PERENCANAAN STRATEGIK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR PEMERINTAHAN BERDASARKAN PENDEKATAN STAKEHOLDER : Studi Peningkatan Kualitas kinerja Sistem Perencanaan Pada Badan diklatda Propinsi Jawa Barat Tahun 2002.
PERENCANAAN STRATEGIK PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN APARATUR PEMERINTAHAN
BERDASARKAN PENDEKATAN STAKEHOLDER
(Studi Peningkatan Kualitas kinerja Sistem Perencanaan
Pada Badandiklatda Propinsi Jawa Barat Tahun 2002)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
Drs. H.E Nurul Mubin S
NIM 009482
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING TESIS
PEMBIMBING I,
C
PROF.DRH.ABDUL AZIS WAHAB, MA.
PEMBIMBING II.
*
/
PROF. DR. H. TB ABIN\SYAMSU#DIN MAKMUN, MA.
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
DISETUJUI OLEH
KETUA PROGRAM STUDI ADMPWISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROF. DR.H. TB ABIN S
MAKMUN, MA.
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
PERENCANAAN STRATEGIK PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN APARATUR PEMETINTAHAN
BERDASARKAN PENDEKATAN STAKEHOLDER
(Studi Pendekatam Kualitas Kinerja Sistem Perencanaan
Pada Badandiklatda Propinsi Jawa Barat Tahun 2002)
OLEH : H.E NURUL MUBIN . S
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif dengan tujuan untuk
mengungkap, medeskripsikan dan menganalisis tetang proses penyusunan
perencanaan strategik melalui pendekatan stakeholder dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah pada Badandiklatda Prop Jawa
Barat.
Teknik dan mstrumen pengumpulan data dilakukan melalui observasi
parsitifatif yang meliputi: wawancara, pengamatan, kepustakaan dan angket non
struktur. Langkah penelitian melalui tahapan : eksplorasi secara terbuka kepada
responden, eksplorasi fokus masalah, mengecek dan mengkaji data.
Hasil penelitian diperoleh gambaran, penyusunan perencanaan strategik
Badandiklatda tahun 2001 2005 dilakukan oleh Team Renstra yang ditunjuk
dengan Surat Keputusan Kepala Badandiklatda, terdin dan pejabat struktural,
pejabat fungsional widyaiswara dan staf yang potensial. Model Renstra yang
disusun adalah model yang dikembangkan oleh Lembaga Administrasi Negara RI
dan BPKP melalui proses (1) menetapkan visi, misi dan nilai, (2) analisis
lingkungan strategis, internal dan ekstemal, penetapan strategi dan asumsi, (3)
menetapkan tujuan dan sasaran (4) cara mencapai tujuan dan sasaran kebijakan,
program dan kegiatan. Dalam proses penyusunan perencanaan strategik hanya
melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan yang bersifat internal saja,
keterlibatan stakeholder ekstemal belum secara langsung walaupun mereka sudah
jelas memiliki tingkat keterdugaan dan kepentingan yang sangat tinggi terutama
dalam pengembangan visi dan misi Badandiklatda.
Implikasi dari hasil penelitian seyogyanya Badandiklatda dalam
penyusunan perencanaan strategik melibatkan stakeholder ekstemal kunci, karena
berpengaruh terhadap kualitas renstra, sedang visi Badandiklatda perlu dipertajam
agar lebih realistik.
Berdasarkan
kajian
direkomendasikan
agar
Badandiklatda
menyempurnakan proses penyusunan perencanaan strategik melalui tahapan
analisis stakeholder agar mereka dapat diposisikan secara proporsional dan
memberikan kontribusi terhadap substansi renstra, disamping itu dalam era
otonomi Badandiklatda lebih banyak memfasilitasi kegiatan pendidikan dan
pelatihan pada pemerintah Kabupaten/Kota. Untuk itu Badandiklatda dituntut
untuk lebih meningkatkan profesionalismenya dan mengoptimalkan jejaring kerja
dengan lembaga Perguruan Tinggi dan Balai-Balai Penelitian Pengembangan.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Halan7
KATA PENGANTAR
„•
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN/GAMBAR
BAB I
BAB II
vj]j
ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
1
7
C Pertanyaan Penelitian
g
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9
E. Kerangka Pemikiran dan Premis
10
KAJIAN TEORI
A. Konsep Administrasi Pendidikan
B. Manajemen Strategik Dalam Pengembangan SDM ..
14
17
C. Perencanaan Strategik Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur
94
D. Analisis Stakeholder Dalam Perencanaan
Strategik diklat
30
E. Pengembangan Aparatur Melalui Pendidikan
dan Pelatihan
F. Penelitian Pendahuluan Tentang Perencanaan
Strategik
37
45
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metoda Penelitian
50
B. Sumber Data Peneliti
53
C. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
D. Tahap-Tahap Penelitian
55
57
E. Prosedurdan Analisis Data
59
BAB IV IMPLEMENTASI PERENCANAAN STRATEGIK
BADANDIKLATDA PROPINSI JAWA BARAT
A. GambaranUmum Badandiklatda Propinsi Jawa Barat..
62
B. Proses Penyusunan Renstra Badandiklatda
65
C Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Yang Terlibat
Langsung Dalam Proses Penyusunan Renstra
89
D. Analisis Posisi Stakeholder
91
E. Berbagai Kendala Dalam Penyusunan Renstra
91
BAB V PEMBAHASAN IMPLEMENTASI PERENCANAAN STRATEGIK
BADANDIKLATDA PROPINSI JAWA BARAT
A. Penerapan Perencanaan Strategik Pendidikan
danPelatihan Aparatur
B. Keterlibatan Stakeholder Dalam Penyusunan Renstra ....
C. Upaya-Upaya Badandiklatda Dalam Menganalisis
Posisi Stakeholder
D. Analisis SWOT
94
98
99
100
BAB VI ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI
PERENCANAAN STRATEGIK
104
BAB VII KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
B. Implikasi Hasil Penelitian
C. Rekomendasi Hasil Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vn
!jj
1]3
114
DAFTAR TABEL
Nomor
u ,
Halaman
1. Rekapitulasi PNS Berdasarkan Golong Ruang di lingkungan
DINAS/Badan/Lembaga Pemerintahan Prop Jawa Barat sampai
Dengan Desember 2001
4
2.
Rekapitulai PNS pada Pemerintah Kab/Kota se-Jawa Barat
per Desember 2001
4
3.
Rekapitulasi Jabatan Struktural di Lingkungan Kab/Kota se- Jawa
Barat per September 2001
Rekapitulasi Pejabat Fungsional Prop Jawa Barat selain Medis,
5
4.
S
6.
para Medis dan Guru
'
Data perkembangan Widyaiswara dari tahun 1996-2002
Keadaan Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
5
69
Formal
™
7.
Keadaan Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Golongan
71
8.
Keadaan Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Eselon
71
Vlll
DAFTAR BAGAN/GAMBAR
Nomor
u
Paradigma Penelitian
2.
,
Halaman
p
Prosedur Penyusunan Renstra Badandiklatda Prop Jawa Barat
Berdasarkan Premis
P
3.
4.
5.
Wilayah ICerja Administrasi Pendidikan
Dimensi Lingkungan Orgamsasi
Model Manajemen Strategik K. Jouch
17
20
->?
6.
Prosedur Penyusunan Rencana Strategik Model Abin Syamsudin... 27
7.
Data Pihak-pihak yang berkepentingan
Model of The Personnel Development Process
Diagram Pelatihan Model Hadari Nawawi
Tahap-tahap Penelitian
Model perencanaan Whittaker
8
9.
10.
11.
12. Prosedur Penyusunan Perencanaan Strategik Badandiklatda
IX
36
43
44
6)
95
110
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Kegiatan pembinaan Pegawai Negen Sipil (PNS) adalah merupakan
bagian yang integral dari kebijaksanaan pemerintah dalam upaya mewujudkan
good governance, yang salah satu cirinya didukung oleh aparatur pemerintah yang
profesional dan berakhlak mulia. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah terus
berusaha menyempurnakan peraturan perundangan di bidang kepegawaian
melalui penyempurnaan Undang-Undang No. 8 tahun 1974 menjadi UndaneUndang No. 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian beserta peraturanperaturan pelaksanaannya. Salah satu bentuk pembinaan pegawai yang efektif
adalah melalui pendidikan dan pelatihan (diklat).
Dalam setiap organisasi terlebih lagi dalam organisasi pemerintahan.
kegiatan pendidikan dan pelatihan, merupakan faktor yang amat penting. Hal ini
mengingat :
Pertama, para Pegawai Negen Sipil yang menduduki jabatan tertentu pada
umumnya tidak dipersiapkan bahkan cenderung disinggahkan, dengan demikian
mereka tidak dibekali kemampuan, sikap dan keahlian yang relevan dengan syarat
jabatannya. Tidak sedikit PNS menduduki jabatan karena tersedianya formasi
bukan karena keahlian serta prestasi yang telah diraihnya.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat
mempengaruhi terhadap tatanan organisasi. Munculnya jabatan-jabatan bam
sebagai akibat adanya perkembangan Iptek menuntut pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang spesifik, dengan demikian diperlukan adanya upaya-upaya
kongkrit untuk membina para pejabat yang bersangkutan.
Ketiga, promosi jabatan dalam organisasi mempakan salah satu upaya
untuk memberikan penghargaan terhadap PNS yang dinilai berprestasi. Untuk
lebih meningkatkan kineijanya dalam jabatan baru perlu dibekali sikap
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi, dan hal ini pun menuntut
diadakannya pendidikan dan pelatihan.
Keempat, dalam era globalisasi dan reformasi yang syarat dengan
tantangan dan persaingan tidak ada alternatif lain bagi PNS kecuali harus
meningkatkan kualitas profesionalisme sehingga mampu memiliki keunggulan
yang kompetitif, memegang teguh etika birokrasi yang dilandasi dengan akhlakul
kanmah sehingga mampu memberikan layanan kepada masyarakat dengan tingkat
kepuasan yang tinggi. Kondisi ini terwujud manakala PNS selalu mendapat
pembinaan melalui pendidikan dan pelatihan.
Mengingat pentingnya kegiatan pendidikan dan pelatihan PNS ini maka
dalam pasal 31 ayat 1 Undang-Undang No. 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, ditegaskan :
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya,
diadakan pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan
Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu,
keahlian, kemampuan dan keterampilan.
Sebagai tindak lanjut dari kebijaksanaan pemerintah ini, pemerintah
mengganti dan menyempurnakan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1994
tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil dengan Peraturan
Pemerintah No. 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS.
Dalam bab II pasal 2, ditetapkan bahwa tujuan diklat:
a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi;
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat;
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan
tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya
kepemerintahan yang baik.
Dasar pemikiran kebijaksanaan pendidikan dan pelatihan yang ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2000 ini adalah :
a. diklat merupakan bagian integral dari sistem pembinaan PNS;
b. diklat mempunyai keterkaitan dengan pengembangan karier PNS;
c. sistem diklat meliputi proses identifikasi kebutuhan, perencanaan
penyelenggaraan dan evaluasi diklat;
d. diklat diarahkan untuk mempersiapkan PNS agar memenuhi persyaratan
jabatan yang ditentukan dan kebutuhan organisasi, termasuk pengadaan
kader pimpinan dan staf.
Dalam kaitannya dengan implementasi Undang-Undang No. 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, umsan Pendidikan dan Pelatihan PNS
diserahkan kepada Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota di bawah
pembinaan Lembaga Admimstrasi Negara Republik Indonesia. Pemerintah
Propinsi Jawa Barat yang telah memiliki lembaga pendidikan dan pelatihan
aparatur sejak tahun 1968 berdasarkan SK Gubernur KDH tingkat I Jawa Barat
No. 11-68/A-l/Pendidikan/SK, tanggal 30 September 1968, dikukuhkan
keberadaannya melalui Peraturan Daerah No. 16 tahun 2000 tentang Lembaga
Tekms Daerah menjadi Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah (Badandiklatda),
yang dikepalai oleh seorang kepala dengan berstatus Eselon II, yang bertugas
pokok membantu Gubernur dalam menyusun kebijakan, menyelenggarakan
manajemen dan mengembangkan sistem serta melaksanakan koordinasi teknis
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur di wilayah Propinsi Jawa
Barat.
Dalam era otonomi daerah ini, pembinaan aparatur melalui diklat
diserahkan kepada Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota, dimana
penyelenggaran diklat adalah Badan/Balai/Kantor Diklat yang terakreditasi. Pada
lingkup Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang terdiri dari 24 Kabupaten/Kota bam
memiliki satu Badandiklatda yang terakreditasi yaitu Badandiklatda Propinsi Jawa
Barat. Dengan demikian tugas dan kewenangan Badandiklatda Propinsi Jawa
Barat bukan hanya menyelenggarakan diklat bagi aparatur pemerintah Propinsi,
juga hams memfasilitasi penyelenggaraan diklat bagi aparatur pemerintah
Kabupaten/Kota.
Berdasarkan data dari Biro Kepegawaian Propinsi Jawa Barat, keadaan
pegawai sampai bulan Desember 2001 berjumlah 266.597 terdiri dari aparatur
Propinsi 16.104 dan pemerintah Kabupaten/Kota berjumlah 250.493.
Tabel 1
REKAPITULASI JUMLAH PNS BERDASARKAN GOLONGAN/RUANG
DILINGKUNGAN DINAS/BADAN/LEMBAGA PEMERINTAH PROP
JABAR SAMPAI DENGAN DESEMBER 2001
1No.
Unit Kerja
Golongan
IV
III
Jumlah
II
I
1.
Setda
55
683
2.
Set DPRD
4
59
j>.
Dinas
310
3.802
2.858
342
7.412 !
4.
Badan
122
2.224
1.087 j
203
3.636
5.
Kantor
5
49
1
83
6.
Ex Kanwil
189
1.031
236
3.666
896
16.104 |
431
13
127
28 1
1.040 !
5.495 |
i
Sumber data dari : Biro Kepegaiwaian Setda Prop Jawa Barat
695
1.270
5T
I
Jumlah
101
7.848
i
Tabel 2
REKAPITULASI PEGAWAI NEGERI SD?IL PADA PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA PER DESEMBER 2001
No.
Golongan
1.
IV
8.109
2.
III
140.674
II
83.711
I
17.999
Jumlah
250.493
->
~~mr
Jumlah
Sumber data dari: Biro Kepegawaian Setda Prop. Jawa Barat.
Tabel 3
REKAPITULASI JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN
KABUPATEN/KOTA SEJAWA BARAT PER SEPTEMBER 2001
No.
Unit
Ksselonering
Kerja
1.
Setda
2.
Set DPRD
I/b
Il/a
]
-
Dinas
j.
-
Badan
4.
-
i
5.
Kantor
Il/b
4
Ill/a
13
1
-
i
6.
; Kab. Kota 1
Jumlah
Sumber
j
]
Jari : Biro Keplegawaia n
-
-
1
-
i
167 !
15
-
59
|
103
-
110
-
J
V/a
5
19
13
IV/b
46
-
19
Ket
21
330
478 j
154
226
9
-
10 !
22
431
324
489
476 !
1.742 ;
59
463
547
489
1.085 j
2.644 |
Setda F rop
i
Jawa Barat
j
Adapun jabatan fungsional yang tercatat pada Biro Kepegawaian Prop.
Jawa Barat selain Medis, Paramedis dan Guru, sepert. tertera pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4
REKAPITULASI PEJABAT FUNGSIONAL PROP JAWA BARAT
PERIODE 1989/2001
No.
Jenis Jafung
Golongan
II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Arsiparis
Pustakawan
Sandiman
Operator Trans
III
Jumlah
IV
710
64
-
161
36
-
58
16
117
7
Widyaiswara
Peneliti
Ket
-
-
1046
-
-
774
197
74
124
6
37
43
1
12
13
130
49
1.225
Dalam manajemen kediklatan yang profesional perumusan perencanaan
strategik merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh Badandiklatda
dengan harapan dapat mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja sebagai salah
satu prasyarat untuk terwujudnya Badandiklatda yang baik dan terpercaya. Hal ini
selaras dengan Instruksi Presiden NO. 7tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP) yang menetapkan pada tanggal 30 September 1999,
setiap instansi pemerintah sampai tmgkat eselon II telah mempunyai Perencanaan
Strategik tentang program-program utama yang akan dicapai dalam 1 (satu)
sampai dengan 5 (lima) tahun.
Yang dimaksud dengan perencanaan srategik dalam pedoman penyusunan
sistem AKIP dikemukakan :
Merupakan suatu proses yang beronentasi pada hasil yang ingin dicapai
selama kurun waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan
potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana startegik
mengandung visi, misi, tujuan/sasaran dan program vang realistis dan
mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat dicapai.
Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, (1994:53) dikemukakan :
Perencanaan stratagik yang sering pula disebut perencanaan jangka
panjang, adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut tujuan jangka
panjang organisasi, kebijakan yang harus diperhatikan, serta strategi yang harus
dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dari pengertian di atas dapat dilihat karaktenstik perencanaan strategik
yaitu : (1) merupakan kerangka dasar yang dapat dipakai pedoman untuk
penyusunan rencana yang lebih rinci; (2) mempunyai kurun waktu yang lebih
panjang dari pada perencana operasional; (3) membantu organisasi untuk
mengarahkan sumber dayanya pada aktivitas yang mempunyai prioritas tinggi; (4)
merupakan kegiatan pucuk pimpinan dengan demikian mereka harus terlibat
secara aktif dalam proses penyusunannya.
Bedasarkan uraian di atas diperoleh gambaran bahwa dalam perencanaan
startegik Bandiklatda memerlukan integrasi antara keahlian sumber daya manusia
agar mampu menjawab tantangan dan tuntutan perkembangan lingkungan
strategik, rasional dan global. Analisis terhadap lingkungan organisasi baik
internal maupun ekstemal merupakan langkah yang sangat penting dalam
memperhitungkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada.
Analisis terhadap unsur-unsur tersebut sangat penting dan merupakan dasar bagi
perwujudan visi dan misi serta strategi Badandiklatda.
Perencanaan startegik sebagai suatu sistem terdiri atas berbagai subsistem,
yang antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Salah satu subsistem
yang sangat strategik posisinya dalam perencanaan startegik adalah stakeholder
karena mereka sangat berpengaruh terhadap perumusan visi dan misi organisasi.
Yang dimaksud dengan stakeholder disini menurut Rochmat Wahab dan Ananto
Kusuma Seta (1998:1) "... adalah pihak-pihak baik di dalam maupun di luar
organisasi yang mempunyai kepentingan dan pengaruh terhadap organisasi."
Berdasarkan fakta yang ada, Badandiklatda telah memiliki perencanaan
strategik untuk tahun 2001-2005 sesuai dengan acuan yang ditetapkan pada Inpres
No. 7 tahun 1999 tentang AKIP. Akan tetapi dalam proses penyusunan
perencanaan strategik tersebut berdasarkan pengamatan awal peneliti diperoleh
kesan bahwa keberadaan stakeholder baik internal maupun ekstemal belum
diposisikan sebagaimana mestinya.
Padahal keberadaan mereka sangat
mempengaruhi proses penyusunan perencanaan strategik tersebut maupun dalam
implementasinya. Bahkan seyogyanya Badandiklatda memposisikan mereka pada
posisi yang strategis melalui analisis yang rasional.
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti tertarik
untuk meneliti sejauh mana kepekaan Badandiklatda dalam menganalisis posisi
stakeholder untuk dilibatkan secara optimal dalam perencanaan strategik.
B. Perumusan Masalah
Perencanaan diklat akan efektif manakala didukung oleh semua
komponen, termasuk di dalamnya stakeholder yang keberadaannya memiliki
posisi yang sangat strategis karena dapat membantu para pengelola dalam
menganalisis lingkungan secara akurat dan rasional.
Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan kaj
keterlibatan stakeholder dalam perencanaan strategik pendidikan dan1
aparatur pemerintahan pada Bandiklatda Propinsi Jawa Barat.
Pokok permasalahan yang layak untuk diteliti adalah : Sejauhmana
keterlibatan stakeholder dalam perencanaan strategik aparatur pemerintahan
Propinsi Jawa Barat.
Dengan asumsi yang akan dikembangkan apabila Badandiklatda dalam
menganalisis posisi stakeholder menghasilkan kajian yang tepat, maka akan
menghasilkan kontribusi yang besar dalam proses perencanaan tersebut dan akan
memperlancar jalannya implementasi perencanaan strategik.
C. Pertanyaan Penelitian
Untuk lebih mempertajam sasaran penelitian rumusan pertanyaan
dijabarkan lagi ke dalam spesifikasi pertanyaan sebagai berikut:
1. Prosedur apakah yang ditempuh Badandiklatda dalam merumuskan
perencanaan strategik pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah
Propinsi Jawa Barat ?
2. Pihak-pihak yang berkepentingan manakah yang terlibat langsung dalam
perencanaan strategik diklat tersebut ?
3.
Upaya-upaya apakah yang dilakukan Badandiklatda dalam menganalisis
posisi stakeholder agar dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam
perencanaan strategik diklat tersebut ?
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.
Secara umum penelitian bertujuan untuk membuat disknpsi dan analisis
tentang keterlibatan stakeholder dalam perumusan perencanaan strategik
pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintahan. Dan secara khusus penelitian
dimaksudkan untuk :
1. Mengumpulkan informasi tentang langkah-langkah yang dilakukan
Badandiklatda dalam proses perumusan perencanaan strategik diklat.
2. Mengumpulkan informasi tentang keterlibatan stakeholder dalam
perencanaan strategik diklat.
3. Mengkaji dan menganalisis posisi stakeholder dalam perencanaan
strategik diklat untuk lebih dikembangkan menjadi suatu sistem
perencanaan yang efektif
Adapun manfaat yang diinginkan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Mengimplementasikan kajian teoritis tentang analisis posisi stakeholder
dalam suatu perencanaan strategik diklat aparatur pemerintahan, agar
keberadaanya labih berhasil dan berdaya guna.
2. Membantu Badandiklatda dalam membuat suatu sistem perencanaan
strategik melalui pendekatan analisis stakeholder.
E.
Kerangka Pemikiran dan Premis.
1. Kerangka Pemikiran
Badandiklatda adalah satu-satunya Lembaga Teknis Daerah yang
bertugas pokok menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi
aparatur pemerintah di lingkungan Propinsi Jawa Barat. Oleh karena itu
dalam melaksanakan tugasnya seyogyanya lembaga ini dikelola secara
profesional.
Sebagai langkah awal Badandiklatda berkewajiban menyusun
pedoman umum sebagai kerangka dasar bagi kegiatan operasional dalam
bentuk perencanaan strategik, yang substansinya menampung barbagai
aspirasi, keinginan, kebutuhan serta harapan para stakeholder. Dengan
demikian dalam proses penyusunan perencanaan strategik pendidikan dan
pelatihan aparatur keterlibatan stakeholder baik internal maupun ekstemal
merupakan hal yangsangat strategis.
Mengmgat hal tersebut, Badandiklatda dituntut memiliki kejelian
dalam mengidentifikasi dan memetakan stakeholder sehingga dapat
diposisikan secara proporsional. Dengan demikian diharapkan kehadiran
stakeholder dapat memberikan kontribusi besar terhadap kualitas substansi
perencanaan stategik Badandiklatda.
2.
Premis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas maka dalam
penelitian ini penulis mengajukan premis sebagarbenkut:
a. Prosedur penyusunan perencanaan strategik berdasarkan kajian
manajemen strategik dilakukan melalui tahap-tahap : pertama tahap
diagnosis yaitu proses pengumpulan berbagai informasi dan
mengkajmya secara mendalam untuk diperoleh pemahaman tentang
kekuatan dan kelemahan organisasi, serta mengkaji faktor-faktor
peluang dan tantangan sehingga menghasilkan isu-isu strategis yang
hams dihadapi organisasi tersebut. Tahap kedua menetapkan visi, misi,
10
tujuan, strategi dan kebijakan berdasarkan hasil kajian isu-isu pertama
yang kemudian disusun dalam bentuk dokumen Renstra. (Burhan;
1994, Bryson; 2001, Freeman; 1984)
b. Menyusun perencanaan strategik harus mampu menyerap aspirasi,
keinginan, harapan maupun tuntutan dan stakeholder baik yang ada di
dalam maupun di luar organisasi sehingga semua pihak mempunvai
rasa memiliki dan punya pandangan yang sama terhadap visi dan misi
organisasi (Burhan; 1994, Bryson; 2001, Freeman; 1984)
Berdasarkan kedua premis diatas, penulis menetapkan paradigma
penelitian seperti tertera pada gambar 01 dibawah ini.
11
PEMERITAH
PROPINSI
I
BADANDIKLATDA
I
ANALISIS POSISI
STAKEHOLDER
I
PEMETAAN :
- KETERDUGAAN
- KEPENTINGAN
- INTEREST
EKSTERNAL
POTENSI DAN
KELEMAHAN
PELUANG DAN
ANCAMAN
Feed Back
PERENCANAAN
Teed Back
STRATEGIK DIKLAT
PROGRAM DIKLAT
USER
IMPLEMENTASI
AKIP
Gambar 01 Paradigma Penelitian
12
TIM PENYUSUNAN
PERENCANAAN STRATEGIK
ALUMNI
E -L'- »~" •:•/..
•"
• s: • .ii::-::.':xi:'ix:
" :-
• "»^ ;""a"
" •. • . j i':'. •j£ln
;-£r!"S\5 Cal'::!:::. i
."D A--;'-
. z-i-.z:&-i:y*U:: sr- ssJk!.'
J J £_ j"-- . •
rS!»
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini diarahkan pada metode deskriptif analisis melalui
pendekatan kualitatif, fenomena yang ada di desknpsikan terlebih dahulu
kemudian di analisis secara mendalam berdasarkan kajian teoritis.
Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2001:3) yang dimaksud dengan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Dengan
demikian pendekatan ini tidak mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagaitagian dari kesatuan.
Selanjutnya Moleong (2001:4-8) mengungkapkan ada 11 ciri penelitian
kualitatif (1) Latar alamiah dalam mana penelitian dilakukan pada konteks dari
suatu keutuhan (entity); (2) Manusia sebagai alat (instrument) dalam hal ini
peneliti sendiri di bantu oleh orang lain merupakan alat pengumpul data yang
utama. Dengan asumsi bahwa manusialah yang dapat menyesuaikan terhadap
kenyataan, manusia yang dapat berhubungan dengan responden, hanya manusia
yang mampu memahami keterkaitan kenyataan di lapangan; (3) Metode kualitatif,
hal dipandang lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden,
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri; (4) Analisis data secara induktif
dengan alasan, pertama proses induktif lebih dapat menemukan kenyataankenyataan ganda sebagai yang terdapat dalam data; kedua dapat membuat
hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dikenal dan akuntabel; ketiga
lebih dapat menyesuaikan latar secara utuh; keempat dapat menemukan pengaruh
bersama yang mempertajam hubungan- hubungan; terakhir dapat
Wiemperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik;
51.
(5) Teori dari dasar (grounded theory), penelitian lebih menghendaki arah
bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data; (6) Deskriptif, data
yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Laporan
penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, foto, vidio tape,
dokumen pribadi, dokumen resmi dan Iain-lain; (7) Lebih mementmgkan proses
dari pada hasil, hal ini agar lebih jelasnya hubungan bagian-bagian yang sedang
diteliti; (8) Adanya batas yang ditentukan oleh fokus. Batas akan menentukan
kenyataan ganda yang kemudian mempertajam fokus. Penetapan fokus dapat lebih
dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus; (9) Adanya kriteria
khusus untuk keabsahan data. Dalam hal ini peneliti kualitatif telah melakukan
redefinisi tentang validitas, rehabilitas dan objektifitas dalam versi penelitian
klasik; (10) Desain yang bersifat sementara, desain dirancang secara tentatif dan
terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan; (11) Hasil penelitian di
rundingkan dan disepakati bersama. Dalam kaitannya dengan penelitian kualitatif
ini, Nasution (1996:8-9) menyebutnya dengan penelitian naturalistik kualitatif dan
memiliki ciri-cin antara lain : (a) data diperoleh langsung dari setting alam; (b)
penentuan sampel ditentukan secara purposive; (c) instrumen utama adalah
peneliti; (d) bersifat deskriptif analitik dengan demikian lebih menekankan proses
dari pada hasil; (e) pendekatan analisis dilakukan secara mduktif; (f)
mengutamakan makna yang terkandung dibalik data.
Dalam penelitian kualitatif, pengertian dan hasil interpretasi yang
diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai
sumber data. Hal ini disebabkan : pertama susunan kenyataan dari merekalah
yang akan diangkat oleh peneliti; kedua, hasil penelitian bergantung pada hakikat
dan kualitas hubungan antara pencan dengan yang dican; ketiga, konfirmasi
hipotesis kerja akan menjadi lebih baik venfikasinya apabila diketahui dan
konfirmasikan oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan yang diteliti.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen
penelitian yang utama adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini, peneliti akan
menganalisis tentang prosedur penyusunan perencana strategik pendidikan dan
52
pelatihan aparatur dan menganalisis posisi stakeholder dalam proses penyusunan
perencana strategik tersebut pada Badandiklatda Propinsi Jawa Barat. Analisis
secara mendalam berdasarkan kajian teori, setelah diperoleh gambaran yang jelas
dan lengkap tentang aspek-aspek yang diteliti.
B. Sumber Data Peneliti
Penelitian yang berkualitas akan sangat ditentukan oleh sumber data yang
berada pada lokus penelitian. Dalam penelitian kualitatif, menurut Lotland dan
Lotland (Moleong, 2001:112) sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan Iain-lain. Berkaitan dengan
hal itu pada kajian ini jenis datanya dikaji ke dalam kata-kata dan tindakan,
sumber data tertulis, foto dan statistik.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka yang dijadikan sumber data
oleh penulis meliputi :
1.
Kata-kata dan tindakan.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
berperan serta merupakan hasil antara gabungan dari kajian melihat,
mendengar dan bertanya. Mengingat peneliti menjadi pengamat berperan serta
pada latar penelitian ini, maka ketiga gambaran secara efektif, walaupun
ketiga kegiatan tersebut adalah kegiatan yang biasa dilakukan secara sadar,
terarah guna diperolehnya informasi yang diperlukan.
2.
Sumber tertulis.
Sumber tertulis merupakan sumber kedua setelah kata-kata dan tindakan,
akan tetapi sumber data ini tidak bisa diabaikan, sumber data yang dalam
bentuk tulisan ini meliputi dokumen resrni dalam bentuk laporan, buietin,
pedoman-pedoman kerja, dokumen perencanaan, hasil evaluasi dan data-data
Badandiklatda Propinsi Jawa Barat yang tersimpan di unit kearsipan.
53
3.
Foto
Foto merupakan data deskriptif yang cukup berharga dan akan digunakan
oleh peneliti untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya akan digunakan
secara induktif, foto yang akan peneliti gunakan sebagai sumber data ialah :
(1)
Foto yang diambil sendiri oleh peneliti di latar penelitian.
(2)
Foto yang dihasilkan oleh orang lain sebagai dokumen resmi dari
berbagai kegiatan Badandiklatda.
Tempat pelaksanaan penelitian seperti yang telah diuraikan terdahulu
adalah di Badandiklatda Propinsi Jawa Barat dengan fokus masalah adalah proses
penyusunan perencanan strategik dan bagaimana keterlibatan stakeholder dalam
proses penyusunan tersebut. Dalam menentukan mfonnan awal ini peneliti
menggunakan teknik purposive sampling dengan memilih staf pimpinan di
Badandiklatda mulai dari Kepala Badan, Sekretaris, Kepala-Kepala Bidang yang
selanjutnya menggelinding ke sumber data lainnya baik itu sumber data manusia,
dokumentasi, data statistik atau pun situasi yang sesuai dengan kebutuhan data
yang diperlukan.
Dalam menentukan dan menetapkan informan baik awal atau benkutnya,
peneliti berpegang pada persyaratan informan sebagai benkut:
(1) Mereka yang terlibat langsung/partisan dalam penyusunan perencanaan
strategik Badandiklatda Propinsi Jawa Barat.
(2) Mereka yang tidak terlibat langsung tetapi dipandang menguasai atau
memahami
tentang
proses
penyusunan
perencanaan
strategik
Badandiklatda.
(3) Mereka yang memiliki waktu dan kesempatan untuk dimintai keterangan
yang diperlukan.
54
C. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data.
Teknik penelitian sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah
satu unsur yang sangat penting. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan
bersifat deskriptif analitik yang lebih menekankan pada perekaman situasi yang
terjadi dalam konteks masalah yang dibahas. Oleh karena itu alat utama bagi
pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Sejalan dengan hal tersebut, E. Kusmana (1984:94) menjelaskan bahwa
metode deskriptif analitik memungkinkan adanya suatu langkah evaluatif atau
keadaan yang nyata terjadi, juga memungkinkan peneliti memberikan masukan-
masukan yang dianggap berguna dan bermanfaat dari aspek yang dikaji atau
ditelaah terhadap masalah di lapangan. Dengan demikian hasilnya akan
memberikan suatu analisa yang lebih mendalam terhadap kondisi yang terjadi.
Dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang penulis butuhkan
dilapangan, penulis menggunakan :
(1) Pengamatan (observasi).
Menurut Moleong (2001:126). pengamatan dapat diklasifikasikan atas
pengamatan melalui cara berperan serta dan yang tidak berperan serta. Dalam
pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu fungsi yaitu
mengadakan pengamatan. Pengamat berperan serta melakukan dua peranan
sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi angota resmi dari
kelompok yang diamatinya.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan berperan serta karena
peneliti sekaligus melakukan dua peran yaitu sebagai pengamat dan anggota resmi
yang diamati.
(2) Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara disini ialah pcrcakapan dengan para
pelaku dilapangan dengan maksud untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya.
Maksud dari pada wawancara ini menurut Lincoln dan Guba (Moleong,
2001:135) antara lain : mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan,
55
/m.
} •'/
I
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan Iain-lain 'kebltlatorj
mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialannma^"
lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk
dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas
informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia
(tnanggulasi); dan memverifikasikan, mengubah dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti.
Dalam hubungan dengan instrumen im, peneliti menggunakan teknik
wawancara dengan pendekatan petunjuk umum wawancara. Dimana peneliti
terlebih dahulu membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok pertanyaan yang
akan disampaikan di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh kebulatan
data yang mengarah kepada upaya menjawab pertanyaan peneliti.
(3) Catatan lapangan.
Catatan lapangan merupakan hal yang sangat penting
pada waktu
melakukan pengamatan atau wawancara dengan para responden. Catatan sangat
berperan sebagai alat perantara antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan.
dicium, diraba, dengan catatan yang sebenarnya. Catatan ini akan dilihat dan
disusun secara naratif sehingga merupakan informasi yang akurat untuk
mendukung pembahasan masalah penelitian.
Pada dasamya catatan lapangan ini berisi dua bagian. Pertama, bagian
deskriptif yang berisi gambaran tentang latar pengamatan orang, tmdakan dan
pembicaraan. Kedua, bagian reflektif yang berisi kerangka berpikir dan pendapat
peneliti, gagasan dan kepeduliannya (Bogdan dan Bakler, 1982)
(4) Dokumen.
Dokumen yang dimaksud disini ialah setiap bahan yang tertulis atau
terekam baik dalam bentuk film, pita rekaman atau CD, foto dan Iain-lain yang
ada keterkaitannya dengan masalah yang diteliti. Dokumen mempakan sumber
data yang sangat penting, karena sifatnya stabil, kaya dan kontributif untuk
dimanfaatkan dalam menguji, menafsirkan dan bahkan meramalkan sesuatu.
56
Dokumen ini menurut Moleong (2001:161/162) teridiri dari : Dokumen
pribadi yaitu catatan atau karangan secara tertulis tentang tindakan, pemyataan
dan kepercayaannya. Dokumen resmi terdiri dari internal dan ekstemal. Dokumen
internal terminal memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga risalah
rapat, aturan kantor dan Iain-lain. Dokumen demikian dapat menyajikan infonnasi
tentang keadaan, aturan, disiplin dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya
kepemimpinan. Dokumen ekstemal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan
oleh suatu lembaga misalnya makalah, buletin, pemyataan di media massa dan
sebagainya. Kajian isi atau content analysis yaitu suatu teknik penelitian untuk
keperluan mendeskripsikan secara objektif sistematis dan kuantitatif tentang data
atau dokumen hasil temuan di lapangan. Dalam hal ini Weber (Moleong,
2001:163) menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari
sebuah buku atau dokumen.
D. Tahap-Tahap Penelitian
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa dalam penelitian kualitatif
peneliti sebagai alat utama, hal ini merupakan ciri spesifik yang membedakan
dengan penelitian kuantitatif demikian pula halnya dalam tahapan penelitian,
langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti memiliki spesifikasi tersendiri.
Menurut Nasution (1992:5) langkah penelitian meliputi tahapan : (1) Orientasi;
(2) Eksplorasi; dan (3) Member check.
Bogdan (Moleong, 2001:85) menyajikan tiga tahapan yaitu (1) Pra
lapangan; (2) Kegiatan lapangan; dan (3) Analisis mtensif. Lebih rinci lagi,
Lotland dan Lofland (Moleong, 2001:85) mengajukan 11 langkah yaitu (1) Mulai
dan tempat anda berada; (2) Menilai latar penelitian; (3) Masuk lapangan, (4)
Bersama lapangan; (5) Mencatat dengan hati-hati; (6) Memikirkan satuan; (7)
Mangajukan pertanyaan; (8) Menjadi tertarik; (9) Mengembangkan analisis; (10)
Menulis laporan dan (11) Membimbing akibat.
57
Dari ketiga pendapat tersebut, penulis memilih dan memodifikasi tahapan
penelitian sebagai berikut:
Tahap Pra lapangan :
Dalam tahapan ini beberapa kegiatan yang peneliti lakukan meliputi :
(a)
menyusun rancangan penelitian, tennasuk didalamnya mempersiapkan
instrumen yang akan digunakan; (b) menentukan lapangan penelitian, dalam hal
ini penulis mempertimbangkan teori substantif dalam hal ini perencanaan
strategik pendidikan, untuk kemudian menjajaki lapangan untuk melihat sejauh
mana
kesesuaian
dengan
kenyataan
yang
ada
dalam
lapangan;
(c)
menyelesaikan penzinan meliputi : (1) meminta surat pengantar dari PPS-UP1;
(2) menyampaikan surat izin tersebut kepada instansi yang dijakdikan lokus
penelitan yaitu Badandiklatda Propinsi Jawa Barat; (3) mempersiapkan
persyaratan yang diperlukan. (d) melakukan pendekatan dengan para responden
untuk meminta kesediannya membenkan informasi yang dibutuhkan.
Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini mempakan tahap penelitian, yakni menjaring data yang
dibutuhkan peneliti sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam hal ini
peneliti melakukan wawancara dengan para responden yang dipandang
representatif yang memungkinkan terjadinya data yang akurat.
Untuk lebih melengkapi data peneliti juga melakukan studi dokumentasi
dengan harapan dapat memperoleh fakta yang lebih aktual yang ada
keterkaitannya
dengan
proses penyusunan perencanaan
strategik pada
Badandiklatda Propinsi Jawa Barat.
Tahap Member Check
Pada tahapan ini peneliti melakukan pengkajian data untuk melihat tingkat
akurasi sehingga data yang akan dianalisis dapat dipertanggungjawabkan, untuk
itu penulis melakukan konfirmasi ulang kepada responden yang ada.
Selanjutnya untuk melakukan pengecekan akhir tentang keabsahan data, peneliti
melakukan trianggulasi dengan memilih responden atau nara sumber sebagai
58.
pembanding data dan informasi. Pelaksanaanya dilakukan bersamaan pada tahap
eksplorasi data sehingga peneliti dapat mengoptimalkan waktu serta tenaga,
sedang data yang dikomparasi dirasakan masih segar. Responden yang dipilih
adalah para pejabat struktural dan fungsional yang tidak dikategorikan sebagai
responden utama.
E.
Prosedur Dan Analisis Data
Persoalan yang dihadapi oleh peneliti kualitatif dalam menganalisis data
adalah tidak adanya prosedur baku yang dapat dijadikan pedoman atau pola
analisis. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (1998) yang menyatakan
bahwa analisis data memerlukan kreativitas serta kemampuan intelektual yang
tinggi dari peneliti. Lagi pula tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk
mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metoda
yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.
Data yang telah terkumpul dianalisis secara induktif dan berlangsung
selama pengumpulan data di lapangan serta dilakukan secara terus menerus.
Prosedur kegiatan yang dilakukan meliputi : mereduksi data, menyajikan data,
display data, menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi (Nasution 1992,
Moleong 2001).
Yang dimaksud dengan mereduksi data yaitu proses membuat abstraksi
data. Abstraksi merupakan usaha peneliti untuk membuat rangkuman yang inti,
proses, dan pemyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya
(Moleong 2001:190).
Display data adalah laporan data yang sudah direduksi untuk dilihat
kembali
gambarannya
secara
keselumhan.
Kemudian
peneliti
menarik
kesimpulan dan verifikasi, hal ini dilakukan sejak awal terhadap data yang
diperoleh. Dalam hal ini grounded theory diterapkan, makin banyak data yang
terkumpul maka
kesimpulan sementara yang dibuat makin memiliki nilai
59
keakurasian tinggi. Oleh karena itu verifikasi terhadap kesimpulan sementara
terus berlanjut sampai diperolehnya kesimpulan penelitian.
Kriteria reduksi data yang peneliti gunakan adalah : (1) mengarahkan
perhatian langsung kepada fenomena dari pangalaman sebagaimana fenomena
tersebut manampakkan dirinya; (2) mendeskripsikan pengamatan dan tidak
menerangkan; (3) memberikan pembobotan secara horizontal terhadap semua
fenomena yang secara langsung menampakkan diri; (4) mencari dan meneliti
struktur dasar fenomena tersebut untuk mengurangi tingkat keragaman.
Kriteria pertama mengisyaratkan patokan atau acuan yang berhubungan
dengan transformasi pengalaman dari pengamalan dasar terhadap pengamatan
lapangan. Patokan kedua berarti peneliti mengungkapkan suatu bidang-bidang
murni tanpa dibumbui keterangan subjektif dengan harapan mgin menjelaskan
apa yang dibalik fenomena tersebut. Patokan yang ketiga memberikan kepada
peneliti untuk tidak terkontaminasi oleh anggapan bahwa realita yang satu lebih
penting dari yang lain, menghindarkan diri dari penangguhan keputusankeputusan atau anggapan yang mungkin menggangu pembacaan fenomena
sebelum terungkap kejelasan yang nyata. Pada patokan keempat berkaitan
dengan tahapan ideasi dalam rangka mengungkap struktur dasar yang melandasi
sasaran pengamatan tersebut.
Dalam menguji keabsahan data atau infonnasi selama penelitian ini,
digunakan beberapa teknik antara lain perpanjangan jangkauan waktu penelitian
di lapangan, diskusi dengan kawan sejawat, meningkatkan
intensitas
pengamatan dan trianggulasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2001)
bahwa dalam menguji keabsahan data diggunakan 7 teknik, yaitu perpanjangan
kehadiran peneliti/pengamat , pengamatan terns menerus, trianggulasi, diskusi
dengan kawan sejawat, analisis kasus negatif, pengecekan atas kecukupan
referensial dan pengecekan anggota.
Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan penelitian dapat dilihat pada bagan
sebagai berikut:
60
TAHAPI
STUDI KEPUSTAKAAN
PRA LAPANGAN
i
+
PENGAMATAN AWAL
DOKUMENTASI
PENYUSUNAN
DESAIN PENELITIAN
PENYELESAIAN
ADMINISTRATE
TAHAP II
PENGUMPULAN
AZAS
DATA
TRIANGGULASI
OBSERVASI
DOKUMENTASI
KEGIATAN
LAPANGAN
WAWANCARA
KLASIFIKAS1
KONSEP TEORI
DATA
ANALISIS DATA
TAHAP 111
PENGUMPULAN
ANALISIS DATA
MEMBER CHECK
TRIANGGULASI
~1
PERPANJANGAN WAKTU
DISKUSI
OBSERVASI
DOKUMENTASI
KLASIFIKASI
ANALISIS
PEMAKNAAN
TAHAP IV
DRAFT LAPORAN
LAPORAN PENELITIAN
SEMINAR DRAFT
LAPORAN
GAMBAR 10 TAHAP-TAHAP PENELITIAN
61
;!.. , .•?."»:.»:.h jta
J
BAB V
*),.'
DAN PELATIHAN APARATUR PEMERINTAHAN
BERDASARKAN PENDEKATAN STAKEHOLDER
(Studi Peningkatan Kualitas kinerja Sistem Perencanaan
Pada Badandiklatda Propinsi Jawa Barat Tahun 2002)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
Drs. H.E Nurul Mubin S
NIM 009482
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING TESIS
PEMBIMBING I,
C
PROF.DRH.ABDUL AZIS WAHAB, MA.
PEMBIMBING II.
*
/
PROF. DR. H. TB ABIN\SYAMSU#DIN MAKMUN, MA.
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
DISETUJUI OLEH
KETUA PROGRAM STUDI ADMPWISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROF. DR.H. TB ABIN S
MAKMUN, MA.
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
PERENCANAAN STRATEGIK PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN APARATUR PEMETINTAHAN
BERDASARKAN PENDEKATAN STAKEHOLDER
(Studi Pendekatam Kualitas Kinerja Sistem Perencanaan
Pada Badandiklatda Propinsi Jawa Barat Tahun 2002)
OLEH : H.E NURUL MUBIN . S
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif dengan tujuan untuk
mengungkap, medeskripsikan dan menganalisis tetang proses penyusunan
perencanaan strategik melalui pendekatan stakeholder dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah pada Badandiklatda Prop Jawa
Barat.
Teknik dan mstrumen pengumpulan data dilakukan melalui observasi
parsitifatif yang meliputi: wawancara, pengamatan, kepustakaan dan angket non
struktur. Langkah penelitian melalui tahapan : eksplorasi secara terbuka kepada
responden, eksplorasi fokus masalah, mengecek dan mengkaji data.
Hasil penelitian diperoleh gambaran, penyusunan perencanaan strategik
Badandiklatda tahun 2001 2005 dilakukan oleh Team Renstra yang ditunjuk
dengan Surat Keputusan Kepala Badandiklatda, terdin dan pejabat struktural,
pejabat fungsional widyaiswara dan staf yang potensial. Model Renstra yang
disusun adalah model yang dikembangkan oleh Lembaga Administrasi Negara RI
dan BPKP melalui proses (1) menetapkan visi, misi dan nilai, (2) analisis
lingkungan strategis, internal dan ekstemal, penetapan strategi dan asumsi, (3)
menetapkan tujuan dan sasaran (4) cara mencapai tujuan dan sasaran kebijakan,
program dan kegiatan. Dalam proses penyusunan perencanaan strategik hanya
melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan yang bersifat internal saja,
keterlibatan stakeholder ekstemal belum secara langsung walaupun mereka sudah
jelas memiliki tingkat keterdugaan dan kepentingan yang sangat tinggi terutama
dalam pengembangan visi dan misi Badandiklatda.
Implikasi dari hasil penelitian seyogyanya Badandiklatda dalam
penyusunan perencanaan strategik melibatkan stakeholder ekstemal kunci, karena
berpengaruh terhadap kualitas renstra, sedang visi Badandiklatda perlu dipertajam
agar lebih realistik.
Berdasarkan
kajian
direkomendasikan
agar
Badandiklatda
menyempurnakan proses penyusunan perencanaan strategik melalui tahapan
analisis stakeholder agar mereka dapat diposisikan secara proporsional dan
memberikan kontribusi terhadap substansi renstra, disamping itu dalam era
otonomi Badandiklatda lebih banyak memfasilitasi kegiatan pendidikan dan
pelatihan pada pemerintah Kabupaten/Kota. Untuk itu Badandiklatda dituntut
untuk lebih meningkatkan profesionalismenya dan mengoptimalkan jejaring kerja
dengan lembaga Perguruan Tinggi dan Balai-Balai Penelitian Pengembangan.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Halan7
KATA PENGANTAR
„•
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN/GAMBAR
BAB I
BAB II
vj]j
ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
1
7
C Pertanyaan Penelitian
g
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
9
E. Kerangka Pemikiran dan Premis
10
KAJIAN TEORI
A. Konsep Administrasi Pendidikan
B. Manajemen Strategik Dalam Pengembangan SDM ..
14
17
C. Perencanaan Strategik Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur
94
D. Analisis Stakeholder Dalam Perencanaan
Strategik diklat
30
E. Pengembangan Aparatur Melalui Pendidikan
dan Pelatihan
F. Penelitian Pendahuluan Tentang Perencanaan
Strategik
37
45
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metoda Penelitian
50
B. Sumber Data Peneliti
53
C. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
D. Tahap-Tahap Penelitian
55
57
E. Prosedurdan Analisis Data
59
BAB IV IMPLEMENTASI PERENCANAAN STRATEGIK
BADANDIKLATDA PROPINSI JAWA BARAT
A. GambaranUmum Badandiklatda Propinsi Jawa Barat..
62
B. Proses Penyusunan Renstra Badandiklatda
65
C Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Yang Terlibat
Langsung Dalam Proses Penyusunan Renstra
89
D. Analisis Posisi Stakeholder
91
E. Berbagai Kendala Dalam Penyusunan Renstra
91
BAB V PEMBAHASAN IMPLEMENTASI PERENCANAAN STRATEGIK
BADANDIKLATDA PROPINSI JAWA BARAT
A. Penerapan Perencanaan Strategik Pendidikan
danPelatihan Aparatur
B. Keterlibatan Stakeholder Dalam Penyusunan Renstra ....
C. Upaya-Upaya Badandiklatda Dalam Menganalisis
Posisi Stakeholder
D. Analisis SWOT
94
98
99
100
BAB VI ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI
PERENCANAAN STRATEGIK
104
BAB VII KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
B. Implikasi Hasil Penelitian
C. Rekomendasi Hasil Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vn
!jj
1]3
114
DAFTAR TABEL
Nomor
u ,
Halaman
1. Rekapitulasi PNS Berdasarkan Golong Ruang di lingkungan
DINAS/Badan/Lembaga Pemerintahan Prop Jawa Barat sampai
Dengan Desember 2001
4
2.
Rekapitulai PNS pada Pemerintah Kab/Kota se-Jawa Barat
per Desember 2001
4
3.
Rekapitulasi Jabatan Struktural di Lingkungan Kab/Kota se- Jawa
Barat per September 2001
Rekapitulasi Pejabat Fungsional Prop Jawa Barat selain Medis,
5
4.
S
6.
para Medis dan Guru
'
Data perkembangan Widyaiswara dari tahun 1996-2002
Keadaan Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
5
69
Formal
™
7.
Keadaan Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Golongan
71
8.
Keadaan Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Eselon
71
Vlll
DAFTAR BAGAN/GAMBAR
Nomor
u
Paradigma Penelitian
2.
,
Halaman
p
Prosedur Penyusunan Renstra Badandiklatda Prop Jawa Barat
Berdasarkan Premis
P
3.
4.
5.
Wilayah ICerja Administrasi Pendidikan
Dimensi Lingkungan Orgamsasi
Model Manajemen Strategik K. Jouch
17
20
->?
6.
Prosedur Penyusunan Rencana Strategik Model Abin Syamsudin... 27
7.
Data Pihak-pihak yang berkepentingan
Model of The Personnel Development Process
Diagram Pelatihan Model Hadari Nawawi
Tahap-tahap Penelitian
Model perencanaan Whittaker
8
9.
10.
11.
12. Prosedur Penyusunan Perencanaan Strategik Badandiklatda
IX
36
43
44
6)
95
110
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Kegiatan pembinaan Pegawai Negen Sipil (PNS) adalah merupakan
bagian yang integral dari kebijaksanaan pemerintah dalam upaya mewujudkan
good governance, yang salah satu cirinya didukung oleh aparatur pemerintah yang
profesional dan berakhlak mulia. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah terus
berusaha menyempurnakan peraturan perundangan di bidang kepegawaian
melalui penyempurnaan Undang-Undang No. 8 tahun 1974 menjadi UndaneUndang No. 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian beserta peraturanperaturan pelaksanaannya. Salah satu bentuk pembinaan pegawai yang efektif
adalah melalui pendidikan dan pelatihan (diklat).
Dalam setiap organisasi terlebih lagi dalam organisasi pemerintahan.
kegiatan pendidikan dan pelatihan, merupakan faktor yang amat penting. Hal ini
mengingat :
Pertama, para Pegawai Negen Sipil yang menduduki jabatan tertentu pada
umumnya tidak dipersiapkan bahkan cenderung disinggahkan, dengan demikian
mereka tidak dibekali kemampuan, sikap dan keahlian yang relevan dengan syarat
jabatannya. Tidak sedikit PNS menduduki jabatan karena tersedianya formasi
bukan karena keahlian serta prestasi yang telah diraihnya.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat
mempengaruhi terhadap tatanan organisasi. Munculnya jabatan-jabatan bam
sebagai akibat adanya perkembangan Iptek menuntut pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang spesifik, dengan demikian diperlukan adanya upaya-upaya
kongkrit untuk membina para pejabat yang bersangkutan.
Ketiga, promosi jabatan dalam organisasi mempakan salah satu upaya
untuk memberikan penghargaan terhadap PNS yang dinilai berprestasi. Untuk
lebih meningkatkan kineijanya dalam jabatan baru perlu dibekali sikap
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi, dan hal ini pun menuntut
diadakannya pendidikan dan pelatihan.
Keempat, dalam era globalisasi dan reformasi yang syarat dengan
tantangan dan persaingan tidak ada alternatif lain bagi PNS kecuali harus
meningkatkan kualitas profesionalisme sehingga mampu memiliki keunggulan
yang kompetitif, memegang teguh etika birokrasi yang dilandasi dengan akhlakul
kanmah sehingga mampu memberikan layanan kepada masyarakat dengan tingkat
kepuasan yang tinggi. Kondisi ini terwujud manakala PNS selalu mendapat
pembinaan melalui pendidikan dan pelatihan.
Mengingat pentingnya kegiatan pendidikan dan pelatihan PNS ini maka
dalam pasal 31 ayat 1 Undang-Undang No. 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, ditegaskan :
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya,
diadakan pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan
Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu,
keahlian, kemampuan dan keterampilan.
Sebagai tindak lanjut dari kebijaksanaan pemerintah ini, pemerintah
mengganti dan menyempurnakan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1994
tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil dengan Peraturan
Pemerintah No. 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS.
Dalam bab II pasal 2, ditetapkan bahwa tujuan diklat:
a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi
kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi;
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat;
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan
tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya
kepemerintahan yang baik.
Dasar pemikiran kebijaksanaan pendidikan dan pelatihan yang ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2000 ini adalah :
a. diklat merupakan bagian integral dari sistem pembinaan PNS;
b. diklat mempunyai keterkaitan dengan pengembangan karier PNS;
c. sistem diklat meliputi proses identifikasi kebutuhan, perencanaan
penyelenggaraan dan evaluasi diklat;
d. diklat diarahkan untuk mempersiapkan PNS agar memenuhi persyaratan
jabatan yang ditentukan dan kebutuhan organisasi, termasuk pengadaan
kader pimpinan dan staf.
Dalam kaitannya dengan implementasi Undang-Undang No. 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, umsan Pendidikan dan Pelatihan PNS
diserahkan kepada Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota di bawah
pembinaan Lembaga Admimstrasi Negara Republik Indonesia. Pemerintah
Propinsi Jawa Barat yang telah memiliki lembaga pendidikan dan pelatihan
aparatur sejak tahun 1968 berdasarkan SK Gubernur KDH tingkat I Jawa Barat
No. 11-68/A-l/Pendidikan/SK, tanggal 30 September 1968, dikukuhkan
keberadaannya melalui Peraturan Daerah No. 16 tahun 2000 tentang Lembaga
Tekms Daerah menjadi Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah (Badandiklatda),
yang dikepalai oleh seorang kepala dengan berstatus Eselon II, yang bertugas
pokok membantu Gubernur dalam menyusun kebijakan, menyelenggarakan
manajemen dan mengembangkan sistem serta melaksanakan koordinasi teknis
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur di wilayah Propinsi Jawa
Barat.
Dalam era otonomi daerah ini, pembinaan aparatur melalui diklat
diserahkan kepada Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota, dimana
penyelenggaran diklat adalah Badan/Balai/Kantor Diklat yang terakreditasi. Pada
lingkup Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang terdiri dari 24 Kabupaten/Kota bam
memiliki satu Badandiklatda yang terakreditasi yaitu Badandiklatda Propinsi Jawa
Barat. Dengan demikian tugas dan kewenangan Badandiklatda Propinsi Jawa
Barat bukan hanya menyelenggarakan diklat bagi aparatur pemerintah Propinsi,
juga hams memfasilitasi penyelenggaraan diklat bagi aparatur pemerintah
Kabupaten/Kota.
Berdasarkan data dari Biro Kepegawaian Propinsi Jawa Barat, keadaan
pegawai sampai bulan Desember 2001 berjumlah 266.597 terdiri dari aparatur
Propinsi 16.104 dan pemerintah Kabupaten/Kota berjumlah 250.493.
Tabel 1
REKAPITULASI JUMLAH PNS BERDASARKAN GOLONGAN/RUANG
DILINGKUNGAN DINAS/BADAN/LEMBAGA PEMERINTAH PROP
JABAR SAMPAI DENGAN DESEMBER 2001
1No.
Unit Kerja
Golongan
IV
III
Jumlah
II
I
1.
Setda
55
683
2.
Set DPRD
4
59
j>.
Dinas
310
3.802
2.858
342
7.412 !
4.
Badan
122
2.224
1.087 j
203
3.636
5.
Kantor
5
49
1
83
6.
Ex Kanwil
189
1.031
236
3.666
896
16.104 |
431
13
127
28 1
1.040 !
5.495 |
i
Sumber data dari : Biro Kepegaiwaian Setda Prop Jawa Barat
695
1.270
5T
I
Jumlah
101
7.848
i
Tabel 2
REKAPITULASI PEGAWAI NEGERI SD?IL PADA PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA PER DESEMBER 2001
No.
Golongan
1.
IV
8.109
2.
III
140.674
II
83.711
I
17.999
Jumlah
250.493
->
~~mr
Jumlah
Sumber data dari: Biro Kepegawaian Setda Prop. Jawa Barat.
Tabel 3
REKAPITULASI JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN
KABUPATEN/KOTA SEJAWA BARAT PER SEPTEMBER 2001
No.
Unit
Ksselonering
Kerja
1.
Setda
2.
Set DPRD
I/b
Il/a
]
-
Dinas
j.
-
Badan
4.
-
i
5.
Kantor
Il/b
4
Ill/a
13
1
-
i
6.
; Kab. Kota 1
Jumlah
Sumber
j
]
Jari : Biro Keplegawaia n
-
-
1
-
i
167 !
15
-
59
|
103
-
110
-
J
V/a
5
19
13
IV/b
46
-
19
Ket
21
330
478 j
154
226
9
-
10 !
22
431
324
489
476 !
1.742 ;
59
463
547
489
1.085 j
2.644 |
Setda F rop
i
Jawa Barat
j
Adapun jabatan fungsional yang tercatat pada Biro Kepegawaian Prop.
Jawa Barat selain Medis, Paramedis dan Guru, sepert. tertera pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4
REKAPITULASI PEJABAT FUNGSIONAL PROP JAWA BARAT
PERIODE 1989/2001
No.
Jenis Jafung
Golongan
II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Arsiparis
Pustakawan
Sandiman
Operator Trans
III
Jumlah
IV
710
64
-
161
36
-
58
16
117
7
Widyaiswara
Peneliti
Ket
-
-
1046
-
-
774
197
74
124
6
37
43
1
12
13
130
49
1.225
Dalam manajemen kediklatan yang profesional perumusan perencanaan
strategik merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh Badandiklatda
dengan harapan dapat mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja sebagai salah
satu prasyarat untuk terwujudnya Badandiklatda yang baik dan terpercaya. Hal ini
selaras dengan Instruksi Presiden NO. 7tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP) yang menetapkan pada tanggal 30 September 1999,
setiap instansi pemerintah sampai tmgkat eselon II telah mempunyai Perencanaan
Strategik tentang program-program utama yang akan dicapai dalam 1 (satu)
sampai dengan 5 (lima) tahun.
Yang dimaksud dengan perencanaan srategik dalam pedoman penyusunan
sistem AKIP dikemukakan :
Merupakan suatu proses yang beronentasi pada hasil yang ingin dicapai
selama kurun waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan
potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana startegik
mengandung visi, misi, tujuan/sasaran dan program vang realistis dan
mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat dicapai.
Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, (1994:53) dikemukakan :
Perencanaan stratagik yang sering pula disebut perencanaan jangka
panjang, adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut tujuan jangka
panjang organisasi, kebijakan yang harus diperhatikan, serta strategi yang harus
dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dari pengertian di atas dapat dilihat karaktenstik perencanaan strategik
yaitu : (1) merupakan kerangka dasar yang dapat dipakai pedoman untuk
penyusunan rencana yang lebih rinci; (2) mempunyai kurun waktu yang lebih
panjang dari pada perencana operasional; (3) membantu organisasi untuk
mengarahkan sumber dayanya pada aktivitas yang mempunyai prioritas tinggi; (4)
merupakan kegiatan pucuk pimpinan dengan demikian mereka harus terlibat
secara aktif dalam proses penyusunannya.
Bedasarkan uraian di atas diperoleh gambaran bahwa dalam perencanaan
startegik Bandiklatda memerlukan integrasi antara keahlian sumber daya manusia
agar mampu menjawab tantangan dan tuntutan perkembangan lingkungan
strategik, rasional dan global. Analisis terhadap lingkungan organisasi baik
internal maupun ekstemal merupakan langkah yang sangat penting dalam
memperhitungkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada.
Analisis terhadap unsur-unsur tersebut sangat penting dan merupakan dasar bagi
perwujudan visi dan misi serta strategi Badandiklatda.
Perencanaan startegik sebagai suatu sistem terdiri atas berbagai subsistem,
yang antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Salah satu subsistem
yang sangat strategik posisinya dalam perencanaan startegik adalah stakeholder
karena mereka sangat berpengaruh terhadap perumusan visi dan misi organisasi.
Yang dimaksud dengan stakeholder disini menurut Rochmat Wahab dan Ananto
Kusuma Seta (1998:1) "... adalah pihak-pihak baik di dalam maupun di luar
organisasi yang mempunyai kepentingan dan pengaruh terhadap organisasi."
Berdasarkan fakta yang ada, Badandiklatda telah memiliki perencanaan
strategik untuk tahun 2001-2005 sesuai dengan acuan yang ditetapkan pada Inpres
No. 7 tahun 1999 tentang AKIP. Akan tetapi dalam proses penyusunan
perencanaan strategik tersebut berdasarkan pengamatan awal peneliti diperoleh
kesan bahwa keberadaan stakeholder baik internal maupun ekstemal belum
diposisikan sebagaimana mestinya.
Padahal keberadaan mereka sangat
mempengaruhi proses penyusunan perencanaan strategik tersebut maupun dalam
implementasinya. Bahkan seyogyanya Badandiklatda memposisikan mereka pada
posisi yang strategis melalui analisis yang rasional.
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti tertarik
untuk meneliti sejauh mana kepekaan Badandiklatda dalam menganalisis posisi
stakeholder untuk dilibatkan secara optimal dalam perencanaan strategik.
B. Perumusan Masalah
Perencanaan diklat akan efektif manakala didukung oleh semua
komponen, termasuk di dalamnya stakeholder yang keberadaannya memiliki
posisi yang sangat strategis karena dapat membantu para pengelola dalam
menganalisis lingkungan secara akurat dan rasional.
Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan kaj
keterlibatan stakeholder dalam perencanaan strategik pendidikan dan1
aparatur pemerintahan pada Bandiklatda Propinsi Jawa Barat.
Pokok permasalahan yang layak untuk diteliti adalah : Sejauhmana
keterlibatan stakeholder dalam perencanaan strategik aparatur pemerintahan
Propinsi Jawa Barat.
Dengan asumsi yang akan dikembangkan apabila Badandiklatda dalam
menganalisis posisi stakeholder menghasilkan kajian yang tepat, maka akan
menghasilkan kontribusi yang besar dalam proses perencanaan tersebut dan akan
memperlancar jalannya implementasi perencanaan strategik.
C. Pertanyaan Penelitian
Untuk lebih mempertajam sasaran penelitian rumusan pertanyaan
dijabarkan lagi ke dalam spesifikasi pertanyaan sebagai berikut:
1. Prosedur apakah yang ditempuh Badandiklatda dalam merumuskan
perencanaan strategik pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah
Propinsi Jawa Barat ?
2. Pihak-pihak yang berkepentingan manakah yang terlibat langsung dalam
perencanaan strategik diklat tersebut ?
3.
Upaya-upaya apakah yang dilakukan Badandiklatda dalam menganalisis
posisi stakeholder agar dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam
perencanaan strategik diklat tersebut ?
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.
Secara umum penelitian bertujuan untuk membuat disknpsi dan analisis
tentang keterlibatan stakeholder dalam perumusan perencanaan strategik
pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintahan. Dan secara khusus penelitian
dimaksudkan untuk :
1. Mengumpulkan informasi tentang langkah-langkah yang dilakukan
Badandiklatda dalam proses perumusan perencanaan strategik diklat.
2. Mengumpulkan informasi tentang keterlibatan stakeholder dalam
perencanaan strategik diklat.
3. Mengkaji dan menganalisis posisi stakeholder dalam perencanaan
strategik diklat untuk lebih dikembangkan menjadi suatu sistem
perencanaan yang efektif
Adapun manfaat yang diinginkan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Mengimplementasikan kajian teoritis tentang analisis posisi stakeholder
dalam suatu perencanaan strategik diklat aparatur pemerintahan, agar
keberadaanya labih berhasil dan berdaya guna.
2. Membantu Badandiklatda dalam membuat suatu sistem perencanaan
strategik melalui pendekatan analisis stakeholder.
E.
Kerangka Pemikiran dan Premis.
1. Kerangka Pemikiran
Badandiklatda adalah satu-satunya Lembaga Teknis Daerah yang
bertugas pokok menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi
aparatur pemerintah di lingkungan Propinsi Jawa Barat. Oleh karena itu
dalam melaksanakan tugasnya seyogyanya lembaga ini dikelola secara
profesional.
Sebagai langkah awal Badandiklatda berkewajiban menyusun
pedoman umum sebagai kerangka dasar bagi kegiatan operasional dalam
bentuk perencanaan strategik, yang substansinya menampung barbagai
aspirasi, keinginan, kebutuhan serta harapan para stakeholder. Dengan
demikian dalam proses penyusunan perencanaan strategik pendidikan dan
pelatihan aparatur keterlibatan stakeholder baik internal maupun ekstemal
merupakan hal yangsangat strategis.
Mengmgat hal tersebut, Badandiklatda dituntut memiliki kejelian
dalam mengidentifikasi dan memetakan stakeholder sehingga dapat
diposisikan secara proporsional. Dengan demikian diharapkan kehadiran
stakeholder dapat memberikan kontribusi besar terhadap kualitas substansi
perencanaan stategik Badandiklatda.
2.
Premis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas maka dalam
penelitian ini penulis mengajukan premis sebagarbenkut:
a. Prosedur penyusunan perencanaan strategik berdasarkan kajian
manajemen strategik dilakukan melalui tahap-tahap : pertama tahap
diagnosis yaitu proses pengumpulan berbagai informasi dan
mengkajmya secara mendalam untuk diperoleh pemahaman tentang
kekuatan dan kelemahan organisasi, serta mengkaji faktor-faktor
peluang dan tantangan sehingga menghasilkan isu-isu strategis yang
hams dihadapi organisasi tersebut. Tahap kedua menetapkan visi, misi,
10
tujuan, strategi dan kebijakan berdasarkan hasil kajian isu-isu pertama
yang kemudian disusun dalam bentuk dokumen Renstra. (Burhan;
1994, Bryson; 2001, Freeman; 1984)
b. Menyusun perencanaan strategik harus mampu menyerap aspirasi,
keinginan, harapan maupun tuntutan dan stakeholder baik yang ada di
dalam maupun di luar organisasi sehingga semua pihak mempunvai
rasa memiliki dan punya pandangan yang sama terhadap visi dan misi
organisasi (Burhan; 1994, Bryson; 2001, Freeman; 1984)
Berdasarkan kedua premis diatas, penulis menetapkan paradigma
penelitian seperti tertera pada gambar 01 dibawah ini.
11
PEMERITAH
PROPINSI
I
BADANDIKLATDA
I
ANALISIS POSISI
STAKEHOLDER
I
PEMETAAN :
- KETERDUGAAN
- KEPENTINGAN
- INTEREST
EKSTERNAL
POTENSI DAN
KELEMAHAN
PELUANG DAN
ANCAMAN
Feed Back
PERENCANAAN
Teed Back
STRATEGIK DIKLAT
PROGRAM DIKLAT
USER
IMPLEMENTASI
AKIP
Gambar 01 Paradigma Penelitian
12
TIM PENYUSUNAN
PERENCANAAN STRATEGIK
ALUMNI
E -L'- »~" •:•/..
•"
• s: • .ii::-::.':xi:'ix:
" :-
• "»^ ;""a"
" •. • . j i':'. •j£ln
;-£r!"S\5 Cal'::!:::. i
."D A--;'-
. z-i-.z:&-i:y*U:: sr- ssJk!.'
J J £_ j"-- . •
rS!»
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini diarahkan pada metode deskriptif analisis melalui
pendekatan kualitatif, fenomena yang ada di desknpsikan terlebih dahulu
kemudian di analisis secara mendalam berdasarkan kajian teoritis.
Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2001:3) yang dimaksud dengan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Dengan
demikian pendekatan ini tidak mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagaitagian dari kesatuan.
Selanjutnya Moleong (2001:4-8) mengungkapkan ada 11 ciri penelitian
kualitatif (1) Latar alamiah dalam mana penelitian dilakukan pada konteks dari
suatu keutuhan (entity); (2) Manusia sebagai alat (instrument) dalam hal ini
peneliti sendiri di bantu oleh orang lain merupakan alat pengumpul data yang
utama. Dengan asumsi bahwa manusialah yang dapat menyesuaikan terhadap
kenyataan, manusia yang dapat berhubungan dengan responden, hanya manusia
yang mampu memahami keterkaitan kenyataan di lapangan; (3) Metode kualitatif,
hal dipandang lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden,
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri; (4) Analisis data secara induktif
dengan alasan, pertama proses induktif lebih dapat menemukan kenyataankenyataan ganda sebagai yang terdapat dalam data; kedua dapat membuat
hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dikenal dan akuntabel; ketiga
lebih dapat menyesuaikan latar secara utuh; keempat dapat menemukan pengaruh
bersama yang mempertajam hubungan- hubungan; terakhir dapat
Wiemperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik;
51.
(5) Teori dari dasar (grounded theory), penelitian lebih menghendaki arah
bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data; (6) Deskriptif, data
yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Laporan
penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, foto, vidio tape,
dokumen pribadi, dokumen resmi dan Iain-lain; (7) Lebih mementmgkan proses
dari pada hasil, hal ini agar lebih jelasnya hubungan bagian-bagian yang sedang
diteliti; (8) Adanya batas yang ditentukan oleh fokus. Batas akan menentukan
kenyataan ganda yang kemudian mempertajam fokus. Penetapan fokus dapat lebih
dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus; (9) Adanya kriteria
khusus untuk keabsahan data. Dalam hal ini peneliti kualitatif telah melakukan
redefinisi tentang validitas, rehabilitas dan objektifitas dalam versi penelitian
klasik; (10) Desain yang bersifat sementara, desain dirancang secara tentatif dan
terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan; (11) Hasil penelitian di
rundingkan dan disepakati bersama. Dalam kaitannya dengan penelitian kualitatif
ini, Nasution (1996:8-9) menyebutnya dengan penelitian naturalistik kualitatif dan
memiliki ciri-cin antara lain : (a) data diperoleh langsung dari setting alam; (b)
penentuan sampel ditentukan secara purposive; (c) instrumen utama adalah
peneliti; (d) bersifat deskriptif analitik dengan demikian lebih menekankan proses
dari pada hasil; (e) pendekatan analisis dilakukan secara mduktif; (f)
mengutamakan makna yang terkandung dibalik data.
Dalam penelitian kualitatif, pengertian dan hasil interpretasi yang
diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai
sumber data. Hal ini disebabkan : pertama susunan kenyataan dari merekalah
yang akan diangkat oleh peneliti; kedua, hasil penelitian bergantung pada hakikat
dan kualitas hubungan antara pencan dengan yang dican; ketiga, konfirmasi
hipotesis kerja akan menjadi lebih baik venfikasinya apabila diketahui dan
konfirmasikan oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan yang diteliti.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen
penelitian yang utama adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini, peneliti akan
menganalisis tentang prosedur penyusunan perencana strategik pendidikan dan
52
pelatihan aparatur dan menganalisis posisi stakeholder dalam proses penyusunan
perencana strategik tersebut pada Badandiklatda Propinsi Jawa Barat. Analisis
secara mendalam berdasarkan kajian teori, setelah diperoleh gambaran yang jelas
dan lengkap tentang aspek-aspek yang diteliti.
B. Sumber Data Peneliti
Penelitian yang berkualitas akan sangat ditentukan oleh sumber data yang
berada pada lokus penelitian. Dalam penelitian kualitatif, menurut Lotland dan
Lotland (Moleong, 2001:112) sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan Iain-lain. Berkaitan dengan
hal itu pada kajian ini jenis datanya dikaji ke dalam kata-kata dan tindakan,
sumber data tertulis, foto dan statistik.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka yang dijadikan sumber data
oleh penulis meliputi :
1.
Kata-kata dan tindakan.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
berperan serta merupakan hasil antara gabungan dari kajian melihat,
mendengar dan bertanya. Mengingat peneliti menjadi pengamat berperan serta
pada latar penelitian ini, maka ketiga gambaran secara efektif, walaupun
ketiga kegiatan tersebut adalah kegiatan yang biasa dilakukan secara sadar,
terarah guna diperolehnya informasi yang diperlukan.
2.
Sumber tertulis.
Sumber tertulis merupakan sumber kedua setelah kata-kata dan tindakan,
akan tetapi sumber data ini tidak bisa diabaikan, sumber data yang dalam
bentuk tulisan ini meliputi dokumen resrni dalam bentuk laporan, buietin,
pedoman-pedoman kerja, dokumen perencanaan, hasil evaluasi dan data-data
Badandiklatda Propinsi Jawa Barat yang tersimpan di unit kearsipan.
53
3.
Foto
Foto merupakan data deskriptif yang cukup berharga dan akan digunakan
oleh peneliti untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya akan digunakan
secara induktif, foto yang akan peneliti gunakan sebagai sumber data ialah :
(1)
Foto yang diambil sendiri oleh peneliti di latar penelitian.
(2)
Foto yang dihasilkan oleh orang lain sebagai dokumen resmi dari
berbagai kegiatan Badandiklatda.
Tempat pelaksanaan penelitian seperti yang telah diuraikan terdahulu
adalah di Badandiklatda Propinsi Jawa Barat dengan fokus masalah adalah proses
penyusunan perencanan strategik dan bagaimana keterlibatan stakeholder dalam
proses penyusunan tersebut. Dalam menentukan mfonnan awal ini peneliti
menggunakan teknik purposive sampling dengan memilih staf pimpinan di
Badandiklatda mulai dari Kepala Badan, Sekretaris, Kepala-Kepala Bidang yang
selanjutnya menggelinding ke sumber data lainnya baik itu sumber data manusia,
dokumentasi, data statistik atau pun situasi yang sesuai dengan kebutuhan data
yang diperlukan.
Dalam menentukan dan menetapkan informan baik awal atau benkutnya,
peneliti berpegang pada persyaratan informan sebagai benkut:
(1) Mereka yang terlibat langsung/partisan dalam penyusunan perencanaan
strategik Badandiklatda Propinsi Jawa Barat.
(2) Mereka yang tidak terlibat langsung tetapi dipandang menguasai atau
memahami
tentang
proses
penyusunan
perencanaan
strategik
Badandiklatda.
(3) Mereka yang memiliki waktu dan kesempatan untuk dimintai keterangan
yang diperlukan.
54
C. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data.
Teknik penelitian sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah
satu unsur yang sangat penting. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan
bersifat deskriptif analitik yang lebih menekankan pada perekaman situasi yang
terjadi dalam konteks masalah yang dibahas. Oleh karena itu alat utama bagi
pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Sejalan dengan hal tersebut, E. Kusmana (1984:94) menjelaskan bahwa
metode deskriptif analitik memungkinkan adanya suatu langkah evaluatif atau
keadaan yang nyata terjadi, juga memungkinkan peneliti memberikan masukan-
masukan yang dianggap berguna dan bermanfaat dari aspek yang dikaji atau
ditelaah terhadap masalah di lapangan. Dengan demikian hasilnya akan
memberikan suatu analisa yang lebih mendalam terhadap kondisi yang terjadi.
Dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang penulis butuhkan
dilapangan, penulis menggunakan :
(1) Pengamatan (observasi).
Menurut Moleong (2001:126). pengamatan dapat diklasifikasikan atas
pengamatan melalui cara berperan serta dan yang tidak berperan serta. Dalam
pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu fungsi yaitu
mengadakan pengamatan. Pengamat berperan serta melakukan dua peranan
sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi angota resmi dari
kelompok yang diamatinya.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan berperan serta karena
peneliti sekaligus melakukan dua peran yaitu sebagai pengamat dan anggota resmi
yang diamati.
(2) Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara disini ialah pcrcakapan dengan para
pelaku dilapangan dengan maksud untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya.
Maksud dari pada wawancara ini menurut Lincoln dan Guba (Moleong,
2001:135) antara lain : mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan,
55
/m.
} •'/
I
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan Iain-lain 'kebltlatorj
mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialannma^"
lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk
dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas
informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia
(tnanggulasi); dan memverifikasikan, mengubah dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti.
Dalam hubungan dengan instrumen im, peneliti menggunakan teknik
wawancara dengan pendekatan petunjuk umum wawancara. Dimana peneliti
terlebih dahulu membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok pertanyaan yang
akan disampaikan di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh kebulatan
data yang mengarah kepada upaya menjawab pertanyaan peneliti.
(3) Catatan lapangan.
Catatan lapangan merupakan hal yang sangat penting
pada waktu
melakukan pengamatan atau wawancara dengan para responden. Catatan sangat
berperan sebagai alat perantara antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan.
dicium, diraba, dengan catatan yang sebenarnya. Catatan ini akan dilihat dan
disusun secara naratif sehingga merupakan informasi yang akurat untuk
mendukung pembahasan masalah penelitian.
Pada dasamya catatan lapangan ini berisi dua bagian. Pertama, bagian
deskriptif yang berisi gambaran tentang latar pengamatan orang, tmdakan dan
pembicaraan. Kedua, bagian reflektif yang berisi kerangka berpikir dan pendapat
peneliti, gagasan dan kepeduliannya (Bogdan dan Bakler, 1982)
(4) Dokumen.
Dokumen yang dimaksud disini ialah setiap bahan yang tertulis atau
terekam baik dalam bentuk film, pita rekaman atau CD, foto dan Iain-lain yang
ada keterkaitannya dengan masalah yang diteliti. Dokumen mempakan sumber
data yang sangat penting, karena sifatnya stabil, kaya dan kontributif untuk
dimanfaatkan dalam menguji, menafsirkan dan bahkan meramalkan sesuatu.
56
Dokumen ini menurut Moleong (2001:161/162) teridiri dari : Dokumen
pribadi yaitu catatan atau karangan secara tertulis tentang tindakan, pemyataan
dan kepercayaannya. Dokumen resmi terdiri dari internal dan ekstemal. Dokumen
internal terminal memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga risalah
rapat, aturan kantor dan Iain-lain. Dokumen demikian dapat menyajikan infonnasi
tentang keadaan, aturan, disiplin dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya
kepemimpinan. Dokumen ekstemal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan
oleh suatu lembaga misalnya makalah, buletin, pemyataan di media massa dan
sebagainya. Kajian isi atau content analysis yaitu suatu teknik penelitian untuk
keperluan mendeskripsikan secara objektif sistematis dan kuantitatif tentang data
atau dokumen hasil temuan di lapangan. Dalam hal ini Weber (Moleong,
2001:163) menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari
sebuah buku atau dokumen.
D. Tahap-Tahap Penelitian
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa dalam penelitian kualitatif
peneliti sebagai alat utama, hal ini merupakan ciri spesifik yang membedakan
dengan penelitian kuantitatif demikian pula halnya dalam tahapan penelitian,
langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti memiliki spesifikasi tersendiri.
Menurut Nasution (1992:5) langkah penelitian meliputi tahapan : (1) Orientasi;
(2) Eksplorasi; dan (3) Member check.
Bogdan (Moleong, 2001:85) menyajikan tiga tahapan yaitu (1) Pra
lapangan; (2) Kegiatan lapangan; dan (3) Analisis mtensif. Lebih rinci lagi,
Lotland dan Lofland (Moleong, 2001:85) mengajukan 11 langkah yaitu (1) Mulai
dan tempat anda berada; (2) Menilai latar penelitian; (3) Masuk lapangan, (4)
Bersama lapangan; (5) Mencatat dengan hati-hati; (6) Memikirkan satuan; (7)
Mangajukan pertanyaan; (8) Menjadi tertarik; (9) Mengembangkan analisis; (10)
Menulis laporan dan (11) Membimbing akibat.
57
Dari ketiga pendapat tersebut, penulis memilih dan memodifikasi tahapan
penelitian sebagai berikut:
Tahap Pra lapangan :
Dalam tahapan ini beberapa kegiatan yang peneliti lakukan meliputi :
(a)
menyusun rancangan penelitian, tennasuk didalamnya mempersiapkan
instrumen yang akan digunakan; (b) menentukan lapangan penelitian, dalam hal
ini penulis mempertimbangkan teori substantif dalam hal ini perencanaan
strategik pendidikan, untuk kemudian menjajaki lapangan untuk melihat sejauh
mana
kesesuaian
dengan
kenyataan
yang
ada
dalam
lapangan;
(c)
menyelesaikan penzinan meliputi : (1) meminta surat pengantar dari PPS-UP1;
(2) menyampaikan surat izin tersebut kepada instansi yang dijakdikan lokus
penelitan yaitu Badandiklatda Propinsi Jawa Barat; (3) mempersiapkan
persyaratan yang diperlukan. (d) melakukan pendekatan dengan para responden
untuk meminta kesediannya membenkan informasi yang dibutuhkan.
Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini mempakan tahap penelitian, yakni menjaring data yang
dibutuhkan peneliti sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam hal ini
peneliti melakukan wawancara dengan para responden yang dipandang
representatif yang memungkinkan terjadinya data yang akurat.
Untuk lebih melengkapi data peneliti juga melakukan studi dokumentasi
dengan harapan dapat memperoleh fakta yang lebih aktual yang ada
keterkaitannya
dengan
proses penyusunan perencanaan
strategik pada
Badandiklatda Propinsi Jawa Barat.
Tahap Member Check
Pada tahapan ini peneliti melakukan pengkajian data untuk melihat tingkat
akurasi sehingga data yang akan dianalisis dapat dipertanggungjawabkan, untuk
itu penulis melakukan konfirmasi ulang kepada responden yang ada.
Selanjutnya untuk melakukan pengecekan akhir tentang keabsahan data, peneliti
melakukan trianggulasi dengan memilih responden atau nara sumber sebagai
58.
pembanding data dan informasi. Pelaksanaanya dilakukan bersamaan pada tahap
eksplorasi data sehingga peneliti dapat mengoptimalkan waktu serta tenaga,
sedang data yang dikomparasi dirasakan masih segar. Responden yang dipilih
adalah para pejabat struktural dan fungsional yang tidak dikategorikan sebagai
responden utama.
E.
Prosedur Dan Analisis Data
Persoalan yang dihadapi oleh peneliti kualitatif dalam menganalisis data
adalah tidak adanya prosedur baku yang dapat dijadikan pedoman atau pola
analisis. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (1998) yang menyatakan
bahwa analisis data memerlukan kreativitas serta kemampuan intelektual yang
tinggi dari peneliti. Lagi pula tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk
mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metoda
yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.
Data yang telah terkumpul dianalisis secara induktif dan berlangsung
selama pengumpulan data di lapangan serta dilakukan secara terus menerus.
Prosedur kegiatan yang dilakukan meliputi : mereduksi data, menyajikan data,
display data, menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi (Nasution 1992,
Moleong 2001).
Yang dimaksud dengan mereduksi data yaitu proses membuat abstraksi
data. Abstraksi merupakan usaha peneliti untuk membuat rangkuman yang inti,
proses, dan pemyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya
(Moleong 2001:190).
Display data adalah laporan data yang sudah direduksi untuk dilihat
kembali
gambarannya
secara
keselumhan.
Kemudian
peneliti
menarik
kesimpulan dan verifikasi, hal ini dilakukan sejak awal terhadap data yang
diperoleh. Dalam hal ini grounded theory diterapkan, makin banyak data yang
terkumpul maka
kesimpulan sementara yang dibuat makin memiliki nilai
59
keakurasian tinggi. Oleh karena itu verifikasi terhadap kesimpulan sementara
terus berlanjut sampai diperolehnya kesimpulan penelitian.
Kriteria reduksi data yang peneliti gunakan adalah : (1) mengarahkan
perhatian langsung kepada fenomena dari pangalaman sebagaimana fenomena
tersebut manampakkan dirinya; (2) mendeskripsikan pengamatan dan tidak
menerangkan; (3) memberikan pembobotan secara horizontal terhadap semua
fenomena yang secara langsung menampakkan diri; (4) mencari dan meneliti
struktur dasar fenomena tersebut untuk mengurangi tingkat keragaman.
Kriteria pertama mengisyaratkan patokan atau acuan yang berhubungan
dengan transformasi pengalaman dari pengamalan dasar terhadap pengamatan
lapangan. Patokan kedua berarti peneliti mengungkapkan suatu bidang-bidang
murni tanpa dibumbui keterangan subjektif dengan harapan mgin menjelaskan
apa yang dibalik fenomena tersebut. Patokan yang ketiga memberikan kepada
peneliti untuk tidak terkontaminasi oleh anggapan bahwa realita yang satu lebih
penting dari yang lain, menghindarkan diri dari penangguhan keputusankeputusan atau anggapan yang mungkin menggangu pembacaan fenomena
sebelum terungkap kejelasan yang nyata. Pada patokan keempat berkaitan
dengan tahapan ideasi dalam rangka mengungkap struktur dasar yang melandasi
sasaran pengamatan tersebut.
Dalam menguji keabsahan data atau infonnasi selama penelitian ini,
digunakan beberapa teknik antara lain perpanjangan jangkauan waktu penelitian
di lapangan, diskusi dengan kawan sejawat, meningkatkan
intensitas
pengamatan dan trianggulasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2001)
bahwa dalam menguji keabsahan data diggunakan 7 teknik, yaitu perpanjangan
kehadiran peneliti/pengamat , pengamatan terns menerus, trianggulasi, diskusi
dengan kawan sejawat, analisis kasus negatif, pengecekan atas kecukupan
referensial dan pengecekan anggota.
Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan penelitian dapat dilihat pada bagan
sebagai berikut:
60
TAHAPI
STUDI KEPUSTAKAAN
PRA LAPANGAN
i
+
PENGAMATAN AWAL
DOKUMENTASI
PENYUSUNAN
DESAIN PENELITIAN
PENYELESAIAN
ADMINISTRATE
TAHAP II
PENGUMPULAN
AZAS
DATA
TRIANGGULASI
OBSERVASI
DOKUMENTASI
KEGIATAN
LAPANGAN
WAWANCARA
KLASIFIKAS1
KONSEP TEORI
DATA
ANALISIS DATA
TAHAP 111
PENGUMPULAN
ANALISIS DATA
MEMBER CHECK
TRIANGGULASI
~1
PERPANJANGAN WAKTU
DISKUSI
OBSERVASI
DOKUMENTASI
KLASIFIKASI
ANALISIS
PEMAKNAAN
TAHAP IV
DRAFT LAPORAN
LAPORAN PENELITIAN
SEMINAR DRAFT
LAPORAN
GAMBAR 10 TAHAP-TAHAP PENELITIAN
61
;!.. , .•?."»:.»:.h jta
J
BAB V
*),.'