PERSEPSI BOBOTOH PERSIB BANDUNG TENTANG PERILAKU KEKERASAN PENONTON PADA PERTANDINGAN SEPAKBOLA DI STADION JALAK HARUPAT.

(1)

PERSEPSI BOBOTOH PERSIB BANDUNG TENTANG PERILAKU KEKERASAN PENONTON SEPAKBOLA

DI STADION JALAK HARUPAT SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Di Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Disusun oleh: ALI AKBAR FARHANI

0901869

PRODI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Persepsi

Bobotoh PERSIB tentang Perilaku Kekerasan Penonton pada Pertandingan

Sepakbola di Stadion Jalak Harupat” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya yang telah saya buat.

Bandung, Maret 2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ali Akbar Farhani NIM : 0901869

Judul : PERSEPSI PENONTON TERHADAP PERILAKU KEKERASAN PENONTON SEPAKBOLA DI STADION JALAK HARUPAT

Disetujui dan disahkan oleh, Dosen Pembimbing Akademik

Sagitarius, M.Pd. NIP : 196911132001121001


(4)

ABSTRAK

PERSEPSI BOBOTOH PERSIB BANDUNG TENTANG PERILAKU KEKERASAN PENONTON PADA PERTANDINGAN SEPAKBOLA

DI STADION JALAK HARUPAT Oleh : Ali Akbar Farhani

Pembimbing I : Dr. Komarudin, M.Pd. Pembimbing II : Drs. Yadi Sunaryadi, M.Pd.

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang persepsi bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola di stadion jalak harupat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode dekriptif. Data yang digunakan ialah data primer dengan menyebarkan angket kepada 100 orang responden bobotoh PERSIB Bandung. Selain menggunakan data primer berupa angket peneliti juga menggunakan data sekunder berupa data observasi dilapangan serta studi literatur untuk memperkuat hasil penelitian yang ada. Dari hasil pengolahan data dan pembahasa diperoleh hasil bahwa persepsi bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola yang dilaksanakan di stadion jalak harupat berada pada ketegori baik (64%) dari 100 orang responden dan sisanya berada pada kategori sangat baik dan cukup. Artinya apa yang telah dipersepsikan oleh bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton yang terdiri dari beberapa indikator yang ada telah sesuai dan memang terjadi atau dilakukan oleh penonton dalam setiap perilaku kekerasan. Hasil analisis per-indikator menunjukan secara keseluruhan berada pada kategori baik. Berikut merupakan hasil analisis persentase per indikator yaitu a) Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan (75,2%), b) Faktor Penyebab terjadinya Perilaku Kekerasan (75,3%), c) Tujuan melakukan Perilaku Kekerasan (71%), d) Bentuk-bentuk Perilaku Kekerasan (74,4%), e) Sasaran melakukan Perilaku Kekerasan (79,68%), f) Pemicu terjadinya Kekerasan Penonton pada Pertandingan Sepakbola (79,2%), g) Pihak yang terlibat aktif dalam Perilaku Kekerasan Sepakbola (75,2%), h) Teori-Teori Agresi (78,1%).

Kata Kunci : Persepsi, Perilaku Kekerasan, Penonton, Stadion Jalak Harupat


(5)

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstract

The perception of BOBOTOH (loyal fans) of PERSIB BANDUNG about

spectators’ violent behaviors in football matches at

JALAK HARUPAT stadium By: Ali Akbar Farhani

Main supervisor: Dr. Komarudin, M.Pd. Co- supervisor : Drs. Yadi Sunaryadi, M.Pd.

This investigation was conducted to describe the perception of BOBOTOH (loyal fans) of PERSIB BANDUNG about spectators’ violent behaviors in football matches at JALAK HARUPAT stadium. This research employed qualitative descriptive method. The data used were the primary ones by asking 100 bobotoh of PERSIB BANDUNG to fill in the questionnaire. Besides that, the secondary data were also used by doing the field observation as well as literature study to strengthen the findings. From the investigation, it was revealed that the perception of bobotoh was in good category in 64% out of 100 respondents and the rests were in excellent and bad category. It meant, their perception was built by some existing indicators that ware appropriate and done by the supporters in every violent behavior. The result of pre- indicator analysis showed that, overall, it was in good category. Below is the result of prosentage analysis per indicator: a) indication and symptom of violent behavior (75,2%), b) the contributing factor of violent behavior (75,3%), c) the aim of doing violent behavior (71%), d) kinds of violent behavior (74,4%), e) the object of violent behavior (79,68%), f) the trigger of violent behavior by the spectators in football match (79,2%), g) the party who are actively involved in football violent behavior (75,2%), h) aggression theories (78,1%).


(6)

DAFTAR ISI Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian ... 8

E. Batasan Penelitian ... 9

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Persepsi ... 11

1. Definisi Persepsi ... 11

2. Syarat terjadinya Persepsi ... 12

3. Macam-macam dan Sifat Persepsi ... 12

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Persepsi ... 13

5. Faktor-faktor yang menyebabkan Perbedaan Persepsi ... 14

6. Proses Terjadinya Persepsi ... 14

7. Aspek-aspek Persepsi ... 15

B. Hakikat Perilaku Kekerasan ... 16

1. Pengertian Perilaku Kekerasan ... 16

2. Teori Kepribadian tentang Perilaku Kekerasan ... 17

3. Faktor-faktor penyebab terjadinya Kekerasan ... 24

4. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan ... 25


(7)

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Kekerasan dalam Olahraga Sepakbola ... 26

C. Emosi ... 28

1. Pengertian Emosi ... 29

2. Jenis-Jenis Emosi ... 29

3. Dampak Emosi terhadap tubuh ... 30

4. Perkembangan Emosi ... 31

5. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Emosi ... 32

D. Penonton ... 32

1. Definisi Penonton ... 32

E. Sepakbola ... 33

1. Definisi Sepakbola ... 33

2. Peraturan Permainan Sepakbola ... 34

F. PERSIB Bandung ... 35

1. Profil PERSIB Bandung ... 35

G. Stadion Si Jalak Harupat ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Metode Penelitian ... 40

B. Populasi dan Sampel ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 41

C. Teknik Sampling ... 41

1Teknik Sampling Proporsional ... 41

D. Desain Penelitian ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 45

1. Angket dan Kuesioner ... 46

2. Observasi ... 48

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 49

1. Uji Validitas ... 49

2. Reliabilitas ... 51

G. Prosedur Pengolahan Data ... 53


(8)

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Pengolahan Data ... 56

1. Deskripsi Data Penelitian ... 56

2. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(9)

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

Grafik 4.1. Latar Belakang Pendidikan ... 57

Grafik 4.2. Pekerjaan ... 57

Grafik 4.3. Umur ... 58

Grafik 4.4. Asal Kelompok ... 59

Grafik 4.5. Persepsi Bobotoh PERSIB Bandung tentang Perilaku Kekerasan Penonton pada Pertandingan Sepakbola di Stadion Jalak Harupat ...

60


(10)

Halaman

Tabel 3.1. Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 47

Tabel 3.2. Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 51

Tabel 3.3. Uji Reliabilitas Data ... 51

Tabel 3.4. Penentuan Interpretasi Data Hasil Penelitian ... 54

Tabel 3.5. Kriteria Penilaian Hasil Presentase ... 55

Tabel 4.1. Hasil Pengolahan Data berdasarkan Rumus mencari Interpretasi Hasil Penelitian ... 61 Tabel 4.2. Penggolongan Kriteria dan Persentase Skor ... 62

Tabel 4.3. Kriteria Penilaian Hasil Persentase ... 63

Tabel 4.4. Hasil Persentase Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan... 64 Tabel 4.5. Hasil Persentase Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan... 65 Tabel 4.6. Hasil Persentase Tujuan Melakukan Perilaku Kekerasan... 66 Tabel 4.7. Hasil Persentase Bentuk-bentuk Perilaku kekerasan... 67 Tabel 4.8. Hasil Persentase Sasaran melakukan Perilaku Kekerasan ... 68 Tabel 4.9. Hasil Persentase Pemicu terjadinya Kekerasan Penonton pada Pertandingan Sepakbola ... 69 Tabel 4.10. Hasil Persentase Pihak yang terlibat Aktif dalam Perilaku Kekerasan Sepakbola ... 71 Tabel 4.11. Hasil Persentase Teori-Teori Agresi ... 72


(11)

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

Gambar 2.1. Proses terjadinya persepsi ... 15

Gambar 2.2. Rentang adaptif-maladaptive ... 26

Gambar 3.1. Desain Penelitian ... 43


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat digemari oleh semua kalangan tidak memandang tua, muda, maupun anak-anak. Sepakbola menjelma menjadi sebuah permainan yang disebut “joga banito”/ permainan indah yang bukan hanya sekedar pertandingan dengan durasi 2 x 45 menit (plus extra time dan adu pinalti) tetapi juga menjelma menjadi sebuah permainan olahraga yang terbukti efektif untuk memberikan ruang kepada peminatnya untuk berbaur tanpa melihat sekat sosial, kultural, etnis, agama, ideologi dan negara. Oleh karena itulah sepakbola layak disebut sebagai “joga banito” dalam memberikan sebuah kesatuan utuh bagi setiap peminatnya tanpa ada sekat.

Pertandingan sepakbola tidak lengkap tanpa adanya dukungan dari penonton yang ada dalam sebuah pertandingan sepakbola. Penonton menurut Suyanto (1991), dalam Suryanto (2008) ialah orang yang melihat dan menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Penonton memiliki pengertian yang berbanding terbalik dengan suporter. Suyatno (1991), dalam Suryanto (2008) menjelaskan bahwa suporter ialah orang yang melihat dan menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat aktif. Dari pengertian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud “pasif” dari seorang penonton ialah hanya memberikan dukungan kepada tim tanpa adanya reaksi atas hasil yang diterima dari tim kesayangannya atau lebih kepada kegemaran dalam menonton sepakbola/sisi postif dari menonton sepakbola yaitu untuk menghibur. Namun sebaliknya “aktif” dari seorang suporter ialah adanya reaksi atas hasil yang diperoleh dari tim yang disayanginya, baik itu reaksi negatif maupun reaksi positif. Selain itu pula dari pengertian itu pula dapat disimpulkan bahwa suporter dan penonton adalah satu hal yang berbeda satu sama lain.

Penonton merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas olahraga, baik olahraga yang bersifat perorangan maupun beregu, baik yang dipertandingkan ataupun diperlombakan. Maladi seorang mantan menteri olahraga


(13)

2

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

pernah mengatakan dalam Jurnal yang diterbitkan oleh Yustinus Sukarmin bahwa olahraga itu merupakan kegiatan manusia yang mempunyai ciri-ciri ada peserta, ada penonton, ada pemenang dan ada hadiah. Oleh karena itulah keberadaan penonton menjadi suatu hal yang sangat penting dan ketiadaan penonton dalam suatu olahraga sama saja mengingkari hakikat olahraga itu sendiri.

Sepakbola sudah menjadi tontonan yang digemari oleh semua kalangan, tidak ada batasan untuk menyaksikan pertandingan sepakbola, tidak melihat dari status sosial, agama, negara, budaya, kultural dan ideologi, semua akan bersatu dan bergabung dalam menyaksikan pertandingan sepakbola. Di Indonesia pertandingan sepakbola merupakan salah satu permainan olahraga yang paling digemari dan paling diminati, terbukti dengan menjamurnya klub-klub sepakbola dari berbagai daerah di tanah air seperti PERSIB, PERSIJA, PERSEBAYA, PERSIPURA dan lain sebagainya. Seperti halnya di negara Amerika Latin atau Eropa di Indonesia sepakbola juga menjadi olahraga yang paling digemari oleh masyarakat. Olahraga sepakbola dengan segala daya tariknya mampu mengumpulkan ribuan penonton di stadion-stadion, bahkan pada saat gelaran Piala Asia tahun 2007 saat partai Tim Nasional Indonesia melawan Arab Saudi, Euforia bangsa Indonesia tak terbendung. Ratusan ribu penonton memberikan dukungan langsung untuk Tim Nasional Indonesia.

Dalam setiap pertandingan sepakbola, sering kali kita melihat kerusuhan atau perilaku kekerasan yang dilakukan antar suporter. Kerusuhan yang dilakukan oleh suporter bukan merupakan barang langka dalam dunia persepakbolaan, baru-baru ini seperti yang diberitakan dalam kompas bola dimana terjadi pelemparan batu dan molotov oleh oknum yang diduga suporter PERSIJA kepada pemain dan official PERSIB pada saat ingin berangkat menuju Gelora Bung Karno (GBK) dari Hotel Kartika Chandra tempat tim maung bandung menginap. Hal tersebut berdampak kepada batalnya pertandingan yang akan dilakukan antara PERSIJA Jakarta dan PERSIB Bandung. (bola.kompas.com/read/2013/06/24).

Dalam pertandingan sepakbola kekerasan tidak hanya dilakukan oleh suporter saja, pemain, official bahkan wasit saat ini jelas terbukti sudah melakukan tindak kekerasan. Nova Zaenal pemain PERSIS Solo dan M.


(14)

Mamadaou pemain Gresik United di stadion Sri Wedari 12 Februari 2009. Rahayu, (2009), dalam Sulistiyono (2010).

Selain itu Jumadi Abdi pemain Persatuan Sepakbola Pupuk Kalimantan Timur meninggal dunia di Rumah Sakit PT pupuk Kalimantan Timur, Kota Bontang, Minggu, 15 Maret 2009. Junadi meninggal dunia akibat berbenturan keras dengan salah satu pemain PERSELA (Persatuan Sepakbola Lamongan) saat pertandingan PKT Bontang menjamu PERSELA Lamongan dalam laga lanjutan Djarum Super Liga Indonesia, 7 Maret 2009. Harto, (2009) dalam Sulistiyono (2010).

Selain itu Sunaryadi (2009:3) dalam tesisnya juga menggambarkan perilaku kekerasan yang ada dalam setiap pertandingan sepakbola seperti yang terjadi di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, dimana kelompok pendukung persib Korwil (Koordinator Wilayah) Jabodetabek dianiaya kemudian sebagian barang bawaannya seperti dompet dan telepon genggam diambil paksa oleh kelompok pendukung PERSIJA saat menonton pertandingan babak kualifikasi Piala Dunia 2002 antara kesebelasan Indonesia melawan Maladewa.

Selain perilaku kekerasan yang telah disebutkan diatas berikut peneliti paparkan beberapa perilaku kekerasan yang dilakukan dalam rentang tahun 2005 sampai dengan tahun 2013.

Pada tanggal 25 April 2005 di Stadion wilis PERSEKABPAS Pasuruhan vs AREMA Malang terjadi penyerangan suporter yang dilakukan oleh suporter PERSEKABPAS terhadap suporter AREMA, akibatnya suporter AREMA menyerbu lapangan, wasit, dan pengerusakan stadion. Sehari sebelum pertandingan, kerusuhan sudah meletup ketika suporter Aremania yang bermalam di Madiun mendapat serangan dari oknum suporter Sakeramania. Saat hari pertandingan, Panpel yang tidak siap, membuat stadion tetap dibanjiri oleh suporter meski sudah penuh, Bentrok pun terjadi sebelum pertandingan. Akibatnya stadion rusak dan pertandingan dibatalkan. Seorang suporter AREMA meninggal akibat kecelakan. Kemudian pada tanggal 4 September 2005 terjadi kekerasan penonton pada pertandingan PERSIJA Jakarta vs PERSIB Bandung di Stadion Lebak Bulus Jakarta Selatan, Ribuan suporter The Jak meneror para


(15)

4

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

pemain dan offisial tim PERSIB Bandung sehari sebelum pertandingan di mulai. Akibatnya adalah PERSIB mogok main ketika akan dijamu PERSIJA. Alasannya sehari sebelumnya kubu PERSIB sudah menerima teror dari pendukung PERSIJA. Panpel juga dinilai tidak bisa memberikan jaminan keamanan. Saat PERSIJA Jakarta siap bertanding di Lebak Bulus, kubu PERSIB Bandung sudah dalam perjalanan pulang ke Bandung.

Kekerasan suporter sepakbola masih terjadi pada sepakbola Indonesia, pada tanggal 4 September 2006 pertandingan PERSEBAYA vs AREMA di Stadion 10 November, Tambaksari, Surabaya pertandingan diwarnai dengan perilaku kekerasan yang dilakukan oleh Bonek kelompok suporter dari PERSEBAYA. Berawal dari gagalnya PERSEBAYA gagal masuk ke semifinal Copa Indonesia akibatnya Peralatan media dirusak, Telkom rugi Rp 3,3 miliar, tiga buah mobil termasuk Antv yang sedang meliput pertandingan rusak dan dibakar oleh Bonek, Puluhan suporter luka-luka, 14 polisi dilaporkan luka-luka dan puluhan topi yang diletakkan di truk Dalmas dicuri dan sebanyak 25 panpel dilaporkan luka-luka akibat dianiaya olek Bonek. Peristiwa kerusuhan yang terjadi di Surabaya tersebut dikenal dengan tragedi “ asu semper” (amuk suporter empat September).

Kekerasan suporter sepakbola masih terjadi pada putaran Liga Super Indonesia 2013, Pada tanggal 24 Agustus 2013 PERSIB Bandung menjamu PERSIRAM Rajaampat di stadion Si Jalak Harupat. Kekerasan suporter terjadi dipicu oleh kepeminpinan wasit dalam meminpin pertandingan yang berakhir untuk kekalahan PERSIB Bandung. Mengingat pada pertandingan tersebut adalah pertandingan kandang terakhir PERSIB Bandung dan kekalahan pertama PERSIB Bandung pada saat main dikandang, Bobotoh merasa sangat kecewa dengan hasil akhir pertandingan, Bobotoh melampiaskan kekecewaanya itu dengan melakukan pelemparan dan terjadi tawuran sesama Bobotoh. Tawuran terjadi dikarenakan saling ejek antar suporter PERSIB Bandung. Akibatnya beberapa fasilitas Stadion rusak dan beberapa orang bobotoh mengalami luka-luka.

Terakhir kekerasan suporter sepakbola terjadi pada pertandingan PERSIJA Jakarta vs PERSIB Bandung pada tanggal 28 Agustus 2013 di Stadion


(16)

Mangguwoharjo Sleman. Pertandingan ini dilaksanakan ditempat netral karena sebelumnya pertandingan ini ditunda dikarenakan terjadinya kekerasan dan teror suporter PERSIJA kepada para pemain PERSIB dengan melakukan pelemparan terhadap Bus PERSIB, kemudian PERSIB memutuskan kembali ke Bandung dengan alasan keselamatan para pemain dan official tim. Pada pertandingan di Sleman tensi kedua suporter sangat tinggi, mengingat rivalitas antara kedua suporter sangat tinggi dan masing-masing suporter memiliki dendam. Kekerasan dipicu dengan adanya saling ejek, kemudian pembakaran spanduk, pelemparan-pelemparan dan tawuran didalam dan diluar stadion. Akibatnya beberapa fasilitas stadion rusak seperti kebakaran tribun, termasuk rumput lapangan yang dilempari flair oleh suporter PERSIJA Jakarta. Suyatna, (2007:6).

Kekerasan menurut Reilly, (1996) dalam Sulistyono (2010) didefinisikan beberapa perilaku yang mengakibatkan perasaan sakit, kerugian, atau cedera pada diri sendiri atau pada orang lain, dan akibat perilaku kekerasan adalah adanya korban. Orang-orang yang berpartisipasi pada sepakbola umumnya setuju bahwa tingkat kesakitan dan cedera akibat serangan pada tubuh harus di tetapkan sebagai tindakan kekerasan.

Tindakan kekerasan yang terjadi sesungguhnya disebabkan oleh beberapa faktor, Sunaryadi (2009) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku kekerasan yaitu pendidikan, usia, status sosial, dan ketiadaanya tujuan dan harapan realistik seperti tidak adanya pekerjaan yang menyebabkan frustasi.

Sunaryadi (2009) kembali mengatakan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan seorang maka semakin tinggi pula kecenderungan untuk melakukan tindak kekerasan antar suporter, begitu pula dengan faktor usia dimana semakin tinggi usia seseorang maka keterlibatan terhadap tindak kekerasan juga semakin kecil. Selain itu status sosial juga mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindak kekerasan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunaryadi (2009) menunjukan bahwa memang suporter yang duduk di tribun VIP lebih cenderung tidak terlibat dalam tindak kekerasan dibandingkan dengan yang duduk di tribun paling buncit.


(17)

6

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Kembali lagi kepada penonton yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, dari setiap perilaku kekerasan yang dilakukan oleh suporter maka setiap penonton baik yang berada didalam lapangan ataupun yang menonton dari layar kaca televisi pasti memiliki persepsi tersendiri terhadap perilaku kekerasan yang terjadi. Baik itu persepsi yang berbentuk positif maupun negatif maupun persepsi antara penonton laki-laki dan penonton perempuan yang pasti berbeda.

Persepsi menurut Notoatmodjo (2005) mendefinisikan persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi cepat dan kadang tidak kita sadari, di mana kita dapat mengenali stimulus yang kita terima. Dengan kata lain persepsi dapat terjadi dimanapun dan kapanpun kita melihat objek tertentu.

Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan persepsi seseorang, faktor tersebut ialah pengalaman/pengetahuan, harapan (ekspektasi), kebutuhan, motivasi, emosi dan budaya. Jika kita kaitkan dengan persepsi penonton maka dapat disimpulkan bahwa dalam pertandingan sepakbola penonton melakukan persepsi atas tindakan kekerasan yang terjadi disebabkan oleh faktor diatas. Salah satu contoh misalnya motivasi, jika penonton melihat dengan adanya perilaku kekerasan yang terjadi dikarenakan faktor motivasi untuk memenangkan tim kesayangannya maka hal ini dianggap wajar, berbanding terbalik dengan persepsi penonton yang memiliki pengalaman atau tingkat pengetahuan yang tinggi maka adanya tindakan kekerasan yang ada tidak bisa ditoleransi.

Seperti pada pertandingan antara PERSIB Bandung melawan PERSISAM Samarinda yang bermain di Stadion Jalak Harupat, pada saat pertandingan berlangsung terjadi insiden pada penonton yang menyalakan petasan untuk mengganggu konsentrasi tim PERSISAM, kalau itu dilakukan dengan motivasi untuk mengalahkan tim lawan beberapa penonton juga akan memakluminya, tetapi tidak semua penonton membenarkan itu dikarenakan tindakan penonton yang mengganggu jalannya pertandingan itu dapat merugikan PERSIB Bandung selaku tuan rumah dan bisa jadi merugikan para penonton dengan kemungkinan akan diberikannya sanksi dari Komisi Disiplin PSSI.

Dari kasus diatas peneliti menyimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor dan pasti setiap penonton memiliki persepsi yang berbeda satu


(18)

sama lain sesuai dengan faktor yang menciptakan persepsi itu sendiri. Hasil dari persepsi tersebut bisa saja positif atau negatif tergantung faktor dan keadaan dari penonton masing masing.

Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai perilaku kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola seperti yang dilakukan oleh Bondan Ari Winarto, (2011) tentang kerusuhan suporter dalam sepakbola Indonesia dimana tujuan dari penelitian tersebut ialah untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam menangani kerusuhan suporter dalam sepakbola Indonesia dan upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan dalam menangani kerusuhan suporter dalam sepakbola Indonesia. Hasil dari penelitian ini ialah hambatan yang dihadapi dalam menangani kerusuhan suporter ialah sentimen kedaerahan, faktor PSSI, aparat keamanan, wasit dan aparat pertandingan, kondisi stadion, internal kelompok suporter, komunikasi antar kelompok suporter, pengaruh media massa dan kontrol sosial. Sedangkan upaya yang dilakukan ialah dengan memahami dan mengakui kesalahan dan sama sama memperbaiki permasalahan yang ada, suporter sepakbola jangan dijadikan sebagai musuh dan jangan jadikan setiap permasalahan disebabkan oleh suporter dan mengkambing-hitamkan suporter.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yadi Sunaryadi (2009) yang berjudul “Analisis Perilaku Kekerasan Penonton Sepakbola (Studi Kasus pada Penonton Sepakbola di Bandung)” yang memberikan hasil atas penelitian bahwa: 1) tindakan kekerasan kebanyakan dilakukan oleh penonton tertentu yang sudah berpengalaman dalam menonton sepak bola, 2) peristiwa kekerasan terjadi didalam dan diluar stadion, 3) karakteristik perilaku kekerasan antara lain: tindakan kekerasan tidak direncanakan dan aktifitasnya sebentar, 4) kondisi penyebab perilaku kekerasan antara lain: harapan yang tinggi akan kemenangan tim, keterikatan kuat dengan dengan tim, tingkat ketegangan yang tinggi, kehadiran pendukung tim lawan di stadion, kekalahan tim terus menerus, petugas lapangan yang dianggap kurang kompeten dalam memimpin pertandingan, kehadiran petugas keamanan, 5) tindakan kekerasan penonton bisa berawal dari perilaku pemain dilapangan atau keributan penonton di tempat dan menyebar kearah penonton lainnya.


(19)

8

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Penelitian selanjutnya masih berhubungan dengan perilaku kekerasan dalam sepak bola yang diteliti oleh Hendra Levy Manurung dalam skripsinya tahun 2010 di kota medan yang ingin mengetahui gambaran perilaku agresif pada suporter sepakbola di kota medan dimana hasil dari penelitian tersebut ialah perilaku agresif pada pendukung sepakbola di Kota Medan adalah berada pada posisi menyerang secara verbal atau simbolis bukan secara fisik.

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Bobotoh Persib Bandung tentang Perilaku Kekerasan Penonton Sepakbola di Stadion Jalak Harupat”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan ialah bagaimanakah gambaran persepsi bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton sepakbola di Stadion Jalak Harupat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran persepsi penonton tentang perilaku kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola di stadion jalak harupat.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan di atas, manfaat yang

diharapkan dari penelitian ini ialah sebagai berikut.

1. Dipandang secara teoritis dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi dan khazanah keilmuan dalam mengkaji tentang persepsi Bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola. 2. Dipandang secara praktis dapat menjadi acuan untuk memberikan gambaran

tentang persepsi penonton tentang perilaku kekerasan pada pertandingan sepakbola agar perilaku kekerasan penonton dapat diminimalisasi sehingga memberikan kenyamanan dan kedamaian pada saat menyaksikan pertandingan sepakbola.


(20)

E. Batasan Penelitian

Batasan penelitian sangat dibutuhkan dalam sebuah penelitian, agar penelitian dapat lebih terarah dan memiliki tujuan yang jelas. Maka penelitian ini akan di batasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penelitian ini yaitu mengenai persepsi Bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola di Stadion Jalak Harupat, penelitian ini akan menghasilkan kesimpulan persepsi bobotoh tentang perilaku kekerasan yang sering kali terjadi dengan diperkuat oleh beberapa indikator. Penentuan indikator tersebut akan disimpulkan melalui hasil pengolahan data yang akan diperkuat dengan teori yang mendukung. 2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi Bobotoh PERSIB

Bandung.

3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola.

4. Objek penelitian adalah penonton sepakbola yang tergabung kepada Klub Bobotoh PERSIB Bandung.

5. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan angket berupa kuesioner kepada para Bobotoh PERSIB Bandung di stadion Jalak Harupat.

F. Definisi Operasional

Penafsiran dan pemahaman seseorang terhadap suatu istilah tentunya memiliki sudut pandang yang berbeda. Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan dan menjabarkan satu-persatu istilah tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1. Persepsi. Menurut Rakhmat (2009:51) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

2. Penonton. Menurut Anshel dkk (1991:142) merupakan sekelompok individu yang mengamati pertandingan kompetisi olahraga. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan penonton adalah sekelompok orang yang menyaksikan


(21)

10

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

pertandingan sepakbola di stadion Jalak Harupat yang tergabung pada Bobotoh PERSIB Bandung.

3. Perilaku. Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (1993) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan yang lain.

4. Kekerasan. Menurut Reilly (1996) didefinisikan beberapa perilaku yang mengakibatkan perasaan sakit, kerugian, atau cedera pada diri sendiri atau pada orang lain, dan akibat perilaku kekerasan adalah adanya korban.

5. Sepakbola. Menurut Sucipto (2000:7) Sepakbola adalah permainan beregu, yang tiap regu terdiri dari sebelas orang pemain salah satunya adalah penjaga gawang, permainan seluruhnya menggunakan kaki kecuali penjaga gawang boleh menggunakan tangan didaerah hukumannya. Sementara menurut Herwin (2006:78) menyatakan bahwa sepakbola merupakan permainan kelompok yang melibatkan banyak unsur, seperti fisik, teknik, taktik dan mental.

6. Perilaku kekerasan. Menurut Stuart and Sundeen (1991) menyatakan pengertian perilaku kekerasan (kemarahan) adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konduktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara atau jalan yang harus ditempuh apabila kita ingin mencapai suatu tujuan. Tujuan dari sebuah penelitian ialah untuk mengungkap, menggambarkan, dan menyimpulkan hasil penelitian melalui sebuah cara dengan melalui prosedur yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba menjawab permasalahan dengan menggunakan metode deskriptif. Mengutip dari apa yang dipaparkan oleh Aprilia, (2013:26) ia memaparkan bahwa:

Metode deskriptif dapat memecahkan serta menyelidiki masalah yang diteliti dan dapat menggambarkan keadaan yang terjadi dengan maksud untuk mendapatkan gambaran umum yang jelas, sistematis, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Sedangkan Arikunto (2006:208) mengungkapkan bahwa “penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diwujudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu: keadaan gejala menurut apa adanya pada suatu penelitian dilakukan”. Selain itu, Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa: penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.

Dari beberapa penjelasan mengenai penelitian deskriptif diatas, penulis menyimpulkan bahwa penelitian deskriptif merupakan metode yang cocok diterapkan pada penelitian yang penulis lakukan karena permasalahan dalam penelitian yang penulis lakukan mencoba untuk memberikan suatu gambaran tentang persepsi suporter Bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian deskriptif itu sendiri yakni memberikan gambaran yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.


(23)

40

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah bagian terbesar dari suatu kelompok. Mengenai populasi Sugiyono (2013:80) menjelaskan bahwa: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tari kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini ialah Suporter Bobotoh PERSIB Bandung.

2. Sampel

Gay dan Diehl (1992:126) dalam Silalahi (2010:256) mengungkapkan bahwa pengertian sampling adalah “Sampling is the process of selecting a number of units for a study in such a way that the units represent the large group from which they were selected”. Senada dengan pernyataan Robert B. Burns (2000:82) dalam Silalahi (2010:256) yang mendefinisikan sampling sebagai berikut:

Sampling is the process of selecting a sufficient number of elements from the population so that by studying the sample, and understanding the properties or the charakteristics of the sample subjects, we will be able to generalize the properties charakteristics to the populations.

Dari kedua pernyataan diatas dapat diartikan bahwa sampling adalah sebuah proses pemilihan beberapa unit untuk sebuah penelitian dimana unit-unit tersebut diharapkan dapat menggambarkan suatu kelompok yang lebih besar atau populasi maka memilih sampel secara tepat merupakan hal yang penting dalam penelitian.

C. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dalam pertimbangan tertentu, dimana yang menjadi sampel merupakan sampel yang terpilih dari populasi yang ada (Sugiyono, 2013). Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitinya (Mustafa, 2000).


(24)

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah ± 40.000 dan dengan menggunakan teknik purposive sampling akan menghasilkan sampel penelitian sebesar 99 orang. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini maka penulis akan menggunakan Rumus Slovin (Riduwan dkk, 2008:210) dimana perhitungan dan rumusnya ialah sebagai berikut:

Keterangan: n= Jumlah Sampel N= Jumlah populasi

= Presisi (ditetapkan 10%)

Maka jika kita menghitung jumlah sampel dalam penelitian ini ialah sebagai berikut

= 100

Dari hasil perhitungan diatas maka dapat diperoleh hasil bahwa sampel yang akan diambil ialah berasal dari 100 orang Suporter Bobotoh PERSIB Bandung.

D. Desain Penelitian

Setiap penelitian pasti memiliki perencanaan terlebih dahulu sebelum melakukan sebuah penelitian, oleh karena itulah diperlukan adanya desain penelitian. Nasution (1982:23) mengatakan bahwa “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan data dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu”.

Selain itu Nazir (2003:99) menjelaskan sebagai berikut: “desain dan penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Berikut penulis paparkan rancangan atau desain penelitian dalam penelitian ini seperti pada Bagan 3.1.


(25)

42

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Desain Penelitian

Keterangan bagan :

X : Persepsi Bobotoh PERSIB Bandung tentang Perilaku Kekerasan Y : Penonton Sepakbola

Untuk lebih memudahkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyusun langkah-langkah penelitian sebagai pengembangan dari desain penelitian yang telah dilakukan, berikut langkah-langkah penelitian yang dilakukan sebagaimana tertera pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Langkah-langkah Pengambilan Data Penelitian

X Y

Populasi

Sampel

Pengambilan Data

Angket

Hasil Data

Wawancara

Pengolahan Data

Analisis Data


(26)

Keterangan:

1. Populasi : Suporter Bobotoh PERSIB Bandung yang menonton di Stadion Jalak Harupat dengan perkiraan jumlah penonton ± 40.000.

2. Sampel : 100 Suporter Bobotoh PERSIB Bandung.

3. Pengambilan Data : Pengambilan data melalui pembagian kuesioner (angket) kepada Suporter Bobotoh PERSIB Bandung.

4. Angket dan Wawancara: Alat untuk pengambilan data.

5. Hasil Data: Hasil yang diperoleh melalui angket dan wawancara.

6. Pengolahan Data: Pengolahan data dilakukan melalui perhitungan statistika untuk mengetahui persepsi suporter PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton di stadion jalak harupat dan hasil wawancara untuk mengetahui lebih mendalam terhadap hasil penelitian yang dilakukan melalui pembagian kuesioner (angket)

7. Analisis Data: Analisis data dilakukan melalui hasil atas pengolahan data yang telah dilakukan untuk mengambil kesimpulan.

8. Kesimpulan: merupakan hasil dari penelitian yang diperoleh dari pengolahan dan analisis data.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sebagian besar langkah-langkah dalam suatu proses penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Arikunto (2006:160) menjelaskan bahwa: “instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data, agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah”.

Dalam penelitian ini instrumen yang akan dilakukan ialah kuesioner (angket). Kegunaan instrumen penelitian antara lain:

1. Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden; 2. Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara;


(27)

44

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan dan tidak bisa digunakan terhadap penelitian yang lain. Oleh karena itu sebuah penelitian harus dirancang dengan satu instrumen penelitian, selain itu mekanisme kerja dari sebuah instrumen penelitian juga berbeda antara satu dengan yang lain karena penelitian yang juga berbeda-beda.

Penelitian yang valid harus menggunakan alat untuk mengumpulkan data. Berikut alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Angket atau kuesioner

Kuesioner (Angket) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan sejumlah pernyataan tertulis yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal pribadi ataupun hal-hal pribadi yang ia ketahui. Sedangkan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan responden.

Kuesioner dibedakan menjadi dua jenis yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.

a. Kuesioner Terbuka (angket tidak berstruktur)

Kuesioner terbuka merupakan angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya.

b. Kuesioner Tertutup (angket berstruktur)

Kuesioner tertutup merupakan angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan menggunakan tanda silang.

Penlitian ini akan menggunakan kuesioner tertutup. Arikunto (2006:152) menjelaskan tentang kuesioner tertutup yaitu “kuesioner tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih”. Tujuan dari angket tertutup adalah agar jawaban lebih terarah kepada pemecahan permasalahan penelitian yang sudah ditetapkan.

Untuk memudahkan dalam penyusunan butir pernyataan dan alternatif jawaban yang tersedia, maka responden diberikan keleluasaan untuk menjawab


(28)

salah satu alternatif jawaban. Jawaban yang dikemukakan oleh responden didasarkan oleh hal yang dialaminya.

Berikut merupakan langkah-langkah dalam penyusunan angket: 1. Menetapkan tujuan, alokasi waktu, dan jumlah butir soal angket

Penyusunan angket penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola di Stadion Jalak Harupat. Pada pengisian angket ini akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama terdiri atas 60 soal yang diberikan kepada 20 orang responden untuk uji validitas, setelah itu sesuai dengan hasil uji validitas diberikan kepada 100 orang responden dengan jumlah soal yaitu 40 soal dengan waktu masing-masing sebesar 1X45 menit.

2. Penyusunan kisi-kisi angket

Untuk memudahkan penyusunan angket maka penulis membuat kisi-kisi angket untuk memudahkan dalam menyusun butir-butir pernyataan atau butir soal serta alternatif jawaban. Adapun kisi-kisi tersebut terlampir dalam pada bagian lampiran penelitian ini.

3. Penyusunan Angket

Indikator yang ada dirumuskan kedalam bentuk kisi-kisi tersebut diatas dan selanjutnya menjadi bahan penyusunan butir-butir atau soal angket. Butir-butir tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket, peneliti akan menggunakan skala sikap yakni skala likert. Nazir (2005:338) menjelaskan mengenai skala Likert yaitu “skala likert menggunakan hanya item yang secara pasti baik dan secara pasti buruk, dimasukan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral”.

Bentuk dari angket ini peneliti menggunakan check list, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai. Serta rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari pilihan sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju


(29)

46

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan skala likert yang ada dalam angket, peneliti menetapkan kategori penyekoran sebagai berikut: kategori untuk setiap butir pernyataan ialah seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif (+) Negatif (-)

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak setuju 2 4

Sangat tidak setuju 1 5

Penyusunan pernyataan-pernyataan tidak dilakukan dengan sembarangan, melainkan harus bertolak ukur dari penjelasan Likert dalam Nazir (2005:205) sebagai berikut:

a. Jangan gunakan perkataan-perkataan sulit;

b. Jangan gunakan pertanyaan yang bersifat terlalu umum; c. Hindarkan pertanyaan yang mendua arti (ambigous); d. Jangan gunakan kata yang samar-samar;

e. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti; f. Hindarkan pertanyaan yang berdasarkan preasumsi; g. Jangan membuat pertanyaan yang melakukan responden; h. Hindarkan pernyataan yang menghendaki ingatan.

2. Observasi

Sugiyono (2013:64) menyebutkan bahwa dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut mengerjakan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan


(30)

lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Susan Stainback (1988) (dalam Sugiyono, 2013: 65) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what the say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Dalam penelitian ini peneliti menonton langsung pertandingan sepakbola di stadion jalak harupat dimulai dari PERSIB menghadapi PSPS pada tanggal 27 Februari 2013, PERSIB menghadapi PERSISAM pada tanggal 23 Juni 2013, PERSIB menghadapi PERSIDAFON pada tanggal 20 Agustus, PERSIB menghadapi PERSIRAM pada tanggal 24 Agustus, dan pertandingan terakhir PERSIB menghadapi PERSIJA 28 Agustus 2013.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Untuk mengetahui kesahihan dan keterandalan dari tiap butir pernyataan, uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas internal butir dengan mengkorelasikan antara skor butir soal dengan skor total responden, sedangkan untuk uji reliabilitas instrumen penulis menggunakan rumus korelasi product moment.

1. Uji Validitas

Menurut apa yang disampaikan oleh Arikunto (Riduwan, 2008: 97) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesasihan suatu alat ukur. Sugiyono (Riduwan dkk, 2008:97) mengemukakan bahwa jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji validitas dengan menggunakan SPSS 20 for windows dengan menggunakan korelasi Product Moment (tabel r) untuk menguji validitas data yang digunakan. Hasil dari uji validitas tersebut akan dilampirkan pada bagian lampiran penelitian ini.


(31)

48

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk uji validitas jika pengujian dilakukan secara manual:

 

2 2 2 2

) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( ) ( Y Y n X X n Y X XY n rxy

Dimana: rxy = koefisien korelasi suatu butir/item

N = jumlah subyek X = skor suatu butir/item

Y = skor total (Arikunto, 2006: 72)

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah diuji cobakan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberikan skor pada masing-masing butir pernyataan yang didapat dari pengisian kuesioner dari responden.

b. Memberikan skor untuk keseluruhan jumlah butir pernyataan. c. Menyusun skor dari skor yang didapat secara keseluruhan.

d. Menghitung skor tersebut dengan SPSS 20 for windows dengan pertama-tama memasukan data yang ada di microsoft excel, setelah data lengkap berada pada SPSS 20 for windows kemudian klik analyze kemudian klik correlation dan klik bivariate, setelah itu pindahkan data ke variabel semuanya termasuk item skor total.

e. Setelah seluruh data dipindahkan, centang correlation coefficients pearson, test of significance two-tailed dan centang juga flag significant correlations lalu klik ok.

Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji coba angket ke 20 orang responden dengan 60 butir pertanyaan mengenai persepsi Bobotoh PERSIB Bandung terhadap perilaku kekerasan sepakbola di Stadion Si Jalak Harupat.

Distribusi (Tabel r) untuk α= 0,05 dan derajat kebebasan (dk= n-2) dimana kaidah keputusan:

Jika r hitung > r tabel berarti valid, sebaliknya Jika r hitung < r tabel berarti tidak valid.


(32)

r tabel dalam penelitian ini ditetapkan yaitu 0.2542 diperoleh dari dk= n yang dalam hal ini berjumlah 60-2= 58 yang dikonsultasikan dengan r tabel dengan tingkat signifikansi 0.05 menghasilkan nilai 0.2542.

Berdasarkan perhitungan uji validitas menggunakan SPSS 20 for windows, maka pernyataan yang bernilai valid sebanyak 40 pernyataan dan pernyataan yang tidak valid berjumlah 20 pernyataan. Oleh karena itu 40 pernyataan tersebut yang hanya akan digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Untuk hasil lengkap mengenai hasil uji validitas akan disajikan pada bagian lampiran penelitian ini.

2. Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak. Instrumen (kuesioner) yang handal berarti mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya. Cara menghitung reliabilitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Dalam menguji reliabilitas digunkaan uji konsistensi internal menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.

             

2

2 11 1 1 t b V k k

r  , (Arikunto, 1999: 193)

Dimana: r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

 = jumlah varian butir/item 2

t

V = varian total

Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6, atau lebih


(33)

50

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas Instrumen Interval Koefisien Kriteria Keterandalan

0.80-1.000 Sangat Tinggi

0.60-0.799 Tinggi

0.40-0.599 Cukup

0.20-0.399 Rendah

0.00-0.199 Sangat Rendah

Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan alat bantu SPSS 20 for windows. Adapun langkah-langkah untuk pengerjaan uji reliabilitas menggunakan SPSS 20 for windows adalah pertama-tama masukan data yang ada di microsof excel, kemudian setelah data berada pada program SPSS 20 for windows lalu klik analyze setelah muncul klik scale kemudian reliability analysis, kemudian pindahkan semua data ke item semuanya kecuali total, klik statistic setelah muncul tandai atau checklist item yaitu scale if item deleted. Pada kolom inter item checklist correlation, sedangkan pada kolom summaries checklist bagian means, variances, covariances, correlations, dan terakhir pada kolom anova table klik none, kemudian continue, lalu ok.

Berikut merupakan hasil dari uji reliabilitas atas 40 pernyataan yang telah diuji validitasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Data

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

,892 ,899 40

Dari hasil diatas menunjukan bahwa reliabilitas atas pernyataan yang telah diuji validitasnya tergolong pada kriteria sangat tinggi dan r hitung (0,892) lebih besar dari r tabel (0,2542) sehingga peneliti menyimpulkan bahwa pernyataan yang ada mempunyai ukuran konstan dan dapat dipercaya karena berada pada


(34)

kriteria sangat tinggi. Untuk data hasil pengolahan selengkapnya terlampir pada bagian lampiran penelitian ini.

G. Prosedur Pengolahan Data

Tujuan dari dilakukannya sebuah penelitian ialah untuk menjawab pertanyaan penelitian. Untuk mencapai tujuan tersebut maka terdapat alur kerja dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini alur kerja yang peneliti lakukan ialah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Kuesioner

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada responden sesuai dengan kriteria dan jumlahnya. Tujuan dari adanya kuesioner ini agar dapat memperoleh data mentah untuk dapat diolah menjadi sebuah kesimpulan.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan alur kedua setelah mengumpulkan data, dalam pengolahan data tersebut data yang telah diperoleh melalui kuesioner diolah dengan menggunakan rumus atau software yang ada, tujuannya agar data tersebut valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

3. Analisis dan Interpretasi data

Analisis dan interpretasi data merupakan tahap terakhir dimana data yang telah diolah diinterpretasikan serta di analisis hingga diperoleh sebuah kesimpulan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data merupakan suatu teknik untuk memperoleh kesimpulan atas masalah yang sedang diteliti, maka teknik analisis data merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Data yang sudah dikumpulkan jika tidak diolah tidak akan mendapatkan kesimpulan yang berarti sebelum dilakukan sebuah analisis atas data yang sudah ada.

Dalam penelitian ini dikarenakan berbentuk kuantitatif, maka data yang dihasilkan melalui angket kuantitatif. Menurut Arikunto (2006:23) data yang bersifat kuantitatif berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran diproses dengan cara dijumlahkan dengan harapan memperoleh dengan


(35)

52

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

persentase. Pencarian persentase dilaksanakan untuk mengetahui status yang dipresentasikan dalam kalimat yang bersifat kualitatif.

Data yang diperoleh berdasarkan persentase akan diperkuat melalui wawancara yang diolah kemudian dianalisis. Miles dan Huberman (2009:15-16) mengemukakan bahwa:

Dalam analisis kualitatif data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara,intisari dokumen, pita rekaman), dan yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas.

1. Metode Analisis Deskriptif Persentase

Metode ini digunakan untuk mengetahui persepsi bobotoh PERSIB Bandung tentang prilaku kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola di stadion jalak harupat. Adapun langkah-langkah dari metode ini ialah sebagai berikut:

a. Membuat tabel jawaban angket.

b. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang telah ditetapkan.

c. Menjumlah skor jawaban yang diperoleh dari tiap tiap responden. d. Memasukan skor tersebut ke dalam rumus sebagai berikut:

100 % x

N n

 (Muhammad Ali, 1984:184)

n = Nilai yang diperoleh N = Jumlah seluruh nilai

Untuk menjelaskan permasalahan penelitian maka analisis yang digunakan adalah. 3 2 Mi Sdi alIdeal SkorMaksim Mi  


(36)

Keterangan :

Mi = Rata-rata baku ideal (yang seharusnya) Sdi = Simpangan baku ideal (yang seharusnya)

Untuk menentukan kategori baik buruknya dan kuat lemahnya persepsi bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton digunakan standar pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Penentuan Interpretasi Data Hasil Penelitian

No. Interval Skor Kriteria

1. Mi+1.5 Sdi-Mi+3 Sdi Sangat Baik/Sangat Kuat 2. Mi + 0.5 Sdi – Mi+1.5 Sdi Baik/Kuat

3. Mi-0.5 Sdi-Mi-0.5 Sdi Sedang

4. Mi-1.5 Sdi-Mi-0.5 Sdi Buruk/Lemah

5. Mi-3 Sdi-Mi-1.5 Sdi Sangat Buruk/Sangat Lemah 2. Teknik Analisis Persentase

Untuk menghitung persentase per indikator, maka peneliti juga menggunakan teknik perhitungan analisis persentase untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Rumus dari teknik analisis persentase itu sendiri ialah sebagai berikut:

% 100 1

x Xn X P

Keterangan :

P = Jumlah atau besarnya persentase

X = Jumlah skor aktual 1


(37)

54

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah hasil persentase diperoleh, maka dimasukan kedalam beberapa kriteria seperti pada tabel 3.6.

Tabel 3.6. Kriteria Penilaian Hasil Persentase

Rentang Nilai Kriteria 81%-100% Sangat Baik

61%-80% Baik

41%-60% Cukup

21%-40% Kurang Baik 1-10% Tidak Baik


(38)

(39)

96

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa persepsi bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola di stadion Jalak Harupat berada pada ketegori baik (64%) dari 100 orang responden dan sisanya berada pada kategori sangat baik dan cukup. Artinya apa yang telah dipersepsikan oleh bobotoh PERSIB Bandung tentang perilaku kekerasan penonton yang terdiri dari beberapa indikator yang ada telah sesuai dan memang terjadi atau dilakukan oleh penonton dalam setiap perilaku kekerasan. Hasil analisis dari tiap indikator secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

a. Tanda dan gejala perilaku kekerasan (75,2%) berada dalam kategori baik; b. Faktor penyebab terjadinya perilaku kekerasan (75,3%) berada dalam kategori baik;

c. Tujuan melakukan perilaku kekerasan (71%) berada dalam kategori baik; d. Bentuk-bentuk perilaku kekerasan (74,4%) berada dalam kategori baik; e. Sasaran melakukan perilaku kekerasan (79,68%) berada dalam kategori baik; f. Pemicu terjadinya kekerasan penonton pada pertandingan sepakbola (79,2%)

dalam kategori baik;

g. Pihak yang terlibat aktif dalam perilaku kekerasan sepakbola (75,2%) dalam kategori baik;


(40)

B. Saran

Adapun saran yang peneliti rekomendasikan kepada beberapa pihak terkait hasil penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Kepada Managemen PERSIB Bandung: diharapkan bisa memberikan pemahaman dan penanggulangan kepada para bobotoh/penonton agar tidak melakukan tindakan kekerasan pada pertandingan sepakbola karena jika perilaku kekerasan penonton selalu terjadi maka akan banyak merugikan banyak pihak termasuk managemen PERSIB Bandung.

2. Kepada bobotoh PERSIB Bandung: penelitian ini sesungguhnya ingin melihat sejauh mana pemahaman bobotoh dalam perilaku kekerasan, oleh karena itu harapan peneliti setelah bobotoh memahami tentang perilaku kekerasan itu sendiri dapat meminimalisir terjadinya perilaku kekerasan sehingga dalam setiap pertandingan sepakbola. khususnya di stadion jalak harupat dapat berjalan dengan baik, fair play, dan menjunjung tinggi sportifitas.

3. Kepada khazanah ilmu pengetahuan khususnya olahraga sepakbola: penelitian mengenai perilaku kekerasan dalam pertandingan sepakbola masih minim akan sumber referensi yang mendukung, oleh karena itu diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah rentetan khazanah ilmu pengetahuan dan referensi.

4. Kepada peneliti selanjutnya: untuk peneliti selanjutnya peneliti berpesan bahwa indikator yang dipakai dalam penelitian ini belum secara keseluruhan dikarenakan keterbatasan waktu, oleh karena itulah indikator lainnya yang mendukung dapat lebih digunakan sehingga permasalahan dapat lebih dipecahkan dengan mendalam dan komprehensif. Selain itu jumlah sampel yang lebih besar juga sepertinya lebih dipertimbangkan lagi sehingga data dan responden lebih dapat tergali kembali dibandingkan sampel yang ada sekarang dalam penelitian ini.


(41)

98

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (1984). Prosedur Kependidikan dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Adang dkk. (2010). Kriminologi. Bandung: Refika Aditama.

Anshel, M.H. dkk. (1991). Dictionary of The Sport and Exercise Sciences. Champaign Illinois. Human Kinetics Books.

Aprilia, Dika. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Arindita. (2003). Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skripsi. Surakarta: UMS.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anwar, Ysmil. Adang. (2010). Kriminologi. Bandung: PT. Refika Aditama. Atkinson, R.L.,Atkinson, R.C., Hilgard, E.R. (1991). Pengantar Psikologi, Edisi

Delapan. Jakarta: Erlangga.

Bandura (dalam Masykouri,2005:12.10) http://belajarpsikologi.com/faktor-penyebab-anak-berprilaku-agresif/diakses 29 januari 2014.

Baiqhaqi, M.I.F. dkk. (2005). Psikologi (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: Refika Aditama.

Boyd, M.A dan Nihart, M.A (1998). Psychiatric Nursing: Contempory Practice. Philadelphia: Lippincot.

Dakir. (1993). Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta: BPFE.

Dirgagunarsa, Singgih. (1996). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Dirgagunarsa, Singgih. (2008). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia.

Dorland, Newman. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29, Jakarta:EGC,1765.


(42)

Feist, Jess. Gregory. (2010). Theoris of Personality. Jakarta: Salemba Humanika. Frisch, Michael B. (2006). Quality of life theraphy. Canada: John Wiley & Sons

Ltd.

Goleman, Daniel. (1999). Kecerdasan Emosi untuk mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hajir, Akhdinirwanto., Wakhid. R., Maftukhin, Arif. (2012). Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Peningkatan pemahaman IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wonosari Sadang. Jurnal Pendidikan Fisika: Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Handoko, A. (2007). Sepakbola Tanpa Batas. Yogyakarta: Kanisius.

Huse, E.F., Bowdith, L.J (1997). Behaviour in Organization: a system approach to managing.

Iyus, Yosep. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994-1995). Jakarta: Balai Pustaka.

Keliat, B.A. (1999), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta: EGC

Lutan, Rusli. (2001). Olahraga dan Etika Fair Play, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Olahraga Direktorat Jendral Olahraga Depertemen Pendidikan Nasional.

Manurung, H.L. (2010). Gambaran Perilaku Agresif pada Suporter Sepakbola di Kota Medan. Skripsi. Medan : UNIMED

Miles, M.B. dan A. Huberman, M.A. (2009).Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press

Mulyadi, Agus. (2010). Sejarah Terbentuknya Aremania. [Online] tersedia di:

http://sekedar-tahu.blogspot.com/2010/01/sejarah-terbentuknya-aremania.html [Diakses 12 Maret 2014].

Meichati, Siti. (1983). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Morgan, Clifford. T. (1986), Introduction to Psychology, New York: Mc. Graw-Hill Book.co.


(43)

100

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nasution. (1982). Metode Reasech (Penelitian Ilmiah) : Usus tesis, Desain Penelitian, Hipotesis, Validitas, Sampling, Populasi, Observasi, Wawancara, Angket. Bandung: Jermans.

Nazir, Muhammad (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Newcomb, T.M dkk (1978), Psikologi Sosial, Bandung: CV. Dipenogoro

Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2005.

Perdana, Aditya. (2012). Profil Perilaku Agresif pada Mahasiswa Pendukung PERSIB Bandung. Skripsi Psikologi FIP Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Rahayu, Tandiyo. (2009). Bertinju di Arena Sepakbola. [online] tersedia di: http://www.suaramerdeka.com,diakses 3 maret 2009.

Rakhmat, Jalaluddin. (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Reilly T. (1996). Science and Soccer. London A&FN Spon.

Riduwan dkk. (2008). Cara menggunakan dan memaknai Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta.

Sarwono, W.S. (1996). Psikologi Lingkungan. Grasindo. Jakarta.

Sawaf, A. Cooper, R,K. (2001). Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam kepemimpinan dan organisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Siagian, Sondang. (1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Silalahi, Ulbert.(2010). Metode Penelitian Sosial Bandung: PT. Refika Aditama. Subagyo, Irianto. (2010). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Tes Kecakapan

“David Lee” untuk Sekolah Sepakbola (SSB) Kelompok Umur 14-15

Tahun.Yogyakarta: FIK UNY.

Sucipto, dkk. (2000). Sepakbola. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.


(44)

Sulistiyono (2010). Mencegah dan mengurangi kekerasan sepakbola melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Jurnal olahraga: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sunaryadi, Yadi. (2008). Analisis Perilaku Kekerasan Penonton Sepakbola. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: dipublikasikan.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

Surakhmat, W. (1990). Pengantar Ilmiah Dasar, Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Suryanto. (2008). Perbedaan Istilah antara Penonton dan Suporter Sepakbola. [Online] tersedia dia: www. Suryanto Psikologi. Wordpress.com/2008/01/09/perbedaan-istilah-antara penonton- dan-suporter-sepakbola/. Diakses tanggal 22 Juli 2013.

Suseno, F.M (1987). Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Kanisius. Yogyakarta.

Suyatna. (2007). Suporter Sepakbola Indonesia Tanpa Anarkis, Mungkinkah? Yogyakarta: Departemen Litbang Slemania dan Media Wacana.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Stuart, G.W dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and practice of psychiatric nursing. St. Louis:Mosby Company.

Takwin, Bagus. 2010. “Emosi dan Kerusuhan Sepak Bola.” Kompas. (23 Maret

2010). Hlm. 7.

Thoha, Miftah. (2007). Perilaku Organisasi: Konsep dasar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Fisipol UGM.

Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia. Walgito, Bimo. (1989). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Walgito, Bimo. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Pengantar Psikologi Umum.

Yogyakarta: Andi.

Warga, R.G. (1983). Personal Awareness: A Psychology of Adjustment. Third edition. Houghton Mifflin Company


(45)

102

Ali Akbar Farhani, 2014

Persepsi Bobotoh Persib Bandung Tentang Perilaku Kekerasan Penonton Pada Pertandingan Sepakbola Di Stadion Jalak Harupat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Winardi. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 4. Jakarta : Pustaka Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Winarto, Ari. Bondan. (2011). Kerusuhan suporter dalam sepakbola Indonesia. Wigianto,Didik. (2009). Permainan Sepak Bola. Jurnal Elektronik


(1)

B. Saran

Adapun saran yang peneliti rekomendasikan kepada beberapa pihak terkait hasil penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Kepada Managemen PERSIB Bandung: diharapkan bisa memberikan pemahaman dan penanggulangan kepada para bobotoh/penonton agar tidak melakukan tindakan kekerasan pada pertandingan sepakbola karena jika perilaku kekerasan penonton selalu terjadi maka akan banyak merugikan banyak pihak termasuk managemen PERSIB Bandung.

2. Kepada bobotoh PERSIB Bandung: penelitian ini sesungguhnya ingin melihat sejauh mana pemahaman bobotoh dalam perilaku kekerasan, oleh karena itu harapan peneliti setelah bobotoh memahami tentang perilaku kekerasan itu sendiri dapat meminimalisir terjadinya perilaku kekerasan sehingga dalam setiap pertandingan sepakbola. khususnya di stadion jalak harupat dapat berjalan dengan baik, fair play, dan menjunjung tinggi sportifitas.

3. Kepada khazanah ilmu pengetahuan khususnya olahraga sepakbola: penelitian mengenai perilaku kekerasan dalam pertandingan sepakbola masih minim akan sumber referensi yang mendukung, oleh karena itu diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah rentetan khazanah ilmu pengetahuan dan referensi.

4. Kepada peneliti selanjutnya: untuk peneliti selanjutnya peneliti berpesan bahwa indikator yang dipakai dalam penelitian ini belum secara keseluruhan dikarenakan keterbatasan waktu, oleh karena itulah indikator lainnya yang mendukung dapat lebih digunakan sehingga permasalahan dapat lebih dipecahkan dengan mendalam dan komprehensif. Selain itu jumlah sampel yang lebih besar juga sepertinya lebih dipertimbangkan lagi sehingga data dan responden lebih dapat tergali kembali dibandingkan sampel yang ada sekarang dalam penelitian ini.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (1984). Prosedur Kependidikan dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Adang dkk. (2010). Kriminologi. Bandung: Refika Aditama.

Anshel, M.H. dkk. (1991). Dictionary of The Sport and Exercise Sciences. Champaign Illinois. Human Kinetics Books.

Aprilia, Dika. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Arindita. (2003). Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skripsi. Surakarta: UMS.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anwar, Ysmil. Adang. (2010). Kriminologi. Bandung: PT. Refika Aditama. Atkinson, R.L.,Atkinson, R.C., Hilgard, E.R. (1991). Pengantar Psikologi, Edisi

Delapan. Jakarta: Erlangga.

Bandura (dalam Masykouri,2005:12.10) http://belajarpsikologi.com/faktor-penyebab-anak-berprilaku-agresif/diakses 29 januari 2014.

Baiqhaqi, M.I.F. dkk. (2005). Psikologi (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: Refika Aditama.

Boyd, M.A dan Nihart, M.A (1998). Psychiatric Nursing: Contempory Practice. Philadelphia: Lippincot.

Dakir. (1993). Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta: BPFE.

Dirgagunarsa, Singgih. (1996). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Dirgagunarsa, Singgih. (2008). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia.

Dorland, Newman. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29, Jakarta:EGC,1765.


(3)

Feist, Jess. Gregory. (2010). Theoris of Personality. Jakarta: Salemba Humanika. Frisch, Michael B. (2006). Quality of life theraphy. Canada: John Wiley & Sons

Ltd.

Goleman, Daniel. (1999). Kecerdasan Emosi untuk mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hajir, Akhdinirwanto., Wakhid. R., Maftukhin, Arif. (2012). Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Peningkatan pemahaman IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wonosari Sadang. Jurnal Pendidikan Fisika: Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Handoko, A. (2007). Sepakbola Tanpa Batas. Yogyakarta: Kanisius.

Huse, E.F., Bowdith, L.J (1997). Behaviour in Organization: a system approach to managing.

Iyus, Yosep. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994-1995). Jakarta: Balai Pustaka.

Keliat, B.A. (1999), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta: EGC

Lutan, Rusli. (2001). Olahraga dan Etika Fair Play, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Olahraga Direktorat Jendral Olahraga Depertemen Pendidikan Nasional.

Manurung, H.L. (2010). Gambaran Perilaku Agresif pada Suporter Sepakbola di Kota Medan. Skripsi. Medan : UNIMED

Miles, M.B. dan A. Huberman, M.A. (2009).Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press

Mulyadi, Agus. (2010). Sejarah Terbentuknya Aremania. [Online] tersedia di:

http://sekedar-tahu.blogspot.com/2010/01/sejarah-terbentuknya-aremania.html [Diakses 12 Maret 2014].

Meichati, Siti. (1983). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Morgan, Clifford. T. (1986), Introduction to Psychology, New York: Mc. Graw-Hill Book.co.


(4)

Nasution. (1982). Metode Reasech (Penelitian Ilmiah) : Usus tesis, Desain Penelitian, Hipotesis, Validitas, Sampling, Populasi, Observasi, Wawancara, Angket. Bandung: Jermans.

Nazir, Muhammad (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Newcomb, T.M dkk (1978), Psikologi Sosial, Bandung: CV. Dipenogoro

Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta: 2005.

Perdana, Aditya. (2012). Profil Perilaku Agresif pada Mahasiswa Pendukung PERSIB Bandung. Skripsi Psikologi FIP Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Purba, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Rahayu, Tandiyo. (2009). Bertinju di Arena Sepakbola. [online] tersedia di: http://www.suaramerdeka.com,diakses 3 maret 2009.

Rakhmat, Jalaluddin. (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Reilly T. (1996). Science and Soccer. London A&FN Spon.

Riduwan dkk. (2008). Cara menggunakan dan memaknai Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta.

Sarwono, W.S. (1996). Psikologi Lingkungan. Grasindo. Jakarta.

Sawaf, A. Cooper, R,K. (2001). Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam kepemimpinan dan organisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Siagian, Sondang. (1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Silalahi, Ulbert.(2010). Metode Penelitian Sosial Bandung: PT. Refika Aditama. Subagyo, Irianto. (2010). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Tes Kecakapan

“David Lee” untuk Sekolah Sepakbola (SSB) Kelompok Umur 14-15 Tahun.Yogyakarta: FIK UNY.

Sucipto, dkk. (2000). Sepakbola. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.


(5)

Sulistiyono (2010). Mencegah dan mengurangi kekerasan sepakbola melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Jurnal olahraga: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sunaryadi, Yadi. (2008). Analisis Perilaku Kekerasan Penonton Sepakbola. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: dipublikasikan.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

Surakhmat, W. (1990). Pengantar Ilmiah Dasar, Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Suryanto. (2008). Perbedaan Istilah antara Penonton dan Suporter Sepakbola. [Online] tersedia dia: www. Suryanto Psikologi. Wordpress.com/2008/01/09/perbedaan-istilah-antara penonton- dan-suporter-sepakbola/. Diakses tanggal 22 Juli 2013.

Suseno, F.M (1987). Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Kanisius. Yogyakarta.

Suyatna. (2007). Suporter Sepakbola Indonesia Tanpa Anarkis, Mungkinkah? Yogyakarta: Departemen Litbang Slemania dan Media Wacana.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Stuart, G.W dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and practice of psychiatric nursing. St. Louis:Mosby Company.

Takwin, Bagus. 2010. “Emosi dan Kerusuhan Sepak Bola.” Kompas. (23 Maret 2010). Hlm. 7.

Thoha, Miftah. (2007). Perilaku Organisasi: Konsep dasar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Fisipol UGM.

Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia. Walgito, Bimo. (1989). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Walgito, Bimo. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Pengantar Psikologi Umum.

Yogyakarta: Andi.

Warga, R.G. (1983). Personal Awareness: A Psychology of Adjustment. Third edition. Houghton Mifflin Company


(6)

Winardi. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 4. Jakarta : Pustaka Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Winarto, Ari. Bondan. (2011). Kerusuhan suporter dalam sepakbola Indonesia. Wigianto,Didik. (2009). Permainan Sepak Bola. Jurnal Elektronik