369335339 Artikel Dan Berita Literasi Di Surabaya

Dinas Pendidikan Surabaya
Kaji Budaya Literasi di Surabaya, Kemdikbud Adakan
Semiloka
Details
Created: 25 November 2015

Kemajuan Surabaya dalam mengembangkan budaya keliterasian menarik perhatian
Kemdikbud dalam mengembangkan arah dan kebijakan program wajib membaca 15 menit yang
telah diluncurkan beberapa waktu lalu.
Tadi pagi (25/11) bertempat di Swiss Bellin Hotel Dirjen Dikdasmen Kemdikbud adakan
kegiatan semiloka literasi sekolah bersama para praktisi keliterasian dan beberapa daerah
lainnya serta sekolah-sekolah di Surabaya yang telah mengembangkan program keliterasian
dengan baik.

Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi,
MM yang menjadi salah satu narasumber pada kesempatan ini menyampaikan, terobosan
pertama dilakukan pada tahun 2012, kami meliburkan sekolah pada hari libur bersama atau yang
lebih dikenal dengan hari libur “Kejepit”. Kalender umum, tidak sama dengan kalender
pendidikan. Pada hari libur “Kejepit” orang tua tidak bekerja namun anak-anaknya masih harus
bersekolah. Kemudian, kami mengambil kebijakan untuk meliburkan para siswa sehingga pada
hari libur tersebut anak-anak bisa belajar karakter bersama keluarganya, mereka akan berkumpul

dan memanfaatkan waktu yang berkualitas sehingga meningkatkan ketahanan keluarga.
Pengalaman berharga selama masa libur sekolah bersama keluarga dituangkan para siswa
ke dalam bentuk cerita pendek (cerpen) kemudian dilombakan antar siswa, antar sekolah
sampai pada tingkat kota. Tiga puluh karya cerpen terbaik dari masing-masing jenjang SD, SMP,
SMA hingga SMK kemudian dibukukan dan dibagikan ke sekolah-sekolah.

Setelah program menulis cerpen berjalan tiga tahun, pengembangan selanjutnya
dicanangkan Kurikulum Wajib Baca. Kurikulum Wajib Baca 15 Menit ini merupakan awal dari
rangkaian program ‘Surabaya Kota Literasi’ yang dicanangkan oleh Wali Kota pada Hari
Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2014. Tujuannya adalah untuk meningkatkan minat baca dan
menumbuhkan budaya baca anak-anak Surabaya. Deklarasi penting ini kemudian ditindaklanjuti
dengan sosialisasi program ‘Surabaya Kota Literasi’ oleh Dinas Pendidikan Surabaya di hadapan
seluruh kepala sekolah SD, SMP, dan SMA/SMK se-Surabaya pada 16-18 September 2014.
Salah satu program lain yang kami lakukan untuk mendukung tumbuhnya budaya baca siswa
adalah program “Tantangan Membaca Surabaya 2015”. Tantangan membaca (Reading
Challenge) adalah sebuah upaya untuk mendorong siswa sekolah untuk membaca buku
sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Tantangan membaca sebenarnya adalah sebuah
upaya untuk mengajak siswa untuk mencintai kegiatan membaca. Ini adalah sebuah upaya untuk
menginspirasi siswa untuk menyukai kegiatan membaca agar membaca menjadi kegiatan yang
akan terus dilakukannya sampai akhir hayatnya.

Dan, pada tahun 2015 dibuat sebuah gerakan berupa tantangan membaca bagi siswa
Surabaya. Tantangan membaca Surabaya 2015 ditujukan bagi siswa semua jenjang dengan
ketentuan yakni, untuk siswa SD/MI membaca 20 – 30 buku, SMP/MTs 15 buku dan
SMA/SMK/MA 10 buku. Dengan adanya program ini maka mau tidak mau setiap sekolah harus
menyediakan buku-buku yang nantinya akan direkomendasikan kepada siswanya untuk dibaca.
Ada pun target minimal yang hendak dicapai oleh program Tantangan Membaca Surabaya 2015
ini dalam jumlah sekolah adalah sebanyak 400 (empat ratus) sekolah. Diharapkan minimal ada
100.000 (seratus ribu) siswa yang akan mengikutinya dan target jumlah buku yang akan dibaca
oleh siswa sebanyak 1.000.000 (sejuta) buku. Berdasarkan pantauan kami di lapangan ternyata
program ini cukup diminati oleh siswa dan mereka termotivasi untuk membaca baik di sekolah
mau pun di rumah.
“Sampai awal November jumlah buku yang telah dibaca siswa mencapai 844.412 buku”.
Sementara itu, Achmad Rizali staf khusus Kemdikbud berharap agar sekolah sebagai sentral
pembinaan di mana nantinya sebagai kajian penelitian terhadap sinkronisasi rumusan kebijakan
budaya literasi di Indonesia. (Humas Dispendik Surabaya)

https://dispendik.surabaya.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=3822&catid=2&Itemid=101&lang=en, diakses pukul 23:24
pada tanggal 10 Oktober 2017


Seimbangkan Teknologi dan Budaya Literasi, Pemkot
Kenalkan Surabaya Akseliterasi
Details
Written by Super User
Category: Portal
Published: 24 August 2016
Hits: 687

Kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditolak kehadirannya. Itu
adalah bagian dari “wajah” era kekinian. Termasuk juga bagaimana gadget dan sosial media
kini menjadi ‘kawan dekat’ anak-anak. Namun, keberadaan teknologi itu seharusnya
diimbangi dengan budaya literasi. Sebab, literasi akan sangat penting dalam mendukung
imajinasi dan kreativitas anak.

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan, apa yang terjadi pada anak-anak
sekarang merupakan sebuah “lompatan”. Seharusnya, anak-anak lebih dulu dikenalkan
budaya membaca. Baru kemudian bersentuhan dengan teknologi. Yang terjadi sekarang,
anak-anak sejak usia dini sudah mengenal teknologi.

“Seharusnya antara kemajuan teknologi dan budaya baca itu seimbang. Karena itulah,

saya terus mendorong Badan Perpustakan dan Kearsipan untuk terus menggalakkan budaya
baca di masyarakat. Utamanya pada anak-anak,” tegas wali kota seusai me-launching
Surabaya Akseliterasi di Graha Sawunggaling, Lantai VI Kantor Pemkot Surabaya, Rabu
(24/8).

Menurut wali kota, kebiasaan membaca memiliki beberapa pengaruh positif dalam
membentuk karakter anak. Bahwa dengan membaca, anak-anak akan terlatih untuk bebas
berimajinasi. Semisal ketika membaca kalimat di buku yang berbunyi “burung bersuara
merdu’. Maka, anak-anak yang membaca buku tersebut akan membayangkan seberapa
merdu suara burung tersebut. Sementara bila melihat dari gadget, anak-anak akan langsung
bisa melihat/mendengar.

“Dengan membaca buku dan berimajinasi, anak-anak akan bisa berpikir kreatif. Ini yang
penting. Sebab, kita harus membangun sumber daya manusia yang bisa survive di kondisi
apapun,” jelas wali kota yang mengatakan semasa kecil selalu membaca buku sebelum
tidur.
Wali kota peraih penghargaan Ideal Mother dari Universitas Kairo ini menyebut, Pemkot
Surabaya sangat concern dalam mendukung hidupnya budaya literasi di Kota Pahlawan.

Parameternya, kini sudah ada lebih dari 1000 perpustakaan/taman bacaan di Surabaya

yang tersebar di kampung-kampung, sekolah, taman kota, pondok pesantren ataupun mobil
keliling. “Untuk budaya literasi ini, di Surabaya sudah jalan sejak beberapa tahun lalu.
Sekarang kita tingkatkan lagi volume nya. Kita sudah lebih baik dibanding kota lainnya,”
sambung wali kota.

Kepala Badan Kearsipan dan Perpustakaan (Baperpus) Kota Surabaya, Arini
Pakistyaningsih mengatakan, Surabaya Akseliterasi ini meliputi empat kegiatan. Yakni lomba
kampung literasi, lomba orang tua peduli pendidikan anak, lomba pustakawan berprestasi
dan fasilitator literasi.
Arini menjelaskan, untuk kampung literasi, akan dilihat kampung mana yang memiliki
tempat belajar yang menyenangkan dan menfasilitasi anak-anak untuk belajar. Lalu untuk
lomba orang tua peduli pendidikan anak, bertujuan untuk mengajak orang tua peduli pada
anak-anak karena memang pendidikan bukan hanya wewenang pihak sekolah (guru).

“Nanti ada kriterianya. Semisal anak-anaknya berhasil dan menjadi manusia seutuhnya
yang cerdas, terampil, punya jiwa sosial dan spiritualnya bagus. Mereka (orang tua)
mendaftar dan penilaiannya nanti orangnya tidak tahu bila dinilai. Semua kegiatan ini untuk
memotivasi masyarakat agar lebih mencintai literasi,” jelas Arini. (Humas Dispendik
Surabaya)


https://dispendik.surabaya.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=4619:seimb&lang=en, diakses pukul 23:31 pada tanggal 10
Oktober 2017

Dinas Pendidikan Surabaya
Pentingnya Perpustakaan Yang Memadai Bagi
Suksesnya Program Literasi
Details
Created: 18 February 2015

Berkat keberhasilan SMPN 23 Surabaya menyabet Juara I Lomba Perpustakaan Sekolah
SMP Negeri/Swasta Tingkat Kota Surabaya 2014, sekaligus sebagai Juara II Lomba
Perpustakaan Sekolah SMP Negeri/Swasta Tingkat Provinsi Jawa Timur 2014, sedangkan
Tahun 2013, SMPN 23 sebagai Juara II Lomba Perpustakaan Sekolah Tingkat Kota
Surabaya, SMPN 23 menjadi jujugantamu Pemkot Surabaya maupun tamu Dispendik Kota
Surabaya untuk sharing berkait dengan literasi. Upaya Pemkot Surabaya dan Dispendik
Kota Surabaya dalam mewujudkan Surabaya Kota Literasi menarik perhatian bagi daerah
lain untuk lebih dalam mengkaji implementasi di sekolah-sekolah.

Sebanyak 17 orang guru dari IGI (Ikatan Guru Indonesia)Kabupaten Aceh Timur

melakukan kunjungan ke SMPN 23 Surabaya. Rombongan yang didampingi oleh Kasubid
Pembinaan Perpustakaan Kota Surabaya, Drs. Elok Susilo W., M.M. tersebut diterima
langsung oleh KepalaSekolah, Dra. Elly Dwi Pudjiastuti, M.Pd.,.di ruang rapat lantai
dua SMPN 23 Surabaya, Selasa pagi ( 17/2).

Nurdin, M.A., Ketua IGI Kabupaten Aceh Timur, menuliskan kesannya pada sebuah
kanvas bahwa SMPN 23 sekolah yang sangat menginspirasi. Setiap sudut memberikan
pelajaran berbeda dengan kualitas tinggi. Keberhasilan program literasi dapat dilihat dari
begitu banyaknya hasil kreativitas siswa di dalam ruangan kelas maupun di luar kelas.
Sekolah ini layak menjadi sekolah hijau terbaik sepanjang pengalaman saya 14 tahun
menjadi guru.

“Teruslah menjadi sekolah yang ramah dan jangan pernah berhenti untuk berbagi.”,
Pesan Nurdin.
Dalam kesempatan yang sama, Agus Salim, S.Pd., M.Pd., Kabid Dikdas Dispendik
Kabupaten Aceh Timur, menuliskan kesannya pada kanvas bahwa suasana literasi di SMPN
23 Surabaya dapat membangkitkan motivasi dan kreativitas bangkitnya literasi dunia
pendidikan Aceh Timur.

Kepala Perpustakaan SMPN 23, Kun Mariyati, S.Pd., menuturkan dalam

paparannya bahwa sejak Tahun Pelajaran 2012/2013 SMP Negeri 23 telah mengadakan
kegiatan “Jumat Bersih, Sehat, dan Cerdas”. Yang dimaksud dengan Jumat Cerdas yaitu
para siswa secara bergiliran tingkat kelas diwajibkan membaca buku dan membuat resume
dari apa yang telah mereka baca.

Ketika Walikota Surabaya meluncurkan Program Kota Surabaya Sebagai Kota Literasi
pada Hardiknas 2 Mei 2014, dilanjutkan dengan Kebijakan Kadispendik Kota Surabaya agar
setiap hari efektif, setelah berdoa pada awal pelajaran diteruskan dengan kegiatan
membaca Al Quran selama 10 menit dan membaca buku selama 15 menit. SMP Negeri 23
dengan menambah waktu untuk membaca literasi dan menulis resume selama 20 menit,
tambahnya.

Masih menurut Kun Mariyati, untuk mendukung Surabaya Sebagai Kota Literasi, sarana
dan prasarana perpustakaan dilengkapi dengan sistem Sipus, Ruang Sirkulasi Buku, Ruang
Baca, Ruang IT. Di samping itu, perluasan ruang baca diperbanyak seperti di Ruang Baca di
Taman Toga, Ruang Baca di Di Bawah Pohon Rindang, dan di Ruang Baca di Di Bawah
Pohon Sapu Tangan. (Humas Dispendik Surabaya)

https://dispendik.surabaya.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=2827:pentingnya-perpustakaan-yang-memadai-bagisuksesnya-program-literasi&catid=2&Itemid=101&lang=en, diakses pukul 23:48 pada tanggal 10

Oktober 2017

Surabaya Menjadi Contoh Literasi Baca




domi wimpi
6 Juni 2017 domi wimpi

FacebookTwitterWhatsAppLineShare

Kepala Perpustakaan RI, Drs. Muh Syarif Bando saat menyambut sekaligus membuka budaya membaca di Surabaya
(5/6/2017) / Foto: Humas Pemkot Surabaya

Membiasakan membaca buku kepada anak-anak sejak usia dini penting dilakukan untuk
pembentukan karakter anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot)
Surabaya dalam rangka mewujudkan implementasi revolusi mental gemar membaca, mengadakan
kegiatan bertajuk “Safari Gerakan Nasional Membaca”.
Hadir dalam acara tersebut Kepala Perpustakaan RI, Drs. Muh Syarif Bando, MM, Anggota Komisi X

DPR RI, Arzeti Bilbina Huzaimi, Kepala Dinas Perpusatakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Drs.
Wiwiek Widayati dan Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat, Drs. Satria Dharma.
Menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Wiwiek Widayati, minat baca
pada anak di surabaya sangat baik, karena seluruh stakeholder ikut bergerak bersama sehinga
percepatan pertumbuhan budaya baca terus meningkat dan berjalan dengan baik.
“Berdasarkan data yang ada pada tahun 2016 minat baca anak terletak di angka 60 persen,
sedangkan target 2017 sekitar 70%. Hal ini akan mendorong tingkat baca perpustakaan nasional
untuk menumbuh kembangkan minat baca sekaligus mempercayakan surabaya sebagai percontohan
minat baca,” kata Wiwik di graha sawunggaling pada Senin (5/6/2017).
Saat ini, Pemkot telah menyediakan lebih dari 1.399 perpustakaan atau taman bacaan di Surabaya
yang tersebar di kampung-kampung, sekolah, taman kota, pondok pesantren ataupun mobil keliling.
Seperti yang terjadi di salah satu taman bacaan (TBM) yang sampai saat ini banyak pengunjungnya
adalah Taman Flora di Jalan Manyar, Surabaya. TBM Taman Flora memiliki lebih dari 2 ribu koleksi
bacaan, mulai dari cerita anak, novel, buku agama, hingga buku-buku berbagai keahlian.
“Koleksi TBM memang tergolong sedikit bila dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan besar.
Namun, begitulah konsep Pemkot yang ingin membuat taman bacaan dalam ukuran kecil, tetapi
dalam jumlah banyak dan mudah dijangkau masyarakat,” ujar Wiwik.

Di Taman Flora, selain TBM, lanjut Wiwik, ada juga fasilitas Broadband Learning Center atau BLC.
BLC merupakan tempat pendidikan komputer dan internet gratis untuk warga Surabaya. Di Surbaya,

ada 22 BLC yang tersebar di berbagai sudut Kota Surabaya. Di Taman Flora, TBM dan BLC berbagi
ruangan yang sama di bangunan berukuran sekitar 12 x 4 meter.
Begitu juga aktifitas TBM di masing-masing RW yang terus diupayakan agar selalu banyak
pengunjung. Untuk memaksimalkan TBM di RW, Badan Perpustakaan mendatangkan petugas
pendamping agar para pengunjung yang kebanyakan anak-anak bisa diarahkan dengan baik.
“Kalau bicara minat baca, tidak hanya belajar membaca tapi membiasakan membaca. Berarti ada
strategi yang dikembangkan oleh para pendamping TBM misalnya program strory telling,” tandasnya.
Terlepas dari peran pemerintah, dalam proses memajukan kegemaran minat baca pada anak agar
bisa terwujud. Ada tiga faktor lain yang dinilai turut memiliki andil besar dalam menggelorakan minat
baca pada anak yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat.
“Salah satu cara untuk menumbuhkan minat baca anak yang paling mudah adalah dengan cara
membiasakan membacakan dongeng saat sebelum menidurkan anak,” imbuhnya.

Narasumber memaparkan pandangannya terkait menumbuhkembangkan minat baca / Foto: Humas Pemkot Surabaya

Potret tingginya minat baca di surabaya dari tahun ke tahun ditanggapi positif oleh Kepala
Perpustakaan RI, Drs. Muh Syarif Bando, MM. Ia mengaku, program yang sudah dicanangkan oleh
Ibu walikota, Tri Rismaharini tentang kota literasi sangat baik. Hal ini di dukung oleh sumber dana dan
sumber daya yang sangat mumpuni
“Seperti kita ketahui, walikota menggerakkan 450 pustakawan untuk disebar di taman baca dan
perpustakaan demi mewujudkan kampung atau kota literasi,” ungkap Syarif.
Lebih lanjut, Syarif mengatakan, program ini sudah memasuki tahap nyata atau sudah terlaksana
dengan nama aksi literasi. Sejak dini anak dikenalkan dengan budaya membaca, hal ini akan
meningkatkan kemampuan anak dalam memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Itu

terlihat dari sejumlah sekolah SD dan SMP yang menghasilkan karya buku. “Saya kira itu luar biasa
dan bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia,” terangnya.
Sementara itu, Komisi X DPR RI, Arzeti Bilbina Huzaimi menambahkan, dalam proses memajukan
kegemaran minat baca pada anak maka dirinya bersama kawan-kawan di komisi X mempunyai
komitmen kuat untuk mengawal literasi baca dn surabaya. “Salah satunya dengan meningkatkan
anggaran” ujar Arzeti.
Perempuan kelahiran Lampung tersebut juga berharap dan berpesan kepada masyarakat untuk bisa
mencintai dan menghargai buku. Karena bangi nya buku adalah jendela dunia yang dapat menambah
wawasan anak.

Usai acara, keempat narasumber berfoto bersama sekaligus menyerahkan cinderamata / Foto: Humas Pemkot
Surabaya

Related Post
https://humas.surabaya.go.id/2017/06/06/surabaya-menjadi-contoh-literasi-baca/,
09.36 pada tanggal 13 Oktober 2017

diakses

pukul

Pengunjung Perpustakaan Tak Sebanding
Jumlah Penduduk
Author by Helmi SupriyantoPosted on 09/02/2015
Baperpus,
Bhirawa
Badan Arsip dan Perpustakaan (Baperpus) Kota Surabaya masih menilai minat baca masyarakat
masih minim. Wali Kota Tri Rismaharini yang mencanangkan sebagai Kota Literasi pada tahun 2014
lalu, Baperpus terus melakukan berbagai upaya salah satunya menerjunkan petugas ke sekolah.
Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya, Arini Pakistyaningsih mengatakan bahwa

Baperpus saat ini mengfokuskan refitalisasi perpustakaan sekolah serta berbagai fasilitasnya.
Dirinya mengakui bahwa perpustakaan selama ini sulit untuk mengajak masyarakat untuk
membaca.
” Nah ini perlu dilatih, setiap hari anak diajari membaca dan memahami serta meresum. Setelah
itu menceritakan kembali isi buku yang telah dibacanya,” terang Arini ketika ditemui Bhirawa di
ruang
kerjanya,
Senin
(9/2).
Setidaknya ada hampir satu juta koleksi buku yang dipunyai Perpustakaan Surabaya. serta
Baperpus menambah 28 lokasi taman baca masyarakat pada tahun ini yang sebelumnya
berjumlah 450. Dan saat ini ada 1.307 perpusatakaan di sekolah dan 210 di Madrasah.
” Dengan koleksi buku yang beragam kita terus kembangkan minat baca warga sampai ke tingkat
bawah, dari ribuan titik yang tersebar dari pusat perbelanjaan hingga ke lingkungan RW serta
sekolahan,”
terang
perempuan
berkerudung
ini.
Baperpus Surabaya menyayangkan animo masyarakat datang ke Perpustakaan sangat minim,
dibandingkan dengan Perpustakaan di Eropa yang rata-rata tingkat kunjungan perhari mencapai
ratusan
orang
perharinya.
” Yang suka baca masih sedikit, pelayanan mobil keliling kami sudah siapkan 5 unit, dengan tujuan
mendekatkan buku ke masyarakat, seperti di taman-taman serta pusat keramaian yang ada di
Surabaya,”
imbuhnya.
Mantan Kepala BKD Surabaya tahun 2005-2006 ini terus berupaya dengan berbagai terobosanterobosan baru agar menuju masyarakat yang berbudaya membaca, menulis, berfikir setara
bangsa-bangsa
maju
di
dunia.
” langkah kami menciptakan, memperbaiki fasilitas baca di Surabaya, perpustakaan sekolah,
taman
baca
sehingga
masyarakat
betah
dan
nyaman,”
tuturnya.
Minimnya masyarakat yang gemar membaca, hal ini terlihat dari angka kunjungan di perpustakaan
Kota Surabaya yang terletak di Jalan Rungkut Asri Tengah, dengan kunjungan setiap harinya
mencapai
200-300
orang.
Angka ini jelas sangat minim karena jumlah penduduk Surabaya saja mencapai angka 2 juta jiwa
lebih, bahkan banyak warga Surabaya yang tak tahu kalo di sini ada perpustakaan kota. Malahan
Kota Malang yang penduduknya lebih sedikit justru mampu menggaet pengunjung hingga 1.000
lebih
per
harinya.
Bahkan rekapan tahun 2010, baru 26 persen saja warga yang datang ke Perpustakaan Surabaya.
Dan baru ada sekitar 5.199 pengunjung tetap Perpustakaan Surabaya itu. Angka ini jelas sangat
kecil dibandingkan besarnya jumlah penduduk Surabaya, untuk itu pihak manajemen perpustakaan
berusaha membuat berbagai kegiatan yang berpusat di perpusat diperpustakaan.
” Iya mas setiap harinya disini yang datang Cuma 200-300 orang saja, dan itu banyak dari
kalangan pelajar. Mulai dari TK sampai SMA dan rata-rata yang datang ini inisiatif sendiri, tanpa
ada
ajakan,”
terang
Diah
Woro
selaku
Front
office
Baperpus
Surabaya.
Kota Surabaya sendiri menetapkan target baca siswa Surabaya untuk setiap tahun, umpamanya
sebanyak lima juta buku dalam tahun 2015 ini. Target ini sesuai kuantitatif program Surabaya Kota
Literasi. (geh]
Keterangan Foto : Abdillah-Zidni-siswa-kelas-tiga-SMKN-5-Surabaya-jurusan-teknik-kendaraanringan-mengaku-setiap-harinya-datang-ke-Baperpus-Surabaya-lantaran-buku-buku-yang-tersedialengkap-Senin-92.-[Gegeh-bagus/bhirawa].

http://harianbhirawa.com/2015/02/pengunjung-perpustakaan-tak-sebanding-jumlah-penduduk/
sama kek di atas

Barpus Kota Surabaya Tingkatkan Membaca
Author by Helmi SupriyantoPosted on 21/10/2015

Pemkot

Surabaya,

Bhirawa

Pemkot Surabaya terus menggalakkan budaya literasi kepada para pelajar. Upaya ini dilakukan
dengan
berbagai
program
kerja
Badan
Arsip
dan
Perpustakaan
(Barpus).
Program-program tersebut antaranya, bimbingan membaca pada siswa Sekolah Dasar (SD),
bimbingan belajar untuk siswa SD dan SMP, hingga kegiatan parenting, serta pelatihan kepada
bunda
Paud.
Kegiatan yang bertujuan untuk menyentuh masyarakat secara langsung ini, kian lama samakin
menunjukan hasil. Terhitung sejak tahun 2009, minat membaca masyarakat kian meningkat, di
tahun yang sama prosentase kunjungan ke ruang baca sekitar 28 persen, naik menjadi 59,6 persen
di
tahun
2015.
Dengan indeks yang awalnya rendah, pada tahun ini meningkat menjadi sedang. Pada tahun 2015,
dibuka sebanyak 28 ruang baca baru untuk menampung banyaknya animo masyarakat yang
berkunjung
ke
ruang
baca.
Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya, Arini Pakistyaningsih menjelaskan melalui
pembimbingan oleh mentor yang dilakukan secara intensif, reading habit (kebiasaan membaca)
seorang anak akan terbentuk paling cepat enam bulan, nantinya reading habit tersebut akan
dibawa
hingga
dewasa.
Selain itu, sinergi dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Barpus menetapkan
program
kerja
1000
buku
per
tahun
untuk
Kota
Surabaya.
“Nantinya, untuk satu siswa SD dan SMP diwajibkan membaca 30 judul buku per tahun, untuk
siswa SMA,SMK, dan MI diwajibkan untuk membaca 50 judul buku per tahun. Melalui
pendampingan secara intensif, siswa akan mampu membaca secara cepat (speed reading),
kemudian memahami kembali melalui story telling (bercerita),” tegas Arini ketika ditemui di
kantornya
Rabu
(21/10).
Arini juga menjelaskan, bahwa hasil kerja sama Barpus dengan Dispendik Kota Surabaya untuk
menggalakan budaya membaca mulai dari tingkat pendidikan terendah, berhasil menjadikan Kota
Surabaya menjadi barometer sekaligus pioner dalam melaksanakan Kurikulum Wajib Baca (KWB)
Kementerian Pendidikan Republik Indonesia di bawah pimpinan Menteri Pendidikan Anies
Baswedan.
“Kota Surabaya sudah melaksanakan program tersebut selama dua tahun belakangan, sebelum
Kementerian Pendidikan mencanangkan kurikulum tersebut. Para siswa diwajibkan membaca buku
non pelajaran selama 15 menit pada jam pelajaran nol, diharapkan cara ini mampu melatih daya
ingat,
dan
meningkatkan
konsentrasi
sebelum
memulai
pelajaran,”
imbuh
Arini.
Melalui program grebek perpustakan, Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya melakukan
berbagai upaya dalam meningkatkan minat baca siswa di perpustakaan, salah satunya adalah
melakukan penataan ulang perpustakaan dalam waktu singkat selama satu hari sesuai dengan
pakem
kepustakaan.
Pada hari Sabtu (17/10) kemarin, Barpus melaksanakan grebek perpustakaan milik MTs Imam
Syafi’i
yang
berada
di
Kelurahan
Babat
Jerawat
“Penataan dimulai dengan melakukan pelabelan ulang pada buku, semua label buku yang berada
di bagian atas, dipindahkan sesuai pakem di posisi bawah, selain itu penataan ruangan juga
dilakukan. Sehingga tercipta perpustakaan yang nyaman, kaya akan cahaya, dan sejuk,” imbuh
Arini.
Grebek perpustakaan yang dilakukan tak hanya tentang penataan secara fisik, namun juga
penginventarisiran setiap judul buku yang diunggah di server Sistem Informasi Perpustakaan
Berbasis
Web
(SIMPUS).
Sehingga jika ada penambahan buku, Barsip mampu melakukan pemantauan sehingga tidak ada
buku baru dengan judul yang sama, selain itu Barsip dapat melakukan subsidi silang terhadap
koleksi buku yang terdapat di masing-masing ruang baca. Melalui SIMPUS juga, masyarakat dapat
dengan mudah menemukan judul buku yang akan mereka cari, dan menemukan taman bacaan
yang
memiliki
koleksi
buku
tersebut.

Dalam melakukan pelaksanaan program kerja di 15 lokasi layanan titik baca, Kepala Sub Bidang
Informasi dan Layanan Kepustakaan Ratih Retno Wahjunie menjelaskan bahwa, sebanyak 449
tenaga
pelayanan
baik
koordinator
dan
mentor
di
taman
baca.
Para mentor ini merupakan lulusan terbaik dari berbagai bidang pendidikan strata satu. Sehingga
program seperti bimbingan belajar bagi siswa SD dan SMP dari berbagai mata pelajaran dapat
dilaksanakan
oleh
mentor
yang
tepat.
Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa aplikasi percakapan digital berbasis
smartphone, para koordinator dan mentor ruang baca, mampu secara real time melaporkan hasil
monitoring
kegiatan.
“Sehingga pada hari itu juga, kami mampu melakukan evaluasi hasil kegiatan,” imbuh Ratih. [dre]

http://harianbhirawa.com/2015/10/barpus-surabaya-tingkatkan-budaya-membaca/
sama

Peringati Hardiknas, Pemkot Canangkan Surabaya Sebagai Kota
Literasi
2014-05-02 07:00:00 +0700

Dinkominfo - Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Pemkot Surabaya
sekaligus mencanangkan Surabaya sebagai Kota Literasi. Hal tersebut ditandai dengan
penandatangangan prasasti oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini usai upacara bendera
peringatan
Hardiknas
di
halaman
Taman
Surya,
Jumat
(2/5).

Kota Literasi merupakan kota dimana warganya cerdas dan kreatif karena aktif membaca.
Walikota Risma berharap, dengan Surabaya menjadi Kota Literasi, sumber daya manusia yang
ada
memiliki
kualitas
yang
sejajar
dengan
negara
maju.
Walikota Risma dihadapan para peserta upacara menyampaikan, bahwa pentingnya pendidikan
bukan hanya untuk menyelesaikan dan menjawab persoalan teknis, namun lebih jauh lagi yakni
upaya
memanusiakan
manusia
untuk
membentuk
peradaban
yang
unggul.
Upacara diakhiri dengan atraksi seni beladiri pencak silat dan penyerahan piagam penghargaan
kepada sekolah dan siswa yang berprestasi. (ynu)

http://www.surabaya.go.id/berita/3034-peringati-hardiknas--pemkot-canangkan-surabaya-sebagaikota-literasi
sama

Satukan Program
Tingkatkan Budaya
Literasi
1. Home

2. berita

3. Satukan Program Tingkatkan Budaya Literasi
5 star

4 stars

3 stars

2 stars

1 stars

Satukan Program Tingkatkan Budaya Literasi
2015-01-08 07:00:00 +0700

Sebagai kota literasi, Surabaya tentunya memiliki berbagai pengembangan program yang
bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat terutama melatih anak sejak dini gemar
membaca. Budaya membaca merupakan sebuah kunci untuk membuka cakrawala
pengetahuan. Dengan membaca anak banyak memiliki wawasan serta ilmu pengetahuan yang
bermanfaat,
baik
untuk
dirinya
sendiri
maupun
masyarakat.

Sinergitas
program
bersama
merupakan jawaban akan upaya menciptakan masyarakat yang sadar akan pentingya budaya

literasi. Kemarin (07/01), bertempat di ruang Asisten Kesejahteraan Pemkot Surabaya digelar
rapat koordinasi membahas program-program literasi. Turut hadir pada kesempatan ini, Kepala
Dispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM, Kepala Barpus Kota Surabaya Arini Pakistyaningsih,
MM,
Kemenag,
perwakilan
perguruan
tinggi,
serta
pihak
Jawa
Pos.
Asisten Kesejahteraan Drs. Eko Haryanto, MM mengungkapkan dalam rangka meningkatkan
budaya membaca di kalangan masyakarat surabaya dibutuhkan adanya dukungan dari berbagai
pihak. Sekolah dan pondok pesantrean merupakan salah satu sasaran peningkatan budaya
literasi.
Eko mengatakan, tugas yang sangat luas ini membutuhkan dukungan dan kerjasama berbagai
pihak, perguruan tinggi memiliki peran membantu memobilisasi meningkatkan minat baca
masyarakat.
Pada kesempatan ini, Arini menyampaikan guna memfasilitasi masyarakat dalam rangka
meningkatkan minat baca, pemkot surabaya telah menyediakan TBM serta perpustakaanperpustakaan yang ada di sekolah. Selain itu, bersama Dispendik, Kemenag dan Jawa Pos akan
membuat sebuah program awarding yang bertujuan meningkatkan minat baca masyarakat.
Sementara itu, Ikhsan Kasdispendik Surabaya menuturkan sebagai upaya mewujudkan
surabaya sebagai barometer pendidikan nasional, Dispendik telah menyiapkan programprogram awarding, yang terangkum dalam satu event yakni Surabaya Inspiring School 2015.
Surabaya Inspiring School (SIS) 2015 merupakan sebuah konsep peningkatan mutu dan
pemerataan pendidikan di Surabaya. Program literasi telah menjadi bagian dalam
pengembangan perpustakaan, terutama dalam meningkatkan budaya membaca di kalangan
pelajar-pelajar Surabaya.

http://www.surabaya.go.id/berita/3873-satukan-program-tingkatkan-budaya-literasi
sama

Inspirator Literasi

Petugas Teknis Pengelola Perpustakaan di lingkungan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya dibekali dengan berbagai wawasan mengenai literasi. Hal tersebut membuat
para petugas menjadi kreatif, salah satunya Harris Rizki (34) Petugas Pendamping di
Perpustakaan SDN Bubutan IV Surabaya mengabdikan diri pada masyarakat. Cara uniknya
adalah selalu berkeliling kampung dikawasan padat penduduk dalam mencari warga sekitar
yang buta huruf. Uniknya Harris Rizki selalu menggunakan kostum diantaranya kostum
badut berwarna hijau dan bertotol serta tokoh wayang meliputi Hanuman dan Punakawan.
Memang tidak mudah dalam mendatangi warga yang buta huruf karena diantara mereka juga
ada yang malu mengakui sebagai buta huruf yang kebanyakan para lansia. Tapi dengan
kegigihan dan keuletan akhirnya Harris Rizky bisa diterima oleh warga. Proses
pengajaranpun sangat berbeda dengan menyiapkan semuanya sendiri antara lain papan tulis,
buku bacaan hingga kartu pintar. Bahkan jika lokasi yang dituju amatlah jauh Harris Rizki
selalu menggunakan sepeda pancal dalam menuju ke lokasi mengajar.
Memang tidaklah mudah mengajarkan literasi (membaca dan menulis) kepada masyarakat
yang kebanyakan lansia karena mereka selalu lupa walaupun sudah diajarkan. Tapi Harris
Rizki selalu optimis kalau mereka sebenarnya bisa. Dengan rasa optimis seperti itulah Harris
selalu disenangi warga dalam mengajar karena yang terkesan tidak kaku dan selalu
memunculkan humor kepada warga.
Selain itu Harris Rizki dalam melakukan proses pembelajaran literasi juga selalu membawa
buku seperti buku resep makanan, kesehatan cara mengasuh anak hingga otomotif bagi bapak
dan remaja yang sering mengotak atik mesin. Dari sinilah budaya literasi warga sekitar
menjadi meningkat sehingga kedatangan Harris Rizki selalu dinantikan oleh warga.
Tak heran, dengan menerapkan filosofi Choose a job you love and you will never have to
work a day in your life (Confucius)kiprah Harris Rizki masuk dalam pemberitaan yang ada di

media cetak dan elektonik dari lokal hingga diakui oleh nasional sehingga diundang di
stasiun televisi swasta yang ada di Jakarta sebagai inspirator literasi. (Har/Veg)
http://dispusip.surabaya.go.id/news/hotnews/INSPIRATOR+LITERASI/16/newspelayanan
sama

Visi Misi Walikota RPJMD

Visi
“SURABAYA KOTA SENTOSA YANG BERKARAKTER DAN BERDAYA SAING GLOBAL
BERBASIS EKOLOGI”

Misi
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut, dijabarkan
pembangunan kota berikut, dan dijelaskan pada Tabel V.2.

menjadi

10

(sepuluh)

misi

1. Mewujudkan sumber daya masyarakat yang berkualitas.
2. Memberdayakan masyarakat dan menciptakan seluas-luasnya kesempatan berusaha.
3. Memelihara keamanan dan ketertiban umum.
4. Mewujudkan penataan ruang yang terintegrasi dan memperhatikan daya dukung kota.
5. Memantapkan sarana dan prasarana lingkungan dan permukiman yang ramah
lingkungan.
6. Memperkuat nilai-nilai budaya lokal dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat.

7. Mewujudkan Surabaya sebagai pusat penghubung perdagangan dan jasa antar pulau
dan internasional.
8. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik.
9. Memantapkan daya saing usaha-usaha ekonomi lokal, inovasi produk dan jasa, serta
pengembangan industri kreatif.
10. Mewujudkan infrastruktur dan utilitas kota yang terpadu dan efisien.

.: KANTOR PERPUSTAKAAN 38 KABUPATEN/KOTA :.
Kota Surabaya
Profil Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya

PROFIL BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KOTA SURABAYA
PROVINSI JAWA TIMUR

SEJARAH SINGKAT
Perpustakaan Umum Kota Surabaya mulai berdiri sejak tahun 1984, dasar hukum berdirinya adalah SK Walikota
Surabaya Nomor 605 Tahun 1984.
Perlu diketahui bahwa sebelum Perpustakaan Umum lahir terlebih dahulu didirikan Badan Pembina
Perpustakaan Kotamadya Daerah Tk II surabaya dengan surat keputusan Walikotamadya Surabaya No.31 tahun
1981.
Sejak terbitnya Perda Nomor 1 / 1995 Perpustakaan Umum Daerah Kotamadya Daerah Tingkat Surabaya
mempunyai status Kantor (Eselon III) dipimpin oleh 1 orang Kasubbag TU (Eselon IV A) dan 3 orang Kasi
(Eselon IV A) yang meliputi Kasi Layanan dan Informasi, Kasi Pembinaan, dan Kasi Pengadaan dan
Pengolahan.
Pada Tahun 2005 Kantor Perpustakaan merger dengan Kantor Arsip dengan Peraturan Walikota Surabaya No.
74 tahun 2005 menjadi Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya dan status lembaganya menjadi Badan
(Eselon II b) sedangkan Struktur Organisasinya Barpus dipimpin 1 (satu) orang Kepala (Eselon IIb), Sekretaris
Badan (Eselon IIIa), Subbag Umum dan Kepegawaian (Eselon IV a), Subbag Keuangan (Eselon IVa), Bidang
Layanan dan Informasi (IIIa), membawahi Subbid Layanan Perpus dan Informasi (Eselon IVa) dan Subbid
Layanan Arsip (Eselon IVa), Bidang Pembinaan (Eselon IIIa) membawahi Subbid Pembinaan Perpustakaan
(Eselon IVa) dan Subbid Pembinaan Arsip (Eselon IVa), Bidang Akuisisi Deposit dan Pengolahan (Eselon IIIa)
membawahi Subbid Pengadaan, Deposit, dan Pengolahan Arsip (Eselon IVa) dan Subbid Pengadaan dan
Pengolahan Kepustakaan (Eselon IVa).
Disamping ada kelompok Fungsional (Pustakawan) yang langsung dibawah Kepala Badan.
VISI DAN MISI
“VISI” : Menjadi sumber informasi dan mencerdaskan masyarakat Surabaya.
“MISI”

1.

Meningkatkan kesadaran aparatur terhadap pentingnya arsip melalui pemasyarakatan kebersihan.

2.

Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melaui peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan aparatur tentang kearsipan serta profesionalisme kinerja aparatur dan pemanfaatan
Iptek.

3.

Mendorong pengembangan sistem kearsipan melalui peningkatan pelayanan prima yang dapat
dipertanggungjawabkan.

4.

Menyelamatakan dan mengamankan arsip sebagai sumber informasi dan bahan bukti
pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

5.

Membina dan mengembangkan koleksi perpustakaan.

6.

Membina dan mengembangkan kualitas pelayanan perpustakaan.

7.

Melestarikan koleksi sbagai hasil koleksi bangsa.

8.

Membina dan mengembangkan jenis perpustakaan dilingkungan pemerintah Kota Surabaya.

9.

Menyelenggarakan penyebaran informasi kearsipan dan perpustakaan.

KOLEKSI PERPUSTAKAAN

1.

Jumlah koleksi keseluruhan yang dimiliki 459.132 Judul 904 Eksemplar.

1.

Jumlah koleksi rujukan 2.626 Judul 8.807 Eksemplar

2.

Jumlah koleksi Audio Visual 59 Judul

TENAGA PERPUSTAKAAN
1.

Pustakawan Terampil 1 orang

2.

Pustakawan Ahli 5 orang

3.

Tenaga Teknis Perpustakaan 450 orang

ANGGOTA PERPUSTAKAAN
Anggota Perpustakaan sebanyak 1.531.337 orang
LAYANAN PERPUSTAKAAN
1.

Sirkulasi

2.

Referensi

3.

Layanan perpustakaan keliling

4.

Penuturan Cerita (Story Telling)

5.

Pemutaran Film

6.

Internet

7.

Pendidikan Pemakai

8.

Fotokopi

9.

Konsultasi Perpustakaan

10. Kidsmart IBM

PROMOSI PERPUSTAKAAN

1.

Media Cetak

2.

Media Elektronik

3.

Lomba

4.

Pameran

5.

Brosur

6.

Pamflet

7.

Wisata Buku

8.

Website

9.

Buletin Perpustakaan

10. Mading
11. Bedah Buku
12. Talk Show Perpustakaan
13. Workshop Perpustakaan
14. Konferensi Perpustakaan
15. Pelatihan Perpustakaan
16. Pembekalan Perpustakaan
17. Pendampingan Perpustakaan
18. Story Telling

KERJASAMA PERPUSTAKAAN

1.

IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia)

2.

IKAPI Jawa Timur

3.

Forum Komunikasi Perpustakaan

4.

GPMB (Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca)

5.

TP PKK Kota Surabaya

6.

Sekolah-Sekolah se Kota Surabaya

7.

Dinas Pendidikan

8.

Unair

9.

ITS

10. UK Petra
11. Ubaya
12. Unesa
13. HM Sampoerna
14. Yayasan Cendol
15. YPPI
16. Club Penulis Cilik
17. Lensa Indonesia
18. IBM
19. Permata Bank
20. BNI
21. BRI
22. Togamas
23. Gramedia
24. PDAM
25. Wismilak
26. Bank Mandiri

PRESTASI KELEMBAGAAN

1.

Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Nasional Tahun 2013

2.

Penghargaan dari MDG Tingkat nasional Tahun 2013

3.

Juara I Lomba perpustakaan Tingkat Provinsi Jawa Timur 2013

4.

Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2008

5.

Juara II Lomba Perpustakaan Tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2005

6.

Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2003

NPP

:

Status Lembaga

: Badan (Eselon IIb)

SK Lembaga

: SK. Walikota No. 605 / 1984

Tahun Berdiri

: 1984

Nama Kepala

: Arini Pakistyaningsih, SH,MM

SK kepala

:

Alamat Lembaga
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kabupaten/Kota

: Jl. Rungkut Asri Tengah 5-7 Surabaya
: Rungkut Kidul
: Rungkut
: Surabaya

Profinsi

: Jawa Timur

Kode Pos

: 60293

Nomor telepon

: 031 8707329

Nomor Faksimil

: 031 8708154

Website

: www.surabaya.go.id

Email

: barpus@surabaya.go.id

Status dan luas tanah

: 1.980 m²

Status dan luas gedung

: 2.676 m²

Jam buka layanan

: Senin s/d Kamis pukul 08.00 – 19.00 WIB
Jum’at pukul 08.00 – 18.00 WIB
Sabtu Minggu pukul 08.00 – 15.00 WIB

Jumlah Koleksi

: 459.132 Judul 904 Eksemplar

Jumlah Tenaga

: 486 Orang

Jumlah Anggaran

: Rp. 21.822.293 (2014)
Rp. 22.945.654 (2015)
Rp. 27.737.882 (2016)

Jumlah Perpustakaan
Binaan

:2
: Perpustakaan Kecamatan 7
: Perpustakaan Desa/Kelurahan 29
: Perpustakaan Sekolah 1.508
: Perpustakaan Perguruan Tinggi 83
: Perpustakaan Khusus 5

Kondisi Geografis

: Dataran

Jumlah Penduduk

: 2.965.675 Jiwa (April 2016)

Luas Wilayah

: 333.063 km²

Kepadatan

: + 10.000 Jiwa / km²

Anggaran Perpustakaan

: Rp. 21.822.293 (2014)
Rp. 22.945.654 (2015)
Rp. 27.737.882 (2016)

KENDALA DAN TANTANAGAN

1.

Anggaran perpustakaan :

perlu ditambah tiap tahunnya.
1.

Regulasi / dukungan Pemerintah Daerah :

Adanya Perda No. 5/2009 membantu perkembangnya tambahnya TBM
1.

Tenaga Perpustakaan :

Kualitas tenaga perpustakaan perlu terus ditingkatkan
1.

Koleksi Perpustakaan :

Koleksi Perpustakaan perlu terus ditambah sesuai kebutuhan
1.

Teknologi Informasi :

SIPUS sering Troble jaringannya karena server ikut diskominfo
C. STRUKTUR ORGANISASI

E. PROGRAM UNGGULAN/PRIORITAS
1. Pernulusuran arsip bernilai guna sejarah
2. Investarisasi dan klasifikasi arsip vital kota Surabaya
3. Pengamanan dokumen asset-aset Pemerintah Kota Surabaya
4. Penataan arsip in aktif dan statis
5. Sistem penyimoanan arsip dinamis in aktif Pemerintah Kota Surabaya
6. Program Consulting pengelolaan kearsipan
F. JUMLAH ARSIPARIS.
Tingakat Ketrampilan : 1 orang
Tingkat Keahlian : 1 orang
Petugas Kearsipan : 30 orang
G. PEDOMAN KEARSIPAN YANG DICIPTAKAN DAERAH.
1. Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tk.II Surabaya
No. 91/ WK/1981 tentang Tata Kearsipan Pemerintah Kotamadya Surabaya.
2. Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surabaya no.
255 Tahun 1992 tentang jadwal Retensi Arsip Pemerintah Kotamadya
Surabaya.
3. Keputusan Walikota Surabaya No. 82 Tahun 2001 tentang nomor Induk
Penyimpanan Arsip (NIPA).
4. Keputusan Walikota Surabaya No. 35 Tahun 2005 tentang kode wilayah
Untuk Tata Kearsipan di Lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.
5. Peraturan Walikota 22/2008 tentang JRA Kepegawaian PNS dan Pejabat
Negara Pemerintah Kota Surabaya.
6. Peraturan Walikota no. 15/2008.
H. SARANA PRASARANA PEYIMPANAN ARSIP

- Depo/ Ruang penyimpanan ukuran : 1.176.m2
- Alat Penyimpanan:Mobile file, rak arsip, almari foto, almari peta, almari Audio
& Audio Visual.
- Sarana Perawatan : Fumigasi,Termitte control,Camper,Termometer Pengaturan kelembaban udara.
I. PELAYANAN ARSIP
- Ruang Layanan : ada
- Pengguna Arsip : pemerintah,mahasiswa,peneliti,masyarakat umum
- Rata-rata pengguna tiap hari : 25 orang.
J. KHASANAH ARSIP
ARSIP INAKTIF
No

1

Asal Arsip

SKPD di lingkungan
Pemerintah Kota

Masyarakat
2 Umum/Lembaga
masyarakat.

3

Badan Perpustakaan &
Kearsipan

4 ANRI

5 Perpustakaan Nasional

Jumlah
±20.000 box
± 100 lembar
2 rol film
6 keping CD
2 pita kaset
163 lembar

Kurun Waktu

Sesuai JRA

Jenis Arsip
a.Tekstual
b.Peta
c.Audio Visual
d.Audio
e.Peta Batas wilayah
kelurahan
a.Tekstual
b.Peta
c.Audio Visual
d.Audio
e.Peta Batas wilayah
kelurahan

900 lembar
1 buah
16 buah
3 keping
6 pita kaset
24 lembar

a.foto

16 lembar
12 lembar

a.foto
b.buku

2 buku

a.buku

ARSIP STATIS
No

Jumlah

Kurun Waktu

Jenis Arsip

2.713 box
84.726 data

Th.1972
kebawah
Th.1973-1978
Th.1979-1992
Th. 1993
keatas

Tekstual

2 Kantor BP7 Kota Surabaya

1 box
153 data

Th. 1979-1999

Tekstual

Kantor Pembangunan
3 Masyarakat Desa Kota
Surabaya

296 box
4987 data

Th. 1990
keatas

Tekstual

4 Bagian Pengkajian Kota

44 box

Th. 1980

Tekstual

1

Asal Arsip

Bagian Umum Sekretariat
Kota Surabaya

Surabaya

518 data

keatas

K. PROGAM YANG TELAH DILAKANAKAN :
a. Pameran : 8 kali
b. Sosialisasi : 4 kali
c. Bimbingan Teknis : 33 kali
Database Grand Desain
Kota Surabaya
a Format 1

: Format FM 01 (Data Umum Pelaksana di Daerah)
Tahun 2012

b Format 2

: Format FM 02 (Kesesuaian Rencana dan Realisasi)
Tahun 2012

c Format 3

: Format FM 03 (Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan Internal)
Tahun 2012

d Format 4

: Format FM 04 (Check List Mekanisme Pelaksanaan)
Tahun 2012

PISA dan Daya Baca
Bangsa
Kompas.com - 30/04/2017, 11:13 WIB

Ilustrasi(Kompas)

Oleh: Gufran A Ibrahim
Akhir 2016, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan
(OECD)— yang melaksanakan penilaian tiga tahunan atas budaya literasi
72 negara melalui Program for International Students Assessment—
melansir indeks budaya literasi siswa antarbangsa.
Indeks literasi sains dan matematika siswa Indonesia naik cukup bermakna
masing-masing 21 dan 11 poin: 382 poin pada 2012 menjadi 403 tahun
2015, serta 375 tahun 2012 dan 386 pada 2015. Indeks
literasi membaca hanya naik satu poin: 396 pada 2012 dan 397 pada 2015.
Bukan teks tunggal
Apa sebab penaikan indeks literasi membaca lamban ketimbang sains dan
matematika; juga ketimbang kemajuan membaca siswa bangsa lain
peserta uji Program for International Students Assessment (PISA)?

Pertama, teks bacaan dalam uji PISA adalah multiteks dan berbasis
komputer. Sajiannya begitu canggih. Isi dan struktur teksnya dalam
tampilan beragam genre wacana dengan memadukan kata, kalimat, grafik,
peta, dan ragaan yang dibentuk dalam tautan lintas-teks dengan siasat
rujuk silang (cross-reference).
Untuk menukik ke kedalaman makna multiteks seperti ini, sedikitnya
dibutuhkan dua kecakapan penting: (1) terampil menangkap makna yang
tersaji dalam paragraf; dan (2) kecepatan mengemas tautan makna
antarteks, antarteks dengan grafik, antarteks dan simbol, serta relasi
makna antargrafik. Yang pertama berkaitan keluasan dan kedalaman
penguasaan kosa kata, yang kedua berkelindan dengan keterampilan
menggerakkan pandangan dan kecekatan jari.
Dengan tetap menjaga ingatan tentang temuan makna anaforik dalam
ke-”sedang”-an jelajah teks, siswa harus mempersiapkan prediksi atas
kemungkinan makna kataforik yang akan dijumpai pada informasi dan teks
tertaut. Artinya, pergerakan mata bukan pergerakan fisik semata,
melainkan juga kekuatan ingatan pada bagian teks yang dilewati. Tentu
saja, di atas dua kecakapan kinestetik ini, dipersyaratkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
Kedua, jika hanya terbiasa berhadapan dengan teks tunggal di sekolah,
yaitu teks hanya rangkaian paragraf, siswa kita akan kesulitan luar biasa
menghadapi teks ragam genre dalam kemasan multimedia. Siswa yang
hanya terbiasa membaca sebagai ”cara menyandikan kembali
lambanglambang ortografi secara diam atau nyaring” akan ”kewalahan”
menghadapi teks kompleks yang disodorkan uji PISA.
Apabila siswa kita tak menjadikan membaca sebagai aktivitas harian, di
sekolah ataupun di rumah, kepayahan akan menghadang saat
menghadapi rumitnya struktur fisik dan kedalaman makna multiteks dalam
kemasan multimedia. Apalagi jika siswa membaca hanya kalau ada tugas
sekolah. Belum lagi pembelajaran di kelas yang tidak mendorong strategi
membaca yang variatif dan eksploratif serta inovasi model membaca yang
mengenalkan keragaman genre teks.
Kalau benar siswa yang jadi sasaran uji PISA tak terbiasa mengenali dan
membaca teks kompleks, maka gagal paham atas ”rimba” semantik
multiteks sebenarnya bersumber dari persoalan yang sederhana tapi
mendasar dalam belajar, yaitu ihwal ”kebiasaan” dan ”kebisaan”.
Kalau saja belajar didefinsikan secara sederhana sebagai aktivitas
psikokognitif siswa ”membiasakan” tindakan pemerolehan pengetahuankecakapan-keterampilan, maka kepandaian dan kesuksesan menukik ke

kedalaman teks-teks multigenre-multimedia dan menangkap spektrum
maknanya hanya akan bisa dibentuk melalui ”pembiasaan” mengenali dan
membaca teks-teks tersebut. Jika kelas di sekolah hanya bisa dan biasa
membelajarkan membaca teks-teks tunggal dan sederhana yang nirinovasi, siswa hanya akan bisa mencapai kepandaian setingkat itu:
kemampuan baca paling dasar.
Ada tiga hal penting terkait daya baca, yaitu kemampuan menukik ke
kedalaman teks, ketahanan menjaga fokus, dan pemeliharaan nalar untuk
terus mengikuti bangun-struktur teks, terus mengenali keragaman tipologi
dan kompleksitas teks. Tiga-tiganya memberi kontribusi pada efisiensi
pemanfaatan waktu uji dan keberhasilan menukik ke kedalaman teks
kemudian menangkap makna bacaan.
Kalau saja benar bahwa gagal paham atas multiteks karena soal
ketaksabaran, ketidakcermatan, dan dangkalnya pengalaman membaca
siswa, maka upaya pengecekan terhadap sebab-sebab ketumpulan
(bu-)daya literasi membaca itu harus dikembalikan ke sekolah. Terkait ini,
pertanyaan penting perlu diajukan. Seberapa sering siswa menyelesaikan
tugas sekolah dengan membiasakan diri membaca? Seberapa luas
pengalaman mereka mengenali ragam teks, teks sederhana hingga yang
kompleks? Seberapa sering guru mendorong pembiasaan membaca. Lalu,
bagaimana guru memberi model membaca, mengenalkan genre dan
”rimba” teks?
Ada dua cara penting untuk meningkatkan budaya literasi membaca. Tentu
tak sekadar untuk kepentingan penilaian PISA, tetapi yang paling penting
adalah memastikan pelaksanaan pelajaran membaca benar-benar
dibangun untuk membentuk daya baca. Pertama, menemu-kenali sebabsebab terdalam mengapa siswa kurang sabar dan kurang cermat saat
berhadapan dengan teks yang panjang dan dalam uji PISA. Kedua, kita
merumus- ulang paradigma pembelajaran membaca, tidak banyak melalui
mata pelajaran bahasa (Indonesia dan Inggris), tetapi menyusun model
pembelajaran membaca bagi seluruh mata pelajaran.
Semua guru mata pelajaran di sekolah dilatih model dan strategi membaca
melalui model pembelajaran andragogi, dengan tiga siasat penting: (1)
pencanggihan cara membaca; (2) peragaman jenis-jenis teks, dari teks
tertulis—berbasis kertas (paper base)—yang sederhana hingga teks
kompleks; dan (3) pengenalan teks-teks multimedia berbasis komputer—
nirkertas (paperless).
Bukan sekadar PISA

Dua langkah penting untuk memastikan daya baca siswa jadi lebih baik.
Pertama, merancang gerakan satu semester satu novel sebagai langkah
awal pentradisian membaca. Langkah membaca teks-teks naratif adalah
tahap mula dari pembiasaan membaca. Kedua, penciptaan model
membaca produktif melalui peragaman teks bacaan untuk beragam jenis
teks dan pengenalan teks-teks bacaan yang multimedia, buku-buku
elektronik, serta pembiasaan mengenali tipologi dan kompleksitas teks-teks
di media daring.
Di atas segalanya, pembiasaan menjadi bangsa pembaca bukan hanya
perkara menghitung nilai pencapaian setiap akhir belajar. Pembiasaan
untuk keluar dari ketidaksabaran dan ketidakcermatan dalam membaca
adalah proyek kebudayaan membaca; dan proyek kebudayaan membaca
tidak bisa dikerjakan secara instan, kecuali kalau kita hanya ingin
meningkatkan indeks dan peringkat literasi membaca kita.
Memang, PISA adalah salah satu alat ukur seberapa jauh hasil belajar
telah dicapai. Akan tetapi, jika cara-cara menumbuhkan budaya literasi
membaca yang hanya untuk menaikkan peringkat, sesungguhnya kita
sedang mendorong belajar bukan untuk mencapai kepandaian, melainkan
belajar sekadar mendapatkan nilai rapor dan peringkat.
Gufran A Ibrahim
Ketua Pokja Literasi Membaca Menulis, Gerakan Literasi Nasional,
Kemendikbud
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 April 2017, di
halaman 7 dengan judul "PISA dan Daya Baca Bangsa".

Rilis PISA 2015: Kemampuan Baca Siswa Indonesia
Stagnan
8/12/2016
0 Comments

CM Indonesia - Rilis nilai Programme for
International Students Assessment (PISA) tahun
2015 menunjukkan kemampuan baca siswa
Indonesia masih stagnan, meskipun skor
Indonesia disebut membaik, terutama di
kompetensi matematika dan sains.

Satria Dharma

Dibanding skor ketika pertama kali mengikuti PISA di tahun 2000, ada kemajuan yang
dialami. "Indonesia termasuk nomor empat terbaik dalam peningkatan," ujar Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Totok
Suprayitno dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (6/12), "Kabar ini tentu saja sangat
menggembirakan
bagi
kita."
Hasil survei 2015 menunjukkan kenaikan skor Indonesia sebesar 22,1 poin. "Untuk matematika dan
sains mengalami peningkatan, sementara dalam hal membaca masih kurang," terang Kepala Pusat
Penilaian Pendidikan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Nizam.
Menurutnya, lemahnya kemampuan membaca erat kaitannya dengan keberadaan gawai, karena
anak-anak
lebih
senang
bermain
gawai
dibanding
membaca.
Pernyataan Nizam tersebut disanggah oleh Satria Dharma, penggagas Gerakan Literasi Sekolah.
Ketika dihubungi oleh CMid Rabu pagi (8/12), Satria menganggap Kemdikbud terlalu naif jika
mengambinghitamkan gawai sebagai penyebab rendahnya kemampuan membaca siswa Indonesia.
"Rendahnya kompetensi membaca siswa kita jelas karena mereka memang tidak dilatih untuk
membaca. Selama 71 tahun, Pemerintah belum benar-benar serius menanamkan minat baca.
Membaca adalah sebuah keterampilan, jadi harus dilatihkan terstruktur dan terus menerus."
PISA merupakan evaluasi tiga tahunan yang digarap oleh Organization for Economic Cooperation
an