lingkungan bisnis manajemen dan sumber

PENGARUH DEMOGRAFI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TERHADAP
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR GAS BUMI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA
(PERSERO) Tbk

PENDAHULUAN
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, atau “PGN” merupakan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang transmisi dan distribusi Gas Bumi. Salah satu strategi
PGN untuk mengembangkan bisnisnya adalah dengan melakukan pengembangan pengguna Gas
Bumi di wilayah-wilayah baru dan penetrasi pemanfaatan Gas Bumi di wilayah-wilayah eksisting.
Dalam roadmap pengembangan infrastruktur gas domestik oleh PGN, terdapat proyek inisiasi
pengembangan jaringan pipa Gas Bumi untuk wilayah Natuna – Bintan – Batam di Provinsi
Kepulauan Riau (“Kepri”).
Rencana pengembangan infrastruktur ini mendapatkan respon yang positif dari
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (“Pemprov Kepri”) dimana Pemprov Kepri sangat
mengharapkan adanya percepatan pengembangan infrastruktur Gas Bumi di Wilayah Kepri sehingga
masyarakat Kepri dapat segera memanfaatkan kebaikan dari energi Gas Bumi yang diproduksi dari
bumi pertiwi, ramah lingkungan dengan harga terjangkau (lebih murah dari harga LPG tabung).
Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary definisi demografi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penduduk terutama yang terkait dengan jumlah, struktur, komposisi dan
perkembangan (perubahan) penduduk. Variabel demografi merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas bisnis di suatu daerah (variabel demografi sebagai independent variable).

Tiga pilar utama dalam pemanfaatan Gas Bumi tersebut adalah adanya ketersediaan pasokan
Gas Bumi (supply), adanya pengguna atas Gas Bumi tersebut (demand) serta ketersediaan
infrastruktur Gas Bumi yang memadai untuk menyalurkan Gas Bumi dari lapangan yang sudah
berproduksi menuju sentra pengguna Gas Bumi (infrastructure).
Sehingga tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor demografi apa
saja yang terdapat dalam Wilayah Kepri yang mempengaruhi pengembangan infrastruktur Gas Bumi
di Wilayah Kepri dan apa yang akan dihadapi oleh PGN dengan adanya faktor demografi tersebut
dengan menggunakan analisis Opportunity dan Threat.
PEMBAHASAN
Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi pengembangan infrastruktur Gas Bumi di
Wilayah Kepri diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) baik Pusat maupun Kepulauan Riau,
Direktorat Jenderal Migas (“Ditjen Migas”) dan sumber informasi lainnya berupa media online.

Data-data tersebut antara lain berupa jumlah kebutuhan tenaga listrik & industri, data pertumbuhan
ekonomi dan produksi maupun cadangan Gas Bumi di Laut Natuna.
Keadaan Geografis dan Topografi Wilayah Kepri
Provinsi Kepri merupakan provinsi dengan kondisi geografis kepulauan. Secara geografis,
wilayah Kepri berbatasan dengan beberapa Negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia dan Vietnam.
Dengan luas wilayah sebesar 251,810.71 km2 yang didominasi dengan wilayah perairan sebesar 96%
dari luas total Wilayah Kepri. Provinsi ini setidaknya memiliki 1,795 pulau besar dan kecil. Provinsi

ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis, jalur lalu lintas terpadat
untuk tingkat internasional serta berada pada area perdagangan dunia. Ditambah lagi dengan
penetapan Provinsi Kepri sebagai daerah Free Trade Zone yang sangat memungkinkan untuk
mendukung tumbuhnya jasa industri dan komersial (Lampiran 1).
Kondisi Ekonomi Wilayah Kepri
Wilayah Kepri mempunyai Produk Domestik Regional Bruto (“PDRB”) tertinggi dari
industri pengolahan. Secara umum, pada tahun 2014 terdapat trend peningkatan untuk tiap triwulannya yang menunjukkan adanya peningkatan produksi dan konsumsi masyarakat di Wilayah Kepri
(Lampiran 2).
Kondisi Kependudukan Wilayah Kepri
Dilihat dari populasi penduduk pada tahun 2014 sebanyak 1,917,000 orang Wilayah Kepri
termasuk dalam 6 (enam) besar dari 33 (tiga puluh tiga) Provinsi di Indonesia yang memiliki
penduduk paling sedikit setelah Provinsi Kalimantan Utara, Papua Barat, Gorontalo, Maluku Utara
dan Kepulauan Bangka Belitung. Bahkan lebih sedikit dibandingkan dengan populasi di Provinsi DI
Yogyakarta sebesar 3,637,000 orang.
Akan tetapi dengan angka laju pertumbuhan sebesar 3,01 di atas rata-rata angka nasional 1,40
dan didukung dengan program Pemprov Kepri dalam menjaga pertumbuhan angka kelahiran di
daerahnya, maka diperkirakan Wilayah Kepri akan dapat keluar dari posisinya saat ini dalam jumlah
populasi penduduknya dalam waktu 5-10 tahun mendatang (Lampiran 3).
Kebutuhan Tenaga Listrik Wilayah Kepri
Proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi

sampai dengan tahun 2024 adalah seperti tersebut dalam Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Kebutuhan Tenaga Listrik Kepulauan Riau

Produksi dan Cadangan Gas Bumi di Laut Natuna
Berdasarkan Neraca Gas Bumi Indonesia 2015-2030 yang dikeluarkan oleh Ditjen Migas,
disebutkan bahwa pemanfaatan cadangan Gas Bumi Wilayah Kepri dibagi dalam 3 (tiga) periode:
1. Tahun 2014
Pasokan Gas Bumi untuk memenuhi contracted demand dipenuhi dari Jambi Merang JOB dan
Corridor PSC, pemanfaatan Gas Bumi dari kedua blok tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kelistrikan dan industri di Pulau Batam. Untuk pemenuhan export contracted demand
Gas Bumi ke Singapura dan Malaysia dipenuhi dari produksi Kakap PSC, Natuna Sea Block A
PSC dan South Natuna Sea Block A PSC yang semuanya berada di offshore Laut Natuna.
Pemenuhan kebutuhan ekspor Gas Bumi tersebut mengalami shortage yang disebabkan adanya
penurunan produksi akibat natural decline, sementara untuk pemenuhan kebutuhan domestik
khususnya Pulau Batam dapat dipenuhi dari blok onshore di Region Sumatera Bagian Selatan
dan Tengah.
2. Tahun 2015-2020
Direncanakan mulai tahun 2016, Premier Oil selaku operator Natuna Sea Block A PSC akan
mulai menyalurkan Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan Pulau Batam melalui jaringan pipa

transmisi West Natuna Transportation Systems (WNTS) dengan landing point di Pulau Pemping
yang kemudian akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sektor kelistrikan.
3. Tahun 2021-2030
Untuk memenuhi seluruh kebutuhan (contracted, committed dan potential demand) di
Wilayah Kepri diharapkan dapat dipenuhi dari pengembangan East Natuna PSC. Sehingga
diperlukan interkoneksi pipa transmisi dengan jaringan pipa WNTS maupun pembangunan
FSRU (Floating Storage and Regasification Unit).
ANALISA OPPORTUNITY dan THREAT

Dalam melaksanakan suatu proyek pengembangan infrastruktur Gas Bumi, PGN senantiasa
dihadapkan pada problem teknis dan non-teknis. Problem-problem tersebut harus dapat diatasi oleh
PGN sehingga opportunity peningkatan pendapatan perusahaan dapat dicapai sesuai dengan target
RKAP dan RJPP perusahaan yang ditetapkan oleh manajemen PGN.
Opportunity :
1. Potensi kebutuhan Gas Bumi baik untuk sektor industri maupun kelistrikan cukup besar terutama
untuk Pulau Batam (80 BBtud), Pulau Bintan (15 BBtud) dan Pulau Karimun Besar (5 BBtud)
untuk tahun 2016. Potensi tersebut merupakan 11% dari kebutuhan Gas Bumi PGN sebesar 900
BBtud di Negara Kesatuan Republik Indonesia. [BBtud : Billion British Thermal Unit per Day /
Milyar Satuan Thermal per Hari].
2. Potensi cadangan Gas Bumi yang terkandung dalam perut bumi Wilayah Kepri sebesar 50.49 TScf

atau sebesar 33% cadangan Gas Bumi nasional sebesar 150.4 TScf. Sehingga saat ini pasokan
Gas Bumi dari Laut Natuna tersebut juga diekspor untuk membantu memenuhi kebutuhan
Negara tetangga Singapura dan Malaysia (Lampiran 4). [TScf : Trillion Standard Cubic Feet /
Triliun Feet Kubik]
3. Dengan wilayah perairan sebesar 96%, hal ini sangat membantu kemudahan proyek pembangunan
jaringan pipa Gas Bumi dikarenakan isu-isu land acquisition akan jarang ditemui. Selain itu juga
akan memudahkan pengembangan moda transportasi CNG/LNG Marine yang cocok
dikembangkan untuk penyaluran pada pulau-pulau yang tersebar. [CNG : Compressed Natural
Gas / Gas Bumi Dikompresi & LNG : Liquified Natural Gas / Gas Bumi Dicairkan]
4. Hubungan yang baik antara PGN dan Pemprov Kepri dapat menunjang percepatan proses
perizinan dan birokrasi yang diperlukan dalam pengembangan infrastruktur Gas Bumi. Hubungan
baik dan saling membutuhkan tersebut direalisasikan dalam suatu Perjanjian Kerja Sama antara
PGN dan Pemprov Kepri yang ditandatangani pada tanggal 13 November 2015 (Lampiran 5).
5. Dengan laju pertumbuhan sebesar 3,01 di atas rata-rata angka nasional 1,40 maka diperkirakan
jumlah penduduk Wilayah Kepri yang dapat menggunakan energi Gas Bumi akan terus
meningkat. Dengan meningkatnya konsumsi tersebut maka akan menjadi pangsa pasar baru bagi
PGN untuk memenuhi kebutuhan Gas Bumi di Wilayah Kepri

Threats :


1. Kompetisi harga produk yang dihasilkan industri Wilayah Kepri masih lebih tinggi dari harga
produk yang ditawarkan oleh Negara tetangga Malaysia dikarenakan harga energi untuk industri
di Indonesia tidak disubsidi oleh Pemerintah.
2. Rata-rata upah penduduk di Wilayah Kepri cukup tinggi di tahun 2015 yaitu sebesar Rp.
3,411,132 jauh di atas rata-rata nasional sebesar Rp. 1,981,725 hal ini menjadi tantangan tersendiri
bagi PGN untuk dapat memperoleh sumber daya manusia dengan skill mumpuni tetapi dengan
upah yang terjangkau bagi perusahaan (Lampiran 6).
3. Situasi dan kondisi keamanan di Wilayah Kepri khususnya Pulau Batam yang telah berulang kali
mengalami perselisihan baik antara organisasi kemasyarakatan, aparat keamanan maupun buruh
dan pengusaha, sangat mempengaruhi iklim investasi di Wilayah Kepri pada umumnya.
4. Kurang dikembangkannya energi baru dan terbarukan menjadikan industri dan masyarakat di
Wilayah Kepri akan sangat tergantung pada energi fosil di masa yang akan datang.
5. Banyaknya perusahaan asing yang turut membawa tenaga kerja asing dapat juga membawa
pengaruh negatif dan kurang baik bagi masyarakat Wilayah Kepri dan dapat menyebabkan ekses
masalah-masalah sosial.
KESIMPULAN
1. Dengan faktor-faktor demografi yang cukup stabil dan positif, Wilayah Kepri merupakan salah
satu dari sekian banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang cukup ideal untuk dikembangkan PGN
dalam meningkatkan penggunaan Gas Bumi, disamping adanya fakta supply dan demand yang
cukup menjanjikan.

2. Permasalahan-permasalahan yang timbul pada saat pelaksanaan proyek pembangunan dapat
diatasi melalui kerjasama yang lebih intensif dengan Pemerintah Daerah setempat, aparat
keamanan dan warga sekitar yang dapat diberdaya-gunakan sebagai pekerja waktu tertentu
perusahaan.

REFERENSI
BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2015. Indikator Utama Kepulauan Riau Semester I-2015. Tanjung
Pinang: BPS Kepulauan Riau. Katalog BPS 3101015.21
BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2015. Kepulauan Riau Dalam Angka 2015. Tanjung Pinang: BPS
Kepulauan Riau. Katalog BPS 1102001.21
Cadangan dan Produksi Gas Bumi Indonesia (Materi Presentasi). 2014. Workshop ke-2 Neraca Gas
Indonesia. Jakarta: Kementerian ESDM, Ditjen Migas. Hendra Fadly, Direktur Pembinaan Usaha
Hulu Migas.
Detik.com. http://finance.detik.com/read/2015/11/13/194004/3070776/1034/pgn-dan-pemprov-keprikerjasama-garap-gas-bumi [Diakses Maret 2016]
Kepulauan Riau. http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Riau [Diakses April 2015].
Neraca Gas Bumi Indonesia 2015-2030 (Materi Presentasi). 2015. Rapat Koordinasi Neraca Gas
Indonesia. Makassar : Kementerian ESDM, Ditjen Migas.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Batam, Bintan dan Karimun.
Provinsi Kepulauan Riau. http://navperencanaan.com/appe/provinsipage/peluanginvestasi?prov_code

=kepri [Diakses April 2015]
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2015 – 2024.

LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2

LAMPIRAN 3

LAMPIRAN 4

LAMPIRAN 5

LAMPIRAN 6