Makalah jenis jenis risiko (1)

MAKALAH
“JENIS - JENIS RISIKO”
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Risiko”
Dosen Pengampu :
Ayu Febri Puspitasari.,M.M

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Nova Nursida Y.
2. Riska Afifah
3. Susi Puspareni

(2824133098)
(2824133107)
(2824133115)

Kelas / Semester : ES – V/D
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

TULUNGAGUNG
2015
“JENIS-JENIS RISIKO”
PEMBAHASAN
A. Risiko Properti
Pengertian risiko mempunyai ragam arti antara lain bahaya, keraguan atau
adanya dua kemungkinan mengalami kerugian atau keuntungan. Selanjutnya ada
yang berpendapat bahwa ragam pengertian risiko adalah sebagai berikut:
1

 Kemungkinan timbulnya kerugian
 Ketidakpastian
 Penyimpangan aktual dari rencana
Suatu perusahaan selalu berhadapan dengan kemungkinan timbulnya risiko
atau bahaya kerugian atau mala petaka karena berbagai sebab yang tidak dapat
diketahui sebelumnya. Misalnya aktiva mungkin terbakar atau dicuri orang,
diterbangkan angin puting beliung, diterjang air bah, ditipu oleh penipu dan
sebagainya. Kerugian karena berbagai sebab tersebut diatas, sudah tentu
mengancam kelangsungan hidup suatu perusahaan. Karenanya manajer perusahaan
harus berusaha mencari jalan untuk memproteksi kerugian dengan cara penanganan

sebelum terjadi. 1
Risiko yang mungkin terjadi atas properti (harta benda) karena kebakaran,
banjir, perusakan, dan lainnya. Cakupan Asuransi Umum & Properti:2
a. Asuransi Harta Benda (Property Insurance)
b. Asuransi Rekayasa (Engineering Insurance)
c. Asuransi Pengangkutan (Marine Cargo Insurance)
d. Asuransi Rangka Kapal (Marine Hull Insurance)
e. Asuransi Usaha Minyak & Gas Bumi (Oil & Gas Insurance)
f. Asuransi Pesawat (Aviation Insurance)
g. Asuransi Satelit (Space Insurance)
h. Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Accident Insurance)
i. Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance)
j. Asuransi Uang (Money Insurance)
k. Asuransi Kebongkaran (Burglary Insurance)
Dalam perusahaan asuransi, risiko atas harta benda biasanya masuk dalam
kategori asuransi umum. Harta benda mencakup banyak kategori seperti bangunan,
perabot rumah tangga, perlengkapan rumah, mesin, barang dagangan, persediaan
bahan baku atau barang jadi dan sebagainya. Harta benda yang kerap menghindari
risiko, pada umumnya dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu sebagai berikut :
1. Properti riil : properti riil bisa didefinisikan sebagai tanah dan apa saja yang

tumbuh, berdiri.
2. Properti personal : properti personal bisa didefinisikan sebagai apa saja yang
dimiliki selain properti riil.
Eksposur yang dihadapi harta benda mencakup kejadian (peril) yang standar,
sesuai dengan Polis “Standar Kebakaran Indonesia” yang mencakup kebakaran,
1

M.Manulang, Pengantar Bisnis, (yogyakarta :Gadjah Mada University Press), h. 289

2

Kasidi, Manajemen Risiko, (Bogor : Ghalia Indonesia, tahun 2014), h.45

2

petir, asap, ledakan, dan kejatuhan pesawat terbang. Selain itu kejadian lain yang
dicakup oleh asuransi adalah kerusuhan, tanah longsor, banjir, dan biaya
pembersihan puing.
Tidak semua harta benda bisa diasuransikan, biasanya asuransi hanya
mengcover benda yang kelihatan (tangible assets), sedangkan yang tidak kelihatan

(intagible assets) seperti hak cipta, nama baik tidak termasuk cakupan asuransi.
Alternatif lain untuk melihat eksposur atau risiko yang dihadapi harta benda adalah
dengan melihat sumber-sumber dari risiko yang bisa berpengaruh terhadap harta
benda. Sumber tersebut bisa diklasifikasikan menjadi :
1. Sumber Fisik, mencakup antara lain kekuatan alam, seperti api, badai, ledakan
yang bisa menghancurkan harta benda.
1. Sumber Sosial, mencakup kejadian yang muncul karena dorongan sosial.
2. Sumber Ekonomi, mencakup kekuatan ekonomi yang mengakibatkan
kerusakan.
1. Kerugian Yang Dialami Harta Benda
Kerugian akibat kejadian buruk yang terjadi bisa diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kerugian langsung, Kerugian langsung terjadi jika kejadian buruk mempunyai
dampak langsung terhadap properti. Contoh, kebakaran menghancurkan
bangunan. Kerugian karena bangunan yang hancur akibat kebakaran tersebut
merupakan kerugian langsung.
2. Kerugian Tidak Langsung, Kerugian tidak langsung terjadi jika kejadian buruk
tersebut berdampak secara tidak langsung terhadap kerugian tersebut. Contoh,
karena bangunan hancur, maka kegiatan bisnis dan perkantoran menjadi
terganggu. Perusahaan terpaksa mengeluarkan biaya ekstra untuk membangun
fasilitas perkantoran darurat. Jika bangunan tersebut bisa disewakan, kebakaran

tersebut menyebabkan pendapatan sewa tidak diperoleh. Kerugian karena
pendapatan yang hilang tersebut merupakan contoh kerugian tidak langsung.
3. Elemen Waktu, Kerugian tidak langsung bisa jadi mempunyai elemen waktu jika
waktu dilibatkan dalam perhitungan kerugian tersebut. Sebagai contoh, jika
karena kebakaran, bangunan tidak bisa disewakan sampai rekonstruksi selesai
dilakukan. Kerugian tersebut akan berhubungan positif dengan jangka waktu
perbaikan. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan, semakin

3

besar kerugian yang dialami oleh perusahaan. Dengan kata lain, besarnya
kerugian merupakan fungsi dari waktu.
2. Metode Penilaian Kerugian Aset Fisik
1. Nilai atau Harga Pasar
Harga pasar adalah harga yang terbentuk melalui mekanisme pasar.
Penilaian property riil dengan menggunakan metode harga pasar bisa dilakukan
dengan

membandingkan


harga

pasar

aset

yang

mirip

yang

pernah

diperdagangkan (jika aset semacam itu bisa ditemukan). Disamping itu jika tidak
bisa ditemukan aset dengan karakteristik yang sama persis dengan aset yang
hancur, maka penyesuaian-penyesuaian juga perlu dilakukan. Perhitungan harga
pasar secara tidak langsung, dengan menggunakan opportunity cost (kesempatan
yang hilang)
2. Replacement Cost Baru

Tehnik Replacemeny Cost baru dilakukan dengan melihat biaya yang
diperlukan untuk mengganti barang yang rusak dengan barang baru yang sama.
Jika kerusakannya parsial, maka perbaikan bisa dilakukan secara parsial.
Kebutuhan dana untuk perbaikan secara parsial tersebut bisa dihitung dengan
cara replacement cost walaupun barang yang digunakan adalah baru.
3. Replacement Cost Baru Dikurangi Depresiasi
Dengan teknik ini, Manajer akan menghitung replacement cost (baru)
kemudian dikurangi dengan depresiasi atau angka yang mencerminkan turunnya
nilai ekonomis.
Argumen yang mendasari tehnik tersebut adalah nilai suatu property
yang sebenarnya adalah nilai property tersebut dikurangi dengan depresiasi atau
penurunan nilai karena sudah digunakan (barang bekas/second) juga bisa karena
berjalannya waktu (tua), juga bisa disebabkan faktor desain (fashionable/out of
date).
B. Resiko Gugatan (Liability)3
Eksposur kewajiban legal (liability) muncul jika pengadilan memutuskan kita
sebagai pihak tertanggung yang harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya.
Beberapa contoh kewajiban atau gugatan hukum adalah: pasien menuntut ganti rugi
3


Ibid, h.49

4

kepada dokter yang dianggap melakukan malpraktek, konsumen menuntut kepada
produsen karena barang yang dijual membahayakan, gugatan pengadilan memegang
saham terhadap perusahaan karena menderita kerugian yang cukup besar.
1. Hukum Pidana Dan Perdata
Hukum pidana diarahkan kepada tindakan salah (pelanggaran hukum)
terhadap masyarakat. Hukum perdata diarahkan kepada tindakan pelanggaran
hak atas individu atau organisasi. Dalam suatu kasus, seseorang dapat tersangkut
kedua-duanya misalnya; membunuh, maka dapat dituntut pidana karena
pembunuhannya, dan perdata sebagai ganti rugi akibat kematian itu.
2. Common Law Dan Civil Law
Di dunia ada dua sistem hukum yang utama, yaitu civil law dan common
law. Civil law didasarkan pada sistem hukum yang dikodifikasi yang
menetapkan peraturan/ perundangan yang komprehensif, yang kemudian dipakai
dan diinterpretasikan oleh hakim. Sistem tersebut ditandai dengan perundangan
yang ekstensif, misal dibuat Undang-undang yang terdiri dari banyak pasal
untuk mengatur hal-hal tertentu (misal, di Indonesia ada UU pasar modal, UU

perseroan terbatas, dan UU lainnya). Sistem tersebut berasal dari hukum
kekaisaran Roma, meskipun civil law moderen didasarkan pada kodifikasi
hukum di Eropa pada abad 19, khususnya pada masa pemerintahan Napoleon di
Perancis. Sistem civil law merupakan sistem hukum yang paling banyak dipakai
di dunia. Seseorang melakukan kesalahan hukum jika ia melanggar perundangan
yang telah ditetapkan. Sistem peradilan lebih aktif memulai persidangan dan
menentukan keputusannya.
Alternatif dari civil law adalah common law. Common law berkembang
berdasarkan kebiasaan (adat atau custom) yang berkembang sebelum ada hukum
tertulis. Common law menggunakan putusan hakim atau kasus-kasus hukum
yang terjadi sebelumnya (jurisprudensi) sebagai dasar pengambilan keputusan
kasus yang akan diputuskan. Dalam sistem tersebut, pihak-pihak yang berselisih
akan mengajukan kasus kemudian pengadilan akan mendengarkan argumen dari
pihak yang menuduh (plaintiff) dan pihak tertuduh (defendant), untuk sampai
pada keputusan hukum.
Perbedaan antara civil dengan common law bukan hanya pada masalah
kodifikasi hukum (dimana civil mempunyai kodifikasi, sedangkan common law

5


didasarkan pada kasus-kasus hukum sebelumnya), tetapi juga pada pendekatan
terhadap hukum. Pada civil law, perundangan dipandang sebagai sumber utama
hukum. Pengadilan mendasarkan keputusannya pada perundangan tersebut. Pada
common law, kasus-kasus merupakan sumber utama hukum, sementara
perundangan hanya sebagai pelengkap.
Beberapa penulis melihat implikasi ekonomi yang berbeda antara kedua
sistem hukum tersebut. Civil law lebih menekankan stabilitas sosial, sementara
common law memfokuskan pada hak individu. Perbedaan tersebut diyakini oleh
beberapa pihak membawa konsekuensi berbeda terhadap perkembangan
ekonomi negara yang menganut sistem hukum yang berbeda tersebut. Sebagai
contoh, beberapa penulis berpendapat negara dengan sistem common law
memberikan perlindungan terhadap investor lebih baik dibandingkan dengan
negara dengan sistem civil law.
3. Pelanggaran terhadap kewajiban hukum
Kewajiban hukum muncul sebagai akibat pelanggaran hukum. Dalam
bahasa hukum disebut pelanggaran hukum atau legal wrong atau torts.
Pelanggaran hukum dapat dikelpmpokkan menjadi sebagai berikut :
a. Pelanggaran hukum yang disengaja.
b. Kewajiban absolute.
c. Negligence. Negligence dapat diartikan sebagai kegagalan untuk

menjalankan perhatian sesuai dengan standar hukum yang berlaku.
4. Elemen Tindakan Negligence
Tindakan negligence yang dapat berakibat pada pelanggaran hukum dan
denda ganti rugi mempunyai empat elemen yaitu sebagai berikut :
1. Adanya kewajiban hukum untuk melaksanakan perhatian yang memadai.
2. Gagal untuk melaksanakan kewajiban tersebut.
3. Kerusakan atau cedera pada penggugat.
4. Terdapat hubungan sebab akibat antara perbuatan ceroboh dengan
kerusakan.
C. Resiko Kredit4
Resiko kredit adalah resiko yang berkaitan dengan kemungkinan kegagalan
debitur untuk melunasi utangnya baik pokok maupun bunganya pada waktu yang
telah ditentukan.
Resiko kredit dapat timbul karena beberapa hal, antar lain :
1. Debitur tidak dapat melunasi utangnya
4

Ibid, h.58

6

2. Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi yang
dibeli oleh bank tidak dibayar
3. Terjadinya gagal bayar dari semua kewajiban antara bank dengan pihak lain,
misalnya kegagalan dalam membayar kontrak derivatif. 5
Hal –hal yang harus diperhatikan sebelum memberikana kredit disebut 5 C yakni:
1) Character, yaitu kemampuan peminjam (debitur) untuk memenuhi
kewajibannya. Hal ini sangat terkait dengan karakter peminjam.
Peminjam yang mampu mengembalikan pinjamannya tetapi ia memiliki
karakter yang tidak baik, memiliki kemungkinan tidak mengembalikan
pinjamannya pada tanggal yang telah ditentukan. Kondisi ini dapat
mengancam kreditur.
2) Capacity, yaitu kemampuan peminjam untuk melunasi utangnya. Bagi
nasabah yang sudah menjadi langganan, kemampuan ini dapat dibaca
melalui sejarahnya bagi peminjam, namun bagi nasabah baru tentu pihak
yang memberi pinjaman belum punya data.
3) Capital, yaitu posisi finansial peminjam secara keseluruhan. Kondisi ini
dapat dilihat dari analisis keuangan, seperti analisis rasio.
4) Collateral, yaitu aset yang dijaminkan. Jika akibat sesuatu hal peminjam
tidak dapat mengembalikan pinjaman, maka jaminan aset itulah yang
akan digunakan untuk menutup utang tersebut.
5) Condition, yaitu kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian dapat
berpengaruh pada usaha si peminjam. Kondisi perekonomian yang perlu
diwaspadai adalah kondisi perekonomian yang memburuk sehingga
dapat mengancam kelanjutan usaha si peminjam dan berdampak pula
pada

menurunnya

pendapatan,

dan

menyebabkan

kemampuan

mengembalikan pinjaman juga ikut menurun.
Metode pengelolaan risiko kredit :6
Agunan (jaminan asset)
Pemantauan arus kas
Sekuritasi (efek)
Manajemen pemulihan






D. Resiko Pasar 7
5

Sulad, sri hardanto, Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, (jakarta : PT alex media
komputindo,Tahun 2006), h.106
6

Kasidi, Ibid, h.108

7

Ibid,h. 66

7

Risiko pasar (market risk) adalah kerugian yang diderita bank, antara lain
dicerminkan dari posisi on dan off balance sheet bank akibat terjadinya market price
atas aset bank, interest rate dan foreign excanghes rate, market volatility dan market
liqquidity.
Risiko ini muncul akibat adanya harga pasar yang bergerak ke arah yang
merugikan. Risiko ini merupakan risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan
perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar serta hal lain yang mempengaruhi
harga pasar saham, ekuitas maupun komoditas. Bank terkena dampak faktor
pembentuk harga dipasar modal seperti suku bunga karena melakukan hal sebagai
berikut.
1. Traded market risk (jika bank cukup aktif dalam perdagangan instrumen pasar
seperti obligasi yang nilainya sangat terkait dengan market rate).
2. Risiko suku bunga dalam pembukuan bank (bank terkena dampak dari pasar
modal akibat struktur bisnisnya, seperti pemberian pinjaman dari penerimaan
tabungan).
Dua jenis market risk :
a) Specific market risk, adalah risiko terjadinya pengaruh buruk bagi bank sebagai
akibat dari perubahan harga itu secara spesifik dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu atau oleh peristiwa yang menimpa issuer-nya sendiri.
b) General market risk, adalah risiko terjadinya pengaruh buruk bagi bank, sebagai
akibat dari perubahan harga suatu instrumen moneter tertentu, sehingga secara
umum berpengaruh terhadap harga pasar sejumlah instrumen sekuritas. Sebagai
contoh, naik turunnya tingkat suku bunga bank resmi atau official (BI atau SBI)
tentu akan berpengaruh pada tingkat suku bunga perbankan lainnya.
E. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terbagi menjadi dua macam, yaitu risiko likuiditas aset
(asset liquidity risk) dan risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko
likuiditas aset atau sering disebut dengan market/product liquidity risk, timbul ketika
suatu transaksi tidak dapat dilaksanakan pada harga pasar. Yang terjadi akibat
besarnya nilai transaksi relatif terhadap besarnya pasar. Sedangkan risiko likuiditas
pendanaan yang sering disebut dengan cash-flow risk, yaitu risiko ketidakmampuan
memenuhi kewajiban jatuh tempo sehingga mengakibatkan likuidasi. 8
8

Ibid, h.67

8

F. Risiko Operasional 9
Proses penggunaan teknologi yang berdampak pada operasi bank merupakan
risiko yang timbul akibat tindakan manusia. Oleh karena itu, kecurangan,
ketidakjujuran, kegagalan manajemen, sistem pengendalian yang tidak memadai,
prosedur operasional yang tidak tepat, termasuk dalam risiko operasional. Risiko
operasional juga dapat menyebabkan terjadinya risiko pasar dan risiko kredit.
Misalnya, adanya masalah operasional pada transaksi bisnis seperti kegagalan
sattlement akan menciptakan risiko pasar dan risiko kredit, karena kerugian dari
masalah operasional ini besarnya tergantung dari pergerakan harga pasar.
Contoh, bentuk risiko operasional adalah dalam kegagalan baring bank.
Kesalahan baring bank adalah terlalu percaya terhadap salah seorang trader yaitu
nick leeson. Sebagai seorang trader, ia mengerjakan dua fungsi sekaligus yaitu
fungsi front office (sebagai trader) dan fungsi back office (melakukan transaksi atas
transaksinya). Ketika ia memperoleh keuntungan, ia akan mencatatkan keuntungan
tersebut, tetapi ketika mengalami kerugian ia tidak akan mencatat kerugiannya.
Akibatnya, kerugian dari tradingnya tidak akan terkontrol oleh bank sehingga
mengakibatkan kerugian sebesar 1,3 milyar dolar.
Dengan kerugian sebesar itu, praktis modal bank baring terkuras habis untuk
menutup kerugian tersebut. Karena ia melakukan perdagangan atas nama bank maka
bank yang bertanggung jawab. Memang pada tahun tertentu, dia dapat menyumbang
keuntungan dari perdagangannya itu, mencapai sekitar 25% dari total keuntungan
bank baring, sehingga pada saat itu dianggap sebagai pahlawan namun lupa akan
risiko yang dapat diderita akibat kegiatan itu. Contoh tersebut menggambarkan
perusahaan yang mengalami kerugian besar, karena gagal mengantisipasi dan
mengelola risiko operasional.

9

Ibid

9

G. Resiko reputasi10
Resiko ini muncul akibat opini negatif publik terhadap operasional bank,
sehingga dapat mengakibatkan menurunnya jumlah nasabah bank tersebut atau
menimbulkan biaya besar karena gugatan pengadilan atau merosotnya pendapatan
bank. Persepsi publik tentang pasar merupakan penyebab yang cukup signifikan
dalam resiko reputasi. Resiko reputasi bank semakin meningkat dalam hal
keamanan maupun dalam hal pelayanan dewasa ini, karena pasar finansial global
beroperasi 24 jam. Kegagalan bank internasional dapat terjadi kapan saja di belahan
bumi mana saja dan dapat dimonitor seketika juga. Resiko reputasi ini juga dapat
berdampak pada bank-bank lain.
Contoh kasus pada Westminister Bank (NatWest), sebuah bank yang cukup
besar di inggris mengungkapkan adanya black hole pada portofolio opsi yang
nilainya setara 50 juta poundstrerling. Kerugian itu diakibatkan oleh kesalahan
penentuan harga sejak tahun 1994. Kesalahan tersebut dianggap sekedar kelalaian
dan bukan kecurangan. Sebuah artikel di Euromoney pada mei 1997 emlansir
bahwa, seorang pelaku pasar diperbolehkan menentukan harga pasar sendiri di
dalam sistem NatWest, serta menyebutkan juga sistem manajemen interest rate risk
yang dibuat oleh bank tersebut, sehingga tidak dapat menilai posisi perdagangan
secara benar.
Publikasi tersebut menjadi berita yang sangat buruk bagi NatWest karena
membeberkan

ketidakmampuan

bank

tersebut

untuk

mengelola

kegiatan

perdagangan.
H. Risiko Strategik (Strategik Risk)
Risiko ini muncul akibat penerapan strategi yang tidak tepat, pengambilan
keputusan bisnis yang keliru atau bank kurang responsif terhadap perubahan
eksternal, sehingga bank mengalami kerugian. Tahun 1970-an dan awal tahun 1980an, banyak bank-bank di jepang dan Eropa memberikan pinjaman yank cukup besar
kepada negara-negara berkembang. Tahun 1982, negara-negara kurang berkembang

10

Ibid,h.68

10

tersebut mempunyai utang lebih dari $500 billion kepada bank asing, pemerintah
dan lembaga-lembaga keuangan internasional.11
Tingginya harga minyak selama tahun 1970-an, menyebabkan negaranegara anggota OPEC mendapatkan keuntungan yang cukup besar, dana-dana ini
kemudian didepositokan pada bank internasional dan oleh bank internasional danadana ini dipinjamkan kepada negara-negara kurang berkembang yang mampu
menghasilkan return lebih besar, dibandingkan jika diinvestasikan di pasar
domestik. Oleh negara-negara yang kurang berkembang tersebut, pinjaman tersebut
diinvestasikan pada sektor yang tidak produktif.
Akibatnya adalah terjadinya krisis ekonomi yang mendorong terjadinya
restrukturisasi utang dengan memberikan utang baru. Restrukturisasi utang ini
ternyata gagal dan bank-bank internasional mengalami kerugian sangat besar atas
penerapan strategi yang tidak tepat.
I.

Resiko Kepatuhan (Compliance Risk)
Risiko ini terjadi, karena bank tidak mau mematuhi atau tidak mau

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
Dalam praktiknya, resiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait pada
peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Misalnya, risiko
kredit terkait dengan ketentuan kewajiban pemenuhan modal minimum (KPMM),
kualitas aktiva produktif pembentukan penyisihan aktiva produktif (PPAP), batas
maximum pemberian kredit (BMPK), risiko pasar terkait dengan ketentuan posisi
devisa netto (PDN), risiko strategik terkait dengan ketentuan rencana kerja anggaran
tahunan (RKAT) bank.12

11

Ibid, h.69

12

Ibid,h.70

11

KESIMPULAN
Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang
dapat menimbulkan kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah usaha yang secara
rasional ditujukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang
dihadapi. Jenis – jenis risiko yang dibahas dalam makalah ini ada 9 yakni risiko
properti, gugatan, kredit, pasar, likuiditas, operasional, reputasi, strategik, kepatuhan.
Risiko properti merupakan risiko yang mungkin terjadi atas harta benda. Risiko gugatan
merupakan risiko terhadap gugatan antara hak dan kewajiban. Risiko kredit merupakan
risiko yang berkaitan dengan kemungkinan kegagalan debitur untuk melunasi utang.
Risiko pasar muncul akibat adanya harga pasar yang bergerak ke arah yang merugikan.
Risiko likuiditas timbul ketika suatu transaksi tidak dapat dilaksanakan pada harga
pasar. Risiko operasional timbul akibat tindakan manusia. Risiko reputasi muncul akibat
opini negatif publik terhadap operasional bank. Risiko strategik muncul akibat
penerapan strategi yang tidak tepat. Risiko kepatuhan timbul karena pelanggaran
terhadap peraturan atau ketentuan tertentu.

12

DAFTAR PUSTAKA
Hardanto, Sulad sri.2006. Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, (Jakarta : PT alex media
komputindo)

Kasidi. 2014. Manajemen Risiko. (Bogor : Ghalia Indonesia)
Manulang,M. 2002. Pengantar Bisnis. (yogyakarta :Gadjah Mada University Press)

13