PENGARUH PERAN PENDIDIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL MAHASISWA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK.

(1)

PENGARUH PERAN PENDIDIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL MAHASISWA TERHADAP

PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

(Penelitian Survei di Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam Banjarmasin Kalimantan Selatan dan Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Oleh Suroto 1103861

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PENGARUH PERAN PENDIDIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL MAHASISWA TERHADAP

PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

(Penelitian Survei di Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam Banjarmasin Kalimantan Selatan dan Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah)

Oleh Suroto

S.Pd UNLAM Banjarmasin, 2007

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Pendidikan

Kewarganegaraan

© Suroto 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

ABSTRAK

Suroto, 2013, Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik (Penelitian Survei di Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam Banjarmasin Kalimantan Selatan dan Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah). Tesis, Jurusan Pendidikan Kewarganegaran, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Pembimbing (I) Sapriya, Pembimbing (II) Endang Sumantri.

Persoalan karakter merupakan tanggung jawab orang tua, sekolah, dan masyarakat (lingkungan sosial). Perilaku dekadensi moral sangat mungkin terjadi walaupun peserta didik (anak) tinggal serumah dengan orang tua. Ketika anak tidak lagi tinggal serumah dengan orang tua karena alasan studi, maka kekhawatiran menjadi semakin kompleks. Karena itu, penelitian ini mengkaji tentang (1) Pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik, (2) Pengaruh lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik, dan (3) Perbedaan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode survei. Alat pengumpul datanya menggunakan kuesioner penelitian. Sementara jumlah populasi sebanyak 163 dengan jumlah sampel sebanyak 118 responden diambil menggunakan teknik disproportionate stratified random sampling pada tingkat kebenaran 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Peran pendidikan orang tua dalam keluarga berpengaruh terhadap pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik, di mana nilai thitung = 4,116 > ttabel = 1,980, (2) Lingkungan sosial

mahasiswa berpengaruh terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik, di mana nilai thitung = 2,782 > ttabel = 1,980, dan (3) Perbedaan pengaruh peran

pendidikan orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos cukup signifikan.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1) Peran pendidikan orang tua dalam keluarga berpengaruh positif terhadap pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik, (2) Lingkungan sosial mahasiswa berpengaruh positif terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik, dan (3) Terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos.

Saran yang diberikan adalah (1) Peran pendidikan orang tua dalam keluarga sebaiknya lebih ditingkatkan lagi sehingga karakter anak sebagai warga negara yang baik mampu berkembang secara maksimal, (2) Lingkungan sosial diharapkan mampu meningkatkan perannya dalam memberikan contoh dan perilaku positif terutama ketika anak melakukan interaksi dan bergaul dengan lingkungan tersebut, dan (3) Setiap mahasiswa yang kos maupun tidak sebaiknya meningkatkan pemahaman terhadap pesan dan pembelajaran moral yang telah atau sedang diberikan orang tua.


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN HAK CIPTA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 14

1. Manfaat Teoritis ... 14

2. Manfaat Praktis ... 14

E. Struktur Organisasi Tesis ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga ... 16

B. Lingkungan Sosial Mahasiswa ... 26

C. Pembentukan Karakter Mahasiswa sebagai Warga Negara yang Baik ... 33

D. Hasil Kajian Penelitian Terdahulu ... 41

E. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 43

F. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian, serta Cara Pemilihan Sampel ... 45

1. Lokasi Penelitian da Justifikasi ... 46

2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 46

3. Cara Pemilihan dan Penggunaan Sampel ... 46

B. Desain Penelitian ... 49

C. Metode Penelitian ... 50

D. Definisi Operasional ... 52

1. Peran Pendidikan Orang Tau dalam Keluarga (Variabel X1) ... 52

2. Lingkungan Sosial Mahasiswa (Variabel X2) ... 53

3. Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik (Variabel Y) ... 54

E. Instrumen Penelitian ... 60


(6)

1. Pengujian Validitas Instrumen ... 61

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 63

G. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya ... 65

H. Analisis Data ... 66

1. Pentabulasian Data Penelitian ... 66

2. Pengujian Normalitas Data Penelitian ... 67

3. Pengujian Linieritas Data Penelitian ... 67

4. Pengujian Homogenitas Data Penelitian ... 68

5. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Pemaparan Data Hasil Penelitian ... 71

1. Data Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga (X1) ... 71

2. Data Lingkungan Sosial Mahasiswa (X2) ... 75

3. Data Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik ... 78

4. Data Hasil Pengujian Prasyarat Hipotesis Penelitian ... 81

a. Data Hasil Pengujian Normalitas Data Hasil Penelitian ... 82

b. Data Hasil Pengujian Linieritas Data Hasil Penelitian ... 83

c. Hasil Pengujian Homogenitas Data Hasil Penelitian ... 84

5. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 90

a. Terdapat Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Mahasiswa sebagai Warga Negara yang Baik ... 90

b. Terdapat Pengaruh Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik ... 91

c. Terdapat Perbedaan Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap Pembentukan Karakter Sebagai Warga Negara yang Baik antara Mereka yang Kos dan Tidak Kos ... 91

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

1. Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga berpengaruh terhadap Pembentukan Karakter Mahasiswa sebagai Warga Negara yang Baik ... 92

2. Lingkungan Sosial Mahasiswa berpengaruh terhadap Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik ... 95

3. Perbedaan Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua dalam

Keluarga dan Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik


(7)

antara Mereka yang Kos dan Tidak Kos Memiliki

Perbedaan yang Cukup Signifikan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 46 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 49 3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 55 3.4 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Peran Pendidikan Orang Tua

dalam Keluarga ... 64 3.5 Pengujian Reliabilitas Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa ... 64 3.6 Pengujian Reliabilitas Variabel Pembentukan Karakter Sebagai

Warga Negara yang Baik ... 64

4.1 Nilai Mean, Median, Modus, Range, Minimal, dan Maksimal

Variabel Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga ... 72

4.2 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel

Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga Berdasarkan Tempat

Tinggal ... 74

4.3 Nilai Mean, Median, Modus, Range, Minimal, dan Maksimal

Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa ... 76

4.4 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel

Lingkungan Sosial Mahasiswa Berdasarkan Tempat Tinggal ... 77

4.5 Nilai Mean, Median, Modus, Range, Minimal, dan Maksimal

Variabel Pembentukan KarakterSebagai Warga Negara yang Baik ... 79

4.6 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel

Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik Berdasarkan Tempat Tinggal ... 80 4.7 Hasil Pengujian Normalitas Data Penelitian ... 82 4.8 Hasil Pengujian Linieritas Variabel Peran Pendidikan Orang Tua

dalam Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Sebagai Warga

Negara yang Baik ... 83

4.9 Hasil Pengujian Linieritas Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa

terhadap Pembentukan Karakter Sebagai Warga Negara yang Baik ... 84

4.10 Hasil Pengujian Homogenitas Variabel Peran Pendidikan Orang Tua

dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap

Pembentukan Karakter Sebagai Warga Negara yang Baik ... 85 4.11 Nilai t ... 86 4.12 Nilai Adjusted R Square dan R Square Change ... 87

4.13 Nilai Adjusted R Square dan R Square Change Mahasiswa yang Kos . 88

4.14 Nilai Adjusted R Square dan R Square Change Mahasiswa

yang Tidak Kos ... 89 4.15 Kesimpulan Hasil Penelitian secara Universal ... 102


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 43 3.1 Desain Penelitian ... 50

4.1 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel Peran Pendidikan

Orang Tua dalam Keluarga Berdasarkan Tempat Tinggal ... 75

4.2 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel Lingkungan Sosial

Mahasiswa Berdasarkan Tempat Tinggal ... 78

4.3 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel Pembentukan

Karakter Sebagai Warga Negara yang Baik Berdasarkan Tempat


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. SK Pembimbing Penulisan Tesis ... 115

2. Kuesioner Penelitian yang sudah Valid ... 117

3. Data Hasil Pengujian Istrumen Penelitian terhadap Variabel Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga (X1) ... 127

4. Data Hasil Pengujian Istrumen Penelitian terhadap Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa (X2) ... 130

5. Data Hasil Pengujian Istrumen Penelitian terhadap Variabel Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik (Y) ... 133

6. Data Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga (X1) ... 138

7. Data Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa (X2) ... 140

8. Data Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik (Y) ... 143

9. Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian ... 147

10. Daftar Responden Penelitian dari Unlam Banjarmasin ... 148

11. Daftar Responden Penelitian dari Unpar Palangkaraya ... 151

12. Data Hasil Penelitian ... 153

13. Hasil Pengujian Hipotesis Menggunakan Rumus Regresi Linier Berganda (Stepwise) ... 180


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Seni) dengan berbagai akibatnya, kemudian diiringi dengan arus globalisasi yang terasa begitu cepat tentunya akan sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Pengaruh tersebut dapat memunculkan berbagai dinamika sosial yang layak untuk diperhitungkan dan mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terkait. Salah satu dampak dari perkembangan IPTEKS dan globalisasi adalah mulai terkikisnya karakter bangsa yang mengarah kepada penurunan karakter sebagai warga negara yang baik (good citizen). Karena itu, diperlukan sebuah usaha untuk tetap menyelamatkan dan melindungi generasi-generasi muda dari pengaruh yang sifatnya negatif. Secara umum Gaffar (2012: 2-5) menyatakan bahwa:

Gambaran tantangan utama masa kini dan mungkin masa mendatang berdasarkan fenomena perubahan sosial dan dampak arus globalisasi yang amat cepat yang melanda hampir setiap aspek kehidupan manusia terdiri dari:

1. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap

berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dunia bisnis dan industri.

2. Konflik, tindak kekerasan, perang yang berkepanjangan yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi.

3. Dominasi negara adidaya terhadap negara lain dalam berbagai bentuk.

4. Revolusi ICT banyak mengubah pola hidup, pola pikir dan pola tindak manusia yang semakin materialistik dan pragmatis, serta amat bergantung pada ICT hampir dalam setiap aspek kehidupan.

5. Perubahan value system masyarakat yang didominasi oleh

materialisme dan pragmatisme serta mengabaikan values budaya. 6. Dampak proses globalisasi yang menusuk setiap aspek kehidupan,

setiap saat dan terus menerus telah meluluhlantakkan kehidupan keseharian tanpa terkendali yang mengakibatkan kehidupan dijalani tanpa arah yang jelas dan tanpa kepercayaan terhadap sesama manusia.

7. Perkembangan populasi usia muda yang amat cepat dan

bertambahnya jumlah penduduk usia tua karena perbaikan kesehatan.


(12)

8. Persaingan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas amat keras dan hanya mereka yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi yang dapat menikmati kesempatan pendidikan yang berkualitas.

9. Khusus di Indonesia, krisis nasional yang berkepanjangan,

terutama yang berkaitan dengan meningkatnya tindak pidana korupsi di segala lapisan masyarakat dalam proses demokrasi. Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa persoalan hidup yang dihadapi oleh bangsa Indonesia terasa semakin beragam dan begitu kompleks. Setiap individu senantiasa dihadapkan dengan berbagai dilema kehidupan yang semakin hari terasa semakin menghimpit, sehingga menuntut adanya suatu pondasi dan benteng yang kokoh dalam rangka mencegah dan meminimalisir berbagai efek negatif yang di bawa oleh arus globalisasi dan dampak IPTEKS itu sendiri. Selain itu, konflik individu maupun kelompok yang senantiasa mengintai, dikhawatirkan juga akan menjadi acaman tersendiri terhadap keutuhan dan semangat kebangsaan. Burdjani (2008: 1) juga menyatakan bahwa:

Gambaran umum kehidupan masyarakat masa kini banyak kemajuan yang dirasakan, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi ataupun komunikasi mulai dari yang sifatnya tradisional hingga yang paling canggih. Di balik semua itu banyak pula dilihat, dirasakan dan didengar orang tua (langsung/tidak langsung) telah menyatakan keluhan terhadap keperihatinan terhadap anak-anaknya.

Dari kedua Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa begitu rumit permasalahan yang melanda dan menjadi tantangan bangsa Indonesia, baik sekarang maupun di masa mendatang. Karena itu, diperlukan sebuah

„jawaban‟ dalam rangka menyelamatkan generasi-generasi penerus bangsa ke

depan. Jawaban yang paling realistis dan mampu menjadikan bangsa ini berubah ke arah yang lebih baik adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Selain itu, pendidikan juga merupakan faktor utama dalam membangun pribadi atau karakter warga negara. Pendidikan juga merupakan unsur terpenting dalam membentuk pola pikir, akhlak, dan perilaku warga negara agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Melalui sistem


(13)

pendidikan yang unggul diharapkan akan terlahir generasi penerus bangsa yang cerdas, berkualitas, dan senantiasa mampu menyesuaikan diri dalam berbagai kehidupan, yakni kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 bahwa:

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pernyataan di atas dapat dimaknai bahwa melalui pendidikan yang notabene adalah bentuk usaha dari masing-masing pribadi dan pemerintah akan terlahir generasi-generasi penerus bangsa yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pada kenyataannya permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini justru salah satunya adalah dalam dunia pendidikan. Akhir-akhir ini banyak sekali muncul berbagai kejadian dan peristiwa yang mencemarkan dunia pendidikan itu sendiri dan tentunya juga sangat mengejutkan berbagai kalangan, tidak saja pemerintah, akademisi, guru dan para stake holder tetapi juga masyarakat serta para orang tua yang sehari-hari senantiasa terlibat langsung di dalam keberlangsungan pendidikan anaknya. Beberapa kejadian

tersebut diantaranya adalah “tradisi” curang Ujian Nasional, aksi contek

masal, tawuran pelajar, demonstrasi massa tidak terkecuali demostrasi yang dilakukan oleh mahasiswa yang diakhiri dengan tindak kekerasan dan pengrusakan fasilitas umum, perilaku tidak jujur salah satu diantaranya adalah plagiarisme, perbuatan yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh nilai yang tinggi atau supaya dapat lulus suatu mata kuliah tertentu, dan lainnya yang pastinya sangat bertentangan dengan norma ataupun etika akademik. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Zubaedi (2011: 1-2) bahwa:


(14)

Diakui atau tidak diakui saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak. Krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan, perampasan, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Perilaku remaja kita juga diwarnai dengan gemar menyontek, kebiasaan bullying di sekolah, dan tawuran.

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa banyak sekali perilaku-perilaku tidak terpuji yang terjadi dan itu merupakan bentuk atau dampak dari semakin melemahnya karakter bangsa saat ini. Padahal saat ini pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan program sertifikasi bagi para pendidik, program tersebut sebenarnya merupakan bentuk kepedulian pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia tetapi pada kenyataannya masih menimbulkan beberapa konflik tersendiri. Program peningkatan mutu pendidik yang dilaksanakan melalui program sertifikasi belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal itu seperti yang dikemukakan oleh Gaffar (2012:14) bahwa:

Secara praktis, implementasi program itu tidak sesuai atau bertentangan dengan gagasan mutu itu sendiri seperti sertifikasi melalui portopolio, dan melalui PLPG. Kedua program ini tidak menyentuh problem pokok peningkatan mutu tapi lebih banyak kepada formalitas untuk memperoleh sertifikat pendidik semata.

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa salah satu bentuk usaha dari pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan belum menunjukkan dampak yang signifikan. Padahal pemerintah telah melakukan beberapa terobosan salah satunya adalah melalui program sertifikasi pendidik sebagaimana disebutkan di atas. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas pendidikan yang ada di Indonesia, tetapi itu semua belum merupakan jawaban terakhir terhadap berbagai persoalan yang muncul saat ini. Karena itu, persoalan yang menimpa bangsa saat ini khususnya generasi muda perlu segera mendapat respon dan perhatian dalam rangka kembali merevitalisasi nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sebagai bangsa


(15)

Timur yang terkenal dengan budaya santun, jujur, arif dan bijaksana. Pendidikan yang berorientasi terhadap pembentukan karakter anak perlu ditingkatkan. Pendidikan tidak boleh lagi hanya dibebankan kepada pemerintah dan sekolah, Antisipasi harus dilakukan melalui hal-hal yang paling kecil dan sederhana, terutama melalui pendidikan yang berlangsung di dalam kelompok terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga. Keluarga merupakan tempat di mana seseorang atau individu menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memanajemen segala sesuatu, baik dalam hal emosi maupun perilakunya.

Salah satu dampak negatif yang dikhawatirkan apabila permasalahan ini tidak terselesaikan atau tidak dilakukan penelitian akan menyebabkan generasi muda bangsa ini menjadi “loyo” atau “mudah loyo”. Sehingga ada kecenderungan untuk lebih suka memilih jalan pintas “nrabas” (istilah Koendjaraningrat) dan instan dalam melakukan berbagai aktivitas. Selain itu, apabila hal ini tetap dibiarkan, maka lama kelamaan akan menimbulkan khawatiran terhadap menurunnya sikap kepedulian antar teman serta menurunnya aspek kualitas dalam hal keilmuan.

Secara umum pendidikan di Indonesia terbagi menjadi beberapa bagian, yakni pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal (Pasal 1 ayat 10-13 UU No. 20 Tahun 2003). Pendidikan formal sering disebut sebagai pendidikan persekolahan, yakni berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku. Pendidikan formal terdiri dari jenjang sekolah dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Sementara pendidikan taman kanak-kanak masih dipandang sebagai pengelompokan belajar yang menjembatani anak dalam dalam suasana hidup keluarga. Selain pendidikan formal, terdapat juga pendidikan non formal, yakni jenjang pendidikan yang didapat di luar satuan pendidikan formal dalam rangka mempersiapkan potensi diri sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat. Selanjutnya ada juga pendidikan informal sebagai suatu fase pendidikan yang berada di samping dan di dalam pendidikan formal dan non formal yang sangat menunjang


(16)

keduanya, karena sebagian besar waktu peserta didik adalah justru berada di dalam ruang lingkup yang sifatnya informal.

Salah satu sub sistem pendidikan yang juga sangat krusial perannya dalam pembentukan karakter warga negara adalah pendidikan informal (pendidikan di dalam lingkungan keluarga). Menurut Syarbini (2012: 63)

bahwa: “Keluarga merupakan lingkungan utama yang dapat membentuk

watak dan karakter anak”. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa orang tua yang notabene adalah pendidik utama dalam sebuah keluarga memiliki tanggung jawab penuh dalam mendidik anak-anaknya selama di rumah. Sejak lahir tanpa disadari sang anak telah menerima pendidikan dari orang tua tentang banyak hal termasuk di dalamnya adalah bagaimana menjadi anak yang baik termasuk perkataan maupun perilakunya.

Pendidikan formal, non formal, dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya out put pendidikan berupa sumber daya manusia yang unggul dan cerdas sangat tergantung pada hubungan ketiga sub sistem tersebut dalam menunjang keberhasilan siswa. Karena itu, ketiga sub sistem tersebut harus saling melengkapi dan saling bersinergi dalam rangka membentuk generasi muda sebagai warga negara yang baik dan cerdas (smart and good citizen).

Orang tua merupakan guru pertama kali bagi anak untuk bertanya tentang hal-hal kecil hingga yang besar. Dari pengalaman tersebut, dapat didefinisikan bahwa pendidikan yang ditempuh siswa sebagai suatu bentuk bimbingan yang diberikan dan diarahkan oleh orang tua. Tanpa disadari orang tua di dalam kehidupan keluarga telah mengajarkan nilai-nilai kebaikan (civic values) kepada anak melalui pendidikan informal. Karena itu, pendidikan di dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan dan karakter anak pada saat melakukan proses pendidikan atau setelahnya. Purwanto (2006: 69) menyatakan bahwa: “Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, melalui keluarga anak akan mengenal nilai dan norma yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat”. Pendapat tersebut


(17)

dapat dimaknai bahwa keluarga akan membekali pengetahuan bagi anak untuk mengenal berbagai nilai dan norma yang berlaku di lingkungan sosial sekitar.

Keluarga di lain sisi juga bisa dikatakan sebagai sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan anak. Hal ini disebabkan karena anak hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga, yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu, dan hubungan anak dengan anggota keluarga lain yang tinggal bersama-sama. Keadaan keluarga yang besar jumlah anggotanya berbeda dengan keluarga kecil. Bagi keluarga besar pengawasan agak sukar dilaksanakan dengan baik, demikian juga menanamkan nilai-nilai kedisiplinan terhadap masing-masing anak. Berlainan dengan keluarga kecil, pengawasan dan disiplin dapat dengan mudah dilaksanakan. Selain itu, perhatian orang tua terhadap masing-masing anak dalam sebuah keluarga kecil cenderung lebih mudah diberikan, baik mengenai akhlak, pendidikan di sekolah, pergaulan, dan sebagainya. Dalam hal keadaan ekonomi, tentu bagi keluarga besar dengan penghasilan yang sedikit akan repot, karena membiayai kehidupan yang pokok-pokok saja agak sulit apalagi untuk membiayai sekolah dan berbagai kebutuhan lain. Karena itu, sering terjadi pertengkaran diantara istri dan suami karena masalah ekonomi keluarga yang menyebabkan kehidupan keluarga menjadi tidak harmonis lagi dan pada gilirannya mempengaruhi tingkah laku anak ke arah negatif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Willis (2010: 99-107) bahwa:

Beberapa faktor penyebab kenakalan anak dan remaja yang berasal dari lingkungan keluarga adalah:

1. Anak kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua.

2. Lemahnya keadaan ekonomi orang tua di desa-desa, telah

menyebabkan tidak mampu mencukupi kebutuhan anak-anaknya. 3. Kehidupan keluarga tidak harmonis.

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa perilaku menyimpang atau kenakalan yang dilakukan oleh anak sebenarnya dipicu atau disebabkan oleh faktor keluarga, baik karena kurangnya kasih sayang maupun perhatian dari orang tua di dalam kehidupan keluarga, di samping faktor ekonomi dan keharmonisan rumah tangga.


(18)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Prodi Pendidikan PPKn (Pend. PPKn) FKIP Unlam Banjarmasin diperoleh data bahwa mayoritas mahasiswa Prodi Pend. PPKn berasal dari luar kota Banjarmasin yang jauh dari tempat tinggal orang tuanya. Karena itu, mereka harus hidup mandiri jauh dari kedua orang tua dengan cara menyewa rumah atau kos. Dengan kondisi demikian praksis bahwa kedua orang tua tidak bisa menjalankan perannya secara maksimal dalam melakukan pendidikan terhadap karakter anaknya secara maksimal dan memantau kondisi lingkungan sosial anaknya secara langsung. Padahal kondisi anak yang berada jauh dengan orang tua akan menimbulkan celah dan memberikan kelonggaran tersendiri pada si anak dalam mengontrol pergaulan dan teman sepermainannya.

Kondisi ideal pada saat anak melakukan studi mengharuskan orang tua untuk selalu mendampingi, memantau dan memberikan perhatian secara maksimal kepada setiap anak, sehingga peran orang tua dalam memantau pendidikan anaknya bisa maksimal. Selain itu, orang tua juga bisa secara langsung melakukan pengawasan terhadap kondisi lingkungan sosial dalam artian senantiasa memantau teman bergaul anak, sehingga kemungkinan anak untuk terjebak dalam pergaulan yang bersifat negatif dapat dicegah dan diminimalisir. Melalui kondisi yang ideal pada saat belajar atau studi, anak diharapkan bisa maksimal dan berhasil sesuai dengan yang dinginkan oleh orang tua dan pribadi si anak.

Realita yang terjadi saat ini di Indonesia bahwa sebagian orang tua (ayah) sangat sibuk mencari nafkah, sehingga beberapa orang tua (ayah) menyerahkan tanggung jawab pendidikan sepenuhnya kepada sekolah. Karena itu, mereka tidak mempunyai banyak kesempatan untuk memperdalam pengetahuannya mengenai cara mendidik anak yang benar dan perkembangan yang terjadi pada anaknya baik secara emosional, materi maupun prestasi. Tidak jarang pula orang tua yang kedua-duanya sibuk bekerja dengan ikhlasnya menyerahkan beban dan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada orang lain atau pihak lain. Sebagian orang tua ada juga yang lebih suka


(19)

untuk mencari sekolah yang dianggapnya baik walaupun mahal, lalu menyerahkan segalanya kepada pihak sekolah. Yang lebih ironis lagi ketika terjadi peristiwa di mana orang tua mengamuk kepada pihak sekolah pada saat anaknya tidak menjadi anak seperti anak yang diharapkannya. Padahal seharusnya orang tua sadar bahwa tugas dan tanggung jawab mendidik anak yang utama itu adalah orang tua bukan pihak sekolah dan kebiasaan mendidik yang dilakukan oleh orang tua di dalam keluarga akan berdampak terhadap pembentukan karakter anak sebagai warga negara muda.

Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di dalam keluarga akan sangat berdampak terhadap perilaku seseorang (warga negara). Karena itu, orang tua dalam rangka melakukan pembentukan karakter anak harus mampu menghargai aspirasi dan hak-hak yang dimiliki anak. Selain itu, orang tua dalam kehidupan keluarga harus senantiasa berusaha untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam rangka pembentukan karakter anak, walaupun hanya melalui kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya sederhana. Selain faktor kebiasaan dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anaknya di rumah, peran orang tua dalam pendidikan anak juga akan berdampak terhadap pembentukan karakter anak sebagai warga negara muda yang ideal, di samping faktor lingkungan (teman sepermainan) yang juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Lingkungan sosial merupakan tempat di sekitar keluarga dan sekolah untuk bersosialisasi dan memperoleh hal-hal yang sifatnya baru serta tidak diperoleh selama anak berada di dalam lembaga pendidikan formal dan keluarga. Karena itu, lingkungan sosial akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku setiap individu. Santrock (2008: 90) menyatakan bahwa:

Beberapa anak tumbuh di lingkungan yang seragam etnisnya, yang lainnya dalam lingkungan etnis yang bercampur-campur. Beberapa keluarga anak hidup dalam kemiskinan, yang lainnya berkecukupan. Ada anak yang punya saudara kandung, ada juga yang tidak. Situasi yang bervariasi ini akan mempengaruhi perkembangan anak dan mempengaruhi murid di dalam dan di luar ruang kelas.


(20)

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa sebagian anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosial yang berbeda. Hal tersebut akan berdampak terhadap karakter atau pembentukan karakter anak sebagai warga negara yang baik. Sementara itu, Yusuf (1991: 110) menyatakan bahwa:

Interrelasi yang terjadi antara manusia dengan lingkungan berawal dari

persepsi (psikis), rangsangan (fisik-organis), dan dampak

(lingkungan). Ketiga komponen ini menjadi masukan dan menyatu, baik pada manusia maupun pada berbagai sistem yang ada di lingkungan.

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa hubungan antara anak sebagai warga negara dengan lingkungan sosial terjadi karena (1) adanya keinginan berupa dorongan yang muncul dari persepsi si anak, (2) rangsangan dari lingkungan sosial tersebut, serta (3) dampak yang ditimbulkan oleh lingkungan sosial itu sendiri. Menurut paham atau teori Behavioristik (Makmun, 2005: 24) bahwa:

Pola-pola perilaku dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcement) dengan mengkondisikan stimulus

(conditioning) dalam lingkungan (envirnmentalistik). Dengan

demikian, perubahan perilaku (behavior change) sangat mungkin terjadi.

Pendapat atau teori di atas dapat dimaknai bahwa perilaku seseorang/individu salah satunya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sosial sekitar di mana individu tersebut berada. Perilaku individu sangat mungkin berubah untuk menyesuaikan atau terpengaruh oleh lingkungan sosial. Karena itu, lingkungan sosial sangat berpotensi untuk memberi dampak tersendiri tidak terkecuali dampak negatif yang pada akhirnya akan membawa atau menjerumuskan individu tersebut ke dalam hal-hal yang bersifat merugikan dalam rangka pembentukan karakter sebagai warga negara.

Keuntungan yang diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini adalah: (1) Diperolehnya fakta pendukung bahwa peran serta orang tua dalam membentuk karakter anak sangat diperlukan. (2) Orang tua lebih menyadari akan pentingnya peran mereka dalam mendukung keberhasilan studi dan pembentukan karakter anak. (3) Orang tua akan lebih selektif dalam


(21)

mencegah, menyeleksi, dan memantau pergaulan anak dalam rangka keberhasilan studi dan pembentukan karakter. (4) Karakter anak dapat dibentuk sejak dini, yakni sejak berada di dalam lingkungan keluarga.

Kelemahan atau akibat negatif apabila permasalahan ini tetap dibiarkan (tidak dilakukan penelitian) dikhawatirkan akan menyebabkan: (1) Orang tua semakin terlena dengan aktivitas dan rutinitas sehari-hari tanpa sadar akan tanggung jawab mereka terhadap pembentukan karakter anak. (2) Anak akan semakin terlarut dan terpengaruh oleh lingkungan sosial yang dapat menyita perhatian, waktu dan keberhasilannya pada saat studi sehingga dekandensi moral anak dikhawatirkan semakin terjadi. (3) Anak akan mengalami ketidakcerdasan moral/karakter pada saat berada di rumah, tempat belajar (sekolah/kampus), dan masyarakat. Karena itu, permasalahan ini perlu untuk dilakukan sebuah penelitian.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pembentukan karakter pelajar dan mahasiswa sangat dipengaruhi oleh pendidikan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat (lingkungan sosial). Karena itu, diperlukan peran serta dari masing-masing lembaga pendidikan baik yang bersifat informal, formal, maupun nonformal demi terwujudnya karakter pelajar dan mahasiswa yang matang, yakni sebagai warga negara yang baik dan cerdas. Beberapa permasalahan yang sering terjadi diantaranya adalah orang tua kurang berperan aktif dalam mendidik anak dalam keluarga sesuai dengan yang dibutuhkan anak. Tidak jarang orang tua berpandangan bahwa pendidikan anak cukup pihak lembaga pendidikan formal saja yang mendominasi dan bertanggung jawab walaupun harus mengeluarkan biaya mahal. Secara psikologi walaupun usia anak sudah dewasa mereka tetap memiliki naluri untuk senantiasa mendapat perhatian dan pendidikan dari kedua orang tuanya secara maksimal dan kontinyu. Mayoritas yang terjadi saat ini bahwa ketika anak belajar atau studi, maka sang anak diharuskan untuk hidup mandiri dalam segalanya, termasuk ketika mereka diijinkan untuk tinggal tidak lagi serumah dengan orang tua atau keluarga. Fatalnya beberapa


(22)

orang tua seolah-olah lepas kontrol (pengawasan) terhadap kehidupan atau kebiasaan anaknya dalam belajar dan bergaul. Dengan kondisi yang demikian tidak jarang terjadi banyak anak yang gagal dalam belajar atau studi, mereka terlarut dalam pergaulan negatif yang di timbulkan oleh lingkungan sosial sekitar. Ketika perilaku dan pergaulan tidak terkontrol lagi, maka pada awal itulah muncul berbagai perilaku dekadensi moral yang bertolak belakang dengan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Daradjat (1996: 71) yang menyatakan bahwa:

Terdapat tiga lingkungan yang bertanggung jawab dalam mendidik karakter anak. Ketiga lingkungan tersebut adalah keluarga (orang tua), sekolah (para guru), dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tetapi dari ketiganya, lingkungan keluarga memiliki tanggung jawab utama dan pertama terhadap pendidikan karakter anak.

Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa persoalan karakter bukan saja menjadi tanggung jawab penuh pihak lembaga pendidikan formal, tetapi pihak keluarga juga memiliki tanggung jawab utama dalam membentuk karakter mahasiswa sehingga mampu menjadi warga negara yang baik, cerdas dan berkarakter. Makmun (2005: 135) juga menyatakan bahwa:

Lajunya proses perkembangan perilaku dan pribadi itu dipengaruhi oleh tiga faktor dominan, yakni faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan lingkungan (environment), termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan utama itu senantiasa bervariasi yang mungkin dapat menguntungkan atau menghambat atau membatasi lajunya proses perkembangan tersebut. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa karakter mahasiswa (peserta didik) sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang dilakukan oleh orang tua di dalam keluarga dan lingkungan sosial di sekitar mahasiswa. Mengingat cakupan permasalahan dalam penelitian ini cukup luas, maka perlu dilakukan pembatasan terhadap masalah yang akan diteliti sehingga penelitian ini bisa lebih fokus dan terarah. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai peran orang tua dalam mendidik anak dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara.


(23)

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah minimnya peran pendidikan orang tua dalam keluarga pada saat anak sudah dewasa, yakni ketika anak belajar atau studi. Padahal perhatian dan pengawasan orang tua secara kontinyu terhadap anak pada saat belajar atau studi sangat diperlukan demi tetap menjaga kematangan moral anak. Ketika hal demikian terjadi dikhawatirkan akan menimbulkan celah dan kemungkinan tersendiri terutama pengaruh lingkungan sosial yang mampu mengikis karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap

pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik?

2. Baaimana pengaruh lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik?

3. Bagaimana perbedaan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam

keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap

pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik.

2. Pengaruh lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik.

3. Perbedaan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos.


(24)

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terhadap pengembangan teori atau konsep pendidikan secara umum serta teori dan konsep pembentukan karakter pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Diketahuinya pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik.

b. Diketahuinya pengaruh lingkungan sosial mahasiswa terhadap

pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik.

c. Diketahuinya perbedaan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur atau sistematika dalam penulisan tesis ini terdiri dari beberapa bagian atau BAB. Adapun bagian-bagian dari struktur organisasi dalam tesis ini terdiri dari: BAB I yang merupakan bagian PENDAHULUAN, di mana bagian ini terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat/Signifikansi Penelitian, dan Struktur Organisasi Tesis. BAB II merupakan bagian KAJIAN PUSTAKA yang terdiri dari Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga, Lingkungan Sosial Mahasiswa, dan Pembentukan Mahasiswa Karakter Mahasiswa sebagai Warga Negara yang baik, Hasil Kajian Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran Penelitian, dan Hipotesis Penelitian.

BAB III merupakan bagian METODE PENELITIAN yang terdiri dari Lokasi, Subjek Populasi/Sampel Penelitian dan Cara Pemilihan Sampel, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data dan


(25)

Alasan Rasionalnya, dan Analisis Data. BAB IV merupakan bagian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang terdiri dari Pemaparan Data, dan Pembahasan Data. BAB V merupakan bagian KESIMPULAN DAN SARAN yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran Penelitian.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian, serta Cara Pemilihan Sampel

1. Lokasi Penelitian dan Justifikasi

Penelitian tentang “Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua dalam

Keluarga dan Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik” ini bertempat di Program Studi Pend. PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) dan Program Studi Pend. PPKn Universitas Palangkaraya (Unpar). Masing-masing tempat penelitian ini berada di dua ibu kota provinsi berbeda di Kalimantan, di mana Universitas Lambung Mangkurat beralamat di Jalan Brigjen H. Hasan Basry Banjarmasin provinsi Kalimantan Selatan dan Universitas Palangkaraya beralamat di jalan Yos Sudarso Kampus Unpar Tanjung Nyahoo Palangkaraya provinsi Kalimantan Tengah.

Dijadikannya Unlam dan Unpar sebagai lokasi penelitian dikarenakan permasalahan yang dibahas dan didalami dalam penelitian ini adalah tentang karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik yang dipengaruhi oleh peran pendidikan orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosialnya. Karena itu, penelitian ini harus dilakukan di tingkat perguruan tinggi dengan para mahasiswa sebagai populasi dan sampel penelitiannya. Para mahasiswa yang dijadikan sebagai populasi dan sampel penelitian adalah para mahasiswa yang secara keilmuan memiliki pengetahuan tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) secara maksimal dan fokus. Secara kasat mata para mahasiswa yang secara khusus mempelajari dan mendalami ilmu PKn adalah para mahasiswa dan para mahasiswi yang sedang kuliah di Program Studi Pend PPKn. Selain itu, dipilihnya lokasi penelitian yang bertempat di Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam Banjarmasin dan Universitas Palangkaraya karena sampai


(27)

saat ini Program Studi tersebut merupakan satu-satunya Program Studi yang ada di masing-masing Propinsi di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Berdasarkan letak geografis keberadaan dari kedua universitas ini kebetulan saling berdekatan diantara universitas-universitas lain yang ada di seluruh Kalimantan, yakni Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Barat. Jarak antara Unlam dengan Unpar ± 225 Km dengan jarak tempuh ± 5 jam perjalanan. Karena itu, keberadaan dari kedua universitas ini cenderung lebih mudah untuk dijangkau, sehingga kelengkapan maupun keobjektifan data penelitian yang diperoleh diharapkan lebih kredibel untuk dipertanggungjawabkan selain untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya penelitian.

2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh mahasiswa semester 2 dan 4 Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam dan Unpar yang berjumlah 163 orang mahasiswa. Adapun jumlah populasi tersebut masing-masing terdiri dari 90 orang mahasiswa Unlam dan 73 orang mahasiswa Unpar. Jumlah populasi dalam penelitian ini secara lebih detail tersaji dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Penelitian

UNIVERSITAS KOS TIDAK KOS JML

SMT 2 SMT 4 SMT 2 SMT 4

Unlam 29 23 21 17 90

Unpar 22 32 8 11 73

Jumlah 51 55 29 28 163

3. Cara Pemilihan dan Penggunaan Sampel

Sebelum menetapkan jumlah sampel, maka terlebih dahulu akan dilakukan pemilahan terhadap calon sampel (populasi). Pemilahan calon sampel dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan keadaan tempat tinggal


(28)

mahasiawa selama studi di perguruan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik sampel tersebut, maka sebelum melakukan tabulasi terhadap data penelitian, terlebih dahulu dilakukan pemilahan dan pemisahan terhadap sampel yang memiliki karakteristik berbeda, yakni antara mahasiswa yang tinggal serumah dengan orang tua dan yang tidak tinggal serumah dengan orang tua selama studi (kuliah) permasing-masing semester (strata).

Setelah karakteristik calon sampel penelitian sudah jelas (homogen) untuk selanjutnya dilakukan pengambilan atau penetapan jumlah sampel dengan menggunakan teknik acak berstrata secara tidak proporsional (disproportionate stratified random sampling). Artinya bahwa setiap calon sampel tidak semua akan dijadikan sebagai sampel penelitian tetapi mereka mendapat kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Hal tersebut dikarenakan keadaan sampel yang berstrata, yakni terdiri dari mahasiswa semester 2 dan 4. Selain itu, keadaan sampel penelitian juga berbeda strata berdasarkan keadaan tempat tinggal selama mereka studi (ada yang tinggal serumah dengan kedua orang tua dan ada yang tinggal tidak serumah dengan kedua orang tua/kos). Persebaran sampel dalam penelitian juga tidak merata, di mana ada sampel penelitian yang jumlah anggotanya terlalu sedikit atau tidak memenuhi jumlah minimal kriteria sampel, yakni di bawah 10 orang). Karena itu, semua anggotanya dijadikan sebagai sampel penelitian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012: 123-124) yang menyatakan bahwa:

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3; 4 orang lulusan S2; 90 orang lulusan S1; 800 orang lulusan SMU; dan 700 orang lulusan SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok lain.


(29)

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa teknik penarikan sampel (sampling) dengan menggunakan disproportionate stratified random sampling merupakan teknik yang digunakan dalam penarikan sampel penelitian apabila populasinya memiliki anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata tetapi tidak tersebar secara merata (tidak proporsional). Selain itu, Sudjana (1986: 165) juga menyatakan bahwa:

“Peluang tiap anggota untuk diambil menjadi anggota sampel tidaklah

sama karena bergantung pada banyak anggota pada tiap tingkatan sampling”. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa anggota populasi dalam sebuah penelitian tidak semua memiliki kesempatan yang sama dalam pengambilan sampel. Hal tersebut dikarenakan setelah calon sampel sudah terpetakan secara jelas dan terbagi ke dalam masing-masing strata, kemudian dilakukan pengundian untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing strata. Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan tabel Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5%. Berdasarkan tabel Isaac dan Michael (Sugiyono, 2012: 131) menyatakan bahwa: “Apabila populasi dalam suatu penelitian berjumlah 163 orang, maka jumlah minimal populasi yang harus diambil untuk dijadikan sebagai sampel penelitian berjumlah 114 orang”. Selanjutnya Sugiyono (2012: 132) juga menyatakan bahwa: Untuk menghitung jumlah sampel masing-masing strata digunakan rumus:

= x S

Di mana:

s = jumlah sampel masing-masing strata n = jumlah populasi masing-masing strata N = jumlah populasi keseluruhan

S = jumlah sampel dari seluruh populasi n

N s


(30)

Jumlah mahasiswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 118 orang yang terdiri dari mahasiswa yang tinggal serumah dengan orang tua dan yang tidak tinggal serumah dengan orang tua. Hal tersebut dikarenakan ada sampel penelitian yang berasal dari jumlah populasi yang tidak tersebar secara proporsional (jumlahnya kurang dari 10), yakni mahasiswa Unpar semester dua yang tinggal serumah dengan orang tua hanya berjumlah delapan orang dan semester empat sebanyak 11 orang. Karena itu, jumlah sampel dari strata tersebut tidak dihitung dengan menggunakan rumus yang telah digunakan pada perhitungan jumlah sampel dari masing-masing strata, melainkan diambil semuanya (delapan orang) dan sesuai dengan batas minimal jumlah sampel, yakni 10 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini secara lebih detail tersaji dalam tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Penelitian

UNIVERSITAS KOS TIDAK KOS JML

SMT 2 SMT 4 SMT 2 SMT 4

Unlam 20 16 15 12 63

Unpar 15 22 8 10 55

Jumlah 35 38 23 22 118

B. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji teori melalui hipotesis penelitian yang telah diajukan sebelumnya. Apabila suatu penelitian telah memiliki hipotesis yang kuat sebelum melakukan penelitian, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian yang sudah memiliki permasahan yang jelas. Karena itu, pendekatan yang cocok dan pas digunakan sebagai pendekatan dalam penelitian pendekatan kuantitatif, beberapa faktor pendukung supaya pendekatan kuantitatif dapat digunakan apabila permasalahan, variabel, dan instumen penelitiannya juga sudah jelas dan tersusun secara detail sebelum penelitian ini dilakukan. Selain itu,


(31)

r1

r2

R r3

permasalahan dalam penelitian ini juga didukung oleh beberapa teori dan penelitian sebelumnya yang tertuang di dalam hipotesis penelitian ini. Hal tersebut sangat sesuai dengan karakteristik pendekatan kuantitatif itu sendiri, di mana pendekatan kuantitatif dapat digunakan ketika suatu permasalahan sudah jelas dan bermaksud untuk menguji teori yang telah ditemukan sebelumnya terhadap fakta yang terjadi di tempat penelitian.

Variabel yang dibahas dalam penelitian ini mengenai pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga (X1) terhadap pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik (Y), pengaruh lingkungan sosial mahasiswa (X2) terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik (Y), dan perbedaan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga (X1) dan lingkungan sosial mahasiswa (X2) terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik (Y) antara mereka yang kos dan tidak kos. Karena itu, desain penelitian dan hubungan antar variabel penelitiannya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

C. Metode Penelitian

Jenis atau metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian atau metode survei. Hal tersebut dikarenakan populasi atau sampel dalam penelitian ini jumlahnya cukup banyak dan tersebar tidak hanya di satu tempat penelitian saja. Karena itu, tidak mungkin dilakukan wawancara secara mendalam dan bertatap muka secara langsung dengan responden

Peran Pendidikan

Orang Tua dalam Keluarga

Lingkungan Sosial Mahasiswa

Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang baik


(32)

penelitian layaknya penelitian kualitatif atau studi kasus. Apabila suatu penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, maka metode yang relevan digunakan adalah metode survei atau metode eksperimen. Karena itu, metode yang sesuai dengan karakteristik penelitian ini adalah metode survei. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012: 11) yang menyatakan bahwa: “Pendekatan penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua

metode, yakni metode eksperimen dan metode survei”. Digunakannya metode

survei dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap populasi melalui sampel penelitian yang telah ditetapkan jumlahnya. Selain itu, penelitian ini bermaksud untuk memperoleh data penelitian dari beberapa sampel yang tujuannya untuk menguji hipotesis penelitian yang telah diajukan tanpa melakukan perlakuan terhadap sampel penelitian. Penelitian ini juga bermaksud untuk mengetahui sikap sampel penelitian yang akan diukur melalui skala sikap yang telah disusun di dalam kuesioner penelitian. Hal tersebut sejalan dengan Singarimbun dan Effendi (2006: 3) yang menyatakan bahwa:

Dalam survei, informasinya dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Umumnya, pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Hal ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan demikian penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.

Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa metode survei digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dari sampel penelitian yang mewakili seluruh populasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Singarimbun dan Effendi (1995: 3) yang menyatakan bahwa:

Penelitian survei adalah suatu usaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi dari berbagai individu, baik sebagian maupun seluruhnya dengan menggunakan standar pertanyaan yang terpola dan terstruktur dengan kebutuhan akan data serta mengacu pada topik dan judul penelitian. Data yang dikumpulkan diperoleh melalui alat ukur berupa instrumen tes dan kuesioner untuk dianalisis secara kuantitatif dengan statistika korelasional.


(33)

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa metode survei digunakan oleh peneliti dalam sebuah penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya untuk kemudian dianalisis hasilnya dengan menggunakan statistik korelasional.

D. Definisi Operasional

Setiap terminologi sebuah konsep dari variabel penelitian pasti akan memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan lapangan studi yang berbeda. Oleh karena itu, untuk memperjelas konsep dari variabel yang diteliti sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda, maka perlu dirumuskan operasionalisasi variabelnya. Adapun definisi operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga (Variabel X1)

Peran pendidikan orang tua dalam keluarga merupakan peran yang seharusnya dilakukan oleh kedua orang tua dalam mendidik anak-anaknya ketika anak masih kecil maupun telah dewasa, baik pada saat di rumah maupun pada saat melakukan studi walaupun tidak tinggal serumah dengan orang tua. Bawazir (2007: 92-93) menyatakan bahwa: Peran pendidikan orang tua dalam mendidik karakter anak meliputi:

1. Peran pendidikan orang tua dalam keluarga, yang terdiri dari: a. Memelihara dan membina fitrah anak agar menjadi seperti

dasar diciptakannya, yaitu semata-mata berbakti kepada Allah SWT.

b. Membina moral anak sesuai dengan sifat asasi yang penting seperti berilmu, takwa, ikhlas, penyantun, bertanggung jawab, dan sabar.

c. Melatih kemandirian anak agar siap dan mampu melakukan peran sebagai pemimpin di masa yang akan datang.

d. Mendukung anak dalam mengaktualisasikan diri di lingkungan

sosialnya.

2. Peran pendidikan orang tua di kampus yang terdiri dari:

a. Membimbing anak untuk terus melanjutkan apa yang sudah diberikan dosen di kampus.

b. Menemukan minat-minat anak yang kemudian hasilnya dapat dikomunikasikan dengan dosen di Program Studi.

c. Mengomunikasikan masalah-masalah pendidikan anak dengan


(34)

d. Memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa peran orang tua dalam mendidik karakter anak terdiri dari dua aspek, yakni pendidikan dalam keluarga dan pendidikan di sekolah. Peran pendidikan orang tua dalam keluarga meliputi memelihara dan membina fitrah anak, membina moral anak, melatih kemandirian anak, dan mendukung anak dalam mengaktualisasikan diri di lingkungan sosialnya. Kemudian peran pendidikan orang tua di kampus meliputi membimbing anak, menemukan minat atau bakat anak, mengkomunikasikan permasahan yang di hadapi anak, dan memperhatikan kendala anak dalam belajar.

2. Lingkungan Sosial Mahasiswa (Variabel X2)

Lingkungan sosial merupakan lingkungan atau tempat di mana anak melakukan interaksi dengan teman maupun orang lain pada saat di sekolah, di rumah atau di sekitar tempat tinggalnya. Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi karakter pelajar dan mahasiswa sangatlah beragam dan kompleks. Beberapa lingkungan sosial yang sangat dekat dan sangat besar pengaruhnya terhadap karakter mahasiswa terdiri dari beberapa dimensi, yakni: lingkungan pendidikan (kampus), dan lingkungan tempat tinggal mahasiswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Syah (2003: 152-153) yang menyatakan bahwa: Lingkungan sisoal mahasiswa terdiri dari:

Lingkungan sosial akademik/kampus seperti para dosen, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa atau mahasiswa. Para dosen yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar mahasiswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial mahasiswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan mahasiswa tersebut.

Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa lingkungan sosial mahasiswa terdiri dari lingkungan akademik mahasiswa, yakni lingkungan


(35)

kampus yang terdiri dari para dosen, para staf administasi, dan teman-teman sekelas. Selain itu lingkungan sosial mahasiswa terdiri dari lingkungan mahasiswa yang terdiri dari masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal mahasiswa itu sendiri.

3. Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik (Variabel Y)

Karakter seorang mahasiswa sebagai warga negara yang baik akan sangat dipengaruhi oleh peran pendidikan orang tua dan lingkungan sosialnya. Pembentukan karakter pelajar dan mahasiswa dimaksudkan sebagai upaya membangun nilai kejujuran, kepedulian, maupun kebangsaan dengan mengacu pada karakter yang baik (good character). Karena itu, dalam upaya melakukan pembentukan karakter senantiasa diperlukan upaya sungguh-sungguh baik oleh orang tua, lembaga pendidikan maupun masyarakat. Lickona (2008: 96) menyatakan bahwa: Karakter seseorang dapat dilihat berdasarkan tiga unsur atau dimensi yakni; moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral action (tindakan moral). Masing-masing dimensi atau sub variabel tersebut juga memiliki beberapa indikator, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan moral (moral knowing) meliputi: kesadaran moral

(moral awareness); wawasan nilai moral (knowing moral); kemampuan mengambil pandangan orang lain (perpective taking); penalaran moral (moral reasoning); mengambil keputusan (decision making); pemahaman diri sendiri (self knowledge).

b. Perasaan moral (moral feeling) meliputi: kata hati atau nurani (conscience); harapan diri sendiri (self esteem); merasakan diri orang lain (emphaty); mencintai kebaikan (loving the good); kontrol diri (self control); merasakan diri sendiri (humality).

c. Perilaku bermoral (moral action) meliputi: kompetensi

(competence); keinginan (will); kebiasaan (habit).

Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa karakter seseorang dapat diukur atau diketahui melalui pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku moralnya. Hal tersebut dapat memberikan gambaran bahwa ketika seseorang memiliki kematangan moral atau karakter yang baik, maka


(36)

ketika menghadapi berbagai godaan dan ancaman yang dapat membawanya ke arah perbuatan yang tergolong perbuatan dekadensi moral, maka seseorang tersebut diharapkan cenderung dan mampu untuk melakukan pertimbangan moral yang sesuai dengan norma moral yang dianggap paling baik dan paling tepat dengan keadaan yang dihadapinya saat itu serta tidak bertentangan dengan karakter sebagai seorang mahasiswa dan warga negara yang baik. Hal tersebut hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kematangan moral dalam berfikir.

Tabel: 3.3

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Sub

Variabel Indikator

Nomor Peryataan Sebelum Uji Instrumen Nomor Pertanyaan yang Valid Nomor Peryataan Setelah Uji Instrumen 1. Peran Pendi dikan Orang tua dalam Kelua rga (X1) a. Peran Pendidik an Orang Tua dalam Keluarg a 1) Memelihar a dan membina fitrah anak agar senantiasa beribadah. 2) Membina moral anak sesuai dengan sifat asasi yang penting seperti berilmu, takwa, ikhlas, penyantun, bertanggun g jawab dan sabar. 3) Melatih kemandiria n anak agar siap dan

1, 2, dan 3.

4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13.

14, 15, dan 16,

3.

7, 8, 9, 10, 12, dan 13.

14, 15, dan 16.

1

2, 3, 4, 5, 6, dan 7


(37)

mampu melakukan peran sebagai pemimpin di masa yang akan datang. 4) Mendukun g anak dalam mengaktual isasikan diri di lingkungan sosialnya.

17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 24.

19, 20, 21, dan 23.

11, 12, 13, dan 14 b. Peran Pendidik an Orang tua di kampus. 1) Membimbi ng anak untuk melanjutka n apa yang sudah diberikan dosen di kampus. 2) Menemuka n minat-minat anak yang kemudian hasilnya dapat dikomunik asikan dengan dosen di Program Studi. 3) Mengomun ikasikan masalah-masalah pendidikan anak dengan pihak

25, dan 26.

27, dan 28.

29, 30, dan 31.

25, dan 26.

27, dan 28.

29, dan 30.

15, dan, 16

17 dan 18


(38)

Program Studi. 4) Memperhat ikan faktor-faktor yang mempenga ruhi belajar.

32, 33, 34 dan 35.

32, 33, 34, dan 35

21, 22, 23 dan 24 2. Lingk ungan Sosial Maha siswa (X2) a. Lingkun gan sosial di kampus

1) Dosen, staf dan Teman-teman sekelas menunjukk an sikap dan perilaku yang simpatik. 2) Dosen, staf

dan Teman-teman sekelas memperlih atkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar

36, 37, 38, 39, 40, dan 41.

42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, dan 62.

37, 38, 40, dan 41.

43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, dan 62.

25, 26, 27, dan 28

29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, dan 47


(39)

mahasiswa. b. Lingkun gan sosial di sekitar rumah. 1) Masyarakat , tetangga dan teman sepermaina n menunjukk an sikap dan perilaku yang simpatik. 2) Masyarakat , tetangga dan teman sepermaina n memperlih atkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar mahasiswa.

63, 64, 65, dan 66.

67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, dan 80.

63, 64, 65, dan 66.

67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, dan 80.

48, 49, 50 dan 51

52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, dan 65

3. Pemb entuk an Karak a. Pengeta huan moral (moral 1) Kesadaran moral (moral awareness) 2) Wawasan nilai moral (knowing

81, 82, 83, dan 84.

85, 86, 87, dan 88.

81, 82, 83, dan 84.

85, 86, dan 88.

66, 67, 68, dan 69.

70, 71, dan 72


(40)

ter sebag ai Warg a Negar a yang Baik (Y) knowing ) moral values) 3) Kemampua n mengambil pandangan orang lain (perpective taking) 4) Penalaran moral (moral reasoning) 5) Mengambil keputusan (decision making) 6) Pemahama n diri sendiri (self knowledge)

89, 90, 91, dan 92.

93, 94, 95, dan 96.

97, 98, 99, dan 100.

101, 102, 103, dan 104.

91, dan 92.

93, 94, 95, dan 96.

97, 99, dan 100.

102, 103, dan 104.

73, dan 74

75, 76, 77, dan 78

79, 80, dan 81

82, dan 84

b. Kesadar

an moral (moral feeling)

1) Kata hati atau nurani (conscienc e) 2) Harapan diri sendiri (self esteem) 3) Merasakan diri orang lain (emphaty) 4) Mencintai kebaikan (loving the good) 5) Control diri (self control) 6) Merasakan diri sendiri (humility) 105, 106, 107, dan 108. 109, 110, 111, dan 112. 113, 114, 115, dan 116. 117, 118, 119, dan 120. 121, 122, 123, dan 124. 125, 126, 127, dan 128. 105, 106, 107, dan 108. 109, 110, 111, dan 112. 113, 114, 115, dan 116. 117, 119, dan 120. 121, 122, dan 124. 125, 127, dan 128.

85, 86, 87, dan 88.

89, 90, 91, dan 92

93, 94, 95, dan 96

97, 98, dan 99

100, 101, dan 102 103, 104, dan 105

c. Perilaku 1) Kompetens

i

129, 130, 131, 132,

129, 130, 131, 132 dan

106, 107, 108, 109,


(41)

bermora l (moral action)

(competenc e)

2) Keinginan

(will)

3) Kebiasaan

(habit)

dan 133. 134, 135, 136, 137, dan 138. 139, 140, 141, 142, dan 143.

133. 134, 137, dan 138. 139, 140, 141, dan 142.

dan 110 111, 112, dan 113 114, 115, 116, dan 117

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner penelitian. Digunakannnya kuesioner sebagai instrumen dalam penelitian ini dikarenakan jumlah sampel yang lumayan banyak, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan wawancara satu persatu secara mendalam. Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur jawaban sampel penelitian dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala tersebut digunakan kerena untuk mendapatkan data penelitian yang berupa data ordinal. Sugiyono (2012: 7) menyatakan bahwa: “Data ordinal merupakan data kuantitatif yang berbentuk

peringkat/ranking”. Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala likert dengan bentuk pilihan ganda yang terdiri dari: a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Jarang

e. Tidak pernah

Jawaban tertinggi sebagaimana skala sikap di atas diberi skor lima dan yang terendah diberi skor satu. Karena itu, jawaban di dalam instrumen ini bersifat tertutup, artinya setiap responden diminta untuk mengisi jawaban sesuai dengan pilihan yang telah disediakan. Responden tidak diperkenankan menjawab sesuai dengan jawaban yang tidak tersedia walaupun hal tersebut sesuai dengan pengalaman dan fakta atau kejadian yang pernah mereka alami sendiri.


(42)

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum melakukan penelitian berupa penyebaran kuesioner, terlebih dahulu dilakukan proses pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen dilakukan dengan cara menyebarkannya terhadap 32 mahasiswa Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam Banjarmasin. Setelah instrumen tersebut terkumpul untuk selanjutnya dilakukan tabulasi dan proses perihitungan nilai validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang diujicobakan terdiri dari tiga variabel penelitian yang tersusun ke dalam 143 pertanyaan atau pernyataan. Pengujian instrumen pada ketiga variabel penelitian ini dimaksudkan untuk menguji keabsahan dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan pada saat penelitian. Kuesioner penelitian yang digunakan untuk melakukan pengujian instrumen terdapat di dalam lampiran 1.

1. Pengujian Validitas Instrumen

Pengujian Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya adalah melalui pendapat ahli (judgment experts) dan pengujian validitas.

a. Pendapat Ahli (Judgment Experts)

Pengujian validitas instrumen melalui pendapat ahli (judgment

experts) dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mengkonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada dosen pembimbing satu dan dosen pembimbing dua. Adapun hasil pengujian judgment experts diperoleh hasil bahwa (1) Variabel Peran Pendidikan Orang Tua dalam keluarga diukur melalui dua sub variabel yang masing-masing sub variabel terdiri dari empat faktor atau indikator. Kemudian dari delapan indikator tersebut dikembangkan menjadi 35 pertanyaan/pernyataan. (2) Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa diukur melalui lima sub variabel yang masing-masing sub variabel terdiri dari dua sampai sepuluh faktor atau indikator. Kemudian dari


(43)

pertanyaan/pernyataan. (3) Variabel Karakter sebagai Warga Negara yang Baik diukur melalui tiga sub variabel yang masing-masing sub variabel terdiri dari tiga sampai enam faktor atau indikator. Kemudian dari 15 indikator tersebut dikembangkan menjadi 63 pernyataan. b. Pengujian Validitas

Setelah pengujian konstruk dengan para ahli selesai, maka langkah selanjutnya adalah mengujicobakan instrumen penelitian tersebut terhadap 32 orang mahasiswa, kemudian dilanjutkan dengan proses tabulasi data ke dalam software IMB SPSS Statistics 20. Melalui proses tabulasi tersebut ditemukan beberapa butir pernyataan yang terlewatkan atau tidak terisi oleh mahasiswa. Karena itu, sebelum dilakukan proses analisa data hasil pengujian instrumen terlebih dahulu dilakukan penghitungan untuk mengetahui nilai mean sebagai alternatif dalam pengisian beberapa pernyataan yang masih kosong tidak terisi. Setelah nilai meannya ditemukan untuk selanjutnya dilakukan pengisian terhadap pernyataan responden yang masih kosong.

Setelah semua data hasil pengujian instrumen terisi (tidak ada jawaban kosong) untuk selanjutnya dilakukan proses penghitungan nilai validitas instrumen dengan cara menggunakan analisis korelasi

Pearson. Analisis korelasi Pearson dilakukan dengan cara

mengkorelasikan setiap pertanyaan/pernyataan yang ada dalam kuesioner dengan nilai total pertanyaan/pernyataan-pernyatan tersebut. Setelah proses penghitungan selesai untuk selanjutnya dilakukan seleksi atas nilai signifikansi dari masing-masing korelasi. Apabila pernyataan memiliki nilai signifikansi di bawah nilai alfa 0.05, maka instrumen atau pernyataan tersebut dinyatakan valid dan layak untuk dijadikan sebagai alat ukur atau instrumen penelitian.

Dari hasil penghitungan nilai validitas diketahui ada beberapa instrumen penelitian yang tidak valid, sehingga ada beberapa pernyataan instrumen yang tidak digunakan. Hal tersebut dikarenakan


(44)

pernyataan tersebut sudah mampu terwakili oleh pernyataan-pernyataan lain pada setiap indikator dan sub variabel penelitian. Instrumen yang telah valid dan layak untuk digunakan dalam penelitian ini berjumlah 117 pertanyaan/pernyataan. Instrumen penelitian tersebut terdapat di dalam lampiran 2.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Setelah melakukan pengujian validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian reliabilitas. Hal tersebut dikarenakan bahwa di dalam penelitian survei instrumen yang digunakan harus reliabel (andal). Suatu instrumen dikatakan andal atau memiliki kehandalan jika instrumen tersebut menghasilkan ukuran yang konsisten apabila digunakan untuk mengukur data secara berulang kali. Instrumen penelitian dinyatakan andal apabila memiliki nilai Alpha Cronbach sama dengan atau lebih dari 0,6. Hal tersebut sejalan dengan Sugiyono (2012: 184) yang menyatakan bahwa “Suatu instrumen dinyatakan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas minimal 0,6”. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel atau andal apabila instrumen tersebut memiliki nilai koefisien reliabilitas ≥ 0,6. Apabila suatu instrumen penelitian memiliki nilai Alpha Cronbach kurang dari 0,6, maka instrumen tersebut adalah dinyatakan tidak reliabel atau tidak andal.

Pengujian reliabilitas terhadap instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software IMB SPSS Statistics 20. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan penghitungan terhadap pernyataan dari masing-masing variabel dan keseluruhan variabel yang sudah valid untuk kemudian dicari nilai Alpha Cronbachnya. Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel peran pendidikan orang tua dalam keluarga terdapat pada tabel di bawah ini:


(45)

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai Alpha Cronbach untuk variabel peran pendidikan orang tua dalam keluarga (X1) yang tersusun ke dalam 24 pernyataan memiliki sebesar 0,884. Sementara hasil pengujian reliabilitas untuk variabel lingkungan sosial mahasiswa (X2) terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai Alpha Cronbach untuk variabel lingkungan sosial mahasiswa (X2) yang tersusun ke dalam 41 pernyataan sebesar 0,958. Kemudian hasil pengujian reliabilitas untuk variabel pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik (Y) terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik


(1)

mampu melakukan kontrol terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh lingkungan sosial sekitar, minimal sampai studinya selesai sehingga karakter sebagai warga negara yang baik mampu terbentuk dan terjaga secara maksimal.

4. LPTK

Setiap LPTK (Lembaga Pendidik Tingkat Kependidikan) diharapkan meningkatkan koordinasi dan perencanaan yang jelas dalam membangun hubungan baik dengan para orang tua mahasiswa secara kontinyu. Selain itu, setiap LPTK sebaiknya memberikan contoh dan teguran yang bersifat mendidik terhadap mahasiswa yang melakukan perilaku dan perbuatan yang bertentangan dengan karakter yang mencerminkan sebagai seorang warga negara yang baik.

5. Penelitian Selanjutnya

Lebih memperdalam dan memperluas instrumen penelitian sehingga tidak hanya mengukur aspek psikologi saja, selain mengeksplorasi nilai-nilai pancasila dalam pendidikan keluarga, sekolah dan lingkungan sosial.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad dan Asrori, Muhammad. (2006). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Ahmadi, Abu. (2003). Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Amalia, Ria. (2011). Hubungan Pendidikan Formal, Non Formal, dan Informal dengan Prestasi Belajar Siswa. (On-line). Tersedia di: Error! Hyperlink

reference not valid.. Diakses tanggal 20 September 2012.

Anugrahwati, Mustika. (2010). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Penumbuhan Watak Kewarganegaraan Siswa pada Konsep Globalisasi. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bawazir, Djuharah. (2007). Model Sistem Pendidikan Buyan Pendekatan Holistik Menuju Dewasa Moral di Usia 15 Tahun Berakhlak Mulia, Cerdas, Kreatif, Imajinatif. Jakarta: Buyan Andalan Sejati.

Burdjani. (2008). Potret Pendidikan Masa Kini. (On-line). Tersedia di: http://re-searchengines.com/0408burdjani.html. Di akses tanggal 28 September 2012.

Craig, Sidney D. (1990). Mendidik dengan Kasih. Yogyakarta: Kanisius.

Dagun, Save M. (2002). Psikologi Keluarga: Peranan Ayah dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Daradjat, Zakiah. (1996). Problem Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.

Dasim, Budimansyah. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.


(3)

Dwiputri, Agustine. (2011). Kejujuran dalam Keluarga. (On-line). Tersedia: http://edukasi.kompas.com/read/2011/08/07/02064924/Kejujuran.dalam.K eluarga. Diakses tanggal 24 Nopember 2011.

Gaffar, Muhammad Fakry. (2012). Membangun Universitas Masa Depan: Strategi Jangka Panjang Menuju World Class University pad Tahun 2035. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tidak diterbitkan.

Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Huitt, W. (1999). Success in the Information Age: A paradigm shift (rev. ed.).

Educational Psychology Interactive. (Online). Tersedia di:

http://www.edpsycinteractive.org/topics/context/infoage.html. Diakses tanggal 18 Maret 2013.

Isbandiah, Titiek. (2008). Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Sikap Sopan Santun Siswa (Studi Deskriptif Analitik di SMP Kota Bandung). Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press (GP Press).

Iskandar, Zulrizka. (2012). Psikologi Lingkungan: Teori dan Konsep. Bandung: Refika Aditama.

Kalidjernih, Freddy K. (2012). Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan: Edisi Kedua. Bandung: Widya Aksara Press.

Kartono, Kartini. (1985). Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta: Rajawali.

Koesoema A, Doni. (2007). Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.

Koesoema A, Doni. (2012). Pendidikan Karakter: Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius.

Latif, Yudi. (2011). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: Kompas Gramedia.

Lestari, Sri. (2012) Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lickona, Thomas. (1992). Educating For Character How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility. New


(4)

Lickona, Thomas. (2008). Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa menjadi Pintar dan Baik. Diterjemahkan oleh Lita S. Bandung: Nusa Media.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2005). Psikologi Kependidikan:Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Masyuri dan Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.

Mohammadong, (2011). Pengaruh Pembelajaran PKN dan Proses Habituasi terhadap Pembentukan karakter Siswa (Studi Dekriptif Analitis pada SMP Negeri di Kabupaten Bangka). (Tesis). Bandung: UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Nasir, M. (2008), Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

Nasution. (2004). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

NN. (2012). Pemahaman Definisi Pendidikan. (On-Line) tersedia di: Error!

Hyperlink reference not valid.. Diakses tanggal 12 Oktober 2012.

Pribadi, S. (1981). Menuju Keluarga Bijaksana. Bandung: Yayasan Sekolah Istri Bijaksana.

Purwanto, Ngalim. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rohayani, Ida. (2009). Pengaruh Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Interventif Terhadap Karakter Warga Negara Muda (Studi Deskriptif Analitis pada Siswa SMA Negeri 3 Bandung). Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sagala, Syaiful dan Gultom Syawal. (2011). Praktik Etika Pendidikan di Seluruh Wilayah NKRI: Lankah Utama Membasmi Sifat Korup dan Keterpurukan Bangsa Indonesia, Membangun Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab Generasi Muda. Bandung: Alfabeta.

Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua (Alih Bahasa). Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Santrok, John W. (2007). Remaja: Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Santrok, John W. (2007). Remaja: Edisi 11 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


(5)

Sapriya. (2007). Perspektif Pemikiran Pakar Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembentukan karakter Bangsa. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. (2006). Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Soekanto, S. (2004). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Soelaeman, M. I. (1994). Pendidikan dalam Keluarga (Buku 1 Keluarga Pengertian Dasar). Bandung: Alfabeta.

Sudjana. (1986). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, Edi. (2011). Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Habituasi terhadap Kesadaran Lingkungan Hidup Siswa SMP. (Tesis). Bndung: UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhendi, H. (2000). Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia.

Surakhmad, Winarno. (1980). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda Teknik. Bandung: Tarsito.

Suryadi, Ace dan Budimansyah, Dasim. (2009). Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional: Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Widya Aksara Press.

Suryadi, Ace. (2009). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Bandung: Widya Aksara Press.

Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syamsulbachri, Asep. (2004). Implementasi Nilai Moral Budaya Sunda dalam Visi dan Misi Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Barat. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

Syarbini, Amirullah. (2012). Buku Pintar Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah. Jakarta: As@-Prima Pustaka.

Trihendradi, C. (2012). Step by Step SPSS 20: Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. (2003). Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Jakarta: Sinar Grafika.

Universitas Pendidikan Indonesia, (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia, (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI Bandung.

Wade, Carole dan Tavris, Carol. (2007). Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Wahab, Abdul Aziz dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Willis, Sofyan S. (2009). Konseling Keluarga (Family Counseling): Suatu Upaya Membantu Anggota Keluarga Memecahkan Masalah Komunikasi di dalam Sistem Keluarga. Bandung: Alfabeta.

Willis, Sofyan S. (2010). Remaja dan Masalahnya: Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja seperti Narkoba, Free Sex dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta.

Winataputra, Udin S. dan Budimansyah, Dasim. (2007). Civic Education Konteks Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan UPI Bandung.

Yunis, Tabrani. (2011). Belajar Kejujuran di Sekolah. (On-line). Tersedia: http://pakguruonline.pendidikan.net/belajar_kejujuran_di_sekolah.html Diakses tanggal 24 Nopember 2011.

Yusuf, Yusmar. (1991). Psikologi Antarbudaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zuriah, Nurul. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.