PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI LATEKS PEKAT DENGAN BERBAGAI ADSORBEN LOKAL

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI LATEKS PEKAT DENGAN BERBAGAI

1,

ADSORBEN LOKAL

1 1 1 Ike Setyorini *, Nursamsi Sarengat , Prayitno , Sugihartono 1 Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik

E-mail:

  

ABSTRAK

  Berbagai jenis adsorben lokal yaitu sekam bakar, zeolit, arang kayu, dan abu terbang bagas digunakan untuk mengadsorpsi polutan pada limbah cair industri lateks pekat. Karakteristik effluent yang digunakan berasal dari sistem pengolahan limbah terpasang masih keruh dan berbau, dengan nilai pH 5,9-7,9; COD 396,8

  • – 8594 mg/l; BOD 80,82 – 2384 mg/l; TSS 126 – 12668 mg/l, dan amonia 10,4 – 28,6 mg/l. Effluent dialirkan pada peralatan pengolahan limbah cair sistem adsorpsi dengan variasi jenis adsorben pada berbagai % volume adsorben dengan kecepatan alir tertentu. Limbah cair setelah adsorpsi diuji nilai pH, COD, BOD, TSS, dan amonia. Hasil penelitian menunjukkan adsorben dapat menurunkan nilai COD, BOD, TSS, dan amonia dengan persentase yang bervariasi untuk masing-masing jenis adsorben. Semakin besar volume adsorben yang digunakan menunjukkan kecenderungan penurunan nilai polutan yang lebih baik.

  Kata kunci: adsorpsi, adsorben lokal, limbah cair lateks pekat

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  

CONCENTRATED LATEX INDUSTRY WASTEWATER TREATMENT USING LOCAL

1,

ADSORBENT

1 1 1 Ike Setyorini *, Nursamsi Sarengat , Prayitno , Sugihartono 1 Center for Leather, Rubber and Plastics

E-mail:

  

ABSTRACT

Various types of local adsorbents namely husk fuel, zeolites, charcoal and bagasse fly ash were sed to

adsorb pollutants in concentrated latex industry wastewater. Characteristics of effluent were taken from a

wastewater treatment system installed is still murky and smells, with a pH value of 5.9 to 7.9; COD 396.8 to

8594 mg/l; BOD 80.82 to 2384 mg/l; TSS 126-12668 mg/l, and ammonia from 10.4 to 28.6 mg/l. Effluent

was discharged in wastewater treatment equipment adsorption system with variations in the type of

adsorbent at various volume with a specific flow rate. pH value, COD, BOD, TSS, and ammonia of the waste

after adsorption were testeda. The results showed that the adsorbent can reduce COD, BOD, TSS, and

ammonia with varying percentages for each type of adsorbent. Increasing the volume of adsorbent tends to

increase the reduction of pollutant. adsorption, local adsorbent, concentrated latex waste water

  Keywords:

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016 PENDAHULUAN

  Lateks pekat merupakan salah satu produk hulu komoditi karet alam di Indonesia dengan komposisi ekspor 0,2% dari 82,53% dari total produksi (BPS, 2014). Lateks pekat digunakan sebagai bahan baku produk karet celup seperti sarung tangan, kondom, balon, dll. Lateks kebun segar yang mengandung 30-33 % karet dipekatkan menjadi lateks pekat dengan kandungan karet 60%. Pengolahan lateks menjadi lateks pekat memerlukan bahan kimia yang berfungsi sebagai stabiliser misalnya amonia, sodium sulphite, formalin (Jawjit, Pavasant, & Kroeze, 2015). Industri lateks pekat di Indonesia umumnya menggunakan bahan kimia amonia, lauric acid, dan diamonophospat sebagai stabiliser. Limbah yang dihasilkan oleh industri lateks pekat berupa limbah padat dan cair. Limbah cair yang dihasilkan cukup besar berasal dari pencucian separator, pencucian tangki penerimaan lateks, dan tangki penyimpanan lateks pekat. Limbah cair ini mengandung sisa bahan kimia stabiliser lateks, sisa lateks (protein, lipid, dll). Pabrik di Indonesia menggunakan rubber trap untuk menyaring sisa bekuan lateks, kemudian dilakukan pengolahan konvensional anaerob dan aerob. Karakteristik effluent yang dihasilkan dari sistem pengolahan limbah masih keruh dan berbau, dengan nilai pH 5,9-7,9; COD 396,8

  • – 8594 mg/l; BOD 80,82 – 2384 mg/l; TSS 126
  • – 12668 mg/l, dan amonia 10,4 – 28,6 mg/l (Sarengat, 2015). Limbah yang dihasilkan juga berbau menyengat karena aktivitas mikroorganime yang menguraikan zat organik sisa karet (Nurul & Aziziah, 2008). Kandungan bahan kimia dan zat organik dalam limbah cair ini menimbulkan pencemaran ketika dibuang langsung ke lingkungan. Provinsi Jawa Tengah menetapkan Perda Jateng No 5 Tahun 2012 tentang baku mutu (kadar maksimal) dalam air limbah industri karet dengan parameter COD 300 mg/l; BOD 150 mg/l; TSS 150 mg/l, Amonia (N-NH 3 ) 10 mg/l; pH 6-9 (Gubernur Jateng, 2012). Penelitian ini mencoba mencari solusi untuk permasalahan tersebut dengan metode adsorpsi dengan menggunakan adsorben lokal. Diharapkan hasil uji kandungan BOD, COD, TSS, dan amonia pada limbah mengecil, setelah proses adsorpsi sehingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Berbagai metode pengolahan limbah lateks pekat sudah dikembangkan untuk mendapatkan kualitas

  

effluent yang lebih baik. Metode pengolahan elektrokimia dengan reagen Fenton pada limbah lateks dapat

  menurunkan nilai COD, BOD, nitrogen amonia, kekeruhan, sulfida, dan fosfat (Abraham, Nair, & Madhu, 2009). Elektrolisis dengan in situ asam hipoklorit juga dilaporkan dapat menurunkan nilai BOD 3820 mg/l menjadi 78 mg/l dengan kondisi pH awal 4,5 (Vijayaraghavan, Ahmad, Yuzri, & Yazid, 2008). Penggunaan DCMD (Direct Contact Membran Distillation) dengan bahan membran Polyvinylidene Fluoride (PVDF) dikombinasikan dengan material anorganik Cloisite dapat menurunkan nilai TOC, TDS, sulfat, kekeruhan, turbiditas dengan efisiensi 96% (Mokhtar, Lau, Ismail, & Veerasamy, 2015).

  Penelitian pengolahan limbah lateks pekat dengan sistem adsorpsi belum dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan adsorben lokal yang mudah didapat dan murah yaitu sabut kelapa, sekam bakar, zeolit, arang kayu, dan abu terbang bagas untuk mengadsorpsi polutan dalam limbah lateks pekat. Adsorpsi adalah proses penyerapan molekul (gas atau cair) oleh permukaan padat. Adsorpsi dapat terjadi karena adanya interaksi gaya elektrostatik atau Van Der Waals antar molekul (fisisorpsi) maupun oleh adanya interaksi kimia antar molekul (kemisorpsi). Sekam merupakan limbah pertanian padi yang mudah didapatkan sebagai hasil samping proses penggilingan padi. Sekam dipirolisis menjadi arang sering disebut dengan istilah sekam bakar. Pada tahun 2014 Indonesia memproduksi padi 70,8 juta ton dengan estimasi hasil sekam 14,2 juta ton dan sekam bakar 2,8 juta ton (Fernandez et al., 2008). Sekam bakar memiliki 2 2 2 3 2 3 2 2 2 komposisi kimia SiO , H O, Al O , Fe O , K O, Na O, CaO, dan MgO dengan kandungan SiO berkisar 86-95 %

  (Chen et al., 2011). Beberapa penelitian menyebutkan sekam bakar dapat digunakan sebagai adsorben. 2 Sekam bakar dengan kandungan 54% massa SiO 2 dan surface area 247 m /g digunakan sebagai adsorben Cr(VI) (Georgieva, Tavlieva, Genieva, & Vlaev, 2015). Vlaev dkk menyebutkan sekam bakar dapat digunakan

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  untuk mengadsorpsi minyak bumi atau solar yang mengkontaminasi air (Vlaev, Petkov, Dimitrov, & Genieva, 2011). Rice husk ash dapat digunakan untuk mengadsorpsi logam berat dan beberapa senyawa yang lain (Foo & Hameed, 2009).

  Zeolit alam merupakan mineral alumina silikat terhidrat yang tersusun atas tetrahedral-tetrahedral alumina (AIO) dan silica (SiO) yang membentuk struktur bermuatan negatif dan berongga terbuka/berpori. Zeolit digunakan secara luas di industri sebagai agent pemisah, adsorben pada air dan pengolahan limbah cair.

  Beberapa metode modifikasi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan adsorbsi zeolit alam adalah dengan pemanasan, perlakuan asam, surfaktan, ion exchange, dll (Wang & Peng, 2010). Review tentang zeolit alam yang digunakan pada pengolahan limbah cair domestik dapat menurunkan nilai amonia 96%, nitrat 91%, pospat 83%, dan COD 88%. Zeolit juga efektif menjerap logam seperti Pb, Zn, Cr, Ni, dan Mn (Delkash, Ebrazi Bakhshayesh, & Kazemian, 2015). Arang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon misalnya kayu dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung diusahakan tidak terjadi kebocoran udara dalam ruang pemanasan sehingga yang terjadi adalah karbonisasi bukan oksidasi. Pada proses karbonisasi zat mudah menguap meninggalkan arang sehingga terbentuk struktur pori sehingga material ini berpotensi sebagai adsorben (Pastor-Villegas, Pastor-Valle, Rodríguez, & García, 2006). Arang kayu mengandung karbon 73-90 % karbon (Pastor-Villegas, Meneses Rodriguez, Pastor-Valle, & Garcia Garcia, 2007).

  Abu terbang bagas adalah hasil pembakaran ampas tebu yang digunakan pada boiler industri gula. Abu terbang bagas pada berbagai distribusi ukuran butir memiliki kadar karbon 27-53% (Purnomo, Salim, & Hinode, 2012). Abu terbang bagas banyak digunakan dalam proses adsorpsi pada pengolahan limbah cair diantaranya reduksi amonia pada limbah penyamakan kulit (Rihastiwi Setiya Murti, Christiana Maria Herry Purwanti, 2013), adsorpsi acrylonitril dalam air (Kumar, Prasad, & Mishra, 2014), dan adsorpsi pada limbah pewarnaan tekstil (Mane, Mall, & Srivastava, 2007).

  Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah persentase penurunan kadar setiap parameter yang ditetapkan dalam baku mutu limbah cair industri lateks pekat di Jawa Tengah yaitu pH, COD, BOD, nitrogen amonia, dan TSS dengan variasi berbagai jenis dan % volume adsorben lokal yang digunakan. Sebelum proses adsorpsi, limbah cair dilewatkan pada sabut kelapa sebagai penyaring padatan kasar yang masih terikut dalam limbah cair. Persentase penurunan kadar polutant ini menunjukkan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing adsorben tersebut.

BAHAN DAN METODE

  Bahan, peralatan, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: Bahan Penelitian

  Bahan penelitian yaitu effluent limbah cair di salah satu industri lateks pekat di Jawa Tengah yang sudah memiliki rangkaian proses pengolahan yaitu rubber trap, bak anaerob, dan bak aerob, arang kayu yang sudah dipanaskan (A), zeolit dengan ukuran 4 cm (Zb) yang sudah dipanaskan dan ukuran 4 mm (Zk), sekam bakar (S), dan abu terbang bagas (F). Bahan kimia pro analisis digunakan untuk penentuan nilai pH, TSS (Total Suspended Solid), amoniak, BOD, dan COD.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016 Peralatan Penelitian

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan sampling limbah cair, prototipe alat pengolahan limbah cair sistem adsorpsi, timbangan analitis mettler toledo AB 204, pH meter merk mettle toledo, spektrofotometer UV-1601-PC, dan alat-alat gelas untuk pengujian.

  Metode Penelitian

Effluent limbah cair lateks pekat yang diambil di IPAL perusahaan diuji sesuai parameter baku mutu yang

  ditetapkan yaitu COD, BOD, TSS, N-NH 3 dan pH untuk menentukan karakteristiknya. Effluent ini kemudian diolah menggunakan peralatan prototipe skala laboratoriumseperti seperti pada Gambar 1.

  

Gambar 1. Peralatan Adsorpsi Limbah Cair Lateks Pekat

  Air limbah ditampung dalam bak penampung, kemudian dialirkan dengan kecepatan 1,5 l/menit selama 30 menit ke dalam bak adsorpsi. Bak adsorpsi diisi berbagai jenis adsorben yang sudah ditentukan. Masing- masing adsorben divariasi pada berbagai persen volume adsorben. Air hasil pengolahan sistem adsorbsi ini dianalisa nilai COD, BOD, TSS, N-NH 3 dan pH. Penurunan nilai setiap parameter yang ditetapkan diamati untuk masing-masing jenis adsorben.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Parameter pH diamati untuk setiap jenis dan % volume adsorben yang digunakan dengan hasil pada Tabel 1

  

Tabel 1. Data pH effluent limbah cair lateks pekat dan setelah adsorpsi

% Volume pH effluent pH air limbah setelah adsorpsi Adsorben

  6,78 Zb Zk Arang Kayu Bagas Sekam Bakar 10 7,52 7,62 7,60 7,41 6,93 30 7,39 7,72 7,16 7,10 6,83 50 7,35 7,70 7,06 7,07 6,62

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  Nilai pH sebelum dan setelah adsorpsi menunjukkan range pH air limbah yang aman dibuang ke lingkungan yaitu 6-9 (Gubernur Jateng, 2012). Pengaruh variasi jenis dan volume adsorben terhadap persentase penurunan nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 2.

  Zb % ,

  Zk OD B ai il

  Arang n an n ru

  Bagas u Pen

  Sekam Bakar Volume adsorben, %

  

Gambar 2. Variasi Jenis dan Volume Adsorben terhadap Presentase Penurunan Nilai BOD

  Dari grafik terlihat bahwa kemampuan masing-masing adsorben memiliki efektifitas yang berbeda dalam menurunkan nilai BOD. Bagas memiliki kemampuan paling baik dengan rentang 75,52

  • – 95,60 %. Hal ini dikarenakan abu terbang bagas mengandung karbon cukup tinggi dan lost of ignition yang mencapai 36,5 % menunjukkan bahan organik di dalamnya masih cukup tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai adsorben berbagai polutan dari limbah cair. Penelitian yang dilakukan Saakshy dkk, 2016 menggunakan bagas dalam mengolah limbah industri kertas dapat menurunkan BOD sampai 75%. Pengaruh variasi jenis dan volume adsorben terhadap persentase penurunan nilai COD dapat dilihat pada Gambar 3.

  Zb %

  Zk , COD ai

  Arang il n an n

  Bagas ru u Pen

  Sekam Bakar Volume adsorben, %

  

Gambar 3. Variasi Jenis dan Volume Adsorben terhadap Presentase Penurunan Nilai COD

  Semakin banyak volume adsorben yang digunakan semakin besar pula penurunan nilai COD. Hal ini disebabkan semakin banyak volume adsorben yang digunakan semakin luas permukaan adsorpsi. Penurunan nilai COD menggunakan adsorben dengan 50% volume memberikan penurunan nilai COD di

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  atas 50% untuk semua jenis adsorben. Dari grafik kemampuan penurunan kadar COD zeolit ukuran besar lebih baik daripada zeolit kecil. Hal ini dikarenakan perbedaan perlakuan sebelum digunakan sebagai o adsorben. Zeolit ukuran besar diaktivasi dengan dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 100 C. Perlakuan ini dapat membuka pori-pori zeolit sehingga kemampuan adsorbsinya lebih baik. zeolit merupakan mineral alumina silikat tetrahedral yang membentuk struktur bermuatan negatif dan berongga terbuka/berpori. Muatan negatif pada zeolit dinetralkan oleh kation yang terikat lemah.

  Pengaruh variasi jenis dan volume adsorben terhadap persentase penurunan kadar amonia dapat dilihat pada Gambar 4.

  Zb % iak,

  Zk n o am

  Arang ar kad

  Bagas an rn u

  Sekam Pen bakar

  Volume adsorben, %

Gambar 4. Variasi Jenis dan Volume Adsorben terhadap Presentase Penurunan Kadar Amonia

  Penurunan kadar amonia dengan berbagai jenis adsorben di bawah 40%. Zeolit dengan ukuran kecil memiliki kemampuan yang paling baik di antara adsorben yang lain dengan kisaran penurunan kadar amonia antara 6,08

  • – 37,6 %. Penelitian yang dilakukan oleh Ozel dkk, 2012 menyebutkan pada kondisi optimum zeolit mampu mengadsorpsi COD, amonia, dan TSS sebesar 43%, 53 %, dan 82%. Semakin banyak volume adsorben semakin tinggi nilai penurunan kadar amonianya. Rendahnya persen adsorbsi kadar amonia pada limbah cair dimungkinkan karena kadar total suspended solid (TSS) yang relatif tinggi, karena bahan tersuspensi dapat mengganggu proses adsorbsi pada permukaannadsorbenkarena tertutupnya pori- pori adsorben. Pengaruh variasi jenis dan volume adsorben terhadap persentase penurunan nilai TSS dapat dilihat pada Gambar 5.

  Zb % ,

  Zk S TS ai il

  Arang n an n

  Bagas ru u en P

  Sekam bakar Volume adsorben, %

  

Gambar 5. Variasi Jenis dan Volume Adsorben terhadap Presentase Penurunan Nilai TSS

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

  Dari grafik terlihat bahwa masing-masing adsorben memiliki kemampuan yang berbeda dalam penurunan nilai TSS. Sekam bakar dan dan abu terbang bagas mampu menurunkan kadar TSS pada kisaran 80-95 %. Hal ini dikarenakan sekam bakar dan abu terbang bagas mempunyai kandungan karbon yang cukup tinggi, demikian juga arang mempunyai kandungan karbon di atas 60% sehingga mampu mengadsorbsi lebih baik dibanding zeolit.

  KESIMPULAN

  1. Berbagai adsorben lokal yaitu sekam bakar, zeolit, arang kayu, dan abu terbang bagas dapat digunakan untuk menurunkan nilai COD, BOD, amonia, dan TSS pada limbah cair industri lateks pekat Hasil penelitian menunjukkan adsorben dapat menurunkan nilai COD, BOD, TSS, dan amonia dengan 2. persentase yang bervariasi untuk masing-masing jenis adsorben. Semakin besar volume adsorben yang digunakan menunjukkan kecenderungan penurunan nilai polutan yang lebih baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, Kepala Bidang Sarana Riset dan Standarisasi, Kepala Bidang Pengujian, Sertifikasi, dan Kalibrasi atas penggunaan fasilitas prasarana laboratorium selama pelaksanaan penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Suyatini, Amd., Titis Widyaningsih, A.Md., dan Rita Rahayu yang telah membantu kegiatan penelitian sampai selesai.

DAFTAR PUSTAKA

  

Abraham, V. T., Nair, N. R., & Madhu, G. (2009). Electrochemical treatment of skim serum effluent from natural rubber

latex centrifuging units, 167, 494

  • –499. http://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2009.01.004

    Chen, Y., Zhu, Y., Wang, Z., Li, Y., Wang, L., Ding, L., … Guo, Y. (2011). Application studies of activated carbon derived

    from rice husks produced by chemical-thermal process - A review. Advances in Colloid and Interface Science,

  163(1), 39

  • –52. http://doi.org/10.1016/j.cis.2011.01.006

    Delkash, M., Ebrazi Bakhshayesh, B., & Kazemian, H. (2015). Using zeolitic adsorbents to cleanup special wastewater

    streams: A review. Microporous and Mesoporous Materials, 214, 224

    –241.

  http://doi.org/10.1016/j.micromeso.2015.04.039 Ferna ndez, N., Montalvo, S., Borja, R., Guerrero, L., S??nchez, E., Cort??s, I., … Raposo, F. (2008). Performance evaluation of an anaerobic fluidized bed reactor with natural zeolite as support material when treating high-

strength distillery wastewater. Renewable Energy, 33(11), 2458

–2466. http://doi.org/10.1016/j.renene.2008.02.002

Foo, K. Y., & Hameed, B. H. (2009). Utilization of rice husk ash as novel adsorbent: A judicious recycling of the colloidal

agricultural waste. Advances in Colloid and Interface Science, 152(1-2),

  39 –47. http://doi.org/10.1016/j.cis.2009.09.005

Georgieva, V. G., Tavlieva, M. P., Genieva, S. D., & Vlaev, L. T. (2015). Adsorption kinetics of Cr(VI) ions from aqueous

solutions onto black rice husk ash. Journal of Molecular Liquids, 208, 219

–226. http://doi.org/10.1016/j.molliq.2015.04.047

Jawjit, W., Pavasant, P., & Kroeze, C. (2015). Evaluating environmental performance of concentrated latex production

in Thailand. Journal of Cleaner Production, 98, 84 –91. http://doi.org/10.1016/j.jclepro.2013.11.016

Kumar, A., Prasad, B., & Mishra, I. M. (2014). Adsorption of acrylonitrile from aqueous solution using bagasse fly ash.

  Journal of Water Process Engineering, 2, 129

  • –133. http://doi.org/10.1016/j.jwpe.2014.05.003

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016

Mane, V. S., Mall, I. D., & Srivastava, V. C. (2007). Use of bagasse fly ash as an adsorbent for the removal of brilliant

green dye from aqueous solution. Dyes and Pigments, 73(3), 269 –278. http://doi.org/10.1016/j.dyepig.2005.12.006

Mokhtar, N. M., Lau, W. J., Ismail, a. F., & Veerasamy, D. (2015). Membrane Distillation Technology for Treatment of

Wastewater from Rubber Industry in Malaysia. Procedia CIRP, 26, 792

–796. http://doi.org/10.1016/j.procir.2014.07.161

Mwangi, G. M., & Ψ, G. B. O. (2013). Study of an Activated Carbon System for the Treatment of Fermentation

Wastewater from a Bioethanol Production Process, 35(2), 65 –71.

  Badan Pusat Statistik. Statistik Karet Indonesia(2014).Indonesia:Jakarta Perda Jawa Tengah No5. Baku Mutu Air Limbah.(2012), 1

  • –37.Indonesia : Semarang Nuru, R., & Aziziah, G. (2008). Zat Pewarna Tekstil Secara Enzimatis dengan Formula Omphalina sp .

    Pastor-Villegas, J., Meneses Rodreguez, J. M., Pastor-Valle, J. F., & Garcia Garcia, M. (2007). Changes in commercial

    wood charcoals by thermal treatments. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 80(2), 507

    –514.

  http://doi.org/10.1016/j.jaap.2007.05.001

Pastor-Villegas, J., Pastor-Valle, J. F., Rodríguez, J. M. M., & García, M. G. (2006). Study of commercial wood charcoals

for the preparation of carbon adsorbents. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 76(1-2), 103

–108. http://doi.org/10.1016/j.jaap.2005.08.002

Purnomo, C. W., Salim, C., & Hinode, H. (2012). Effect of the activation method on the properties and adsorption

behavior of bagasse fly ash-based activated carbon. Fuel Processing Technology, 102, 132

–139. http://doi.org/10.1016/j.fuproc.2012.04.037

Rihastiwi Setiya Murti, Christiana Maria Herry Purwanti, S. S. (2013). Adsorpsi amonia dari limbah cair industri

penyamakan kulit menggunakan abu terbang bagas. Majalah Kulit Karet Dan Plastik, 29(2), 85

–90. http://doi.org/http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v29i2.195

Saakshy,Singh,K, Gupta, A.B., Sharma,A.K.(2016). Fly ash as low cost adsorbent for treatment of effluent of handmade

paper industry-Kinetic and modelling studies for direct black dye.Journal of Cleaner Production,112,1227-1240 U. Ozel, A. Akdemir, O.N. Ergun, Int. J. Environ. Res. Public Health 9 (2012).1581-1592.

  Vijayaraghavan, K., Ahmad, D., Yuzri, A., & Yazid, A. (2008). Electrolytic treatment of latex wastewater, 219, 214 –221. http://doi.org/10.1016/j.desal.2007.05.014

Vlaev, L., Petkov, P., Dimitrov, A., & Genieva, S. (2011). Cleanup of water polluted with crude oil or diesel fuel using

rice husks ash. Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers, 42(6), 957

–964. http://doi.org/10.1016/j.jtice.2011.04.004

Wang, S., & Peng, Y. (2010). Natural zeolites as effective adsorbents in water and wastewater treatment. Chemical

Engineering Journal, 156(1), 11

  • –24. http://doi.org/10.1016/j.cej.2009.10.029

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016