KEBAB RENDANG : INOVASI KEBAB NASI KHAS SUMATERA BARAT SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN KULINER BANGSA Kebab Rendang : Innovation of Rice Kebab Special West Sumatera as a Conservation Efforts Nation Culinar
KEBAB RENDANG : INOVASI KEBAB NASI KHAS SUMATERA BARAT SEBAGAI
UPAYA PELESTARIAN KULINER BANGSA
Kebab Rendang : Innovation of Rice Kebab Special West Sumatera as a
Conservation Efforts Nation Culinar
1*
1 Fadhila Erwin , Elok Zubaidah
1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145
- Penulis Korespondensi, Email
ABSTRAK
Kebab merupakan makanan khas Timur Tengah yang memiliki beberapa keunggulan, yaitu praktis, ekonomis dan lezat. Dengan mempertimbangkan peluang bisnis di dunia kuliner, maka diciptakan sebuah bisnis dengan produk awal berupa inovasi kebab nasi yaitu “Kebab Rendang” yang merupakan kombinasi nasi dengan rendang khas Sumatera Barat. Tujuan program wirausaha “Kebab Rendang” ini adalah menjadi salah satu media pelestari masakan daerah dan dapat membuka usaha yang profitable dan berkelanjutan melalui sistem franchies dan kemitraan. Untuk itu metode yang dilakukan adalah dengan memulai survey pasar, dilanjutkan dengan pemantapan riset, sertifikasi produk, dan kegiatan penjualan. Pemasaran pun dilakukan melalui media online dan media offline. Hasil yang diperoleh yaitu terbentuknya kebab inovatif yaitu
“Kebab Rendang”. Penjualan dilakukan pada 2 (dua) outlet tetap dan stand bazar kuliner. Kebab Rendang ini telah mendaftarkan hak paten merk melalui LPPM Universitas Brawijaya. Kata kunci: Ekonomis, Kebab Rendang, Lezat, Praktis, Profitable
ABSTRACT
Kebab is a typical Middle Eastern food which have several advantages, such arepractical, economical and delicious. Taking into account the business opportunities in the
culinary world, then created a business with its initial product innovation rice kebab is "Kebab
Rendang" which is a combination of rice with rendang typical of West Sumatra. Entrepreneurship
program objectives "Kebab Rendang" This is becoming one of the media conservationist
regional cuisine and can open a business that is profitable and sustainable through franchies
systems and partnerships. For the method to do is to start a market survey, followed by
strengthening research, product certification, and sales activities. Marketing was conducted via
online media and offline media. The results obtained by innovative kebab is "Kebab Rendang".
Sales carried out in two (2) permanent outlets and culinary bazaar booths. Rendang kebab has
filed a patent application for the brand through LPPM UB.Keywords: Economical, Rendang Kebab, Delicious, Practical, Profitable
PENDAHULUAN
Makanan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga dalam perkembangannya kebutuhan makanan dengan berbagai bentuk dan rasa telah dijadikan sarana usaha untuk memperoleh penghasilan. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya usaha-usaha makanan dan minuman yang bermunculan seperti usaha dalam bentuk waralaba atau franchise [1]. Pada tahun 2008, Bank Indonesia mencatat sebesar 42.9% dari total penjualan waralaba disumbangkan dari sektor makanan dan minuman [2]. Adanya perkembangan gaya hidup masyarakat saat ini turut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap suatu produk pangan. Pangan tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokok saja, lebih dari itu pangan juga berfungsi sebagai pemenuhan gaya hidup, kesehatan dan gengsi [3].
Salah satu produk makanan yang sangat digemari oleh semua kalangan masyarakat adalah Rendang. Rendang merupakan masakan khas Sumatera Barat yang berupa daging berbasis hewani dengan rempah-rempah yang komplek sehingga memberikan rasa yang sangat khas dan lezat [4]. Rendang daging merupakan salah satu menu masakan Sumatera Barat yang tidak hanya terkenal di Indonesia, bahkan baru-baru ini rendang di nobatkan sebagai salah satu makanan terpopuler di dunia [5].
Rendang biasanya dijual di restoran dengan penyajian yang serba lengkap, mahal dan rumit, sehingga kebanyakan mahasiswa yang berkantong pas-pasan tidak dapat menikmati masakan ini karena harganya yang cukup mahal. Selain itu, penyajiannya yang cukup rumit juga menjadikan mahasiswa maupun para pegawai kantoran yang selalu disibukkan dengan berbagai aktivitasnya tidak memiliki waktu luang untuk sekedar makan di warung atau rumah makan Padang guna menikmati masakan tersebut, sehingga diperlukan upaya untuk mengatasi persoalan ini dengan cara menjual dan menyajikan rendang yang praktis dan cepat saji, sehingga mahasiswa maupun pegawai kantoran dapat menikmatinya kapan saja dan dimana saja.
“Kebab Rendang” merupakan solusi dari masalah di atas, dimana rendang disajikan dengan sangat praktis, murah, cepat dan yang terpenting yaitu rasanya tetap seperti menikmati rendang di restoran masakan P adang. “Kebab Rendang” dibuat seperti kebab biasanya, hanya saja kalau kebab yang telah beredar biasanya hanya diisi dengan sayuran dan daging kemudian dilapisi pembungkus khusus berupa tortila yaitu produk olahan jagung hasil pemasakan alkali yang paling populer [6]
, namun pada “Kebab Rendang” dilakukan inovasi dimana isian dalam kebab diganti dengan nasi yang dicetak kemudian diberi irisan daging rendang dan sayur ubi layakya porsi lengkap nasi Padang. Selanjutnya ditambahkan mayonaise dan saus sambal seperti kebab biasanya, sehingga tetap menjaga tradisi masyarakat Indonesia yang memiliki mitos, kalau belum makan nasi berarti belum makan.
Dengan mempertimbangkan segala aspek diatas, maka masakan “Kebab Rendang”
mempunyai peluang besar untuk bersaing dan berkembang di dunia bisnis. Kebab Rendang berada di bawah naungan Kebab Nusantara. Dimana Kebab Nusantara terdiri dari 5 varian produk, yaitu Kebab Rendang, Kebab Bakso Bakar, Kebab Gudeg, Kebab Krawu, dan Kebab Rica. Pada Jurnal ini, dilakukan pendalaman pembahasan pada Kebab Rendang. Industri ini didirikan sebagai pengembangan potensi mahasiswa dibidang teknologi pengolahan pangan dan kewirausahaan. Selain itu tujuan pendirian bisnis ini juga sebagai media pelestarian kuliner nusantara serta turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Bangsa Indonesia. Adapun beberapa hal yang memperkuat bisnis ini sehingga bisa berjalan yaitu adanya pengetahuan yang kuat, basis ilmu dibidang teknologi pengolahan pangan serta kemampuan pembuatan masakan Padang yang dimiliki oleh pelaksana karena merupakan salah satu putra daerah Ranah Minang sehingga tetap menjaga keaslian rasa dari rempah yang ditambahkan dalam proses pembuatan rendang, dimana rempah berfungsi sebagai penyumbang flavor dan aspek sensoris lainnya, serta banyaknya komponen aktif di dalam rempah yang berfungsi sebagai antimikroba sehingga dapat memperpanjang umur simpan dari produk kebab rendang ini [7].
BAHAN DAN METODE
BahanBahan-bahan yang digunakan untuk membuat Kebab Rendang antara lain yaitu beras, daging sapi, rempah-rempah, gula, garam, santan, air, cabai, daun singkong, mayonaise, saus sambal, margarin, dan tortila. Beberapa dari bahan-bahan ini diperoleh dari pasar Belimbing, Malang. Namun, khusus untuk rempah-rempah didatangkan langsung dari kota Padang, Sumatera Barat.
Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan Kebab Rendang antara lain adalah kompor, tabung gas LPG 3 Kg, plat pemanggang, cetakan besi, pisau, gunting, telenan, wajan penggoreng, panci, mangkok dan penjepit makanan.
Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program kreativitas mahasiswa kewirausahaan Kebab Rendang ini meliputi persiapan, pemantapan riset pasar, promosi, sertifikasi P-IRT dan Akan Halal MUI serta perolehan hak paten merk (HAKI), pelaksanaan produksi dan penjualan.
a. Persiapan
Persiapan dalam menjalankan program ini meliputi diskusi kelompok dengan dosen pembimbing, penentuan stategi bisnis, survey pasar, pengadaan alat dan bahan, percobaan pembuatan produk, pemesanan gerobak atau rombong, pembuatan desain yang meliputi desain; rombong atau gerobak, kemasan, poster, banner dan brosur, pencetakan desain serta penetapan tempat penjualan.
b. Pemantapan riset pasar
Pemantapan riset pasar dilakukan dengan cara membagi-bagikan tester di dalam maupun di luar lingkungan Universitas Brawijaya, kemudian menarik kesimpulan dengan mengumpulkan berbagai testimoni masyarakat yang telah mencoba tester yang dibagikan. Selain itu, pemantapan riset pasar juga dilakukan melalui media online dengan membuat fans page berupa blog, twitter, dan facebook. Melalui upaya-upaya tersebut, akan diketahui jumlah peminat dari produk Kebab Rendang ini.
c. Promosi
Promosi dilakukan melalui 2 (dua) media, yaitu media online dan offline. Media online meliputi facebook, twitter, dan blog. Sedangkan media offline meliputi pemasangan banner dan pembagian brosur di tempat-tempat umum.
d. Sertifikasi P-IRT dan Akan Halal MUI serta perolehan hak paten merk (HAKI).
Pada saat sekarang ini, Kebab Rendang masih dalam proses untuk mendapatkan perizinan dan nomor label dari Dinas Kesehatan serta Sertifikat Halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia). Selain itu, Kebab Rendang juga telah mendaftarkan hak paten merk atau dikenal dengan HAKI melalui bantuan sentral Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya.
e. Pelaksanaan produksi dan penjualan
Proses produksi dan penjualan Kebab Rendang dimulai dari tanggal 07 April 2014 dan dilakukan setiap hari kerja yaitu Senin-Jumat dari jam 09.00-16.00 WIB. Penjualan awal bertempat di kantin ABC Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Selain itu penjualan juga dilakukan dengan mengikuti berbagai pameran dan bazar yang diadakan pada hari Sabtu dan Minggu. Tiga bulan kemudian, dibuka outlet kebab kedua yang terletak di jalan Kertorahayu, Malang. Hal ini didukung dengan kapasitas produksi yang semakin hari semakin meningkat, dimana pada bulan pertama (April), terjual 127 bungkus kebab dan pada bulan berikutnya, terjual sebanyak 163 bungkus Kebab dan terus meningkat setiap bulannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan ProduksiProses produksi Kebab Rendang dimulai dari tanggal 07 April 2014 dan dilakukan setiap hari kerja yaitu Senin-Jumat dari jam 09.00-16.00 WIB. Penjualan awal bertempat di kantin ABC Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Selain itu penjualan juga dilakukan dengan mengikuti berbagai pameran dan bazar yang diadakan pada hari Sabtu dan Minggu. Tiga bulan kemudian, dibuka outlet Kebab kedua yang terletak di jalan Kertorahayu, Malang. Hal ini didukung dengan kapasitas produksi yang semakin hari semakin meningkat. Pada bulan pertama (April), terjual 127 bungkus Kebab dan pada bulan berikutnya, terjual sebanyak 163 produk Kebab dan terus meningkat setiap bulannya. Berikut data pembuatan Kebab Rendang dari bulan April hingga Bulan Agustus 2014 seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Pembuatan Kebab Rendang periode April- Agustus 2014
Bulan Kebab Rendang (bungkus)
April 127 Mei 163
Juni 133 Juli 184
Agustus 178 Total 785
Proses produksi pembuatan bahan isian kebab dilaksanakan di rumah produksi Kebab yang terletak di Perum. Griya Santa Inside Blok HH No.1 Malang. Pada perkembangannya rumah produksi Kebab dibagi menjadi 2 tempat karena tidak lagi dapat memenuhi kapasitas produksi. Rumah produksi Kebab kedua terletak di Jalan Kertorahayu, Malang, sedangkan pembuatan kebab rendang dilakukan langsung pada outlet penjualan yang terletak di kantin ABC Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, dan outlet yang berada di Jalan Kertorahayu, Malang. a b
Gambar 1. (a). Outlet Kantin ABC; (b). Outlet Kertorahayu
Tenaga Kerja
Kebab Rendang telah memperkerjakan dua orang tenaga kerja untuk membantu menjalankan usaha ini. Dilihat dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja dibedakan atas tiga golongan yaitu : pertama, tenaga kerja kasar yaitu tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau rendahnya pendidikan dan tidak memiliki keahlian dalam suatu pekerjaan. Kedua, tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiiki keahlian dari pelatihan atau pengalaman kerja. Ketiga, tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang ilmu tertentu [8]. Dalam menjalankan usaha kebab rendang, tidak ada syarat khusus untuk menjadi tenaga kerja. Kebab rendang menerima karyawan dari golongan apapun, namun dapat berkomitmen dalam mengembangkan usaha Kebab Rendang ini.
Tenaga kerja tersebut bertugas dalam membantu proses pendistribusian bahan kebab serta penyajian kebab di outlet-outlet penjualan. Tenaga kerja tersebut akan dibayar dengan gaji pokok dan bonus penjualan tiap hari sebesar 5% dari total omzet. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan serta memberi semangat kepada para karyawan dalam menjualkan produk kebab ini. Dengan memperkerjakan tenaga kerja, maka usaha Kebab Rendang telah berpartisipasi dalam mengurangi jumlah pengangguran sumber daya manusia di Indonesia.
Sertifikasi dan Labelisasi Produk
Sertifikasi dan labelisasi produk sangat diperlukan dalam dunia usaha khususnya dalam bidang kuliner. Sertifikasi digunakan untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang dijual dapat dipertanggung jawabkan secara kesehatannya [9]. Selain sebagai penguat keyakinan konsumen, proses sertifikasi juga sangat diperlukan oleh pengusaha sebagai bahan instrospeksi diri terhadap proses dan produk yang akan dijual kepada konsumen. Jika proses produksi dan produk yang dihasilkan telah memenuhi standar sertifikasi maka pengusaha perlu menjaganya agar kualitas produk yang dihasilkan tetap baik. Bagi setiap pengusaha dalam bidang kuliner wajib mengetahui keseluruhan tentang produk yang dihasilkan baik secara bentuk fisik maupun kandungan yang ada di dalamnya. Hal tersebut merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha yakni pengetahuan produk (product knowledge) sebagai bahan dasar dalam memasarkan dan mempertanggung jawabkan produk yang dihasilkan kepada konsumen yang dituju [10].
Pada saat sekarang ini, Kebab rendang masih dalam proses untuk mendapatkan perizinan dan nomor label dari Dinas Kesehatan serta Sertifikat Halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia). Selain itu, Kebab Rendang juga telah mendaftarkan hak paten merk atau dikenal dengan HAKI melalui bantuan sentral Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya.
Gambar 2. Surat Keterangan Pendaftaran Haki Melalui LPPM Universitas Brawijaya
Penjualan
Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba. Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan [11].
Pada awal perkembangannya, penjualan Kebab Rendang dilakukan dengan membuka outlet Kebab pertama di kantin ABC yang berada di area Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya pada tanggal 7 April 2014 dengan pangsa pasar utama adalah mahasiswa dan karyawan-karyawan. Pada outlet ini, produk Kebab Rendang sangat diterima oleh konsumen, hal ini dikarenakan keunggulan produk Kebab Rendang yaitu merupakan produk yang praktis, enak dan mengenyangkan, sehingga seringkali dikonsumsi oleh mahasiswa sebagai santapan ketika sarapan dan sebagai santapan makan siang bagi para karyawan – karyawan kampus. Selama 5 (lima) bulan berjualan rata-rata penjualan Kebab Rendang mencapai 157 produk setiap bulannya. Sehingga diperoleh total omzet rata-rata Kebab Rendang Rp 1.099.000 setiap bulannya.
Setelah sukses melakukan penjualan di outlet ABC Fakultas Teknologi Pertanian UB, Kebab mulai membuka cabang outlet di Jalan kertorahayu, Malang pada tanggal 7 Juli 2014. Pangsa pasar yang dituju untuk penjualan di outlet ini adalah mahasiswa Universitas Brawijaya khususnya yang memiliki tempat tinggal atau kos-kosan di daerah tersebut, karena jalan Kertorahayu merupakan salah satu kawasan pusat kos-kosan mahasiswa Universitas Brawijaya. Jam operasi outlet tersebut adalah mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Jam operasi tersebut lebih singkat jika dibandingkan outlet yang berada di kantin ABC FTP Universitas Brawijaya yang beroperasi mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Hal ini dikarenakan jumlah konsumen yang berada di lingkungan kampus lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah konsumen yang ada di luar lingkungan kampus, sehingga durasi penjualan di outlet ABC lebih lama dibanding outlet di Jalan Kertorahayu.
Selain itu, Kebab Rendang juga melakukan penjualan pada beberapa pameran dan bazar. Seperti mengikuti bazar Pasar Murah Brawijaya yang diadakan setiap hari Minggu yang bertempat di Gazebo Brawijaya, kemudian Kebab Rendang juga berpartisipasi pada acara Dies Natalis Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya serta bazar Agroteknologi yang diadakan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Permintaan konsumen akan Kebab, terutama Kebab Rendang pada bazar ini cukup tinggi. Biasanya pada saat mengikuti bazar, penjualan Kebab Rendang mencapai 23 produk perharinya dengan jam operasi yang dimulai pada pukul 08.00 hingga pukul 13.00.
Dalam penjualannya, Kebab Rendang memiliki startegi marketing yaitu 4P+ :
a. Place Place atau tempat, Kebab Rendang memilih tempat-tempat strategis untuk melakukan
penjualan seperti kawasan kampus dan kawasan kos-kosan guna memperoleh konsumen sebanyak-banyaknya.
b. Product
Produk, Kebab Rendang memiliki beberapa keunggulan seperti unik, praktis, enak, mengenyangkan, dan cepat saji, sehingga konsumen dapat menikmati kebab ini dengan mudah, tanpa harus meluangkan waktu yang banyak.
c. Price Price atau harga, Kebab Rendang memiliki harga yang ekonomis. Yaitu hanya seharga Rp
7.000,00, sehingga konsumen dari golongan apapun khususnya mahasiswa dapat membeli produk ini.
d. Promotion dan Packaging
Promosi, Kebab Rendang dipromosikan melalui media offline dan online, dimana media
offline dilakukan dengan membagi-bagikan brosur dan memasang banner di tempat-tempat umum, sedangkan pada media online kebab dipasarkan melalui twitter, facebook, dan blog.
Gambar 4. Media Promosi Offline
Gambar 5. Media Promosi Online
Keuangan
Selama lima bulan menjalankan bisnis penjualan, Kebab Nusantara telah menghasilkan omzet sebesar Rp 17.976.000,00 dengan melakukan penjualan tetap di dua outlet yang telah dimiliki. Dari hari pertama penjualan, dihasilkan omzet sebesar Rp 155.000,00/hari hingga saat ini mencapai pemasukan sebesar Rp 301.000,00/hari. Penjualan produk Kebab Nusantara tertinggi didominasi oleh varian
“Kebab Rendang” yaitu sebanyak 29% dari total penjualan kelima varian produk. Dari penjualan Kebab Rendang diperoleh total omzet sebesar Rp 5.495.000,00. Sehingga Keuntungan yang diperoleh dari bisnis Kebab Rendang ini mencapai 29% dari laba total Kebab Nusantara yaitu sebesar Rp 5.669.150,00. Berikut data keuangan Kebab Nusantara disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Keuangan Kebab Nusantara
Keterangan Nominal
Biaya peralatan penunjang Rp 7.516.000,00 Biaya penyusutan per bulan Rp 327.000,00 Biaya habis pakai per bulan Rp 2.131.750,00 Biaya produksi per bulan Rp 2.458.750,00 Rata-rata penjualan per bulan 513 produk Rata-rata penjualan per hari 23 produk Pengembalian modal 10 bulan Omset Rp 17.976.000,00 Laba Rp 5.669.150,00
Penjualan Kebab Rendang terus mengalami peningkatan setiap bulannya. Hal ini didukung dengan semakin meningkatnya permintaan konsumen setiap harinya. Pada bulan pertama yaitu bulan April, penjualan Kebab Rendang mencapai 127 produk dan pada akhir penjualan yaitu bulan Agustus, Kebab Rendang terjual sebanyak 178 produk. Berikut data penjualan Kebab Rendang dari bulan April 2014 hingga bulan Agustus 2014 pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Penjualan Kebab Rendang Periode April hingga Agustus 2014
Jumlah Harga satuan
Bulan Total (Rp)
(bungkus) (Rp)April 127 7.000,00 889.000,00 Mai 163 7.000,00 1.141.000,00 Juni 133 7.000,00 931.000,00 Juli 184 7.000,00 1.288.000,00 Agustus 178 7.000,00 1.246.000,00 Total 785 5.495.000,00 Untuk memproduksi Kebab Rendang, setiap bulannya dihabiskan biaya sebesar Rp 696.250,00. Berikut disajikan rincian data biaya habis pakai produk Kebab Rendang pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Biaya Habis Pakai Kebab Rendang
Jenis Bahan Kuantitas Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Beras 13 kg 8.500,00 110.500,00 Rendang 22 potong 7.500,00 165.000,00 Mentega 1 bungkus 4.500,00 4.500,00 Saos 0.5 kg 12.000,00 6.000,00 Mayonaise 0.25 kg 15.000,00 3.750,00 Tortila 150 lembar 1.150,00 172.500,00 kertas roti 50 lembar 50,00 2.500,00 Kemasan 150 helai 1.500,00 225.000,00 kertas minyak 50 helai 50,00 2.500,00 Kresek 40 bungkus 100,00 4.000,00 Total
696.250,00 Sehingga, dari total penjualan Kebab Rendang yang dimulai pada bulan April hingga bulan Agustus 2014 pada 2 (dua) outlet tetap serta bazar-bazar yang pernah diikuti, diperoleh laba bersih sebesar Rp 1.772.530,00. Berikut data keuangan Kebab Rendang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Keuangan Kebab Rendang Keterangan Nominal
Biaya peralatan penunjang Rp 7.516.000,00 Biaya penyusutan per bulan Rp 327.000,00 Biaya habis pakai per bulan Rp 696.250,00 Biaya produksi per bulan Rp 491.750,00 Rata-rata penjualan per bulan 157 produk Rata-rata penjualan per hari 9 produk Pengembalian modal 10 bulan Harga Pokok Penjualan (HPP) Rp 5.100,00 Harga Jual Produk Rp 7.000,00 Omset Rp 5.495.000,00 Laba Rp 1.772.530,00
SIMPULAN
Program kewirausahaan “Kebab Rendang” merupakan salah satu upaya melestarikan kuliner bangsa sehingga menjadi populer dikalangan masyarakat. Pembuatan produk Kebab
Nusantara bertujuan untuk menginovasi kebab menjadi selera Indonesia dengan cara menyajikan makanan khas nusantara khususnya Rendang yang berasal dari Sumatera Barat kedalam variasi isian kebab. Diolah dari bahan-bahan lokal berkualitas dengan mutu yang telah ditetapkan. Pembuatan produk Kebab Rendang ini menjadikan makanan daerah Nusantara menjadi praktis, enak, bergizi, ekonomis dan modern yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyajiannya yang praktis, komposisi yang lengkap dan harga yang terjangkau oleh berbagai kalangan. Program ini juga telah memberikan peluang kerja baru bagi masyarakat setempat. Saat ini Kebab Rendang telah memiliki 2 orang pegawai tetap.
Pelaksanaan produksi dilaksanakan di rumah produksi yang terletak di Perum Griya Santa Inside Blok HH. No. 1, Malang. Dengan 2 tempat penjualan tetap yang berada di outlet ABC FTP Universitas Brawijaya dan outlet Kertorahayu. Hingga saat ini telah diperoleh total omzet Kebab Rendang sebesar Rp 5.495.000,00 dengan total biaya habis pakai sebesar Rp 696.250,00 perbulan dan total laba bersih sebesar Rp 1.772.530,00.
1) Setiawan, D. 2007. Franchise Guide Series Kiat Memilih Usaha Dengan Biaya Kecil Untung Besar. Dian Rakyat. Jakarta
2) Hartanti, D. 2009. Bisnis Franchise. Penerbit Indonesia Cerdas, Yogyakarta 3) Wibowo, R. 2000. Penyediaan Pangan dan Permasalahannya. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta 4) Wikipedia. 2012. Rendang. Tanggal akses: 25/11/2014 5) Budi, S. 2012. Rendang : Juara Masakan Terlezat Sedunia versi CNN GO. Kriya Pustaka.
Jakarta 6) Lestari, F. 2007. Subtitusi Tepug Ubi Jalar Ungu dan Penambahan NaHCo3 Pada
Pembuatan Tortilla Chips. Skripsi Teknologi Pangan UPN Veteran Jawa Timur. Surabaya 7) Berger, R. G. 2009. Biotechnology of Citarasa - the next generation. Biotechnol. Lett. 31:2,
1651-1659 8) Sukirno, S. 2005. Makroekonomi Modern. Perkembangan Pemikiran dari Klasik Hingga
Keynesian Baru. Raja Grafindo Persada. Jakarta 9) Soffie, Y. 2003. Perlindungan Konsumen dan Instrumen Hukumnya. Citra Aditya Bakti. Bandung 10) Widjaja, G. 2000. Hukum tentang Perlindungan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
11) Basu, S. 2005. Manajemen Penjualan, cetakan kedua belas. BFSE. Yogyakarta