PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL (PBKL).

(1)

PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL (PBKL)

(Studi Deskriptif Evaluatif Pada Dua SMA Penyelenggara PBKL, di Kabupaten

Sukabumi dan Kota bogor)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum

Promovendus

PRIHANTINI

NIM 0908816

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

(3)

(An Evaluative-Descriptive Study in Two Senior Secondary Schools Administering Local Excellence-Based Education in Sukabumi Regency and Bogor City)

Oleh Prihantini

Dra. IKIP Malang, 1998 Magister Pendidikan, 2003

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Sekolah Pasca Sarjana

© Prihantini 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Prihantini. Disertasi. 2014. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL). Studi Deskriptif Evaluatif pada Dua SMA Penyelenggara PBKL di

Kabupaten Sukabumi dan Kota Bogor.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh lemahnya pemahaman dan kepedulian peserta didik terhadap nilai-nilai keunggulan lokal. Hal tersebut merupakan akibat dari kurang tergarap dan terabaikannya potensi keunggulan lokal dalam proses pendidikan di sekolah. Tujuan penelitian adalah: (1) memperoleh gambaran tentang pengembangan kurikulum PBKL yang dilaksanakan oleh sekolah meliputi orientasi, perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum PBKL; (2) mengeksplorasi hubungan antara orientasi PBKL dengan perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum PBKL; (3) memperoleh gambaran perbedaan hasil belajar peserta didik berdasarkan implementasi pembelajaran PBKL. Lokasi penelitian adalah dua SMA penyelenggara PBKL di Kabupaten Sukabumi dan Kota Bogor. Metode penelitian menerapkan metode deskriptif evaluatif. Responden penelitian meliputi kepala sekolah, guru penanggung jawab program PBKL, guru pengampu mata pelajaran terintegrasi PBKL, dan siswa, yang ada di dua sekolah penyelenggara PBKL. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data yang dikumpulkan mencakup data kuantitatif dan data kualitatif (mixed data), dan data kualitatif berfungsi sebagai pendukung. Teknik analisis data kuantitatif menggunakan analisis Z-score dan T-score, uji korelasi menggunakan rumus korelasi Spearman Brown, dan uji beda menggunakan Mann Whitney U Test. Hasil penelitian ditemukan: (1) orientasi kepala sekolah dan guru di sekolah penyelenggara PBKL termasuk kategori sedang; (2) pengembangan kurikulum PBKL yang dilaksanakan oleh sekolah peyelenggara berbeda dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum; (3) Orientasi PBKL yang berada pada kategori sedang di sekolah penyelenggara tidak berdampak pada perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum PBKL, karena rasa memiliki kurikulum lebih didasari oleh inisiatif dan komitmen bersama; (4) hubungan antara orientasi PBKL dengan pengembangan kurikulum (perencanaan, implementasi, evaluasi) di sekolah penyelenggara menunjukkan bahwa orientasi PBKL yang dimiliki kepala sekolah dan guru menentukan baik dan tidaknya pengembangan kurikulum PBKL; (5) terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik di sekolah penyelenggara PBKL untuk mata pelajaran terintegrasi PBKL. Rekomendasi peneltian agar dilaksanakan penelitian tentang pengembangan kurikulum dengan menerapkan metode penelitian lain dan untuk meneliti hasil belajar peserta didik sebaiknya digunakan instrument dan sistem penilaian terstandar, serta gunakan mixed-data karena mixed-data dapat menghasilkan data dan informasi lebih obyektif dan komprehensif.

Kata Kunci: pengembangan kurikulum, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), orientasi, integrasi, hasil belajar kognitif dan psikomotor.


(5)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Prihantini. Dissertation. 2014. The Development of Curriculum of Local Excellence-Based Education. An Evaluative-Descriptive Study in Two Senior Secondary Schools

Administering Local Excellence-Based Education in Sukabumi Regency and Bogor City.

The background to this research was the students' weak understanding and concern for local excellence values. The weakness was an impact of the ignored and less cultivated local excellence potentials in the educational processes in schools. The research aimed to: (1) Gain a description of the development of curriculum of local excellence-based education implemented in schools, covering orientation, planning, implementation, and evaluation of the curriculum of local excellence-based education; (2) Explore the correlation between the orientation of local excellence-based education and the planning, implementation, and evaluation of its curriculum; and (3) Find the differences in students' learning outcomes based on the implemented teaching and learning of local excellence-based education. The research took place in two senior secondary schools administering local excellence-based education in Sukabumi Regency and Bogor City. It employed evaluative-descriptive method. The respondents consisted of principals, teachers responsible for local excellence-based education programs, teachers teaching subjects integrated with local excellence-based education, and students in the two schools administering local excellence-based education. The technique of sampling used was purposive sampling. Data were collected using the techniques of questionnaire, interview, observation, and documentary study. The data gathered covered quantitative and qualitative data (mixed data), where the qualitative data functioned as supporting data. The techniques of quantitative data analysis were Z-score and T-score, correlation test using Spearman-Brown formula, and test for the difference using Mann Whitney U-Test. The research outcomes were: (1) The orientations of principals and teachers in the schools administering local excellence-based education were categorized as mediocre; (2) The development of curriculum of local excellence-based education by the administering schools was different in terms of planning, implementation, and evaluation of the curriculum; (3) The mediocre orientations of local excellence-based education in the two schools did not have an impact on the planning, implementation, and evaluation of the curriculum of local excellence-based education due to the sense of belonging that was based more on shared initiative and commitment; (4) The correlation between the orientations of local excellence-based education and the curriculum development (planning, implementation, evaluation) in the administering schools showed that the orientations owned by the principals and teachers determined whether the development of the curriculum of local excellence-based education would be good or not; (5) There were differences in the students' learning outcomes in the schools administering local excellence-based education for the subjects integrated with local excellence-based education. The research recommends that further research on curriculum development implementing other research methods be done and research on students' learning outcomes should use standardized systems of instrument and assessment and use mixed


(6)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data, because mixed data can result in more objective and comprehensive data and information.

Keywords: curriculum development, Local Excellence-Based Education (LEBE), orientation, integration, cognitive and psychomotor learning outcomes.


(7)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ...v

MOTTO ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ...x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...8

C. Rumusan Masalah ...9

D. Tujuan Penelitian ...10

E. Manfaat Penelitian ...10

1. Manfaat Teoritis ...10

2. Manfaat Praktis...11

F. Struktur Organisasi Disertasi...11

BAB II PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL ...13

A. Hakekat Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum ...13

1. Hakikat Kurikulum ...13

2. Model Konsep Kurikulum ...17

3. Hakekat Pengembangan Kurikulum ...23


(8)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) ...34

1. Konsep Dasar PBKL ...34

2. Tujuan PBKL ...41

3. Karakteristik PBKL ...43

C. Pengembangan Kurikulum PBKL ...44

1. Hakikat Pengembangan Kurikulum PBKL ...44

2. Landasan Pengembangan Kurikulum PBKL ...47

3. Prinsip Pengembangan Kurikulum PBKL ...54

4. Prosedur Pengembangan Kurikulum PBKL ...55

5. Desain dan Organisasi Kurikulum PBKL ...66

D. Penelitian Yang Relevan ...75

E. Kerangka Pemikiran ...79

F. Hipotesis Penelitian ...83

BAB III METODE PENELITIAN ...84

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian...84

B. Metode Penelitian ...90

C. Desain Penelitian, Variabel Penelitian, dan Definisi Operasional ...92

D. Instrumen Penelitian ...97

E. Teknik Dan Langkah Pengumpulan Data ...103

F. Analisis dan Pengujian Hipotesa ...107

G. Prosedur Penelitian ...111

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...116

A. Hasil Penelitian...116

1. Deskripsi Hasil Penelitian ...116

2. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...173


(9)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengembangan Kurikulum ...195

2. Hasil Belajar Peserta Didik ...203

C. Keterbatasan Penelitian ...204

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...205

A. Simpulan...205

B. Rekomendasi ...207

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Responden Penelitian dari Unsur Kepala Sekolah dan Guru ... 89

Tabel 3.2. Responden Penelitian dari Unsur Peserta Didik ... 89

Tabel 3.3. Identifikasi Variabel Penelitian ... 94

Tabel 3.4. Distribusi dan Penarikan Instrumen ... 106

Tabel 3.5. Prosedur Pengumpulan Data ... 112

Tabel 4.1. Orientasi Kepala Sekolah dan Guru tentang PBKL SMA PU AlBayan ... 116

Tabel 4.2. Orientasi Kepala Sekolah dan Guru tentang PBKL SMA YPHB .. 118

Tabel 4.3. Perencanaan Kurikulum PBKL SMA PU AlBayan ... 120

Tabel 4.4. Perencanaan Kurikulum PBKL SMA YPHB... 122

Tabel 4.5. Implementasi Kurikulum PBKL SMA PU AlBayan ... 125

Tabel 4.6. Implementasi Kurikulum PBKL SMA YPHB ... 128

Tabel 4.7 Evaluasi Kurikulum PBKL SMA PU AlBayan ... 131

Tabel 4.8. Evaluasi Kurikulum PBKL SMA YPHB ... 132

Tabel 4.9. Tabel Rangkuman Perolehan Data Pengembangan Kurikulum Dua Sekolah Penyelenggara PBKL... 133

Tabel 4.10. Data Hasil Belajar Domain Kognitif Mata Pelajaran Kimia Terintegrasi PBKL Kelas X SMA PU AlBayan dan YPHB ... 134

Tabel 4.11. Data Hasil Belajar Domain Psikomotor Mata Pelajaran Kimia Terintegrasi PBKL Kelas X SMA PU AlBayan dan YPHB ... 134

Tabel 4.12. Data Hasil Belajar Domain Kognitif Mata Pelajaran Biologi Terintegrasi PBKL Kelas X SMA PU AlBayan dan YPHB ... 135

Tabel 4.13. Data Hasil Belajar Domain Psikomotor Mata Pelajaran Biologi Terintegrasi PBKL Kelas X SMA PU AlBayan dan YPHB ... 135


(11)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.14. Hasil Uji Normalitas Data dari SMA PU AlBayan ... 173

Tabel 4.15. Hasil Uji Normalitas Data dari SMA YPHB ... 174

Tabel 4.16. Hasil Uji Homogenitas Data SMA PU AlBayan ... 175

Tabel 4.17. Hasil Uji Homogenitas Data SMA YPHB ... 176

Tabel 4.18. Hubungan Orientasi PBKL dengan Perencanaan Kurikulum PBKL di SMA PU AlBayan... 183

Tabel 4.19. Hubungan Orientasi PBKL dengan Perencanaan Kurikulum PBKL di SMA YPHB ... 185

Tabel 4.20. Hubungan Orientasi PBKL dengan Implementasi Kurikulum PBKL di SMA PU AlBayan... 186

Tabel 4.21. Hubungan Orientasi PBKL dengan Implementasi Kurikulum PBKL di SMA YPHB ... 187

Tabel 4.22. Hubungan Orientasi PBKL dengan Evaluasi Kurikulum PBKL di SMA PU AlBayan ... 188

Tabel 4.23. Hubungan Orientasi PBKL dengan Evaluasi Kurikulum PBKL di SMA YPHB ... 189

Tabel 4.24. Rangkuman Hubungan antar Orientasi PBKL dengan Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum PBKL di SMA PU AlBayan ... 190

Tabel 4.25. Rangkuman Hubungan antar Orientasi PBKL dengan Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum PBKL di SMA PU AlBayan ... 191

Tabel 4.26. Perbedaan Hasil Belajar Kimia Domain Kognitif Antara SMA PU Al Bayan dan SMA YPHB ... 192

Tabel 4.27. Perbedaan Hasil Belajar Kimia Domain Psikomotor Antara SMA PU AlBayan dan SMA YPHB ... 192

Tabel 4.28. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Domain Kognitif Antara SMA PU AlBayan dan SMA YPHB ... 193


(12)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.29. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Domain Psikomotor Antara

SMA PU AlBayan dan SMA YPHB ... 194

Tabel 4.30 Analisis Data Pengembangan Kurikulum dan Hasil Belajarn ... 195

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pengembangan Kurikulum Sebagai Proses Berkelanjutan ... 24

Gambar 2.2. Rangkaian Pengembangan Kurikulum ... 29

Gambar 2.3. Matrik Identifikasi Strategi Pengembangan Kurikulum ... 31

Gambar 2.4. Organisasi Kurikulum Multidisipliner ... 72

Gambar 2.5. Organisasi Kurikulum Interdisipliner... 73

Gambar 2.6. Organisasi Transdisipliner... 74

Gambar 2.7. Kerangka Pemikiran ... 82

Gambar 3.1. Design Mixed Data... 92

Gambar 3.2. Desain Penelitian ... 93


(13)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(14)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Lampiran B : Instrumen Angket Kepala Sekolah Lampiran C : Instrumen Angket Guru

Lampiran D : Pedoman Wawancara

Lampiran E : Pedoman Studi Dokumentasi

Lampiran F : Pedoman Observasi Pembelajaran

Lampiran G : Hasil Olah Data Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran H : Rekapitulasi Perolehan Skor Variabel Penelitian

Lampiran I : Tabel Nilai Rho

Lampiran J : Tabel Nilai Distribusi Z

Lampiran K : Keterangan Melaksanakan Penelitian


(15)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara geografis Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keberagaman potensi daerah. Potensi setiap daerah memiliki karakteristik keunggulan masing-masing, baik potensi budaya berupa adat istiadat, kesenian, tata krama pergaulan, bahasa, potensi sumber daya alam dan lingkungan maupun potensi historis. Setiap daerah yang memiliki karakteristik unggul merupakan potensi keunggulan lokal. Potensi keunggulan lokal tersebut perlu digali, dikembangkan, dan dipromosikan sehingga menjadi modal pembangunan daerah. Salah satu upaya untuk menggali, mengembangkan, dan mempromosikan keunggulan lokal tersebut adalah melalui proses pendidikan di sekolah.

Namun demikian potensi-potensi keunggulan lokal belum banyak mendapat perhatian dari sekolah untuk dikembangkan sehingga peserta didik kurang memahami dan peduli terhadap keunggulan yang ada. Hal ini disebabkan oleh potensi-potensi keunggulan lokal belum diintegrasikan pada proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sedangkan keunggulan lokal dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran (Irianto, 2011:175). Salah satu bukti yang dapat diamati adalah sumber daya alam yang tersedia di beberapa daerah diolah dan dikelola oleh bangsa lain, hal ini membuktikan bahwa sumber daya manusia di daerah masih lemah dalam pengetahuan, keterampilan, dan kemandirian menggali serta mengoptimalkan potensi yang ada di daerah sendiri.

Berkenaan dengan hal tersebut, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara formal berperan sebagai pusat belajar mengajar memiliki fungsi strategis untuk menjadi agen perubahan (agent of change) dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang keunggulan lokal. Keanekaragaman potensi keunggulan daerah harus dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap


(16)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempertahankan nilai-nilai luhur didalamnya melalui pendidikan. Melalui keunggulan lokal realisasi peningkatan nilai dari potensi daerah diharapkan menjadi produk atau jasa atau karya yang bernilai tinggi, bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif (Asmani, 2012:54).

Disadari ataupun tidak, ketika proses pendidikan di sekolah mengkonsentrasikan mengejar ketertinggalan aspek pengetahuan dan teknologi maka akan berdampak pada kurang tergarap dan terabaikannya potensi keunggulan lokal dan berdampak pula terhadap lemahnya pemahaman dan kepedulian peserta didik terhadap nilai-nilai keunggulan lokal.

Pada sisi lain arus globalisasi makin menguat dan meluas. Globalisasi sebagai suatu proses pengintegrasian sistem atau bidang kehidupan bangsa-bangsa kedalam suatu sistem global (Santoso, 2010:4), tidak tampak lagi batas-batas geografis, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol perkembangannya. Ciri lain pada era globalisasi adalah perkembangan teknologi yang pesat dibidang informasi dan komunikasi. Dengan derasnya berbagai informasi yang didukung kemajuan teknologi informasi dan komunikasi terdapat beberapa hal yang menguntungkan yaitu adanya kemajuan serta peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja. Akan tetapi, selain memiliki dampak positif bagi kemajuan, peningkatan efektifitas dan efesiensi kerja, kemajuan tersebut juga memiliki dampak yang kurang menguntungkan bagi kehidupan bermasyarakat, karena interaksi antar anggota masyarakat juga lebih terbuka, cepat, dan tidak mengenal batas geografis serta kelompok. Tanpa batas geografis tersebut dikenal dengan istilah kegiatan dari jauh (action at distance) yang menjadikan transformasi tanpa terhalang oleh waktu dan ruang (Fattah, 2012:139). Termasuk di dalamnya adalah arus budaya asing yang masuk di suatu masyarakat dan generasi muda lebih bangga meniru budaya asing tersebut tanpa mempertimbangkan apakah budaya yang ditiru lebih bermanfaat dalam kehidupan atau tidak. Dampak negatif tersebut menjadi kekhawatiran sebagian besar masyarakat karena berpotensi mempengaruhi sendi-sendi kepribadian, khususnya pada generasi penerus bangsa.


(17)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menghadapi arus globalisasi bukan berarti harus bersikap over protected, tetapi perlu kesiapan untuk menghadapinya. Kesiapan yang dibutuhkan adalah penguatan konsep diri (self concept) untuk beradaptasi terhadap arus globalisasi. Pembinaannya dapat melalui penyelengaraan program pendidikan berkarakter dan berbudaya bangsa yang berbasis pada keunggulan lokal. Konsep diri (self concept) tersebut meliputi prinsip-prinsip yang diakui secara global atau bersifat universal, yaitu nilai-nilai religious, jujur, tanggung jawab, peduli sesama, menghargai waktu, kompetitif, kerja keras, tanggap terhadap masalah sosial yang terjadi di sekelilingnya, berpola hidup bersih dan sehat, bangga terhadap jati diri bangsa dan negara.

Fenomena yang teramati di sekolah berbeda dengan harapan sebagaimana dipaparkan di atas. Sekolah pada umumnya lebih banyak memfokuskan pengembangan hard skill terutama domain kognitif daripada soft skill. Kondisi tersebut mengakibatkan lemahnya self concept yang dibutuhkan peserta didik dalam menghadapi arus globalisasi. Peserta didik cenderung lebih mudah stres, tidak percaya diri, tidak mandiri, temperamental, dan mudah terpengaruh oleh perilaku negatif.

Pengembangan kompetensi hard skill yang tidak dibarengi dengan peningkatan soft skill juga telah menciptakan generasi yang tidak mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di pasar bebas. Mereka kalah bersaing karena ketunaan dalam etos kerja dan kurangnya ketekunan dalam berusaha. Apalagi jika program pendidikan yang ditempuh oleh peserta didik tidak membina keterampilan yang bersifat spesifik (specific skill), mereka hampir-hampir tidak berdaya. Data yang dikeluarkan oleh UNESCO tahun 2011 indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. Artinya kualitas peserta didik Indonesia masih jauh untuk mampu bersaing dengan peserta didik negara lain.

Specific Skill yang berbasis keunggulan lokal seharusnya telah dibekalkan kepada peserta didik selama proses pendidikan agar dapat dimanfaatkan untuk survive dalam kehidupan di masyarakat. Keterampilan ini dibutuhkan karena tidak


(18)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hanya berfungsi pada saat lulus tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tetapi juga bermanfaat untuk menanamkan sikap menghargai waktu kepada peserta didik sehingga terbiasa mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. Oleh karena itu sekolah perlu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik yang bersifat specific skill dalam mengelola dan memanfaatkan potensi keunggulan yang ada di daerah. Melalui pengalaman belajar yang bersumber dari potensi keunggulan lokal akan melatih kemampuan peserta didik mampu mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah yang terkait dengan potensi keunggulan lokal.

Pendidikan berbasis keunggulan lokal membutuhkan adanya relevansi antara dunia pendidikan dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu pengalaman belajar yang diberikan kepada peserta didik perlu diarahkan untuk menghubungkan ilmu pengetahuan yang didapat di sekolah dengan realitas yang ada di masyarakat. Hal ini belum banyak dipraktikkan di sekolah sehingga merupakan faktor yang menyebabkan peserta didik tidak mengenal apa yang terjadi dan keunggulan apa yang ada di lingkungan masyarakatnya. Relevansi antara keduanya dapat menambah semangat peserta didik dalam menimba ilmu dan mengembangkan kegiatan yang melahirkan temuan genuine dalam rangka social engineering sesuai potensi lokal (Asmani, 2012:960). Makna dari relevansi tersebut berkaitan dengan kurikulum sebagai the adaptive curriculum (Sanjaya, 2008:14). Artinya, bahwa kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah perlu menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Pengalaman belajar yang menerapkan the adaptive curriculum akan memberikan dukungan terhadap peningkatan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah kontekstual yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Johnson dalam Komalasari (2013:6) menyatakan bahwa “contextual teaching and learning enables students to connect the content of academic

subjects with the immediate context of their daily lives to discover meaning”.

Pembelajaran seperti ini belum banyak dipraktikkan di sekolah sehingga peserta didik hanya memiliki pengetahuan sebatas apa yang dipelajari melalui informasi


(19)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari guru dan buku sumber. Peserta didik tidak akan survive menghadapi masalah-masalah kehidupan di masyarakat tanpa dilatih untuk mengenal problema kehidupan dan menemukan solusi terhadap problema tersebut.

Berkaitan dengan hal tersebut sekolah perlu menjaga keseimbangan dalam proses pembelajaran, selain menyiapkan peserta didik unggul dibidang akademik dan unggul dalam aspek pengetahuan dan teknologi, tetapi juga diimbangi menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menghayati terhadap keunggulan lokal daerah. Dengan keseimbangan proses tersebut diharapkan di masa akan datang lahir para lulusan yang unggul dalam pengetahuan dan teknologi tetapi tetap memiliki jati diri sebagai bangsa Indonesia dan dapat memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang dikuasai untuk meningkatkan kualitas potensi keunggulan lokal daerah yang mampu bersaing secara global. Untuk itu maka reproduksi nilai-nilai keunggulan lokal menjadi bagian dari tugas dan kewenangan sekolah. Dengan demikian muatan keunggulan lokal menjadi penting untuk diangkat dalam proses pendidikan di sekolah.

Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah menduduki peran strategis dalam membekali peserta didik memiliki kepedulian terhadap potensi daerah yang ada di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan sekitar sekolah. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan tentu saja dituntut aktif dalam upaya pelestarian dan pengembangan potensi daerah. Adanya kontinuitas pemupukan dan pengenalan kepada peserta didik tentang potensi keunggulan lokal, diharapkan peserta didik tidak asing dengan daerahnya sendiri dan paham terhadap potensi dan nilai-nilai serta budaya daerahnya sendiri. Diharapkan pula sekolah dapat mengembangkan dan memberdayakan potensi daerahnya sesuai dengan tuntutan ekonomi global.

Sekolah harus mampu menginventarisasi keunggulan lokal sebagai sumber belajar yang dapat memperkaya konten kurikulum meliputi: Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) dan karakteristik kedaerahan (Muhsyanur, 2011:1). Melalui konten keunggulan lokal diharapkan sekolah dapat


(20)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki keahlian, pengetahuan, dan sikap dalam berpartisipasi membangun bangsa dan negara.

Pentingnya keunggulan lokal dikembangkan melalui program pendidikan telah diakomodasi oleh Pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 50 ayat (4), yang menyatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota berkewajiban mengelola satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Kebijakan tersebut ditegaskan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 14 ayat (1) yang menyatakan bahwa untuk SMA/MA/SMLB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal atau dikenal dengan istilah Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL).

Sejumlah hasil penelitian terdahulu terkait dengan pengembangan kurikulum tingkat sekolah, implementasi PBKL, dan pengembangan nilai keunggulan lokal dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, penelitian berkaitan dengan pengembangan kurikulum dilaksanakan oleh Brady (1985) disimpulkan bahwa efektifitas pengembangan kurikulum ditentukan oleh dukungan kepala sekolah. Hasil penelitian Kopong (1995) disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum lokal terlaksana efektif bila melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengembangan dan menentukan materi sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kedua, penelitian tentang implementasi PBKL ditemukan bahwa penyebab tidak berjalannya program PBKL seperti yang diharapkan karena banyaknya guru dan kepala sekolah yang belum mampu mengoperasionalkan pendidikan berbasis keunggulan lokal kedalam kurikulum sekolah dalam bentuk sebagai mata pelajaran keterampilan, muatan lokal maupun yang terintegrasi kedalam mata pelajaran yang sudah ada (Hadi, 2012:2). Hambatan berkaitan dengan implementasi PBKL sebagaimana ditemukan dalam penelitian Yuliantina (2013:4) yaitu adanya guru yang tidak mau belajar, kebutuhan ruang dan peralatan penunjang yang masih kurang memadai. Hasil penelitian (Ahsin, 2012:11)


(21)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kendala yang dihadapi dalam upaya mempersiapkan pelaksanaan program PBKL yaitu sistem pengelolaan yang belum transparan, sarana prasarana yang masih terbatas dan kualitas SDM yang masih kurang. Penelitian yang dilaksanakan Santoso (2010) ditemukan bahwa PBKL berkarakter dan berbudaya bangsa relevan untuk membentuk konsep diri peserta didik sehingga mampu berkompetisi dengan dilandasi kearifan lokal.

Ketiga, penelitian yang berhubungan dengan pengembangan nilai keunggulan lokal dilaksanakan oleh Victor (2000), Mirza (2008), Herial (2009), Sudira (2011), Sopantini (2012), disimpulkan bahwa untuk mengembangkan nilai-nilai keunggulan lokal dapat dilaksanakan pengembangan kurikulum berbasis pelestarian budaya, berbasis pengembangan potensi wilayah, berbasis ideologi, berbasis potensi lokal dan masyarakat.

Selain dari sejumlah temuan penelitian terdahulu, hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti di beberapa SMA penyelenggara PBKL yang ada di wilayah Kabupaten/Kota Sukabumi dan Bogor diperoleh data baik melalui wawancara maupun pengamatan sebagai berikut.

1. Strategi implementasi PBKL yang ditempuh masing-masing sekolah berbeda. Ada sekolah yang menetapkan melalui dua strategi implementasi yaitu PBKL terintegrasi mata pelajaran dan MULOK PBKL; dan ada yang melalui tiga strategi implementasi yaitu PBKL terintegrasi mata pelajaran, MULOK PBKL, dan mata pelajaran Keterampilan. Ada pula sekolah yang menetapkan strategi pembelajaran melalui pola pembiasaan dan MULOK PBKL. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masing-masing sekolah dalam menerapkan strategi implementasi bervariasi sesuai dengan kesiapan masing-masing sekolah. Namun demikian apakah variasi strategi implementasi dari masing-masing sekolah sesuai hasil identifikasi keunggulan lokal yang ada di lingkungan sekolah atau di daerah tempat sekolah berada merupakan masalah yang perlu diteliti.

2. Belum semua guru yang ada di sekolah penyelenggara PBKL menyadari bahwa sekolahnya adalah rintisan sekolah penyelenggara PBKL dan belum


(22)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

semua guru mengimplementasikan proses pembelajaran PBKL. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa belum semua guru yang mengajar di sekolah penyelenggara PBKL memahami konsep dan tujuan PBKL walaupun sekolahnya telah ditunjuk sebagai sekolah penyelenggara PBKL. Terjadinya permasalahan ini kemungkinan disebabkan sosialisasi program PBKL belum meluas kepada semua guru yang ada di sekolah.

3. Bukti fisik yang ditemukan teridentifikasi bahwa tidak semua sekolah penyelenggara PBKL memiliki dokumen kurikulum yang lengkap. Dokumen kurikulum merupakan pedoman yang akan digunakan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, dengan tidak dimiliki dokumen dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan PBKL belum terencanakan dengan baik. 4. Lemahnya pengendalian kepala sekolah terhadap implementasi kurikulum

PBKL dalam proses pembelajaran. Pengendalian terhadap implementasi kurikulum PBKL dalam pembelajaran merupakan fungsi yang perlu dilaksanakan oleh kepala sekolah yang salah satunya melalui supervisi pembelajaran, namun demikian kurang disadari oleh kepala sekolah bahwa dengan adanya pengendalian ini dapat menjaga berlangsungnya program PBKL secara berkesinambungan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut menginspirasi peneliti untuk melakukan kajian tentang pengembangan kurikulum PBKL yang dilaksanakan oleh sekolah penyelenggara PBKL. Sesuai dengan ketetapan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 57 bahwa evaluasi kurikulum perlu dilaksanakan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan dan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum merupakan faktor kunci dalam penyelenggaraan pendidikan formal, pelaksanaan studi evaluasi menjadi penting mengingat karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini dirancang dengan prinsip desentralisasi sehingga setiap satuan pendidikan diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai karakteristik daerah (Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013).


(23)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan berlakunya kewenangan tersebut peluang sekolah untuk menterjemahkan pengembangan kurikulum PBKL menjadi beragam di setiap sekolah. Kondisi inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan studi tentang pengembangan kurikulum PBKL yang dilaksanakan oleh sekolah penyelenggara.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang dan temuan penelitian adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan PBKL dan peningkatan pemahaman peserta didik tentang keunggulan lokal. Secara rinci identifikasi dikemukakan sebagai berikut.

1. Guru dan kepala sekolah belum memahami konsep dan tujuan PBKL sehingga tidak mampu mengoperasionalkan pendidikan berbasis keunggulan lokal kedalam kurikulum sekolah.

2. Sekolah penyelenggara PBKL belum mampu mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan keunggulan lokal, baik dalam perencanaan, implementasi, maupun evaluasi kurikulum dan pembelajaran.

3. Adanya hambatan dalam implementasi PBKL terkait dengan kesiapan sumberdaya manusia, sistem pengelolaan, dan sarana prasarana pendukung.

4. Strategi implementasi PBKL yang ditempuh masing-masing sekolah berbeda.

5. Belum semua guru yang ada di sekolah penyelenggara PBKL menyadari bahwa sekolahnya adalah rintisan sekolah penyelenggara PBKL dan belum semua guru mengimplementasikan proses pembelajaran PBKL. 6. Tidak semua sekolah penyelenggara PBKL memiliki dokumen kurikulum

yang lengkap.

7. Lemahnya pengendalian kepala sekolah terhadap implementasi kurikulum PBKL dalam proses pembelajaran.


(24)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari identifikasi permasalahan di atas peneliti akan memfokuskan kajian penelitian terkait dengan orientasi pendidik dan tenaga kependidikan tentang PBKL, pengembangan kurikulum PBKL yang meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi, serta hasil implementasi pembelajaran PBKL yang ditunjukkan oleh hasil belajar peserta didik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengembangan kurikulum PBKL di sekolah penyelenggara? Rumusan ini dirinci menjadi dua permasalahan yaitu: a. Bagaimanakah orientasi kepala sekolah dan guru tentang PBKL?

b. Bagaimanakah perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum PBKL yang dilaksanakan sekolah penyelenggara?

2. Apakah terdapat hubungan antara orientasi tentang PBKL dengan perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum PBKL?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik di sekolah penyelenggara PBKL?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan melaksanakan penelitian tentang pengembangan kurikulum PBKL di dua SMA penyelenggara PBKL adalah sebagai berikut.

1. Memperoleh gambaran tentang pengembangan kurikulum PBKL yang dirinci menjadi dua yaitu:

a. Memperoleh gambaran tentang orientasi kepala sekolah dan guru tentang PBKL.

b. Memverifikasi perencanaan, implementasi pembelajaran, dan evaluasi kurikulum PBKL yang dilakukan oleh sekolah penyelenggara PBKL. 2. Mengeksplorasi hubungan antara orientasi dengan perencanaan,


(25)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Memperoleh gambaran perbedaan hasil belajar peserta didik berdasarkan implementasi proses pembelajaran PBKL di sekolah penyelenggara.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diharapkan penelitian memiliki manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian tentang pengembangan kurikulum PBKL di SMA diharapkan dapat diperoleh prinsip berkenaan dengan pengembangan kurikulum PBKL. Munculnya prinsip tersebut dapat dilihat dari perspektif pengembangan kurikulum, baik dari perencanaannya, implementasinya, evaluasinya, dan hasil belajar peserta didik dalam penguasaan PBKL. Selain itu diharapkan prinsip pengembangan kurikulum yang dihasilkan dari penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu dasar atau sebagai masukan berkaitan dengan upaya menghasilkan prinsip-prinsip baru pengembangan kurikulum sesuai dengan konteks keunggulan lokal.

Manfaat teoritis lain adalah bahwa dengan prinsip pengembangan kurikulum PBKL yang dihasilkan dari penelitian dapat menguji teori pengembangan kurikulum dan memberi sumbangan referensi di bidang pengembangan kurikulum. Prinsip pengembangan kurikulum yang dihasilkan dapat juga difungsikan sebagai dasar untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena pengembangan kurikulum level sekolah berbasis keunggulan lokal yang mungkin semakin berkembang di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Menyajikan hasil penelitian yang dapat dijadikan bahan kajian dalam mengembangkan kurikulum berbasis keunggulan lokal jenjang SMA di Indonesia.


(26)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menyumbangkan pemikiran untuk peningkatan kualitas pengembangan kurikulum, baik dalam aspek orientasi, perencanaan, implementasi, maupun evaluasi kurikulum.

c. Menyumbangkan solusi terpilih untuk melakukan pengintegrasian keunggulan lokal kedalam kurikulum, baik dalam rencana tertulis maupun dalam proses pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

d. Bagi peneliti diharapkan dapat membuka wawasan berpikir yang lebih analitis komprehensif tentang pengembangan kurikulum.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Struktur organisasi disertasi yang disusun secara garis besar mencakup lima bab yang terdiri dari :

Bab I Pendahuluan; berisi latar belakang penelitian yang memaparkan tentang rasional melakukan penelitian, temuan penelitian dan fakta hasil studi awal sekolah, identifikasi masalah penelitian untuk merumuskan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Untuk memberikan gambaran isi secara menyeluruh dideskripsikan struktur organisasi disertasi.

Bab II Pengembangan kurikulum PBKL yang merupakan kajian teori dan dirinci dalam sub-sub bab yaitu hakekat kurikulum dan pengembangan kurikulum, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), pengembangan kurikulum PBKL. Berdasarkan kajian teori agar dapat menunjang kerangka pemikiran, dipaparkan penelitian yang relevan yang mendukung perumusan kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

Bab III berisi tentang metode penelitian yang meliputi pembahasan tentang lokasi, populasi dan sampel penelitian, metode penelitian, desain, variabel penelitian dan definisi operasional, instrumen penelitian, teknik dan langkah pengumpulan data, analisis data dan pengujian hipotesis, dan prosedur penelitian.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan; berisi deskripsi hasil penelitian yang terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif meliputi pengembangan


(27)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurikulum dan hasil belajar. Data pengembangan kurikulum terdiri dari orientasi, perencanaan, implementasi, serta evaluasi kurikulum. Data hasil belajar peserta didik meliputi hasil belajar pada domain kognitif, psikomotor. Analisis data meliputi orientasi, perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum PBKL serta hasil belajar peserta didik. Sedangkan pengujian hipotesis meliputi uji hubungan antara orientasi dengan perencanaan, implementasi, evaluasi kurikulum PBKL, dan uji perbedaan hasil belajar peserta didik kelas X di dua sekolah penyelenggara PBKL`.

Bab V Simpulan dan rekomendasi. Bab ini memaparkan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian dan rekomendasi yang ditujukan kepada pengambil kebijakan maupun pengguna hasil penelitian serta peneliti selanjutnya.


(28)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

84

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan melalui pertimbangan keterjangkauan peneliti dalam hal jarak tempuh dan keterbatasan waktu dalam melaksanakan penelitian, serta kemudahan mengumpulkan data. Untuk itu maka lokasi penelitian ditetapkan di dua SMA penyelenggara PBKL yang yang masing-masing berlokasi di Kabupaten Sukabumi dan di Kota Bogor, yaitu SMA Pesantren Unggul Al Bayan dan SMA YPHB Kota Bogor. Pemilihan hanya dua sekolah dimaksudkan untuk dapat mengungkap data yang lebih mendalam tentang pengembangan kurikulum di dua sekolah penyelenggara PBKL. Gambaran awal tentang lokasi dan profil dari dua SMA dipaparkan sebagai berikut.

1. Lokasi Penelitian

a. Profil SMA PU Al Bayan Kabupaten Sukabumi

SMA Pesantren Unggul Al Bayan yang sering dikenal dengan sebutan SMA PU Al Bayan berdiri sejak tahun 1999 dan berstatus sekolah swasta. Lokasi sekolah terletak di pedesaan, tepatnya desa Sekarwangi kecamatan Cibadak dan berada di tengah perkampungan penduduk yaitu kampung Cikiwul. Letak geografis sekolah berada di daerah pertanian dan daerah pegunungan kapur, kurang lebih 0,5 kilometer menjulang pegunungan kapur yang letaknya di pinggir jalan raya menuju kecamatan Cikembar. Secara demografis penduduk sekitar sekolah pada umumnya berlatar belakang memiliki mata pencaharian sebagai petani dan buruh.

Tidak jauh dari lokasi sekolah, di wilayah kecamatan terdekat yaitu kecamatan Parungkuda, kurang lebih membutuhkan 30 menit perjalanan menggunakan kendaraan umum terdapat sebuah monumen atau palagan Bojongkokosan. Palagan tersebut cukup dikenal karena letaknya yang


(29)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

strategis yakni berada di pinggir jalan raya menuju Kabupaten Bogor. Palagan Bojongkokosan merupakan situs bernilai sejarah perjuangan penduduk Sukabumi melawan penjajah.

SMA PU Al Bayan dikelola oleh Yayasan Bina Ummat Sejahtera Semesta yang berkedudukan di Jakarta. Sejak awal pendirian sekolah ini diarahkan sebagai sekolah berbasis pesantren dengan sistem asrama (Islamic Boarding School) dan hanya menerima peserta didik laki-laki. Ketersediaan lahan untuk pembangunan komplek pesantren kurang lebih 3 ha. Prasarana yang tersedia untuk penyelenggaraan pendidikan dengan status pesantren unggul terdiri dari 16 unit perumahan guru, satu unit guest house, tiga unit asrama siswa, lima unit gedung sekolah dengan jumlah sembilan ruang kelas, satu ruang Tata Usaha, satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru, satu ruang laboratorium biologi, satu ruang laboratorium komputer, satu ruang laboratorium bahasa, satu ruang laboratorium fisika, satu ruang laboratorium kimia, satu unit gedung perpustakaan, satu unit gedung praktik seni, tiga unit gedung dapur umum, dan satu buah bangunan masjid. Saat dilaksanakan studi pendahuluan untuk penelitian sedang berlangsung pembangunan gedung perpustakaan dan ruang kelas baru sebanyak dua ruang. Sarana yang dimiliki meliputi sarana komputer sejumlah 70 unit, LCD poyektor yang berada di setiap ruang kelas sebanyak 12 unit, 24 titik kamera CCTV dengan kontrol di ruang kepala sekolah dan ruang guru; peralatan laboratorium lengkap meliputi biologi, kimia, dan fisika; serta sarana olahraga berupa lapangan basket dan lapangan volley.

Kondisi pendidik di SMA PU Al Bayan seluruhnya berjumlah 26 guru, dengan rincian 21 pendidik tetap Yayasan dan lima pendidik honorer. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh pendidik rata-rata S1 dan empat orang memiliki latar belakang pendidikan Pascasarjana S2, empat orang sedang menyelesaikan pendidikan Pascasarjana S2. Semua pendidik mengampu mata pelajaran sesuai latar belakang spesialisasi mata pelajaran, yaitu S1 Bahasa Indonesia dua orang, Kimia tiga orang, Fisika tiga orang, Matematika tiga orang, Biologi tiga orang, Sejarah dua orang, PKn satu orang, Geografi satu


(30)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang, Bahasa Inggris tiga orang, Bahasa Arab tiga orang, Pendidikan Jasmani Olahraga satu orang; dan Bimbingan Konseling satu orang. Rekruitmen pendidik dilaksanakan melalui seleksi dan persyaratan khusus untuk pendidik di SMA PU Al Bayan adalah harus hafal minimal satu juz Al Qur’an dan mampu mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam yaitu Fikih, Tilawah, Sirah, Tafsir, Aqidah Akhlak, Muhadharah, Tilawah, Tahfidz. Prestasi para pendidiknya banyak terbukti, yaitu meraih medali perak dan emas pada ajang olimpiade guru nasional (OSN Guru 2011 dan 2013) untuk mata pelajaran Fisika.

Jumlah peserta didik seluruhnya saat ini 225 anak laki-laki; dan setiap kelas maksimal berjumlah 26 peserta didik. Latar belakang siswa secara ekonomi termasuk kategori menengah keatas dan berasal dari berbagai kabupaten dan kota, 20 % berasal dari dalam kabupaten Sukabumi dan 80% berasal dari luar kabupaten Sukabumi.

Ditetapkan sebagai Sekolah Penyelenggara PBKL sejak tahun pelajaran 2007/2008 oleh Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ditunjuk sebagai salah satu sekolah pilot PBKL cukup beralasan, karena SMA PU Al Bayan memiliki banyak prestasi baik ditingkat kabupaten, propinsi, maupun nasional. Diantara prestasi nasional pada saat itu adalah juara nasional Olimpiade Sains Pesantren seluruh Indonesia 2004, medali perunggu untuk OSN Matematika tahun 2003, medali perunggu OSN Kimia dan The Best Practical untuk kimia pada OSN 2006 di Semarang.

Kepedulian terhadap lingkungan diintegrasikan kedalam mata pelajaran sehingga pada tahun 2012 meraih predikat juara Sekolah Berbudaya lingkungan (SBL) tingkat Provinsi Jawa Barat. Dan pada tahun 2013 mewakili propinsi Jawa Barat untuk tingkat nasional.

b. Profil SMA YPHB Kota Bogor

SMA YPHB berada dibawah naungan Yayasan Persaudaraan Haji Bogor, atas dasar harapan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kota


(31)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bogor dalam menjaga kemabruran haji mereka. SMA YPHB berdiri berdasarkan surat keputusan pendirian sekolah swasta dari Kanwil Depdikbud Nomor 118/102/Kep/OT/96 tanggal 16 April 1996. SMA YPHB berlokasi di wilayah perkotaan yang berada sangat strategis di jalan protokol yaitu Jalan Pajajaran Nomor 234 A Kota Bogor. Secara geografis sekolah terletak di daerah industri, dan secara demografis mata pencaharian masyarakat sekitar sekolah pada umumnya karyawan. Di kota Bogor terdapat potensi sumber daya alam yaitu Kebun Raya Bogor yang berlokasi tidak jauh dari sekolah. Kota Bogor juga pernah mendapat piala Adipura sebagai Kota Bersih. Potensi yang dimiliki Kota Bogor dan sekaligus tantangan untuk mempertahankan status Kota Bersih dijadikan peluang dan tantangan bagi sekolah untuk mewujudkan sekolah adiwiyata.

Kondisi siswa sebagian besar berlatar belakang dari ekonomi keluarga menengah keatas, jumlah peserta didik seluruhnya mencapai 555 anak terdiri dari 250 anak laki-laki dan 305 anak perempuan. Dalam rekruitmen peserta didik ditetapkan batasan tiap kelas hanya berjumlah 30 anak.

Sistem penyelenggaraan yang dikembangkan oleh SMA YPHB adalah

“Full Day School”, dan membuka program IPA dan IPS. Jumlah rombongan

belajar tiap program adalah empat rombongan belajar program IPA kelas XI dan empat rombongan belajar kelas XII, dua rombongan belajar program IPS kelas XI dan tiga rombongan belajar kelas XII, dan enam rombongan belajar kelas X. SMA YPHB termasuk salah satu SMA yang dipercaya untuk menjadi pilot penerapan Kurikulum 2013 sehingga untuk rombongan belajar kelas X sudah dikelompokkan berdasarkan peminatan yaitu tiga rombongan belajar program IPA dan tiga rombongan belajar program IPS.

Jumlah pendidik di sekolah sebanyak 47 orang guru, latar belakang pendidikan yang dimiliki rata-rata S1, S1 sebanyak 39 orang dan S2 tujuh orang. Guru pengampu mata pelajaran pokok sesuai dengan latar belakang spesifikasi mata pelajaran. Guru mata pelajaran terdiri dari guru Kimia tiga orang, Biologi tiga orang, Geografi dua orang, Matematika tiga orang, Bahasa Indonesia empat orang, Bahasa Inggris empat orang, Bahasa Jepang dua


(32)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang, PKn dua orang, Sejarah dua orang, dan Pendidikan Agama Islam empat orang. Pengampu mata pelajaran MULOK PLH dua orang, Al-Qur’an dua orang, TIK dua orang, Bahasa Sunda dua orang, Ekonomi dan Akuntansi tiga orang, Sosiologi dua orang, Fisika dua orang, Seni Budaya dua orang, Keterampilan/prakarya satu orang untuk kelas X.

Prasarana sekolah yang dimiliki adalah gedung pertemuan, masjid, ruang belajar bertingkat tiga lantai yang terdiri dari 21 ruang kelas, satu ruang laboratorium biologi, satu ruang laboratorium kimia, satu ruang laboratorium fisika, satu ruang laboratorium komputer, satu ruang multi media, satu ruang laboratorium IPS, satu ruang laboratorium bahasa, satu ruang guru, satu ruang perpustakaan, satu ruang Tata Usaha, satu ruang kepala sekolah, satu ruang wakil kepala sekolah, satu ruang server, satu ruang bimbingan konseling, satu ruang UKS, satu ruang rapat, satu ruang TRRC (Teacher Research Resource Center), satu ruang TDC (Teacher Development Center), dan satu ruang OSIS. Sarana penunjang yang dimiliki adalah lapangan olahraga (dua lapangan basket dan satu lapangan futsal), green house, lapangan parkir, kebun tanaman langka, kebun apotik hidup, kantin sekolah, koperasi sekolah, sarana pengelolaan sampah, ruang sheet dan ruang penyimpanan alat olahraga.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah SMA penyelenggara PBKL. Jumlah SMA penyelenggara PBKL di Jawa Barat ada tujuh sekolah, yaitu SMA PGRI Cibinong Kabupaten Bogor, SMA Negeri Margahayu Bandung, SMA PU Al- Bayan Kabupaten Sukabumi, dan SMA YPHB Kota Bogor, SMAN II Kota Bandung, SMA Negeri Pangandaran, SMA Muthahari Bandung. Tujuh sekolah tersebut, berada di tujuh kabupaten/kota dengan jenis kunggulan lokal yang dikembangkan berbeda-beda.

Sampel penelitian ini adalah SMA PU Al Bayan Kabupaten Sukabumi dan SMA YPHB Kota Bogor. Penetapan dua sekolah tersebut disebabkan kedua sekolah penyelenggara PBKL tersebut mengembangkan jenis keunggulan lokal


(33)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan karakteristik yang sama, yaitu mengembangan keunggulan lokal berbasis lingkungan.

Responden dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program PBKL (PJP PBKL), guru pengampu mata pelajaran, dan peserta didik. Jumlah responden untuk kepala sekolah dan guru sesuai dengan jumlah yang ada, dengan pertimbangan bahwa jumlah sekolah yang menjadi lokasi penelitian hanya dua sekolah dengan jumlah kepala sekolah dan guru yang relatif sedikit.

Tabel 3.1

Responden Penelitian dari Unsur Kepala Sekolah dan Guru

Sekolah

Jumlah Responden

Jumlah *)

KS PJP PBKL Guru

SMA PU Al

Bayan 1 1 24 26

SMA YPHB 1 1 45 47

Jumlah 2 2 69 73

Keterangan*) : Jumlah instrumen yang kembali dan valid dari responden KS dan

Guru SMA Al Bayan sebanyak 21, KS dan Guru SMA YPHB sebanyak 39.

Untuk responden yang berasal dari peserta didik dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu diambil rombongan belajar kelas X dengan pertimbangan mata pelajaran yang terintegrasi PBKL yang sama di dua sekolah ada di kelas X.

Tabel 3.2

Responden Penelitian dari Unsur Peserta Didik

Sekolah Populasi

Rombel Kelas X

Populasi Peserta Didik Kelas X

SMA PU Al Bayan 3 75

SMA YPHB 6 165

JUMLAH 9 240


(34)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SMA PU Al Bayan 1 25

SMA YPHB 2 58

JUMLAH 3 83

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, bahwa mata pelajaran yang terintegrasi dengan PBKL di sekolah lokasi penelitian ada yang sama dan ada yang berbeda. Untuk itu maka nilai mata pelajaran yang akan dijadikan obyek dalam studi dokumen adalah nilai mata pelajaran yang terintegrasi dengan PBKL. Mata pelajaran terintegrasi yang sama diterapkan oleh dua sekolah adalah mata pelajaran Biologi dan Kimia di Kelas X. Selain dari dua mata pelajaran ini ada mata pelajaran lain tetapi berbeda antara dua sekolah.

Pengambilan sampel sebagaimana ditetapkan pada tabel di atas adalah sampel untuk pengambilan data kuantitatif, adapun sampel untuk pengambilan data kualitatif yang akan dilakukan melalui wawancara untuk variabel pemahaman kepala sekolah dan guru tentang PBKL, perencanaan kurikulum PBKL, evaluasi kurikulum PBKL, pengambilan sampel dilakukan secara snowball sampling. Wawancara dilakukan snowball dari kepala sekolah, penanggung jawab program PBKL, dan secara meluas kepada guru pengampu mata pelajaran yang terintegrasi dengan PBKL, guru pengampu mata pelajaran MULOK PBKL, dan guru pengampu mata pelajaran Keterampilan. Adapun untuk observasi kelas dilakukan pada proses belajar mengajar mata pelajaran terintegrasi PBKL, mata pelajaran MULOK PBKL dan Keterampilan, dan secara meluas kepada guru-guru mata pelajaran lain hingga data kualitatif yang dibutuhkan dapat disimpulkan.

B. Metode Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan studi bagaimana pengembangan kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) dilaksanakan oleh sekolah penyelenggara. Dari tujuan utama tersebut cakupan variabel yang akan diteliti meliputi orientasi kepala sekolah dan guru tentang PBKL, pengembangan kurikulum PBKL mencakup perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum, hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran terintegrasi PBKL.


(35)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mempertimbangkan tujuan utama dan cakupan variabel yang akan diteliti maka metode penelitian yang akan diterapkan adalah penelitian deskriptif evaluatif. Pemilihan metode ini didasari alasan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena kegiatan pendidikan (Sukmadinata, 2007:72) yaitu fenomena tentang pengembangan kurikulum PBKL di sekolah dan hasil belajar peserta didik berdasarkan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan. Tujuan lain dari menerapkan metode penelitian deskriptif adalah bahwa dalam penelitian ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis data dan penarikan interpretasi serta penyimpulan, tetapi dilakukan juga mencari hubungan dan perbedaan antar variabel penelitian (Sukmadinata, 2007:74). Sedangkan yang dimaksud dengan evaluatif adalah melakukan penilaian terhadap praktik pengembangan kurikulum PBKL yang dilaksanakan sekolah dengan menggunakan indikator dan kriteria yang telah ditetapkan.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang obyektif dan komprehensif tentang pengembangan kurikulum PBKL yang dilaksanakan oleh SMA penyelenggara, diperlukan data penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan data kuantitatif dan data kualitatif atau dengan istilah lain dikenal mixed data. Dengan jenis data yang “mixed” atau campuran, data kuantitatif mendapat porsi lebih banyak dan data kualitatif mendukung terhadap data kuantitatif. Menurut Creswell (2007:70) disebut dengan ‘Embedded Design’ yaitu satu jenis data didukung oleh data lain yang dapat memperkuat, memperluas, atau menggugurkan (Sugiyono, 2011:539). Pertimbangan lain menggunakan dua jenis data merujuk pada pendapat Cresswel dan Clark (2007:70) yang mengemukakan bahwa:

It can be used when a researcher does not have sufficient time or researcher to commit to extensive quantitative and qualitative data collection because one data type is given less priority than the other. This design may be logically more manageable for graduate students

because one method requires less data than the other method.

This design may be appealing to funding agencies because the primary focus of the design is traditionally quantitative...”


(36)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Creswell dan Clark (2007:68) desain model penelitian dengan menggunakan mixed data divisualisasikan sebagai berikut.

Gambar 3.1

Desain Mixed Data (Diadopsi dari Creswell dan Clark, 2007:68)

Gambar tersebut menunjukkan bahwa data kuantitatif memiliki porsi lebih besar dan data kualitatif menduduki porsi kecil dan bersifat mendukung terhadap data kuantitatif, dalam arti data kualitatif memperkuat, memperluas, atau menggugurkan data kuantitatif.

C. Desain Penelitian, Variabel Penelitian, dan Definisi Operasional 1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang diterapkan adalah “Deskriptive Evaluative”. Sesuai tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya desain penelitian dikembangkan sebagai berikut.

Quan Predictors

Quan Predictors

Quan Predictors

Quan Outcome

Qual Process

Interpretation based on QUAN (qual)


(37)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2 Desain Penelitian

2. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian, atau segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut (Sugiyono, 2011:63). Neuman (2003:149) mengatakan bahwa

“simply defined, a variable is a concept that varies”. Berdasarkan pengertian ini

maka variabel dalam penelitian dapat dikatakan sebagai fakta atau obyek yang akan diteliti dan akan menjadi bahan menyusun informasi tentang hasil penelitian. Variabel dapat dibedakan menjadi dua yaitu kuantitatif dan kualitatif (Arikunto, 1998:97). Untuk memperjelas kinerja penelitian maka perlu diketahui jenis variabel yang akan dijadikan obyek penelitian. Untuk itu maka berikut ini dibuat matriks identifikasi variabel berdasarkan masalah yang akan diteliti.

Perencanaan

(X2.1)

Implementasi

(X2.2)

Evaluasi

(X2.2)


(38)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Identifikasi Variabel Penelitian

No Rumusan Masalah

Penelitian Variabel Sub Variabel

1. Bagaimanakah pengembangan kurikulum PBKL di sekolah

penyelenggara? a. Bagaimanakah

orientasi kepala sekolah dan guru tentang PBKL? b. Bagaimanakah perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum PBKL di sekolah?

1.1 Orientasi kepala sekolah dan guru tentang PBKL

1.1.1 Pemahaman konsep PBKL

1.1.2 Pemahaman tujuan PBKL.

1.1.3 Identifikasi keunggulan lokal. 1.1.4 Analisis keunggulan

lokal.

1.1.5 Strategi implementasi PBKL.

1.2. Aspek-aspek perencanaan kurikulum PBKL

1.2.1. Need assessment 1.2.2. Penentuan tema dan

jenis keunggulan lokal.

1.2.3. Analisis SK-KD dan SKL berdasarkan tema keunggulan lokal. 1.2.4 Penjabaran SK-KD

kedalam indikator 1.2.5 Penyusunan dokumen

kurikulum. 1.3. Implementasi

kurikulum sesuai standar proses

1.3.1. Kegiatan pendahuluan dalam proses

pembelajaran 1.3.2. Kegiatan inti dalam

proses pembelajaran 1.3.3. Kegiatan penutup

pembelajaran 1.4. Aspek-aspek evaluasi implementasi kurikulum 1.4.1. Supervisi pembelajaran

1.4.2. Rencana tindak lanjut hasil supervisi 1.4.3. Evaluasi kurikulum 1.4.4. Revisi dokumen


(39)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Rumusan Masalah

Penelitian Variabel Sub Variabel

2. Apakah terdapat hubungan antara orientasi dengan perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum di sekolah penyelenggara PBKL? 2.1. Hubungan antara orientasi PBKL dengan perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum PBKL.

2.1.1. Hubungan antara orientasi PBKL dengan pengembangan kurikulum (perencanaan, implementasi, evaluasi).

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik di sekolah

penyelenggara PBKL?

3.1. Hasil belajar peserta didik

3.1.1. Hasil belajar kognitif

3.1.2. Hasil belajar psikomotor

3. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman berikut ini diuraikan definisi operasional dari beberapa variabel penelitian. Adapun penjelasan secara operasional disajikan dalam uraian berikut.

a. PBKL

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) dalam istilah lain disebut dengan Place-based Education (PBE) yang didefinisikan “… is an educational approach that uses all aspects of the local environment, including local cultural, historical, and socio-political situations and the natural and built environment, as the integrating context for learning” (Stegner, www.ntu.edu.vn/2014/04/18). Berdasarkan definisi tersebut yang dimaksud dengan PBKL dalam penelitian ini adalah pendidikan yang bermuatan nilai-nilai keunggulan lokal bersumber pada semua aspek lingkungan lokal secara luas meliputi potensi sumber daya manusia, sumber daya alam, budaya, geografis, lingkungan, dan historis, untuk diintegrasikan ke dalam kurikulum dan pembelajaran di sekolah. PBKL yang menjadi fokus penelitian ini adalah PBKL berbasis lingkungan.


(40)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Orientasi PBKL

Orientasi adalah keyakinan dasar atau ‘basic belief’ (Seller & Miller, 1985:4-5) tentang tujuan pendidikan, konsep terhadap peserta didik (siswa), konsep tentang proses belajar, konsep tentang lingkungan belajar, konsep tentang peran guru, serta konsep tentang bagaimana belajar. Merujuk pada konsep tersebut yang dimaksud dengan orientasi PBKL dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pemahaman yang dimiliki kepala sekolah dan guru tentang konsep dan tujuan PBKL; dari pemahamannya tersebut akan mengarahkan bagaimana melakukan identifikasi keunggulan lokal, analisis keunggulan lokal, dan menetapkan strategi implementasi PBKL di sekolah.

c. Pengembangan Kurikulum PBKL

Pengembangan kurikulum adalah suatu proses berkelanjutan yang terdiri dari orientasi, pengembangan, implementasi, dan evaluasi (Seller dan Miller, 1985:4). Berdasarkan definisi tersebut maka pengembangan kurikulum PBKL yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orientasi PBKL, perencanaan kurikulum PBKL, implementasi kurikulum PBKL dalam pembelajaran, dan evaluasi kurikulum khususnya evaluasi implementasi kurikulum PBKL.

Perencanaan kurikulum PBKL terdiri dari lima aspek, yaitu need assessment, penentuan tema dan jenis keunggulan lokal, analisis SK-KD dan SKL berdasarkan tema keunggulan lokal, penjabaran SK-KD kedalam indikator, dan penyusunan dokumen kurikulum.

Implementasi kurikulum sesuai standar proses terdiri atas tiga aspek, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dalam pembelajaran.

Evaluasi implementasi kurikulum terdiri dari empat aspek, yaitu supervisi pembelajaran, rencana tindak lanjut hasil supervisi, evaluasi kurikulum, dan revisi dokumen kurikulum.


(41)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Hasil Belajar Peserta Didik

Menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011), hasil belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu (http://elearning.unesa.ac.id). Hasil belajar menurut Bloom dan Kratwohl (dalam Usman, 1997:29) dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Hasil belajar peserta didik dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang menunjukkan penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran yang terintegrasi PBKL. Untuk mata pelajaran MULOK PBKL, dan mata pelajaran keterampilan bermuatan keunggulan lokal tidak dijadikan objek kajian penelitian. Demikian pula hasil belajar untuk mata pelajaran terintegrasi PBKL dibatasi pada hasil belajar domain kognitif dan psikomotor, khususnya mata pelajaran Kimia dan Biologi kelas X yang diselenggarakan oleh dua sekolah lokasi penelitian. Data hasil belajar peserta didik diperoleh dari dokumen guru pengampu mata pelajaran.

D. Instrumen Penelitian 1. Jenis Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman studi dokumentasi. Jenis instrumen yang digunakan dijabarkan sebagai berikut.

a. Angket digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif yang terdiri dari data variabel orientasi PBKL, perencanaan kurikulum PBKL, implementasi PBKL dalam pembelajaran, dan evaluasi implementasi kurikulum PBKL.

b. Pedoman wawancara digunakan untuk menggali pendapat responden penelitian sesuai dengan keterangan yang diberikan melalui angket dengan tujuan hasil wawancara dapat memperkuat dan memperluas data yang diperoleh dari angket.


(42)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Pedoman observasi digunakan untuk melaksanakan observasi proses pembelajaran PBKL.

d. Pedoman studi dokumentasi digunakan untuk melakukan analisis dokumen kurikulum beserta perangkat pembelajaran, nilai hasil belajar peserta didik yang dimiliki guru. Lebih jelasnya instrument dapat dilihat pada lampiran.

2. Proses Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen penelitian dibedakan menjadi dua yaitu pengembangan instrumen untuk mengumpulkan data kuantitatif dan pengembangan instrumen untuk pengumpulan data kualitatif. Pengembangan instrumen pengumpulan data kuantitatif adalah dengan kuesioner/angket. Dalam pengembangan jenis instrumen kuesioner ini dilakukan uji reliabilitas dan uji validitas instrumen. Penjelasan tentang pengembangan instrumen pengumpulan data kuantitatif dan data kualitatif dipaparkan berikut.

a. Pengembangan instrumen pengumpulan data kuantitatif 1) Penyusunan kisi-kisi instrumen

Kisi-kisi instrumen disusun dengan cara membuat matriks untuk memetakan jenis instrumen sesuai dengan variabel penelitian dan jenis data yang akan dikumpulkan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Secara lebih jelas kisi-kisi dapat dilihat pada lampiran.

2) Penyusunan instrumen

Sesuai dengan kisi-kisi yang telah disusun maka dibuat instrumen kuesioner/angket untuk pengumpulan data kuantitatif yang ditujukan kepada responden kepala sekolah dan guru. Instrumen kuesioner disusun dengan menggunakan skala garis berdasarkan variabel penelitian yang telah ditetapkan.


(43)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Uji validitas konstruksi (Construct Validity) instrumen

Uji validitas konstruksi digunakan pendapat dan saran dari ahli (judgment expert). Dalam hal ini instrumen disusun berlandaskan teori yaitu bahwa untuk mengembangkan kurikulum perlu didasari oleh pandangan (orientasi) dan dalam pengembangan kurikulum terdapat tiga fase kegiatan yang harus ditempuh yaitu perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Saran dari tiga orang ahli diterima dan dipenuhi yaitu:1) setiap item pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner hanya mengacu pada satu pesan; 2) kuesioner menggunakan skala garis; 3) skala garis dalam instrumen dibuat empat option jawaban; 4) uji coba instrumen termasuk uji keterbacaan harus dilakukan di sekolah yang memiliki karakteristik mendekati sama dengan sekolah lokasi penelitian dan tidak boleh dilakukan di sekolah lokasi penelitian. Dari berbagai saran maka selanjutnya instrumen mendapatkan judgment bahwa instrumen layak digunakan. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

4) Uji keterbacaan instrumen

Uji keterbacaan instrumen dilaksanakan melalui kegiatan uji coba kepada responden di SMA PGRI Cibinong Kabupaten Bogor yang merupakan salah satu SMA penyelenggara PBKL, dan pada kegiatan ini hasil pengisian kuesioner sekaligus akan digunakan untuk analisis reliabilitas dan validitas instrumen. Dari uji coba yang dilakukan mendapatkan masukan bahwa pada umumnya instrumen sudah bagus dan sangat jelas serta rinci dan lengkap. Diperoleh saran dari salah seorang responden bahwa item jawaban untuk bagian B nomor 18 idealnya ditanyakan strategi implementasi sesuai Petunjuk Teknis Implementasi PBKL. Dari saran ini maka nomor 18 diuraikan menjadi nomor 18, 19, 20, 21, 22; dengan mempertimbangkan pula saran ahli bahwa satu pernyataan hanya memuat satu pesan. Saran-saran keterbacaan ini dipenuhi sebagaimana dalam kuesioner yang ada pada lampiran.


(1)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

_____. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: Kerjasama PT Rosda dan UPI Bandung.

Irianto, Y.B. (2011). Kebijakan Pembaruan Pendidikan, Konsep, dan Model. Jakarta: Rajawali Pers.

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Refika Aditama.

Longstreet, W.S. dan Shane, H.G. (1993). Curriculum for a New Millennium. USA: Allyn & Bacon.

Marsh, C.J. dan Willis, G. (2007). Curriculum Alternative Approaches, Ongoing Issues. USA: Pearson.

Mc Neil, J. D. (1977). Curriculum: Comprehensive Introduction (4th ed.). London: Scott, Foresman, & Brown.

Nasution, S. (2011). Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Neuman, W.L. (2003). Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approach. New York : Pearson Education Inc.

Nurcahyo,A. Soebijantoro, H.M. dan Hartono, Y. (2011). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Magetan: LE-Swastika Press.

Oliva, P.F. (1992). Developing the Curriculum.(Third Edition). New York. Harper Collins Publishers Inc.

Ornstein, A.C. and Hunkins, F.P. (2009). Curriculum Foundations, Principles, and Issues. USA: Pearson.

Pidarta, M. (1997). Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rosyada, Dede. (2007). Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kencana.


(2)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembeajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Seller, and Miller. (1985). Curriculum Perspective and Practice. USA: Longman Inc.

Sudarmanto, G. (2013). Statistik Terapan Berbasis Komputer (Dengan Program IBM SPSS Statistics 19). Bandar Lampung: Mitra Wacan Media.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi. Yogyakarta: CV ALFABETA. Sukmadinata. N. S. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.

Bandung: Rosdakarya.

_____. (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen). Bandung: RefikaAditama.

_____. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

_____. (2010). Penyusunan Instrumen Penelitian Kuantitatif. Bandung: Program Pascasarjana Uninus Bandung: tidak diterbitkan.

Sukmadinata, N.S. dan Syaodih, E. (2012). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Refika Editama.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstrukvisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Taba, Hilda. (1962). Curriculum Development Theory and Practice. New York: Harcourt, Brace & World Inc.

Usman, Moh.Uzer. (1997). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Vera. A. (2012). Metode Mengajar Anak Di Luar Kelas (Outdoor Study). Yogyakarta: Diva Press.

Yamin, Martinis. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta:Gaung Persada Press.

Yamin, Moh. (2012). Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Yogyakarta: DIVA Press.


(3)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Zais, Robert S. (1976). Curriculum Principles and Foundations. New York:Harper & Row Publisher.

Sumber Jurnal:

Brady, L. (1985). The Supportiveness of the Principal in School-based Curriculum Development. Journal of Curriculum Studies. 17(1) pp 95-97. Kopong, E. (1995). Informal Learning: A Case Study of Local Curriculum

Development in Indonesia. Journal of Curriculum Studies. 25(4) pp 639-651.

Martin, D. and Saif, P. (1985). Curriculum Change from the Grass Roots. Journal of Curriculum Studies. 7(3) pp 22-26.

Ningrum, E. (2007). Pendayagunaan Lingkungan bagi Pemberdayaan Masyarakat. Gea Vol.2. No. 11, April, pp. 34-40.

Sumber Online:

Basketry, G.R. (2010). Developing Place and Culture-Based Curriculum. [Online]. Tersedia: http://www/pages.uoregon.edu. [20 April 2013].

Braslavsky, C. (2013). Definition of The Concept of Curriculum. [Online]. Tersedia: http://www.ibe.unesco.org. [27 September 2013]

Craig,Gay. (TT). What is Place-based Education. [Online]. Tersedia:

http://www.ourcurriculummatters.com/What-is-place-based-education.php. [20 April 2013].

Djatmiko, I.W. (2013) Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal.

[Online]. Tersedia: http://bpdikjur,pdkjateng.go.id. [20 April 2013].

Giska, A.S.S. (2013) Enhancing Local Wisdom Through Local Content of Elementary School In Java Indonesia. [Online]. Tersedia: http://wordconference.net. [11 Maret 2013]

Hadi, Syamsul. (2011). Model Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal Berorientasi Ketrampilan Vokasional Pada Pengajaran Biologi di SMA.

[Online]. Tersedia:


(4)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Imam, G and Rina, T.S. (2012) Menggali Nilai-Nilai Keunggulan Lokal Kesenian Reog Ponorogo Guna Mengembangkan Materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Pada Materi Pelajaran IPS Kelas IV Sekolah Dasar.

[Online]. Tersedia: ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/sites. [2012]

Meliono.I. (2013). Undersanding the Nusantara Thought and Local Wisdom as an Aspects of the Indonesian Education. [Online]. Tersedia: www.tauxarilah-journal.com [20 April 2013].

Mugmachon, M.R. (2013). Knowledge and Local Wisdom: Community Treasure. [Online]. Tersedia: www.ijhssnet.com/journals [18 September 2013]. Muhsyanur. (2011). Konsep Dasar Kurikulum Berbasis Keunggulan Lokal dan

Kedaerahan. [Online]. Tersedia: http://echax85atc.blogspot.com [18 September 2013].

NN. (2013). Tafsir Tarbawi-Konsep Belajar dalam Al-Qur’an. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com.doc [17 April 2013].

NN. (2013). Graphic Rating Scales. [Online]. Tersedia:www.yourhrworld.com (13 September 2013).

NN. (2014). Designing and Implementing Local Curricula. [Online]. Tersedia: wwwz. Unescobkk.org.pdf. [18 Januari 2014].

NN. (TT). Place-based Education: A Report Form the Place-based Education Evaluation Collaborative. [Online]. Tersedia: http://www.nps.gov/mali/forteacher/upload. [30 April 2013].

NN. (TT). Principles of Place-based Education. [Online]. Tersedia: http://www.promiseofplace.org. [18 Januari 2014]

NN. (TT). The Benefits of Place-based Education. [Online]. Tersedia: http://www.nps.gov. [18 Januari 2014].

NN. (TT). The Foundations of Place-based Learning. [Online]. Tersedia: http://www.ntu.edu.vn [18 Januari 2014].

NN. (TT). Succesfull Place-based Programs. [Online]. Tersedia: http://www.ecoliteracy.org/strategies/place-based-learning.

Ornstein, Allan.C. (2013). Philosophy as a Basis for Curriculum Decisions. [Online]. Tersedia: http://wiki.usask.ca. [17 September 2013].


(5)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Saputra, G.A.Sh. (2014). Enhancing Local Wisdom Trough Local Content of Elementary School in Java, Indonesia. [Online]. Tersedia: giskaadilah@ymail.com [18 Januari 2014].

Sartini. (2006). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. [Online]. Tersedia: http://filsafat.ugm.ac.id. [30 April 2013].

Sumarno, Ali. (2011). Pengertian Hasil Belajar. [On Line]. Tersedia: http://elearning.unesa.ac.id [19 Juni 2014].

Surasmi.W.A. (2013). Menggugah Kesadaran Guru dalam Pelestarian Kearifan Lokal pada Era Globalisasi. [Online]. Tersedia: wuwuh@ut.ac.id. [30 April 2013].

Stegner, W. (TT). The Foundations of Place-based Learning. [Online]. Tersedia: http://www.ntu.edu.vn. [30 April 2013].

Wuryandani, W. (2013). Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Untuk Menanamkan Nasionalisme di Sekolah Dasar.

[Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id. [23 September 2013].

Yuliantina, I. (2013). Implementasi Sekolah Model Sekolah Kategori Mandiri-Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal-Pusat Sumber Belajar (SKM-PBKL-PSB) di SMA Negeri 1 Banyudono. [Online]. Tersedia: http://digilib.uns.ac.id. [20 April 2013].

Desertasi, Tesis:

Ahsin. (2012). Studi Evaluasi Kesiapan Melaksanakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringgabaya Lombok Timur. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha.

Herial. (2009). Studi Peningkatan Kebutuhan Pendidikan Kejuruan Untuk Mendukung Potensi Lokal Perikanan di Kecamatan Pangkalbalam dan Bukit Intan. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro.

Mirza, J. (2008). Pengembangan Sekolah Kejuruan Berbasis Potensi Pengembangan Wilayah di Kabupaten Brebes. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro.

Victor, Ruele. (2012). A Pilot Study Based On The Transition From a British To The Bostwana Model of Design and Technology Education. Tesis, Loughborough University.


(6)

Prihantini, 2014

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Santoso, A.M. (2010). Konsep Diri Melalui Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Sebagai Model Pendidikan Berkarakter dan Berbudaya Bangsa di Era Global. Tesis, Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Sopantini, Heyward. (2007). The Influence of Societal Culture to School and Classroom Reform. Tesis, University of Tasmania.

Sudira, P. (2011). Praksis Ideologi Tri Hita Karana dalam Pembudayaan Kompetensi pada SMK di Bali. Disertasi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Surat Kabar:

Soedijarto. (2008). Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Kompas. 23 Agustus:117.

Pedoman, Peraturan, dan Perundang-undangan:

Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

_____. (2007). Keputusan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tentang Standar Proses. Jakarta: Dit. Pembinaan SMA-Ditjen Mendikdasmen.

_____. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

_____. (2010). Konsep Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMA.

Jakarta: Dit. Pembinaan SMA-Ditjen Mendikdasmen.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.