme dan kecintaan yang berlebihan pada diri sendiri.

Penyebab utama dari gangguan kepribadian narsistik ini beragam tergantung dari kasus dan individunya sendiri. Beberapa individu yang diteliti menunjukkan terjadinya hubungan yang erat antara narsisistik dengan kegagalan pada fase-fase (masa perkembangan) kanak-kanak hingga dewasa, contohnya anak-anak yang terlalu di manja secara berlebihan, harapan dan tuntutan orang tua serta keluarga yang terlalu besar


(11)

Universitas Kristen Maranatha bahkan penolakkan dan kekerasan dapat menjadi penyebab kelainan kejiwaan narsisistik. Faktor penyebab lain yang juga memungkinkan seseorang terkena narsisistik adalah faktor genetik atau psikobiologi yang berhubungan dengan fungsi otak, prilaku dan cara pikir. Namun keadaan lingkunganpun bisa membuat seseorang menjadi narsis contohnya pujian yang terlalu berlebihan atau pengakuan oleh lingkungan sekitar yang sering di ulang-ulang tentang perilaku maupun fisik si penderita narsisistik . misalnya seseorang merasa dirinya cantik karena sering disebut-sebut sebagai seseorang yang cantik parasnya meskipun pada awalnya dia tidak merasa demikian. (sumber: http://duniapsikologi.dagdigdug.com/tag/narsis)

Hal ini berkaitan dengan ilmu desain komunikasi visual karena narsis merupakan gejala kejiwaan yang cukup umum, sehingga tidak menutup kemungkinan seorang desainer grafispun memiliki gejala narsisistik. Selain itu dalam ilmu DKV diperlukan kepercayaan diri yang cukup tinggi namun berbeda dengan narsisistik oleh karena itu perlu pengenalan tentang narsisitik agar tiap desainer grafis bisa mengoreksi dirinya untuk menjadi lebih baik. Topik ini penulis angkat agar kesalahpahaman tentang narsis yang selama ini terjadi bisa diluruskan sehingga, gejala maupun penyakit narsisistik bisa ditekan dalam masyarakat terutama remaja.

Penulis juga mengambil permasalahan ini karena narsis atau dalam istilah ilmiahnya Narcissistic Personality Disorder ini dimiliki oleh semua orang namun dalam derajat yang berbeda-beda. Dikutip dari US News, dalam bukunya ‘The Narcissism Epidemic’, psikolog Jean Twenge and W. Keith Campbell dan rekannya di San Diego State University mengemukakan bahwa narsisistik banyak terjadi di kalangan mahasiswa dan anak muda, terutama para wanita. Mereka sangat yakin bahwa dirinya lebih unggul dan lebih baik dibanding yang lainnya dan biasanya memiliki rasa penghargaan yang rendah terhadap orang lain.


(12)

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan ditemukan permasalahan dan ruang lingkup sebagai berikut.

1.2.1 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1). Apa yang dimaksud dengan narsisistik?

2). Bagaimana membedakan narsisistik dengan percaya diri?

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup dalam pemecahan masalah lebih memfokuskan kepada remaja yang berusia antara 15 hingga 17 tahun, karena pada masa ini terjadi perubahan dan pola pikir yang signifikan. Karena itu peranan DKV akan dibutuhkan sebagai pendekatan terhadap remaja dan dewasa awal itu sendiri dengan memberi pengetahuan secara umum tentang narsisistik yang jarang diketahui oleh khalayak, dengan strategi kampanye yang akan dikembangkan dan ditujukan untuk masyarakat umum di Indonesia, khususnya pada kalangan remaja dan dewasa awal di masa sekarang ini.

1.2Tujuan Perancangan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan berikut ini akan dirumuskan pokok pokok hasil dari tujuan perencanaan.

1).Pembaca dapat mendiskriptifkan dan menjelaskan apa yang di maksud dengan narsisistik.

2). Pembaca dapat menguraikan apa yang membedakan narsisistik dengan percaya diri.

1.3Sumber dan Teknik Pengumpulan data

Dalam penyusunan proposal ini, penulis memperoleh data dengan cara kualitatif, yaitu dengan cara.


(13)

Universitas Kristen Maranatha 1).Studi Pustaka:

Penulis mengumpulkan data-data dan informasi dari buku, literatur, jurnal dan situs yang ada untuk digunakan sebagai pijakan dalam menyampaikan informasi, agar informasi yang disampaikan dapat terjamin kebenarannya.

2).Kuesioner :

Penulis membuat pertanyaan seputar narsisistik yang akan di sebarkan ke berbagai kalangan untuk memperoleh data dan fakta yang relevan.

3).Wawancara:

Penulis membuat pertanyaan seputar narsisistik untuk di jawab dan didiskusikan dengan ahli di bidang psikologi.

1.5 Skema Perancangan

Berdasarkan poin-poin di atas dapat dibuat skema perancangan sebagai berikut.

Kesalahpahaman remaja akan narsisistik dan percaya diri

Pengumpulan Data

Literatur Survey Wawancara Situs

Hipotesa awal: Narsis itu penyakit sedangkan percaya diri merupakan sebuah keyakinan

Solusi

Pemahaman Batasan Narsisistik Pemecahan Masalah

Kampanye


(14)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Narsis merupakan suatu penyakit kejiwaan yang bisa berdampak buruk bagi kepribadian dan fisik seseorang. Narsis dan percaya diri itu berbeda, seseorang bisa dengan mudah menjadi narsis jika tidak mau berusaha dan lebih suka memperoleh segala hal dengan cara praktis, namun untuk menjadi orang yang percaya diri dibutuhkan pemahaman yang tepat dan benar.

Masyarakat biasanya memandang narsis sebagai hal yang biasa dan tidak perlu mendapatkan penanganan. Hal ini bisa dibenarkan bila penderita narsis tersebut belum tergolong ke dalam tingkat yang parah dan tidak mengganggu orang lain. Namun tanpa disadari kadang gangguan kejiwaan seperti narsis mengalami perkembangan ke arah yang lebih buruk. Dampaknya untuk remaja sendiri bisa terjadi pada hubungan di sekolah atau hubungan-hubungan interaksi dengan orang lain menjadi terganggu. Jika dibiarkan terus hal ini akan membuat si penderita narsis menjadi tidak bahagia dan semakin bingung dengan emosi yang ada di dalam dirinya. Dapat disimpulkan dua hal utama yang membentuk kepribadian narsis yaitu:

1.Bagaimana seseorang meresponi suara tidak puas terhadap diri sendiri. Rasa tidak puas terhadap diri sendiri akan positif jika kita gunakan untuk memperbaiki diri dan mendorong ke arah yang lebih baik. Tapi akan negatif jika terjadi pertengkaran dengan diri sendiri (konflik diri) sampai membuat jiwa kosong dan takut. Ini semua akan mendorong seseorang menempuh modus untuk mengelabuhi diri sendiri supaya bisa mengelabuhi orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan penghormatan dari fantasi yang diciptakan.


(15)

Universitas Kristen Maranatha 2.Bagaimana seseorang menutupi kekurangan, baik karena kurang kaya, kurang keren, kurang cantik dan seterusnya. Rasa kurang ini bisa digunakan untuk menjadi orang yang rendah hati tapi bila responnya negatif, akan sangat mungkin memunculkan motivasi minus, misalnya arogan tanpa alasan, membohongi orang lain untuk menutupi kekurangan, dan seterusnya.

5.2 Saran

Saran yang bisa di dapat dan digunakan dalam hasil laporan dan karya tugas akhir ini adalah:

- Pesan yang disampaikan harus bisa lebih terlihat dan lebih jelas agar dapat dengan mudah dimengerti oleh remaja.

- Pembuatan desain harus lebih kontras agar terlihat perbedaan yang mendasar sehingga dapat dengan mudah menyampaikan maksud dari kampanye ini.

- Pemilihan foto ataupun image harus menggunakan beberapa alternatif yang nantinya akan digunakan untuk mendapat gambar yang lebih baik, misalnya image dengan model yang gambarnya di ambil secara candid dan lain-lain. - Penggunaan elemen desain seperti garis dan warna harus bisa langsung tepat ke

sasaran dan lebih menarik sehingga kampanye ini nantinya akan menjadi kampanye yang efisien.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anne, Gregory (2004). Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations. Jakarta : Pt Penerbit Erlangga.

Grunig, James (1984). Managing Public Relations. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Rosady, Ruslan (2007). Kiat dan Strategi: Kampanye Public Relations. Jakarta: Grasindo.

Twenge, Jean (2009). Narcissism Epidemic: Why There Are So Many Narcissists Now: US News.

Vaknin, Sam (2007). Malignant Self Love – narcissism revisited. Makedonia: Lidija Rangelovska.

Venus, Antar (2007). Manajemen Kampanye: Panduan Teoretis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Jurnal dan hasil Penelitian

American Psychiatric Association (1994). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th edition. Washington, D.C : American Psychiatric Association. Markus, H., & Wurf, E. (1987). The dynamic self-concept: A social psychological

perspective. In M. R. Rosenzweig & L.W. Porter (Eds.), Annual Review of Psychology, 299-337.

Siska;Sudardjo;Purnamaningsih, Esti Hayu (2003). Kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa. Jurnal psikologi : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


(17)

Universitas Kristen Maranatha Internet

Abraham Lincoln. Diambil dari http://www.whitehouse.gov/about/presidents/ abrahamlincoln, 27februari 2011, 08:01:30 WIB

Freud, Sigmund (1914). On narcissism: An introduction. Di ambil dari

http://files.meetup.com/382157/Freud-On%20Narcissism.doc , 1 maret 2011, 11:21:25 WIB

Levine, J. D , Rona H (1994). The Dynamics and Treatment of Alcoholism. Diambil dari http://www.healthyplace.com/personality-disorders/malignant-self-love/the-narcissists-mother/menu-id-1469. 1 maret 2011, 10:22:25 WIB

Pengertian percaya diri. Diambil dari http://percayadiri.asmakmalaikat.com/ 24 februari 2011, 08:10:30 WIB

Percaya Diri Dalam Psikologi (2009). Diambil dari http://www.masbow.com/2009/08 /percaya-diri-dalam-psikologi.html, 7 Maret 2011, 22.00 WIB

Rasa Percaya Diri. Diambil dari Http//digilib/uns.ac.id, 7 Maret 2011,21.30 WIB Siska;Sudardjo;Purnamaningsih, Esti Hayu (2003). Kepercayaan diri dan kecemasan

komunikasi interpersonal pada mahasiswa. Diambil dari

http://skripsipsikologie.wordpress.com/2010/06/15/hubungan-persahabatan-dan-kepercayaan-diri-mahasiswa-baru/, 26 februari 2011, 11:20:01 WIB

Stella (2009). Penyebab Narsis Pada Remaja. Diambil dari

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/tag/narsis, 26 februari 2011, 12:01:55 WIB Story of Narcissus. Diambil dari

http://www.mythencyclopedia.com/Mi-Ni/Narcissus.html, 2 Maret 2011, 19:12:01 WIB

T35(2008). Apa itu Narsisisme. Diambil dari http://muhammad-saw.t35.com/ApaItuNarsis.htm, 7 Maret 2011, 21.00 WIB

Visi dan misi. Di ambil dari http://www.dikmas.net/profil/visi-dan-misi.html, 3 Maret 2011, 15.30:20 WIB

WHO Indonesia (2011). Diambil dari http://www.who.or.id/ind/index.asp, 7 Maret 2011, 22.30 WIB


(1)

Universitas Kristen Maranatha

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan ditemukan permasalahan dan ruang lingkup sebagai berikut.

1.2.1 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1). Apa yang dimaksud dengan narsisistik?

2). Bagaimana membedakan narsisistik dengan percaya diri?

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup dalam pemecahan masalah lebih memfokuskan kepada remaja yang berusia antara 15 hingga 17 tahun, karena pada masa ini terjadi perubahan dan pola pikir yang signifikan. Karena itu peranan DKV akan dibutuhkan sebagai pendekatan terhadap remaja dan dewasa awal itu sendiri dengan memberi pengetahuan secara umum tentang narsisistik yang jarang diketahui oleh khalayak, dengan strategi kampanye yang akan dikembangkan dan ditujukan untuk masyarakat umum di Indonesia, khususnya pada kalangan remaja dan dewasa awal di masa sekarang ini.

1.2Tujuan Perancangan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan berikut ini akan dirumuskan pokok pokok hasil dari tujuan perencanaan.

1).Pembaca dapat mendiskriptifkan dan menjelaskan apa yang di maksud dengan narsisistik.

2). Pembaca dapat menguraikan apa yang membedakan narsisistik dengan percaya diri.

1.3Sumber dan Teknik Pengumpulan data

Dalam penyusunan proposal ini, penulis memperoleh data dengan cara kualitatif, yaitu dengan cara.


(2)

Universitas Kristen Maranatha 1).Studi Pustaka:

Penulis mengumpulkan data-data dan informasi dari buku, literatur, jurnal dan situs yang ada untuk digunakan sebagai pijakan dalam menyampaikan informasi, agar informasi yang disampaikan dapat terjamin kebenarannya.

2).Kuesioner :

Penulis membuat pertanyaan seputar narsisistik yang akan di sebarkan ke berbagai kalangan untuk memperoleh data dan fakta yang relevan.

3).Wawancara:

Penulis membuat pertanyaan seputar narsisistik untuk di jawab dan didiskusikan dengan ahli di bidang psikologi.

1.5 Skema Perancangan

Berdasarkan poin-poin di atas dapat dibuat skema perancangan sebagai berikut.

Kesalahpahaman remaja akan narsisistik dan percaya diri

Pengumpulan Data

Literatur Survey Wawancara Situs

Hipotesa awal: Narsis itu penyakit sedangkan percaya diri merupakan sebuah keyakinan

Solusi

Pemahaman Batasan Narsisistik Pemecahan Masalah

Kampanye


(3)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Narsis merupakan suatu penyakit kejiwaan yang bisa berdampak buruk bagi kepribadian dan fisik seseorang. Narsis dan percaya diri itu berbeda, seseorang bisa dengan mudah menjadi narsis jika tidak mau berusaha dan lebih suka memperoleh segala hal dengan cara praktis, namun untuk menjadi orang yang percaya diri dibutuhkan pemahaman yang tepat dan benar.

Masyarakat biasanya memandang narsis sebagai hal yang biasa dan tidak perlu mendapatkan penanganan. Hal ini bisa dibenarkan bila penderita narsis tersebut belum tergolong ke dalam tingkat yang parah dan tidak mengganggu orang lain. Namun tanpa disadari kadang gangguan kejiwaan seperti narsis mengalami perkembangan ke arah yang lebih buruk. Dampaknya untuk remaja sendiri bisa terjadi pada hubungan di sekolah atau hubungan-hubungan interaksi dengan orang lain menjadi terganggu. Jika dibiarkan terus hal ini akan membuat si penderita narsis menjadi tidak bahagia dan semakin bingung dengan emosi yang ada di dalam dirinya. Dapat disimpulkan dua hal utama yang membentuk kepribadian narsis yaitu:

1.Bagaimana seseorang meresponi suara tidak puas terhadap diri sendiri. Rasa tidak puas terhadap diri sendiri akan positif jika kita gunakan untuk memperbaiki diri dan mendorong ke arah yang lebih baik. Tapi akan negatif jika terjadi pertengkaran dengan diri sendiri (konflik diri) sampai membuat jiwa kosong dan takut. Ini semua akan mendorong seseorang menempuh modus untuk mengelabuhi diri sendiri supaya bisa mengelabuhi orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan penghormatan dari fantasi yang diciptakan.


(4)

Universitas Kristen Maranatha 2.Bagaimana seseorang menutupi kekurangan, baik karena kurang kaya, kurang keren, kurang cantik dan seterusnya. Rasa kurang ini bisa digunakan untuk menjadi orang yang rendah hati tapi bila responnya negatif, akan sangat mungkin memunculkan motivasi minus, misalnya arogan tanpa alasan, membohongi orang lain untuk menutupi kekurangan, dan seterusnya.

5.2 Saran

Saran yang bisa di dapat dan digunakan dalam hasil laporan dan karya tugas akhir ini adalah:

- Pesan yang disampaikan harus bisa lebih terlihat dan lebih jelas agar dapat dengan mudah dimengerti oleh remaja.

- Pembuatan desain harus lebih kontras agar terlihat perbedaan yang mendasar sehingga dapat dengan mudah menyampaikan maksud dari kampanye ini.

- Pemilihan foto ataupun image harus menggunakan beberapa alternatif yang nantinya akan digunakan untuk mendapat gambar yang lebih baik, misalnya

image dengan model yang gambarnya di ambil secara candid dan lain-lain.

- Penggunaan elemen desain seperti garis dan warna harus bisa langsung tepat ke sasaran dan lebih menarik sehingga kampanye ini nantinya akan menjadi kampanye yang efisien.


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anne, Gregory (2004). Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations. Jakarta : Pt Penerbit Erlangga.

Grunig, James (1984). Managing Public Relations. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Rosady, Ruslan (2007). Kiat dan Strategi: Kampanye Public Relations. Jakarta: Grasindo.

Twenge, Jean (2009). Narcissism Epidemic: Why There Are So Many Narcissists Now:

US News.

Vaknin, Sam (2007). Malignant Self Love – narcissism revisited. Makedonia: Lidija Rangelovska.

Venus, Antar (2007). Manajemen Kampanye: Panduan Teoretis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Jurnal dan hasil Penelitian

American Psychiatric Association (1994). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th edition. Washington, D.C : American Psychiatric Association. Markus, H., & Wurf, E. (1987). The dynamic self-concept: A social psychological

perspective. In M. R. Rosenzweig & L.W. Porter (Eds.), Annual Review of Psychology, 299-337.

Siska;Sudardjo;Purnamaningsih, Esti Hayu (2003). Kepercayaan diri dan kecemasan

komunikasi interpersonal pada mahasiswa. Jurnal psikologi : Fakultas


(6)

Universitas Kristen Maranatha

Internet

Abraham Lincoln. Diambil dari http://www.whitehouse.gov/about/presidents/

abrahamlincoln, 27februari 2011, 08:01:30 WIB

Freud, Sigmund (1914). On narcissism: An introduction. Di ambil dari

http://files.meetup.com/382157/Freud-On%20Narcissism.doc , 1 maret 2011, 11:21:25 WIB

Levine, J. D , Rona H (1994). The Dynamics and Treatment of Alcoholism. Diambil dari http://www.healthyplace.com/personality-disorders/malignant-self-love/the-narcissists-mother/menu-id-1469. 1 maret 2011, 10:22:25 WIB

Pengertian percaya diri. Diambil dari http://percayadiri.asmakmalaikat.com/ 24

februari 2011, 08:10:30 WIB

Percaya Diri Dalam Psikologi (2009). Diambil dari http://www.masbow.com/2009/08

/percaya-diri-dalam-psikologi.html, 7 Maret 2011, 22.00 WIB

Rasa Percaya Diri. Diambil dari Http//digilib/uns.ac.id, 7 Maret 2011,21.30 WIB

Siska;Sudardjo;Purnamaningsih, Esti Hayu (2003). Kepercayaan diri dan kecemasan

komunikasi interpersonal pada mahasiswa. Diambil dari

http://skripsipsikologie.wordpress.com/2010/06/15/hubungan-persahabatan-dan-kepercayaan-diri-mahasiswa-baru/, 26 februari 2011, 11:20:01 WIB

Stella (2009). Penyebab Narsis Pada Remaja. Diambil dari

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/tag/narsis, 26 februari 2011, 12:01:55 WIB Story of Narcissus. Diambil dari

http://www.mythencyclopedia.com/Mi-Ni/Narcissus.html, 2 Maret 2011, 19:12:01 WIB

T35(2008). Apa itu Narsisisme. Diambil dari http://muhammad-saw.t35.com/ApaItuNarsis.htm, 7 Maret 2011, 21.00 WIB

Visi dan misi. Di ambil dari http://www.dikmas.net/profil/visi-dan-misi.html, 3 Maret

2011, 15.30:20 WIB

WHO Indonesia (2011). Diambil dari http://www.who.or.id/ind/index.asp, 7 Maret 2011, 22.30 WIB