Mengungkap Moral Hazard Pada Akad Murabahah Al-Wakalah di Sebuah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo

Media Trend

Berkala Kajian Ekonomi dan Studi Pembangunan

http://journal.trunojoyo.ac.id/mediatrend

Mengungkap Moral Hazard Pada Akad Murabahah Al-Wakalah di Sebuah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo

Sri Apriyanti Husain 1,* , Unti Ludigdo 2, , Noval Adib 3

1 Program Magister Universitas Brawijaya 2,3 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya

Informasi Artikel

ABSTRACT

Sejarah artikel:

Sharia banks as part of Islamic financial institutions are inseparable from

Diterima April 2017 Disetujui Agustus 2017

moral hazard practices. Moral hazard is an act born from the existence of

Dipublikasikan Oktober

information asymmetry. This study aims to explore how customers and

employees perform moral hazard on murabahah al-wakalah in a Syariah

Keywords:

Bank in Gorontalo Province. This research uses etnometodology as a

Moral Hazard,

research methodology. using etnometodology is because etnometodology

Employee, Sharia Banks

is a suitable methodology to reveal how customers and employees perform moral hazard on murabahah al-wakalah in a Syariah Bank in Gorontalo Province. Moral hazard that occurs in a Sharia Bank in Gorontalo Province is conducted by banks and financing customers. Moral hazard conducted by the bank first, the bank does not provide transparency akad used. Second, banks do not provide transparency of product financing information. Third, banks are more concerned with customer installments. Fourth, banks do not conduct monitoring and evaluation. Fifth, the bank only asks the customer just to sign without explaining to the customer.

© 2017 MediaTrend

Penulis korespondensi: E-mail: [email protected]

DOI: http://dx.doi.org/10.21107/mediatrend.v12i2.2786 2460-7649 © 2017 MediaTrend. All rights reserved.

Sri Apriyanti Husain, dkk. MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

Pendahuluan

Perbankan merupakan salah satu industri keuangan yang erat kaitannya dengan moral hazard. Al-Qur’an meman- dang bahwa perilaku moral hazard ini merupakan perilaku yang menimbulkan kemudharatan bukan hanya untuk pelaku moral hazard itu sendiri melainkan bagi banyak pihak. Moral hazard dalam bank syariah bisa berasal dari sifat dasar yang dimiliki oleh nasabah yang disebabkan faktor lain seperti dipengaruhi oleh orang lain (Wahyudi, Dewi, Rosmanita, Prasetyo, Putri, dan Haldir, 2013). Masalah-masalah lain yang terjadi dalam pembiayaan dise- babkan oleh analisis pembiayaan yang keliru dan buruknya karakter nasabah. Pembiayaan yang macet juga disebabkan oleh faktor internal dan nasabah. Penye- bab lainnya muncul dari faktor eksternal seperti kegagalan bisnis dan ketidakmam- puan manajemen.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa setiap lembaga keuangan syariah baik itu pegadaian syariah, koperasi syariah (BMT), pasar modal syariah dan terlebih lagi per- bankan syariah, tentunya tidak terlepas dari praktik moral hazard. Moral hazard di Bank Syariah seperti yang terjadi dalam skema bagi hasil (sebagai contoh dalam akad mudharabah) merupakan masalah yang timbul ketika mudharib menggunakan pembiayaan yang diterimanya tidak sesuai dengan yang diperjanjikan (Prasetyo, 2013). Moral hazard dalam skema ini lebih besar daripada skema bunga mengingat dampaknya terhadap besaran bagi hasil. Pada skema bunga menurut (Prasetyo, 2013) dapat ditoleransi sepanjang debitur tidak lalai dalam menggunakan dana yang diperolehnya.

Moral hazard dari sisi nasabah ter- jadi pada pembiayaan bagi hasil karena ketidaksempurnaan informasi pegawai melihat level usaha nasabah dan terba- tasnya informasi produktifitas usaha. Se-

mentara itu, tingginya NPF terjadi karena kesalahan bank melakukan penilaian na-

sabah dan kurangnya pengawasan nasa- bah serta pihak bank yang tidak hati-hati dalam menyalurkan dana (Nasution etc, 2007; Rustam, 2013).

Sangat disayangkan ketika melihat maraknya praktik moral hazard di bank syariah yang seolah-olah sudah men- jadi sesuatu yang biasa dan cenderung pada transaksi komersial, padahal sistem keuangan perbankan syariah bukan sekedar sistem transaksi komersial, me- lainkan bagian dari sistem etika islami

(Arifin, 2015). Sistem etika islami menun- tut adanya komitmen moral dan etika bank syariah. Komitmen moral dan etika bank syariah merupakan hal yang jauh lebih penting daripada masalah keahlian dan

keterampilan. Bank syariah sebagai ba- gian dari lembaga keuangan syariah harus beroperasi di atas nilai-nilai islam dan ini merupakan tantangan sekaligus peluang besar bagi bank.

Murabahah juga masih menjadi Ilongia di sebuah bank syariah yang ada di Provinsi Gorontalo. Hal ini berdasar- kan data yang diperoleh dari sebuah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo per 31 Juli

2015, dari 1.062 rekening pembiayaan yang ada di sebuah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo, sebanyak 877

rekening atau sebesar 82,58% di domi- nasi oleh pembiayaan murabahah, ke-

mudian disusul pembiayaan musyarakah sebanyak 140 rekening atau sebesar

13,18%, kemudian pembiayaan ijarah se- banyak 35 rekening atau sebesar 3,30%,

dilanjutkan dengan pembiayaan Al-Qard sebanyak 7 rekening atau sebesar 0,66%,

selanjutnya pembiayaan mudharabah se- banyak 3 rekening atau sebesar 0,28%.

Maraknya transaksi murabahah dari total penyaluran dan pembiayaan dana di bank syariah memberi kesan bah- wa semua transaksi penyaluran dana bank syariah “di-murabahah-kan”

(Prasetia etc, 2012). Hal ini tentunya mengindika- sikan adanya kesengajaan perbankan syariah untuk menggiring nasabah agar

Mengungkap Moral Hazard....... MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

penyaluran dana ataupun pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah.

(Wiroso, 2015) menyatakan ala- san maraknya pembiayaan dengan akad murabahah yakni pertama akad murabahah ini mudah untuk di implementa- sikan, karena pelaku bank syariah (dalam

hal ini nasabah pembiayaan) menyamakan murabahah dengan kredit investasi kon- sumtif. Masih banyak bank syariah yang mengimplementasikan murabahah dengan pola yang hampir sama dengan pembe- rian kredit pada bank konvensional, walau- pun pada dasarnya kedua jenis transaksi tersebut sangat berbeda. Alasan kedua yaitu pendapatan dapat diprediksi. Dalam artian bahwa estimasi atas pendapatan sudah bisa diprediksikan atau diperki- rakan dari jumlah hutang nasabah yang merupakan harga jual yang di dalamnya mencakup harga pokok dan keuntungan. Alasan ketiga yakni pihak bank tidak perlu mengenal nasabah secara mendalam, hal ini disebabkan oleh pihak bank yang tidak perlu menganalisis dan mencari sumber pengembalian nasabah secara khusus.

Dalam akad murabahah ini, hubungan bank dan nasabah merupakan hubungan hutang piutang sehingga bagaimanapun keadaan nasabah harus tetap membayar hutang seharga barang yang diperjualbelikan (Wiroso, 2015). Per-

nyataan di atas didukung oleh realitas yang ada, di mana dalam praktek murabahah, pihak bank yang seharusnya bertindak sebagai penjual kepada nasabah, malah memberikan sejumlah dana kepada na- sabah dan nasabah sendiri yang mem- beli barang tersebut. Praktek seperti ini pada bank syariah dikenal dengan istilah murabahah al-wakalah atau murabahah yang diwakilkan kepada nasabah. Al- wakalah atau al-wikalah atau at-tahwidh bermakna penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat (Sabiq, 2008). Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan

(Nurhayati etc, 2013). Murabahah al-wakalah melibatkan hubungan antara bank syariah dan nasa- bah. Hubungan bank syariah dan nasabah merupakan hubungan kontrak (contractual agreement) (Muthaher, 2012). Murabahah al-wakalah juga termasuk dalam hubungan agensi atau agency relationship. Agency relationship yang dimaksud disini adalah proses pendelegasian wewenang oleh pi- hak bank kepada nasabah untuk menge- lola kebijakan terkait pembiayaan jual-beli dengan menggunakan akad murabahah al-wakalah. Akad murabahah al-wakalah ini merupakan akad yang menunjuk na- sabah sebagai agen bank syariah untuk membeli barang yang diperlukan atas nama bank (Alwi etc, 2013).

Saat ini murabahah tidak lagi merupakan transaksi jual-beli, tetapi lebih kepada pinjaman kredit dengan pem- bayaran tangguh dan cicilan. Perubahan transaksi dari murabahah yang sifatnya jual-beli menjadi transaksi yang menyeru- pai pinjaman kredit ini dikarenakan peng- gunaan akad wakalah dalam murabahah, sehingga murabahah al-wakalah ini syarat dengan nuansa kepercayaan dan moral yang mengakibatkan adanya bahaya po- tensial yang dihadapi oleh manajemen bank berupa moral hazard yang berkaitan erat dengan sifat bagi-hasil dalam kegiatan usaha bank (Muthaher, 2012).

Berdasarkan pada hal ini, maka tujuan penelitian ini yakni untuk mema- hami cara pegawai (dalam hal ini Account Manager dan Head Financing) melakukan moral hazard pada akad murabahah al- wakalah di sebuah Bank Syariah di Provin- si Gorontalo.

Metodologi Penelitian

Seorang peneliti dituntut untuk bisa mengetahui dan memahami berbagai pe- mikiran, paradigma, maupun metodologi yang digunakannya dalam sebuah pene- litian. Mengapa demikian? Karena hal ini dapat menentukan dan memperjelas

Sri Apriyanti Husain, dkk. MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

tupoksi peneliti yang nantinya akan ber- Bank Syariah di Provinsi Gorontalo. Prak- dampak pada hasil penelitian. Paradigma tik moral hazard yang muncul inilah yang interpretif digunakan peneliti dengan mem- merupakan esensi yang tercipta dari pen- perhatikan bahwa praktik professional galaman dalam kehidupan sehari-hari oleh merupakan aktifitas yang bersifat pragma- komunitas, yakni interaksi antara pega-

tis, tidak berdimensi tunggal. Paradigma wai dengan pegawai (dalam hal ini yang interpretif ini menekankan pada upaya menangani secara langsung pembiayaan untuk memahami sebuah realitas praktik murabahah al-wakalah) maupun pegawai kehidupan sosial pada tingkatan pengala- dengan nasabah pembiayaan murabahah man subjektif.

al-wakalah.

Paradigma interpretif merupakan Pendekatan etnometodologi ini paradigma yang menitikberatkan pada mengharuskan peneliti fokus pada pema- peran bahasa serta interpretasi dan haman atas tindakan yang dilakukan aktor pemahaman yang ada dalam ilmu sosial terutama yakni bagaimana nasabah dan (Chariri, 2009). Paradigma interpretif lebih pegawai melakukan praktik moral hazard menekankan pada makna maupun inter- pada akad murabahah al-wakalah di se- prestasi seseorang terhadap sebuah sim- buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo. bol (Triyuwono, 2006; Triyuwono, 2012). Hal ini dikarenakan bahwa etnometodolo-

Paradigma interpretif pada dasarnya gi merupakan metodologi yang meng- merupakan paradigma yang berfokus gambarkan bagaimana cara, selain itu pada penjelasan dan pemahaman atas rumusan masalah dalam penelitian ini fenomena atau tindakan sosial atau buda- yakni bagaimana cara nasabah dan pega- ya melalui pengalaman orang yang diteliti. wai melakukan moral hazard pada akad

Paradigma Interpretif merupakan murabahah al-wakalah di sebuah Bank paradigma yang memiliki tujuan untuk Syariah di Provinsi Gorontalo, sehingga memahami (to understand) serta un- etnometodologi menjadi metodologi yang tuk menginterpretasikan (Triyuwono, cocok digunakan dalam penelitian ini.

2006; Rahayu etc, 2007; Sopanah, 2010; Situs penelitian ini yakni di se- Randa, 2011; Triyuwono, 2012; Renato, buah Bank Syariah yang ada di Provinsi 2012; Sirajudin, 2013; Putri etc, 2014) Gorontalo. Dalam penelitian ini, yang bukan untuk memprediksi atau meramal- menjadi objek penelitian yakni bagaimana

kan (Triyuwono, 2006; Triyuwono, 2012; cara nasabah dan pegawai melakukan Yudistira etc, 2015). Paradigma interpretif moral hazard pada akad murabahah al- juga menekankan bahwa penelitian yang wakalah di sebuah Bank Syariah di Provin- dilakukan pada dasarnya untuk mema- si Gorontalo. Sama halnya pada penelitian hami realitas dunia apa adanya (Ludigdo, non-positivistik lainnya, penelitian ini juga

2013; Puspitasari etc, 2015). menggunakan informan kunci (key infor- Dalam memahami hal tersebut, mants) sebagai salah satu sumber infor- peneliti kemudian menggunakan et- masi langsung. Informan merupakan orang nometodologi sebagai lensa penelitian. yang bersedia untuk memberikan informa- Ibarat sebuah kamera maupun kacamata, si yang diperlukan dalam penelitian, baik lensa berfungsi sebagai alat untuk melihat tentang situasi dan kondisi dalam pene- objek yang ingin dilihat. Peneliti meng- litian maupun tentang informasi lain yang gunakan etnometodologi dalam pene- terkait dalam penelitian (Moleong, 2012).

litian ini karena penelitian ini memusat- Informan kunci lainnya dalam kan pada bagaimana cara nasabah dan penelitian ini sebanyak 3 orang nasabah pegawai melakukan moral hazard pada yang menggunakan pembiaayaan dengan akad murabahah al-wakalah di sebuah akad murabahah al-wakalah, serta 3 infor-

Mengungkap Moral Hazard....... MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

man tambahan dari berbagai unsur yang penelitian ini yakni menggunakan indeksi- dianggap relevan dan dapat memberikan kalitas dan refleksivitas. informasi yang dibutuhkan dalam peneli- tian.

Hasil Dan Pembahasan

Rincian pegawai dalam lingkup Se- Bank Tidak Memberikan Transparansi buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo Akad Yang Digunakan

yang merupakan informan kunci dapat dis- Praktik pembiayaan murabahah di ajikan dalam Tabel 2.1 berikut:

sebuah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo

Tabel 2.1

Daftar Informan Kunci dari Pihak Pegawai Sebuah Bank Syariah di Provinsi

Gorontalo

Informan berikutnya yang juga ternyata dalam prosesnya menyertakan merupakan informan kunci yakni nasabah akad wakalah. Wakalah ini dipahami se- pembiayaan dengan menggunakan akad bagai pemberian kuasa atau wewenang murabahah al-wakalah di sebuah Bank oleh bank syariah kepada nasabah sebagai Syariah di Provinsi Gorontalo seperti yang penerima kuasa dalam hal yang telah di- disajikan dalam Tabel 2.2 berikut ini.

kuasakan seperti membeli barang yang

Tabel 2.2.

Daftar Informan Kunci dari Nasabah Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah di se-

buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo

Penggunaan nama dengan cara dibutuhkan oleh nasabah. Penyertaan akad inisial ini merupakan permintaan dari pihak wakalah dalam pembiayaan murabahah nasabah. Nasabah yang berperan sebagai menjadikan nasabah sebagai wakil bank informan kunci dalam penelitian ini merasa dalam membeli barang kepada penyedia.

khawatir jika nama mereka dicantumkan Permasalahan nasabah adalah sesuai dengan aslinya, maka hal ini bisa pada saat nasabah mengajukan saja akan berdampak pada pembiayaan pembiayaan

murabahah, tidak diberi yang mereka ajukan di sebuah Bank Sya- informasi terkait akad-akad apa saja riah di Provinsi Gorontalo, seperti nasabah yang digunakan, selain itu pada saat tidak akan diberikan pembiayaan oleh pi- penandatanganan akad, nasabah di- hak bank. Untuk itu, nama-nama nasabah duga tidak diberitahu tentang peng- yang menjadi informan kunci dalam peneli- gunaan akad murabahah dan wakalah tian ini sengaja disamarkan untuk menjaga sekaligus dalam satu transaksi. Seperti nama baik nasabah. Proses analisis data yang dinyatakan oleh MA sebagai berikut.

Sri Apriyanti Husain, dkk. MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

“Iya bagitu. Memang kalau man nasabah tentang akad-akad yang di- sistem secara istilah kan murabahah

gunakan dalam transaksi pembiayaan ini, itu bank yang beli barang baru kase

kemungkinan disebabkan tidak adanya pa torang to, baru torang yang mo

transparansi informasi tentang akad-akad bayar di delear ke atau di mana.

yang digunakan dan kurangnya penjela- Karena ini sifatnya pembangunan,

san oleh pegawai Sebuah Bank Syariah ini bank yang apa dulu. Bank yang

di Provinsi Gorontalo. Selain itu, pada saat pigi bili itu bahan-bahan torang yang

penyelesaian administrasi pembiayaan, ini tidak. Jadi dikasih uang nah nanti

dijumpai bahwa akad wakalah terjadi depe SPJ itu torang yang ini. jadi

bersamaan dengan pelaksanaan akad dia punya bentuk ee akad itu ee se-

murabahah dalam artian bahwa ketika na- cara ini secara aa secara teori ada.

sabah menandatangani akad murabahah, Seperti itu. Cuman secara praktek

pada saat yang sama juga nasabah lebih di.. lebih di.. apa dulu di simpel-

menandatangani akad wakalah. kan.”

Pada saat akad wakalah dilak- Dari pernyataan MA di atas, dapat sanakan, nasabah sudah menyelesaikan dipahami bahwa MA sendiripun kurang segala administrasi yang berhubungan memahami akad-akad apa saja yang di- dengan pembiayaan. Sekalipun barang gunakan dalam transaksi ini. Pemahaman belum ada pada saat akad dilaksanakan, yang kurang ini kemungkinan kurangnya namun administrasi sudah selesai dan na- penyampaian informasi oleh bank syariah. sabah tidak perlu kembali lagi untuk me- Untuk memperjelas kembali akad-akad nyelesaikan persoalan administrasinya, yang digunakan pada saat MA mengajukan kecuali mengantarkan nota pembelian pembiayaan, penelitipun menayakan kem- ataupun kwitansi pembelian barang ke-

bali kepada MA apakah dalam transaksi pada Sebuah Bank Syariah di Provinsi yang dilakukan oleh MA dengan Sebuah Gorontalo. Setelah semua administrasi Bank Syariah di Provinsi Gorontalo ini diselesaikan, maka uang dicairkan kepa- terdiri dari akad murabahah dan akad

da nasabah sesuai dengan jumlah kebu- wakalah ataukah hanya menggunakan tuhan dan yang diinginkan nasabah dan akad murabahah.

pihak Sebuah Bank Syariah di Provinsi peneliti dengan MA, peneliti memperoleh Gorontalo akan menghitung margin dari informasi bahwa dalam transaksi yang di- jumlah uang yang diserahkan, bahkan lakukan oleh MA dan Sebuah Bank Sya- pihak bank sendiri sudah menyediakan riah di Provinsi Gorontalo, hanya menggu- daftar tabel plafon pembiayaan serta ang- nakan satu akad saja yakni murabahah.

Dalam wawancara

suran perbulannya, yang katanya, sudah

MF juga sebagai salah satu nasa- include dengan margin pembiayaan.

bah murabahah al-wakalah dengan jenis Pelaksanaan akad wakalah yang pembiayaan renovasi rumah mengungkap- menjadi pelengkap dalam pembiayaan kan bahwa dirinya pada saat mengajukan murabahah ini jika dikaji lebih lanjut, akan pembiayaan di sebuah Bank Syariah di ditemukan beberapa hal yang perlu dilu- Provinsi Gorontalo tidak mengetahui akad- ruskan kembali. Hal tersebut yakni bahwa akad apa saja yang digunakan seperti secara teori wakalah merupakan kondisi yang terdapat pada kutipan hasil wawan- di mana bank syariah memberi amanah cara berikut.

kepada nasabah untuk bertindak sebagai “Iya. Pake akad itu.. Nggak ngerti wakil bank syariah. Nasabah sebagai saya. Nda tau pake akad. Akad. Kan pake orang yang diberi amanah seharusnya akad notaris.”

melakukan hal-hal yang telah diamanah- Ketidaktahuan dan ketidakpaha- kan oleh bank syariah dalam artian bahwa

Mengungkap Moral Hazard....... MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

nasabah tidak boleh melanggar amanah yang diberikan oleh bank syariah. Amanah yang diberikan bank syariah tersebut men- jadi janji bagi nasabah. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa nasabah masih merupakan orang yang diberi amanah oleh bank syariah untuk membeli barang yang mana barang tersebut masih menjadi milik bank dan belum menjadi milik nasa- bah. Nasabah sebagai penerima amanah kemudian akan menjelaskan total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang tersebut. Setelah diperoleh informasi dari nasabah tentang total biaya yang dike- luarkan untuk memperoleh barang, bank syariah kemudian menghitung margin atau keuntungan yang akan ditawarkan kepada nasabah sehingga bisa disepakati berapa biaya yang harus dikeluarkan nasabah (dalam hal ini angsuran perbulan) dan ke- mudian nasabah menandatangani akad murabahah tersebut.

Dalam implementasinya, hal ini be- lum dilaksanakan oleh Sebuah Bank Sya- riah di Provinsi Gorontalo. Hal ini dikarena- kan bank syariah dalam pelaksanaannya, melaksanakan akad wakalah sekaligus menyelesaikan akad murabahah, sehingga dapat dipahami bahwa bank syariah tidak melakukan jual-beli dengan menyerahkan barang kepada nasabah, tapi menyerah- kan sejumlah uang. Implementasi akad wakalah dalam kondisi seperti ini menurut peneliti hanyalah sebagai helah yang tidak ditempatkan pada posisi yang sebenarnya. Peneliti memahami bahwa seharusnya peluang helah yang diperbolehkan ulama ini dilaksanakan dalam rangka mengurangi beban bank syariah dan meringankan na- sabah. Namun dalam pelaksanaannya, situasi seperti ini hanya memberi kesan bahwa pembiayaan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan kredit pada bank konvensional yang dalam transaksinya mengandung unsur bunga dan riba.

Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Siddiqi (1983): “Saya khawatir dalam prakteknya

hal ini (murabahah) akan menyeru- pai transaksi-transaksi berdasarkan bunga secara terselubung”.

Kondisi-kondisi seperti yang di- ungkapkan di atas menurut peneliti mi- rip dengan murabahah dengan penjualan yang ditangguhkan. Murabahah dengan penjualan yang ditangguhkan dapat dikla- sifikasikan sebagai mode utang berdasar- kan pembiayaan. Pembiayaan dalam mode ini adalah bersifat hutang karena pengguna dana harus membayar kem-

bali seluruh pembiayaan (Bendjilali: 1996). Farooq juga (2006) menyatakan bahwa murabahah tidak lebih dari pinjaman kon- vensional jangka pendek dengan tingkat bunga yang telah ditentukan. Lebih lanjut lagi Ahmad (2007) menyatakan bahwa murabahah di bank syariah diduga mirip dengan bunga pinjaman jangka pendek bank konvensional karena beberapa ala- san: a) biaya sebagai persentase kenaikan dengan waktu sebagai kompensasi atas pelanggaran perjanjian untuk jadwal pem- bayaran investasi bersifat tetap yang di ambil oleh pengusaha dari bank; b) kewa- jiban jatuh tempo pembayaran yang mung- kin tidak menyinkronkan dengan arus kas; c) peminjam harus melakukan pem- bayaran meskipun ia tidak berhasil dalam bisnisnya; d) hipotek sangat penting untuk investasi; e) pengembalian praktis dihitung pada benchmark dari bunga bank pada dasarnya.

Bank Tidak Memberikan Transparansi Informasi Produk Pembiayaan

Informasi dalam sebuah transaksi bisnis sangatlah penting termasuk infor- masi pembiayaan yang ada di bank sya- riah. Namun hal ini menjadi sesuatu yang tidak diperhatikan oleh Sebuah Bank Sya- riah di Provinsi Gorontalo, mengingat pada saat wawancara antara peneliti dan salah satu informan yang berasal dari nasabah yakni MA tidak dijelaskan, ditawarkan ataupun diinformasikan menganai produk- produk pembiayaan yang ada di sebuah

Sri Apriyanti Husain, dkk. MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

Bank Syariah di Provinsi Gorontalo seperti tentang produk-produk pembiayaan yang yang terdapat pada kutipan hasil wawan- ada di sebuah Bank Syariah di Provinsi cara berikut.

Gorontalo yakni kemungkinan dikarenakan Eeaa… Tidak ada. Tidak ada dita-

pembiayaan dengan menggunakan akad warkan itu.

murabahah al-wakalah ini dinilai lebih mu- Karena langsung ditanya ini kan.

dah jika dibandingkan dengan pembiayaan Eee tujuan pembiaya. Tujuan pembi-

dengan menggunakan prinsip bagi hasil ayaan itu apa. Bagitu, jadi langsung

seperti mudharabah maupun musyarakah. di ini. langsung di….

Ketiga, pegawai bank mungkin Belum puas dengan apa yang merasa nasabah yang mengajukan pem- disampaikan oleh MA, kemudian peneliti- biayaan di sebuah Bank Syariah di Provin- pun mencari informasi dengan mengkon- si Gorontalo sudah memahami produk-

firmasi kembali dengan cara menanyakan produk pembiayaan yang ada di sebuah hal yang sama kepada nasabah lain yang Bank Syariah di Provinsi Gorontalo sehing- juga merupakan nasabah pembiayaan

ga pihak bank merasa tidak perlu untuk murabahah al-wakalah di sebuah Bank menyampaikan secara lengkap informasi Syariah di Provinsi Gorontalo. Dalam terkait produk-produk pembiayaan di se- wawancara dengan MF, MF menyatakan buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo.

bahwa pada saat dirinya pengajuan pem- Adanya kecenderungan pega- biayaan murabahah al-wakalah di sebuah wai Sebuah Bank Syariah di Provinsi Bank Syariah di Provinsi Gorontalo, MF Gorontalo yang terkesan menyembunyikan tidak diberikan informasi secara lengkap informasi terkait dengan produk-produk dan mendetail dari pihak Sebuah Bank pembiayaan yang bisa diajukan oleh calon Syariah di Provinsi Gorontalo, padahal jika nasbah ini, mengindikasikan bahwa dalam ditinjau lebih lanjut, setiap informasi baik operasionalnya pihak Sebuah Bank Sya- itu terkait dengan penjelasan pembiayaan,

riah di Provinsi Gorontalo seolah-olah produk-produk pembiayaan yang bisa menggiring calon nasabah pembiayaan digunakan oleh nasabah maupun infor- ke pembiayaan yang menggunakan masi lainnya, nantinya akan berpenga- akad murabahah

al-wakalah. Padahal ruh terhadap keputusan calon nasabah pembiayaan yang seharusnya digunakan pembiayaan, yang ujungnya nasabah bisa oleh Bank Syariah adalah pembiayaan mempertimbangkan dan memilih langsung dengan menggunakan prinsip bagi hasil. apa produk pembiayaan yang dibutuhkan Dalam Islam, penyembunyian informasi ini nasabah.

lebih dikenal dengan istilah tadlis. Tadlis Penyembunyian informasi yang merupakan transaksi yang mengandung dilakukan oleh pegawai Sebuah Bank suatu hal yang tidak diketahui oleh salah Syariah di Provinsi Gorontalo ini kemung- satu pihak (unknown to one party). kinan disebabkan oleh beberapa hal. Per-

tama yakni adanya kesibukan yang dimiliki Bank Yang Lebih Mementingkan Ang- masing-masing pegawai, sehingga pada suran Nasabah

awal calon nasabah ingin mengajukan Angsuran memang merupakan pembiayaan murabahah al-wakalah, pega- salah satu hal yang cukup penting dalam wai bank lupa untuk menyampaikan infor- sebuah transaksi bisnis apalagi terkait

masi tentang produk-produk pembiayaan dengan transaksi bisnis yang menciptakan yang lain.

utang. Namun, angsuran dalam transaksi Kedua, yang mungkin menjadi bisnis terlebih transaksi di Bank Syariah penyebab calon nasabah tidak sempat menjadi sesuatu yang penting tapi tidak diberikan informasi yang lebih mendetail menjadi hal yang terpenting, karena dalam

Mengungkap Moral Hazard....... MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

transaksi bisnis yang notabennya di lem- Besarrrr sekali hahahahaha. Sama baga keuangan yang dinilai menjunjung

pertanyaannya. Seberapa penting tinggi nilai syariah, seharusnya lebih me-

oksigen bagi kehidupan kita. mentingkan dan memperhatikan substansi Untuk memperkuat temuan ini, peneliti ke- maupun inti dari lembaga keuangan terse- mudian mengkonfirmasi kepada nasabah but. Pernyataan yang mengutamakan ang- pembiayaan. Dalam Wawancara peneliti suran dibandingkan yang lain ini bisa di li- dengan MF selaku nasabah dengan je- hat pada kutipan hasil wawancara dengan nis pembiayaan renovasi rumah, MF me- Pak Rahmat selaku Account Manager Se- nyatakan bahwa selama MF membayar buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo angsuran tepat pada waktunya, maka se- yang mengatakan bahwa: “Yaaa selama lama itu pula tak dijadikan sebagai sebuah dia membayar angsuran, dia memberikan permasalahan oleh pihak Sebuah Bank jaminan, tidak di…”

Syariah di Provinsi Gorontalo, seperti yang Untuk Meyakinkan kembali, peneliti terdapat pada kutipan hasil wawancara kemudian menanyakan kembali mengapa berikut. angsuran penting bagi Sebuah Bank Sya-

Kalau dievaluasi tidak, tapi selama riah di Provinsi Gorontalo. Pak Rahmat

ini, yang penting selama pembayaran mengungkapkan bahwa angsuran meru-

tidak macet, berarti jalan terus. pakan hal yang penting di sebuah Bank Pernyataan-pernyataan di atas, Syariah di Provinsi Gorontalo. Pak Rahmat menunjukkan bahwa hal yang menjadi beranggapan bahwa angsuran nasabah terpenting bagi Sebuah Bank Syariah merupakan salah satu bagian penting dari di Provinsi Gorontalo yakni adalah ang- pendapatan bank.

surannya. Angsuran dianggap satu-sat- Persepsi yang menyatakan bahwa unya sumber kehidupan di bank ini. Jadi angsuran merupakan hal yang penting ini bagaimanapun dan apapun yang telah diperkuat lagi oleh pernyataan Pak Azis terjadi di sebuah Bank Syariah di Provin- yang juga sebagai Account Manager yang si Gorontalo, hal yang paling diutamakan menyatakan bahwa: ”Selama ini kalau kita, adalah bagaimana angsuran ini dibayar- kita tidak buat akad baru, yang penting kita kan oleh nasabah tepat pada waktunya.

fokus pada angsurannya”. Pak Azis me- Tak bisa dipungkiri bahwa ang- nyampaikan bahwa ketika ada nasabah suran merupakan hal yang cukup penting yang pada saat awal akad mengajukan di bank syariah. Namun angsuran bukan permohonan untuk pembiayaan rumah, merupakan hal yang terpenting di bank namun setelah dana tersebut dicairkan syariah. Hal yang perlu dan seharusnya kepada nasabah dan nasabah menggu- diperhatikan dalam sebuah transaksi bis- nakan dana tersebut tidak sesuai dengan nis di lembaga keuangan syariah terma- yang diakadkan, maka Pak Azis selaku suk oleh sebuah Bank Syariah di Provinsi Account Manager, tidak melakukan akad Gorontalo yakni akad.

baru, karena bagi Pak Azis, angsuran Akad menjadi sesuatu yang sangat merupakan hal yang paling utama dalam penting di bank syariah karena hal yang pembiayaan.

membedakan antara bank syariah dan Pendapat inipun diperkuat oleh Pak bank konvensional yakni terletak pada Ridwan sebagai Head Financing. Saking akad yang digunakan bukanlah angsuran- pentingnya angsuran, Pak Ridwan menya- nya. Namun, di sebuah Bank Syariah di makan angsuran sebagai oksigen bagi Se- Provinsi Gorontalo, sepertinya kurang buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo memperhatikan substansi dan esensi dari seperti yang terdapat pada kutipan hasil akad tersebut. Yang terpenting bagi Se- wawancara berikut.

buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo

Sri Apriyanti Husain, dkk. MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

adalah bagaimana setelah dilakukan akad, sebagai Account Manager yakni sebesar terjadi pencairan dan penyaluran dana ke- 1,5 M per bulan. Sedangkan untuk pegawai pada nasabah, dan nasabah membayar yang berperan sebagai Head Financing angsuran tepat pada waktunya dan sesuai targetnya mengikuti target dari Account dengan jumlah angsurannya.

Manager. Jadi jika Account Manager di se- Akad dalam transaksi di bank syari- buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo

ah bukanlah sekedar skema pembiayaan, berjumlah 2 orang dan masing-masing namun akad merupakan kerelaan dan Account Manager targetnya 1,5 M, maka keikhlasan kedua belah pihak baik itu na- yang menjadi target Head Financing yakni sabah maupun bank syariah. Seperti hal- sebesar 3 M perbulannya.

nya dalam menikah, jika tidak ada akad Terkait dengan pencapaian target yakni ijab dan qabul, maka pernikahan ini bisa dilihat pada kutipan hasil wawan- tersebut sifatnya haram. Begitupula fungsi cara dengan Pak Rahmat sebagai berikut. akad dalam pembiayaan di bank syariah.

Target… Iya ada…

Persepsi pegawai Sebuah Bank Kalau kita ditargetnya 1,5 M… Syariah di Provinsi Gorontalo yang ter-

Yahhh… Kalau 1, 5 M 1 orang so bo- kesan hanya mementingkan angsuran ini

leh…

yang kemudian hal ini mendorong lahirnya

Per Nominal…

nilai-nilai materialistik. Tak bisa dipungkiri Tidak masalah yang penting 1,5. bahwa sebagai manusia, pasti memiliki Hal ini juga sejalan dengan apa dorongan atas nilai-nilai materialistik. Do- yang disampaikan oleh Pak Azis yang juga rongan nilai-nilai materialistik ini dapat di- berperan sebagai Account Manager di se- maklumi karena iklim kehidupan modern buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo yang berorientasi pada pencapaian fisik seperti yang terdapat pada kutipan hasil semata (Ludigdo, 2007:201).

wawancara berikut.

Dengan demikian, dapat dipahami

Iya ada target..

bahwa kehidupan modern merupakan ke- Kalo kita di targetnya 1,5 M per bulan hidupan yang selalu menuhankan nilai-nilai

Kecenderungan Head Financing materialitas yang hanya berorientasi pada maupun Account Manager pada nilai-nilai pencapaian keuntungan pribadi. Apalagi materialistik dan self interest ini tentunya dengan adanya target yang harus dica- menjadi faktor yang mendorong terjadinya pai oleh Head Financing maupun Account moral hazard pada sisi nasabah, meskipun Manager, sehingga tak heran bagaimana- hal ini juga merupakan salah satu contoh

pun dalam proses pembiayaannya, dari moral hazard yang dilakukan oleh mereka tidak terlalu memperhatikan pegawai Sebuah Bank Syariah di Provinsi mengapa nasabah melakukan hal itu, Gorontalo, namun dengan hal ini dapat me- apa kendala yang dihadapi nasabah dan micu lahirnya moral hazard yang lainnya. lain sebagainya, yang seolah-olah hal ini

mengindikasikan bahwa yang terpenting Bank Kurang Melakukan Monitoring bagi mereka adalah bagaimana nasa- dan Evaluasi

bah membayar angsurannya tepat waktu Pembiayaan merupakan sebuah karena bagi mereka angsuran merupakan rangkaian proses yang dimulai dari per- oksigen yang menjadi sumber kehidupan mohonan pengajuan pembiayaan, proses bank dan pegawai Sebuah Bank Syariah analisis kelayakan nasabah, persetujuan di Provinsi Gorontalo.

pembiayaan, pengikatan dan sampai pada Pencapaian target oleh manaje- realisasinya yakni pada pencairan dana man Sebuah Bank Syariah di Provinsi pembiayaan. Namun realisasi atas pem- Gorontalo untuk pegawai yang berperan biayaan murabahah al-wakalah di sebuah

Mengungkap Moral Hazard....... MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

Bank Syariah di Provinsi Gorontalo ini bu- asal dari nasabah (IHW) sebagai berikut. kanlah tahap akhir dari proses pembiayaan.

Kalau monitoring secara langsung Setelah dana dicairkan, maka Sebuah Bank

mengevaluasi kerja-kerja aa usa- Syariah di Provinsi Gorontalo perlu melaku-

ha dan apa namanya kerja-kerja kan monitoring dan evaluasi pembiayaan.

pengelolaan manajemen usaha itu Pembiayaan yang telah dicairkan

sama sekali tidak ada. Yang ada itu oleh bank kepada nasabah harus terus

hanyalah ketika kita terlambat sedikit dipantau oleh Account Manager maupun

membayar itu langsung dihubungi Head Financing Sebuah Bank Syariah di

agar supaya segera membayar. Nah Provinsi Gorontalo agar bisa dipastikan

ini memang kurang dalam perbankan bahwa seluruh persyaratan dan keten-

yang ada di Indonesia konvensional tuan pembiayaan murabahah al-wakalah

maupun ee yang syariah. Memang dipenuhi oleh nasabah dan digunakan

sebaiknya fungsi control, evaluasi itu sesuai dengan yang telah diakadkan.

penting. Penting sekali agar supaya Monitoring oleh bank harus memperha-

bank itu tidak sekedar ee meminjam- tikan tanda-tanda penurunan kualitas

kan atau menggunakan apa ee kredit keuangan dan pembiayaan yang diberikan.

saja tetapi lebih kepada hubungan Monitoring dan evaluasi pembiayaan

antara memonitori, mengevaluasi merupakan sebuah rangkaian proses

bahkan memberikan apa namanya pengawasan pembiayaan agar bisa pelatihan-pelatihan manajemen diketahui sedini mungkin penyimpangan keuangan dan eee manajemen yang terjadi yang dapat memicu turun-

keuangan. Nah ini yang sama seka- nya kualitas pembiayaan. Tujuan adanya

li tidak ada di semua bank di bank monitoring dan evaluasi ini yakni untuk

konvensional maupun bank syariah. mengendalikan pelaksanaan pembiayaan,

Yang ada itu hanyalah bagaimana agar persyaratan dan target yang mereka itu agar supaya bukan menja- diasumsikan dapat dipenuhi oleh nasabah

ga malah. Mereka berharap ee. Agar sebagai dasar persetujuan pembiayaan.

supaya kita ini bayar tepat waktu ter- Monitoring dan evaluasi meru-

lambat sedikit langsung dihubungi. pakan upaya yang dilakukan bank syariah IHW sebagai nasabah dengan jenis dalam menjaga dan mengamankan aset pembiayaan untuk usaha jenis pengetikan bank dalam bentuk pembiayaan. Selain itu, ini sebenarnya memahami bahwa proses monitoring dan evaluasi ini dilakukan untuk monitoring dan evaluasi merupakan menyelamatkan kemungkinan-kemungki- hal yang krusial yang perlu dilakukan nan kerugian yang akan timbul lebih besar oleh Sebuah Bank Syariah di Provinsi serta untuk meminimalisir kerugian tersebut. Gorontalo. Bahkan IHW selaku nasabah

Monitoring dan evaluasi dalam se- memiiki harapan bahwa Sebuah Bank buah transaksi bisnis tak kalah pentingnya Syariah di Provinsi Gorontalo yang no- dengan akad. Hal ini disebabkan karena tabennya merupakan bank syariah se- dengan adanya monitoring dan evaluasi ini, harusnya memberikan pelatihan terkait bisa meminimalisir terjadinya moral hazard dengan manajemen keuangan dalam hal pada lembaga keuangan syariah terma- ini terkait dengan bagaimana penyusu- suk di Sebuah Bank Syariah di Provinsi nan laporan pertanggung jawaban ke- Gorontalo. Namun proses monitoring dan pada bank syariah. IHW menganggap evaluasi ini nampaknya belum sepenuh- bahwa Sebuah Bank Syariah di Provinsi nya dilakukan oleh pihak bank. Hal ini Gorontalo yang merupakan bagian dari bisa terlihat pada kutipan hasil wawancara lembaga keuangan syariah hanya me- peneliti dengan informan kunci yang ber- mentingkan pembayaran angsuran yang

Sri Apriyanti Husain, dkk. MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

harus dibayarkan tepat pada waktunya bahwa untuk laporan pertanggungjawaban dan dengan jumlah yang telah disepakati. dirinya sebagai nasabah kepada Sebuah

IHW menyadari betul bahwa moni- Bank Syariah di Provinsi Gorontalo, hanya toring dan evaluasi merupakan hal yang dilakukan pada saat kos tersebut sudah sangat penting, mengingat dalam pelaksa- selesai pembangunannya. Hal ini tentunya naan monitoring dan evaluasi, bank sya- mengindikasikan bahwa selama proses riah juga bisa memberikan arahan yang pembanguanan kos-kosan, pihak Sebuah lebih baik kepada nasabah agar nasabah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo tidak bisa menjalankan amanah yang diberikan mengetahui setiap perkembangan yang oleh bank syariah secara baik dan benar terjadi. Pernyataan MA ini bisa dilihat pada sesuai yang telah diakadkan. Pelaksa- kutipan hasil wawancara sebagai berikut. naan monitoring dan evaluasi ini menjadi

Laporannya itu nanti semuanya selesai… tanggungjawab setiap pegawai baik itu Ac-

Ha’a. Jadi aa kalau misalnya karna count Manager maupun Head Financing,

ini untuk bangun kos, jadi nanti se- bahkan manajemen bank syariah (dalam

tiap proses pembangunan so selesai hal ini Kepala Cabang) harus turut andil

baru itu dilaporkan semua begitu. dalam melakukan monitoring dan evalu- Berdasarkan informasi dari ketiga asi terhadap pegawainya. Monitoring dan nasabah di atas dapat dipahami bahwa Se- evaluasi ini merupakan sesuatu yang me- buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo lekat dalam setiap diri manusia maupun masih terlalu minim dalam menjalankan dalam prosedur kerja di bank syariah. tugas monitoring terhadap nasabah yang

Untuk memperoleh informasi yang menggunakan pembiayaan dengan akad lebih banyak lagi, penelitipun menelusuri murabahah al-wakalah. Bahkan pada salah lebih lanjut kepada MF. Dalam wawan- satu informan kunci hampir tidak pernah cara dengan MF, peneliti menemukan bank melakukan monitoring dan evalusi bahwa MF selaku nasabah di sebuah sebagai bentuk kontrol dari pihak Se- Bank Syariah di Provinsi Gorontalo ti- buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo.

dak pernah evaluasi oleh pihak bank se- Monitoring yang merupakan proses bagai pihak yang menyetujui pengajuan yang terintegrasi (Cassely dan Kumar, pembiayaan dan pihak yang mencairkan 1987) ini seharusnya dijadikan sebagai dana kepada nasabah. Dan lagi-lagi yang salah satu bagian terpenting dalam sebuah terpenting bagi Sebuah Bank Syariah di praktik manajemen di sebuah Bank Sya- Provinsi Gorontalo yakni angsuran yang riah di Provinsi Gorontalo. Dengan adanya dibayarkan harus tepat waktu. Menurut monitoring yang dilakukan oleh pegawai pemahaman peneliti, dalam pembiayaan Sebuah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo, murabahah al-wakalah untuk jenis pem- dapat menjadi landasan bagi manaje- biayaan konstruksi atau renovasi rumah men bank dalam mengambil keputusan yang sifatnya pembangunan, pihak bank dan tindakan selanjutnya yang diperlukan.

sebaiknya setiap triwulan atau maksimal Memang pada umumnya we- setiap semeseter harusnya turun langsung wenang pemberian pembiayaan bera- ke lapangan untuk melihat perkembangan

da ditangan direksi, namun banyaknya bangunan yang didirikan atau setidaknya pengajuan permohonan baik dari jumlah meminta laporan perkembangan ke- nasabah pembiayaan maupun dari jum- pada nasabah setiap semester berjalan. lah nominalnya, maka wewenang tersebut

Hal yang sama juga dinyatakan didelegasikan kepada unit kerja. Demikian oleh MA sebagai nasabah pembiayaan halnya dengan monitoring dan evaluasi dengan jenis usaha kos-kosan. Dalam dalam pembiayaan. Seperti yang telah di- wawancara dengan MA, MA menyatakan ungkapkan sebelumya bahwa monitoring

Mengungkap Moral Hazard....... MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

dan evaluasi merupakan salah satu cara 1-2 jam bukan hanya beberapa me- yang dilakukan oleh bank syariah untuk

nit. Nah persoalannya mereka minta mengetahui sedini mungkin penyimpangan

untuk di paraf saja.

yang bisa saja terjadi selama proses Hal yang menarik dari kutipan pembiayaan, sehingga bank syariah pun wawancara dengan IHW di atas, sudah bisa mengambil keputusan untuk mem- jelas bahwa pada saat pengikatan dan perbaiki penyimpangan yang terjadi. penandatanganan akad pembiayaan, IHW

hanya dimintai paraf sebagai bukti bahwa

Bank Meminta Nasabah Hanya Untuk

IHW telah menyetujui semua peraturan

Menandatangani (Paraf)

dan komitmen dengan pihak Sebuah Tanda tangan seseorang dalam Bank Syariah di Provinsi Gorontalo karena sebuah dokumen transaksi pembiayaan mengingat ketika nasabah harus mene- di bank syariah memiliki nilai yang cukup laah satu per satu berkas pembiayaan penting, karena ketika seseorang dengan tersebut akan membutuhkan waktu yang pihak bank telah menandatangani doku- cukup lama.

men transaksi, maka secara otomatis Paraf ataupun tanda tangan mereka dianggap sudah memahami isi dalam sebuah dokumen transaksi dokumen, sudah siap menerima kon- merupakan salah satu hal yang cukup sekuensi atas hal-hal yang telah disepak- penting. Penandatanganan sebuah do- ati. Namun hal ini bukan berarti bahwa kumen umumnya memiliki beberapa baik itu bank syariah maupun nasabah tujuan. Pertama, sebagai bukti. Tan- merasa yang penting dokumennya sudah

da tangan akan mengotentifikasikan ditandatangani, yang penting sudah ber- penandatangan dengan dokumen yang akad, yang penting dananya akan segera ditandatanganinya dalam artian bahwa cair dan sebagainya.

calon nasabah pembiayaan yang telah Anggapan-anggapan seperti ini membubuhkan tanda tangannya pada sebaiknya tidak muncul dalam transaksi sebuah dokumen akad pembiayaan, se- bisnis di lembaga keuangan syariah ter- cara tidak langsung menandakan bah- lebih lagi di bank syariah. Apalagi bank wa penandatangan memiliki hubungan syariah yang seolah-olah meminta nasa- dengan dokumen tersebut. Kedua, se- bah hanya untuk menandatangani doku- bagai bentuk persetujuan. Pada peng- men pembiayaan. IHW selaku nasabah gunaannya, tanda tangan menanda- pembiayaan dengan jenis usaha jasa kan adanya persetujuan calon nasabah pengetikan mengungkapkan bahwa IHW pembiayaan terhadap sebuah dokumen, hanya dimintakan paraf oleh pegawai Se- atau calon nasabah telah menyadari dan buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo. memahami bahwa tanda tangan terse- Namun dalam wawancara dengan IHW, but memiliki konsekuensi secara hukum.

peneliti menganggap ada sesuatu yang IHW sebagai nasabah memahami menarik dari apa yang diungkapkan oleh betul bahwa ketika menandatangani se- IHW seperti yang terdapat pada kutipan buah dokumen kesepakatan dengan Se- hasil wawancara berikut.

buah Bank Syariah di Provinsi Gorontalo Saya lupa ya. Secara mungkin kon-

secara tidak langsung pula mereka men- teknya karena memang kita di data

ganggap bahwa mereka telah berakad kemudian dikasih diminta tanda

yang dengan hal itu menjadikan nasabah tangan sementara kontrak itu Cuma

harus tuduk dan patuh pada aturan-aturan membayar kan kalau membaca

yang telah ditetapkan oleh Sebuah Bank itupun butuh waktu. Membaca itu

Syariah di Provinsi Gorontalo. Namun hal menelaah itu memang butuh waktu

ini bukan berarti pihak bank juga hanya

Sri Apriyanti Husain, dkk. MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

seolah-olah menginginkan nasabah hanya dak memberikan transparansi akad yang untuk menandatangani perjanjian yang digunakan. Kedua, bank tidak mem- tertulis ke dalam kertas perjanjian, tanpa berikan transparansi informasi produk menyampaikan informasi yang seharus- pembiayaan. Ketiga, bank yang lebih me- nya disampaikan kepada pihak nasabah. mentingkan angsuran nasabah. Keempat, Hal semacam ini juga dialami oleh MA dan bank kurang melakukan monitoring dan istrinya pada saat pengikatan pembiayaan

evaluasi. Kelima, bank hanya meminta na- murabahah di sebuah Bank Syariah di sabah hanya untuk menandatangani tanpa Provinsi Gorontalo. Mereka menyampi- memberikan penjelasan kepada nasabah.

kan bahwa mereka hanya diminta untuk Moral hazard pada akad menandatangani dokumen perjanjian murabahah al-wakalah di sebuah Bank tanpa dijelaskan terlebih dahulu apa yang Syariah di Provinsi Gorontalo terjadi di akan terjadi setelah MA menandatangani awali dari proses pengajuan aplikasi pem- kesepakatan dengan pihak Sebuah Bank biayaan oleh nasabah yang pada tahap Syariah di Provinsi Gorontalo.

tersebut nasabah tidak diberi penjela- san dan tidak ditawarkan terkait produk-

Ikhtisar Moral Hazard oleh Pegawai

produk pembiayaan sampai pada tahap Peneliti mengklasifikasikan peng- monitoring dan evaluasi yang mana pega-

ikhtisaran hasil pengamatan dan wawan- wai bank sendiri hanya lebih mementing- cara menjadi dua kelompok sebagaimana

kan bagaimana angsuran nasabah dibayar konsep dalam menganalisis data dengan tepat waktu dan sesuai dengan yang telah menggunakan etnometodologi. Pertama, diakadkan, tanpa memperhatikan apakah kelompok analisis indeksikalitas, yang dana tersebut digunakan untuk apa oleh merupakan kalimat yang terindeks atau nasabah. merupakan kalimat atau kata yang secara

tersurat yang berisi pemahaman para aktor Daftar Pustaka

dalam hal ini pegawai yang secara lang- Ahmad, Mahmood. 2007. The Attitude sung menangani pembiayaan murabahah

Of Bank Customers And Profes- al-wakalah (baik Head Financing maupun

sional Bankers Towards Islamic And Account Manager ). Kedua, analisis reflek-

Conventional Banks In Bangladesh. sivitas yang merupakan makna yang timbul

Islamic Research And Training Institute, di luar batas kesadaran para aktor. Ikhtisar

A Member Of The Islamic Development analisis indeksikalitas dan refleksivitas ha-

Bank: Jeddah, Saudi Arabia. Seminar sil temuan penelitian moral hazard yang di-

Proceedings No. 47

lakukan oleh pegawai ini dapat dilihat pada Alwi, Sharifah Faigah Syed. Uzaimah Ibrahim Lampiran 1, Tabel Ikhtisar Temuan Hasil dan Mohd Fuad Sawari. 2013. An Issue Penelitian (Moral Hazard Oleh Pegawai). On Uniform Customs and Practice for

Documentary Credits (UCP) No 600 for

Kesimpulan

Islamic Letter of Credit. International Setiap transaksi bisnis baik yang Conference on Economics and Busi- terjadi di lembaga keuangan konvensional

maupun lembaga keuangan syariah ti- ness Research. Vol. 7, p. 126-133

dak terlepas dari moral hazard. Sebuah Al-Qur’an (Firman Allah). 2012. Al-Qur’anku Bank Syariah di Provinsi Gorontalo pun

Dengan Tajwid dan Blok Warna. Ja- sebagai bagian dari Lembaga Keuangan

karta: Lautan Lestari (Lestari Books) Syariah tentunya tidak terlepas dari moral

Bendjilali, Boalem. 1996. Assessment Of hazard. Moral hazard yang dilakukan The Practice Of Islamic Financial

oleh pihak bank yakni pertama, bank ti-

Mengungkap Moral Hazard....... MediaTrend 12 (2) 2017 p. 108-126

Instruments. The Case Of IDB Unit dan Pembangunan Indonesia, Vol. 8 Investment Fund And Islamic Bank

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Pene- Fortofolio . Research Paper No. 35. litian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Islamic Research And Training Institute, PT. Remaja Rosdakarya Islamic Development Bank: Jeddah,

Saudi Arabia Muthaher, Osmad. 2012. Akuntansi Per- bakan Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu

Chariri, Anis. 2009. Landasan Filsafat Dan Metode Penelitian Kualitatif. Workshop Nurhayati dan Sri Wasilah. 2008. Akuntansi Metodologi Penelitian Kuantitatif dan

Syari’ah di Indonesia. Jakarta: Salemba Kualitatif, Laboratorium Pengem-

Empat.

bangan Akuntansi (LPA), Fakultas Poloma. Margaret M. 2007. Sosiologi Kon- Ekonomi Universitas Diponegoro

temporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Semarang, 31 Juli-1 Agustus 2009

Persada.

Farooq, Mohammad Omar. 2006. Partner- Pradita, Feby Riska. Perbandingan Sensiti- ship, Equity-Financing And Islamic

vitas Etis Account Officer Bank Umum Finance: Whitter Profit-Loss-Sharing?. Konvensional dan Bank Umum Syariah Associate Professor Of Economics And

di Kota Surabaya

Finance: Upper Lowa University Prasetyo, Pamunkas Aji. 2013. Identifikasi Gamar, Nur. Ali Djamhuri. 2015. Auditor

Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Internal Sebagai “Dokter” Fraud Di

Pembiayaan Bagi Hasil Perbankan Pemerintah Daerah. Jurnal Akuntansi

Syariah (Studi Kasus PT. BRI Syariah Multiparadigma.

Kantor Cabang Malang). Ibrahim, Taswan. Ragimun. Moral Hazard Puspitasari, Soraya Anggun. Eko Ganis Su-

Dan Pencegahannya Pada Industri koharsono. 2015. Program Kemitraan Perbankan Di Indonesia. Kemenkeu.

Dan Bina Lingkungan (Pkbl) Sebagai Ikatan Akuntansi Indonesia. 2008. Standar

Implementasi Tanggungjawab Sosial Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba

Badan Usaha Milik Negara : Studi Empat

Pelaksanaan Pkbl Perum Jasa Tirta I. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB

Ludigdo, Unti. 2007. Paradoks Etika Akun- tan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putri, Ike Nurkusuma. Ari Kamayanti. 2014. Etika Akuntan Indonesia Ber-

Ludigdo, Unti. 2013. Asumsi Dasar Para- basis Budaya Jawa, Batak, Dan Bali:

digma Interpretif. Accounting Research Pendekatan Antropologi. Jurnal Ilmiah Training Series ke-4 tanggal 26-27 Juni

Mahasiswa FEB

2013, Pascasarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawi- Rahayu, Sri. Unti Ludigdo, dan Didied jaya.

Affandy. 2007. Studi Fenomenologis Terhadap Proses Penyusunan Ang-

Dokumen yang terkait

177 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responbility (CSR) pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012- 2015 dengan Menggunakan Islamic Social Reporting (ISR) Index sebagai Tolok Ukur

0 0 13

PENGARUH NEGOSIASI DEBT CONTRACTS, POLITICAL COST, FIXED ASSET INTENSITY, DAN MARKET TO BOOK RATIO TERHADAP PERUSAHAAN MELAKUKAN REVALUASI ASET TETAP (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)

0 0 11

Pengaruh Return On Asset,Bopo Dan suku Bunga Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIVOLUNTARY AUDITOR SWITCHING (Studi Empiris pada Perusahaan Non Financing yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015)

2 1 15

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan Antar Kabupaten di Provinsi Riau

0 2 14

Pengaruh PMDN, PMA dan Belanja Daerah Jawa Timur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya dan Kabupaten Banyuwangi

0 0 13

Implementasi Bangunan Ekonomi Islam Pada Produk Pembiayaan Natural Uncertainty Contract (NUC) di Bank Syariah

0 1 18

Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kota di Provinsi Bali

0 0 11

Industri Rumah Tangga Pangan Olahan Berbahan Baku Ikan Air Tawar Pada Kelompok Wanita Tani di Desa Senden, Kecamatan Mungkid, Ka- bupaten Magelang

0 0 7

Analisis Upah Sistem Bagi Hasil Anak Buah Kapal pada Perahu Penangkap Ikan di Kabupaten Lamongan (Studi Kasus Perahu Jenis Ijon-Ijon Payangan pada Masyarakat Nelayan di Kelurahan Brondong dan Kelurahan Blimbing)

0 0 9