PENGARUH TEPUNG KACANG HIJAU, TEPUNG LABU KUNING, MARGARIN TERHADAP FISIKOKIMA DAN ORGANOLEPTIK BISKUIT Effect of Mungbean Flour, Pumpkin Flour, Margarine on Physico-Chemical and Organoleptic Biscuit

  

PENGARUH TEPUNG KACANG HIJAU, TEPUNG LABU KUNING, MARGARIN

TERHADAP FISIKOKIMA DAN ORGANOLEPTIK BISKUIT

Effect of Mungbean Flour, Pumpkin Flour, Margarine on Physico-Chemical and

Organoleptic Biscuit

  1*

  1 Diah Ratnasari , Yunianta

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email: dyah.ratnasari92@gmail.com

  

ABSTRAK

  Biskuit adalah salah satu makanan selingan yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tetapi pada umumnya biskuit hanya memiliki keunggulan tinggi energi .sehingga dibutuhkan bahan utama lain yang dapat meningkatkan kandungan gizi pada biskuit. Seperti protein dan pro vitamin A. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio tepung labu kuning : tepung kacang hijau dan proporsi margarin untuk menghasilkan biskuit perlakuan terbaik.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dimana faktor I adalah penambahan tepung labu kuning dengan tepung kacang hijau (20%:30% , 25%:25%, 30%:20%) dan faktor II adalah penambahan margarin (25%,30%,35%). Perlakuan terbaik dari segi fisik kimia di peroleh pada penambahan tepung labu kuning dengan tepung kacang hijau 30%:20% dan penambahan margarin 35%.

  Dengan karakterisik: kadar abu 2.77%, kadar lemak 21.66%, kadar pati 34.7% kadar karoten103.11 μg/g, daya patah 6.27 N dan kecerahan (L) 65.64

  Kata Kunci: Biskuit, Kacang Hijau, Karoten, Labu Kuning

  

ABSTRACT

Biscuit is snack that can be consumed by many people, but that snack only focused

on high energy. Biscuit need other ingredient to produce more nutrituon of biscuit, like

provitamin-A and protein. Alternative additional main ingridient is pumpkin flour and

mungbean flour.the purpose of this research is to know the ratio of pumpkin flour :

mungbean flour and margarine proper proportions to produce the best treatmenr biscuits.the

method used randomized block design (RBD) with two factors where the first factor is the

addition of flour pumpkin with mung bean flour (20%: 30%, 25%: 25%, 30%: 20%) and the

second factor is the addition of margarine (25%, 30%, 35%). The best treatment is obtained

on physical chemycal treatment ratio of flour pumpkin with mungbean flour 30%: 20% and

margarine adding 35% with characteristic ash content 2.77%, fat content 21.66%, starch

content 34.7%, carotene content 103.11

  g/g, separate power 6.27% and brightness 65.64

  Keywords : Biscuits, Caroten, MungBean, Pumpkin

PENDAHULUAN

  Biskuit merupakan salah satu makanan ringan yang dapat dikonsumsi oleh seluruh kalangan Namun biskuit di pasaran memiliki kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi namun rendah protein dan provitamin A. Bahan utama pembuatan biskuit umumnya adalah terigu, diperlukan substitusi dengan bahan baku lokal alternatif yang dapat meningkatkan kandungan gizi Biskuit. Salah satu bahan pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber karotenoid adalah labu kuning yang mengandung karoten sebesar 1569 µg/100 g bahan [1]. KEP dapat dicegah dengan meningkatkan konsumsi bahan pangan yang memiliki kadar protein tinggi, salah satunya sumber protein nabati yaitu kacang hijau yang mengandun protein sebesar 22 % [2]. Pembuatan tepung kacang hijau untuk memperpanjang umur simpan dan lebih mudah dalam pemanfaatannya.

  Biskuit yang baik harus memenuhi syarat mutu biskuit yang ditetapkan SNI 01-2973- 1992 [3]. Pencampuran dua jenis atau lebih tepung yang memiliki karakteristik yang berbeda, akan menyebabkan tekstur produk akhir menjadi keras. Oleh karena itu perlu penambahan margarin agar biskuitmemiliki kerenyahan yang baik. Margarin adalah salah satu lemak yang bersifat sebagai shortening dimana akan meningkatkan kerenyahan pada biskuit [4].

  

BAHAN DAN METODE

Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain labu kuning yang diperoleh dari Pasar Gadang, kacang hijau yang diperoleh dari Pasar Besar Malang, tepung terigu merk “Segitiga Biru”, margarin merk “Blueband”, gula halus, susu bubuk merk “Dancow”, dan telur yang diperoleh dari Toko Avia Malang. Bahan yang digunakan untuk analisa antara lain Aseton, Petroleum Eter, H SO pekat, NaOH, HCl 0,1 N, K SO 10%, alkohol

  2

  4

  2

  4

  95%, H

3 BO 3 3% , tablet kjeldahl, indikator metil red, indikator PP, natrium sulfat anhidrit, aluminium oxide, dan aquades yang diperoleh dari toko Makmur Sejati Malang.

  Alat

  Alat yang digunakan pada pembuatan produk antara lain pengering kabinet, slicer, oven listrik, blender, ayakan 80 mesh, pencetak biskuit, timbangan digital, mixer, spatula, baskom plastik, sendok, pisau, loyang, pengukus, pengering oven, kayu pemipih, plastik. Alat yang digunakan untuk analisa antara lain glassware, timbangan analitik, desikator, oven listrik, labu kjedahl, destilator, soxhlet, color reader, pengukur absorbansi, rak tabung reaksi, corong plastik, corong kaca refluks, lemari asam, spektrofotmeter, vortex, dan Tensile Strength kertas saring, dan kapas.

  Desain Penelitian

  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan dua faktor yang terdiri dari masing-masing 3 level, yaitu : K1M1 = 10% tepung labu kuning : 30% tepung kacang hijau dan 25% Margarin; K1M2 = 10% tepung labu kuning : 30% tepung kacang hijau dan 30% Margarin; K1M3 = 10% tepung labu kuning : 30% tepung kacang hijau dan 35% Margarin; K2M3 = 20% tepung labu kuning : 20% tepung kacang hijau dan 25% Margarin; K2M2 = 20% tepung labu kuning : 20% tepung kacang hijau dan 30% Margarin; K2M3 = 20% tepung labu kuning : 20% tepung kacang hijau dan 35% Margarin; K3M1 = 10% tepung labu kuning : 30% tepung kacang hijau dan 25% Margarin;K3M2 = 10% tepung labu kuning : 30% tepung kacang hijau dan 30% Margarin; K3M3 = 10% tepung labu kuning : 30% tepung kacang hijau dan 35% Margarin

  Metode

  1. Pembuatan Tepung Labu Kuning

  Labu kuning matang, dikupas kulitnya, dibuang bijinya kemudian dicuci dengan air, kemudian diiris tipis dengan menggunakan mesin slicer dengan ketebalan 1-2 mm. Setelah

  o

  itu dikeringkan dengan menggunakan mesin pengering kabinet dengan suhu 60 C selama 24 jam dan didapatkan labu kuning kering. Labu kuning dihancurkan dengan blender dan diayak dengan ayakan 80 mesh, didapatkan tepung labu kuning, dianalisa kadar air, total karoten, kadar protein, kadar lemak, kadar abu dan warna (L, a, b).

  2. Pembuatan Tepung Kacang Hijau

  Biji kacang hijau dibersihkan, biji kacang hijau ditiriskan dan, biji kacang hijau diberi perlakuan steam blanching selama 10 menit, dikupas kulit biji kacang hijau, kecambah biji kacang hijau dikeringkan di pengering kabinet suhu 60ºC selama 18 jam, didapatkan biji kacang hijau kering diblender dan diayak 80 mesh, didapatkan tepung kacang hijau, dianalisis kadar air, kadar abu, lemak, protein, dan warna

  

3. Pembuatan Biskuit dengan Proporsi Tepung Labu Kuning : Kacang Hijau dan

Penambahan Margarin

  Margarin, gula, dan telur dicampur sampai tercampur rata. Adonan ditambahkan tepung labu kuning, tepung kacang hijau, tepung terigu, susu bubuk kemudian dicampur sampai membentuk adonan yang kompak. Adonan dicetak kepingan seberat 7 gram perkeping. Dipanggang suhu150ºC selama 15 menit

  Prosedur Analisis

  Pada penelitian ini analisis yang digunakan meliputi analisis kadar air metode thermogravimetri [5], analisa kadar abu [5], analisa kadaar lemak metode soxhlet [6], analisa kadar protein [5], analisa warna dengan color reader [7], analisa daya patah dengan tensile

  

strength [7], analisa total karoten metode kromatografi [6], uji organoleptik menggunakan

Hedonic scale [8], penentuan perlakuan terbaik menggunakan metode Zeleny [8]

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Kadar Air Nilai rerata kadar air dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

  6 )

  K1 (Tepung Labu %

  5 (

  Kuning 20% : Tepung air

  4 kacang Hijau 30%) ar

  3 K2 (Tepung labu kad

  2 Kuning 25% : Tepung

  1 rata kacang Hijau 25%) re

  K3 (Tepung labu 20% 25% 30% 35% 40% Kuning 30% : tepung penambahan margarin (%)

  Kacang Hijau 20%)

  Gambar 1. Grafik Kadar Air Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Margarin

  Kadar air biskuit semakin tinggi seiring semakin banyak proporsi tepung labu kuning yang ditambahkan, sedangkan semakin banyak proporsi penambahan tepung kacang hijau yang ditambahkan maka kadar air semakin menurun. Hal ini disebabkan karena tepung labu kuning memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan tepung kacang hijau . Tepung labu kuning memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yaitu sebesar 68.72%, terdiri dari pati yang jumlahnya sebesar 14.23%[9]. Penurunan kadar air terjadi akibat adanya mekanisme pati dan protein, menyebabkan air tidak lagi dapat diikat dengan maksimum. Ikatan hidrogen yang terbentuk antara molekul pati dengan air akan berkurang dengan adanya interaksi antara pati dan protein [10].

  Kadar air cenderung meningkat dengan bertambhanya margarin. Hal ini disebabkan karena margarin adalah emulsifier water in oil (W/O)[10]. Selama proses pembuatan biskuit dapat memungkinkan adanya kerusakan emulsifier yang melepaskan air dalam emulsi [11].

2. Kadar Protein

  Kadar protein biskuit cenderung meningkat seiring dengan semakin banyak proporsi tepung kacang hijau. Berdasarkan hasil analisa bahan baku yang telah dilakukan, tepung kacang hijau mengandung kadar protein sebesar 19.09% sehingga semakin banyak proporsi tepung kacang hijau yang ditambahkan, maka kadar protein biskuit juga akan semakin meningkat. Kadar protein cenderung menurun seiring dengan meningkatnya proporsi tepung labu kuning dan menurunnya proporsi tepung kacang hijau. Kandungan protein dalam tepung labu kuning sebesar 2.12% [12] jauh dibawah kadar protein tepung kacang hijau.

  20 )

  K1 (Tepung labu (%

  Kuning 20% : tepung

  15 in kacang Hijau 30%)" te ro

  10 K2 (Tepung Labu p ar

  Kuning 25%: Tepung

  5 Kacang Hijau 25%) kad

  K3 (Tepung labu rata

  20% 25% 30% 35% 40% e

  Kuning 30%: tepung R penambahan margarin (%)

  Kacang Hijau 20%)

  Gambar 2. Grafik Kadar Protein Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung kacang hijau serta penambahan margarin

3. Total Karoten

  120 r /g

  K1 ( Tepung labu g

  100 µ

  Kuning 20% : tepung n

  80 te

  Kacang Hijau 30%) o

60 K2 (Tepung labu Kuning

  tal kar

  40 25%: Tepung kacang to

  Hijau 25%)

  20 rata

  K3 (Tepung labu Kuning e R

  30% : Tepung Kacang 20% 25% 30% 35% 40% Hijau 20%) penambahan margarin (%)

  Gambar 3. Grafik Total Karoten Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung kacang hijau serta penambahan margarin Total karoten semakin meningkat seiring dengan semakin tinggi proporsi tepung labu kuning yang ditambahka. Labu kuning merupakan salah satu tanaman yang buahnya mengandung karoten yang tinggi. Pada tepung labu kuning kandungan total karoten dapat mencapai 1187.23 µg/g [13]. Hasil analisa yang dilakukan juga menunjukkan bahwa tepung labu kuning memiliki total karoten mencapai 161.33 µg/g. Hal ini yang menyebabkan total karoten pada biskuit semakin tinggi seiring dengan meningkatnya proporsi tepung labu kuning. Semakin tinggi proporsi tepung kacang hijau, total karoten biskuit semakin menurun. Pada tepung kacang hijau kandungan nutrisi utamanya adalah protein yang tinggi [14]. Selain itu, karotenoid banyak terkandung pada pangan nabati seperti buah dan sayur dan tetapi pada kacang hijau kadar karotennya hanya sedikit.[15]

4. Kadar Abu

  Proporsi tepung kacang hijau yang semakin meningkat dan proporsi tepung labu kuning yang semakin rendah, menunjukkan kadar abu biskuit mengalami peningkatan. Pada proporsi tepung labu kuning yang semakin meningkat dan proporsi tepung kacang hijau yang semakin menurun menunjukkan kadar abu biskuit yang cenderung menurun. Kadar abu yang terkandung pada labu kuning segar adalah 110.4 mg [16]. Hal ini yang menyebabkan peningkatan proporsi tepung labu kuning tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar abu biskuit. Abu merupakan unsur mineral atau zat anorganik yang terkandung dalam bahan pangan [17]. Abu juga merupakan zat dalam bahan pangan selain air dan bahan organik. Selain itu kadar abu juga merupakan unsur mineral sebagai sisa yang tertinggal setelah bahan dibakar sampai bebas unsur karbon, merupakan komponen yang tidak mudah menguap, dan tetap tinggal dalam pembakaran dan pemijaran senyawa organik [18].

  4 )

  K1 ( Tepung Labu Kuning (%

  20% : tepung kacang Hijau u

  3 30%) ab ar

2 K2 (tepung Labu Kuning 25%

  kad : tepung Kacang Hijau 25%)

  1 rata e R

  K3 (Tepung Labu Kuning 30% 20% 25% 30% 35% 40% : Tepung Kacang Hijau 20%)

  Penambahan Margarin (%)

  Gambar 4. Grafik Kadar Abu Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin

5. Kadar Lemak

  30 ) (%

25 K1 ( Tepung Labu Kuning 20%

  ak

  20 : tepung Kacang Hijau 30% lem

  15 ar

  K2 (Tepung labu Kuning 25%:

  10 kad

  Tepung kacang Hijau 25%)

5 K3 (Tepung labu Kuning 30%;

  rata e R Tepung kacang Hijau 20%) 20% 25% 30% 35% 40%

  Penambahan margarin (%)

  Gambar 5. Grafik Kadar Lemak Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung kacang hijau serta penambahan margarin Kadar lemak biskuit cenderung meningkat seiring semakin banyaknya proporsi tepung labu kuning dan semakin sedikit proporsi penambahan tepung kacang hijau dan meningkatnya penambahan maragrin. Berdasarkan hasil analisa kadar lemak tepung labu kuning yang digunakan pada penelitian ini sebesar 3.28%, sedangkan dari hasil analisa kadar lemak tepung kacang hijau didapatkan kadar lemak sebesar 0.09%. Kadar lemak tepung labu kuning adalah sebesar 3.60% [19], sedangkan semakin tinggi penambahan margarin, kadar lemak semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena margarin adalah bahan yang berbasis lemak [20].

6. Daya Patah

  Daya patah biskuit cenderung meningkat dengan semakin banyak proporsi tepung kacang hijau namun akan cenderung menurun seiring dengan semakin banyak proporsi tepung labu kuning. Pada penambahan margarin, semakin banyak penambahan margarin maka daya patah biskuit cenderung menurun.

  12 ) (N

10 K1 (Tepung labu Kuning 20% :

  8 atah

  Tepung Kacang Hijau 30%) a p

  6 ay

  K2 (Tepung labu Kuning 25% : d

  4 tepung Kacang Hijau 25%) ata

  2 rer

  K3 (Tepung Labu Kuning 30%: tepung Kacang Hijau 20%) 20% 25% 30% 35% 40% penambahan margarin (%)

  Gambar 6. Grafik Daya Patah biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung kacang hijau serta penambahan margarin

7. Warna Tingkat Kecerahan (L)

  80 (L)

  60 an

  K1 (Tepung labu Kuning 20% : tepung Kacang Hijau 30%) rah

  40 ce

  K2 ( Tepung labu Kuning 25%: ke

20 Tepung Kacang Hijau 25%)

  rata K3 (Tepung Labung Kuning re

  20% 25% 30% 35% 40% 30%: Tepung Kacang Hijau 20%) penambahan margarin (%)

  Gambar 7. Grafik Tingkat Kecerahan (L) Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin

  Tingkat kecerahan (L) biskuit cenderung menurun dengan semakin banyak proporsi penambahan tepung kacang hijau namun akan cenderung meningkat seiring dengan semakin banyak proporsi penambahan tepung labu kuning. Pada penambahan biskuit tingkat kecerahan semakin meningkat.

8. Warna Tingkat Kemerahan (a)

  8 (a+)

6 K1 (Tepung Labu Kuning

  an 20%:Tepung kacang Hijau 30%)

  4 rah e k2 (Tepung Labu Kuning 25%: m

  2 tepung Kacang Hijau 25%) ke

  K3 (Tepung Labu Kuning 30% : rata

  20% 25% 30% 35% 40% Tepung Kacang Hijau 20%) re penambahan margarin (%)

  Gambar 8. Grafik Tingkat Kemerahan (a) Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin

  Tingkat kemerahan (a) biskuit cenderung meningkat dengan semakin banyak proporsi tepung kacang hijau namun akan cenderung menurun seiring dengan semakin banyak proporsi tepung labu kuning. Pada penambahan biskuit memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kemerahan (a) biskuit..

9. Warna Tingkat Kekuningan (b)

  40 ) + b (

  30 K1 (Tepung labu Kuning 20% : an g

  Tepung Kacang Hijau 30%) in

  20 n

  K2 ( Tepung Labu Kuning 25% : ku ke

  10 Tepung Kacang Hijau 25%) rata

  K3 (Tepung Labu Kuning 30%: e R

  Tepung Kacang Hijau 20%) 20% 25% 30% 35% 40% Penambahan margarin (%)

  Gambar 9. Grafik Tingkat Kekuningan (b) Biskuit Akibat Proporsi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin

  Tingkat kekuningan (b) biskuit cenderung meningkat dengan semakin banyak proporsi tepung labu kuning namun akan cenderung menurun seiring dengan semakin banyak proporsi tepung kacang hijau. Pada penambahan margarin memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna kekuningan.

10. Kesukaan Terhadap Tekstur

  6 K1 ( Tepung labu Kuning 20% : Tepung Kacang Hijau 30%) r

4 K2 ( Tepung labu Kuning 25% :

  kstu te

  2 Tepung Kacang Hijau 25%) K3 ( Tepung labu Kuning 30% : Tepung Kacang Hijau 20%) 25% 30% 35% Kontrol

penambahan margarin (%) Kontrol

  Gambar 10. Grafik Kesukaan Panelis TerhadapTekstur Biskuit Tersubtitusi Tepung Labung Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin

  Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur biskuit berkisar antara 2.84

  • –3.64 dimulai dari sangat tidak menyukai sampai sangat menyukai.

11. Kesukaan Terhadap Warna

  K1 ( Tepung labu Kuning 20% :

6 Tepung Kacang Hijau 30%)

  a

  4 n

  K2 ( Tepung labu Kuning 25% : war

  2 Tepung Kacang Hijau 25%) K3 ( Tepung labu Kuning 30% : 25% 30% 35% Kontrol Tepung Kacang Hijau 20%) penambahan margarin (%)

  Kontrol

  Gambar 11. Grafik Kesukaan Panelis Terhadap Warna Biskuit Tersubtitusi Tepung Labung Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin

  Rerata kesukaan panelis terhadap warna biskuit berkisar antara 2.88

  • – 4.08 dimulai dari sangat tidak menyukai sampai sangat menyukai.

12. Kesukaan Terhadap Rasa

  6 K1 ( Tepung labu Kuning 20% : Tepung Kacang Hijau 30%)

4 K2 ( Tepung labu Kuning 25% :

  rasa

  2 Tepung Kacang Hijau 25%) K3 ( Tepung labu Kuning 30% : 25% 30% 35% Kontrol Tepung Kacang Hijau 20%)

  Penambahan margarin Kontrol

  Gambar 12 Grafik Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Biskuit Tersubtitusi Tepung Labung Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin

  Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap biskuit berkisar antara 2.56

  • –4.24 dimulai dari sangat tidak menyukai sampai sangat menyukai.

13. Kesukaan Terhadap Aroma

  K1 ( Tepung labu Kuning 20% :

5 Tepung Kacang Hijau 30%)

  4 a

  K2 ( Tepung labu Kuning 25% :

  3 m o

  Tepung Kacang Hijau 25%)

  2 ar

  1 K3 ( Tepung labu Kuning 30% : Tepung Kacang Hijau 20%) 25% 30% 35% Kontrol Kontrol penambahan margarin (%)

  Gambar 13. Grafik Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Biskuit Tersubtitusi Tepung Labu Kuning dan Tepung Kacang Hijau serta Penambahan Margarin

  Rerata nilai kesukaan panelis terhadap aroma biskuit berkisar antara 4.52- 3.36 dimulai dari sangat tidak menyukai sampai sangat menyukai.

  

14. Nilai Kandungan Gizi Biskuit Perlakuan Terbaik Segi Kimia Fisik Berdasarkan

Angka Kecukupan Gizi (AKG)

  15. Tabel 1. Informasi NilaiGizi Informasi Nilai Gizi

  Takaran Saji: 30 gr Jumlah Sajian Per Kemasan : 5 keping Energi Total : 142,962 Kkal Energi dari lemak : 6,506 kkal

  %AKG Protein

  12.02% Lemak

  22.05% Karbohidrat

  25.12% Vitamin A

  6.36%

  • % AKG berdasarkan jumlah kebutuhan energi 2000 Kkal Kebutuhan energi Anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah
Berdasarkan informasi nilai gizi dalam setiap takaran saji (30 g = 5 keping biskuit) dapat memenuhi kebutuhan protein sebesar 12.02%; kebutuhan lemak sebesar 22.05%; kebutuhan karbohidrat sebesar 25.12% dan kebutuhan vitamin A sebesar 6.36%. Guna pencantuman informasi nilai gizi dalam produk adalah untuk memberikan informasi kandungan gizi pada konsumen. [21]

  

SIMPULAN

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tepung labu kuning : tepung kacang hijau memberikan pengaruh yang nyata (α = 5%) terhadap kadar air, kadar protein, total karoten, kadar abu, kadar lemak, daya patah dan warna (L, a, b) biskuit. Penambahan margarin memberikan pengaruh yang nyata (α = 5%) terhadap daya patah kadar lemak, tingkat kemerahn (a) dan tingkat kekuningan (b) biskuit. Tidak adaInteraksi antara kedua faktor antara proporsi tepung labu kuning : tepung lkacang hijau serta penambahan margarin. Biskuit perlakuan terbaik segi kimia dan fisik diperoleh pada perlakuan dengan proporsi tepung labu kuning : tepung kacang hijau (30% : 20%) dan penambahan margarin 35%. Biskuit perlakuan terbaik segi organoleptik diperoleh pada perlakuan dengan proporsi tepung labu kuning : tepung kacang hijau (30% : 20%) dan penambahan margarin 25%.

  DAFTAR PUSTAKA 1). Pongjanta, J., Naulbunrang, A., Kawngdang, S., Manom, T. And Thapjaikat, T. 2006.

  Utulization of Pumpkin Powder in Bakery Products. Songklanakarin Journal of Science Technology 28: 71-79. 2). Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta

  Standar Nasional Indonesia. 1992. Mutu dan Cara Uji Biskuit. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. 3). Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 4). Meilgaard, M., Civille, G. V. And Carr, B. T. 1999. Sensory Evaluation Techniques 3

  rd Edition. CRC Press LLC. USA.

  5). AOAC.1990. Official Methods of Analysis of The Association of Official of Analytical Chemist. AOAC,Inc Washington D.C

  6). Sudarmadzi, SBH dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta

  7). Yuwono, ss dan T. Susanto.1998. Pengujian Fisik Pangan. Jurusan Teknologi Hasol Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.Malang 8). Zeleny, M. 1982. Multiple Criteria Decision Making. McGraw-Hill Co. New York.

  9). Lehninger, A.H., 1995. Dasar – Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta. 10). Komah, RI. 2013. Pengaruh Subtitusi Tepung Kacang Hijau Terhadap Tingkat

  Kesukaan Kue Jongkong. Jurnal Pangan. Vol.2: 18-24 11). Setyaningtyas, AG. 2008. Formulasi Produk Pangan Darurat Berbasis Tepung Ubi

  Jalar, Tepung Pisang dan Tepung Kacang Hijau Menggunakan Teknologi Intermediate Moisture Food (imf). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor 12). Faridi, H. 1994. The Science of Cookies and Cracker Production. Chapman and Hall.

  New York. 13). Wood, B.J.B. 1989. Microbiology of Fermented Food. Applied Science. Publisher.

  London. 14). Stauffer, C.E. 1992. Bakery Leavening Agents in Y.H. Hui. Encyclopedia of Food Science an Technology. John Willey and Sons, Inc. New York.

  15). Gardjito, M, Haryadi dan Sutardi. 1989. Pembuatan Makanan Kecil Dari Tepung Sagu dan Waluh. PAU Pangan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 16). Yuliani, S. E. Y. Purwani, H. Setiyanto, S. Usmiati dan P. Raharto. 2003.

  Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung dari Bahan Pangan Sumber Karbohidrat Lokal: Kegiatan Penelitian Labu Kuning (Laporan Akhir). Balai Penelitian dan

  Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 17). Soebito, S. 1988. Analisis Farmasi. UGM Press. Yogyakarta. 18). Departemen Kesehatan. 2001. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta. 19). Moeljanto. 1982. Penanganan Ikan Segar. Jakarta. PT. Penebar Swadaya. 20). See, E. F., Wan Nadiah W. A. and Noor Aziah A. A. 2007. Physico-chemical and

  Sensory Evaluations of Bread Supplemented with Pumpkin Flour. ASEAN Food Journal (Scopus) 14 (2): 123-130. 21). BPOM.2005. Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan. Jakarta

Dokumen yang terkait

PENGARUH TEH HERBAL BERBASIS DAUN CINCAU HIJAU (Premna oblongifolia Merr.) TERHADAP GLUKOSA DARAH DAN PROFIL LIPID TIKUS HIPERGLIKEMIA Effect of Herbal Tea Based Green Grass Leaf for the Level of Blood and Lipid Profile of Rat Wistar Hiperglikemia

0 0 12

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG KACANG HIJAU SERTA SUBTITUSI DENGAN TEPUNG BEKATUL DALAM BISKUIT The Effect of Wheat Flour and Mung Bean Flour Proportion and Substitution with Rice Bran Flour in Biscuit

0 1 10

BAHAN DAN METODE Bahan

0 0 9

PENGARUH EDIBLE COATING SEBAGAI BARRIER OKSIGEN PADA PEMBUATAN WORTEL INSTAN The Effect of Edible Coating as an Oxygen Barrier on the Making of Instant Carrot

0 0 8

PEMBUATAN BISKUIT BERAS PARBOILED (KAJIAN PROPORSI TEPUNG BERAS PARBOILED DENGAN TEPUNG TAPIOKA DAN PENAMBAHAN KUNING TELUR) Parboiled Rice Biscuit Production (Study on Proportion of Parboiled Rice Flour with Tapioca Flour and Yolk)

0 0 11

STUDI VIABILITAS PROBIOTIK PADA VELVA PISANG AMBON SELAMA PENYIMPANAN BEKU Study of Probiotics Viability in Ambon Banana Veva During Frozen Storage

0 0 10

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Lactobacillus casei PADA ES KRIM PROBIOTIK Effect of Additional Banana ’s Peel Fluor to Lactobacillus casei Growth in Probiotic Ice Cream

0 0 7

PENGARUH PROPORSI BUAH : AIR DAN LAMA PEMANASAN TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SARI BUAH KEDONDONG (Spondias dulcis) Effects of Proportion Fruit : Water and Heating Time on Antioxidant Activity of Hogplum Juice

0 0 12

PENGARUH PROPORSI KACANG TANAH DENGAN PETIS UDANG DAN PENAMBAHAN KECAP MANIS TERHADAP SIFAT BUMBU TAHU TEK INSTAN The Effect of the Proportion of Peanut With Shrimp Petis and Sweet Soy Sauce Addition on Properties of Instan Tahu Tek Seasoning

0 0 9

STUDI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KEFIR TEH DAUN SIRSAK (Annona Muricata linn.) DARI BERBAGAI MERK TEH DAUN SIRSAK DIPASARAN Study Antibacteria Activity of Kefir Soursop Leaf Tea from Various Brands of Soursop Leaf Tea in the Market

0 0 11