LAPORAN HASIL RISET CENTER OF RENEWABLE
LAPORAN HASIL RISET
CENTER OF RENEWABLE ENERGY
Semester Pendek 2014/2015
Analisis Intensitas Radiasi Matahari di Kota Makassar dan Wollongong
Ria Mustika Andrianingtyas
Department of Physics-Energy Engineering, Faculty of Clean Energy and Climate Change, Surya University, Indonesia
Abstrak
Laporan hasil riset ini bertujuan ingin membandingkan perbedaan intensitas radiasi matahari di wilayah
sekitar garis khatulistiwa yakni di lokasi Makassar, Sulawesi Selatan yang terletak
dengan di wilayah yang
jauh dari khatulistiwa yakni di lokasi Wollongong, Australia yang terletak di lintang
. Hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa intensitas radiasi matahari rata-rata tahunan di kota Makassar, Sulawesi Selatan sebesar
sedangkan intensitas radiasi matahari rata-rata tahunan di kota Wollongong, Australia sebesar
. Setelah mendapatkan perbedaan intensitas radiasi matahari rata-rata di kedua lokasi kemudian
membandingkannya dengan jenis solar cell yakni mono-crystalline silicon dengan efisiensi sebesar
untuk
mendapatkan daya rata-rata yang dihasilkan serta dengan lahan seluas 1 ha dalam setahun. Hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa daya yang dihasilkan di kota Makassar, Sulawesi Selatan lebih besar dibandingkan dengan daya
yang dihasilkan di kota Wollongong, Australia. Sehingga dapat dikatakan bahwa letak geografis merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi jumlah intensitas radiasi matahari.
Keyword : Intensitas radiasi matahari, Makassar, Wollongong
1. Pendahuluan
Matahari adalah salah satu fenomena alam yang memiliki manfaat bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi.
Matahari juga merupakan sumber energi yang tidak akan habis dan belum banyak dimanfaatkan oleh manusia.
Bumi menerima energi hampir secara keseluruhan berasal dari matahari melalui radiasi. Radiasi benda hitam
adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam. Radiasi ini menjangkau seluruh
daerah panjang gelombang. Distribusi energi pada daerah panjang gelombang ini memiliki ciri khusus, yaitu suatu
nilai maksimum pada panjang gelombang tertentu. Letak nilai maksimum tergantung pada temperatur, yang akan
bergeser ke arah panjang gelombang pendek seiring dengan meningkatnya temperatur (Susanta, 2012). Menurut
hukum Stefan-Boltzmann bahwa daya total per satuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu
benda hitam panas (intensitas total) adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga dapat
dirumuskan (atophysics, 2008) :
Dengan :
intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua frekuensi
suhu mutlak benda
konstanta Stefan-Boltzmann
Untuk benda panas yang bukan benda hitam akan memenuhi hukum yang sama hanya diberi tambahan
koefisien emsivitas
yang lebih kecil daripada 1, sehingga (atophysics, 2008):
Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai (atophysics, 2008) :
Dengan :
daya radiasi
luas permukaan benda
koefisien emsivitas
suhu mutlak
Radiasi matahari pada objek jarak D dari matahari ditemukan dengan membagi total daya yang dipancarkan
dari matahari dengan luas permukaan di mana sinar matahari jatuh. Total radiasi matahari yang dipancarkan oleh
di mana
dalah jari-jari
matahari diberikan oleh
dikalikan dengan luas permukaan matahari
matahari. Luas permukaan di mana daya dari matahari jatuh akan
. Dimana D adalah jarak dari objek dari
matahari. Oleh karena itu, intensitas radiasi matahari adalah sebagai berikut (Honsberg & Bowden) :
Dimana :
rapat daya di permukaan matahari
yang ditentukan oleh persamaan hitam Stefan-Boltzmann
jari-jari matahari
jarak dari matahari
Gambar 1
Radiasi matahari di luar atmosfer bumi dihitung menggunakan densitas daya radiasi
matahari
, jari-jari matahari
di permukaan
, dan jarak antara bumi dan matahari. Radiasi matahari
. Konstanta yang geometris yang digunakan dalam
yang dihitung pada atmosfer bumi adalah sekitar
perhitungan insiden radiasi matahari di bumi ditunjukkan pada gambar di bawah ini (Honsberg & Bowden,
pveducation.org).
Gambar 2
Nilai radiasi untuk bidang normal terhadap arah radiasi matahari pada atmosfer teratas (radiasi ekstraterestrial)
dihitung dengan (Honsberg & Bowden, pveducation.org) :
Dimana :
densitas daya radiasi di luar atmosfer bumi
nilai konstanta matahari
hari ke- n dalam satu tahun
Sehingga nilai radiasi ekstraterestrial untuk bidang datar adalah sebagai berikut (Siagian, 2013) :
Dengan
adalah sudut zenith.
Dimana :
sudut latitude
sudut jam (hour angle)
sudut deklinasi
Orbit bumi berbentuk elips dengan matahari terletak pada salah satu fokusnya, maka dalam setiap kali
revolusi bumi itu kadang-kadang dekat dan kadang-kadang jauh dari matahari. Titik terjauh disebut aphelium, dan
titik terdekat disebut perihelium. Bumi terletak pada apheliumnya pada tanggal 1 Juli dan jaraknya dari matahari
adalah 152 juta kilometer. Titik periheliumnya dicapai pada 1 Januari, yang jaraknya dari matahari adalah 147 juta
kilometer. Apabila bumi terletak pada periheliumnya, maka bumi akan bergerak dengan cepat. Sebaliknya jika
jauh dari matahari, maka gerakan bumi menjadi lambat (Perihelion, Aphelion dan solstices).
Gambar 3. Orbit bumi
Dari gambar dapat diketahui bahwa nilai titik perihelium
. Jika nilai
ditambah dengan
maka akan didapatkan variabel
ε=
maka akan didapatkan variabel a =
. Jika nilai
. Dari kedua variabel ini akan didapatkan variabel
jarak antara matahari dengan bumi. Sudut
menjadi
dan nilai titik aphelium
dikurang dengan
sebagai
yang terbentuk akan dihubungkan dengan hari sehingga rumusnya
dalam radian serta n adalah jumlah hari dalam satu tahun.
Intensitas radiasi matahari pada suatu wilayah akan berubah tiap waktu, perubahan ini tergantung dari kondisi
atmosfer, posisi (garis lintang), serta waktu (jumlah hari dalam tahun dan lama penyinaran matahari dalam satu
hari) (Septiadi, 2009). Radiasi selalu diukur pada bidang normal, yaitu tegak lurus terhadap sinar datang radiasi.
Berikut adalah hal-hal yang diperhatikan dalam menghitung jumlah radiasi matahari yakni (Siagian, 2013) :
a. Sudut latitude
Sudut lokasi di sebelah utara atau selatan dari equator (khatulistiwa), utara positif;
b. Sudut deklinasi
Sudut posisi matahari terhadap bidang khatulistiwa, utara positif
dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :
. Sudut deklinasi
dimana adalah hari ke-n dalam satu tahun.
c. Sudut jam matahari
Sudut penyimpangan matahari di sebelah timur atau barat garis bujur lokal karena rotasi pada porosnya
sebesar
per jam, sebelum jam 12:00 bernilai negatif, setelah jam 12:00 positif.
dimana
adalah waktu matahari dalam jam
Gambar 4. Latitude, hour angle and sun declination
Untuk mencari nilai intensitas matahari rata-rata dalam sehari sebagai berikut :
Dimana :
h = jam
a = jam pada saat matahari terbit (jam 6 pagi)
b = jam pada saat matahari terbenam (jam 6 sore)
Sehingga untuk mencari nilai intensitas matahari tahunan adalah sebagai berikut :
Dimana d adalah hari dalam satu tahun.
Intensitas radiasi matahari di Indonesia berlangsung selama kurang lebih 12 jam per hari yakni dari jam 6 pagi
sampai jam 6 sore. Sehingga produksi energi matahari pada suatu daerah dapat dihitung sebagai berikut :
Dimana :
P = energi matahari yang dihasilkan
= isolasi /intensitas radiasi matahari rata-rata yang diterima selama setahun
A = luas area
efisiensi panel surya
Dalam laporan ini bertujuan ingin membandingkan perbedaan intensitas radiasi matahari di wilayah sekitar
garis khatulistiwa yakni di lokasi Makassar, Sulawesi Selatan yang terletak
(Current local time in
Makassar, South Sulawesi, Indonesia (Ujung Pandang)) dengan di wilayah yang jauh dari khatulistiwa yakni di
lokasi Wollongong, Australia yang terletak di lintang
(Current local time in Wollongong, New South
Wales, Australia). Setelah mendapatkan perbedaan intensitas radiasi matahari rata-rata di kedua lokasi kemudian
membandingkannya dengan jenis solar cell yakni mono-crystalline silicon dengan efisiensi sebesar
untuk mendapatkan daya rata-rata yang dihasilkan serta dengan lahan seluas 1 ha dalam setahun (Patel, 2006).
Gambar 5. Mono-crystalline silicon
2. Data dan Analisa Data
Dalam laporan ini telah dibuat program untuk mencari nilai intensitas radiasi matahari yakni sebagai berikut:
Gambar 6. Program Scilab
Program diatas dibuat untuk mencari nilai intensitas matahari per jam dalam sehari, kemudian mencari nilai
intensitas rata-rata dalam harian dan tahunan.
Grafik berikut adalah data intensitas radiasi matahari rata-rata di Makassar, Sulawesi Selatan dalam setahun.
Dari grafik diatas dapat dikatakan bahwa total radiasi matahari rata-rata dalam tahunan di Makassar, Sulawesi
Selatan sebesar
Dengan total radiasi matahari rata-rata tahunan tersebut dapat diketahui
besar daya yang dihasilkan dengan jenis solar cell mono-crystalline silicon pada lahan seluas 1 ha sebesar
Lokasi di kota Makassar, Sulawesi Selatan ini terletak pada lintang
di sekitar garis
khatulistiwa, sehingga dapat dikatakan jumlah intensitas radiasi matahari cukup tinggi.
Grafik berikut adalah data intensitas radiasi matahari rata-rata matahari di Wollongong, Australia dalam
setahun.
Dari grafik diatas dapat dikatakan bahwa total radiasi matahari rata-rata dalam tahunan di Wollongong,
Australia sebesar
Dengan total radiasi matahari rata-rata tahunan tersebut dapat diketahui
besar daya yang dihasilkan dengan jenis solar cell mono-crystalline silicon pada lahan seluas 1 ha sebesar
Lokasi di kota Wollongong, Australia ini terletak pada lintang
yang jauh dari garis
khatulistiwa, sehingga dapat dikatakan jumlah intensitas radiasi matahari cukup rendah.
3. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kota Makassar, Sulawesi Selatan memiliki potensi yang
besar untuk pemanfaatan energi matahari dibandingkan dengan kota Wollongong, Australia. Hal ini didukung
oleh ketersediaan radiasi matahari yang cukup besar sepanjang tahun sebesar
. Nilai ini lebih
tinggi daripada kota Wollongong, Australia sebesar
Dengan menggunakan jenis solar cell
yang sama yakni mono-crystalline silicon dan luas lahan sebesar 1 ha, daya yang dihasilkan di kota Makassar,
Sulawesi Selatan sebesar
lebih tinggi dibandingkan dengan daya yang dihasilkan di kota
Wollongong, Australia sebesar
Hal ini dikarenakan lokasi Sulawesi Selatan terletak disekitar garis
khatulistiwa yang mengakibatkan penerimaan jumlah intensitas radiasi matahari lebih banyak daripada wilayah
yang jauh dari garis khatulistiwa. Sehingga dapat dikatakan bahwa letak geografis merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi jumlah intensitas radiasi matahari.
4. Referensi
atophysics. (2008). Retrieved Maret 3, 2015, from https://atophysics.files.wordpress.com/2008/11/materi23.pdf
Current local time in Makassar, South Sulawesi, Indonesia (Ujung Pandang). (n.d.). Retrieved Maret 3, 2015, from
timeanddate.com: http://www.timeanddate.com/worldclock/indonesia/makassar
Current local time in Wollongong, New South Wales, Australia. (n.d.). Retrieved Maret 3, 2015, from
timeanddate.com: http://www.timeanddate.com/worldclock/australia/wollongong
Honsberg, C., & Bowden, S. (n.d.). pveducation.org. Retrieved Februari 23, 2015, from
http://pveducation.org/pvcdrom/properties-of-sunlight/solar-radiation-in-space
Honsberg, C., & Bowden, S. (n.d.). pveducation.org. Retrieved Februari 23, 2015, from
http://pveducation.org/pvcdrom/properties-of-sunlight/solar-radiation-outside-earths-atmosphere
Patel, M. R. (2006). Wind and Solar Power Systems: Design, Analysis, and Operation, Second Edition. USA: Taylor
& Francis Group, LLC.
Perihelion, Aphelion dan solstices. (n.d.). Retrieved Maret 3, 2015, from timeanddate.com:
http://www.timeanddate.com/astronomy/perihelion-aphelion-solstice.html
Septiadi, D. N. (2009). Proyeksi Potensi Energi Surya sebagai Energi Terbarukan (Studi Wilayah Ambon dan
Sekitarnya). Jakarta: BMKG.
Siagian, S. E. (2013). Rancang Bangun Perangkat Lunak Analisis Penyerapan Radiasi Matahari Pada Selubung
Bangunan. Jurnal ELKHA Vol.5, No 1 .
Solar Radiation In Space. (n.d.). Retrieved Februari 14, 2015, from http://www.pveducation.org:
http://www.pveducation.org/pvcdrom/properties-of-sunlight/solar-radiation-in-space
Susanta, P. A. (2012). Makalah Fisika Kuantum Radiasi Benda Hitam. Universitas Udayana.
CENTER OF RENEWABLE ENERGY
Semester Pendek 2014/2015
Analisis Intensitas Radiasi Matahari di Kota Makassar dan Wollongong
Ria Mustika Andrianingtyas
Department of Physics-Energy Engineering, Faculty of Clean Energy and Climate Change, Surya University, Indonesia
Abstrak
Laporan hasil riset ini bertujuan ingin membandingkan perbedaan intensitas radiasi matahari di wilayah
sekitar garis khatulistiwa yakni di lokasi Makassar, Sulawesi Selatan yang terletak
dengan di wilayah yang
jauh dari khatulistiwa yakni di lokasi Wollongong, Australia yang terletak di lintang
. Hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa intensitas radiasi matahari rata-rata tahunan di kota Makassar, Sulawesi Selatan sebesar
sedangkan intensitas radiasi matahari rata-rata tahunan di kota Wollongong, Australia sebesar
. Setelah mendapatkan perbedaan intensitas radiasi matahari rata-rata di kedua lokasi kemudian
membandingkannya dengan jenis solar cell yakni mono-crystalline silicon dengan efisiensi sebesar
untuk
mendapatkan daya rata-rata yang dihasilkan serta dengan lahan seluas 1 ha dalam setahun. Hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa daya yang dihasilkan di kota Makassar, Sulawesi Selatan lebih besar dibandingkan dengan daya
yang dihasilkan di kota Wollongong, Australia. Sehingga dapat dikatakan bahwa letak geografis merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi jumlah intensitas radiasi matahari.
Keyword : Intensitas radiasi matahari, Makassar, Wollongong
1. Pendahuluan
Matahari adalah salah satu fenomena alam yang memiliki manfaat bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi.
Matahari juga merupakan sumber energi yang tidak akan habis dan belum banyak dimanfaatkan oleh manusia.
Bumi menerima energi hampir secara keseluruhan berasal dari matahari melalui radiasi. Radiasi benda hitam
adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam. Radiasi ini menjangkau seluruh
daerah panjang gelombang. Distribusi energi pada daerah panjang gelombang ini memiliki ciri khusus, yaitu suatu
nilai maksimum pada panjang gelombang tertentu. Letak nilai maksimum tergantung pada temperatur, yang akan
bergeser ke arah panjang gelombang pendek seiring dengan meningkatnya temperatur (Susanta, 2012). Menurut
hukum Stefan-Boltzmann bahwa daya total per satuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu
benda hitam panas (intensitas total) adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga dapat
dirumuskan (atophysics, 2008) :
Dengan :
intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua frekuensi
suhu mutlak benda
konstanta Stefan-Boltzmann
Untuk benda panas yang bukan benda hitam akan memenuhi hukum yang sama hanya diberi tambahan
koefisien emsivitas
yang lebih kecil daripada 1, sehingga (atophysics, 2008):
Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai (atophysics, 2008) :
Dengan :
daya radiasi
luas permukaan benda
koefisien emsivitas
suhu mutlak
Radiasi matahari pada objek jarak D dari matahari ditemukan dengan membagi total daya yang dipancarkan
dari matahari dengan luas permukaan di mana sinar matahari jatuh. Total radiasi matahari yang dipancarkan oleh
di mana
dalah jari-jari
matahari diberikan oleh
dikalikan dengan luas permukaan matahari
matahari. Luas permukaan di mana daya dari matahari jatuh akan
. Dimana D adalah jarak dari objek dari
matahari. Oleh karena itu, intensitas radiasi matahari adalah sebagai berikut (Honsberg & Bowden) :
Dimana :
rapat daya di permukaan matahari
yang ditentukan oleh persamaan hitam Stefan-Boltzmann
jari-jari matahari
jarak dari matahari
Gambar 1
Radiasi matahari di luar atmosfer bumi dihitung menggunakan densitas daya radiasi
matahari
, jari-jari matahari
di permukaan
, dan jarak antara bumi dan matahari. Radiasi matahari
. Konstanta yang geometris yang digunakan dalam
yang dihitung pada atmosfer bumi adalah sekitar
perhitungan insiden radiasi matahari di bumi ditunjukkan pada gambar di bawah ini (Honsberg & Bowden,
pveducation.org).
Gambar 2
Nilai radiasi untuk bidang normal terhadap arah radiasi matahari pada atmosfer teratas (radiasi ekstraterestrial)
dihitung dengan (Honsberg & Bowden, pveducation.org) :
Dimana :
densitas daya radiasi di luar atmosfer bumi
nilai konstanta matahari
hari ke- n dalam satu tahun
Sehingga nilai radiasi ekstraterestrial untuk bidang datar adalah sebagai berikut (Siagian, 2013) :
Dengan
adalah sudut zenith.
Dimana :
sudut latitude
sudut jam (hour angle)
sudut deklinasi
Orbit bumi berbentuk elips dengan matahari terletak pada salah satu fokusnya, maka dalam setiap kali
revolusi bumi itu kadang-kadang dekat dan kadang-kadang jauh dari matahari. Titik terjauh disebut aphelium, dan
titik terdekat disebut perihelium. Bumi terletak pada apheliumnya pada tanggal 1 Juli dan jaraknya dari matahari
adalah 152 juta kilometer. Titik periheliumnya dicapai pada 1 Januari, yang jaraknya dari matahari adalah 147 juta
kilometer. Apabila bumi terletak pada periheliumnya, maka bumi akan bergerak dengan cepat. Sebaliknya jika
jauh dari matahari, maka gerakan bumi menjadi lambat (Perihelion, Aphelion dan solstices).
Gambar 3. Orbit bumi
Dari gambar dapat diketahui bahwa nilai titik perihelium
. Jika nilai
ditambah dengan
maka akan didapatkan variabel
ε=
maka akan didapatkan variabel a =
. Jika nilai
. Dari kedua variabel ini akan didapatkan variabel
jarak antara matahari dengan bumi. Sudut
menjadi
dan nilai titik aphelium
dikurang dengan
sebagai
yang terbentuk akan dihubungkan dengan hari sehingga rumusnya
dalam radian serta n adalah jumlah hari dalam satu tahun.
Intensitas radiasi matahari pada suatu wilayah akan berubah tiap waktu, perubahan ini tergantung dari kondisi
atmosfer, posisi (garis lintang), serta waktu (jumlah hari dalam tahun dan lama penyinaran matahari dalam satu
hari) (Septiadi, 2009). Radiasi selalu diukur pada bidang normal, yaitu tegak lurus terhadap sinar datang radiasi.
Berikut adalah hal-hal yang diperhatikan dalam menghitung jumlah radiasi matahari yakni (Siagian, 2013) :
a. Sudut latitude
Sudut lokasi di sebelah utara atau selatan dari equator (khatulistiwa), utara positif;
b. Sudut deklinasi
Sudut posisi matahari terhadap bidang khatulistiwa, utara positif
dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :
. Sudut deklinasi
dimana adalah hari ke-n dalam satu tahun.
c. Sudut jam matahari
Sudut penyimpangan matahari di sebelah timur atau barat garis bujur lokal karena rotasi pada porosnya
sebesar
per jam, sebelum jam 12:00 bernilai negatif, setelah jam 12:00 positif.
dimana
adalah waktu matahari dalam jam
Gambar 4. Latitude, hour angle and sun declination
Untuk mencari nilai intensitas matahari rata-rata dalam sehari sebagai berikut :
Dimana :
h = jam
a = jam pada saat matahari terbit (jam 6 pagi)
b = jam pada saat matahari terbenam (jam 6 sore)
Sehingga untuk mencari nilai intensitas matahari tahunan adalah sebagai berikut :
Dimana d adalah hari dalam satu tahun.
Intensitas radiasi matahari di Indonesia berlangsung selama kurang lebih 12 jam per hari yakni dari jam 6 pagi
sampai jam 6 sore. Sehingga produksi energi matahari pada suatu daerah dapat dihitung sebagai berikut :
Dimana :
P = energi matahari yang dihasilkan
= isolasi /intensitas radiasi matahari rata-rata yang diterima selama setahun
A = luas area
efisiensi panel surya
Dalam laporan ini bertujuan ingin membandingkan perbedaan intensitas radiasi matahari di wilayah sekitar
garis khatulistiwa yakni di lokasi Makassar, Sulawesi Selatan yang terletak
(Current local time in
Makassar, South Sulawesi, Indonesia (Ujung Pandang)) dengan di wilayah yang jauh dari khatulistiwa yakni di
lokasi Wollongong, Australia yang terletak di lintang
(Current local time in Wollongong, New South
Wales, Australia). Setelah mendapatkan perbedaan intensitas radiasi matahari rata-rata di kedua lokasi kemudian
membandingkannya dengan jenis solar cell yakni mono-crystalline silicon dengan efisiensi sebesar
untuk mendapatkan daya rata-rata yang dihasilkan serta dengan lahan seluas 1 ha dalam setahun (Patel, 2006).
Gambar 5. Mono-crystalline silicon
2. Data dan Analisa Data
Dalam laporan ini telah dibuat program untuk mencari nilai intensitas radiasi matahari yakni sebagai berikut:
Gambar 6. Program Scilab
Program diatas dibuat untuk mencari nilai intensitas matahari per jam dalam sehari, kemudian mencari nilai
intensitas rata-rata dalam harian dan tahunan.
Grafik berikut adalah data intensitas radiasi matahari rata-rata di Makassar, Sulawesi Selatan dalam setahun.
Dari grafik diatas dapat dikatakan bahwa total radiasi matahari rata-rata dalam tahunan di Makassar, Sulawesi
Selatan sebesar
Dengan total radiasi matahari rata-rata tahunan tersebut dapat diketahui
besar daya yang dihasilkan dengan jenis solar cell mono-crystalline silicon pada lahan seluas 1 ha sebesar
Lokasi di kota Makassar, Sulawesi Selatan ini terletak pada lintang
di sekitar garis
khatulistiwa, sehingga dapat dikatakan jumlah intensitas radiasi matahari cukup tinggi.
Grafik berikut adalah data intensitas radiasi matahari rata-rata matahari di Wollongong, Australia dalam
setahun.
Dari grafik diatas dapat dikatakan bahwa total radiasi matahari rata-rata dalam tahunan di Wollongong,
Australia sebesar
Dengan total radiasi matahari rata-rata tahunan tersebut dapat diketahui
besar daya yang dihasilkan dengan jenis solar cell mono-crystalline silicon pada lahan seluas 1 ha sebesar
Lokasi di kota Wollongong, Australia ini terletak pada lintang
yang jauh dari garis
khatulistiwa, sehingga dapat dikatakan jumlah intensitas radiasi matahari cukup rendah.
3. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kota Makassar, Sulawesi Selatan memiliki potensi yang
besar untuk pemanfaatan energi matahari dibandingkan dengan kota Wollongong, Australia. Hal ini didukung
oleh ketersediaan radiasi matahari yang cukup besar sepanjang tahun sebesar
. Nilai ini lebih
tinggi daripada kota Wollongong, Australia sebesar
Dengan menggunakan jenis solar cell
yang sama yakni mono-crystalline silicon dan luas lahan sebesar 1 ha, daya yang dihasilkan di kota Makassar,
Sulawesi Selatan sebesar
lebih tinggi dibandingkan dengan daya yang dihasilkan di kota
Wollongong, Australia sebesar
Hal ini dikarenakan lokasi Sulawesi Selatan terletak disekitar garis
khatulistiwa yang mengakibatkan penerimaan jumlah intensitas radiasi matahari lebih banyak daripada wilayah
yang jauh dari garis khatulistiwa. Sehingga dapat dikatakan bahwa letak geografis merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi jumlah intensitas radiasi matahari.
4. Referensi
atophysics. (2008). Retrieved Maret 3, 2015, from https://atophysics.files.wordpress.com/2008/11/materi23.pdf
Current local time in Makassar, South Sulawesi, Indonesia (Ujung Pandang). (n.d.). Retrieved Maret 3, 2015, from
timeanddate.com: http://www.timeanddate.com/worldclock/indonesia/makassar
Current local time in Wollongong, New South Wales, Australia. (n.d.). Retrieved Maret 3, 2015, from
timeanddate.com: http://www.timeanddate.com/worldclock/australia/wollongong
Honsberg, C., & Bowden, S. (n.d.). pveducation.org. Retrieved Februari 23, 2015, from
http://pveducation.org/pvcdrom/properties-of-sunlight/solar-radiation-in-space
Honsberg, C., & Bowden, S. (n.d.). pveducation.org. Retrieved Februari 23, 2015, from
http://pveducation.org/pvcdrom/properties-of-sunlight/solar-radiation-outside-earths-atmosphere
Patel, M. R. (2006). Wind and Solar Power Systems: Design, Analysis, and Operation, Second Edition. USA: Taylor
& Francis Group, LLC.
Perihelion, Aphelion dan solstices. (n.d.). Retrieved Maret 3, 2015, from timeanddate.com:
http://www.timeanddate.com/astronomy/perihelion-aphelion-solstice.html
Septiadi, D. N. (2009). Proyeksi Potensi Energi Surya sebagai Energi Terbarukan (Studi Wilayah Ambon dan
Sekitarnya). Jakarta: BMKG.
Siagian, S. E. (2013). Rancang Bangun Perangkat Lunak Analisis Penyerapan Radiasi Matahari Pada Selubung
Bangunan. Jurnal ELKHA Vol.5, No 1 .
Solar Radiation In Space. (n.d.). Retrieved Februari 14, 2015, from http://www.pveducation.org:
http://www.pveducation.org/pvcdrom/properties-of-sunlight/solar-radiation-in-space
Susanta, P. A. (2012). Makalah Fisika Kuantum Radiasi Benda Hitam. Universitas Udayana.