Dana Rp 72,2 Miliar untuk Ubah PTS Jadi PTN.

KOMPAS
o Selasa
4

5

6

20

21

o Mar

OApr

.

Rabu

7

22

0
8
23

OMel

Kam;s

9

OJun

0

Jumat

o Sabtu


0

M;nggu

10
11
12
13
14
15
16
24
25
26
27
28
29
30
31
OJul


0 Ags OSep

OOkt

ONov

ODes

PENDIDIKAN

Tak Dibiasakan, Minat Membaca Buku Daerah
BANDUNG, KOMPAS - .Minat membaca buku berbahasa daerah di Jawa Barat tidak dibiasakan
sejak dini. Akibatnya,pemahaman
generasi muda pada bahasa daerah
semakinminim.
"Belum ada perhatian khusus
dari sekolah, keluarga, atau pemerintah daerah untuk mengenalkan
bahasa atau kesenian daerah pada
anak sejak dini. Hal ini berbeda dengan kebiasaan di negara maju,"

kataRektor Universitas Padjadjaran Ganjar Kurnia, Selasa (2/2) di
Bandung.
Unpad adalah universitas negeri yang rutin mementaskan kesenian daerah di Jabar setiap buIan sejak awal2009. Terakhir Unpad memfasilitasi pertunjukan
"Tina Sajak kana Lagu, nu Kang
Ajip ku Kang Nano S" di Bale
Rumawat Padjadjaran Kampus
Unpad, Jalan Dipati Ukur Nomor

35, Bandung, Minggu (31/01)malam.
Di Eropa, anak-anak diajari
membaca buku sejak dini. Sebelum lulus SD,siswa hams membaca sekitar 30 novel, baik bertema
daerah maupun umum. Manfaat
yang bisa dipetik, anak-anak terbiasa membaca buku di kemudian
hari.
Strategi ini, menurut Ganjar,
belum diterapkan di Indonesia,
khususnya Jabar. Dengan banyaknya buku anak-anak berbahasa
daerah yang populer, seperti karangan Samsudi, semestinya minat bacabisa didorong.
Hal ini terasa ironis karena ada
tiga peraturan daerah tentang

penggunaan bahasa daerah. Perda
itu adalah Perda Nomor 5 Tahun
2003 tentang Pemeliharaan Bahasa,Sastra, dan Aksara Daerah; Perda No 6/2003 tentang Pemelihara-

Kliping Humas Unpad 2010

an Kesenian Daerah; serta Perda
No 7/2008 tentang Penetapan Bahasa Daerah sebagaiBahasaKedua
di Sekolah.
"Di Jabar ada tiga bahasa daerah yang kerap digunakan, yaitu
bahasa Sunda,Cirebonan, dan MelayuBetawi,"katanya.
Ketua Dewan Pembina Yayasan
Rancage Ajip Rosidi mengatakan,
saat ini pemahaman generasi muda Jabar terhadap kesenian atau
bahasa daerah sangat minim. Kebanyakan tidak mengenal kesenian daerah atau tidak menggunakan bahasadaerah.
Menurut Ajip, hal ini menjadi
tanggung jawab semua pihak. Ia
mengatakan, pihak yang masih
peduli hendaknya terus melakukan beragam inovasi agar ketertarikan generasi muda pada tradisi daerah bisa ditingkatkan.
(CHE)