Makna Simbolis Pertunjukan Sintren di Desa Surajaya Kacamatan Pemalang Kabupten Pemalang.

MAKNA SIMBOLIS PERTUNJUKAN SINTREN
DI DESA SURAJAYA KECAMATAN PEMALANG
KABUPATEN PEMALANG
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Seni Tari

Oleh :
Jati Sekar Pinilih
2502407015

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012

i

SARI

Sekar Pinilih, Jati. 2012. Makna Simbolis Pertunjukan Sintren di Desa
Surajaya Kacamatan Pemalang Kabupten Pemalang. Skripsi, Prodi
Pendidikan Seni Tari, Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: (1) Dr. Wahyu
Lestari, M.Pd (2) Drs. R. Indriyanto, M.Hum
Kata Kunci : Makna Simbolis, Bentuk Pertunjukan Sintren, Struktur Pertunjukan.
Seni pertunjukan Sintren di Desa Surajaya Kecamatan Pemalang
Kabupaten Pemalang adalah sebuah kesenian rakyat berbentuk pertunjukan tari
yang didalamnya memiliki beberapa makna simbol. Beberapa makna simbol
terdapat pada struktur pertunjukan, meliputi pemain atau pelaku, perlengkapan
pertunjukan, gerak, iringan dan tembang, tata rias wajah, tata rias rambut dan tata
busana serta penonton.
Pokok masalah yang diajukan yaitu: 1). Bagaimana bentuk pertunjukan
Sintren Suko Budoyo di Desa Surajaya Kecamatan Pemalang Kabupaten
Pemalang; 2). Bagaimana makna simbolis pertunjukan Sintren Suko Budoyo di
Desa Surajaya Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara, observasi
dan dokumentasi. Wujud data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa
informasi yang berkaitan dengan kesenian Sintren, kemudian data tersebut

dianalisis dengan menggunakan teori Adshead yang membagi proses analisis
kedalam empat tahap yaitu: mengenali dan mendeskripsikan komponenkomponen pertunjukan, memahami hubungan antara komponen pertunjukan,
melakukan inerpretasi, dan melakukan evaluasai.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pertunjukan sintren diawali
dengan penari sintren yang diikat tangannya oleh pawang kemudian dimasukan ke
dalam kurungan. Penari sintren dapat berhias didalam kurungan sempit dalam
keadaan tangan terikat dengan waktu yang singkat dan tak sadarkan diri. Setelah
ditandai dengan bergetarnya kurungan, keluarlah sosok wanita cantik dari balik
kurungan lengkap dengan kacamata hitam siap menari tanpa sadarkan diri
(kesurupan). Makna simbolis pertunjukan sintren terdapat pada struktur
pembentuk pertunjukan yang meliputi: 1) pemain atau pelaku yang memfokuskan
pada penari sintren; 2) perlengkapan pertunjukan meliputi kurungan, kemenyan,
sesaji, tali dan doa; 3) Gerak; 4) Iringan dan Tembang; 5) Tata rias wajah rambut
dan tatarias busana; 6) Penonton yang mengikuti adegan temohan dan balangan.
Saran yang ditujukan pada grup sintren Suko Budoyo adalah
mengembangkan bentuk sajian pada musik kesenian sintren agar tidak
membosankan dengan diselingi tembang campursari yang memiliki simbol
kebahagiaan. Bagi masyarakat hendaknya berfikir baik karena kesenian Sintren
bukan kesenian yang mengandung syirik melainkan kesenian Sintren sebagai
simbol wujud pelestarian budaya. Bagi pemerintah Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata hendaknya lebih mengembangkan potensi kesenian daerah dengan
mengadakan pentas budaya rutin disetiap tahunnya sebagai wujud apresiasi positif
yang menjadi simbol kemajuan kesenian daerah di Kabupaten Pemalang.
viii