PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK: Studi Deskriptif Di Smpn 14 Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Kajian Mengenai Keberadaan Kantin Kejujuran ... 12

B. Kajian Mengenai Perkembangan Moral... 17

1. Definisi Moral ... 17

2. Konsep Dasar Perkembangan Moral ... 19

3. Tahap-Tahap Perkembangan Moral ... 21

C. Kajian Mengenai Pendidikan Karakter ... 25

1. Pengertian Karakter ... 25

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 29

3. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter ... 33


(2)

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

D. Kajian Mengenai Warga Negara yang Baik... 42

1. Definisi Warga Negara ... 42

2. Definisi Warga Negara yang Baik ... 44

BAB III METODE PENELITIAN... 48

A. Pendekatan Penelitian ... 48

B. Metode Penelitian ... 49

C. Definisi Operasional... 50

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

1. Wawancara ... 52

2. Observasi ... 53

3. Studi Dokumentasi ... 54

4. Studi Literatur ... 55

E. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 55

1. Lokasi Penelitian ... 55

2. Subjek Penelitian ... 56

F. Tahap Penelitian ... 57

1. Persiapan Penelitian ... 57

2. Perizinan Penelitian ... 57

3. Pelaksanaan Penelitian ... 58

4. Pengolahan dan Analisis Data ... 59

5. Penyusunan Laporan ... 59

G. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 59

1. Reduksi Data ... 60

2. Penyajian Data ... 60

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data ... 60

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 64

A. Gambaran Umum SMP Negeri 14 Bandung ... 64

1. Identitas Sekolah ... 64


(3)

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

1. Laporan Hasil Observasi ... 66

2. Laporan Hasil Wawancara ... 69

C. Analisis Hasil Penelitian ... 84

1. Bentuk Program yang Dicanangkan Dalam Penerapan Kantin Kejujuran Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Siswa ... 84

2. Proses Pelaksanaan Kantin Kejujuran Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Siswa ... 88

3. Kendala yang Dihadapi Dalam Penerapan Kantin Kejujuran Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Siswa ... 97

4. Upaya yang Harus Dilakukan untuk Mengatasi Kendala Dalam Penerapan Kantin Kejujuran Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Siswa ... 100

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 108

A. Simpulan ... 108

1. Simpulan Umum ... 108

2. Simpulan Khusus ... 109

B. Saran ... 110

1. Dinas Pendidikan Kota Bandung ... 110

2. SMPN 14 Bandung ... 111

3. Guru ... 111

4. Siswa ... 111

5. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ... 112

6. Sekolah Lainnya ... 112

7. Peneliti Selanjutnya ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(4)

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Cakupan Penilaian Sikap ... 34 Tabel 2.2 Kompetensi Warga Negara yang Baik ... 44


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Karakter yang Baik ... 27

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber ... 62

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik ... 62


(6)

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Check List Daftar Pustaka

Lampiran 2 : Surat Keputusan Dosen Pembimbing Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 : Laporan Kemajuan Penulisan Skripsi Lampiran 5 : Lembar Pengesahan Skripsi Per-bab Lampiran 6 : Matriks Penelitian

Lampiran 7 : Tabel Triangulasi Lampiran 8 : Pedoman Observasi Lampiran 9 : Pedoman Wawancara

Lampiran 10 : Pedoman Studi Dokumentasi Lampiran 11 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 12 : Program Kerja OSIS SMPN 14 Bandung


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum di dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Oleh karena itu, berbagai inovasi pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kualitas di bidang akademik dan pendidikan karakter.

Amanah Undang-Undang Sisdiknas tersebut dimaksudkan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter sehingga menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas dengan karakter dan mental yang kuat. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu juga pernah ditegaskan oleh Martin Luther King (dalam Asmani, 2011, hlm. 29) yang menyatakan bahwa ‘Intelligence plus character, that is the goal of true education’ (Kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).

Winataputra & Budimansyah (2007, hlm. 177) memberikan penjelasan mengenai paradigma dasar dan pembelajaran nilai dan karakter yang berpijak pada kerangka dari teori perkembangan nilai moral dan merujuk pada upaya pencapaian semua aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional yaitu

1. Misi utama pembelajaran nilai adalah meningkatkan kualitas penguasaan (pemahaman, penghayatan, dan pengamalan) individu terhadap suatu nilai sebagai bagian yang melekat dari karakter pribadinya.

2. Ukuran kualitas penguasaan nilai adalah tingkat perkembangan nilai heteronomis melalui proses internalisasi dan personalisasi.

3. Proses pembelajaran nilai pada dasarnya merupakan proses fasilitasi dialogis antara pendidik dan peserta didik dalam rangka mewujudkan isi dan metodologi kurikulum.


(8)

2

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

4. Lingkungan sosio-kultural yang berkualitas dalam pengertian merangsang individu untuk meningkatkan kualitas penguasaan nilainya sangat diperlukan untuk memfasilitasi peningkatan nilai dalam diri masing-masing individu.

5. Model generik pembelajaran nilai bersifat holistik, terkait sosio-kultural, fasilitatif-dialogis, dan berorientasi pada peningkatan tahap perkembangan individu.

6. Guru sebagai mitra dialog, teladan, penggali nilai, penopang kajian, pengembang nilai, penguat, dan pengelola pembelajaran nilai yang efektif.

Pendidikan karakter merupakan aspek yang sangat penting dalam meraih kesuksesan di masa depan. Karakter yang baik akan membentuk pribadi yang kuat, pantang menyerah, berani, jujur, dan bertanggung jawab. Karakter-karakter seperti itulah yang harus dibina di tingkat persekolahan untuk mewujudkan warga negara Indonesia yang baik, unggul, dan kompetitif di era globalisasi.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pembentukan, penanaman, dan pengembangan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia para peserta didik. Menurut Kemendiknas (dalam Fitri, 2012, hlm. 24) tujuan pendidikan karakter antara lain

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan;

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Sekolah sebagai lembaga formal menyadari bahwa dalam menunjang sumber daya manusia yang berkarakter, harus mempersiapkan pembinaan yang tidak hanya mengutamakan produk atau hasil pembelajaran, tetapi juga proses pembelajaran. Dengan kata lain, pendidikan dalam menghasilkan lulusan


(9)

3

seharusnya mengutamakan target lulusan yang tidak hanya berbasis pada hard

skill (kecerdasan IQ/pengetahuan), tetapi juga soft skill. Seiring dengan

perkembangan zaman, pendidikan soft skill ternyata lebih diutamakan, karena kesuksesan seseorang tidak hanya semata-mata ditentukan oleh kemampuan akademik saja, melainkan dibutuhkan pula keterampilan mengelola diri sendiri dan orang lain (soft skill).

Agus Prasetyo & Emusti Rivasintha (dalam Asmani, 2011, hlm. 47)

menyatakan bahwa ‘Pendidikan karakter telah menjadi aspek yang diintegrasikan

dalam pembelajaran baik di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA)’. Pendidikan karakter dirasa perlu dalam rangka membentuk generasi penerus bangsa agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia, jujur dan bertanggung jawab. Hal ini mengingat bahwa generasi masa depan tidak akan bisa memajukan bangsa bila hanya mengandalkan IPTEK saja, akan tetapi juga harus didukung dengan nilai-nilai karakter yang mumpuni. Pendidikan karakter inilah salah satu modal untuk memperbaiki kondisi bangsa. Mengingat keterpurukan suatu bangsa disebabkan oleh rusaknya moral dan hilangnya karakter warga negara yang diakibatkan karena warga itu sendiri yang tidak dapat mengontrol diri dengan keimanan dan ketakwaan kepada Sang Pencipta.

Grand design yang dikembangkan oleh Kemendiknas (dalam Asmani,

2011, hlm. 32) mengenai pembentukan karakter peserta didik menyebutkan bahwa Secara psikologis dan sosial kultural, pembentukan karakter dalam diri individu meliputi fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial kultural tersebut dapat dikelompokkan menjadi olah hati (spiritual

and emotional development), olah pikir (intellectual development), olah

raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), serta olah rasa dan karsa (affective and creativity development).

Sekolah sebagai lembaga formal memiliki peranan yang sangat penting untuk membentuk karakter peserta didik. Saptono (2011, hlm. 24) menyebutkan sedikitnya ada empat alasan mendasar mengapa sekolah pada masa sekarang perlu


(10)

4

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

lebih bersungguh-sungguh menjadikan dirinya sebagai tempat terbaik bagi pendidikan karakter. Keempat alasan itu antara lain

1. Banyak keluarga (tradisional maupun non tradisional) yang tidak melaksanakan pendidikan karakter;

2. Sekolah tidak hanya bertujuan untuk membentuk anak yang cerdas, tetapi juga anak yang baik;

3. Kecerdasan seorang anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan;

4. Membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan sekadar tugas tambahan bagi guru, melainkan tanggung jawab yang melekat pada perannya sebagai seorang pendidik.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa masyarakat sangat mengharapkan agar sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mampu mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan adanya degradasi moral para pelajar saat ini. Degradasi moral yang terjadi saat ini antara lain tawuran pelajar, seks bebas, terjerat dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang, kriminalitas, minuman keras, dan masih banyak lagi perbuatan para pelajar Indonesia yang seyogyanya merupakan generasi penerus bangsa.

Fakta menunjukkan bahwa generasi penerus bangsa membutuhkan pembinaan karakter yang utama dan pertama adalah dari pihak keluarga sebagai lembaga pendidikan informal. Pendidikan informal dalam keluarga berupaya untuk membina karakter individu dan karakter sosial dalam lingkup kecil. Karakter sosial yang tumbuh dalam keluarga selanjutnya dibina di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dan diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal. Namun, pada kenyataannya ketiga fungsi lembaga pendidikan tersebut belum berjalan secara harmonis karena masing-masing masih bertumpu pada peranannya masing-masing-masing-masing.

Sekolah sebagai agent of change (pembaharu perilaku peserta didik) harus mampu mewadahi keharmonisan, baik keluarga maupun masyarakat. Dengan demikian, karakter yang dibentuk melalui ketiga fungsi lembaga pendidikan baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi, diharapkan dapat menumbuhkan karakter-karakter bangsa.


(11)

5

Karakter bangsa yang dicita-citakan pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Saat ini banyak berita yang mengungkap bahwa warung internet di kota-kota besar sebagian besar dikunjungi oleh para pelajar dan mahasiswa, termasuk anak-anak sekolah dasar dan menengah pertama maupun menengah atas. Ternyata, sebagian pengunjung tersebut yang termasuk siswa SD dan SMP, tidak menggunakan fasilitas internet dengan sebaik-baiknya. Mereka tidak menggunakan internet untuk mencari informasi atau mempelajari hal-hal yang positif, tetapi menggunakannya untuk mendapatkan hal-hal yang negatif, seperti pornografi dan hal yang dapat menimbulkan degradasi moral lainnya.

Fakta ini tentu sangat meresahkan banyak pihak, terutama bagi para orang tua dan guru. Selain itu, fakta tentang runtuhnya etika kejujuran dan tanggung jawab yang dikhawatirkan terus berlanjut dan menjadi berita yang tak asing lagi didengar, seperti korupsi, penyuapan, dan hilangnya supremasi hukum yang terjadi kepada para penyelenggara negara sehingga berlanjut pada komponen bangsa lainnya terutama generasi muda. Bahkan, saat ini tindakan korupsi tidak hanya melanda para pejabat elit negara saja, tetapi juga sudah menular kepada para pelajar. Hal ini ditandai dengan ditemukannya sejumlah kecurangan yang dilakukan pada saat mengerjakan ujian, seperti menyontek.

Thomas Lickona (dalam Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 12) mengungkapkan bahwa terdapat sepuluh tanda-tanda zaman yang kini terjadi mengenai merosotnya karakter bangsa, antara lain sebagai berikut

1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat, seperti tawuran antar pelajar, bahkan antar mahasiswa yang sejatinya calon intelektual.

2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk atau tidak baku menjadi fenomena di tengah masyarakat.

3. Pengaruh peer group (geng) dalam tindak kekerasan menguat.

4. perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, seks bebas, dan sebagainya.

5. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk. 6. Etos kerja yang menurun.

7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan guru. 8. Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok.

9. Tingginya budaya kebohongan dan ketidakjujuran seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.


(12)

6

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

Fenomena di atas menyadarkan kita betapa pentingnya pendidikan karakter saat ini. Mengenai pentingnya pendidikan karakter, Joseph Zins (dalam Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 18) menyatakan bahwa ‘kegagalan anak di sekolah bukan karena faktor kecerdasan otak, tetapi karakter, diantaranya rasa percaya diri, kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, bergaul, berkonsentrasi, dan rasa

empati’. Sejalan dengan pernyataan Joseph Zins, Goleman (dalam Barnawi &

Arifin, 2012, hlm. 18) mengungkapkan bahwa ‘80 persen dipengaruhi oleh

kecerdasan emosi dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ)’. Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan belajar, kesulitan bergaul, dan tidak dapat mengontrol emosinya.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk merealisasikan tujuan pendidikan karakter seperti yang dicanangkan oleh Kemendiknas adalah melalui penerapan kantin kejujuran. Kantin kejujuran adalah kantin yang menjual segala kebutuhan anak didik baik berupa makanan, minuman serta segala perlengkapan siswa baik berupa alat tulis menulis maupun buku tulis. Semuanya dipajang dalam etalase kantin kejujuran tanpa ada penjaga, sebagaimana sebuah kantin pada umumnya.

Kantin kejujuran juga memajang kotak uang yang berguna untuk menampung hasil transaksi siswa, bila ada kembalian maka mereka sendiri yang mengambil dan menghitung hasil kembaliannya. Oleh karena itu, kantin ini dibangun demi mewujudkan kesadaran siswa untuk berbuat jujur dan melatih sikap bertanggung jawab tanpa harus diawasi oleh guru ataupun pengelola kantin. Adapun tujuan utama pengadaan kantin ini adalah mengukur kejujuran dan tanggung jawab anak didik sehingga dengan pengalaman mereka itu ia akan menjadi warga negara yang jujur dan bertanggung jawab.

Kantin kejujuran merupakan langkah awal dalam pendidikan karakter, dimana siswa dapat menunjukkan nilai karakter yang sudah ia miliki dalam kehidupan sehari-harinya, seperti karakter jujur, mandiri, dan bertanggung jawab. Setelah diperoleh bukti yang nyata dari nilai karakter sebuah sekolah, pihak sekolah sebaiknya melakukan langkah untuk menindaklanjuti hasil tersebut. Jika


(13)

7

ditemukan hasil yang kurang memuaskan, pihak sekolah bisa mengadakan kegiatan yang lebih membangun nilai karakter siswa, contohnya dengan mengadakan seminar pendidikan karakter maupun mengundang pihak terkait untuk membantu memperbaiki nilai karakter sekolah tersebut. Namun, bila ditemukan hasil yang memuaskan, pihak sekolah bisa memperluas kantin kejujuran maupun melakukan kegiatan yang dapat membentuk kepribadian siswa yang jujur dan bertanggung jawab. Kantin kejujuran hanya akan berjalan dengan efektif untuk membangun nilai karakter bila didukung dengan adanya program lain yang sifatnya langsung memperbaiki karakter siswa.

Adapun indikator karakter jujur berdasarkan buku pedoman Kemendiknas (dalam Fitri, 2012, hlm. 40) antara lain membuat dan mengerjakan tugas dengan benar, tidak menyontek dan memberi sontekan, melaporkan kegiatan sekolah secara transparan, melakukan sistem perekrutan siswa secara benar dan adil, melakukan sistem penilaian yang akuntabel dan tidak melakukan manipulasi, dan membangun koperasi atau kantin kejujuran.

Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang mengacu pada KI-1 terkait dengan pembentukan karakter peserta didik yang religius (beriman dan bertakwa) dan sikap sosial yang mengacu pada KI-2 terkait dengan pembentukan karakter peserta didik yang jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun atau sopan, dan percaya diri. Dalam hal ini, penerapan kantin kejujuran termasuk dalam kategori pembentukan karakter melalui sikap sosial, yaitu sikap jujur. Walaupun demikian, penerapan kantin kejujuran juga berkaitan erat dengan sikap spiritual atau religius siswa. Jika sikap religius siswa sudah tertanam dengan baik, maka sikap jujur secara otomatis akan terbentuk di dalam diri siswa.

Berangkat dari latar belakang tersebut, peneliti berkeinginan untuk menelitinya dengan judul “PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI

UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK”

Penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan ilmu dan informasi secara lebih mendalam mengenai upaya pendidikan karakter melalui penerapan kantin kejujuran di sekolah.


(14)

8

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya degradasi moral para pelajar yang disebabkan oleh lemahnya pendidikan karakter.

2. Minimnya peranan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membina karakter para pelajar sehingga mereka menjadi pribadi yang berkarakter lemah.

3. Penerapan kantin kejujuran di sejumlah sekolah ternyata tidak semuanya berjalan sesuai dengan harapan. Banyak ditemukan kantin kejujuran yang bangkut karena hilangnya karakter jujur dan tanggung jawab siswa.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini yang menjadi masalah pokok adalah “Bagaimanakah Penerapan Kantin Kejujuran Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Warga Negara yang Baik?”

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk program yang dicanangkan dalam penerapan kantin

kejujuran sebagai sarana pendidikan karakter siswa?

2. Bagaimanakah proses pelaksanaan kantin kejujuran sebagai sarana pendidikan karakter siswa?

3. Kendala apa yang dihadapi dalam penerapan kantin kejujuran sebagai sarana pendidikan karakter siswa?

4. Upaya apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penerapan kantin kejujuran sebagai sarana pendidikan karakter siswa?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Sesuai rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Penerapan Kantin Kejujuran Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Warga Negara yang Baik.


(15)

9

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dibuatnya penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi bentuk program pembentukan karakter yang dicanangkan di

dalam penerapan kantin kejujuran sebagai sarana pendidikan karakter siswa. b. Menganalisis proses pelaksanaan kantin kejujuran sebagai sarana pendidikan

karakter siswa.

c. Mengkaji kendala yang dihadapi dalam penerapan kantin kejujuran sebagai sarana pendidikan karakter siswa.

d. Mengevaluasi upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penerapan kantin kejujuran sebagai sarana pendidikan karakter siswa.

e. Memberikan masukan kepada sekolah lain yang belum menerapkan kantin kejujuran agar mendirikan kantin kejujuran di sekolah sebagai sarana pendidikan karakter siswa.

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian 1. Manfaat/Signifikansi dari Segi Teori

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk bahan kajian dalam pengembangan keilmuan PKn, khususnya mengenai penerapan kantin kejujuran sebagai upaya pembentukan karakter warga negara yang baik.

2. Manfaat/Signifikansi dari Segi Kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat mengevaluasi efektivitas serta tingkat keberhasilan penerapan kantin kejujuran di sekolah khususnya dalam proses pendidikan karakter siswa.

3. Manfaat/Signifikansi dari Segi Praktik

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah inovasi baru dalam dunia pendidikan sebagai upaya pembinaan, pendidikan, dan pengembangan karakter siswa khususnya melalui penerapan kantin kejujuran di sekolah. Bagi Pendidik, pendidikan karakter membantu pendidik dalam memenuhi tanggung jawab


(16)

10

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

fundamental mereka, yakni mempersiapkan masa depan anak-anak dengan meningkatkan kepedulian, hormat, dan iklim berprestasi di sekolah.

4. Manfaat/Signifikansi dari Segi Isu serta Aksi Sosial

Penelitian ini diharapkan dapat membentuk karakter para peserta didik agar menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tujuan nasional pendidikan yang diharapkan. Selain itu, dengan upaya pembentukan karakter melalui kantin kejujuran diharapkan para peserta didik menjadi warga negara yang jujur dan bertanggung jawab sehingga kelak menjadi pribadi yang bersih dari segala bentuk tindakan korupsi yang saat ini merajalela dan menjadi momok yang mengkhawatirkan di Indonesia.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan. Bab ini berisikan mengenai latar belakang

penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/ signifikansi penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka. Bab ini berisikan kajian mengenai keberadaan kantin kejujuran, kajian mengenai perkembangan moral, kajian mengenai pendidikan karakter, dan kajian mengenai warga negara yang baik. BAB III : Metode Penelitian. Bab ini berisikan mengenai pendekatan

penelitian, metode penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, lokasi dan subjek penelitian, tahap penelitian, serta tahap pengolahan dan analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini berisikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri atas pengelolaan data dan analisis data untuk menghasilkan penemuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,


(17)

11

analisis data dan pembahasan dari analisis data yang sudah dilakukan oleh peneliti.

BAB V : Simpulan dan Saran. Bab ini berisikan mengenai simpulan dan saran yang memaparkan penafsiran peneliti terhadap hasil temuan penelitian.


(18)

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi, dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini peneliti akan menjabarkan beberapa simpulan dan mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat.

A. Simpulan

1. Simpulan Umum

Berdasarkan sejumlah temuan yang telah diuraikan, penerapan kantin kejujuran di SMPN 14 Bandung sudah berjalan dengan cukup baik. Selama lima tahun berjalan, kantin kejujuran tidak pernah mengalami kerugian. Hal ini menandakan bahwa para siswa SMPN 14 Bandung sudah menanamkan karakter jujur dan bertanggung jawab. Antusiasme siswa untuk membeli jajanan di kantin kejujuran juga cukup tinggi karena siswa sudah merasa nyaman untuk membeli jajanan di kantin kejujuran. Mereka tidak merasa terbebani dengan tata cara pembayaran di kantin kejujuran dimana semua aktivitas dalam jual beli dilakukan secara sendiri.

Berdasarkan sejumlah temuan yang didapat, terlihat bahwa penerapan kantin kejujuran sebagai upaya pembentukan karakter warga negara yang baik di SMPN 14 Bandung sudah cukup berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan kantin kejujuran dapat membentuk karakter siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah. Adapun karakter yang dapat dibangun dalam penerapan kantin kejujuran antara lain karakter jujur, mandiri, tanggung jawab, dan disiplin. Karakter-karakter tersebut merupakan beberapa Karakter-karakter yang diharapkan dalam pengimplementasian kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dalam muatannya lebih menekankan pada pembentukan karakter peserta didik. Dengan demikian, penerapan kantin kejujuran sangat tepat bila dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai di dalam muatan kurikulum 2013 dimana dalam kurikulum ini sangat mengedepankan pembentukan karakter peserta didik.


(19)

109

2. Simpulan Khusus

Berikut ini dipaparkan beberapa simpulan khusus yang diurai berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan. Adapun beberapa simpulan khusus adalah sebagai berikut:

a. Bentuk program yang dicanangkan dalam penerapan kantin kejujuran adalah menjadikan warga SMPN 14 Bandung menjadi individu yang jujur dan sehat, seperti yang tertuang di dalam slogan “Kantin Sehat dan Jujur SMPN 14 Bandung”. Dilihat dari sisi pihak sekolah sebagai penyelenggara program, bentuk program yang dicanangkan tertuang dalam program “Pembinaan Kualitas Jasmani, Kesehatan dan Gizi” yaitu melaksanakan pengamanan jajan anak sekolah, dan program “Pembinaan Budi Pekerti Luhur dan Akhlak Mulia” yaitu menumbuhkembangkan karakter jujur melalui kantin kejujuran. b. Proses pelaksanaan kantin kejujuran di SMPN 14 Bandung sebagai sarana

pendidikan karakter sudah berjalan cukup baik. Hal ini terbukti sejak didirikan selama lima tahun lebih, kantin kejujuran di SMPN 14 Bandung masih berdiri dan tidak mengalami kendala berarti yang menyebabkan kantin mengalami kerugian. Hal tersebut menunjukkan bahwa para siswa SMPN 14 Bandung sudah menerapkan karakter jujur sehingga kantin kejujuran dapat berjalan optimal hingga saat ini.

c. Kendala yang dihadapi dalam penerapan kantin kejujuran dapat berupa kendala internal dan kendala eksternal. Adapun kendala internal meliputi: sarana dan prasarana sekolah seperti masih kurang tersedianya kulkas pendingin dan cooler, kurangnya jumlah meja tempat menyimpan makanan dan minuman, serta rak untuk menyimpan persediaan/stok makanan dan minuman, kurangnya lahan sekolah, kurangnya penyediaan wastafel, dan kurangnya tempat sampah di lingkungan sekolah, serta kurangnya kesadaran warga sekolah dalam hal perawatan dan pemeliharaan fasilitas-fasilitas sekolah,. Adapun kendala eksternal meliputi: peran orang tua yang kurang memberikan perhatian kepada anak karena kedua orangtuanya sibuk bekerja; pengaruh lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang baik untuk siswa; dan


(20)

110

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

pengaruh pergaulan teman sebaya yang memberikan dampak negatif bagi siswa.

d. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penerapan kantin kejujuran sebagai sarana pendidikan karakter siswa antara lain penyediaan sarana dan prasarana untuk kelengkapan kantin kejujuran adalah dengan memberikan alokasi dana untuk penyediaan kulkas, cooler, meja, dan rak untuk menyimpan makanan dan minuman di kantin kejujuran, menyediakan tempat sampah dan wastafel sebanyak-banyaknya, mengupayakan agar seluruh warga sekolah untuk membangun kesadaran, kepedulian, serta kecintaan terhadap lingkungan sekolah, memberikan teguran, nasihat, serta pembinaan kepada anak yang tertangkap tangan mencuri jajanan dan bekerja sama dengan pihak guru bimbingan dan konseling, dalam pembelajaran PKn sebaiknya menggunakan metode dan model-model pembelajaran yang berbasis karakter, sedangkan upaya yang dapat dilakukan oleh pihak keluarga khususnya orang tua dalam mengatasi kendala yang terjadi dalam membentuk karakter siswa yaitu selalu memberikan perhatian, kasih sayang, dan pengawasan kepada anak agar segala tindakan anak dapat terkontrol dengan baik.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengajukan beberapa saran kepada berbagai pihak yang terkait dalam penelitian ini. Adapun pihak-pihak yang terkait antara lain meliputi:

1. Dinas Pendidikan Kota Bandung

a. Dinas Pendidikan Kota Bandung diharapkan selalu mengedepankan pendidikan karakter dalam menjalankan tugasnya, khususnya karakter jujur dan bertanggung jawab, agar tugas yang dijalankan dapat bermanfaat bagi semua warga masyarakat.

b. Dinas pendidikan Kota Bandung hendaknya selalu melakukan berbagai macam cara untuk memberantas tindakan yang bentangan dengan peraturan


(21)

111

hukum, agar Dinas Pendidikan Kota Bandung bersih dari segala hal yang mengarah pada tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

2. SMPN 14 Bandung

a. Pihak sekolah diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kantin kejujuran agar dapat mencetak generasi penerus bangsa yang jauh dari segala macam tindakan dan perbuatan korupsi melalui penerapan kantin kejujuran.

b. Pengelolaan kantin kejujuran sebaiknya dipegang oleh siswa agar dapat memupuk rasa tanggung jawab dan kejujuran siswa khususnya dalam hal manajemen dan pengadministrasian kantin.

c. Pihak sekolah diharapkan dapat menambah jumlah tempat sampah dan wastafel agar siswa tidak membuang sampah sembarangan dikarenakan kurangnya jumlah tempat sampah di lingkungan sekolah.

3. Guru

a. Pihak guru diharapkan dapat terus bersemangat dalam mendidik para siswa, memberikan motivasi, dan membentuk karakter siswa agar dapat menciptakan generasi emas di masa mendatang.

b. Pihak guru diharapkan dapat menggunakan berbagai macam model pembelajaran berbasis karakter yang menyenangkan, agar pelajaran PKn tidak membosankan dan disukai oleh para siswa.

4. Siswa

a. Siswa hendaknya selalu menanamkan karakter-karakter yang baik dalam melakukan kegiatan sehari-hari, baik kegiatan selama di sekolah maupun di rumah.

b. Siswa diharapkan dapat menghindari perilaku-perilaku negatif dan memberantas segala tindakan yang mengarah pada tindakan korupsi seperti mencontek saat ulangan dan mencuri jajanan di kantin.


(22)

112

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

c. Siswa diharapkan dapat terus bersemangat dalam belajar, khususnya dalam mempelajari mata pelajaran PKn, karena mata pelajaran PKn adalah pelajaran yang bermuatan karakter sehingga sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Peneliti menyampaikan saran khususnya bagi pihak departemen Pendidikan Kewarganegaraan, karena Pendidikan Kewarganegaraan dituntut untuk mampu membelajarkan dan mendidik siswa sebagaimana tujuan utama yang diharapkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu menjadi warga negara yang baik. Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

a. Departemen Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat lebih banyak mengembangkan model-model pembelajaran PKn yang menyenangkan dan berbasis karakter sehingga mata pelajaran PKn menjadi mata pelajaran yang disukai para siswa.

b. Pihak departemen Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat terus bersemangat dalam mendidik para mahasiswa sehingga dapat membentuk karakter mahasiswa yang baik dan cerdas agar menjadi warga negara yang baik seperti tujuan utama dalam Pendidikan Kewarganegaraan.

6. Sekolah Lainnya

Sekolah lain diharapkan dapat mencontoh penerapan kantin kejujuran SMPN 14 Bandung dalam upaya pembentukan karakter siswa agar menjadi warga negara yang baik.

7. Peneliti Selanjutnya

Saran yang ingin peneliti sampaikan untuk peneliti selanjutnya adalah diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai penerapan kantin kejujuran sebagai upaya pembentukan karakter warga negara yang baik.


(23)

113

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmani, J. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Baharuddin. (2012). Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Barnawi & Arifin. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan

Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Branson, M. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta: LKIS.

Budiningsih, C.A. (2008). Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa

dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta

Creswell, J.W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research. USA: Pearson

Education.

Danial, E. & Wasriah, N. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Fathoni, A. (2005). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Fitri, A. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ganeswara, G. & Wilodati. (2011). Panduan Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Maulana Media

Grafika.

Kesuma, D. dkk. (2012). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di

Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya

Koesoema, A. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman


(24)

114

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

Komalasari, K. & Syaifullah (2009). Kewarganegaraan Indonesia: Konsep,

Perkembangan dan Masalah Kontemporer. Bandung: Laboratorium

Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Lickona, T. (2012). Educating For Character Mendidik untuk Membentuk

Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Mardalis. (1999). Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk

Membangun Bangsa, Unpublished Mimeograph, Indonesia Heritage

Foundation.

Moleong, L. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mu’in, F. (2011). Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik & Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mushaf Al-Kamil Al-Quran. (2007). Jakarta: Darus Sunnah

Narbuko, C. & Achmadi, A. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurmalina, K. & Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn FPIPIS UPI.

Pustaka Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Saptono. (2011). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga.

Satori & Komariah. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, R & D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


(25)

115

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suseno, F.M. (1987). Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius

Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter, Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Winataputra, U. & Budimansyah, D. (2007). Civic Education (Konteks Landasan,

Bahan Ajar, dan Kultur Kelas). Bandung: Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiyani, N. (2013). Pendidikan Karakter dan Kepramukaan. Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Wuryan, S. & Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumber Dokumen

Lamtiur, S. (2014). Model Kantin Kejujuran Bagi Pengembangan Karakter Jujur

Siswa. Skripsi Sarjana Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan

Permendikbud nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan

Program Kerja OSIS SMPN 14 Bandung mengenai kantin kejujuran

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI


(26)

116

Diah Sholihati, 2015

PENERAPAN KANTIN KEJUJURAN SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK

Sumber Internet

Academia. (2013). Penilaian Kompetensi Sikap. [Online]. Tersedia di:

www.academia.edu/4895048/Penilaian_Kompetensi_Sikap_2013 Diakses 18 September 2014.

Djaelani, A. (2008). Kantin Kejujuran Pendidikan Antikorupsi. [Online]. Tersedia di: http://www.antikorupsi.org/id/content/kantin-kejujuran-pendidikan-antikorupsi. Diakses 12 Januari 2014.

Norhaya. (2011). Definisi Jujur. [Online]. Tersedia di: http://norhaya-jujur.blogspot.com/2011/08/definisi-jujur.html. Diakses 8 September 2014.


(1)

hukum, agar Dinas Pendidikan Kota Bandung bersih dari segala hal yang mengarah pada tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

2. SMPN 14 Bandung

a. Pihak sekolah diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kantin kejujuran agar dapat mencetak generasi penerus bangsa yang jauh dari segala macam tindakan dan perbuatan korupsi melalui penerapan kantin kejujuran.

b. Pengelolaan kantin kejujuran sebaiknya dipegang oleh siswa agar dapat memupuk rasa tanggung jawab dan kejujuran siswa khususnya dalam hal manajemen dan pengadministrasian kantin.

c. Pihak sekolah diharapkan dapat menambah jumlah tempat sampah dan wastafel agar siswa tidak membuang sampah sembarangan dikarenakan kurangnya jumlah tempat sampah di lingkungan sekolah.

3. Guru

a. Pihak guru diharapkan dapat terus bersemangat dalam mendidik para siswa, memberikan motivasi, dan membentuk karakter siswa agar dapat menciptakan generasi emas di masa mendatang.

b. Pihak guru diharapkan dapat menggunakan berbagai macam model pembelajaran berbasis karakter yang menyenangkan, agar pelajaran PKn tidak membosankan dan disukai oleh para siswa.

4. Siswa

a. Siswa hendaknya selalu menanamkan karakter-karakter yang baik dalam melakukan kegiatan sehari-hari, baik kegiatan selama di sekolah maupun di rumah.

b. Siswa diharapkan dapat menghindari perilaku-perilaku negatif dan memberantas segala tindakan yang mengarah pada tindakan korupsi seperti mencontek saat ulangan dan mencuri jajanan di kantin.


(2)

c. Siswa diharapkan dapat terus bersemangat dalam belajar, khususnya dalam mempelajari mata pelajaran PKn, karena mata pelajaran PKn adalah pelajaran yang bermuatan karakter sehingga sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Peneliti menyampaikan saran khususnya bagi pihak departemen Pendidikan Kewarganegaraan, karena Pendidikan Kewarganegaraan dituntut untuk mampu membelajarkan dan mendidik siswa sebagaimana tujuan utama yang diharapkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu menjadi warga negara yang baik. Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

a. Departemen Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat lebih banyak mengembangkan model-model pembelajaran PKn yang menyenangkan dan berbasis karakter sehingga mata pelajaran PKn menjadi mata pelajaran yang disukai para siswa.

b. Pihak departemen Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat terus bersemangat dalam mendidik para mahasiswa sehingga dapat membentuk karakter mahasiswa yang baik dan cerdas agar menjadi warga negara yang baik seperti tujuan utama dalam Pendidikan Kewarganegaraan.

6. Sekolah Lainnya

Sekolah lain diharapkan dapat mencontoh penerapan kantin kejujuran SMPN 14 Bandung dalam upaya pembentukan karakter siswa agar menjadi warga negara yang baik.

7. Peneliti Selanjutnya

Saran yang ingin peneliti sampaikan untuk peneliti selanjutnya adalah diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai penerapan kantin kejujuran sebagai upaya pembentukan karakter warga negara yang baik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmani, J. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Baharuddin. (2012). Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Barnawi & Arifin. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan

Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Branson, M. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta: LKIS.

Budiningsih, C.A. (2008). Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa

dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta

Creswell, J.W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research. USA: Pearson

Education.

Danial, E. & Wasriah, N. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Fathoni, A. (2005). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Fitri, A. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ganeswara, G. & Wilodati. (2011). Panduan Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Maulana Media

Grafika.

Kesuma, D. dkk. (2012). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di

Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya

Koesoema, A. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman


(4)

Komalasari, K. & Syaifullah (2009). Kewarganegaraan Indonesia: Konsep,

Perkembangan dan Masalah Kontemporer. Bandung: Laboratorium

Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Lickona, T. (2012). Educating For Character Mendidik untuk Membentuk

Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Mardalis. (1999). Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk

Membangun Bangsa, Unpublished Mimeograph, Indonesia Heritage

Foundation.

Moleong, L. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mu’in, F. (2011). Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik & Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mushaf Al-Kamil Al-Quran. (2007). Jakarta: Darus Sunnah

Narbuko, C. & Achmadi, A. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurmalina, K. & Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn FPIPIS UPI.

Pustaka Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Saptono. (2011). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga.

Satori & Komariah. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, R & D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


(5)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suseno, F.M. (1987). Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius

Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter, Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Winataputra, U. & Budimansyah, D. (2007). Civic Education (Konteks Landasan,

Bahan Ajar, dan Kultur Kelas). Bandung: Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiyani, N. (2013). Pendidikan Karakter dan Kepramukaan. Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Wuryan, S. & Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumber Dokumen

Lamtiur, S. (2014). Model Kantin Kejujuran Bagi Pengembangan Karakter Jujur

Siswa. Skripsi Sarjana Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan

Permendikbud nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan

Program Kerja OSIS SMPN 14 Bandung mengenai kantin kejujuran

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI


(6)

Sumber Internet

Academia. (2013). Penilaian Kompetensi Sikap. [Online]. Tersedia di:

www.academia.edu/4895048/Penilaian_Kompetensi_Sikap_2013 Diakses 18 September 2014.

Djaelani, A. (2008). Kantin Kejujuran Pendidikan Antikorupsi. [Online]. Tersedia di: http://www.antikorupsi.org/id/content/kantin-kejujuran-pendidikan-antikorupsi. Diakses 12 Januari 2014.

Norhaya. (2011). Definisi Jujur. [Online]. Tersedia di: http://norhaya-jujur.blogspot.com/2011/08/definisi-jujur.html. Diakses 8 September 2014.