TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA BEREGU TAHUN 2016 DI SMP 2 NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY).
TING ME PRO GKAT KEC ENGIKUT TAHUN Dia gu ODI PENDI JU FA UN CERDASAN TI EKSTRA N 2016 DI S
SLEMAN YO ajukan Kepa Univer untuk Mem una Memper N IDIKAN JA URUSAN P AKULTAS NIVERSITA N EMOSIO AKURIKU SMP 2 NGE
N DAERA OGYAKAR SKRIP ada Fakulta rsitas Neger menuhi Seba roleh Gelar Oleh Arif Sutr NIM. 12601 ASMANI K PENDIDIK S ILMU KE
AS NEGER 2016 ONAL PES ULER OLA EMPLAK K H ISTIME RTA (DIY) PSI
as Ilmu Keo ri Yogyakar agian Persy r Sarjana Pe
: riono 241030 KESEHATA KAN OLAH EOLAHRA RI YOGYA 6 SERTA DID HRAGA B KABUPAT EWA lahragaan rta aratan ndidikan
AN DAN R HRAGA AGAAN AKARTA DIK YANG BEREGU TEN REKREASI G I
(2)
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu Tahun 2016 di SMP 2 Ngemplak Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta“ yang disusun oleh Arif Sutriono, NIM. 12601241030, ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, Oktober 2016
Pembimbing
Farida Mulyaningsih, M.Kes NIP. 19630714 198812 2 001
(3)
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu Tahun 2016 di SMP 2 Ngemplak Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta “ yang disusun oleh Arif Sutriono, NIM. 12601241030 “ ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, Oktober 2016
Yang Menyatakan,
Arif Sutriono NIM. 12601241030
(4)
Skripsi y Mengikuti Kabupaten Sutriono, Skripsi Fa Oktober 2 Nama Farida Mu Yuyun Ar Sridadi, M A.Erlina L yang berjud i Ekstrakur n Sleman NIM. 126 akultas Ilmu 2016 dan din
ulyaningsih, ri Wibowo, M.Pd Listyarini, M HALA dul “Tingk rikuler Olah Daerah Is 601241030, u Keolahra nyatakan lul D J
, M.Kes K M.Or S
P
M.Pd P
(
AMAN PEN kat Kecerda hraga Bereg stimewa Y
telah dipe agaan Unive lus. DEWAN PE Jabatan Ketua Peng Sekretaris P Penguji I (U Penguji II (Pendampin
NGESAHA asan Emos gu Tahun 2 Yogyakarta“ ertahankan ersitas Neg ENGUJI guji Penguji Utama) ng) Yogyakart Fakultas Il Dekan,
Prof. Dr. W NIP. 19640 AN
ional Pese 2016 di SM
yang disu di depan eri Yogyak TandaT ……… ……… ……… ………
ta, Novem lmu Keolahr
Wawan S. Su 0707 19881
erta Didik MP 2 Ngem
usun oleh Dewan Pe karta, tangg Tangan Ta …… … …… … …… … …… … mber 2016 hragaan uherman, M 12 1 001
yang mplak Arif enguji gal 28 anggal ……… ……… ……… ……… M.Ed
(5)
MOTTO
1. “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’ad : 11)
2. “Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 6)
(6)
PERSEMBAHAN
Sembah sujud syukur kepada Allah SWT. Cinta kasih sayang-Mu telah memberiku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan demi kesehatan, keselamatan dan kesuksesan saya. Terima kasih atas doa dan dukungan kalian selama ini, hanya karya kecil ini yang bisa saya persembahkan.
(7)
TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA BEREGU
TAHUN 2016 DI SMP 2 NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA (DIY)
Oleh: Arif Sutriono NIM. 12601241030
ABSTRAK
Peserta ekstrakurikuler masih menunjukkan kurangnya komunikasi antar anggota tim dan kurang bekerjasama dalam tim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah survei dengan teknik pengambilan data menggunakan angket. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta ekstrakurikuler olahraga beregu SMP Negeri 2 Ngemplak adalah 124 peserta didik, karena keseluruhan populasi dijadikan sampel sehingga disebut penelitian populasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yang dituangkan dalam bentuk persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman berada pada kategori “sangat kurang” sebesar 4,84% (6 peserta didik), kategori “kurang” sebesar 27,42% (34 peserta didik), kategori “sedang” sebesar 38,71% (48 peserta didik), kategori “baik” sebesar 20,97% (26 peserta didik), dan kategori “sangat baik” sebesar 8,06% (10 peserta didik).
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul “Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu Tahun 2016 di SMP 2 Ngemplak Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta“ dapat diselesaikan dengan lancar.
Selesainya penyusunan tugas akhir skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M.Ed., Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Bapak Erwin Setyo Kriswanto, M.Kes., Ketua Jurusan POR, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah dengan ikhlas memberikan kemudahan selama menjadi mahasiswa.
4. Ibu Farida Mulyaningsih, M.Kes., Pembimbing Skripsi yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu, tenaga, dan waktunya untuk selalu memberikan yang terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Bapak Dr. Guntur, M.Pd., Penasehat Akademik yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu kepada peneliti.
(9)
6. Seluruh dosen dan staf jurusan POR yang telah memberikan ilmu dan informasi yang bermanfaat.
7. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMP 2 Ngemplak Sleman, yang telah membantu memberikan izin untuk penelitian.
8. Avelina Oktaviani Putri yang telah memberikan motivasi dukungan perhatian dan doanya.
9. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.
Yogyakarta, Oktober 2016
Penulis,
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 6
C.Batasan Masalah ... 7
D.Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Hasil Penelitian ... 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A.Deskripsi Teori ... 9
1. Hakikat Kecerdasan Emosional ... 9
2. Hakikat Ekstrakurikuler ... 20
3. Hakikat Olahraga ... 24
4. Karakteristik Siswa SMP ... 30
B.Penelitian yang Relevan ... 35
(11)
BAB III. METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian ... 39
B.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39
C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 40
D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 41
E. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 46
1. Faktor Mengenali Emosi Diri ... 48
2. Faktor Mengelola Emosi ... 50
3. Faktor Memotivasi Diri Sendiri ... 52
4. Faktor Mengenali Emosi Orang Lain ... 54
5. Faktor Membinan Hubungan ... 56
B.Pembahasan ... 58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 65
B.Implikasi Hasil Penelitian ... 65
C.Keterbatasan Hasil Penelitian ... 65
D.Saran-saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Rincian Sampel Penelitian ... Tabel 2. Alternatif Jawaban Angket ... Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... Tabel 4. Norma Penilaian ... Tabel 5. Deskripsi Statistik Tingkat Kecerdasan Emosional... Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik
yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman ... Tabel 7. Deskripsi Statistik Faktor Mengenali Emosi Diri... Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik
yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Mengenali Emosi Diri ... Tabel 9. Deskripsi Statistik Faktor Mengelola Emosi ... Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik
yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Mengelola Emosi ... Tabel 11. Deskripsi Statistik Faktor Memotivasi Diri Sendiri ... Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik
yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Memotivasi Diri Sendiri ... Tabel 13. Deskripsi Statistik Faktor Mengenali Emosi Orang Lain ... Tabel 14. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik
yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Mengenali Emosi Orang Lain ... Tabel 15. Deskripsi Statistik Faktor Membinan Hubungan ...
40 41 43 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
(13)
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Membina Hubungan ... 57
(14)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Diagram Batang Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta
Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman ... Gambar 2. Diagram Batang Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Mengenali Emosi Diri ... Gambar 3. Diagram Batang Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Mengelola Emosi ... Gambar 4. Diagram Batang Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Memotivasi Diri Sendiri ... Gambar 5. Diagram Batang Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman berdasarkan Faktor Mengenali Emosi Orang Lain ... Gambar 6. Diagram Batang Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Membina Hubungan ...
47
49
51
53
55
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 72
Lampiran 2. Surat Izin dari BAPPEDA ... 73
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 2 Ngemplak ... 74
Lampiran 4. Instrumen/Angket Penelitian ... 75
Lampiran 5. Data Penelitian ... 78
Lampiran 6. Deskriptif Statistik ... 83
Lampiran 7. Cara Menghitung Norma Penilaian ... 87
Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 91
(16)
BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada era globalisasi ini telah membawa sejumlah perubahan besar. Perubahan tersebut berdampak pada segala aspek bidang kehidupan manusia, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu pilar yang penting bagi pengembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan salah satu wahana dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menjadi modal utama dalam pembangunan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Oleh karena itu, pemerintah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia antara lain : dengan pembaharuan kurikulum pendidikan, perbaikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), perbaikan metode pembelajaran, pengembangan alat bantu pembelajaran, pendidikan bagi guru dan tenaga pendidikan lainnya, dan lain sebagainya.
(17)
Pemerintah dalam upayanya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia memerlukan adanya kesatuan yang terpadu dari beberapa komponen. Komponen tersebut yaitu guru, siswa, dan tujuan pendidikan. Dengan kata lain, untuk mewujudkan tujuan pendidikan itu harus ada interaksi diantara guru dan siswa. Dalam hali ini, komponen yang menjadi perhatian utama adalah siswa, dikarenakan output dari proses pendidikan yang diharapkan yakni menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, guru wajib membimbing siswa melalui proses belajar mengajar agar output yang diharapkan dapat tercapai.
Sejak lama pemahaman bahwa kecerdasan intelektual (IQ) dianggap lebih penting dalam meraih kesuksesan di masa depan. Namun sebenarnya anggapan itu salah sebab sebenarnya IQ yang tinggi saja tidak cukup membuat seseorang itu menjadi sukses. Pada kenyataannya orang-orang yang memiliki IQ tinggi terkadang dikalahkan oleh orang-orang yang IQ memiliki rata-rata. Karena yang berpengaruh sebenarnya adalah EQ atau kecerdasan emosional, karena menyangkut kemampuan dalam mengendalikan emosi serta beradaptasi dengan lingkungan.
Siswa perlu memiliki kecerdasan emosional yang tinggi agar mampu mengelola emosinya dengan baik dan dapat mengendalikan stress yang dihadapinya sehingga memiliki kegembiraan, kesedihan, dan kemarahan yang tidak berlebihan, hubungan dengan guru dan teman-teman pergaulannya juga terbina dengan baik sehingga akan mampu memaksimalkan hasil belajarnya. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan rendah dapat berakibat
(18)
buruk bagi pencapaian hasil belajarnya serta hubungan pergaulannya dengan guru maupun teman-temannya, dikarenakan kurang mampu mengelola emosinya dengan baik.
Seiring perkembangan usia dan pendidikan, kegiatan sosial dan kegiatan kemanusiaan semakin berkurang karena banyak kegiatan yang sering dilakukan seharian bahkan dari Senin hingga Sabtu yakni bersekolah. Oleh karena itu siswa memerlukan kegiatan lain yang dapat menghilangkan rasa penat setelah seharian belajar sekaligus menyalurkan hobi mereka. Kegiatan tersebut salah satunya adalah melalui ekstrakurikuler. Menurut Nurdin (2009) dalam Tarmidi (2012: 83) pengembangan potensi siswa tidak hanya dapat dikembangkan melalui pendidikan intrakurikuler, namun pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler pun memiliki peranan yang besar pula, baik ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah, keolahragaan, nasionalisme, maupun keterampilan.
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilakukan adalah yang bersifat keolahragaan. Nilai-nilai yang ada pada aktivitas olahraga dan permainan yang belum tercapai di dalam pembelajaran penjasorkes diharapkan dapat tercapai di dalam kegiatan ekstrakurikuler. Melalui aktivitas olahraga dan permainan tersebut peserta didik akan belajar bekerja sama dan bersikap sportif, disiplin, tanggung jawab, fairplay, dan sebagainya.
Salah satu bentuk kegiatan olahraga dan permainan yang dapat mewakili hal tersebut adalah olahraga yang dilakukan secara kelompok atau beregu, seperti sepakbola, bolabasket, futsal, bola voli, softball, dan lain-lain.
(19)
Kegiatan-kegiatan tersebut mampu mengembangkan bentuk kerjasama dan komunikasi, sehingga kental dengan nuansa sosial. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler olahraga dalam hal ini adalah olahraga beregu tidak hanya baik untuk mengembangkan aspek fisik saja akan tetapi baik juga untuk perkembangan aspek sosial dan emosional siswa.
Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler olahraga beregu diharapkan siswa mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Teknik bermain permainan beregu seperti sepakbola, bolabasket, futsal, bola voli, dan softball yang bervariasi dan sulit untuk dikuasai, permainan yang keras, dan kompetesi merupakan salah satu bentuk dari kegiatan ekstrakurikuler olahraga beregu untuk melatih mengendalikan emosi. Kemampuan untuk mengendalikan emosi ini biasa disebut dengan kecerdasan emosional. Hurlock (1960) dalam Nurgala (2011: 26) menyebutkan bahwa “Permainan yang mampu mengembangkan kecerdasan emosional adalah permainan yang bernuansa sosial seperti olahraga beregu karena di dalam olahraga beregu melibatkan orang lain atau teman secara penuh.” Pengalaman berlatih dan bertanding dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga beregu secara tidak langsung akan melatih kecerdasan emosional seseorang melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh pada saat mengikuti kegiatan tersebut. Hal inilah yang diharapkan tumbuh pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak.
SMP 2 Ngemplak sendiri memiliki berbagai macam pilihan dalam ekstrakurikuler yang dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori olahraga dan kategori non olahraga. Kategori non olahraga terdiri dari ekstrakurikuler , Seni
(20)
Tari, Seni Musik, Debat Bahasa Inggris, PMR, dan Pramuka. Sedangkan kategori olahraga terdiri dari Bolabasket, Sepakbola, Bola Voli, Bulu Tangkis, Tenis Meja sdan Karate. Dari dua kategori yang telah disebutkan di atas, kategori olahraga dapat dibagi menjadi dua cabang yaitu cabang olahraga individu dan cabang olahraga beregu. Cabang olahraga individu terdiri dari Tenis Meja, dan Karate. Sedangkan cabang olahraga beregu terdapat pada ekstrakurikuler Bolabasket, Sepakbola, Bola Voli, dan Bulu Tangkis.
Permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga beregu yang berada di SMP 2 Ngemplak Sleman berdasarkan pengamatan langsung, wawancara dengan guru penjas dan masing-masing dari pelatih ekstrakurikuler olahraga beregu adalah masih terdapat peserta didik yang kurang peduli dengan lingkungan sekitar. Olahraga beregu yang seharusnya mementingkan kebersamaan dan kerjasama antar anggota tim masih belum terlihat menonjol dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman. Sebagai contoh belum adanya tanggung jawab bersama terhadap fasilitas yang digunakan seperti saling perintah untuk mengembalikan bola, net voli ke gudang, lebih memikirkan diri sendiri ketimbang kelompok yakni kedatangan pada saat latihan tidak tepat waktu atau terlambat bahkan tidak berangkat latihan dengan berbagai alasan ada kegiatan pribadi yang tidak jelas, kurangnya motivasi dalam latihan yang terlihat ketika sedang melakukan latihan mereka memilih diam dan kurang termotivasi mengungkapkan kesulitannya, menunjukkan rasa kurang percaya diri seperti ragu dalam mengambil keputusan, kurangnya kerjasama dalam tim seperti komunikasi
(21)
yang kurang mengakibatkan seringnya kesalahpahaman antar anggota tim sehingga permainan menjadi tidak sesuai dengan arahan pelatih. Ini menunjukan bahwa aspek emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu masih perlu ditingkatkan lagi. Dan penelitian mengenai tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga khususnya olahraga beregu belum pernah dilakukan di SMP 2 Ngemplak Sleman.
Dalam kaitan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler untuk tingkat kecerdasan emosional pada diri siswa, penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam mengenai tingkat kecerdasan emosional siswa peserta ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul antara lain:
1. Beberapa peserta ektrakurikuler masih menunjukkan sikap kurang bertanggung jawab terhadap tim maupun fasilitas yang digunakan.
2. Beberapa peserta ekstrakurikuler masih menunjukkan kurangnya komunikasi antar anggota tim dan kurang bekerjasama dalam tim.
3. Beberapa peserta ekstrakurikuler masih menunjukkan sikap kurang motivasi dalam latihan dan kurang rasa percaya diri.
4. Kurang berkembangnya kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak.
(22)
5. Belum diketahuinya tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman. C.Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah serta untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka dibuat batasan masalah. Permasalahan dalam penelitian ini akan membahas tentang “Tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman”.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Seberapa baik tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoretis
Dapat mengetahui tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman.
(23)
2. Secara praktis
a. Bagi sekolah yang bersangkutan, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan mutu dan kualitas peserta didiknya.
b. Bagi guru, sebagai data untuk mengevaluasi terhadap pembelajaran. c. Bagi peserta didik, dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam
(24)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A.Deksripsi Teori
1. Hakikat Kecerdasan Emosional a. Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu “emovere”, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut (Daniel Goleman, 2000: 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates (Daniel Goleman, 2000: 412) emosi terbagi atas: Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka),
(25)
Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu: fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta).
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2008: 389) mendefinisikan bahwa emosi adalah perasaan batin yang kuat atau keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharusan, kecintaaan, keberanian yang bersifat subjektif). Sedangkan menurut Robert K.Cooper dan Ayman Sawaf (1997:12-13) kata emotion bisa didefinisikan dengan gerakan (movement) kata emotion adalah kata yang menunjukkan gerak perasaan.
Daniel Goleman (2000: 413) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu:
1) Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
3) Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
4) Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih
6) Terkejut: terkesiap, terkejut.
7) Jengkel: hina, jijik, muak, mual, tidak suka malu, malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter
(26)
dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup. Nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Daniel Goleman, 2002: xvi).
Menurut Mayer (Daniel Goleman, 2002: 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi, yaitu: sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang dijalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
b. Bentuk-bentuk Emosi
Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Warna afektif adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat mengahadapi suatu situasi tertentu. Contoh yaitu
(27)
gembira, bahagia, putus asa, terkejut atau benci. Goleman (2000: 411 - 412) menggolongkan bentuk emosi sebagai berikut:
1) Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, tersinggung, bermusuhan, dan yang paling hebat adalah tindakan kekerasan dan kebencian patologis;
2) Kesedihan: pedih, muram, suram, melankolis, megasihi diri, kesedihan, ditolak, dan depresi berat;
3) Rasa takut: takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, khawatir, waspada, tidak senang, ngeri, takut sekali, fobia dan panik;
4) Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, terhibur, bangga, takjub, terpesona, senang sekali dan manis;
5) Cinta: persahabatan, penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan kasmaran;
6) Terkejut: terpana dan takjub; 7) Jengkel: hina, jijik,muak, benci;
8) Malu: rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
Menurut Aisah Indiati dalam Purwa Atmaja Prawira (2006) sebenarnya terdapat banyak macam ragam emosi, antara lain sedih, takut, kecewa, dan sebagainya yang semuanya berkonotasi negatif. Emosi lain seperti senang, puas, gembira, dan lain-lain, semuanya berkonotasi positif. Seperti yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa semua emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
c. Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan
(28)
John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai:
“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan” (Shapiro, 1998: 8).
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan (Shapiro, 1998: 10).
Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan (Daniel Goleman, 2000: 180).
Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Daniel Goleman, 2000: 50-53) menyatakan bahwa bukan hanya satu jenis
(29)
kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.
Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari: ”kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi, bagaimana bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif” (Daniel Goleman, 2002: 52).
Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku” (Daniel Goleman, 2002: 53).
(30)
Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey (Daniel Goleman, 2002: 57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
Menurut Daniel Goleman (2002: 512) kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
d. Faktor Kecerdasan Emosional
Goleman mengutip Salovey (Daniel Goleman, 2002: 58-59) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan
(31)
tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu: (1) Mengenali emosi diri; Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Daniel Goleman, 2002: 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. Olahraga beregu yang notabene merupakan olahraga permainan sangat menuntut konsentrasi terhadap pemain. Daniel Goleman (2002: 58-59) menempatkan menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu:
1) Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
(32)
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan (Daniel Goleman, 2002: 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. 2) Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
3) Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Daniel Goleman (2002: 57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih
(33)
mudah beraul, dan lebih peka (Daniel Goleman, 2002 : 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Daniel Goleman, 2002: 172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
4) Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Daniel Goleman, 2002: 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Daniel Goleman, 2002: 59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa
(34)
mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponen-komponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional.
e. Ciri Kecerdasan Emosional
Menurut Al. Tridhonanto (2010: 42-43) ciri-ciri remaja yang memiliki kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:
1) Pandai mengendalikan diri, bisa dipercaya, mampu beradaptasi.
2) Memiliki sikap empati, bisa menyelesaikan konflik, dan bisa bekerja sama dalam tim.
3) Mampu bergaul dan membangun persahabatan. 4) Mampu mempengaruhi orang lain.
5) Berani mengungkapkan cita-cita, dengan dorongan untuk maju dan optimis.
6) Mampu berkomunikasi. 7) Memiliki sikap percaya diri.
8) Memiliki motivasi diri untuk menyambut tantangan yang menghadang.
9) Mampu berekspresi dengan kreatif dan inisiatif serta berbahasa lancar.
10) Menyukai terhadap pengalaman yang baru. 11) Memiliki sikap dan sifat perfeksionis dan teliti. 12) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
13) Memiliki rasa humor.
14) Menyenangi kegiatan berorganisasi dengan aktivitasnya serta mampu mengatur diri sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki kecerdasan emosional yang baik adalah remaja yang mampu
(35)
dapat mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan sesama remaja.
2. Hakikat Ekstrakurikuler a. Pengertian Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler dalam Depdiknas (2003: 16), adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara sendiri berdasarkan pola kebutuhan. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan progam kurikuler atau kunjungan studi ketempat-tempat tertentu yang berkaitan dengan esensi materi pelajaran tertentu. Menurut Yudha M. Saputra (1999: 8), Kegiatan ekstrakurikuler merupakan suatu susunan progam di luar jam pelajaran sekolah yang dikembangkan untuk memperlancar progam kurikuler dengan arahan dan bimbingan dari guru atau pembina. Hal serupa dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman (1993: 23), ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik diselenggarakan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas pengetahuan maupun kemampuan dari berbagai bidang studi.
Menurut Asep Herry Hernawan (2013: 4) kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk manusia yang seutuhnya sesuai
(36)
dengan pendidikan nasional. Ekstrakurikuler digunakan untuk memperluas pengetahuan peserta didik. Peserta didik membutuhkan keterlibatan langsung dalam cara, kondisi, dan peristiwa pendidikan di luar jam tatap muka di kelas. Pengalaman ini yang akan membantu proses pendidikan nilai-nilai sosial melalui kegiatan yang sering disebut ekstrakurikuler (Rohmat Mulyana, 2011: 214).
Ekstrakurikuler adalah program kurikuler yang alokasinya tidak dicantumkan dikurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler menjembatani kebutuhan perkembangan peserta didik yang berbeda; seperti perbedaan sense akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui partisipasi peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta menemukan dan mengembangkan potensin dalam diri setiap individu. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial yang besar (Depdikbud, 2013: 10).
Menurut Tri Ani Hastuti (2008: 63), bahwa ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan lokasi waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan. Kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau kunjungan studi ke tempat-tempat tertentu.
(37)
Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda jenisnya, karena banyak hal yang memang berkaitan dengan kegiatan siswa selain dari kegiatan inti. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada, siswa dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan di sekolah dijelaskan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 3) sebagai berikut:
1) Pendidikan kepramukaan 2) Pasukan Pengibar Bendera 3) Palang Merah Remaja 4) Pasukan Keamanan Sekolah 5) Gema Pencinta Alam 6) Filateli
7) Koperasi Sekolah
8) Usaha Kesehatan Sekolah 9) Kelompok Ilmiah Remaja 10) Olahraga
11) Kesenian
Tujuan ekstrakurikuler Pendidikan Jasmani di sekolah menurut Yudha M. Saputra (1999: 16), antara lain:
1) Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan siswa.
2) Mengembangkan bakat, minat, kemampuan dan keterampilan dalam upaya pembinaan pribadi siswa.
3) Mengenalkan hubungan antara mata pelajaran dengan kehidupan masyarakat.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah tempat atau wahana kegiatan bagi siswa untuk menampung, menyalurkan dan pembinaan minat, bakat serta kegemaran yang berkaitan dengan program kurikulum, dan dilaksanakan di luar jam sekolah.
(38)
b. Keterlibatan Peserta Didik dalam Ekstrakurikuler di SMP 2 Ngemplak
Keaktifan dan keterlibatan peserta didik dalam suatu organisasi atau kegiatan yang diikutinya merupakan gambaran perkembangan sosial peserta didik tersebut. Roni Nasrudin (2010: 18), menjelaskan bahwa karakteristik peserta didik remaja yang mengikuti kelompok/karakteristik peserta didik aktifis sekurang-kurangnya memiliki hal-hal berikut ini
1) Keikutsertaan atau keterlibatan pada salah satu organisasi dalam hal ini adalah salah satu unit kegiatan ekstrakurikuler. 2) Adanya peranan peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler,
meliputi posisi mereka dalam struktur berorganisasi dan tanggung jawab serta loyalitas terhadap kegiatan.
3) Adanya tujuan yang jelas dalam kegiatan ekstrakurikuler, baik tujuan yang bersifat kepentingan pribadi, sosial maupun akademis.
4) Adanya manfaat yang mereka rasakan dari kegiatan yang mereka ikuti, baik manfaat yang bersifat pribadi, sosial maupun akademis.
5) Adanya dukungan dalam keikutsertaan peserta didik pada kegiatan yang mereka diikuti, baik itu dukungan diri sendiri, guru, maupun teman.
6) Adanya prestasi yang pernah diraih.
Sekolah SMP 2 Ngemplak Sleman mempunyai berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dijadikan sebagai tempat mengembangkan minat dan bakat peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SMP 2 Ngemplak Sleman antara lain: kategori non olahraga terdiri dari ekstrakurikuler Seni Tari, Seni Musik, Debat Bahasa Inggris, PMR, dan Pramuka. Sedangkan kategori olahraga terdiri dari Bolabasket, Sepakbola, Bolavoli, Bulutangkis, Tenismeja, Sepaktakraw, dan Karate. Dari dua kategori yang telah disebutkan diatas, kategori olahraga dapat dibagi menjadi dua cabang yaitu cabang olahraga individu dan cabang
(39)
olahraga beregu. Melalui kegiatan ekstrakurikuler ini, peserta didik SMP 2 Ngemplak banyak mendapatkan prestasi yang membanggakan baik di tingkat regional maupun nasional.
Kegiatan ekstrakurikuler olahraga beregu yang dilaksanakan diluar jam pelajaran di SMP 2 Ngemplak telah diprogramkan oleh sekolah. Kegiatan tersebut diprogramkan untuk seluruh siswa putra maupun putri kelas VII, VII, dan IX yang terdaftar sebagai siswa SMP 2 Ngemplak Sleman. Namun siswa kelas IX tidak diwajibkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena lebih diprioritaskan untuk prestasi dalam akademik, mengingat siswa kelas IX lebih berkonsentrasi dalam persiapan menghadapi Ujian Akhir Nasional.
Cabang olahraga beregu terdapat pada ekstrakurikuler Bolabasket, Sepakbola, Bola Voli, dan Bulu Tangkis. Ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak diikuti oleh kelas VII, VII dan IX yang berjumlah 124 anak pada tahun 2015/2016. Sarana dan prasarana penunjang ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak meliputi: bola basket, bola sepak, bola voli, bola, bola takraw, net voli, net takraw, gawang, ring basket, lapangan voli, lapangan takraw, lapangan basket, dan seragam.
3. Hakikat Olahraga a. Pengertian Olahraga
Menurut Purwodarminto (2008: 979) olahraga adalah gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh (sepakbola, berenang, lempar
(40)
lembing) perkataan olahraga mengandung arti akan adanya sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa mengolahyaitu mengolah raga atau mengolah jasmani. Sedangkan pengertian olahraga secara umum adalah “Serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu” (Giriwijoyo dalam Saefullah 2013: 18). Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional mendifinisikan bahwa “Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”.
Berdasarkan kutipan di atas dapat penulis simpulkan bahwa olahraga merupakan kegiatan permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang intensif serta sistematis untuk mendorong, membina, dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial.
b. Tujuan dan Manfaat Olahraga
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu, termasuk juga kegiatan olahraga. Tujuan itu berkaitan dengan tujuan pendidikan jasmani. Olahraga dan pendidikan jasmani tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena olahraga dan pendidikan jasmani memiliki tujuan yang hampir sama, terutama tujuan-tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan yang diharapkan lebih menitikberatkan pada faktor jasmani atau fisik yang erat kaitannya dengan faktor fisiologis (kesehatan fungsi-fungsi tubuh). Mengenai tujuan olahraga dijelaskan dalam
(41)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional mendifinisikan bahwa:
“Olahraga bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa”.
Sehubungan dengan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa olahraga mempunyai banyak tujuan dalam pelaksanaannya, olahraga yang baik dan teratur dapat mendukung terhadap kesehatan fisik, mengembangkan sikap perorangan, sehingga memiliki sikap percaya diri dan dapat mengatur diri.
Secara umum olahraga memiliki banyak manfaat, apabila olahraga dilakukan secara teratur, terarah, dan terkendali maka akan memberikan manfaat kepada diri seseorang, sebagaimana dijelaskan oleh Supandi dalam Slamet (2012: 114) bahwa “Bergerak wajib bagi manusia, pelakunya akan memperoleh manfaat sedangkan yang tidak akan memperoleh mudarat.” Berdasarkan kutipan tersebut maka dapat dikatakan bahwa apabila seseorang melakukan olahraga dengan baik dan teratur maka akan mengasilkan peningkatan kualitas baik fisik maupun psikisnya.
Sedangkan Slamet dalam Saefullah (2013: 20) membagi manfaat olahraga menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Manfaat olahraga terhadap jasmani
a) Meningkatkan kemampuan dan ketahanan dalam bergerak atau bekerja.
(42)
b) Mengatasi kekurangan gerak.
c) Berkurangnya risiko untuk mendapatkan penyakit-penyakit non-infeksi khususnya pembuluh darah.
d) Kemampuan gerak akan lebih baik. 2) Manfaat olahraga terhadap rohani
a) Membina sikap positif terhadap kegiatan olahraga dalam waktu luang.
b) Mendapatkan harga diri. c) Mendapatkan kegembiraan.
d) Dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan baik tekanan emosional maupun mental.
3) Manfaat kegiatan olahraga terhadap sosial a) Membina kerja sama.
b) Belajar bergaul.
c) Meningkatkan saling pengertian dan hubungan emosional yang lebih baik.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa olahraga tidak hanya bermanfaat bagi peningkatan kualitas fisik saja, namun olahraga juga bermanfaat bagi peningkatan kualitas psikis seperti kemampuan emosional dan sosial.
c. Pengertian Cabang Olahraga Beregu
Menurut Fx. Sugiyanto, dkk., (1995: 2-4) menyatakan bahwa cabang olahraga beregu adalah cabang olahraga yang keberhasilannya dimainkan atau dimainkan oleh dua orang atau lebih dalam satu regunya. Pada cabang olahraga beregu terdiri dari sekelompok perorangan yang menyatu dalam tim dan kekompakkan regu yang diutamakan. Sedangkan menurut Sukintaka (1991: 124-125) maksud olahraga beregu atau bermain beregu ialah pada waktu bermain ada teman dalam satu regu dan ada lawan bermain yang berteman juga. Jumlah anggota regu yang terbatas hanya ada dua orang saja disebut bermain ganda (seperti pada permainan tenis lapangan, tenis meja, dan bulutangkis). Sedang yang
(43)
anggota regunya lebih dari dua orang disebut regu (seperti pada permainan sepak takraw, bola basket, bola voli, sepak bola, hoki, bola keranjang, dan polo air).
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa olahraga beregu adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang saling berhadapan dimana anggotanya lebih dari dua orang dalam satu tim yang harus mencapai jumlah angka atau nilai yang sudah ditentukan, dan ada pula yang harus mencapai angka atau nilai sebanyak-banyaknya dalam waktu yang ditentukan.
d. Keterkaitan Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Beregu dengan Kecerdasan Emosional
Kegiatan ektrakurikuler olahraga tidak lepas dari nilai-nilai berorientasi pendidikan dalam kegiatannya juga menekankan pada pembentukan emosi peserta didik sehingga diharapkan melalui kegiatan ektrakurikuler olahraga ini dapat menekan angka terjadinya kegiatan negatif yang dilakukan oleh peserta didik. Dalam hal ini pula olahraga merupakan kegiatan yang digemari oleh remaja putra maupun remaja putri. Dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga banyak sekali hal- hal yang bisa dikembangkan.
Kegiatan olahraga memberi motivasi dan memusatkan perhatian pada sasaran yang jelas dan dapat dikelola. Hurlock (1993: 30) menyebutkan bahwa permainan yang mampu mengembangkan kecerdasan emosional adalah pola permaian yang bernuansa sosial seperti olahraga beregu karena di dalam olahraga beregu melibatkan
(44)
orang lain atau teman secara penuh. Selain itu juga Gunarsa (2004: 20) mengatakan bahwa olahraga seperti bulu tangkis, tenis, tenis meja, voly dan basket dapat mengembangkan kecerdasan emosi. Sharon dan Kassin (dalam Singgih D. Gunarsa, 2004: 22) juga memasukan olahraga sebagai cara melatih kecakapan emosi, dengan alasan kegiatan olahraga memberi motivasi dan memusatkan perhatian pada sasaran yang jelas dan dapat dikelola.
Penelitian Mahoney (2006) dalam Tarmidi (2012: 89) pada remaja putri berumur 14 tahun yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga, menunjukkan bahwa:
Kecerdasan emosional remaja tersebut dapat berubah tergantung dari pengalaman yang didapatnya. Kecerdasan emosional yang rendah atau negatif ditemukan ketika remaja tersebut merasakan stres saat dia harus menguasai teknik olahraga yang sempurna (intrapersonal), saat mengikuti suatu kompetisi (situational) serta disaat mendengar penilaian yang negatif dari pembimbingnya (significant other). Tetapi kecerdasan emosional remaja tersebut dinilai mengalami peningkatan atau positif saat dia senang karena berhasil menguasai teknik yang susah (intrapersonal), menang dalam sebuah kompetisi (situational) dan mendapatkan pujian serta teman-teman baru disaat berkompetisi (significant other). Permainan bernuansa sosial ini tidak dapat dipungkiri lagi memberikan sumbangsih langsung pada pembentukan karakter siswa yang mengikutinya. Dengan kata lain, kegiatan ekstrakurikuler olahraga dapat diasumsikan mempunyai hubungan dengan kecerdasan emosional. 4. Karakteristik Anak SMP Usia 13-15 Tahun
Siswa Sekolah Menengah Pertama pada umumnya adalah siswa usia remaja. Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan
(45)
suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Menurut Abin Syamsuddin Makmun, (2004: 78-79). Perilaku dan pribadi siswa MTS/SMP sudah memasuki masa remaja. Hal ini dijelaskan lebih lanjut bahwa rentangan masa remaja itu berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang. Masa remaja terbagi menjadi dua, yaitu masa remaja awal (usia 11-13 tahun sampai 14-15 tahun) dan masa remaja akhir (usia 14-16 tahun sampai 18-20 tahun). Dengan demikian siswa SMP yang dijadikan subjek penelitian penulis termasuk dalam golongan masa remaja.
Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks, dkk., (2004: 40) yaitu antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir. Karakteristik anak remaja bisa dilihat dalam beberapa aspek, yaitu dari pertumbuhan fisik, perkembangan seksual, cara berfikir kausalitas, emosi yang meluap-luap, perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan kepribadian. Remaja diharapkan lebih mengerti dirinya sendiri dan dimengerti orang lain, sehingga dapat menjalani persiapan masa dewasa dengan lancar. Dengan memanfaatkan semua kesempatan yang tersedia, terbentuklah kepribadian yang terpadu untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan.
Masa remaja merupakan peralihan dari fase anak-anak ke fase dewasa. Dewi (2012: 4) menyatakan bahwa fase masa remaja (pubertas) yaitu antara umur 12-19 tahun untuk putra dan 10-19 tahun untuk putri.
(46)
Pembagian usia untuk putra 12-14 tahun termasuk masa remaja awal, 14-16 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan 17-19 tahun termasuk masa remaja akhir. Pembagian untuk putri 10-13 tahun termasuk remaja awal, 13-15 tahun termasuk remaja pertengahan, dan 16-19 tahun termasuk remaja akhir. Desminta (2009: 190) menyatakan bahwa fase masa remaja (pubertas) yaitu antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir. Dengan demikian atlet remaja dalam penelitian ini digolongkan sebagai fase remaja awal, karena memiliki rentang usia tersebut.
Masa remaja perkembangan sangat pesat dialami seseorang. Seperti yang diungkapkan Desminta (2009: 36) beberapa karakteristik siswa sekolah menengah pertama (SMP) antara lain: (1) terjadi ketidak seimbangan antara proporsi tinggi dan berat badan; (2) mulai timbul ciri-ciri seks sekunder; (3) kecenderungan ambivalensi, serta keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul dan keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan orang tua; (4) senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa; (5) mulai mempertanyakan secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan; (6) reaksi dan ekspresi emosi masih labil; (7) mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial; dan (8) kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas. Dewi
(47)
(2012: 5) menambahkan periode remaja awal (12-18) memiliki ciri-ciri: (1) anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi; dan (2) anak mulai bersikap kritis
Remaja merupakan fase antara fase anak-anak dengan fase dewasa, dengan demikian perkembangan-perkembangan terjadi pada fase ini. Seperti yang diungkapkan oleh Desminta (2009: 190-192) secara garis besar perubahan/perkembangan yang dialami oleh remaja meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial. Syamsu Yusuf (2012: 193-209) menyatakan bahwa perkembangan yang dialami remaja atara lain perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, perkembangan kepribadian, dan perkembangan kesadaran beragama. Jahja (2011: 231-234) menambahlan aspek perkembangan yang terjadi pada remaja antara lain perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian, dan sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan yang mencolok yang dialami oleh remaja adalah dari segi perkembangan fisik dan psikologis. Berdasarkan perekembangan-perkembangan yang dialami oleh remaja, diketahui ada beberapa perbedaan perkembangan yang dialami antara remaja putra dan putri memiliki perkembangan yang berdeda. Karakteristik perkembangan remaja dilihat dari perkembangan fisik dan perkembangan psikologis, dijelaskan sebagai berikut.
(48)
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan pada fisik sudah dimulai dari tahap pra remaja dan akan bertambah cepat pada usia remaja awal yang akan makin sempurna pada remaja akhir dan dewasa. Syamsu Yusuf (2012: 194) mengemukakan dalam perkembangan remaja secara fisik ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Hal senada diungkapkan Jahja (2011: 231) bahwa perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Desminta (2009: 191-194) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada aspek fisik remaja antara lain perubahan dalam tinggi dan berat badan, perubahan dalam proporsi tubuh, perubahan pubertas, perubahan ciri-ciri seks primer dan perubahan ciri-ciri seks sekunder. Dengan perkembangan fisik yang meningkat akan memudahkan seorang atlet untuk dapat mengikuti latihan yang bersifat eksplosif. Perubahan dan perkembangan secara fisik yang dialami oleh remaja, antara lain: perubahan pada ciri-ciri seks primer dan sekunder.
b. Perkembangan Psikologis
Perkembangan psikologis yang dialami oleh remaja merupakan bagian dari pembelajaran yang dialami setiap individu. Secara kejiwaan pada saat fase remaja, seorang remaja mulai menemukan kematangan dalam hal kejiwaan atau psikologis. Seperti yang diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2012: 195) bahwa “Remaja, secara mental telah dapat
(49)
berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir kongkret”. Senada dengan hal tersebut Jahja (2011: 231) menyatakan “Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide ini.” Selanjutnya Desminta (2009: 194) menyatakan bahwa pada masa ini remaja sudah mulai memiliki kemampuan memahami pikirannya sendiri dan pikiran orang lain, remaja mulai membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang tentang dirinya.
Dalam hal emosional, remaja masih tampak berapi-api atau remaja masih kesulitan dalam mengatur emosi yang ada dalam dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2012: 197) “Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung)”. Faktor-faktor yang mempengaruhi emosi seorang remaja dikarenakan faktor perubahan jasmani, perubahan pola interaksi dengan orang tua, perubahan interaksi dengan teman sebaya, perubahan pandangan luar, dan perubahan interaksi dengan sekolah.
Pola emosi pada remaja bersifat abstrak dan berbeda-beda di setiap individu, akan tetapi secara garis besar memiliki kesamaan cara
(50)
mengekpresikannya. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (2000: 213) bahwa remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau bicara, atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang remaja dan meskipun emosi yang dimiliki oleh remaja agat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional, akan tetapi pada umumnya akan selalu ada perbaikan perilaku emosional yang dilakukan oleh remaja dari tahun ke tahun hingga menuju kematangan (kedewasaan). Berdasarkan perkembangan psikologis yang telah dikemukakan, atlet pada usia ini sudah mulai dapat berpikir yang rasional akan tetapi memiliki tingkat sensitifitas yang cukup tinggi, hal ini akan berdampak pada motivasi latihan yang akan diikuti oleh anak didik pada usia ini.
B.Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan dengan perbandingan tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu dengan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler yang pernah dilakukan adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo Putra Syaeli (2015) yang berjudul “Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bolabasket di SMA N 1 Depok Sleman”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan angket kecerdasan emosional yang terdiri dari 28 pernyataan meliputi aspek mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi
(51)
diri sendiri, faktor mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 50 peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling sehingga didapatkan jumlah sampel peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket sejumlah 36 peserta didik. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket di SMA N 1 Depok Sleman berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 3 atau 8,3%, kategori tinggi sebanyak 6 atau 16,7%, kategori sedang sebanyak 17 atau 47,2%, kategori rendah sebanyak 7 atau 19,4%, kategori sangat rendah sebanyak 3 atau 8,3%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ema Suryanti (2010) yang berjudul “Tingkat kecerdasan emosional (EQ) atlet pencak silat (UKM) UNY kategori tanding”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional atlet pencak silat (UKM) UNY kategori tanding berdasarkan faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan menggunakan angket. Jumlah sampel yang digunakan dalam penilitian ini sebanyak 30 atlet. Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis statistic deskriptif yang dituangkan dalam bentuk prosentase. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) Tingkat kecerdasan emosional dari faktor instrinsik atlet pencak
(52)
silat (UKM) UNY kategori tanding, sebagian besar responden masih dalam kategori rendah sebanyak 16 orang (53,3%); (2) Tingkat kecerdasan emosional dari faktor ekstrinsik atlet pencak silat (UKM) UNY kategori tanding sebagian besar responden dalam kategori tinggi sebanyak 12 orang (40,0%); (3) Tingkat kecerdasan emosional atlet pencak silat (UKM) UNY kategori tanding sebagian besar responden masih dalam kategori sedang sebanyak 10 orang (33,3%).
3. Penelitian yang dlakukan oleh Dion Prasetyo (2015) yang berjudul ‘Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMA N 1 Karanganyar Kebumen”. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMA N 1 Karanganyar Kebumen berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 3 atau 7,5%, kategori tinggi sebanyak 10 atau 25%, kategori sedang sebanyak 19 atau 47,5%, kategori rendah sebanyak 5 atau 12,5%, kategori sangat rendah sebanyak 3 atau 7,5%.
C.Kerangka Berpikir
Keberhasilan peserta didik untuk mencapai kesuksesan bukan saja dari kecerdasan intelektual, tetapi juga oleh kecerdasan yang lain salah satunya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan intelektual hanya menyumbangkan 20% untuk kesuksesan seseorang dan selebihnya disumbangkan oleh kecerdasan emosional yakni 80%. Banyak sekali cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik salah satunya adalah mengikuti kegiatan
(53)
ekstrakurikuler olahraga beregu. Olahraga beregu (team sport) merupakan salah satu bentuk olahraga yang dapat mengembangkan keterampilan sosial seseorang hal ini dikarenakan olahraga beregu akan membentuk sebuah situasi sosial yang dapat memberikan kesempatan kepada individu untuk bertinteraksi dengan orang lain dan secara tidak langsung peserta didik akan memproleh nilai-nilai yang terkandung di dalam olahraga tim seperti kerjasama tim, disiplin, kesabaran, dan tanggung jawab. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga beregu memberikan ruang pada individu untuk beriteraksi secara langsung dan berkelanjutan, baik dengan rekan maupun lawan.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbedaan antara tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman.
(54)
BAB III
METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono
(2009: 147), penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Menurut Suharsimi Arikunto
(2006: 152) survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada
umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan instrumen yang berupa angket. Angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009: 142).
B.Definisi Operasional Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, (2006: 118) “Variabel adalah objek
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi, yaitu suatu
kemampuan mengendalikan perasaan dan emosi peserta ekstrakurikuler
olahraga beregu SMP Negeri 2 Ngemplak, baik pada diri sendiri maupun pada
orang lain yang terlihat dari kecenderungan seseorang dalam bertindak, yang
diukur menggunakan angket. Faktor-faktor kecerdasan emosional yaitu
kemampuan untuk: mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi
(55)
C.Subjek Penelitian
MenurutSuharsimi Arikunto (2010: 173) “populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian. Sugiyono (2009: 215). “populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulanya”. Sesuai dengan pendapat tersebut, yang
menjadi subjek dalam penelitian adalah peserta ekstrakurikuler olahraga beregu
SMP Negeri 2 Ngemplak adalah 124 peserta didik, karena keseluruhan
populasi dijadikan sampel sehingga disebut penelitian populasi. Rincian subjek
penelitian sebagai berikut:
Tabel1. Rincian Subjek Penelitian
No Cabang Olahraga Jumlah
1 Sepakbola 36
2 Bolabasket 22
3 Bulutangkis 34
4 Bola Voli 34
Jumlah 124
D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu
metode. Menurut Arikunto (2010: 192), “Instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya”. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian
ini berupa angket. Suharsimi Arikunto (2010: 195) sejumlah pertanyaan
(56)
arti laporan pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.” Menurut Sugiyono
(2009: 142), “angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.”
Angket dalam penelitian ini adalah angket yang disajikan dalam
bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda
check list (√) pada kolom atau tempat yang sesuai, dengan angket langsung menggunakan skala bertingkat. Skala bertingkat dalam angket ini
menggunakan 4 pilihan jawaban yaitu, Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju,
dan Sangat Tidak Setuju. Selengkapnya disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Alternatif Jawaban Angket
Alternatif Jawaban Skor
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian menurut
Sutrisno Hadi (1991: 7-11) sebagai berikut:
a. Mendefinisikan Konstrak
Konstrak dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi, yaitu
suatu kemampuan mengendalikan perasaan dan emosi peserta
ekstrakurikuler olahraga beregu SMP Negeri 2 Ngemplak, baik pada diri
sendiri maupun pada orang lain yang terlihat dari kecenderungan
(57)
b. Menyidik Faktor
Berdasarkan kajian teori dan definisi konstrak, maka faktor-faktor
kecerdasan emosi, yaitu kemampuan untuk: mengenali emosi diri,
mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain, dan membina hubungan.
c. Menyusun butir-butir
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa
angket atakuisioner. Butir pernyataan harus merupakan penjabaran dari
isi faktor-faktor yang telah diuraikan di atas, kemudian dijabarkan
menjadi indikator-indikator yang ada disusun butir-butir soal yang dapat
memberikan gambaran tentang keadaan faktor tersebut. Angket dalam
penelitian ini diadopsi dari penelitian penelitian Dion Prasetyo (2015)
yang berjudul “Tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang
mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMA Negeri 1
Karanganyar Kebumen”. Angket dalam penelitian ini mempunyai tingkat
validitas sebesar 0,704 dan reliabilitas sebesar 0,839. Kisi-kisi instrumen
penelitian sebagai berikut:
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Konstrak Faktor Indikator Item Soal
+ -
Kecerdasan Emosional
Mengenali Emosi Diri
Mengenal dan
merasakan emosi sendiri 1 16,17 Memahami sebab
perasaaan yang timbul 2,3 18 Mengelola
Emosi
Mampu mengendalikan emosi ketika sedang malas
4 19
Memiliki kemampuan
(58)
Memotivasi Diri Sendiri
Bersikap optimis 7 21
Kemampuan untuk
mencapai prestasi 8 22
Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan Individu
untuk berempatik - 23
Memahami ekspresi orang lain terhadap suatu peristiwa
9, 10 -
Membina Hubungan
Mampu menyelesaikan konflik dengan teman dan antar teman
11, 12 -
Mudah bergaul dengan
teman orang lain 13 24
Memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain
14 25
Bersikap senang berbagi
rasa dan bekerja sama 15 26
Jumlah 15 11
Jumlah Total 26
Instrumen tersebut kemudian disebarkan kepada responden, yaitu
siswa peserta ekstrakurikuler olahraga beregu SMP Negeri 2 Ngemplak,
Sleman. Hasil dari penelitian dianalisis menggunakan SPSS versi 20 untuk
mengetahui tingkat vasliditas dan reliabilitas dari instrumen yang
digunakan. Berdasarkan hasil analisis, ternyata menunjukkan bahwa semua
butir instrumen valid dan reliabel. Hasil analisis validitas dan reliabilitas
disajikan pada lampiran 8 halaman 90.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan
pemberian angket kepada responden yang menjadi subjek dalam penelitian.
Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut:
(59)
b. Peneliti menentukan jumlah responden yang menjadi subjek penelitian.
c. Peneliti menyebarkan angket kepada responden.
d. Selanjutnya peneliti mengumpulkan angket dan melakukan transkrip atas
hasil pengisian angket.
e. Setelah memperoleh data penelitian peneliti mengambil kesimpulan dan
saran.
E.Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis
data sehingga data-data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan. Teknik analisis
data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif.
Penghitungan statistik deskriptif menggunakan statistik deskriptif persentase,
karena yang termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian data
melalui tabel, grafik, diagram, lingkaran, piktogram, perhitungan mean, modus,
median, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data perhitungan rata-rata, standar devisiasi, dan persentase (Sugiyono, 2009: 112). Cara
perhitungan analisis data mencari besarnya frekuensi relatifpersentase. Dengan rumus sebagai berikut (Anas Sudijono, 2009: 40):
P = %
Keterangan:
P = Persentase yang dicari (Frekuensi Relatif) F = Frekuensi
(60)
Pengkategorian menggunakan Mean dan Standar Deviasi. Menurut Saifuddin Azwar (2010: 163) untuk menentukan kriteria skor dengan
menggunakan Penilaian Acuan Norma (PAN) pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Norma Penilaian
No Interval Kategori
1 M + 1,5 SD < X Sangat Baik
2 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Baik
3 M - 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Sedang
4 M - 1,5 SD < X ≤ M - 0,5 SD Kurang
5 X ≤ M - 1,5 SD Sangat Kurang (Sumber: Saifuddin Azwar, 2010: 163)
Keterangan:
M : Nilai rata-rata (Mean)
X : Skor
(61)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian
Tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman diungkapkan
dengan angket yang berjumlah 26 butir, dan terbagi dalam lima faktor, yaitu
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali
emosi orang lain, dan membina hubungan. Setelah data penelitian terkumpul
dilakukan analisis dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS
versi 20.0 for windows.
Dari analisis data tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang
mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman
diperoleh skor terendah (minimum) 59,0, skor tertinggi (maksimum) 98,0, rerata (mean) 76,82, nilai tengah (median) 75,0, nilai yang sering muncul (mode) 75,0, standar deviasi (SD) 7,28. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Deskripsi Statistik Tingkat Kecerdasan Emosional
Statistik
N 124
Mean 76,8226
Median 75,0000
Mode 75,00
Std, Deviation 7,27737
Minimum 59,00
(62)
Ditampilkan dalam distribusi frekuensi, data tingkat kecerdasan
emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di
SMP 2 Ngemplak Sleman, pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman
No Interval Klasifikasi Frekuensi %
1 87,74 < X Sangat Baik 10 8,06%
2 80,46 < X ≤ 87,74 Baik 26 20,97%
3 73,18 < X ≤ 80,46 Sedang 48 38,71%
4 65,91 < X ≤ 73,18 Kurang 34 27,42%
5 X ≤ 65,91 Sangat Kurang 6 4,84%
Jumlah 124 100%
Apabila ditampilkan dalam bentuk grafik, maka data tingkat kecerdasan
emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di
SMP 2 Ngemplak Sleman tampak pada gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram Batang Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman 4,84% 27,42% 38,71% 20,97% 8,06% 0 20 40 60 80 100 120 Sangat Kurang
Kurang Sedang Baik Sangat Baik
Frekuensi
Kategori
Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2
(63)
Berdasarkan tabel 6 dan gambar 3 di atas, menunjukkan bahwa tingkat
kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga
beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman berada pada kategori “sangat kurang”
sebesar 4,84% (6 peserta didik), kategori “kurang” sebesar 27,42% (34 peserta
didik), kategori “sedang” sebesar 38,71% (48 peserta didik), kategori “baik”
sebesar 20,97% (26 peserta didik), dan kategori “sangat baik” sebesar 8,06%
(10 peserta didik). Berdasarkan nilai rata-rata yaitu 76,82, tingkat kecerdasan
emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di
SMP 2 Ngemplak Sleman dalam kategori “sedang”.
1. Faktor Mengenali Emosi Diri
Data tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman berdasarkan
faktor mengenali emosi diri diperoleh skor terendah (minimum) 10,0, skor tertinggi (maksimum) 23,0, rerata (mean) 17,59, nilai tengah (median) 18,0, nilai yang sering muncul (mode) 18,0, standar deviasi (SD) 2,08. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7. Deskripsi Statistik Faktor Mengenali Emosi Diri
Statistik
N 124
Mean 17,5968
Median 18,0000
Mode 18,00
Std, Deviation 2,07548
Minimum 10,00
(64)
Ditampilkan dalam distribusi frekuensi, data tingkat kecerdasan
emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di
SMP 2 Ngemplak Sleman berdasarkan faktor mengenali emosi diri pada
tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Mengenali Emosi Diri
No Interval Klasifikasi Frekuensi %
1 20,71 < X Sangat Baik 12 9,68% 2 18,63 < X ≤ 20,71 Baik 23 18,55% 3 16,56 < X ≤ 18,63 Sedang 56 45,16% 4 14,48 < X ≤ 16,56 Kurang 25 20,16% 5 X ≤ 14,48 Sangat Kurang 8 6,45%
Jumlah 124 100%
Apabila ditampilkan dalam bentuk grafik, maka data tingkat
kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga
beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman berdasarkan faktor mengenali emosi
diri tampak pada gambar 2 sebagai berikut:
Gambar 2. Diagram Batang Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Mengenali Emosi Diri
6,45% 20,16% 45,16% 18,55% 9,68% 0 20 40 60 80 100 120 Sangat Kurang
Kurang Sedang Baik Sangat Baik
Frekuensi
Kategori
(65)
Berdasarkan tabel 8 dan gambar 2 di atas, menunjukkan bahwa
tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler
olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman berdasarkan faktor mengenali
emosi diri berada pada kategori “sangat kurang” sebesar 6,45% (8 peserta
didik), kategori “kurang” sebesar 20,16% (25 peserta didik), kategori
“sedang” sebesar 45,16% (56 peserta didik), kategori “baik” sebesar 18,55%
(23 peserta didik), dan kategori “sangat baik” sebesar 9,68% (12 peserta
didik). Berdasarkan nilai rata-rata yaitu 17,59, tingkat kecerdasan emosional
peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2
Ngemplak Sleman berdasarkan faktor mengenali emosi diri dalam kategori
“sedang”.
2. Faktor Mengelola Emosi
Data tingkat kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman berdasarkan
faktor mengelola emosi diperoleh skor terendah (minimum) 9,0, skor tertinggi (maksimum) 20,00, rerata (mean) 15,60, nilai tengah (median) 15,0, nilai yang sering muncul (mode) 15,0, standar deviasi (SD) 2,19. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9. Deskripsi Statistik Faktor Mengelola Emosi
Statistik
N 124
Mean 15,6048
Median 15,0000
Mode 15,00
Std, Deviation 2,19689
Minimum 9,00
(66)
Ditampilkan dalam distribusi frekuensi, tingkat kecerdasan
emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga beregu di
SMP 2 Ngemplak Sleman berdasarkan faktor mengelola emosi pada tabel
10 sebagai berikut:
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Mengelola Emosi
No Interval Klasifikasi Frekuensi %
1 18,90 < X Sangat Baik 11 8,87% 2 16,70 < X ≤ 18,90 Baik 23 18,55% 3 14,51 < X ≤ 16,70 Sedang 55 44,35% 4 12,31 < X ≤ 14,51 Kurang 26 20,97% 5 X ≤ 12,31 Sangat Kurang 9 7,26%
Jumlah 124 100%
Apabila ditampilkan dalam bentuk grafik, maka data tingkat
kecerdasan emosional peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga
beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman berdasarkan faktor mengelola emosi
tampak pada gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Diagram Batang Tingkat Kecerdasan Emosional Peserta Didik yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Beregu di SMP 2 Ngemplak Sleman Berdasarkan Faktor Mengelola Emosi
7,26% 20,97% 44,35% 18,55% 8,87% 0 20 40 60 80 100 120 Sangat Kurang
Kurang Sedang Baik Sangat Baik
Frekuuensi
Kategori Faktor Mengelola Emosi
(1)
90
Membina Hubungan
Skor maksimal ideal =
Σ
butir penilaian × skor tertinggi
8 x 4 = 32
Skor minimal ideal =
Σ
butir penilaian × skor terendah
8 x 1 = 8
X : Jumlah skor
Mi : Rata-rata ideal
=1/2 (Skor maksimal ideal + Skor minimal ideal)
=½ (32+8)= 20
SDi : Standar Deviasi
= ½ x 1/3 (Skor maksimal ideal – Skor minimal ideal)
=
1/6 (32-8) =
4
No
Interval
Kategori
1
27 < X
Sangat Baik
2
22 < X
≤
27
Baik
3
17 < X
≤
22
Sedang
4
12 < X
≤
17
Kurang
(2)
Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas
VALIDITAS
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected
Item-Total Correlation Keterangan BUTIR 1 150.6210 201.880 .473 Valid BUTIR 2 150.8871 207.516 .555 Valid
BUTIR 3 151.3065 212.507 .556 Valid
BUTIR 4 150.5484 202.347 .531 Valid
BUTIR 5 150.4274 201.174 .468 Valid
BUTIR 6 150.4839 202.463 .480 Valid
BUTIR 7 150.1774 206.651 .585 Valid
BUTIR 8 150.7016 203.317 .580 Valid
BUTIR 9 150.6613 201.169 .545 Valid
BUTIR 10 150.4677 200.365 .502 Valid
BUTIR 11 150.6129 201.312 .458 Valid
BUTIR 12 150.4839 204.040 .486 Valid
BUTIR 13 150.8952 208.339 .466 Valid
BUTIR 14 150.6371 204.461 .542 Valid
BUTIR 15 150.4677 205.649 .416 Valid
BUTIR 16 150.6290 203.048 .472 Valid
BUTIR 17 151.1935 208.531 .499 Valid
BUTIR 18 150.7419 201.347 .453 Valid
BUTIR 19 150.2823 213.164 .497 Valid
BUTIR 20 150.7016 207.544 .592 Valid
BUTIR 21 150.7016 201.918 .482 Valid
BUTIR 22 150.7742 200.762 .463 Valid
BUTIR 23 150.6371 199.306 .557 Valid
BUTIR 24 151.0161 202.959 .409 Valid
BUTIR 25 150.5565 206.834 .545 Valid
BUTIR 26 151.3387 201.088 .407 Valid
Total 76.8226 52.960 1.000 .771
RELIABILITAS
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items .812 27
(3)
Lampiran
Peserta Ek
Peserta Ek
9. Dokume
kstrakurikul
kstrakurikul
entasi Penel
ler Bulutang
ler Bulutang
92
itian
gkis sedang
gkis sedang
g Mengisi A
g Mengisi A
Angket
(4)
Peserta Ek
Peserta Ek
kstrakurikul
kstrakurikul
ler Bolabask
ler Bolabask
ket sedang M
ket sedang M
Mengisi An
Mengisi An
ngket
(5)
Peserta Ek
Peserta Ek
kstrakurikul
kstrakurikul
ler Sepakbo
ler Sepakbo
94
ola sedang M
ola sedang M
Mengisi Ang
Mengisi Ang
gket
(6)