PENGUMPULAN DATA PENELITIAN KEBIJAKAN

  PENGUMPULAN DATA PENELITIAN KEBIJAKAN

PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

  

DAFTAR ISI

  I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

  A. Pengertian Pengumpulan Data ..............................................................1

  B. Data .......................................................................................................2

  II TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA.........................................4

  A. Teknik Pengumpulan Data....................................................................4

  B. Alat pengumpul data .............................................................................5

  III TEKNIK PENGUMPULAN DATA DENGAN WAWANCARA................7

  A. Membuat Butir-butir Pertanyaan...........................................................7

  B. Merakit Instrumen .................................................................................8

  C. Mengukur validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan kualitas instrumen penelitian ..............................................................................8 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

  I PENDAHULUAN

  Pada Bab I ini diuraikan tentang pengertian pengumpulan data, jenis data, sumber data dan cara memperoleh data. Secara lengkap diuraikan di bawah ini.

A. Pengertian Pengumpulan Data Dalam setiap kegiatan penelitian selalu ada beberapa tahap yang perlu dilakukan.

  Dimulai dari penyusunan rencana, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan dan tahap terakhir adalah penyusunan laporan. Untuk setiap tahapan tersebut ada beberapa kegiatan yang lebih rinci. Pada tahap pelaksanaan salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data. Seperti telah diketahui bahwa hakekat dari penelitian pada dasarnya adalah selalu berhubungan dengan data. Secara umum penelitian diartikan sebagai suatu upaya/proses ilmiah yang dilakukan secara sistematis dan teratur, untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Sifat ilmiah menitik beratkan kegiatan penelitian sebagai usaha menemukan kebenaran yang obyektif. Oleh karena itu pengumpulan / dukungan adanya data dan informasi yang bersifat empiris sangat diperlukan sebagai bukti ilmiah. (1989, Sutrisno Hadi, 1973, Leedy, 1980). Dalam suatu penelitian, pengumpulan data dengan sendirinya juga merupakan aktivitas ilmiah artinya pelaksanaannya menggunakan metode ilmiah dam landasan berpikir ilmiah. Hal ini juga berarti bahwa pengumpulan data dalam suatu penelitian bukanlah aktivitas yang insidental dan trial and error, bukanlah suatu aktivitas coba-coba, yaitu mengumpulkan apa saja yang dijumpai secara kebetulan. Pengumpulan data dalam penelitian merupakan kegiatan yang terarah, dengan sengaja mencari bahan-bahan yang telah ditentukan lebih dahulu dalam rencana penelitian. Dalam pelaksanaannya pengumpulan data dilaksanakan setelah ditentukan data apa yang diperlukan dan dimana data tersebut diperoleh. Bila mana kedua hal tersebut telah ditentukan maka perlu ditentukan cara apa yang digunakan untuk mendapatkan/mengumpulkan data. Setelah cara ditentukan, untuk mendapatkan data diperlukan alat untuk mengumpulkan data yang sering disebut sebagai instrumen penelitian. Dengan demikian bila (a) data yang diperlukan sudah ditentukan, (b) sumber data sudah diketahui, (c) cara dan (d) alat yang digunakan untuk memperoleh data ditetapkan, kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan pengumpulan data. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pengumpulan data adalah masalah metodologik yaitu masalah yang khusus membicarakan tentang desain dan tehnik pengumpulan data.

B. Data

  Seperti telah disebutkan di atas bahwa pada dasarnya suatu penelitian itu selalu berhubungan dengan data. Oleh karena itu ada aktivitas pengumpulan data dan bahkan data yang diperlukan menentukan cara pengumpulan data. Data dalam suatu penelitian adalah catatan–catatan berupa fakta yang diperoleh dalam kegiatan pengumpulan data. Data tersebut harus tepat dan cukup sehingga dapat mengantarkan seorang peneliti pada perumusan kesimpulan yang baik dan benar. Ketepatan dan kecukupan data dalam suatu penelitian dipengaruhi banyak faktor, seperti misalnya tingkat pemahaman peneliti terhadap masalah yang diteliti, alat yang digunakan dalam pengumpulan data, cara pengumpulan data dan dengan sendirinya pemahaman terhadap data itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu ada baiknya kita bicarakan secara singkat tentang data dalam kaitannya dengan suatu penelitian.

  Ada beberapa pengelompokan data yang menurut beberapa penulis disebutkan dengan cara berbeda walaupun intinya sama (Hadari Nawawi, 1992, Sutrisno Hadi, 1973, Soeratno, 1988). Dalam hal ini pengelompokan data akan dijelaskan berdasarkan(1) jenis, (2)sumber, dan (3) cara memperolehnya.

1. Jenis Data

  Berdasarkan jenis (atau sering disebut sifat), data dalam suatu penelitian bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu (a) data kuantitatif dan (b) data kualitatif.

  a. Data kuantitatif adalah data yang ditunjukkan dalam bentuk angka atau numerik yang merupakan hasil penghitungan secara matematik dan dapat diukur secara langsung. Untuk memperjelas hal ini berikut diberikan suatu ilustrasi. Seorang guru ingin mengetahui rata-rata tinggi badan siswanya. Diperoleh catatan ada siswa yang tingginya 150 cm, 155 cm, 165 cm, 170 cm, dan seterusnya sampai semua tinggi badan siswa diketahui dan dicatat. Catatan tinggi badan yang dinyatakan dengan angka-angka tersebut merupakan data kuantitaif. Contoh data kuantitatif lain adalah jumlah guru, jumlah pegawai, jumlah siswa mengulang kelas, dan lain-lain.

  b.

  Data kualitatif adalah data yang menunjukkan mutu atau kualitas dari

  sesuatu, dapat berupa keadaan, proses, kejadian/peristiwa dan sebagainya yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata. Jadi data kualitatif lebih merupakan wujud kata-kata dari pada deretan angka-angka. Contoh pernyataan dalam bentuk perkataan yang menunjukkan data kualitatif adalah: jumlah anak putus sekolah meningkat, orang tua sekolah tersebut miskin, rerata NEM SD di Kabupaten A merosot, dan lain-lain.

  2. Sumber Data

  Sumber data pada dasarnya berhubungan dengan dimana data dapat diperoleh. Secara umum sumber data dikelompokkan menjadi (a) sumber data berupa pribadi-pribadi/seseorang dan (b) sumber data berupa dokumen/ benda yang berupa naskah, laporan , buku harian dan lainnya.

  3. Cara Memperoleh Data

  Ditinjau dari cara memperolehnya maka data dapat dibedakan menjadi (a) data primer dan (b) data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh oleh suatu organisasi atau perorangan dalam bentuk yang sudah jadi, seperti misalnya berupa dokumen dan publikasi. II TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA Pada Bab II ini dijelaskan teknik pengumpulan data dan alat pengumpulan data.

  Secara lengkap diuraikan di bawah ini.

A. Teknik Pengumpulan Data

  Ada beberapa teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu:

1. Teknik Komunikasi

  Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis antara pengumpul data dengan pihak pemberi data. Dalam teknik ini terjadi proses bertanya/meminta data dan menjawab/memberi data. Teknik ini dibedakan menjadi: a. Teknik komunikasi langsung; dilakukan dengan mengadakan kontak langsung secara lisan (face to face relationship) antara pengumpul data dengan pemberi data. Teknik ini sering disebut dengan teknik wawancara.

  Teknik komunikasi tidak langsung; dilakukan dengan kontak tidak b. langsung antara pengumpul data dengan pemberi data, tetapi melalui alat lain yang pada umumnya berbentuk pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh pemberi data. Teknik ini sering disebut dengan teknik kuesioner.

  Dalam teknik komunikasi ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu (a) bahasa dan (b) pendekatan. Penggunaan bahasa yang baik, jelas, menarik dan sopan akan sangat membantu keberhasilan teknik ini. Begitu pula pengumpul data sendiri hendaknya mempunyai sikap yang tidak membuat pemberi data merasa tidak senang. Pengumpul data perlu bersikap sopan dan simpatik yang dapat menimbulkan kedekatan dengan pemberi data. Secara rinci teknik wawancara dan teknik kuesioner akan dijelaskan pada Bab III dan Bab V.

  2. Teknik Observasi/Pengamatan

  Teknik pengumpulan data ini dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala (data) yang tampak pada objek penelitian. Teknik ini juga dilakukan secara langsung maupun tidak secara langsung serta dengan partisipasi. Rincian tentang hal ini ada pada Bab IV.

  3. Teknik Pengukuran

  Teknik ini digunakan untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek atau bidang tertentu yang diukur kemudian dibandingkan dengan suatu norma ideal yang relevan dengan maksud penelitian. Dibidang pendidikan, teknik ini misalnya dilakukan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui tes.

  Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan tertulis sebagai dokumen dan juga bentuk lainnya seperti buku-buku, koran, majalah dan lainnya yang sejenis. Data tertulis itu diklasifikasikan dan dibuat kategorinya agar dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah penelitian. Contoh penggunaan teknik ini misalnya adalah dalam studi tentang perkembangan kurikulum SD di Indonesa. Pada penelitian seperti ini pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan telahan pedoman kurikulum SD dari tahun ke tahun untuk mendapat data tentang perubahan dan perkembangan yang sudah terjadi.

  Berkaitan dengan teknik pengumpulan data, sesuai dengan tujuan penulisan buku ini dalam Bab-Bab berikutnya akan diuraikan tentang tehnik pengumpulan data dengan (a) wawancara, (b) kuesioner dan (c) observasi.

B. Alat pengumpul data

  Alat untuk mengumpulkan data sering disebut dengan instrument. Bentuk alat pengumpul data tersebut sangat erat hubungannya dengan teknik pengumpulan data yang digunakan. Dalam pelaksanaan sering juga digunakan dua alat pengumpul data untuk mendapat suatu data yang diinginkan. Dengan kata lain, sering ada penggabungan penggunaan alat pengumpul data untuk mendapatkan data yang lebih komprehensif.

  1. Alat pengumpul data dalam bentuk catatan

  Berbagai bentuk catatan digunakan mulai dari lembaran/buku catatan yang sederhana (disebut anecdotal record dan incidental record) sampai dengan catatan yang sudah diberi rambu-rambu yang disebut dengan check list.

  Anecdotal record adalah alat untuk mencatat kejadian/gejala yang muncul

  seketika dan perlu segera dicatat. Sedangkan incidental record pada dasarnya sama dengan anecdotal record hanya pemanfaatannya pada waktu-waktu tertentu, misalnya setiap 3 jam, 1 hari, dll. Selanjutnya checklist digunakan untuk mencatat data yang rincian gejala atau unsur yang ingin diketahui telah disusun secara teratur dalam suatu daftar. Pengumpul data tinggal membubuhkan tanda chek (misalnya dengan tanda V) setiap gejala yang diamati muncul atau terjadi. Catatan ini pada umumnya digunakan dalam teknik pengumpulan data komunikatif/wawancara dan pengamatan/

  2. Alat pengumpul data: kuesioner

  Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah atau belum diberi alternatif jawabannya. Penggunaan alat penelitian ini sangat popular karena relative mudah dilakukan dan bisa masuk dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif.

  

3. Alat pengumpul data dengan menggunakan kartu ikhtisar, kartu

kutipan, kartu ulasan

  Alat ini digunakan dalam pengumpulan data dengan tehnik dokumenter. Pada kartu-kartu tersebut pada umumnya dicantumkan sumber/nama dokumen yang bersangkutan.

  4. Alat pengumpul data dengan berbagai jenis tes

  Tes pada umumnya diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis dalam dirinya. Aspek psikologis itu dapat berupa kecerdasan, sikap, minat, bakat, dan lain-lain. III TEKNIK PENGUMPULAN DATA DENGAN WAWANCARA Bab III akan diuraikan tentang langkah-langkah membuat instrument penelitian.

  Isinya antara lain membuat butir-butir pertanyaan, merakit instrument, dan mengukur validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan kualitas instrumen penelitian Secara lengkap diuraikan di bawah ini. Dalam penelitian kuantitatif, instrumen atau alat pengumpul data kadang-kadang tidak perlu dibuat sendiri, karena telah tersedia instrumen baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu, sepanjang teori/ konsep yang digunakan sebagai landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori/ konsep yang diacu dalam penelitian kita. Namun bila tidak ada instrumen baku, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:

  1. Membuat butir-butir pertanyaan,

  2. Merakit instrument, 3. Mengukur validitas dan reliabilitas.

A. Membuat Butir-butir Pertanyaan Menulis butir-butir instrumen dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan.

  Perumusan isi pertanyaan harus jelas dan sederhana sehingga mudah dipahami pengisi instrument (responden). Ada beberapa hal yang harus dihindari, yakni:

  1. Penggunaan kata-kata/ bahasa yang tidak sesuai dengan kemampuan responden, seperti pengunaan jargon-jargon teknis tertentu,

  2. Penggunaan kalimat-kalimat yang menggiring ke arah jawaban tertentu (leading question),

  3. Penggunaan kalimat-kalimat yang tidak jelas relevansinya dengan indikator penelitian,

  4. Penggunaan kalimat-kalimat yang mengandung makna ganda sehingga membingungkan (double barreled question),

  5. Penggunaan kalimat-kalimat yang panjang sehingga sulit untuk dimengerti.

B. Merakit Instrumen

  Dalam pengemasan butir-butir pertanyaan menjadi suatu perangkat instrument yang rapih dan siap digunakan, peneliti hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

  1. Menata urutan butir-butir pertanyaan/ pernyataan secara logis, serta mengalir dari pertanyaan yang mudah ke pertanyaan yang sulit dan dari pertanyaan yang umum ke pertanyaan yang sensitive,

  2. Memberikan penjelasan tentang tata cara mengisi pertanyaan (seperti apakah jawaban dilingkari/ disilang, diisi atau diberi tanda centang),

  3. Memberikan kata pengantar yang antara lain berisi tentang tujuan penelitian, penyelenggara penelitian),

  4. Mencetak dan mendesain tampilan daftar pertanyaan sedemikian rupa sehingga rapih dan menarik untuk dijawab responden.

  

C. Mengukur validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan kualitas

instrumen penelitian

  Kualitas instrumen penelitian mempengaruhi kualitas data yang dikumpulkan. Pada penelitian kebijakan, kebenaran dan kualitas usulan kebijakan dan juga dapat berarti kebenaran dan kualitas kebijakan pimpinan, sangat tergantung dari data yang digunakan. Oleh sebab itu kualitas instrumen secara tidak langsung berpengaruh kepada kualitas kebijakan yang ditetapkan. Dengan ini maka jelas bahwa kualitas instrumen merupakan faktor yang sangat penting pada penelitian kebijakan. Secara teknis, ukuran “berkualitas” suatu instrumen dilihat dari dua hal, yaitu validitas dan reliablitas.

1. Kualitas Instrumen Penelitian

  Kualitas alat pengumpul data mempengaruhi kualitas data yang dikumpulkan. Pada penelitian kebijakan, kebenaran dan kualitas usulan kebijakan dan juga dapat berarti kebenaran dan kualitas kebijakan pimpinan, sangat tergantung dari data yang digunakan. Oleh sebab itu kualitas instrumen secara tidak langsung berpengaruh kepada kualitas kebijakan yang ditetapkan. Dengan ini maka jelas bahwa kualitas instrumen merupakan faktor yang sangat penting pada penelitian kebijakan. Berturut-turut berikut ini disajikan secara singkat bahasan tentang faktor-faktor yang menentukan kualitas data dan cara praktis dan sederhana yang lazim digunakan dalam menguji instrumen guna meningkatkan kualitasnya.

  2. Faktor Penentu Kualitas Instrumen Kualitas instrumen ditentukan oleh dua hal, yaitu validitas, dan reliabilitas.

  Validitas instrumen penelitian adalah kemampuan instrumen tersebut untuk

  mengukur sesuatu yang hendak diukur (valid = sah). Misalnya, sebatang meteran kayu (sebatang kayu panjangnya satu meter dengan skala sampai tingkat sentimeter) valid sebagai instrumen untuk mengukur panjang rumah (katakan, sembilan setengah meter). Namun demikian kemampuan untuk mengukur sesuatu yang akan diukur tersebut tergantung kepada apa yang akan diukur. Dengan kata lain, instrumen yang valid untuk mengukur suatu variabel belum tentu valid untuk mengukur variabel yang lain. Dengan contoh yang sama maka meteran tersebut tidak valid untuk mengukur lebar celah antara kedua kutub busi, yang misalnya berjarak 2 milimeter.

  Reliabilitas instrumen penelitian adalah tingkat kekonsistenan dan

  ketepatan hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut

  (reliable = dapat dipercaya). Instrumen penelitian kebijakan harus

  menunjukkan hasil yang relatif sama ketika pengukuran diulang atau pengukuran terhadap kelompok lain yang memang kurang lebih sama. Berikut adalah contoh sebuah pertanyaan dari instrumen yang tidak akan memberikan hasil yang konsisten.

  1. Seberapa jauh jarak dari pemukiman penduduk ke SD terdekat? (a) Sepelemparan batu (b) Dekat (c) Perjalanan sehari

  Pada contoh di atas, kita sering salah persepsi terhadap arti dekat yang diberikan oleh penduduk desa. Mereka menjawab pertanyaan kita bahwa jarak ke balai desa adalah dekat, tetapi setelah kita jalani selama dua jam jalan kaki belum sampai juga. Dalam kasus ini, dekat tidak memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila ditanyakan oleh orang yang berbeda. Oleh karena itu seharusnya menggunakan pengukuran yang jelas satuannya, misalnya 100 m, 300 m dan seterusnya.

  3. Cara Praktis Menguji Kualitas Instrumen

  Terdapat berbagai cara untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, dari yang rumit dan canggih sampai ke yang praktis dan sederhana. Cara yang praktis dan sering digunakan adalah dengan mengujicobakan instrumen tersebut terhadap kelompok kecil yang serupa dengan calon responden penelitian. Namun demikian, masih ada cara yang lebih praktis sebelum ujicoba terhadap kelompok kecil tersebut dilakukan, yaitu meminta pendapat/pandangan atau reviu dengan teman-teman sendiri. Reviu dengan teman-teman ini digunakan untuk meningkatkan kualitas instrumen sebelum dicobakan kepada kelompok kecil, yang jelas makan waktu dan biaya. Reviu dengan teman ini sekedar melengkapi dan tidak dapat menggantikan ujicoba kepada kelompok kecil yang serupa dengan calon responden tersebut. Hasil ujicoba kemudian diperiksa untuk mengetahui apakah responden dapat menjawab pertanyaan, lalu kalau dapat menjawab apakah jawaban yang diberikan telah sesuai dengan yang diinginkan. Setelah hasil ujicoba dianalisis, instrumen tersebut mungkin perlu perbaikan. Setelah diperbaiki, instrumen perbaikan tersebut perlu dicobakan lagi kepada kelompok kecil yang lain yang juga serupa dengan calon responden. Dalam analisis hasil ujicoba perlu dilihat apakah hasil pengukuran memang pertanyaan tentang latarbelakang responden. Pertanyaan-pertanyaannya a.l. adalah:

  1. Umur?

  2. Jenis kelamin?

  3. Status?

  Terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut jawaban yang diberikan kemungkinan dapat berupa: sudah tua (umur), besar dan panjang (jenis kelamin), dan menganggur (status). Analisis validitas menyatakan bahwa pengukuran tidak menghasilkan sesuatu yang hendak diukur. Dari pertanyaan tentang jenis kelamin diharapkan dijawab dengan pria, atau wanita dan dari status diharapkan dijawab dengan menikah atau belum menikah. Dengan ini maka kedua pertanyaan tersebut tidak mengukur sesuatu yang ingin diukur oleh peneliti, sehingga data yang diperoleh salah sama sekali.

  Analisis reliabilitas memperlihatkan unsur ketepatan jawaban belum diperoleh dari pertanyaan tentang umur, karena sebetulnya yang diinginkan adalah umur yang pasti berapa tahun. Sudah tua dapat memberikan penafsiran tentang usia seseorang dalam satuan tahun yang berbeda-beda. Selanjutnya, unsur kekonsistenan ditinjau dengan membandingkan jawaban dari responden yang satu dengan responden yang lain. Sebagai contoh, pada pertanyaan tentang umur, responden yang lain menjawab bahwa ia adalah agak tua. Dalam hal ini jawaban yang diperoleh dapat dianggap tidak konsisten karena tua, dapat terdiri dari agak tua, tua, dan sangat tua. Apakah sudah tua pada jawaban pertama mengacu kepada tua pada jawaban ke dua? Tidak ada sumber informasi yang dapat membantu memilih jawaban yang dimaksud sehingga unsur kekonsistenan, khususnva dalam kasus ini adalah skala yang digunakan, tidak terpenuhi. Dari hasil ujicoba dan analisis yang mengikutinya, diperoleh penyempurnaan berikut.

  1. Umur? …. tahun.

  2. Jenis kelamin? Pria / wanita

  3. Status perkawinan? Menikah / belum menikah

  Setelah diujicoba lagi, maka analisis validitas masih belum memuaskan karena jawaban responden adalah sebagai berikut Reponden 1 1. Umur? 24 tahun.

  2. Jenis kelamin? Pria / wanita

  3. Status perkawinan? Menikah/ belum menikah

  Responden 2

  1. Umur? 35 tahun

  2. Jenis kelamin? Pria / wanita

  3. Status perkawinan? Menikah / belum menikah

  Data Yang meragukan adalah apakah kedua responden tersebut semuanya wanita, ataukah yang pertama wanita dan yang kedua pria? Demikian juga dengan status perkawinannya. Peneliti tidak dapat memperoleh dasar yang kuat untuk menetapkan bahwa responden ke dua adalah pria yang sudah menikah, mungkin saja ia adalah wanita yang belum menikah. Melihat hasil ujicoba ke dua yang semacam itu maka, perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Umur? …. tahun.

  2. Jenis kelamin? Pria/wanita (lingkari pilihan yang sesuai).

  

3. Status perkawinan? Menikah/belum menikah (lingkari pilihan yang sesuai). Setelah diuji coba lagi, jawaban yang diperoleh adalah sebagai berikut: Reponden 7 1. Umur? 44 tahun.

  2. Jenis kelamin? Pria / wanita (lingkari pilihan yang sesuai).

  

3. Status perkawinan? Menikahlbelum menikah (lingkari pilihan yang

sesuai).

  Responden 22 1. Umur? 49 tahun.

  2. Jenis kelamin? Pria /wanita (lingkari pilihan yang sesuai).

  

3. Status perkawinan? Menikahl belum menikah (lingkari pilihan yang

sesuai).

  Mengapa peneliti tidak memperoleh data tentang status perkawinan dari responden 7 dan 22? Apakah kejadian serupa dalam pengumpulan data yang sebenarnya nanti dibiarkan saja (dan risikonya adalah semua data dari responden-responden semacam itu tidak digunakan?). Mengapa reponden tersebut tidak menjawab pertanyaan status perkawinan? Ternyata alasannya adalah karena pilihan yang disediakan tidak lengkap sehingga mereka tidak dapat memilih. Responden 7 ternyata sudah hidup sendiri lagi dan responden 22 ternyata memang telah memutuskan tidak akan menikah selamanya. Dengan demikian seharusnya dalam pilihan jawaban status perkawinan terdapat janda serta duda. Untuk mengakomodasikan jawaban responden 22 dapat ditambah “tidak menikah”.

DAFTAR PUSTAKA

  Keppel, G. 1982. Design & Analysis: A Reseacher’s Handbook. New Jersey, Prentice-Hall

  Oppenheim, A. N. 1966. Questionnaire Design and Attitude Measurement. New York, Basic Book, Inc. Thorndike, R. L. 1982. Applied Psychometrics. Boston, Houghton Mifflin Co.