ANALISIS HUBUNGAN LAMA INTERAKSI KOMPUTER TERHADAP TERJADINYAGEJALA COMPUTER VISION Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

ANALISIS HUBUNGAN LAMA INTERAKSI KOMPUTER
TERHADAP TERJADINYA GEJALA COMPUTER VISION
SYNDROME PADA MAHASISWA JURUSAN
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan
Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :
NAMA
NIM

: Wati Ningsih
: J210.131037

PROGDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

ANALISIS HUBUNGAN LAMA INTERAKSI KOMPUTERTERHADAP
TERJADINYAGEJALA COMPUTER VISION SYNDROME PADA
MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Naskah Publikasi
Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W Jadmiko**
Abstrak
Lama interaksi komputer adalah rata-rata intensitas waktu yang digunakan
responden selama berinteraksi dengan komputer, terukur dalam rentang satu hari,
dan terbagi berdasarkan klasifikasi waktu yang telah di tentukan. Data yang
didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat angka pertumbuhan
pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 sudah mencapai 71,19
juta orang. Sedangkan dari 2500 orang di 16 kota Indonesia menunjukkan bahwa
terdapat 46,7% pengguna komputer. Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada
bulan Desember 2013, melalui wawancara pada 50 responden dari 583 mahasiswa

jurusan keperawatan angkatan 2011-2013, didapatkan keluhan antara lain: sakit
kepala dan kaku punggung 15 mahasiswa, mata lelah dan berair 10 mahasiswa
dan pergelangan tangan kaku dan mata terasa pedih serta gatal 25 mahasiswa
setelah berada di depan komputer >2 jam/hari. Interaksi komputer dengan waktu
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gejala computer vision syndrome
yang merupakan sekelompok gangguan okuler yang dikeluhkan seseorang yang
menggunakan waktu yang cukup lama ≥2 jam/hari. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui adakah hubungan lama interaksi computer terhadap terjadinya
gejala computer vision syndrome pada mahasiswa keperawatan UMS. Jenis
penelitian Deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional.
Populasi penelitian adalah mahasiswa keperawatan angkatan 2011-2013, yang
berjumlah 583 mahasiswa dan sampel penelitian yaitu 85 responden. Penelitian
ini menggunakan teknik proporsional random sampling. Instrument penelitian
berupa kuesioner. Analisis data hasil penelitian meng-gunakan uji korelasi
Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara
variabel lama interaksi komputer dengan terjadinya gejala CVS. Kekuatan
korelasi (r) adalah 0,490 yaitu hubungan korelasi sedang, dan merupakan korelasi
searah dimana semakin besar nilai variabel lama interaksi komputer maka akan
semakin besar pula nilai variabel gejala CVS. Kesimpulan dalam penelitian ini
terdapat hubungan antara lama interaksi komputer terhadap terjadinya gejala

computer vision syndrome pada mahasiswa keperawatan UMS.
Kata kunci: Lama interaksi komputer, computer vision syndrome, gangguan
okuler, pengguna komputer, mahasiswa keperawatan.

THE ANALYSIS OF RELATIONSHIP OF THE LONG COMPUTER
INTERACTION TOWARDTHE INDICATION OF COMPUTER
VISION SYNDROME IN STUDENTS OF NURSING
DEPARTMENT MUHAMMADIYAH UNIVERSITY
OF SURAKARTA
Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W Jadmiko**
Abstract
Long computer interaction is the average intensity of time which is used by
the respondents during interacted with the computer, measured in one day, and
divided based on the classification of time that has been set. The data obtained
from the Central Statistics Agency (CSA) in collaboration with the Association of
Indonesian Internet Service Providers (APJII) recorded the growth of internet
users in Indonesian by the end of 2013 had reached 71,19 million people. While
2500 people in 16 cities in Indonesia showed that there were 46,7% of computer
users. Based on the results of a preliminary survey on December 2013, through
interviews on 50 respondents of 583 students majoring in nursing class of 2011 to

2013, obtained the complaints such as: headache and stiff backs were 15 students,
tired of eyes and runny were 10 students and wrist stiff and eyes feel stinging and
itching were 25 students after staying in front of the computer for 2 hours/day.
Computer interaction with excessive of time can lead to symptoms of computer
vision syndrome is a group of ocular disorders complained of someone who uses
quite a long time ±2 hours/day. The purpose of this study was to determine the
relation between the long computer interaction wirh the occurrence of computer
vision syndrome on nursing students of UMS. Type of this research was a
descriptive analytic with a cross sectional research design. The research
population was nursing student class of 2011-2013, which amounts to 583
students and the sample was 85 respondents. This research uses proportional
random sampling technique. Research instrument was in the form of a
questionnaire. Analysis of survey data using Spearman correlation test. The
results showed the significant correlation between the variable long computer
interaction with the symptoms of CVS. The strength of the correlation (r) was
0.490, that was moderate correlation, and the correlation was in the same
direction in which the greater the value of the variable long computer interaction,
the greater the value of the variable symptoms of CVS. The conclusion of this
research was there is a relationship between the long computer interaction with
the symptoms of computer vision syndrome in nursing students of UMS.


Keywords: Long computer interaction, computer vision syndromes, ocular
disorders, computer users, nursing students.

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko** | 1

LATAR BELAKANG
Penggunaan komputer di seluruh
dunia mengalami peningkatan dari waktu
ke waktu. Terdapat hampir satu miliar
komputer yang digunakan di dunia. Sekitar
75% pekerjaan di dunia bergantung pada
komputer dan 50% rumah memiliki setidaknya sebuah komputer (Kanitkar, Carlson &
Yee 2005). Hoesin & Shaleh (2007) menyebutkan, pada 2500 orang di 16 kota
Indonesia menunjukkan bahwa terdapat
46,7% pengguna komputer. Badan Pusat
Statistik (BPS) yang bekerja sama dengan
APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) mencatat angka pertumbuhan
dari pengguna internet di Indonesia hingga

akhir tahun 2013 sudah mencapai 71,19 juta
orang (Pangerapan, 2014).
Keuntungan penggunaan komputer
diantaranya, pekerjaan dapat diselesaikan
dengan mudah dan cepat, lebih efektif dan
efisien serta meningkatkan produktifitas
kerja. Tidak hanya di bidang bisnis perkantoran yang sebagian besar pekerjaannya
menggunakan komputer namun saat ini
semua instansi telah mengembangkan penggunaan komputer baik instansi pendidikan
maupun instansi kesehatan seperti rumah
sakit, puskesmas dan sejenisnya
(Fauzia, 2004).
Menurut Robert Taylor, dalam
penelitian McDougall & Jones, (2006)
peranan komputer dalam pendidikan dibagi
menjadi 3 bagian yaitu Tutor, Tool dan
Tutee. Sebagai Tutor, komputer berperanan
menjadi pengajar melalui pendekatan pengajaran dengan bantuan komputer. Penggunaan komputer sebagai alat pembelajaran
dikenali sebagai CBE (Computer Based
Education). Sebagai Tool, komputer menjadi alat untuk memudahkan proses pengajaran dan pembelajaran. Komputer juga

digunakan untuk melakukan peng-olahan
data proses pembelajaran, seperti pengolahan data nilai siswa, penjadwalan,
beasiswa, dan sebagainya. Sebagai Tutee
komputer berperanan sebagai alat yang di-

ajar, dan bisa melakukan tanya jawab atau
dialog dengan komputer yang biasa disebut
dengan CAI (Computer Assist Instruction).
Budi (2012) dalam penelitiannya juga
menyatakan bahwa salah satu peranan TIK
(Teknologi Informasi Komunikasi) dalam
dunia pendidikan saat ini adalah dengan
munculnya e-learning atau pembelajaran
elektronik. Kemampuan internet memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (e-learning) menjadi lebih
efektif dan efisien sehingga dapat diperoleh
hasil yang lebih baik. E-learning sendiri
merupakan dasar perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Dengan elearning, peserta ajar (learner atau murid)
tidak perlu duduk dengan manis di ruang
kelas untuk menyimak setiap ucapan dari

seorang guru secara langsung. E-learning
juga dapat mempersingkat jadwal target
waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh
sebuah program pembelajaran atau program
pendidikan (Yazdi, 2012).
Kemajuan teknologi dalam bidang
keperawatan dimulai dengan adanya pengembangan telenursing yaitu praktek
keperawatan jarak jauh menggunakan
teknologi telekomunikasi dan di beberapa
rumah sakit juga sudah memulai penggunaan
aplikasi
dokumentasi
PDA
(Personal Digital Assistant) berbasis keperawatan di negara-negara maju. Alat ini
sangat membantu perawat melaksanakan
tugasnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien karena dapat
meningkatkan efisiensi dan akurasi pendokumentasian, mencegah medication error
serta memudahkan komunikasi antar
perawat saat merawat pasien (Najera 2008).

Menurut Sudaryanto (2008) telenursing merupakan bagian dari telehealth,
dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi
bidang medis dan non-medis, seperti
telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring. Saat ini aplikasi telenursing
telah menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitasfasilitas kesehatan memakai peralatan video

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala
Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko** | 2

conference dan teknologi dalam pelayanan
telehealth secara umum: store forward dan
real time teknologi.
Selain memberikan berbagai macam
kemudahan pemakaian komputer yang berlebihan juga dapat menimbulkan efek yang
kurang baik pada kesehatan jika terpapar
dalam waktu yang lama, seperti terjadinya

Syndrome Computer yang ditandai dengan
gejala seperti: asthenopic dan musculoskeletal symptom.
Lama interaksi komputer adalah ratarata intensitas waktu yang digunakan oleh
responden selama berinteraksi dengan
komputer, terukur dalam rentang satu hari,
dan terbagi berdasarkan klasifikasi waktu
yang telah di tentukan (Azkadina, 2012).
Gangguan pada bagian mata dan
kepala juga sering disebut dengan computer
vision syndrome (CVS), mulai dari nyeri
atau sakit kepala, mata kering dan iritasi,
mata lelah, hingga gangguan yang lebih
serius dan lebih permanen seperti kemampuan fokus mata menjadi lemah, penglihatan kabur seperti (astigmatisma, myopi,
presbyopi), pandangan ganda, hingga disorientasi warna (Khannah & Rahajeng,
2012).
American Optometric Association
(AOA) mendefinisikan Computer Vision
Syndrom sebagai gangguan mata komplek
dan masalah penglihatan yang berkaitan
dengan kegiatan yang lama dilakukan di

depan komputer dengan batas maksimal
lama penggunaan komputer adalah 4 jam
per hari. Terjadinya computer vision
syndrome ditandai dengan gejala visual
yang dihasilkan dari interaksi dengan layar
komputer atau lingkungannya. Gejala yang
timbul biasanya bersifat sementara dan
menghilang setelah pengguna istirahat
meskipun
sebagian
kecil
pengguna
mungkin mengalami kontinuitas gejala
setelah menggunakan komputer. Jika tidak
di tangani dengan baik, sebagian besar
gejala ini akan terulang dan juga memburuk
di masa depan (Yin & Reddy, 2008).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan
yang dimulai bulan Desember 2013, melalui wawancara pada sekitar 10% dari 583
mahasiswa jurusan keperawatan mulai dari
periode angkatan 2011-2013 sebanyak 50
orang, didapatkan keluhan seperti: sakit
kepala dan kaku punggung pada 15
mahasiswa, 10 mahasiswa lainnya mengeluhkan mata lelah dan berair dan 25
mahasiswa sisanya mengatakan pergelangan tangan kaku dan mata terasa pedih serta
gatal setelah berada di depan komputer
lebih dari 2 jam/hari. Hal ini dapat
meningkatkan insidensi CVS (Computer
Vision Syndrome) sehingga menjadi perhatian khusus bagi peneliti, oleh karena itu
peneliti tertarik untuk merumuskan judul
penelitian “Analisis hubungan lama
interaksi komputer terhadap terjadinya
gejala CVS (Computer Vision Syndrome)
pada mahasiswa jurusan keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta ”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan rancangan penelitian
observasional, jenis penelitian Deskriptif
Analitik, yakni melihat seberapa besar
hubungan variabel bebas terhadap variabel
terikat melalui pengujian hipotesa yang
telah dirumuskan. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan untuk membuat gambaran atau
analisis tentang suatu keadaan secara
obyektif mengenai hubungan antara dua
variabel pada sekelompok subyek, dan
dikumpulkan secara simultan atau dalam
waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,
2012).
Penelitian ini telah dilaksanakan di
program studi keperawatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 22
Januari-28 Februari 2015. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa keperawatan periode angkatan
2011-2013 di Universitas Muhammadiyah
Surakarta, yang berjumlah 583 mahasiswa.

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala
Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko** | 3

Sampel yang digunakan sebanyak 85
responden, Teknik sampling digunakan
untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian. Pengambilan
sampel penelitian ini menggunakan teknik
proposional random sampling, merupakan
teknik yang digunakan bila populasi unsur/
anggota yang tidak homogen dan berstrata
secara proporsional (Sugiyono, 2013).

2. Lama Interaksi

HASIL PENELITIAN

Tabel 2 Distribusi lama interaksi

1. Karakteristik Responden

komputer

Tabel 1 Distribusi karakteristik
responden
Karakteristik
Jenis
Laki-laki
Perempuan
Kelamin
19 tahun
20 tahun
Usia
21 tahun
22 tahun
23 tahun
Ya
Kelainan Mata
Tidak
Informasi
Ya
Tidak
CVS

menjawab Tidak sebanyak 56 responden
(65,9%) dan menjawab Ya sebanyak 29
responden (34,1%). Distribusi responden
berdasarkan
karakteristik
informasi
mengenai CVS menunjukkan bahwa
responden lebih banyak menjawab Tidak
sejumlah 57 (67,1%) dan menjawab Ya
sebanyak 28 (32,9%) responden.


33
52
7
25
26
21
6
29
56
28
57

%
38,8
61,2
8,2
29,4
30,6
24,7
7,1
34,1
65,9
32,9
67,1

Distribusi responden berdasarkan
jenis kelamin pada tabel di atas menunjukkan menunjukan sebagian besar adalah
perempuan sebanyak 52 responden (61,2%)
dan responden laki-laki sebanyak 33
(38,8%). Distribusi responden berdasarkan
usia menunjukan distribusi tertinggi adalah
usia 21 tahun yaitu sebanyak 26 responden
(30,6%) dan distribusi terendah adalah usia
23 tahun sebanyak 6 respoden (7,1%)
sedangkan responden dengan usia 20 tahun
terdapat 25 (29,4%), responden usia 22
tahun sebanyak 21 (24,7%) kemudian
responden yang berusia 19 tahun sebanyak
7 (8,2%). Distribusi responden berdasarkan
kelainan mata yang diderita, sebagian besar
menyatakan tidak mengalami kelainan mata
di-tunjukkan dengan data responden yang

Lama Interaksi Komputer
2-3 jam/hari
4 jam/hari
>4 jam/hari
Total


17
18
50
85

%
20,0
21,2
58,8
100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat lama
interaksi komputer dengan distribusi
terendah adalah 2-3 jam/hari 17 responden
(20,0%), 4 jam/hari 18 responden (21,2%)
dan tertinggi >4 jam/hari 50 responden
(58,8%). Sedangkan mean atau rata-rata
lama interaksi komputer adalah 5 jam/hari,
lama minimum didapatkan 2 jam/hari dan
lama maksimum adalah 11 jam/hari.
3. Gejala CVS
Tabel 3 Distribusi kategori
gejala CVS

Kategori Gejala CVS
Tidak CVS
CVS Ringan
CVS Sedang
CVS Berat
Total


4
50
28
3
85

%
4,8
58,8
33,0
3,6
100

Deskripsi pada tabel di atas frekuensi
terbanyak dengan 50 (58,8%) responden
mengalami CVS ringan, frekuensi terendah
sebanyak 3 (3,6%) yaitu responden dengan
CVS berat. Sedangkan kategori CVS
sedang didapatkan sebanyak 20 responden
(33%) dan responden dengan kategori tidak

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala
Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko** | 4

CVS sebanyak 4 responden (4,8%). Gejala
sakit pada pergelangan tangan sebanyak 54
responden (66,6%), gejala dengan frekuensi
paling sedikit adalah gejala Squinting (mengecilkan mata) sebanyak 23 responden
(28,3%). Sedangkan mean dari 15 total
gejala CVS adalah 7 gejala, nilai gejala
minimum yang dialami responden adalah 2
gejala dan maksimum 13 gejala.
4. Uji Korelasi Spearman
Tabel 4 Hasil uji korelasi
spearman

Variabel Thitung Sig Kesimpulan
Lama
Interaksi
0.490
Komputer
0.001 H0 ditolak
Gejala
0.490
CVS
Interprestasi hasil berdasarkan tabel
4.6 diperoleh nilai sig 0,001 < 0,05. Hasil
tersebut menunjukkan adanya korelasi yang
bermakna antara variabel yang di uji yaitu
lama interaksi komputer dengan terjadinya
gejala CVS. Kekuatan korelasi (r) adalah
0,490 berada di antara 0,40-0,59 yang
berarti hubungan korelasi sedang, dan
merupakan korelasi searah dimana semakin
besar nilai variabel lama interaksi komputer
maka semakin besar pula nilai variabel
gejala CVS.
PEMBAHASAN
1. Karakteristik responden
Karakteristik
responden
menggambarkan faktor individual responden
yang mungkin berhubungan dengan terjadinya gejala CVS, diantaranya adalah jenis
kelamin, kelainan mata dan pengetahuan
tentang CVS.
Distribusi karakteristik jenis kelamin
menunjukkan sebagian besar responden
adalah perempuan sebanyak 52 responden
(61,2%) dan responden laki-laki sebanyak

33 (38,8%). Dari hasil tersebut dapat dilihat
bahwa perempuan lebih berisiko menderita
gejala CVS, karena perempuan cenderung
memiliki sifat teliti dan telaten dalam
mengerjakan sesuatu (Juliana, 2013). Penyebab lainnya yaitu akibat pengaruh
hormonal. Sekresi komponen lipid oleh
kelenjar Meibom dan Zeis antara lain
dipengaruhi oleh hormon androgen seperti
testosteron yg dapat meningkatkan sekresi,
sedangkan hormon estrogen akan menekan
sekresi kelenjar tersebut sehingga responden
perempuan lebih rentan terkena sindroma
dry eye (Anggraini, 2013).
Berdasarkan hasil responden yang
tidak mengalami kelainan mata cenderung
mengalami total gejala lebih rendah dibandingkan responden yang mengalami
kelainan mata, didukung oleh penelitian
Mujaddidi (2012). Hasil penelitian terhadap
78 responden didapatkan lebih banyak
responden dengan gangguan penglihatan
(56,4%)
daripada
responden
tanpa
gangguan penglihatan (43,6%). Gangguan
penglihatan merupakan salah satu faktor
risiko CVS, ini dibuktikan dengan total
responden yang mengalami kelainan mata
mengalami gejala lebih tinggi dari pada
responden yang tidak mengalami kelainan
mata.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang tidak mengetahui
informasi tentang CVS mengalami total
gejala lebih tinggi dengan relatif waktu
yang lebih rendah, hal tersebut juga didukung oleh penelitian Kusumawaty, Siti &
Junaedi (2012) yang menyatakan bahwa
hampir semua responden tidak mengetahui
tentang CVS, dari 150 pegawai PT Persero
didapatkan data sebanyak 113 responden
(75,3%) tidak mempunyai pengetahuan
tentang CVS dan hanya 27 responden
(24,7%) yang memiliki pengetahuan.
2. Lama Interaksi
Penggunaan komputer