Hubungan Antara Maloklusi Angle dan Indek Tinggi Palatum Menurut Korkhaus (Penelitian Dilakukan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha).

(1)

iv ABSTRAK

Maloklusi merupakan susunan gigi geligi yang menyimpang dari oklusi normal, dapat menyebabkan gangguan estetik dan fungsional. Maloklusi dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan dan psikososial, salah satu penyebabnya adalah gangguan pertumbuhan pada maksila. Struktur palatum merupakan bagian dari maksila. Gangguan pertumbuhan maksila dapat menghambat perkembangan tinggi dan lebar palatum sehingga berpengaruh terhadap maloklusi dan dapat mempengaruhi prosedur perawatan ortodonti. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif analitik. Data diperoleh dari pemeriksaan klinis dan pengukuran model studi pada tiga puluh dua mahasiswa pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha yang dibedakan dalam tiga kelas maloklusi Angle. Analisis data dari penelitian ini menggunakan uji chi-square dengan α ≤ 0,05. Hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus menghasilkan nilai p = 0,545.

Simpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara maloklusi Angel dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.


(2)

v ABSTRACT

Malocclusion is a condition where the tooth arrangement wanders from normal occlusion, this condition occurs during development can cause interference both aesthetically and functionally. Malocclusion can be caused by genetic factors, environmental factors, and psychosocial factors, one of it is growth disorder which occurs in the maxilla. Palate structure is part of the maxilla. Growth disorder which happens in maxillary arch can inhibit the development of the palate, it affects the height and width which can cause malocclusion and can affect orthodontic treatment procedures.

This research is a descriptive analytic study. This study aims to determine the relationship between malocclusion according to Angle and the palatal height index according to Korkhaus on the medical and dental students of Maranatha Christian University. Data obtained from clinical examination and measuring study model which was divided into three classes of malocclusion according to Angle.

Statistical analysis using chi-square test with α ≤ 0.05. The relationship between malocclusion according to Angle and palatal height index according to Korkhaus generate value p = 0.545.

This research concluded that there was no significant result from malocclusion according to Angle and palatal height index according to Korkhaus. Key words: palate, Angle’s classification, palatal height index


(3)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... vxiii

DAFTAR DIAGRAM ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Kerangka Pemikiran ... 4

1.6. Metode Penelitian... 6


(4)

1.8. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Oklusi ... 8

2.1.1. Definisi Oklusi ... 8

2.1.2. Oklusi Normal ... 9

2.1.3. Oklusi Ideal ... 9

2.2. Maloklusi ... 10

2.2.1. Definisi Maloklusi ... 10

2.2.2. Etiologi Maloklusi ... 11

2.2.2.1. Herediter ... 11

2.2.2.2. Perkembangan Defek Yang Tidak Diketahui Penyebabnya ... 11

2.2.2.3. Trauma ... 11

2.2.2.4. Agen fisik ... 12

2.2.2.5. Kebiasaan buruk ... 13

2.2.2.6. Penyakit ... 14

2.2.2.7 Malnutrisi ... 15

2.2.3. Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle ... 15

2.3. Maksila ... 23

2.3.1. Anatomi Maksila ... 23

2.3.2. Pertumbuhan Prenatal Maksila ... 24


(5)

2.4. Palatum ... 28

2.4.1. Anatomi Palatum ... 28

2.4.2. Pembentukan Palatum ... 30

2.4.2.1. Perkembangan Lempeng Palatum ... 30

2.4.2.2. Elevasi Lempeng Palatum ... 32

2.4.2.3. Fusi Lempeng Palatum ... 36

2.4.3. Pertumbuhan Tinggi dan Lebar Palatum ... 38

2.4.4. Hal yang Mempengaruhi Ketinggian Palatum ... 39

2.4.5. Pengukuran Indeks Tinggi Palatum Menurut Korkhaus ... 40

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Metode Penelitian ... 42

3.2. Alat dan Bahan Penelitian ... 42

3.2.1. Alat Penelitian ... 42

3.2.2. Bahan Penelitian ... 43

3.3. Subjek Penelitian ... 43

3.3.1. Populasi ... 43

3.3.2. Besar Sampel Penelitian ... 43

3.3.3. Metode Pengambilan Sampel ... 44

3.3.4. Kriteria Sampel ... 44

3.3.4.1. Kriteria Inklusi ... 44

3.3.4.2. Kriteria Eksklusi ... 45


(6)

3.4.1. Variabel Independen ... 45

3.4.2. Variabel Dependen ... 46

3.4.3. Variabel Pengganggu ... 46

3.5. Definisi Operasional... 46

3.6. Metode Analisis ... 49

3.6.1. Analisis Data... 49

3.6.2. Hipotesis ... 49

3.7. Prosedur Penelitian ... 49

3.7.1. Cara Penelitian ... 49

3.7.2. Alur Penelitian ... 50

3.8. Aspek Etik Penelitian ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Hasil Penelitian ... 52

4.1.1 Distribusi Frekuensi Maloklusi Angle Dan Indeks Tinggi Palatum ... 52

4.1.2 Analisis Statistik ... 53

4.2. Pembahasan ... 54

4.2.1. Distribusi Frekuensi Maloklusi Angle Dan Indeks Tinggi Palatum ... 54

4.2.1.1. Distribusi Frekuensi Maloklusi Angle Kelas I Dan Indeks Tinggi Palatum Menurut Korkhaus ... 55


(7)

4.2.1.2. Distribusi Frekuensi Maloklusi Angle Kelas II Divisi 1

Dan Indeks Tinggi Palatum Menurut Korkhaus ... 56

4.2.1.3. Distribusi Frekuensi Maloklusi Angle Kelas II Divisi 2 Dan Indeks Tinggi Palatum Menurut Korkhaus ... 57

4.2.1.4. Distribusi Frekuensi Maloklusi Angle Kelas III Dan Indeks Tinggi Palatum Menurut Korkhaus ... 58

4.2.2. Hubungan Antara Maloklusi Angle Dan Indeks Tinggi Palatum Menurut Korkhaus ... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1. Simpulan ... 60

5.2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 66


(8)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Maloklusi Angle Dan Indeks Tinggi

Palatum ... 52 Tabel 4.2 Hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi


(9)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Oklusi Normal ... 9

Gambar 2.2 Oklusi Ideal ... 10

Gambar 2.3 Maloklusi Angle Kelas I ... 17

Gambar 2.4 Maloklusi Angle Kelas I Tipe 1 Dewey ... 17

Gambar 2.5 Maloklusi Angle Kelas I Tipe 2 Dewey ... 18

Gambar 2.6 Maloklusi Angle Kelas I Tipe 3 Dewey ... 18

Gambar 2.7 Maloklusi Angle Kelas I Tipe 4 Dewey ... 18

Gambar 2.8 Maloklusi Angle Kelas I Tipe 5 Dewey ... 19

Gambar 2.9 Maloklusi Angle Kelas II ... 19

Gambar 2.10 Maloklusi Angle Kelas III ... 21

Gambar 2.11 Maloklusi Kelas III Tipe 1 Dewey ... 22

Gambar 2.12 Maloklusi Kelas III Tipe 2 Dewey ... 22

Gambar 2.13 Maloklusi Kelas III Tipe 3 Dewey ... 22

Gambar 2.14 Anatomi Maksila ... 23

Gambar 2.15 Perpindahan Primer Maksila ... 27

Gambar 2.16 Perpindahan Sekunder Maksila ... 27

Gambar 2.17 Anatomi Palatum ... 29

Gambar 2.18 Persyarafan Palatum ... 30

Gambar 2.19 Pembentukan Palatum ... 38

Gambar 2.20 Pengukuran Tinggi dan Lebar Palatum ... 40

Gambar 2.21 Aplikasi Jangka Sorong pada Palatal Height Guider ... 41


(10)

xv

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 50 Gambar 4.1 Tengkorak ras Kaukasoid dan Mongoloid ... 56


(11)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Perubahan jumlah gylcosaminoglycans selama

perkembangan palatum anterior dan posterior ... 33 Grafik 2.2 Perubahan konsentrasi hyaluronat pada region anterior


(12)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Etik ... 66

Lampiran 2 Lembar Angket Penelitian ... 67

Lampiran 3 Lembar Alat dan Bahan ... 70

Lampiran 4 Lembar Dokumentasi Penelitian ... 73

Lampiran 5 Lembar Hasil Pengukuran ... 75


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Maloklusi secara umum dapat diartikan sebagai deviasi yang cukup besar dari hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik maupun secara fungsional.Maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung rahang, hubungan antar lengkung satu sama yang lain berbeda dengan susunan normal.1 Maloklusi dan deformitas dentofasial timbul dari proses perkembangan normal yang bervariasi sehingga harus dievaluasi terhadap perspektif dari perkembangan normal. Maloklusi adalah suatu kondisi yang muncul pada saat proses perkembangan. Dalam kebanyakan kasus, maloklusi dan deformitas wajah tidak disebabkan oleh proses patologis, namun disebabkan oleh karena terjadinya distorsi pada perkembangan normal. Maloklusi bukan merupakan suatu penyakit, namun apabila tidak dirawat akan menimbulkan gangguan pengunyahan, penelanan, bicara, dan estetik.2 Maloklusi dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu adanya pengaruh genetik, pengaruh lingkungan, faktor psikososial kebiasaan bernapas melalui mulut dan oral bad habit.3

Informasi tentang dimensi lengkung rahang pada manusia merupakan hal penting dalam bidang ortodonti, prostodonti, dan bedah mulut. Dalam bidang ortodonti hal ini berguna dalam proses penentuan diagnosis dan rencana perawatan yang akan dilakukan. Penelitian dan informasi mengenai hubungan


(14)

2

antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum sangat sedikit, sehingga menarik untuk dipelajari dan diteliti.4

Palatum merupakan atap dari mulut dan merupakan dasar dari kavitas nasal. Palatum terdiri dari palatum keras yaitu 2/3 anterior dan palatum lunak yaitu 1/3 posterior.5 Palatum berdasarkan morfologi dan posisinya merupakan salah satu kunci dalam struktur anatomi untuk menentukan tipe pola skeletal dan yang paling penting struktur palatum dapat dipengaruhi oleh prosedur perawatan ortodonti.6 Menurut Lebret, waktu pertumbuhan palatum terjadi selama masa periode gigi campuran (6-12 tahun) dan setelah gigi molar kedua erupsi (dari usia 12 sampai 18 tahun).7 Johnson et al membandingkan dimensi palatal yaitu lebar, panjang dan kedalamannya pada orang dewasa dengan maloklusi kelas I, kelas II divisi 1 dan divisi 2 serta kelas III. Hasil menunjukkan bahwa maloklusi kelas II divisi I memiliki lebar palatum yang paling sempit, maloklusi kelas II divisi 2 memiliki panjang palatum yang paling pendek dan dangkal sedangkan maloklusi kelas I dengan crowding ringan dan maloklusi kelas III memliki palatum yang paling dalam.4

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zarringhalam pada tahun 2004 didapatkan bahwa rata-rata tinggi palatum pada maloklusi kelas III lebih tinggi daripada oklusi normal, maloklusi kelas I dan maloklusi kelas II. Hal ini mungkin terjadi karena posisi lidah yang lebih rendah pada maloklusi kelas III dan adanya tekanan luar dari otot pipi dan posisi mandibula yang lebih rendah selama tidur di malam hari.8


(15)

3

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian mengenai hubungan maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi ilmiah kepada akademisi untuk mengevaluasi dan mengamati hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.

2. Sebagai sumbangan pustaka dan bahan tambahan pengetahuan mengenai hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.


(16)

4

1.5. Kerangka Pemikiran

Maksila merupakan tulang yang melekat pada basis kranial melalui sutura nasomaksilari dan sphenoccipital, yang dibentuk oleh dua tulang yaitu tulang sisi sebelah kanan dan kiri yang disatukan melalui sutura median palatal. Pertumbuhan maksila secara keseluruhan terjadi melalui osifikasi intramembranous. Pertumbuhan palatum berkembang melalui dua struktur yaitu palatum primer (premaksila) dan palatum sekunder. Palatum primer merupakan bagian yang berbentuk segitiga pada palatum anterior terhadap foramen insisif. Sedangkan palatum sekunder menonjol pada posterior palatum keras dan lunak terhadap foramen insisif. 1,2

Palatum keras terdiri dari tulang-tulang palatum yang dibentuk oleh prosesus palatinus dari maksila dan lempeng horizontal dari tulang palatinal. Seluruh komponen dari tulang palatum bergabung menjadi satu oleh sutura median dan transversal. Mukoperiosteum palatum lunak mengandung banyak palatine glands, median raphe dan transverse palatine folds atau rugae. Palatum lunak (velum palatinum) merupakan jaringan yang dapat bergerak yang merupakan fibromuscular fold yang merupakan lanjutan dari palatum keras ke arah posterior dan berakhir di uvula.5

Pertumbuhan palatum dimulai pada awal minggu ke enam sampai minggu ke duabelas. Pertumbuhan lebar palatum paling banyak terjadi pada regio molar pertama dan tercapai dari perkembangan kedua sisi sutura media. Lima per enam dari perkembangan yang matur dari palatum tercapai rata-rata pada usia 4 tahun dan perkembangan lebar maksimum dapat tercapai pada usia 19 tahun. Secara


(17)

5

keseluruhan, peningkatan lebar palatum terjadi karena aposisi dari permukaan terluar tulang selama tahun pertama dari postnatal.1,9

Tinggi palatum berdasarkan Korkhaus didefinisikan sebagai garis vertikal yang tegak lurus terhadap midpalatal raphe yang berjalan dari permukaan palatum ke permukaan oklusal pada garis intermolar.10 Ketinggian palatum dapat dihitung dengan menggunakan indeks tinggi palatum sebagai suatu nilai dari tinggi palatum. Nilai dari indeks tinggi palatum dihitung dengan membagi ketinggian palatum dengan panjang yang diukur dari area molar.7 Pengukuran ukuran dan bentuk palatum dapat digunakan sebagai dasar untuk mempelajari perkembangan oral yang abnormal.11

Gambaran palatum yang terlihat lebih sempit dan tinggi yang terjadi akibat defisiensi pertumbuhan maksila disebut sebagai konstriksi maksila. Etiologi utama dari konstriksi maksila adalah adanya kebiasaan bernafas melalui mulut dan adanya oral bad habit lainnya. Dengan terjadinya konstriksi maksila akan mempengaruhi keadaan gigi geligi pada saat pertumbuhan sehingga dapat menyebabkan terjadinya maloklusi.12

Kedalaman palatum dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan herediter dari tulang palatum dan adanya faktor lingkungan, seperti kebiasaan menghisap jari, kebiasaan bernafas melalui mulut serta adanya gangguan pernafasan kronis.13 Oral bad habit dapat menyebabkan perubahan yang relevan pada struktur dentoalveolar sehingga risiko terjadinya maloklusi menjadi sangat besar.13 Maloklusi secara umum dapat disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu adanya suatu penyebab spesifik yang dapat memicu terjadinya maloklusi, pengaruh herediter


(18)

6

dan adanya pengaruh lingkungan.3 Klasifikasi maloklusi yang digunakan berdasarkan hubungan molar, hubungan kaninus dan hubungan insisif. Klasifikasi Angle merupakan sistem klasifikasi yang pertama kali digunakan yang diterima secara umum dan masih digunakan sampai sekarang. Postulat Angle menyatakan bahwa gigi molar pertama rahang atas merupakan kunci oklusi dan gigi molar pertama atas dan bawah harus mempunyai hubungan cusp mesiobukal gigi molar rahang atas beroklusi dengan buccal groove gigi molar bawah.2

1.6. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik untuk mengetahui hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus. Data dari penelitian ini didapat dari melakukan pencetakan dan pengecoran model rahang atas dan rahang bawah sampel untuk menentukan kelas maloklusi gigi berdasarkan maloklusi Angle.

Analisis data dari penelitian ini menggunakan uji chi-square dengan α ≤ 0,05. Piranti lunak yang digunakan untuk pengolahan data hasil penelitian ini adalah SPSS yang kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel.

1.7. Hipotesis

H0 = Tidak terdapat hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.

H1 = Terdapat hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.


(19)

7

1.8. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian akan dilakukan di ruang Skill Lab Terpadu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Penelitian dilakukan dari bulan November 2014 sampai bulan April 2015.


(20)

60 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Simpulan dari penelitian ini berdasarkan analisis statistik chi-square dengan nilai α ≤ 0,05, pada hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menyatakan bahwa H0 gagal ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan antara maloklusi dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran apabila ada penelitian lebih lanjut mengenai topik yang sama, sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengukuran indeks tinggi palatum dengan menggunakan sampel yang lebih banyak.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengukuran indeks tinggi palatum berdasarkan ras / etnis tertentu.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengukuran indeks tinggi palatum berdasarkan perbedaan jenis kelamin.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengukuran indeks tinggi palatum berdasarkan kelompok umur tertentu.


(21)

79

RIWAYAT HIDUP

Nama : KARINA WIJAYA

NRP : 1190018

Tempat dan Tanggal Lahir : Pontianak, 28 November 1993

Alamat : Jl. K. H. A. Dahlan Gg. Ruper II No. 7

Pontianak, Kalimantan Barat Riwayat Pendidikan :

- TK Suster Pontianak (1997 – 1999)

- SD Suster Pontianak (1999 – 2005)

- SMP Suster Pontianak (2005 – 2008)

- SMA Santo Paulus Pontianak (2008 – 2011)


(22)

62

DAFTAR PUSTAKA

1. Bishara SE. Textbook Of Orthodontics. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2001.

2. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2007.

3. Cobourne MT, Dibiase AT. Handbook Of Orthodontics. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2010.

4. Al-Sayagh NM. The Relationship Of Palatal Dimension For Adolescent With Different Dental Angle Classification. Al-Rafidain Dent J. 2011; 11(2): 251-259.

5. Patel M. A Study Of The Hard Palate In The Skulls Of Central Indian Population. International Journal Of Pharma and Bio Sciences; 2012; 3(2): 527-533.

6. Riquelme A, Green LJ. Palatal Width, Height, Length In Human Twins. National Institute of Dental Research. 1970; 40(2): 71-79.

7. Cioni B. Correlations Between Morphologic Palatal Dimensions and The Craniofacial Balance. Virtual Journal of Orthodontics. 1999 Apr 17: 1-10. 8. Zarringhalam M. Measuring Palatal Height in Normal Occlusion and

Malocclusion. J Dent TUMS. 2004; 1(4): 39-42.

9. Salzmann JA. Orthodontics in General Practice. ; Lippincott:1974

10.Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Color Atlas of Dental Medicine Orthodontic Diagnosis. New York; 1993


(23)

63

11.Ciusa V, Dimaggio FC, Sforza C, Ferrario VF. Three Dimensional Palatal Development Between 3 and 6 Years. Angle Orthodontist. 2007; 77(4); 602-606.

12.Belluzzo RHL, Junior KF, Lascala CE, Vianna LBR. Maxilla Constriction. Dental Press J Orthod. 2012; 17(4): 1-6.

13.Shahraki N, Yassaei S, Moghadam G. Abnormal Oral Bad Habit. Journal of Dentistry and Oral Hygiene. 2012; 4(2): 12-15.

14.Singh G. Textbook of Orthodontics 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher; 2007.

15.Jurnal Review article: Occlusion, Malocclusion and Method of Measurement

16.Moyers RE. Handbook of Orthodontics. London: Year Book Medical Publishers : 1998.

17.Iyer BS. Orthodontics: The Art and Science. Edisi 3. New Delhi: Arya (Medi) Publishing House. 2003.

18.Netters FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.

19.Tortora GJ. Principles of Human Anatomy. 4th ed. United States of America: Wiley; 2004.

20.Waugh A, Grant A. Anatomy and Physiology in Health and Illness. 9th ed. New York: Churchill Livingstone; 1998.

21.Richard S Snell, PhD. Clinical Anatomy. 9th edition. US: Wolters Kluwer Health, 2008; p: 622. [serial online] 2008 [cited 2015 Februari 3.


(24)

64

http://books.google.co.id/books?id=vb4AcUL4CE0C&pg=PA626&dq=ha rd+palate+and+soft+palate+anatomy&hl=en&sa=X&ei=knDcULeeDIuqr AepnoH4Cw&redir_esc=y#v=onepage&q=hard%20palate%20and%20sof t%20palate%20anatomy&f=false

22.Inderbir Singh. Textbook of Anatomy with Colour Atlas. 4th Edition. New Delhi: Jaypee Medical Publisher, 2007: 896 [serial online] 2007 [cited

2015 Februari 3]. Available from URL:

http://books.google.co.id/books?id=PVnk5UvDDm4C&pg=PA896&dq=v ascular+supply+of+palate&hl=en&sa=X&ei=fBLbUILRFoXUrQfXz4BQ &ved=0CDoQ6AEwAg#v=onepage&q=maxilla&f=false

23.Moore KL, Persaud TVN. The Developing Human. 8th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier: 2007

24.Carlson BM. Human Embryology and Developmental Biology. 2nd ed. Philadelphia: Mosby Elsevier: 2004

25.Berkovitz, BKB. Oral Anatomy, Histology and Embryology. 3rd Edition Mosby Elsevier: 2004.

26.The Glossary of Prosthodontic Terms.

27.Blumenfeld J. Racial Identification in the Skull and Teeth. Journal of Anthropology. 2011; 8(1): 20-33.

28.Borzabadi A, Farahani, Naretto S. Treatment of Class II Deep Overbite with Multiloop Edgewise Arch-Wire (MEAW) Therapy, Principles in Contemporary Orthodontics [serial online]. 2011 [cited 2015 April 10]; Available from: URL: http:www.intechopen.com/books/principles-in-


(25)

65

contemporary-orthodontics/an-overview-of-selected-orthodontic-treatment-need-indices.


(1)

60 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Simpulan dari penelitian ini berdasarkan analisis statistik chi-square dengan nilai α ≤ 0,05, pada hubungan antara maloklusi Angle dan indeks tinggi palatum menyatakan bahwa H0 gagal ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan antara maloklusi dan indeks tinggi palatum menurut Korkhaus.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran apabila ada penelitian lebih lanjut mengenai topik yang sama, sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengukuran indeks tinggi palatum dengan menggunakan sampel yang lebih banyak.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengukuran indeks tinggi palatum berdasarkan ras / etnis tertentu.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengukuran indeks tinggi palatum berdasarkan perbedaan jenis kelamin.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pengukuran indeks tinggi palatum berdasarkan kelompok umur tertentu.


(2)

79

RIWAYAT HIDUP

Nama : KARINA WIJAYA

NRP : 1190018

Tempat dan Tanggal Lahir : Pontianak, 28 November 1993

Alamat : Jl. K. H. A. Dahlan Gg. Ruper II No. 7 Pontianak, Kalimantan Barat

Riwayat Pendidikan :

- TK Suster Pontianak (1997 – 1999)

- SD Suster Pontianak (1999 – 2005)

- SMP Suster Pontianak (2005 – 2008)

- SMA Santo Paulus Pontianak (2008 – 2011) - Fakultas Kedokteran Gigi Maranatha (2011 – Sekarang)


(3)

62

DAFTAR PUSTAKA

1. Bishara SE. Textbook Of Orthodontics. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2001.

2. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2007.

3. Cobourne MT, Dibiase AT. Handbook Of Orthodontics. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2010.

4. Al-Sayagh NM. The Relationship Of Palatal Dimension For Adolescent With Different Dental Angle Classification. Al-Rafidain Dent J. 2011; 11(2): 251-259.

5. Patel M. A Study Of The Hard Palate In The Skulls Of Central Indian Population. International Journal Of Pharma and Bio Sciences; 2012; 3(2): 527-533.

6. Riquelme A, Green LJ. Palatal Width, Height, Length In Human Twins. National Institute of Dental Research. 1970; 40(2): 71-79.

7. Cioni B. Correlations Between Morphologic Palatal Dimensions and The Craniofacial Balance. Virtual Journal of Orthodontics. 1999 Apr 17: 1-10. 8. Zarringhalam M. Measuring Palatal Height in Normal Occlusion and

Malocclusion. J Dent TUMS. 2004; 1(4): 39-42.

9. Salzmann JA. Orthodontics in General Practice. ; Lippincott:1974

10.Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Color Atlas of Dental Medicine Orthodontic Diagnosis. New York; 1993


(4)

63

11.Ciusa V, Dimaggio FC, Sforza C, Ferrario VF. Three Dimensional Palatal Development Between 3 and 6 Years. Angle Orthodontist. 2007; 77(4); 602-606.

12.Belluzzo RHL, Junior KF, Lascala CE, Vianna LBR. Maxilla Constriction. Dental Press J Orthod. 2012; 17(4): 1-6.

13.Shahraki N, Yassaei S, Moghadam G. Abnormal Oral Bad Habit. Journal of Dentistry and Oral Hygiene. 2012; 4(2): 12-15.

14.Singh G. Textbook of Orthodontics 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher; 2007.

15.Jurnal Review article: Occlusion, Malocclusion and Method of Measurement

16.Moyers RE. Handbook of Orthodontics. London: Year Book Medical Publishers : 1998.

17.Iyer BS. Orthodontics: The Art and Science. Edisi 3. New Delhi: Arya (Medi) Publishing House. 2003.

18.Netters FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.

19.Tortora GJ. Principles of Human Anatomy. 4th ed. United States of America: Wiley; 2004.

20.Waugh A, Grant A. Anatomy and Physiology in Health and Illness. 9th ed. New York: Churchill Livingstone; 1998.

21.Richard S Snell, PhD. Clinical Anatomy. 9th edition. US: Wolters Kluwer Health, 2008; p: 622. [serial online] 2008 [cited 2015 Februari 3.


(5)

64

http://books.google.co.id/books?id=vb4AcUL4CE0C&pg=PA626&dq=ha rd+palate+and+soft+palate+anatomy&hl=en&sa=X&ei=knDcULeeDIuqr AepnoH4Cw&redir_esc=y#v=onepage&q=hard%20palate%20and%20sof t%20palate%20anatomy&f=false

22.Inderbir Singh. Textbook of Anatomy with Colour Atlas. 4th Edition. New Delhi: Jaypee Medical Publisher, 2007: 896 [serial online] 2007 [cited

2015 Februari 3]. Available from URL:

http://books.google.co.id/books?id=PVnk5UvDDm4C&pg=PA896&dq=v ascular+supply+of+palate&hl=en&sa=X&ei=fBLbUILRFoXUrQfXz4BQ &ved=0CDoQ6AEwAg#v=onepage&q=maxilla&f=false

23.Moore KL, Persaud TVN. The Developing Human. 8th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier: 2007

24.Carlson BM. Human Embryology and Developmental Biology. 2nd ed. Philadelphia: Mosby Elsevier: 2004

25.Berkovitz, BKB. Oral Anatomy, Histology and Embryology. 3rd Edition Mosby Elsevier: 2004.

26.The Glossary of Prosthodontic Terms.

27.Blumenfeld J. Racial Identification in the Skull and Teeth. Journal of Anthropology. 2011; 8(1): 20-33.

28.Borzabadi A, Farahani, Naretto S. Treatment of Class II Deep Overbite with Multiloop Edgewise Arch-Wire (MEAW) Therapy, Principles in Contemporary Orthodontics [serial online]. 2011 [cited 2015 April 10]; Available from: URL: http:www.intechopen.com/books/principles-in-


(6)

65

contemporary-orthodontics/an-overview-of-selected-orthodontic-treatment-need-indices.