Dampak Ekonomi dan Sosial UU halal

Dampak Ekonomi dan Sosial Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Tim Peneliti:
Eugenia Mardanugraha, Sita Wardhani,
Emanuel Bintang, Manuel Andi, Amir Rizky
2015

LATAR BELAKANG


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan
Produk Halal



Pasal 4: Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah
Indonesia wajib bersertifikat halal




Produk yang dimaksud adalah yang terkait dengan makan, minuman, obat,
kosmetik, produk kimawi, produk biologi, produk rekayasa genetic, serta
barang gunaan yang dipakai, digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat
WAJIB bersertifikat halal.



Kewajiban ini akan berdampak sosial dan ekonomi bagi Indonesia.

TUJUAN PENELITIAN

1. Menganalisis dampak sosial dan ekonomi UU RI No. 33 Tahun 2014.
2. Menganalisis dampak UU RI No. 33 Tahun 2014 terhadap kegiatan bisnis
industri kosmetika, makanan dan minuman, dan obat-obatan.

3. Menganalisis perilaku konsumen menanggapi UU RI No. 33 Tahun 2014
apabila diterapkan

4. Merekomendasikan implementasi optimal terhadap UU RI No. 33 Tahun

2014.

METODE PENELITIAN


Secara garis besar metode yang diterapkan adalah Regulatory Impact
Analysis (RIA)



Analisis yang digunakan untuk mengukur dampak dari suatu kebijakan
terhadap perekonomian.



Pada negara maju (OECD) RIA dilakukan sebelum suatu kebijakan/peraturan
dikeluarkan.




RIA menjamin bahwa suatu kebijakan EFEKTIF.



Regulasi yang efektif adalah regulasi yang mencapai tujuan kebijakan pada biaya total
terendah – untuk seluruh anggota masyarakat.

METODE PENELITIAN
• RIA memperbaiki decision-making process sampai pada regulasi final.
• Research questions RIA:


What, in general terms, is the problem to be addressed?  Penerapan UU 33 Tahun
2014



What is the specific policy objective to be achieved?  Seluruh produk kosmetik, obatobatan, makanan dan minuman WAJIB memiliki sertifikasi halal




What are the different ways of achieving it?  Sertifikasi HALAL dimiliki secara sukarela.

REGULATORY IMPACT ANALYSIS
Dalam proses RIA perlu diidentifikasi :

1. What groups in society are being affected?


Industry dan Moslem Consumers



Diukur menggunakan GDP masing-masing industri



Untuk Industri  indepth interview (berapa lama dan biaya pengurusan sertifikasi halal, impact
terhadap kemunduran bisnis, impact terhadap peningkatan konsumen)




Konsumen  survey rumah tangga (seberapa besar keperdulian rumah tangga terhadap sertifikasi
halal)

2. What is the size of each group?
3. What is the nature of the impact on each group?

4. How large are these effects?


 menghitung cost and benefit penerapan UU 33 2014

5. How long will these effects persist?

COST AND BENEFIT ANALYSIS
• Metode yang paling sering digunakan dalam RIA.
• Informasi berupa data quantitative dan qualitative.
• Prinsip benefit/cost:





Regulasi baru dilaksanakan apabila seluruh pihak better off.
Total benefits lebih besar dari total costs.
Jika tidak jelas, maka regulasi biasanya tidak digunakan.

COST AND BENEFIT ANALYSIS
• Indepth interview kepada Pelaku usaha bertujuan untuk mendapatkan

informasi untuk analisis COST  berdasarkan indepth interview kepada
pelaku usaha:

1. Biaya yang dikeluarkan agar comply terhadap UU 33 Tahun 2014. Apabila
UU 33 2014 Mandatory atau voluntary.

2. Biaya produksi, transport, marketing yang lebih tinggi apabila UU 33 Tahun
2014 diterapkan secara mandatory.

3. Kerugian lainnya yang tidak dapat dikuantifikasi  Analisis kualitatif.


COST AND BENEFIT ANALYSIS

• Indepth interview kepada Pelaku usaha bertujuan untuk mendapatkan
informasi untuk analisis BENEFIT:

1. Kemungkinan peningkatan permintaan konsumen apabila produk memiliki
sertifikasi halal  berdasarkan survey konsumen

2. Persepsi/pendapat pemerintah mengenai benefit dari UU 33 Tahun 2014. 
analisis kualitatif berdasarkan indepth interview kepada regulator.

CONTOH RIA YANG PERNAH DILAKUKAN FEB UI


Mengutip dari hasil penelitian LPEM UI, Ketua Asosiasi Minuman Ringan (Asrim) Triyono Prijosoesilo menjelaskan,
akan ada penurunan permintaan untuk jenis minuman isotonik sebesar 14,7% jika ada kenaikan harga per Rp 3.000
sebagai akibat kebijakan cukai terhadap minuman berkarbonasi. Sementara untuk jenis minuman teh siap saji akan
turun permintaannya sebesar 18,6%. Hasil kajian ini menunjukkan dampak yang ditimbulkan dari kebijakan itu akan
luar biasa.




"Minuman berpemanis itu dikonsumsi seluruh masyarakat. Kalau dikenakan cukai dampaknya sangat luas sebab itu
melibatkan penjual kecil. Kalau dikenakan sebenarnya pemerintah akan rugi juga karena PPh akan turun, pajak
badan akan turun, pajak perorangan juga akan turun. Konsekuensinya akan ada pelemahan pertumbuhan ekonomi
dan industri," ujar Triyono dalam konferensi persnya di Lingkar Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (15/12).



Lebih lanjut, Triyono menyatakan, meskipun akan ada potensi kenaikan pendapatan atas cukai minuman
berkarbonasi sebesar Rp 590 miliar, namun disaat yang bersamaan pemerintah juga akan kehilangan penerimaan
seperti penurunan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp 562,7 miliar, pajak penghasilan badan sebesar Rp
736,1 miliar dan biaya pemungutan pajak Rp 74,7 miliar. Ini adalah satu hal yang sangat ironi sebab target untuk
menambah pendapatan namun ujung-ujungnya malah terjadi kebocoran income yang jauh lebih besar.

• Sumber: radarpena.com

Selasa, 15 Desember 2015 17:25 WIB


IMPLIKASI PENERIMAAN PEMERINTAH
Perubahan permintaan berbagai jenis minuman akibat
pengenaan cukai pada minuman berkarbonasi diperkirakan
akan menyebabkan perubahan penerimaan Pemerintah
sebagai berikut:

Penuruna
n

Peningkata
n
590 M

Pajak Pertambahan
Nilai
Pajak Penghasilan
Badan
Biaya Pemungutan
Pajak


562,7 M
736,1
M
74,7
M

Pajak Cukai

Apabila dikenakan cukai Rp. 3000
Nilai untuk 1
Komponen anggaran pemerintah (juta Rp.)
Penerimaan PPN yang hilang (10%*Kerugian total industri)
Penerimaan PPh Badan yang hilang (1.3082*PPN Hilang)

tahun
(Juta Rp)
-562,660.77
-736,095.38

Tambahan penerimaan cukai (Rp. 3000*kuantitas permintaan setelah

minuman berkarbonasi dikenakan cukai)

590,032.50

Biaya Pemungutan (12.66%*tambahan penerimaan cukai)
Penerimaan pemerintah (Tambahan penerimaan - kehilangan

-74,687.66

penerimaan)

-783,411.31

Contingent Valuation Model
• Bagian dari analisis kuantitatif CBA untuk memperkirakan dampak UU 33
2014 terhadap konsumen.

• Menganalisis perilaku/kepedulian konsumen terhadap sertifikasi halal.
• Memprediksi probability konsumen tetap membeli/tidak membeli suatu
produk apabila tidak memiliki sertifikasi halal.

• Memprediksi willingness to pay konsumen untuk produk tertentu

(probability tetap membeli/tidak membeli suatu produk apabila harga naik
dengan tingkat tertentu).

• Menganalisis faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap probability
konsumen membeli suatu produk.

TAHAP PENELITIAN
Review UU 33 2014

Penyusunan
kuesioner & indepth
interview guidelines

Survey & In-depth
interview

Rekomendasi
Kebijakan

Cost and Benefit
Anyalisis, Discrete
Choice Model

Pengolahan data

Jadwal Penelitian

BUDGET