Kinerja Aparatur Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat (BNP Jabar)

(1)

Bahwa yan bertanda tangan di bawah ini, penulis dan pihak instansi pemerintahan tempat

penelitian, bersedia:

ooBahwa hasil penelitian dapat di onlinkan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan"

Bandung,4 Agustus 2012

Penulis,

&.\^=(?

ru

*oou#1l,l-_rra

n fi dz i r b ra h im

41?03020 Pembina

NIP.19641008 199803 I 001


(2)

(Study pada e-library Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (e-Library P4GN))

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

MOHAMMAD SAHAL TANFIDZI IBRAHIM NIM. 41708020

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

BANDUNG


(3)

(4)

iii

(Study pada e-library Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (e-Library P4GN))

Bahaya narkoba dan HIV/AIDS merupakan salah satu permasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini, karena permasalahan narkoba dan HIV/AIDS bukan hanya merupakan masalah dibidang kesehatan saja, akan tetapi juga menyangkut berbagai bidang antara lain bidang sosial, ekonomi, kriminal, budaya, agama dan lain-lain. Provinsi Jawa Barat selaku pemerintah daerah dalam hal ini ikut berperan serta mensukseskan program “Indonesia bebas narkoba 2015” dengan membentuk lembaga non struktural Pemerintah Provinsi Jawa Barat atau di bidang ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika ,psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya yaitu Badan Narkotika Provimsi Jawa Barat. Salah satu Program Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat yaitu e-library P4GN. Maka dari itu aparatur sangant diharapkan memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, terutama dalam penggunaan system aplikasi e-library P4GN.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari aspek penilaian kinerja, yaitu tingkat efektifitas yang meliputi sumberdaya manusia, program kerja dan kebijakan. Efisiensi terdiri dari waktu dan biaya. Keamanan dari Prosedur kerja. Kepuasan dari standar pelayanan yang terdiri dari produk pelayanan, sarana dan prasarana, dan kompetensi aparatur. Teori ini berdasarkan dari teori Muhamad Ilham.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi pustaka, studi lapangan dan observasi serta melakukan wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah aparatur Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat yang mengoperasikan e-library P4GN dan masyarakat yang mengguanakan e-library P4GN. Penentuan Informan dengan menggunakan teknik Purposif.

Berdasarkan hasil penelitian, Kinerja aparatur Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat dalam mengoperasikan e-library P4GN cukup berjalan dengan baik. Dapat dilihat dari efektifitas kinerja aparatur dan efisiensi serta keamanan yang terjamin dan kepuasan pelanggan masyarakat yang baik. Perilaku aparatur Badan Narkotika Provinsi Jabar dalam melaksanakan kerja bersifat normatif. Tanggapan masyarakat dalam menggunakan sistem aplikasi e-library P4GN dinilai masyarakat sudah cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa aparatur Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat sudah menjalankan kinerja dengan baik.


(5)

iv

Dangers of drug abuse and HIV / AIDS is one of the main problems faced by Indonesia today, because of drug problems and HIV / AIDS is not just a problem in the field of health alone, but also involves a variety of fields including social, economic, crime, culture, religion and others. West Java province as the local government in this program contributed to the success of the "drug-free Indonesia by 2015" with the non-structural form of West Java Provincial Government or in the availability, prevention, mitigation and eradication of abuse and illicit narcotics, psychotropic substances and precursor other addictive is Provimsi Narcotics Agency of West Java. One of the Program Narcotics Agency of West Java province, namely the e-library P4GN. Thus the apparatus sangant expected to provide the public with good, especially in the use of e-library system P4GN.

Theory used in this study can be seen from the aspect of performance assessment, the level of effectiveness which include human resources, work programs and policies. Efficiency of time and cost. Security of employment procedure. Satisfaction of service standards which consist of products of services, facilities and infrastructure, and personnel competence. This theory is based on the theory of Muhammad Ilham.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. The data collection techniques are performed in this study is a literature study, field studies and observations and interviews. Informants in this study is the apparatus of the West Java Provincial Narcotics Agency which operates an e-library and community P4GN mengguanakan P4GN e-library. Informants determination using purposive technique.

Based on research results, performance apparatus Narcotics Agency of West Java province in operating e-library P4GN run well enough. Can be seen from the performance effectiveness and efficiency, and security personnel are guaranteed and customer satisfaction are good people. Behavior of West Java Province Narcotics Agency personnel in carrying out the normative work. The response in using the e-library system P4GN assessed community has been good enough. This indicated that the apparatus Narcotics Agency of West Java Province has been running fine performance.


(6)

v

memberikan segala nikmat dan ilmu pengetahuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, dimana dalam perjalanan dakwahnya Nabi menjelaskan tentang kehidupan bernegara yang baik.

pada kesempatan ini peneliti mengambil judul “Kinerja Aparatur Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat (BNP JABAR) (study pada e-library pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (e-library P4GN)).

Sehubungan dalam tahap pembelajaran peneliti meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan, peneliti meminta saran dan kritiknya sebagai bahan acuan dalam penulisan berikutnya.

Peneliti banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak dan memberi bimbingan, dorongan dan segala fasilitas yang bermanfaat. Untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Nia Karniawati, S.IP., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan, Dosen Wali, dan juga sebagai Dosen Pembimbing Peneliti yang telah memberikan bimbingan, dan saran-saran, serta Motivasi kepada Peneliti. 3. Ibu Dr Dewi Kurniasih.S.IP.,M.Si dan Ibu Tatik Rohmawati.S.IP.M.Si selaku

penguji pada siding skripsi.

4. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah membantu kelancaran peneliti dalam melaksanakan Penelitian.


(7)

vi

rpuasa dan ber doa‟a, Teh Sarah, Wibik dan Adikku yang paling kecil Sheha yang selalu memberikan dorongan yang sangat Luar Biasa.

7. Grup WI Asmar Muthmainnah yang tidak lain adalah ketiga Pamanku yaitu H.Atar, Odang Saepul Faqih, dan Soni Abdul Farid yang selalu bisa menggantikan sosok seorang Ayah disaat Beliau tidak ada.

8. KH. Aceng Aan Mustafa Kamil sebagai sosok Cahaya Kehidupan dan Bapak Ruh yang senantiasa membimbing masalah Kerohanian peneliti

9. Sahabat terbaik saya Habib Mukhtar Badruttamam yang selalu memberikan contoh perjuangan dan ceramah-ceramah merdu disaat peneliti dalam keadaan yang sulit.

10. Difka Yulianty satu-satunya sahabat perempuan peneliti selama berada di Unikom yang merupakan teman berjuang dalam belajar dan berorganisasi. 11. Sahabat-sahabat peneliti Dading Kalijayadih dan Segar Dezy Aji Susilo. 12. Sahabat-sahabat Formakom Bung Alfian Al-ayyubi, Yusuf Suparman, Herry

Wibowo dan Azis Muttaqin.

13. Teman-teman di HIMA Ilmu Pemerintahan Unikom angkatan 2010-2011, Anjas Wiguna Priyadi, Siti Hajar Astari dan Pebriani Laelatus Sadiyah dll. 14. Teman–teman di Program Studi Ilmu Pemerintahan angkatan 2008.

15. Semua pihak yang telah memberikan dukungan bagi peneliti

Semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi peneliti dan bagi pihak Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat serta pembaca pada umumnya.

Bandung, Agustus 2012


(8)

vii LEMBAR PENGESAHAN... LEMMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………..……… 1.2 Identifikasi Masalah……….………... 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………..…………..…………....

1.4 Kegunaan Penelitian………...………….……..………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka..………..………. 2.1.1 Kinerja Aparatur…...…..…………...………. 2.1.1.1 Pengertian Kinerja ………. 2.1.1.2 Pengertian Aparatur……….…………. 2.1.1.3 Pengertian Kinerja Aparatur………. 2.1.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Aparatur….. 2.1.2 Narkotika ………...

2.1.2.1 Pengertian Narkotika………..……….. i ii iii iv v viii xiii xiv xv xvi 1 6 6 7 8 8 8 12 14 15


(9)

viii

peredaran gelap narkotika ………. 2.1.3 Pengertian E-library..…………..………. 2.2 Kerangka Pemikiran………..………...………

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ………...……...………...

3.1.1 Provinsi Jawa Barat………....………... 3.1.1.1 Visi Provinsi Jawa Barat………... 3.1.1.2 Misi Provinsi Jawa Barat………... 3.1.2 Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat……...………...

3.1.2.1 Sejarah Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat………... 3.1.2.2 Visi dan Misi Badan Narkotika Provinsi Jawa

Barat………... 3.1.2.3 Fungsi dan Tugas Badan Narkotika Provinsi Jawa

Barat………...

3.1.2.4 Struktur Organisasi Badan Narkotika Provinsi Jawa Bara………... 3.1.3 Gambaran Umum Gambaran Umum e-library P4GN di Badan

Narkotika Provinsi Jawa Barat ………. 3.1.3.1 Tujuan e-library P4GN………... 3.1.3.2 Cara menjalankan Aplikasi e-library P4GN... 3.2 Metode Penelitian………...

3.2.1 Desain Penelitian………..

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data……….

3.2.2.1 Studi Pustaka………..

23 23 26 37 37 38 39 42 42 44 45 47 48 49 49 54 54 54 54


(10)

ix

3.2.4 Teknik Analisis Data………

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian………..

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tingkat Efektifitas Kinerja Aparatur BNP JABAR Dalam Mengoperasikan e-library P4GN………...

4.1.1 Sumber Daya Manusia BNP JABAR Dalam Mengoprasikan

e-library P4GN ………...

4.1.2 Program kerja BNP JABAR dalam dalam pelaksanaan

e-library P4GN ………...

4.1.3 Kebijakan yang Dihasilkan BNP JABAR Dalam Mengoperasikan e-library P4GN ... 4.2 Tingkat Efisiensi Kinerja Aparatur BNP JABAR Dalam

Mengoperasikan e-library P4GN………... 4.2.1 Waktu yang digunakan BNP JABAR Dalam Mengoprasikan

e-library P4GN ………...

4.2.2 Biaya yang digunakan BNP JABAR dalam pelaksanaan

e-library P4GN ………...

4.3 Keamanan Pelanggan BNP JABAR Dalam Mengoperasikan e-library P4GN... 4.3 Kepuasan Pelanggan BNP JABAR Dalam Mengoperasikan e-library

P4GN... 4.3.1 Standar Pelayanan BNP JABAR dalam Mengoperasikan

e-library P4GN... 4.3.2 Produk Pelayanan BNP JABAR dalam Mengoperasikan

e-library P4GN... 57 60 62 67 73 79 84 91 94 98 104 107 113


(11)

x

e-library P4GN...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

118

123 124 125


(12)

xi


(13)

xii

Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran... Gambar 3.1 Tampilan awal Website BNP Jawa Barat... Gambar 3.2 Tampilan Default Username Aplikasi e-library P4GN... Gambar 3.3 Tampilan Artikel... Gambar 3.4 Menu Print Pada Menu Detail Artikel...

35 49 50 51 52


(14)

xiii


(15)

xiv

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Aparatur... Lampiran 2 : Pedoman Wawancara Masyarakat... Lampiran 3 : Daftar Informan Aparatur... Lampiran 4 : Daftar Informan Masyarakat... Lampiran 5 : Transkip wawancara dengan Aparatur... Lampiran 6 : Transkip wawancara dengan masyarakat... Lampiran 7 : Dokumentasi... Lampiran 8 : Surat permohonan penelitian dari kampus... Lampiran 9 : Surat izin melakukan penelitian dari Dinas... Lampiran 10 : Surat keterangan telah melakukan penelitian... Lampiran 11: Daftar Riwayat Hidup ...

128 130 132 133 134 135 137 139 140 141 142


(16)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Bahaya narkoba dan HIV/AIDS merupakan salah satu permasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini, karena permasalahan narkoba dan HIV/AIDS bukan hanya merupakan masalah dibidang kesehatan saja, akan tetapi juga menyangkut berbagai bidang antara lain bidang sosial, ekonomi, kriminal, budaya, agama dan lain-lain. Ancaman bahaya narkoba dan HIV/AIDS semakin meningkat dengan indikasi semakin meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba tiap tahun dan dengan diketemukannya fakta bahwa bangsa Indonesia tidak lagi sebagai wilayah transit peredaran narkoba dunia, akan tetapi bangsa Indonesia telah menjadi produsen narkoba dan konsumen bagi peredaran narkoba yang sangat besar di dunia.

Mengingat besarnya ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba bagi bangsa Indonesia tersebut di atas, maka dalam upaya Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) pemerintah telah mencanangkan “Indonesia bebas narkoba 2015”, dan membentuk sebuah badan yang berfungsi sebagai pusat koordinasi program P4GN tersebut yang berkedudukan di Jakarta yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN) yang bertanggung jawab dibawah Presiden Republik Indonesia dan diketuai oleh Kepala Kepolisian RI, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan lembaga-lembaga


(17)

pemerintahan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan drug, demand dan supply reduction, mengimplementasikan langkah-langkah pengawasan, pencegahan dan kegiatan-kegiatan untuk mencegah, memberantas penyalahgunaan serta peredaran gelap narkoba.

Salah satu tugas pokok Badan Narkotika Nasional adalah membangun Sistem Pelayanan Informasi Bidang Pencegahan ,Pengawasan dan Pengendalian Ketersediaan, serta Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba yang bersifat informative, actual dan mudah diakses oleh masyarakat, sehingga diperlukan jaringan informasi sampai tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota secara langsung yang akan mempercepat penyajian dan penyediaan data bagi masyarakat secara actual dan akurat.

Provinsi Jawa Barat selaku pemerintah daerah dalam hal ini ikut berperan serta mensukseskan program nasional BNN. Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat (Jabar) merupakan lembaga non struktural Pemerintah Provinsi Jawa Barat atau di bidang ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika ,psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya.

Bidang Pengendalian Operasi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan fasilitas pengkajian bahan kebijakan, pengorganisasian, rencana operasi, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi P4GN. Bidang pengendalian operasi dalam menyelenggarakan tugas pokok dimaksud mempunyai fungsi: Penyelenggaraan fasilitas pengkajian bahan kebijakan, strategi dan program


(18)

pengendalian operasi; Penyelenggaraan fasilitas penyusunan kriteria dan prosedur pelaksanaan pengendalian operasi, database dan jaringan sistem informasi; Penyelenggaraan fasilitas pengorganisasian dan pelaksanaan program pengendalian operasi, database dan jaringan sistem informasi.

Bidang Pengendalian Operasi Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat (Jabar) mempunyai tugas untuk membuat program aplikasi yang disusun dalam perencanaan program kerja Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat. Salah satu tugas dari rencana kerja Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat yang menjadi fungsi Bidang Pengendalian Operasi adalah membuat program pelayanan informasi tentang P4GN melalui e-library.

e-library merupakan salah satu upaya dari BNP Jabar untuk memfasilitasi

masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan dengan mudah dan efisien dalam pelayanan informasi P4GN berbasis sistem informasi elektronik. e-library P4GN atau perpustakaan online tentang P4GN berisikan artikel, buku-buku dan Informasi P4GN lainnya kepada masyarakat yang dapat dengan mudah diakses melalui website BNP Jabar sehingga memepersingkat waktu yang diperlukan masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai P4GN. Masyarakat dengan mudah mendapatkan Informasi mengenai P4GN dengan mengakses langsung melalui website dan menggunakan aplikasi e-library tanpa harus datang langsung ke kantor BNP Jabar, sehingga dapat lebih mengefisienkan waktu yang diperlukan.

Seiring dengan diterapkannya e-library P4GN, program ini tidak serta merta berjalan dengan lancar, ada beberapa permasalahan yang ditemukan dalam


(19)

perjalanannya. Masyarakat dalam hal ini para pecandu atau mantan pecandu narkoba yang sedang dalam proses penyembuhan, disaat mereka mengakses e-library P4GN di website BNP Jabar masih merasakan hambatan dengan teknis pada pengoperasian

e-library.

Hambatan teknis dalam pengoperasian e-library P4GN terlihat dari penerapan

e-library P4GN yang belum diakses oleh masyarakat luas, terbatasnya fasilitas,

sosialisasi terhadap masyarakat kurang karena masyarakat awam tidak begitu mengerti tentang tekhnologi. Masalah lainnya yang dihadapi aparatur BNP Jabar kurang adanya penguasaan teknologi, hal ini dapat terlihat hanya sebagian aparatur yang mampu mengoperasikan e-library P4GN. Tenaga ahli dalam mengoperasikan sistem informasi sangat diperlukan dalam penggunaan alat baru tersebut. Tenaga ahli di BNP Jabar saat ini masih kurang. Kekurangan tenaga ahli yang di bidangnya, tingkat kedisplinan tersebut merupakan kendala yang sekarang dihadapi.

Beberapa masalah diatas membuktikan adanya permasalahan dalam pengoperasian e-library P4GN. Jika dilihat dari keluhan masyarakat diatas, permasalahan yang terjadi lebih mengarah pada sumber daya manusia atau aparatur yang bertugas mengoperasikan e-library P4GN. Hal ini dikatakan karena masalah teknis penyediaan artikel ataupun masalah konten pada aplikasi e-library P4GN tergantung pada kinerja aparatur bidang pengendalian operasi BNP Jabar yang bertugas mengoperasikan e-library P4GN.


(20)

Menghadapi permasalahan yang ada di Bidang Pengendalian Operasi BNP Jabar, yang bertugas menangani pengumpulan dan pengelolaan data P4GN melakukan upaya lebih proaktif untuk bisa mendapatkan data-data yang dibutuhkan dari berbagai lembaga dan instansi tersebut di atas sehingga database P4GN yang akan disusun menjadi lebih lengkap.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik mengangkat permasalahan tentang kinerja aparatur, oleh karena itu peneliti mengambil judul usulan penelitian mengenai “Kinerja Aparatur Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat (BNP JABAR) (Study pada e-library Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (e-library P4GN)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk mempermudah arah proses pembahasan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat efektivitas kerja aparatur BNP Jabar dalam mengoperasikan e-library P4GN ?

2. Bagaimana tingkat efisiensi kerja aparatur BNP Jabar dalam mengoperasikan

e-library P4GN?

3. Bagaimana keamanan masyarakat dalam menggunakan e-library P4GN? 4. Bagaimana kepuasan masyarakat dalam menggunakan e-library P4GN?


(21)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan kinerja aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP Jabar dalam mengoperasikan

e-library P4GN. Sedangkan tujuan penelitiannya sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas kerja aparatur BNP Jabar dalam penerapan e-library P4GN.

2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi kerja BNP Jabar dalam mengoperasikan

e-library P4GN.

3. Untuk mengetahui keamanan masyarakat dalam menggunakan e-library

P4GN.

4. Untuk mengetahui kepuasan masyarakat dalam menggunakan e-library

P4GN.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1. Bagi kepentingan peneliti, hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengalaman, wawasan, pengetahuan, dan memahami kinerja aparatur BNP Jabar dalam mengoperasikan e-library P4GN, sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai kesesuaian fakta di lapangan dengan teori yang ada.


(22)

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori yang peneliti gunakan secara relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan khususnya e-Government.

3. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kinerja aparatur BNP Jabar dalam mengoperasikan e-library


(23)

8 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kinerja Aparatur 2.1.1.1 Pengertian Kinerja

Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut (Bastian,2001:329). Pegawai adalah orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapatkan imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah. Unsur manusia sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yang telah ditentukan) kemungkinan besar akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Pegawai inilah yang mengerjakan segala pekerjaan atau kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi.

Definisi kinerja diatas menjelaskan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh seluruh pegawai yang ada disuatu organisasi atau instansi pemerintah. Meningkatkan kinerja dalam sebuah organisasi atau instansi pemerintah merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai oleh organisasi dan instansi pemerintah dalam memaksimalkan suatu kegiatan.


(24)

Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi.kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, tercapainya tujuan organisasi. Kinerja pegawai tidak dapat dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi, sumber daya yang digerakan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.

Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (Job Performance), secara etimologis performance berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Wibowo mengatakan bahwa:

”Pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja/prestasikerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi”(Wibowo, 2007:7).

Berdasarkan pengertian di atas bahwa hasil yang dicapai oleh seorang aparatur menurut ukuran profesionalisme dalam pekerjaannya diaplikasikan dalam prilaku, kecerdasan dan kemampuan sesuai dengan peranan, kegiatan dan tugas yang telah ditentukan. Aparatur dalam memberdayakan dan memaksimalkan suatu kinerja, diperlukan pemahaman dalam melaksanakan tugasnya, sehingga menghasilkan apa yang menjadi tujuan.

Pengertian lain menurut Maluyu S.P. Hasibuan bahwa:

“Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”(Hasibuan, 2001:34)


(25)

Pengertian kinerja menurut Hasibuan diatas bahwa untuk mencapai sebuah kinerja, seorang aparatur harus memiliki kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu agar dapat barjalan seperti yang diharapkan. Pendapat lain tentang kinerja, seperti yang dikemukakan oleh Widodo (2006:78) mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang di harapkan. Dari definisi diatas maka dalam melakukan dan menyempurnakan suatu kegiatan harus didasari dengan rasa tanggung jawab agar tercapai hasil seperti yang diharapkan.

Peningkatan kinerja aparatur pemerintah melalui penggunaan teknologi dan informasi pada instansi pemerintah akan menghasilkan kualitas kerja yang produktif dan tepat guna. Aplikasi e-Government tidak akan berjalan sempurna apabila tidak selalu di imbangi dengan SDM yang memadai dan kinerja yang efektif. Menurut Baban Sobandi dan kawan-kawan “Kinerja merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact.” (Sobandi dkk,2006:176).

Hasil kerja yang dicapai oleh aparatur suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output,

outcome, benefit, maupun impact dengan tanggung jawab dapat mempermudah

arah penataan organisasi pemerintahan. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh aparatur dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien.

Pada Organisasi pemerintahan ada beberapa aspekyang dapat dilihat untuk mengetahui suatu kinerja birokrasi publik, seperti yang dikemukakan Muh. Ilham


(26)

dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya dan Kinerja Aparatur

Pemerintahan Daerah sebagai berikut:

1. Tingkat Efektifitas, 2. Tingkat Efisiensi 3. Keamanan

4. Kepuasan pelanggan (Ilham, 2008: 34)

Keempat aspek inimerupakan sesuatu untuk melihat sejauh mana seorang aparatur dapat memanfaatkan sumber-sumber daya untuk melaksanakan tugas-tugas yang sudah direncanakan, mengukur seberapa tingkat penggunaan sumber-sumber daya secara minimal dalam pelaksanaan pekerjaan, menunjukan pada keberadaan dan kepatuhan standar prosedur kerja, dan menunjukan pada keberadaan dan kepatuhan pada standar pelayanan.

Ruky (2001:7) mengidentifikasi faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut:

1. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk mengahasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

2. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

3. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan.

4. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.

5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.

6. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi dan lainnya.

(Ruky, 2001:7)

Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam lembaga


(27)

pemerintahan maupun swasta.Kinerja berasal dari bahasa job performance

atauactual perpormance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

oleh seseorang atau suatu institusi). Kamus bahasa Indonesia. Berikut pengertian kinerja menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara mengatakan bahwa:

“Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”(Mangkunegara, 2007: 9).

Kinerja dalam lingkup organisasi, adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang aparatur dalam melakukan suatu pekerjaan dapat dievaluasi tingkat kinerjanya. Kinerja aparatur harus dapat ditentukan dengan pencapaian target selama periode waktu yang dicapai organisasi.

2.1.1.2 Pengertian Aparatur

Birokrat yaitu aparatur yang bertindak secara birokratis.Menjunjung tinggi nilai-nilai secara sistematis.Birokrat menjunjung tinggi inovasi dalam bekerja.Kemajuan bukanlah sesuatu yang ditargetkan karena terlalu berpacu pada aturan yang ada.Aparatur sebagai pelaksana jalannya birokrasi sering melupakan tujuan pemerintah sebagai pelayan masyarakat.Aparatur lebih memprioritaskan kepada bentuk organisasi dan cara-cara yang sering dilaksanakan.

Bambang Yudoyono dalam bukunya yang berjudul Otonomi Daerah

berpendapat bahwa, Aparatur pemerintah Daerah adalah pelaksana kebijakan publik (Yudoyono, 2011:61).Aparatur yang berada di daerah merupakan pelaksana birokrasi.Aparatur merupakan pegawai yang melaksanakan setiap kebijakan yang berlaku.


(28)

Pengertian mengenai aparatur pemerintahan disebutkan oleh Dharma Setyawan Salam dalam buku yang berjudul Manajemen Pemerintahan Indonesia

yang menjelaskan bahwa ”Aparat Pemerintah adalah pekerja yang digaji pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku” (Setyawan, 2004:169).

Berdasarkan pengertian di atas, maka aparatur pemerintahan merupakan seseorang yang digaji oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah secara teknis dengan berdasarkan ketentuan yang ada. Pentingnya profesionalisme aparatur pemerintah sejalan dengan Pasal 3 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang menyatakan bahwa:

“Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah dan pembangunan” (UU Nomor 8 Tahun 1974).

Peningkatan pelayanan kinerja aparatur kepada masyarakat merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai.Aparatur suatu instansi pemerintahan dalam menjalankan tugasnya harus dilandasi dengan rasa penuh tanggung jawab, agar terciptanya kualitas suatu kinerja yang optimal yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat pada umunya. Suatu instansi pemerintah tidak akan lepas dari aparatur sebagai pelaksana penyelenggaraan pemerintahan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Soerwono Handayaningrat yang mengatakan bahwa:

“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama ialah kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian”(Handayaningrat,1982:154).


(29)

Aparatur pemerintahan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara.Maka diperlukan aspek-aspek administrasi terutama kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian.Maka dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara dibutuhkan suatu alat untuk mencapai tujuan organisasi, maksud alat disini adalah seorang aparatur atau pegawai yang ada dalam suatu pemerintahan atau negara.

Aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu lembaga pemerintahan disamping faktor lain seperti uang, alat-alat yang berbasis teknologi misalnya komputer dan internet. Oleh karena itu, sumber daya aparatur harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi pemerintahan untuk mewujudkan profesional pegawai dalammelakukan pekerjaan.

Pendapat tersebut mengemukakan bahwa aparatur merupakan aspek-aspek administrasi yang diperlukaan oleh pemerintah dalam penyelenggaran pemerintahan atau Negara.

2.1.1.3 Pengertian Kinerja Aparatur

kinerja aparatur adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang aparatur dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah secara teknis sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.Oleh karena itu bila ingin tercapainya tujuan yang telah ditetaapkan sebelumnya, maka perlu memperhatikan faktor-faktor yang


(30)

dapat mempengaruhi kinerja tersebut.Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis (1985:484) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

1. Ability

Psychologically, ability consists of potential ability (IQ) and reality (knowledge + skill). It is means that leader and subordinate with IQ on average (110-120), even superior IQ, very superior, gifted and genius with right education for right position and capable in daily working, is easy to get the maximum performance.

2. Motivation

It is considered as the leader attitude and subordinate to the workplace. Anyone with positive attitude to their working condition is will shows high motivation and vice versa. The meaning of situation is that there is working contact, facility, atmosphere, leader policy, leadership model and working condition.

(Davis, 1985:484).

Berdasarkan pendapat ahli di atas jelaslah bahwa faktor kemampuan dapat mempengaruhi kinerja karena dengan kemampuan yang tinggi maka kinerja pegawaipun akan tercapai, sebaliknya bila kemampuan pegawai rendah atau tidak sesuai dengan keahliannya maka kinerjapun tidak akan tercapai. Begitu juga dengan faktor motivasi yang merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.

2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparatur

Aparatur sebagai pelayan masyarakat, harus memberikan pelayanan terbaik untuk mencapai suatu kinerja.Kenyataannya untuk mencapai kinerja yang diinginkan tidaklah mudah, banyak hambatan-hambatan yang harus dilewati.


(31)

Menurut Keith Davis dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencapain kinerja, faktor tersebut berasal dari factor kemampuan dan motivasi aparatur. Berdasarkan hal tersebut maka akan dijelaskan sebagai berikut:

“Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah factor kemampuan

(ability) dan faktor motivasi (motivation), yang dirumuskan sebagai berikut:

Human Performance= Ability+Motivation, Motivation=Atitude+Situation,

Ability= Knowledge+Skill”(Mangkunegara, 2006:13-14)

Berdasarkan pengertian diatas, aparatur dalam pencapaian kinerja harus memiliki kemampuan dan motivasi kerja.Kemampuan yang dimiliki aparatur dapat berupa kecerdasan ataupun bakat. Motivasi yang dimiliki aparatur dilihat melalui sikap dan situasi kerja yang kondusif, karena hal ini akan berhubungan dengan pencapaian prestasi kerja atau kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kemampuan seorang aparatur berbeda-beda, kemampuan didapat dari kecerdasan ataupun bakat dari aparatur tersebut. Pengertian kemampuan menurut Moenir bahwa:

“Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan tugas/pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan) melakukan tugas/pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai denganyang diharapkan”(Moenir, 2002:116).

Layanan yang dilakukan pemerintah merupakan salah satu kewajiban yang harus diberikan kepada masyarakat.Maka, kemampuan yang dimiliki aparatur dalam memberikan pelayanan merupakan tujuan yang utama. Menurut Miftah Thoha sebagaimana dikutip oleh Nayono dalam buku Mengenal Kehidupan


(32)

Berorganisasi bahwa: “Kemampuan adalah salah satu unsur dari kematangan, berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan, latihan dan pengalaman”(Naryono,1998:19 )

Berdasarkan teori di atas, kemampuan sebagai keadaan yang dimiliki seseorang sehingga memungkinkan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu berdasarkan keahlian dan ketarampilannya.Kaitannya dengan aparatur merupakan salah satu faktor penunjang kemampuan seorang aparatur untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Setiap organisasimembutuhkan pengelola, dan pengelola tersebut tidak lain adalah aparatur yang terdapat didalamnya. Berkenaan dengan hal tersebut, E. Koswara dalam buku Otonomi Daerah untuk Demokrasi

dan Kemandirian Rakyat, Tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan aparatur adalah:

1. Ratio jumlah pegawai dengan jumlah penduduk 2. Masa kerja pegawai

3. Golongan kepegawaian 4. Pendidikan formal

5. Pendidikan teknis fungsional” (Koswara E, 2001:259).

Berdasarakan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan aparatur adalah ratio jumlah aparatur Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk, masa kerja aparatur, golongan kepegawaian, pendidikan dan pendidikan teknis fungsional yang dimiliki oleh aparatur. Pendapat lain hampir sama juga dikemukakan oleh J.B Kristiadi yang dikutip oleh B. Hestu Cipto Handoyo dalam buku Otonomi


(33)

Untuk mengetahui kemampuan aparat, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yakni:

1. Ratio jumlah pegawai dengan jumlah penduduk 2. Pengalaman kerja pegawai

3. Golongan kepegawaian

4. Pendidikan formal yang dicapai 5. Pendidikan non formal

6. Kesesuaian antara pendidikan dengan jabatan (Handoyo, 1998:102).

Berdasarkan pendapat diatas bahwa untuk mengetahui kemampuan aparatur ratio jumlah aparatur dengan jumlah penduduk, masa kerja aparatur, golongan kepegawaian, pendidikan formal, pendidikan teknis fungsional menjadi faktor dalam meningkatkan kinerja. Kemampuan (ability) aparatur terdiri dari dua indikator yaitu:

Pertama, kemampuan potensi (IQ), merupakan aspek kemampuan yang ada

dalam diri aparatur dan diperoleh dari faktor keturunan (herediter). Kemampuan potensi kemudian dibagi ke dalam dua bagian yaitu:

a. Kemampuan dasar umum (inteligensi atau kecerdasan). Inteligensi atau kecerdasan menurut C.P. Chaplin bahwa: Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif” (Syamsu, 2003:9). Inteligensi atau kecerdasan harus dimiliki oleh setiap aparatur agar dalam menjalankan segala tugasnya dapat berjalan dengan efektif. b. Kemampuan dasar khusus (aptitudes atau bakat). Aptitudes atau bakat

adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan yang memungkinkannya mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Aptitudes atau bakat merupakan faktor bawaan yang dimiliki oleh


(34)

aparatur ataupun pengaruh dari lingkungan. Maka apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus dididik dan dilatih, bakat tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Sebaliknya apabila dibiarkan tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu akan hilang dan tak berguna.

Kedua, kemampuan reality (actual ability) yaitu kemampuan yang diperoleh

melalui belajar (achivement atau prestasi). Pengembangan kemampuan sangatlah diperlukan baik melalui pendidikan ataupun melaui pelatihan-pelatihan.Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari sumberdaya aparatur, semakin lama waktu yang digunakan seorang untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi kemampuan melakukan pekerjaan akan semakin tinggi kinerjanya. Oleh karena itu, Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga pemerintah yang berorientasikan terhadap pelayanan perlu mengadakan pelatihan dan menempatkan aparatur pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya masing-masing (the right man in the right place, the right man on the right job).

Motivasi aparatur untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus-menerus, dan berorientasikan tujuan.Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri aparatur secara terarah untuk mencapai tujuan kerja. Pengertian lain dikatakan oleh Keith Davis yang dikutip A.A Anwar Mangkunegara, bahwa:

“Motivasi diartikan suatu sikap (attiude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadapsituasi kerja akan menunjukan kerja yang rendah, situsi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja,


(35)

kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja”(dalam Mangkunegara, 2006:14).

Motivasi dalam arti bagaimana aparatur menafsirkan lingkungan kerja mereka. Kemampuan kerja yang ditunjukan aparatur didasari atas faktor-faktor apa yang memberi andil dan berkaitan dengan efek negatif terhadap kemampuan aparatur serta apa yang menimbulkan kegairahan dalam bekerja. Faktor motivasi terdiri dari dua indikator yaitu:

Pertama, sikap, dapat diartikan sebagai status mental seseorang dan sikap

dapat diekspresikan dengan berbagai cara, dengan kata-kata yang berbeda dan tingkat intensitas yang berbeda. Gibson memberikan pengertian sikap bahwa:

“Sikap adalah determinan perilaku, sebab sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap adalah perasaan yang positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, objek-objek dan keadaan”(Gibson, 1996:144). Sikap mental aparatur yang positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Sikap mental aparatur haruslah memiliki sikap mental yang siap sedia secara psikofisik (siap secara mental, fisik, situasi dan tujuan).Artinya, aparatur dalam bekerja secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi dan kondisi serta berusaha keras mencapai target kerja (tujuan utama organisasi).

Kedua, situasi, dapat diartikan sebagai suasana yang dapat menentukan

sikap aparatur tersebut.Perilaku manusia banyak dipengaruhi definisi situasi, apabila manusia mendefinisikan sesuatu sebagai hal nyata, maka konsekuensinya


(36)

menjadi nyata. Maka, sikap seseorang kerap ditentukan oleh bagaimana caraaparatur memahami situasi yang dihadapinya. Situasi dikatakan oleh Keith Davis bahwa “Suatu keadaan atau kondisi dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi sikap seseorang” (Davis, 1998:7). Situasi kerja yang dimaksud antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Mangkunegara mengatakan terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja aparatur, yaitu:

a. Prinsip partisipasi yaitu upaya memotivasi kerja, aparatur perlu diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

b. Prinsip komunikasi yaitu pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas dengan informasi yang jelas, sehingga aparatur akan lebih mudah termotivasi dalam kerjanya.

c. Prinsip mengakui andil bawahan yaitu pemimpin mengakui bahwa bawahan aparatur mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan d. Prinsip pendelegasian wewenang yaitu pemimpin yang memberikan

otoritas atau wewenang kepada aparatur bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat aparatur yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin

e. Prinsip memberi perhatian yaitu pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan aparatur, sehingga memotivasi aparatur untuk bekerja seperti yang diharapkan oleh pemimpin

(Mangkunegara, 2006:61).

Aspek yang sangat penting dalam kepemimpinan kerja adalah bagaimana pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja aparaturnya agar mereka mampu bekerja produktif dengan penuh tanggung jawab.Mangkunegara mengatakan, bahwa “ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja” (Mangkunegara, 2006:62).maka pimpinan dan aparatur yang mempunyai


(37)

motivasi berprestasi tinggi akan mencapai kinerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah disebabkan karena motivasi kerjanya rendah.

Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah Sangat tergantung pada kinerja aparatur, karena merupakan unsur aparatur yang langsung bertugas melayani masyarakat.

2.1.2 Narkotika

2.1.2.1 Pengertian Narkotika

Pengertian Narkotika yang paling umum dari narkotika adalah zat-zat (obat) baik dari alam atau sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan ketidaksadaran atau pembiusan.Efek narkotika disamping membius dan menurunkan kesadaran, adalah mengakibatkan daya khayal/halusinasi (ganja), serta menimbulkan daya rangsang/stimulant (cocaine).Narkotika tersebut dapat menimbulkan ketergantungan (depence).Narkotika yang dibuat dari alam yang kita kenal adalah candu (opium), ganja dan cocaine12.

Adapun pengertian narkotika menurut Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 ketentuan Pasal 1 ayat (1) adalah Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan- golongan sebagaimana terlampir dalam Undang- undang ini.


(38)

2.1.2.1 Macam-macam Narkotika

Golongan- golongan narkotika yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 ketentuan pasal 6 ayat (1) terdapat 3 golongan, yaitu:

a. Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.Antara lain: Tanaman koka, tanaman ganja, opium, MDMA, Amfetamina.

b. Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Antara lain: Morfina, Bezitramida,Alfaprodina,selanjutnya ada 86 Jenis (Lampiran I Undang-undang nomor35 tahun 2009).

c. Narkotika Golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

2.1.2.2 Pencegahan, Pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

Generasi muda adalah generasi yang rawan sebagai penyalahguna narkoba, karena itu, pengenalan bahaya narkoba merupakan sebuah hal yang


(39)

mutlak dilakukan sebagai usaha preventif. Penyalahgunaan narkoba sangat memprihatinkan, karena terutama menimpa generasi muda sehingga merugikan pembangunan bangsa. Umumnya penggunaan pertama narkoba diawali pada anak usia Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama.

Upaya pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, yaitu mulai dari masa anak usia SD, SMP, dan SMA, sebagai upaya yang berkesinambungan. Pencegahan yang dimaksud di sini bukan semata-mata informasi mengenai bahaya narkoba, tetapi lebih menekankan pemberian keterampilan psikososial kepada anak untuk bersikap dan berperilaku positif, mengenal situasi penawaran/ajakan, dan terampil menolak tawaran atau ajakan tersebut. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan narkoba yaitu sebagai berikut:

1. Setiap orang mempunyai masalah dalam hidupnya. Hadapi dan pecahkan masalah itu, bukan dihindari, apalagi dengan melarikan diri kepada penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba bukan penyelesaian masalah, tetapi memperparah masalah.

2. Jangan pernah sekalipun terpancing untuk mencoba memakai narkoba karena sekali terjebak masuk kedalamnya maka sulit untuk lepas dari jebakan itu.

3. Penciptaan lingkungan keluarga yang sehat, harmonis, komunikatif, terbuka, penuh perhatian dan kasih sayang diantara anggotanya, merupakan bagian penting dari upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.

(BNP,2009:43)

Pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, agar remaja memiliki daya tangkal tinggi. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Penanggulangan pun demikian, yaitu ketika remaja masih dalam taraf coba-coba, pemakai pemula, dan belum pecandu berat. Dalam hal ini, peran keluarga, sekolah dan masyarakat sangat penting.


(40)

Sugesti dan narkoba persis seperti anak kembar yang punya ikatan emosi kuat, namun sugesti adalah “musuh dalam selimut”. Kadangkala sugesti hilang namun bisa juga datang mendadak sehingga mantan pecandu tidak berdaya terutama jika suasana hatinya kacau. Karena itu, di samping tidak memakai narkoba lagi, mantan pecandu harus menjauhkan diri dari komunitas, tempat dan benda-benda yang merangsang keinginan memakai narkoba. Mantan pecandu perlu dengan tekun dan sabar menjalin hubungan sosial dengan orang-orang yang mendukungnya. Berarti mantan pecandu harus mengubah pola pikir, emosi dan sikap untuk menekuni spiritual. Juga mereka harus kritis dan hati-hati dalam mencermati awal kekacauan pikiran dan emosi, karena hal ini sebetulnya mudah dirasakannya. Mantan pecandu harus mau jujur minta pendapat dengan orangtua atau konselor.

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih yang secara kurang teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosialnya. Penyalahgunaan narkoba merupakan perilaku manusia, bukan semata-mata masalah zat atau narkoba itu sendiri. Sebagai masalah perilaku, banyak variabel yang mempengaruhinya.

Para pecandu narkoba, ibaratnya hidup dalam lingkaran setan. Dalam waktu singkat, mereka akan kehilangan kendali dan terjebak dalam tuntutan yang terus-mendesak, istilahnya "Craving" atau ketagihan. Setiap kali, dosisnya harus ditambah agar kebutuhan akan perasaan bahagia, seolah berada di awang-awang


(41)

dan penuh fantasi, tetap terpenuhi. Akibatnya tentu fatal. Mula-mula pecandu akan mengalami kesulitan sosial, keuangan, dan kesehatan. Jika kebutuhan narkoba terus meningkat, mereka bisa meninggal dunia karena over dosis (OD).

Narkoba selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam studi, gagal dalam pekerjaan, kematian, kriminalitas, seks bebas yang berujung pada penyakit HIV/AIDS, gangguan fungsi atau penyakit pada organ-organ tubuh, seperti otak, hati, jantung, paru-paru, ginjal, gangguan psikologis meliputi cemas, sulit tidur, depresi, paranoid (perasaan seperti orang lain mengejar) adalah sebagian dari masalah yang muncul dari penyalahgunaan narkoba. Masalah yang jauh lebih besar dari semua itu adalah hancurnya generasi muda sebagai penerus perjuangan dan pembangunan, karena penyalahgunaan narkoba saat ini banyak dilakukan oleh mereka yang berusia muda.

2.1.3 Pengertian E-library

Perkembangan teknologi Informasi dan komunikasi telah membawa perubahan dalam berbagai sektor, termasuk dunia perpustakaan.Perkembangan ini ditandai dengan adanya Perpustakaan digital sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas layanan dan operasional. Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital (Sismanto, 2008:1).Berdasarkan defenisi tersebut maka perpustakaan digital adalah suatu perpustakaan yang


(42)

menyimpan data baik itu buku atau tulisan, gambar, suara, dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya melalui jaringan komputer.

Layanan ini diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat.Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia.Koleksi perpustakaan digital tidaklah terbatas pada dokumen elektronik pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup koleksinya malah sampai pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak.Koleksi menekankan pada isi informasi, jenisnya dari dokumen tradisional sampai hasil penelusuran.Perpustakaan ini melayani mesin, manajer informasi, dan pemakai informasi.Semuanya ini demi mendukung manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan bantuan penelusuran informasi.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kinerja telah menjadi konsep yang sering dipakai orang dalam berbagai pembahasan dan pembicaraan, khususnya dalam kerangka mendorong keberhasilan organisasi atau sumber daya manusia.Penilaian tentang kinerja individu aparatur semakin penting ketika perusahaan akan melakukan reposisi aparatur. Artinya bagaimana organisasi harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja. kinerjamerupakan sesuatu yang berkenaan dengan hasil pekerjaan yang dicapai oleh karyawan dalam suatu periode, dalam hal ini


(43)

Berdasarkan dengan pengertian diatas, kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi suatu pekerjaan dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh pegawai/aparatur pemerintah.Pengertian kinerja tersebut menjelaskan mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh pegawai yang berada dalam sebuah organisasi.Tujuan utama yang ingin dicapai sebuah organisasi adalah bagaimana meningkatkan kinerja para pegawainya.

Menurut Dharma Setyawan Salam dalam buku yang berjudul Manajemen

Pemerintahan Indonesiamenjelaskan bahwa “Aparatur pemerintah adalah pekerja

yang digaji pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku”. (Salam,2004:169).

Sejalan dengan pendapat di atas, aparatur adalah sumber daya manusia yang bekerja sesuai dengan kemampuannya, di bidangnya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kinerja aparatur adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang aparatur dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah secara teknis sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

Pada Organisasi pemerintahan ada beberapa aspek yang dapat dilihat untuk mengetahui suatu kinerja birokrasi publik, seperti yang dikemukakan Muh. Ilham dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya dan Kinerja


(44)

1. Tingkat Efektifitas, 2. Tingkat Efisiensi 3. Keamanan

4. Kepuasan pelanggan (Ilham, 2008: 34)

Ukuran tingkat efektivitas telah menjadi penilaian pada suatu kinerja birokrasi publik, menurut Muh.Ilham tingkat efektifitas adalah sebagai berikut :

Tingkat efektifitas adalah sesuatu yang dapat dilihat dari sejauh mana seorang aparatur dapat memanfaatkan sumber-sumber daya untuk melaksanakan tugas-tugas yang sudah direncanakan, serta cakupan sasaran yang bisa dilayani (Ilham, 2008: 36).

Berdasarkan hal tersebut maka tingkat efektifitas bisa diukur melalui tiga unsur, yaitu sumberdaya manusia, tugas-tugas atau program kerja dan cakupan sasaran atau kebijakan. Sehingga pencapaian target dapat diukur dengan cara membandingkan seberapa jauh keluaran yang diharapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan oleh aparatur dalam waktu tertentu.

Menurut Buchari Zainun dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia

menyebutkan bahwa sumber daya manusia adalah daya atau tenaga atau kekuatan atau kemampuan yang bersumber dari manusia (Buchari, 2001:64). Berdasarkan hal tersebut, maka sumberdaya manusia adalah potensi yang terkandung dalam diri aparatur untuk mewujudkan kualitas perannya sebagai aparatur menuju tercapainya target yang diukur dalam tatanan kehidupan yang seimbang dan berkelanjutan.

Sumber utama efisiensi kerja adalah manusia, karena dengan akal, pikiran dan pengetahuan yang ada , manusia mampu menciptakan cara kerja yang efisien. menurut Muh.Ilham tingkat efektifitas adalah sebagai berikut :


(45)

Tingkat efisiensi adalah sesuatu untuk mengukur seberapa tingkat penggunaan sumber-sumber daya secara minimal dalam pelaksanaan pekerjaan, sekaligus pula dapat diukur besarnya sumber-sumber daya yang terbuang, semakin besar sumber daya yang terbuang, menunjukan semakin rendah tingkat efisiensinya (Ilham, 2008: 35).

Berdasarkan hal di atas maka tingkat efisiensi bisa dikur dari dua unsur, yaitu waktu dan biaya, dari dua unsur ini bisa diketahui suatu ukuran untuk mengetahui seberapa tingkat penggunaan sumber-sumber daya secara minimal. Waktu disini adalah seluruh rangkaian ketika proses pelaksanaan pekerjaan, sedangkan biaya adalah masukan maupun keluaran dari sumberdaya yang ada oleh aparatur untuk terukurnya sumberdaya yang terpakai dan terbuang.

Pelayanan publik yang baik akan menghadirkan suatu rasa aman dan puas kepada masyarakat. menurut Muh.Ilham kemanan adalah sebagai berikut :

Keamanan adalah sesuatu yang menunjukan pada keberadaan dan kepatuhan standar prosedur kerja. Standar prosedur kerja yang dijadikan pedoman kerja dapat menjamin seorang aparatur bekerja keras secara sistemmatis, terkontrol dan bebas dari rasa „was-was‟ akan complain (Ilham, 2008: 35).

Berdasarkan hal diatas maka keamanan adalah suatu proses yang dilakukan oleh aparatur dengan berpedoman kepada prosedur kerja. Prosedur kerja merupakan tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan dengan keamanan dan kenyamanan yang dilakukan oleh aparatur.

Kepuasan juga adalah salah satu hal penting dalam hal pelayanan publik. menurut Muh.Ilham kemanan adalah sebagai berikut :Kepuasan adalah sesuatu yang menunjukan pada keberadaan dan kepatuhan pada standar pelayanan. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan(Ilham, 2008: 35).


(46)

Berdasarkan hal diatas maka menurut muh ilham kepuasan bisa dilihat dari standar pelayanan yang terdiri dari kompetensi aparatur, produk pelayanan, dan sarana prasarana. kepuasan adalah proses serta hasil pelayanan yang dilakukan oleh aparatur yang dapat kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum, sesuai dengan Standar pelayanan. Sedangkan yang dimaksud produk pelayanan diats adalah suatu yang dihasilkan oleh aparatur yang ditawarkan kepada masyarakat, untuk dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat yang dapat memberikan kenyamanan. Sarana dan Prasarana, yaitu alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan oleh aparatur untuk mendapatkan hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana secara aman dan nyaman. Kompetensi aparatur, adalah kemampuan kerja aparatur yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan secara aman dan nyaman.

E-Government saat ini menjadi topik berbagai pihak baik pemerintah,

swasta, maupun perguruan tinggi yang mencoba untuk memberikan kontribusi dalam pengembangannya.E-Government merupakan sistem teknologi informasi pemerintah untuk mewujudkan praktik pemerintahan yang lebih efisien dan efektif dalam meningkatkan hubungan dan pelayanan yang lebih terjangkau serta memperluas akses publik antara pemerintah dengan masyarakat menurut Edi Sutanta pengertian e-Government yaitu:

“E-Government adalah penggunaan teknologi informasi yang

dapatmeningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain.Penggunaan teknologi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru,seperti pemerintah kepada masyarakat. Pemerintah kepada


(47)

pemerintah danpemerintah kepada bisnis atau pengusaha.(Sutanta, 2003:150).

Berdasarkan pengertian diatas, penggunaan teknologi informasi yang ada disuatu instansi pemerintah memiliki fungsi yaitu berguna dalam meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Selain dengan pihak-pihak lain, penggunaan teknologi ini menghasilkan hubungan bentuk baru seperti pemerintah kepada masyarakat, pemerintah kepada pemerintah atau instansi lainnya dan pemerintah kepada pengusaha.

Wujud pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam rangka pengembangan e-Government menciptakan e-library P4GN di Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR.e-library P4GN adalah Aplikasi sarana penunjang bagi pemanfaatan Call Centre Sekretariat Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat yang merupakan sarana komunikasi dua arah (Two Way Traffic Communications) antara Sekretariat Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat dengan masyarakat dalam memberikan pelayanan sosialisasi maupun informasi seputar Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

Berdasarkan pengertian diatas, maka kegunaan informasi untuk mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Sedangkan nilai dari pada informasi ditentukan oleh manfaat, biaya dan kualitas maksudnya bahwa informasi dianggap bernilai apabila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah:


(48)

1. Kinerja adalah perilaku aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR yang ditampilkan setiap aparatur sebagai prestasi kerja sesuai dengan perannya melalui e-library P4GNBidang Pengendalian Operasi BNP JABAR.

2. Aparatur adalah seseorang yang digaji oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah secara teknis dengan berdasarkan ketentuan yang ada, sehingga menghasilkan karya-karya yang diharapkan dalam usaha pencapaian untuk mencapai tujuan khususnya kinerja aparatur dalam mengoperasikan e-library P4GN di Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR.

3. Kinerja aparatur adalah suatu hasil kerja yang dicapai aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR mengenai e-library P4GN yang bekerja sesuai kemampuannya di bidang masing-masing. Adapun indikator-indikatornya adalah sebagai berikut :

1) Tingkat efektifitas adalah tingkat pencapaian target yang di ukur dengan cara membandingkan seberapa jauh keluaran yang diharapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan oleh aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR mengenai e-library P4GN dalam waktu tertentu, diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang terkandung dalam diri aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR untuk mewujudkan kualitas perannya sebagai aparatur yang aktif, serta dalam mengelola dirinya sendiri menuju tercapainya target


(49)

yang diukur dalam kesejahteraan Bidang Pengendalian OperasiBNP JABAR dalam tatanan kehidupan yang seimbang dan berkelanjutan. b) Program kerja adalah program yang dilakukan aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR untuk menjalankan tugas-tugas yang sudah direncanakan dengan kuantitas yang baik dan dapat tercapainya target tertentu mengenai e-library P4GN.

c) Kebijakan adalah pedoman atau petunjuk yang digunakan dalam pengambilan keputusan terkait dengan penggunaane-library P4GN. 2) Tingkat Efisiensi adalah suatu ukuran untuk mengetahui seberapa

tingkat penggunaan sumber-sumber daya secara minimal dalam mengoperasikane-library P4GNdi Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Waktu adalah seluruh rangkaian ketika proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR secara terukur, waktu yang digunakan maupun yang terbuang atau keadaan berada atau yang sedang berlangsung. b) Biaya adalah sesuatu yang digunakan dalam masukan maupun

keluaran oleh aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR secara terukur sebagai pengurang yang harus dikorbankan untuk menghasilkan keuntungan.

3) Keamanan adalah suatu proses yang dilakukan oleh aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR dengan berpedoman kepada prosedur kerja. Prosedur kerja merupakan tata cara kerja atau cara


(50)

menjalankan suatu pekerjaan dengan keamanan dan kenyamanan yang dilakukan oleh aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR yang berkaitan dengan e-library P4GN.

4) Kepuasan pelanggan adalah proses serta hasil pelayanan yang dilakukan oleh aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum, sesuai dengan Standar pelayanan mengenai e-library P4GN. Standar pelayanan terdiri dari tiga bagian antara lain adalah sebagai berikut :

a) Produk pelayanan, adalah suatu yang dihasilkan oleh aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR yang ditawarkan kepada masyarakat, untuk dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan.

b) Sarana dan Prasarana, yaitu alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan oleh aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR untuk mendapatkan hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana secara aman dan nyaman.

c) Kompetensi aparatur, adalah kemampuan kerja aparatur Bidang Pengendalian Operasi BNP JABAR yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan secara aman dan nyaman.


(51)

5) e-library P4GN adalah Aplikasi sarana penunjang bagi pemanfaatan Call Centre Sekretariat Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat yang merupakan sarana komunikasi dua arah (Two Way Traffic Communications) antara Sekretariat Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat dengan masyarakat dalam memberikan pelayanan sosialisasi maupun informasi seputar Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dilihat dalam model sebagai berikut :

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Kinerja Aparatur BNP JABAR dalam mengoperasikan e-library

p4GN

1. Tingkat efektifitas

2. Tingkat efisiensi

3. Keamanan dan,

4. Kepuasan pelanggan

Kinerja e-library

P4GNyang berkualitas


(52)

37 3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Provinsi Jawa Barat

Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (Staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Selama lebih kurang 50 Tahun sejak pembentukannya, wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat baru bertambah 5 wilayah, yakni Kabupaten Subang (1968), Kota Tangerang (1993), Kota Bekasi (1996), Kota Cilegon dan Kota Depok (1999). Padahal dalam kurun waktu tersebut telah banyak perubahan baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, maupun kemasyarakatan.

Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki alam dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan, antara lain menyangkut Sumber Daya Air, Sumber Daya Alam dan Pemanfaatan Lahan, Sumber Daya Hutan, Sumber Daya Pesisir dan Laut serta Sumber Daya Perekonomian. Dalam kurun waktu 1994-1999, secara kuantitatif jumlah Wilayah Pembantu Gubernur tetap 5 wilayah dengan tediri dari : 20 kabupaten dan 5 kotamadya, dan tahun 1999 jumlah kotamadya bertambah menjadi 8 kotamadya. Kota administratif berkurang dari enam daerah menjadi empat, karena Kotip Depok pada tahun 1999 berubah status menjadi kota otonom.


(53)

Dengan lahirnya UU No.23 Tahun 2000 tentang Provinsi Banten, maka Wilayah Administrasi Pembantu Gubernur Wilayah I Banten resmi ditetapkan menjadi Provinsi Banten dengan daerahnya meliputi : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten/Kota Tangerang serta Kota Cilegon. Adanya perubahan itu, maka saat ini Provinsi Jawa Barat terdiri dari : 16 Kabupaten dan 9 Kotamadya, dengan membawahkan 584 Kecamatan, 5.201 Desa dan 609 Kelurahan.

3.1.1.1 Visi Provinsi Jawa Barat

Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan melalui pembaharuan mekanisme perencanaan pembangunan daerah dengan melibatkan semua komponen masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan. Pelibatan potensi masyarakat tersebut antara lain ditempuh melalui berbagai dialog, seperti dialog sunda 2010, dialog Jawa Barat 2010, dialog rencana regional makro, dialog rencana tata ruang wilayah, dialog pemberdayaan ekonomi rakyat, dan dialog delapan kawasan andalan yang diikuti oleh unsur masyarakat, pakar perguruan tinggi, dan birokrat yang memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.

Selain itu juga, dilaksanakan pula forum koordinasi pembangunan sebagai formulasi baru RAKORBANG dengan nuansa dan semangat yang baru, serta diawali dari motivasi untuk lebih menyerap aspirasi Kabupaten/Kota dan masyarakat. Setelah mengalami proses yang panjang dan telaahan yang mendalam


(54)

dari berbagai pihak terkait dalam dialog-dialog interaktif, maka diformulasikan visi Jawa Barat yaitu:

“JAWA BARAT DENGAN IMAN DAN TAQWA SEBAGAI PROVINSI TERMAJU DI INDONESIA DAN MITRA TERDEPAN IBU KOTA NEGARA TAHUN 2010”

Pada penetapan visi tersebut didasarkan kepada beberapa pengertian yaitu untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia, seluruh lapisan masyarakat Jawa Barat terutama Penyelenggara Negara, para elit politik, para cendekiawan dan pemuka masyarakat, harus bersatu dan bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Jawa Barat sudah selayaknya berupaya menjadi Provinsi ternaju di Indonesia mengingat banyaknya potensi baik berskala daerah maupun berskala nasional. Seperti; potensi industri strategis, potensi perguruan tinggi, dukungan sumber daya alam, faktor iklim dan budaya gotong royong dan ditunjang oleh kehidupan masyarakat yang agamis.

Pengertian termaju memberi implikasi munculnya ketergantungan provinsi-provinsi lain kepada Jawa Barat. Sedangkan ketergantungan Provinsi Jawa Barat kepada provinsi lain diusahakan sekecil mungkin. Provinsi Jawa Barat selama ini dijadikan sebagai penyangga ibu Kota Negara dengan segala konsekuensinya harus bergeser dan menjadi mitra terdepan yang dilandasi dengan asas kesetaraan dan kesepahaman dalam arti tidak lagi terekploitasi segala potensinya.


(55)

3.1.1.2 Misi Provinsi Jawa Barat

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat 2008-2013 yang merupakan tahapan kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat 2005-2025, berorientasi pada pembangunan dan peningkatan kompetensi segenap sumber daya yang terdapat di Jawa Barat dalam segala bidang, guna menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat. Hal tersebut akan dicapai dengan menciptakan aktivitas ekonomi yang efektif dan efisien, menekankan upaya penguatan suprastruktur pelayanan kesehatan dan pendidikan, melanjutkan pembangunan infrastruktur wilayah, memantapkan revitalisasi infrastruktur yang telah ada, meningkatkan produktifitas pertanian dengan memanfaatkan teknologi berkelanjutan, meningkatkan kerja sama antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat, meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan kinerja pemerintahan daerah, menyusun perencanaan yang cerdas dan mampu menjawab masalah serta mengantisipasi peluang dan tantangan yang muncul secara cermat dan cerdas.

Kemampuan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan akan terus didorong. Kebijakan ekonomi daerah diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkualitas melalui pengembangan kegiatan utama (core business) berdasarkan potensi lokal untuk mengurangi disparitas kesejahteraan antarwilayah. Hal ini dilakukan melalui pengembangan agribisnis, bisnis kelautan, industri manufaktur, jasa, dan


(56)

pariwisata, yang ditunjang oleh pengembangan dunia usaha, investasi, infrastruktur dan keuangan daerah.

Dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi juga dilakukan dengan mempercepat pembangunan infrastruktur bagi penyediaan energi termasuk listrik, serta memantapkan infrastruktur wilayah dalam rangka mendukung pemerataan dan pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan berlanja daerah diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, dengan berprinsip pada pro growth, pro poor, pro job, pro environment, pro public, melalui alokasi anggaran untuk 20% pendidikan, peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan serta penggunaan indeks relevansi anggaran dalam penentuan anggaran belanja, penganggaran untuk mitigasi serta kebencanaan dan kerjasama antar daerah.

Isu strategis mengenai permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau yang belum dapat diselesaikan pada periode 5 (lima) tahun sebelumnya serta memiliki dampak jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, akan diatasi secara bertahap isu-isu ini mencakup aksesibilitas dan mutu pelayanan pendidikan masyarakat, pelayanan kesehatan masyarakat, ketersediaan dan pelayanan infrastruktur, penanganan kemiskinan dan pengangguran, penangan bencana alam, pengendalian lingkungan hidup, penanganan ketenagakerjaan, pemerintahan dan politik, pengendalian kependudukan, pemberdayaan ekonomi, apresiasi budaya daerah dan pemerintahan otonom.


(57)

Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka rumusan Misi Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 (lima) misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera.

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, maka telah dirumuskan beberapa misi dengan rincian sebagaimana berikut dibawah ini :

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan Berdaya Saing.

2. Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal. 3. Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah.

4. Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan.

5. Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi.

3.1.2 Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

3.1.2.1 Sejarah Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat ditetapkan dengan keputusan Gubernur 2003 mengacu kepada keputusan Presiden Sebelum terbentuknya BNP Jawa Barat, wadah dalam penanggulangan penyalahgunaan Narkotika di tanda tanggani oleh Badan Koordinasi Pelaksana Daerah (BAKOLAKDA) Inpres Nomor 6 tahun 1971 sesuai dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I


(58)

Jawa Barat tanggal 19 Oktober 1978 Nomor 1003/DK.100-As.I/SK/78 tentang Badan Koordinasi Pelakasanaan Daerah (BAKOLAKDA) Inpres 6/71 Jawa Barat. Pada Tahun 1995 sesuai Instruksi Presiden BAKOLAKDA Inpres No 6/71 dibubarkan sehingga dalam penanganan penyalahgunaan narkotika ditangani oleh masing-masing sector dan pada tahun 1997 untuk mengkoordinir atau membentuk wadah dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika, Gubernur Jawa Barat melalui biro bina social mengadakan semiloka dengan mengundang Dinas atau Instansi, Lembaga terkait serta LSM, organisasi sosial, para pakar cenndikiawan dan tokoh masyarakat, tokoh agama dll. Sehingga terbentuklah wadah yang diberi nama Badan Koordinasi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Kenakalan Remaja dan Prostitusi (BKND) Provinsi Jawa Barat. Yang ditetapkan dengan surat keputusan Gubernur Jawa Barat.

Pada Tahun 2000 sesuai Keputusan dari Pusat bahwa Badan penanggulangan penyalahgunaan Narkotika di seluruh Provinsi harus di sesuaikan nomenklatur menjadi Badan Narkotika Daerah (BND). Sehingga Badan yang dibentuk di Jawa Barat yaitu Badan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Kenakalan Remaja dan Prostitusi (BKND) Provinsi Jawa Barat berubah menjadi Badan Narkotika Daerah (BND) Provinsi Jawa Barat.

Dengan keputusan bersama tersebut diatas, dimana nomenklatur Badan Narkotika Daerah (BND). Seluruh Provinsi di Indonesia harus diubah nomenklaturnya menjadi Badan Narkotika Provinsi (BNP) ditetapkan oleh Gubernur dan di Kabupaten Kota menjadi Badan Narkotika Kota atau Kabupaten (BNK) ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, termaksuk di Jawa Barat


(59)

disesuaikan juga nomenklaturnya menjadi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat dan ditetapkan oleh surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 135,1/Kep.1110-Bangsos/2003 tanggal 29 Desember 2003.

Seiring dengan dikeluarkannya Keputusan Bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Dalam Negeri dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku Ketua Badan Narkotika Nasional Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003; Nomor: 127 Tahun 2003 dan Nomor : 01/SKB/XII/2003/BNN tentang Pedoman Kelembagaan Badan Narkotika Provinsi dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota.

3.1.2.2 Visi dan Misi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat A. Visi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

Adapun Visi dari Badan Narkotika Provinsi Jawa Baratyaitu:“BNP sebagai pilar utama Jawa Barat bebas penyalahgunaan narkoba tahun 2015”.

B. Misi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

Adapun Misi dari Badan Narkotika Provinsi Jawa Baratadalah sebagai berikut:

1. Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dan masyarakat yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan, serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat aditif lainnya;

2. Melaksanakan pengawasan untuk imigrasi/kewarganegaraan, interdiksi untuk darat, laut dan udara, penjara/rumah tahanan, pencucian uang, dan


(60)

pengendalian yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat aditif lainnya;

3. Melaksanakan pencegahan dan penegakkan hukum yang berhubungan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat aditif lainnya pada lingkungan komunitas khusus (komplek perumahan TNI, POLRI dan Pegawai), perguruan tinggi, stasiun kereta api, pelabuhan laut, hotel berbintang, tempat hiburan berskala nasional dan internasional, kawasan industri dan perdagangan, serta kawasan perkantoran;

4. Mendorong peran serta masyarakat yang berhubungan dengan pengawasan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat aditif lainnya;

3.1.2.3Fungsi dan Tugas Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat A. Fungsi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

Adapun fungsi dari Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait dan masyarakat yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya;


(61)

2. Pelaksanaan kegiatan pengawasan untuk imigrasi/ kewarganegaraan, interdiksi untuk darat, laut dan udara, penjara/rumah tahanan, pencucian uang, dan pengendalian yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya. 3. Pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penegakan hukum yang

berhubungan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya pada lingkungan komunitas khusus (kompleks perumahan TNI, Polri dan Pegawai), perguruan tinggi, stasiun kereta api, pelabuhan laut kecuali Tanjung Priok, hotel berbintang, tempat hiburan berskala nasional dan internasional, kawasan industri dan perdagangan, serta kawasan perkantoran.

4. Pelaksanaan dorongan peran serta masyarakat yang berhubungan dengan pengawasan ketersediaan, pencegahan, penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya.

B. Tujuan Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat

BNP mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melakukan koordinasi, pengawasan, pengendalian dan mendorong peran serta masyarakat yang berhubungan dengan ketersediaan, pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya.


(1)

 Konsep Aparatur

 Narkotika

 Konsep e-library

Kinerja aparatur BNP Jabar dalam mengoperasikan e-library

P4GN

1. Tingkat efektifitas 2. Tingkat efisiensi 3. Keamanan dan,

4. Kenyamanan pelanggan

Kinerja e-library P4GN yang berkualitas


(2)

Aparatur Bidang Pengendalian Operasi Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat yang bertugas mengoperasikan e-library P4GN yang terdiri dari :  Sub Bidang Data Base dan Jaringan

 Sub Bidang Operasi


(3)

Tampilan awal website BNP Jabar

Tampilan artikel


(4)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif

Teknik Pengumpulan Data

Teknik penentuan informasi yang digunakan

Teknik Penentuan Informan

Studi Pustaka

Studi Lapangan


(5)

 Sumber Daya Manusia (SDM).

 Program kerja.

 Kebijakan

2.TINGKAT EFISIENSI

 Waktu

 Biaya 3. KEAMANAN 4. KEPUASAN

 Produk Pelayanan

 Sarana dan Prasarana


(6)