Analisis Atas Kerusakan Tanggul Yang Ber

Analisis Atas Kerusakan Tanggul Yang Berdampak Pada
Banjir Di Sungai Beringin
Maria Yuniana Restuningtyas
mariayuniana@students.unnes.ac.id
Pada masa perkembangan teknologi dan perindusrian, Indonesia adalah salah
satu negara yang sangat pesat. Semakin banyaknya industri yang
bermunculan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
semakin beraneka ragam dan meningkat. Perkembangan teknologi dan
kemajuan industri akan berdampak pada kualitas daya dukung lingkungan
yang pada akhirnya akan merusak lingkungan itu sendiri. Eksploitasi alam
yang berlebihan dengan tidak memperhatikan kelestariannya yang dilakukan
oleh sekelompok manusia untuk kepentingansesaat harus dihentikan, karena
akan berakibat kerusakan lingkungan, karena hal initidak bisa kita pungkiri jika
nantinya industri tersebut akan menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup yang berasal dari kegiatan-kegiatan indusri yang
menghasilkan limbah, berjumlah besar dan bermacam-macam jenisnya yang
akan mencemari lingkungan. Pencemaran terhadap ling-kungan hidup
merupakan masalah yang komplek karena dampaknya tidak hanya pada
kesehatan manusia tetapi juga berdampak pada ekosistem yang ada
disekitarnya. Menyikapi hal ini maka diperlukan adanya bentuk kerjasama
yang saling bersinergi antara masyarakat dan pelaku industri untuk

menghindari dampak dari pencemaran yang timbul nantinya, karena perlu
diketahui bersama masalah lingkungan yang dihadapi manusia pada
hakekatnya adalah masalah pencemaran yang timbul karena perubahan
lingkungan yang menyebabkan lingkungan tidak sesuai lagi untuk mendukung
kehidupan manusia, akibatnya akan terganggu kesejahteraan manusia. Situasi
dan kondisi ekosistem seperti ini tidak lepas dari aktivitas kehidupan manusia,
begitupun sebaliknya manusia mengharapkan suatu tatanan kehidupan yang
bebas dari segala macam bentuk pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Sungai beringin di daerah
perumahan Wahyu Utomo disebabkan kerena tanggul bocor dan pembuangan
sampah sehingga tumpukan sampah tersebut meluap dan tanggul bocor
sehingga terjadilah banjir yang merugikan manusia di sekitar sungai tersebut.
Kata kunci: Pencemaran,
,sampah,banjir

lingkungan,

peraturan

perundang-undangan


PENDAHULUAN
Latar belakang
1
Banjir adalah salah satu proses alam yang sering dialami di beberapa
daerah di Indonesia, contohnya banjir yang terjadi di Semarang di pemukiman
warga RW 06 dan RW 07 perumahan Wahyu Utomo kelurahan Wonosari

Ngaliyan. Sebagai proses alam, banjir terjadi karena debit air sungai yang
sangat tinggi hingga melampaui daya tampung saluran sungai, lalu
mengakibatkan tanggul bocor sehingga air meluap ke daerah sekitar sungai
tersebut. Sementara itu banjir juga dapat terjadi karena kesalahan manusia. 2
Dalam rangka membentuk aparatur dalam bidang lingkungan hidup, maka
berdasarkan Keppres No. 28 Tahun 1978 yang kemudian disempurnakan
dengan Keppres No. 35 Tahun 1978 terbentuklah Kementrian Negara
Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH) dan sebagai
kemajuan lebih lanjut dari kinerja Kementrian PPLH ditandai dengan
diterbitkannya peraturan perundangan bidang lingkungan hidup yang pertama
di Indonesia yaitu UU No. 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok
pengetahuan lingkungan hidup. Pada tahun yang sama, setelah sepuluh tahun

deklarasi Stockholm, deklarasi Nairobi mengungkapkan bahwa masih banyak
tantangan yang dihadapi mengenai keadaan lingkungan di dunia. Apabila hal
tersebut dapat kita terima maka bencana banjir yang dialami manusia
sebenarnya adalah buah dari kegagalan manusia dalam membaca karakter
alam. Perusakan lingkungan dapat terealisir sepanjang kegiatan yang
berdampak lingkungan. 3Didalam pelaksanaan kegiatannya wajib diikuti upaya
mencegah dan menanggulangi pencemaran maupun perusakan lingkungan
hidup. Didalam UU No. 23 Tahun 1997 memuat hak setiap orang atas
lingkungan yang baik dan sehat berarti kewajiban bagi setiap orang untuk
memelihara kemampuan lingkungan hidup agar tetap dimanfaatkan untuk
perlindungan
kebutuhan manusia termasuk upaya mencegah dan
menanggulangi perusakan lingkungan
Muhammad Erwin,Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan
Pembangunan Lingkungan Hidup,Refika Aditama,Bandung,2011,hlm 55
2
M.Daud Silalahi,Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia,PT.Alumni,Bandung,2014,hlm 79
3
I Gusti Ketut Handayani,” Pembentukan Peraturan Daerah Berbasis

Lingkungan Dalam Rangka Mewujudkan Praktik-Praktik Good
Governance di Daerah”,Yustisia,Vol.85,April 2013,hal 67
1

Kronologi
Semarang terjadi banjir pada hari Selasa 8 Februari sungai beringin
meluap, mobil warga terseret 2 kilometer. Pemicu banjir di pemukiman RW 06
dan RW 07 Perumahan Wahyu Utomo Kelurahan Wonosari, Ngaliyan akan
segera diselidiki oleh Dinas Pekerjaan Umum. Banjir menyebabkan 32 rumah
tergenang. Banjir baru pertama kali terjadi di dataran tinggi. Banjir disebabkan
anak sungai beringin yang melintasi permukaan tersebut meluap. Air
bercampur dengan lumpur dan sampah menerjang rumah warga. Potongan
bambu dan dahan terbawa arus sungai dengan lebar sekitar 3 meter. Menurut
wakil walikota Semarang, banjir tidak disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.
Selain menyelidiki penyebab banjir, Dinas Pekerjaan Umum akan menambah
karung berisi pasir untuk menutup tanggul-tanggul yang jebol, mengaruk
sedimentasi di sepanjang sungai, dan pembersihan sampah. Banjir di sungai
beringin di wilayah Mangkang Wetan dan Mangunharjo Kecamatan Tugu, tak

hanya disebabkan meningkatnya volume air dari wilayah hulu, namun karena

kondisi sungai tersebut penuh dengan sampah dan aliran air tersebut tidak
lancar. Sampah tersebut merupakan sampah kiriman dari atas yang terbawa
arus dan menyangkut di jembatan. Air di sungai tidak bisa mengalir di muara.
Kepala bidang sumber daya air dan drainese mengemukakan banjir
dikarenakan perubahan fungsi lahan di bagian Selatan. Daerah konservasi
berubah menjadi pemukiman. Hal itu menyebabkan daerah resapan air
berkurang. Air mengalir melalui permukaan tanah dan ke sungai, debit sungai
pun bertambah. Hal itu menyebabkan banjir semakin meluas di beberapa
wilayah.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana menanggulangi dan mencegah terjadinya Banjir di
Semarang?
2. Apa peran Hukum Lingkungan dalam mengatasi banjir di Semarang?
3. Bagaimana kajian sosiologi hukum terhadap fenomena banjir setiap
tahun di Semarang?

Pembahasan
1.Penanggulangan dan Pencegahan Banjir di Semarang?
Masalah nyata di kota-kota besar adalah sedikitnya jumlah permukaan
tanah yang memiliki penyerapan air yang baik karena tertutup oleh bahan

beton atau jalan sebagai dampak adanya pembangunan. Sehingga bisa
dipastikan begitu banyak limpahan air permukaan yang harus dikelola. Jumlah
air permukaan yang lebih banyak dari saluran penampung membuat air
permukaan tidak tertampung secara benar hingga melimpah ke jalan bahkan
membentuk genangan bahwa di kota-kota besar jumlah permukaan yang
memiliki daya serap air semakin sedikit akibat pembangunan. Langkahlangkah nyata untuk mengurangi dampak banjir :
1.Gunakan bahan paving stone untuk lahan parkir anda atau
bahan/material yang memiliki daya serap yang baik, jangan tutup
dengan beton atau bahan-bahan material yang membuat air yang tidak
terserap ke tanah di lingkungan rumah anda.
2.Rencanakanlah instalasi saluran air buangan dan air hujan dengan baik.
Buatlah sumur resapan air hujan. Gunakan prinsip konservasi
(perlindungan air bawah tanah), biarkan air meresap ke tanah anda,
sehingga tidak terbuang percuma ke saluran kota. Dengan ini anda juga
membantu mengurangi beban saluran air kota, yang pada akhirnya
merupakan langkah kecil kita mencegah banjir.
3.Buanglah sampah pada tempatnya.jangan buang di saluran air kota
atau sungai-sungai
4.Rekayasa sistem resapan air hujan juga untuk mengurangi debit aliran
permukaan dan menambah pengimbuhan air tanah yang dapat dilakukan

dengan pembuatan sistem resapan
5. Peningkatan kapasitas saluran dapat dilakukan dengan peninggian
tanggul pengaman banjir sekurang-kurangnya 15-25 cm

Solusi dan program yang dapat mengatasi masalah banjir di daerah sungai
Beringin yaitu meliputi pengelolaan sampah dan pencemaran air baik dari
sampah industri maupun sampah rumah tangga. 4Solusi kuantitas harus
dilakukan perubahan lahan baik dari hulu sampai kawasan lindung dan hilir
serta berkelanjutan lewat rehabilitasi lahan dan reforestasi.
Pengelolaan
sumber daya air sungai tidak terlepas dari berbagai permasalahan salah
satunya kondisi DAS yang semakin menurun diberbagai daerah di Indonesia
salah satunya adalah di Semarang.Saatini kondisi DAS memikul beban yang
sangat berat dengan peningkatan jumlah penduduk . Musibah kejadian
bencana sekitar DAS yang merupakan gabungan masalah kurangnya
pemeliharaan infrastruktur dan dampak negatif dari eksploitasi lingkungan ini.
Disamping itu otonomi daerah yang banyak memberikan wewenang kepada
daerah kota dan kabupaten dalam mengeluarkan kebijakan dibidang
lingkungannya akan mengakibatkan timbulnya kebijakan kebijakan lingkungan
hidup yang tumpang tindih . Masalah tentang pengelolaan sumber daya air

sungai anatara hulu-hilir adalah permasalahan desantralisasi dan oonomi
daerah yang harus segera ditangani.
Handojo Lekso,”Prinsip dan Teori Tanggung Jawab Terhadap
Lingkungan Hidup Untuk Mewujudkan Daerah Berbasis
Penghijauan”,Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Negeri Semarang,Vol.17 No.2,Desember 2003,hal 36
4

2.Peranan Hukum Lingkungan
Penanganan masalah banjir tidak bisa lepas dari kebijakan lingkungan
dalam bentuk produk Hukum Lingkungan.Beberapa produk Hukum Lingkungan
yang berlaku saat ini misalnya Undang-Undang N0.32 Tahun 2009 tentang
pengelolaan lingkungan hidup.
5

Tabel: Pertentangan kaidah dalam penanganan banjir di Semarang.
No Masalah

Kebijakan


Dilema

1

Penangan banjir
Sungai Beringin

di Penataan
ruang Permasalahan
diwilayah banjir
dan
hak
manusia

sosial
asasi

2

Penataan ruang


Mengembalikan peran
dan fungsi DAS sesuai
kaidah hulu, tengah,
dan hilir

Kurangnya peran
pemerintah daerah
semarang

3

Pemukiman bantaran
sungai ditata ulang

Pemindahan
dipandang
efektif
dalam
memenuhi


Mendapat penolakan
warga

kaidah ruang

Kasus di atas menunjukkan perbedaan kaidah antara kaidah ilmiah dalam
penanganan masalah banjir dengan berbagai pendekatan, ekologi, ekonomi,
sosial dan budaya. Pembangunan tidak hanya menghasilkan manfaat, tetapi
juga mendatangkan resiko.
Kondisi ini harus ditangani oleh pemerintah dengan meminimalkan resiko dan
mendatangkan
6

manfaat yang lebih besar.
Kebijakan hukum lingkungan yang telah
dikembangkan menghadapi masalah dalam konteks pelaksanaan kebijakan
yang telah ditetapkan tidak mengikat semuapemerintah daerah, sehingga
pemerintah daerah masih menggunakan otoritasnya sebagai daerah otonom.
Dampaknya banyak pemerintah daerah yang menolak pelaksanaan kebijakan,
yang dari sisi hukum benar sesuai dengan kaidah ilmiah.

M.Daud Silalahi,Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia,PT.Alumni,Bandung,2014,hlm 102
6
I Gusti Ketut Handayani,” Pembentukan Peraturan Daerah Berbasis
Lingkungan Dalam Rangka Mewujudkan Praktik-Praktik Good
Governance di Daerah”,Yustisia,Vol.85,April 2013,hal 74
5

3.Kajian Sosiologi Hukum Dalam Bencana Banjir
Soerjono Soekanto menyatakan bahwa Sosiologi merupakan bagian dari
filsafat sosial. Salah satu orang yang memberikan pengertian mengenai
sosiologi, ia mengatakan bahwa (sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang ada
dalam
proses
pertumbuhannya
dapat
dipisahkan
dari
ilmu-ilmu
kemasyarakatan lainnya seperti ekonomi, sejarah, ilmu jiwa sosial, dan
sebagainya. Definisi sosiologi hukum yang dikemukakan oleh Alvin S Johnson
“sosiologi hukum adalah bagian dari sosiologi jiwa manusia yang menelaah
sepenuhnya dimulai dari hal-hal nyata dan observasi perwujudan lahiriah
didalam kebiasaan-kebiasaan kolektif yang efektif dan juga dalam materi
dasarnya (struktur keruangan dan kepadatan lembaga-lembaga hukum secara
demografis).
8
Masyarakat Indonesia membutuhkan lingkungan hidup yang layak. Hal ini
menjadi hak bagi setiap masyarakat Indonesia. Hal tersebut diatur secara
tegas dalam pasal 28 ayat 1 UUD 1945 yang menentukan bahwa “setaip orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh layanan
kesehatan”. Berdasarkan ketentuan tersebut lingkungan hidup yang selalllu
mengalami banjir setiap tahun wajib diperbaharui karena banjir pasti
menimbulkan ketidaknyamanan bagi warga sekitar khususnya banjir di daerah
sungai Beringin, Semarang. Telah banyak hal yang dilakukan oleh pemerintah
Semarang. Berbagai cara telah dilakukan pemerintah pusat dan daerah untuk
mengatasi banjir rob di wilayah Perumahan Wahyu Utomo, Kota Semarang,
Jawa Tengah, seperti menambah pompa besar berkekuatan 250 liter per detik,
serta pemasangan tanggul sementara. Namun belum sepenuhnya berhasil. Air
pasang dari laut tetap masuk ke jalanan, hingga ke dalam pemukiman warga.
7

Pada jam tertentu genangan air mencapai 50 sentimeter. untuk menahan air
secara lebih lama dibutuhkan kekompakan tim teknis yang bekerja di lapangan.
Tim ini harus bisa memanfaatkan semua sumber daya, termasuk teknologi
yang akan digunakan. im teknis tetap mengendalikan air, memasang tanggul
sementara, hingga menyedot air menggunakan pompa. Tim teknis bidang
sosial juga menjelaskan ke masyarakat soal penanganan yang dilakukan. Tim
teknis nanti disiapkan. Pemkot bisa menyiapkan model sewa, atau beli
(pompa). Dan semua alat yang dibutuhkan termasuk tim pemberih dan
pengangkat sampah yang beraada di sekitaran sungai yang luasnya 29km
persegi (2.963 Hektare),Panjang Sungai 19,6 Km. Rencana normalisasi alur kali
Beringin dari muara sepanjang 4,65 kilometer serta terdapat 160 bidang lahan
yang harus dibebaskan dan sudah 133 bidang tanah saat ini sudah bebas dan
27 bidang lainnya menyusul. Dari 27 bidang, 3 bidang diantaranya rencananya
akan dihindari karena hanya terkena sedikit, 10 bidang milik masyarakat, 6
bidang milik PT IPU, dan 8 bidang aset Pemkot. Normalisasi akan dilakukan
pada 2018.
Berdasarkan kasus tersebut strategi utama pemerintah daerah Semarang
dalam penanggulangan banjir yaitu melakukan evaluasi awal dengan adanya
perubahan fungsi lahan di bagian Selatan. Berdasarkan pemberitaan tersebut
perlu ada regulasi bagi penanggulangan banjir di kota Semarang dalam bentuk
Undang-Undang. Banjir telah mengakibatkan kerugian materil maupun
immateril. Hal ini harus menjadi konsideran jika dikemudian hari ada UndangUndang mengenai penanggulangan banjir di kota Semarang. Oleh karena itu
semua Undang-Undang mengenai penanggulangan banjir di Semarang tentu
harus ada karena Semarang merupakan Ibukota dari provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan semua hal diatas :
1. Kajian sosiologi hukum terhadap fenomena banjir setiap tahun di kota
Semarang adalah perlu ada regulasi bagi penanggulangan banjir di kota
Semarang dalam bentuk Undang-Undang lingkungan hidup.
2. Penyebab fenomena banjir setiap tahun di Semarang adalah banyaknya
tumpukan sampah yang menggenang di sungai yang menyebabkan air
meluap dan tidak adanya Undang-Undang secara khusus bagi pelaku
pembuang sampah sembarangan.

Muhammad Erwin,Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan
Pembangunan Lingkungan Hidup,Refika Aditama,Bandung,2011,hlm 146
8
Nita Triana,Pendekatan Ekoregion Dalam Sistem Hukum Pengelolaan
Sumber Daya Air Sungai di Era Otonomi Daerah,Pandecta,Vol.9
No.2,Desember 2104,hal 165
7

Kesimpulan
Banjir adalah salah satu proses alam yang sering dialami di beberapa
daerah di Indonesia, contohnya banjir yang terjadi di Semarang di pemukiman

warga RW 06 dan RW 07 perumahan Wahyu Utomo kelurahan Wonosari
Ngaliyan. Banjir pada umumnya sebagai proses alam, banjir terjadi karena
debit air sungai yang sangat tinggi hingga melampaui daya tampung saluran
sungai, lalu mengakibatkan tanggul bocor sehingga air meluap ke daerah
sekitar sungai tersebut. Pemerintah daerah kota Semarang telah melakukan
berbagai cara dan upaya agar banjir didaerah tersebut dapat ditangani
diantaranya dengan membuat beberapa program pengelolaan sampah dan ada
beberapa solusi yang bisa diterapkan di sungai Biring baik program jangka
pendek yaitu dengan terbangun pola sadar iklim dengan memahami potensi
dan kerawanan banjir lalu pemerintah daerah Semarang bersama masyarakat
di Sungai Biring membuat dan membenahi saluran air/sungai yang tersumbat
oleh bangunan atau sampah terutama di daerah yang tergenang air .
Sedangkan solusi jangka menengah yang diharapkan adalah melanjutkan
pembuatan cek dam di hulu sebagai program seribu cek dam sebagai
penampung air dalam skala kecil dan ketika terjadi banjir adalah memulihkan
daerah hulu dengan menanam dan memelihara pohon terutama di bantaran
sungai.
Hubungan hukum lingkungan dengan Undang-Undang nomor 23 Tahun 1997
Tentang pengelolaan lingkungan hidup dengan tujuan mencapai kualitas hidup
yang lebih baik. Hukum lingkungan memuat berbagai norma dan kaidah yang
mengatur mengenai perilaku masyarakat terhadap lingkungannya. Hukum
lingkungan dalam beberapa hal mengatur secara tegas apa yang dibolehkan
untuk dilakukan oleh masyarakat terhadap lingkungan dan apa yang dilarang
untuk dilakukan masyarakat terhadap lingkungan hidup.Hukum lingkungan
memiliki peran yang strategis dalam menunjang dan menjaga kelangsungan
hidup manusia dan lingkungannya.Pertama: hukum lingkungan memberikan
efek dalam perumusan kebijakan yang mendukung konsep pembangunan yang
berkelanjutan.Kedua: hukum lingkungan dan berfungsi sebagai sarana
penataan lingkungan hidup dengan menerapkan sanksi (represif) Ketiga:
hukum lingkungan memberikan panduan atau menjadi pedoman bagi
masyarakat untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan perlindungan
terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masyarakat.Keempat: hukum
lingkungan memberikan penegasan mengenai pengertian hak dan kewajiban
yang dimiliki oleh masyarakat serta perilaku yang dapat merugikan masyarakat
itu sendiri.Kelima: hukum lingkungan memberikan sekaligus memperkuat
mandat kepada aparat pemerintah yang terkait dengan lingkungan hidup
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik di bidang yang diatur
dalam hukum mengenai lingkungan. Kajian sosiologi hukum terhadap
fenomena banjir setiap tahun di kota Semarang adalah perlu ada regulasi bagi
penanggulangan banjir di kota Semarang dalam bentuk Undang-Undang
lingkungan hidup.Penyebab fenomena banjir setiap tahun di Semarang adalah
banyaknya tumpukan sampah yang menggenang di sungai yang menyebabkan
air meluap dan tidak adanya Undang-Undang secara khusus bagi pelaku
pembuang sampah sembarangan.Sehingga normalisasi yang akan dilakukan
oleh pemerintah daerah Kota Semarang bersama dengan Dinas Pekerjaan
Umum yang dilakukan pada tahun 2018 berjalan dengan baik. Langkah darurat
dan nyata yang bisa dilakukan saat ini adalah membangun talut untuk
sementara sehingga banjir di sungai beringin yang meluap dapat teratasi
untuk semntara waktu dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa struktur
lembaga-lembaga
terkait
pengelolaan
sumber
daya
alam
sudah
terorganisir.Dalam rangka pengelolaan terpadu maka perlu diterbitkan perdaperda pengelolaan sumber daya air sungai dalam rangkapenguatan dan

penanggulangan sehingga tercipta kota yang bebas dengan permasalahan
dan bencana banjir.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Muhammad Erwin,2011,Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan
Pembangunan Lingkungan Hidup, Bandung, Refika Aditama
M.Daud Silalahi,2014,Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan
Hukum Lingkungan Indonesia, Bandung ,PT.Alumni
JURNAL
Triana Nita ,”Pendekatan Ekoregion Dalam Sistem Hukum Pengelolaan Sumber
Daya Air Sungai di Era Otonomi Daerah”, Jurnal Pandecta,Vol.9 No.2,
Desember 2104
Handayani I Gusti Ketut,” Pembentukan Peraturan Daerah Berbasis Lingkungan
Dalam Rangka Mewujudkan Praktik-Praktik Good Governance di Daerah”, Jurnal
Yustisia,Vol.85,April 2013
Lekso Handojo ,”Prinsip dan Teori Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup
Untuk Mewujudkan Daerah Berbasis Penghijauan”, Jurnal Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Semarang,Vol.17
No.2,Desember 2003
Undang-Undang
Undang-Undang N0.32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup
UU No. 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengetahuan
lingkungan hidup

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121