GREEN STRATEGY SEBAGAI JAWABAN NOW AND T

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dimulai pada tahun 1995, ketika meleburnya PT Semen Padang (Persero)
Tbk dan PT Semen Tonasa (Persero) Tbk menjadi anak perusahaan dari PT
Semen Gresik (Persero) Tbk, terjadi konflik didalam batang tubuh Semen Gresik
Group dengan berupa resistensi karyawan, konsolidasi operasional, penyatuan
budaya perusahaan. Belum reda konflik yang terjadi dalam batang tubuh Semen
Gresik Group, muncul permasalahan baru, ketika pemerintah berencana
melakukan privatisasi kepada investor asing. Aksi pemerintah tersebut berujung
dengan tuntutan “spin off”. Setelah menempuh berbagai momentum, pada
akhirnya permasalahan ini mereda, kinerja Semen Gresik Group dapat bekerja
secara normal kembali. Tidak berhenti pada saat itu, permasalahaan baru kembali
muncul di internal perusahaan, yakni terkait dengan sinergitas. Butuh waktu dan
usaha yang tidak mudah dalam menyelesaikan hambatan ini. Hingga pada waktu
yang telah dinanti, tepatnya pada tangga 20 Desember 2012, lahirlah “Strategic
Holding Company” yaitu Semen Indonesia Group sebagai buah hasil dari men-

sinergikan tiga kekuatan perusahaan semen ini, yang merupakan “reinkarnasi”

dari Semen Gresik Group yang juga diikuti dengan transormasi besar untuk
menjadi World Class Engineering Company.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk memiliki tujuan perusahaan untuk
menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Asia Tenggara. Hal ini tentunya
menjadi tantangan kedepan bagaimana PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
sebagai multinational coorporation dapat bersaing dengan kompetitor yang lebih
luas yakni perusahaan-perusahaan semen di Asia Tenggara. Ekspansi pertama
kali dilakukan oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk adalah pada 18 Desember
2012 dengan mengakuisisi perusahaan semen asal Vietnam bernama Thang Long
Cement Joint Stock Company (TLCC) sebesar US$ 157 juta. Dengan akuisisi
tersebut, maka Semen Indonesia menguasai 70 persen dari saham Thang Long

2

Cement. Kapasitas produksi pabrik semen tersebut mencapai 2,3 juta ton,
sehingga kapasistas terpasang Semen Indonesia mencapai 25 juta ton di akhir
tahun 2012. Tentunya bukan hanya berhenti cukup disana, PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk melanjutkan ekspansinya di negara Myanmar pada tahun 2013
yang lalu dengan membangun pabrik semen baru berkapasitas 1 juta ton per
tahun di Myanmar dengan investasi US$ 200 juta. Tujuannya adalah

meningkatkan kapasitas produksi perusahaan untuk dapat menjadi yang terbesar
di kawasan Asia Tenggara serta membangun jaringan distribusi hingga ke Asia
Selatan.
Sebagai negara berkembang, Indonesia menunjukkan pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi. Salah satunya dengan permintaan semen di Indonesia
yang telah berkembang dengan cepat dengan pertumbuhan sebesar 14,5 % pada
tahun 2012 untuk memenuhi kebutuhan dibidang konstruksi dan properti
(Asosiasi Semen Indonesia, Maret 2013). Hal ini menjadi salah satu faktor
meningkatnya kebutuhan semen dalam negeri. Laporan presentasi tahunan Semen
Gresik 2010 menyebutkan bahwa faktor pendorong (key driver)* pertumbuhan
konsumsi semen Indonesia adalah: (1) pertumbuhan ekonomi nasional yang masih
cukup baik; (2) tingkat bunga yang menarik; (3) pembangunan infrastruktur
secara besar-besaran; dan (4) tingkat konsumsi per kapita yang masih sangat
rendah. Keempat faktor tersebut berpotensi untuk meningkatkan kebutuhan semen
karena meningkatnya daya beli konsumen.

3

Gambar 1.1 Konsumsi semen per kapita tahun 2011 dan 2012
(sumber : Pemetaan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pada Industri Semen

Indonesia : Risris Rismayani Suwarma)
Gambar 1.1 memperlihatkan perbandingan konsumsi semen per kapita
secara global 2009 dan 2010. Pada 2009 konsumsi Indonesia sebesar 167 kg per
kapita. Angka tersebut masih berada dibawah China, Saudi Arabia, Singapura,
Italia, Malaysia, Vietnam, Amerika, Thailand, Jepang, Jerman dan India.
Meskipun demikian, tingkat konsumsi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
India. Pada tahun 2010, konsumsi semen Indonesia meningkat sebesar 2,99% dari
2009 menjadi 172 kg per kapita. Angka tersebut masih dibawah Saudi Arabia,
China, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Italia, Jepang, Vietnam, Amerika,
Thailand, Jerman dan angka tersebut lebih tinggi dibandingkan India dan Filipina.

Gambar 1.2 Konsumsi semen per kapita tahun 2013
(sumber : SMGR Corp Presentation)
4

Sampai saat ini, konsumsi semen Indonesia masih berada pada peringkat
rendah dibandingkan negara-negara lain didunia. Meskipun demikian, hal ini
merupakan sinyal bahwa potensi peningkatan konsumsi semen nasional masih
sangat besar. Gambar 1.2 memperlihatkan perbandingan konsumsi semen per
kapita secara global pada tahun 2013. Pada 2013 konsumsi Indonesia sebesar 229

kg per kapita. Angka tersebut masih berada di posisi yang sama yaitu berada
dibawah China, Singapura, Vietnam, Thailand.

Meskipun demikian, tingkat

konsumsi tersebut masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan Filipina dan
India. Hal ini menunjukkan pula bahwa konsumsi semen di Indonesia masih
stabil.
Seiring berkembangnya zaman, genjatan perubahan semakin terdengar dari
segala aspek kehidupan, termasuk lingkungan sekitar kita yang telah didepan
mata menuntut kesadaran manusia dalam perbaikan alam. Issue pemansan global
yang telah terjadi di pertengahan abad ke-20 hingga ke-21 ini tidak akan selesei
dan bahkan menjadi ancaman bagi kehidupan makhluk hidup yang ditopangnya.
Bahan baku yang semakin habis dan tidak dapat diperbaharui, teknologi industri
yang tidak ramah lingkungan, serta daya dukung lingkungan yang telah mencapai
kapasistas maksimalnya sehingga tidak dapat menopang kehidupan yang sehat
serta normal seperti di masa-masa sebelumnya. Hal ini menuntut kita, khususnya
sektor industri, untuk segera melakuakn perubahan dan perbaikan agar mimpi
berkelantujan (sustainability) dapat tercapai. Global Warming memang sebuah
ancaman bagi seluruh penghuni dipenjuru dunia ini, namun disetiap

permasalahan yang ada pasti ada sebuah penyelesaian yang tepat guna,
tergantung pada pola pikir dan kemauan sumber daya manusia yang
berkecimpung agar dapat mengubah sebuah kelemahan dan ancaman menjadi
sebuah kekuatan dan peluang.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sebagai perusahaan semen terbesar di
Asia Tenggara, tentunya tidak akan stuck hanya sampai menjadi pemain regional,
namun cita-cita bersama untuk menjadi World Class Engineering Company
menjadi salah satu alasan bagaimana perusahaan ini melaju untuk menjadi
pemain dunia. Seperti yang telah diajarkan oleh Direktur Utama Semen
Indonesia, Pak Dwi Sutjipto, jangan sampai kita merasa perjuangan kita sudah

5

selesei, karena apabila kita menikmati dengan keberadaan di comfort zone,
makan itulah titik dimana kita akan “jatuh”. Kita harus membuat kurva-kurva
baru ketika kita sudah berada dipuncaknya, agar kita tidak memasuki fase
“decline”. Sehingga, tidaklah cukup untuk menjadi “good”, kita harus bisa
menjadi “great”. Semen Indonesia, what next ?.

1.2. Permasalahan


Sebagai alternatif untuk mempermudah pembahasan, permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a.

Bagaimana pertumbuhan ekonomi serta industri konstruksi di kawasan
Asia Tenggara ?

b. Apakah semen sebagai bahan bangunan masih tetap akan eksis hingga di
masa mendatang ?
c.

Inovasi atau solusi apa yang dapat menjawab persoalan mengenai bahan
baku serta daya saingnya di masa mendatang ?

1.3. Lingkup Permasalahan

Untuk menghindari lingkup pembahasan yang terlalu luas dan melebar,
maka penulisan karya tulis ini dibatasi dengan hanya berdasarakan sumber data
sekunder dari buku, jurnal, maupun internet, serta pengamatan yang hanya sampai

pada penentuan solusi untuk menjawab persoalan yang ada.

6

1.4. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penulisan ini adalah
sebagai berikut :
a.

Mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi dan industri konstruksi di
kawasan Asia Tenggara

b. Mengetahui bagaimana eksistensi semen sebagai bahan bangunan hingga
di masa mendatang
c.

Menemukan inovasi atau solusi untuk menjawab persoalan mengenai
bahan baku semen serta daya saingnya di masa mendatang


1.5. Manfaat Penulisan

Penulisan karya tulis ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi :
a.

Perusahaan, memberikan gambaran tentang persoalan yang belum
sempat mendapat perhatian sehingga dapat ditemukan solusi untuk
menjawab persoalan tersebut dan mampu mencapai tujuan perusahaan
secara holistic

b. Investor, memberikan informasi tambahan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan keputusan kerjasama yang hendak dilakukan
c.

Akademisi, dapat memberikan informasi tambahan serta kajian ilmiah
yang dapat menjadi bahan penelitian dalam ranah masalah yang sama

d. Penulis,

mengaplikasikan


kemampuan

dan

ilmu

dalam

bidang

manajemen strategi yang dikombinasikan dengan ilmu terapan

1.6. Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami gunakan adalah pengamatan dan penelitian
dari data sekunder yang diperoleh dari buku, jurnal, maupun internet.

7


1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memudahkan dalam
melakukan pembahasan masalah, yaitu :
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, ruang lingkup, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, dan
sistematika penulisan
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan tentang semua uraian teoritis atas judul yang ada serta
data faktual yang berkaitan dengan pembahasan pada bab III
Bab 3 : Pembahasan
Dalam bab ini diuraikan tentang identifikasi, analisa, dan perbandingan
mengenai data faktual serta permasalahan yang muncul dalam konteks judul
penulisan karya tulis ini
Bab 4 : Penutup
Pada bab ini dijelaskan tentang bagian akhir dari karya tulis yang berupa
kesimpulan dan pemberian saran yang penulis anggap perlu

8


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2012

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan
2000 pada tahun 2012

mencapai Rp 2.618,1 triliun, naik Rp 153,4 triliun

dibandingkan tahun 2011 (Rp2.464,7 triliun). Bila dilihat berdasarkan harga
berlaku, PDB tahun 2012 naik sebesar Rp 819,1 triliun, yaitu dari Rp 7.422,8
triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 8.241,9 triliun pada tahun 2012.

Tabel 2.1
Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010−2012,
Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2012

Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23 persen
dibanding tahun 2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang
mencapai 9,98 persen, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,11
persen, Sektor Konstruksi 7,50 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa
9

Perusahaan 7,15 persen, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,40 persen, Sektor
Industri Pengolahan 5,73 persen, Sektor Jasa-Jasa 5,24 persen, Sektor Pertanian
3,97 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,49 persen. Pertumbuhan
PDB tanpa migas pada tahun 2012 mencapai 6,81 persen yang berarti lebih tinggi
dari pertumbuhan PDB. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi
terbesar terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar
1,47 persen. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,
dan

Sektor

Pengangkutan

dan

Komunikasi

yang

memberikan

sumber

pertumbuhan masing-masing 1,44 persen dan 0,98 persen (Tabel 2.1).

Gambar 2.1 Grafik Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan
2000 Tahun 2012 (persen)

2.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2013

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan
2000 pada tahun

2013 mencapai Rp 2.770,3 triliun, naik Rp 151,4 triliun

dibandingkan tahun 2012 (Rp 2.618,9 triliun). Bila dilihat berdasarkan harga
berlaku, PDB tahun 2013 naik sebesar Rp 854,6 triliun, yaitu dari Rp 8.229,4
triliun pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp 9.084,0 triliun pada tahun 2013.

10

Tabel 2.2
Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 – 2013,
Laju Pertumbhan dan Sumber Pertmbuhan Tahun 2013

Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen
dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang
mencapai 10,19 persen, diikuti oleh Sektor Keuangan,

Real Estat, dan Jasa

Perusahaan 7,56 persen, Sektor Konstruksi 6,57 persen, Sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran 5,93 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5,58 persen,
Sektor Industri Pengolahan 5,56 persen, Sektor Jasa-jasa 5,46 persen, Sektor
Pertanian 3,54 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,34 persen.
Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25 persen yang
berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB. Sektor Industri Pengolahan
memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber
pertumbuhan sebesar 1,42 persen. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberikan
sumber pertumbuhan masing-masing 1,07 persen dan 1,03 persen (Tabel 2.1).

11

Gambar 2.2 Grafik Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan
2000 Tahun 2013 (persen)

2.3. Pertumbuhan Ekonomi ASEAN

Stabilitas ekonomi makro ASEAN secara umum memburuk dilihat dari
meningkatnya inflasi di beberapa negara anggota dan melemahnya mata uang
pada hampir semua negara ASEAN. Demikian juga indeks harga saham gabungan
kawasan banyak yang merosot, sehingga laju pertumbuhan ekonomi kawasan
cenderung menurun.

Gambar 2.3 Tingkat Inflasi Negara Anggota ASEAN Tahun 2000-Agustus
2013 (yoy, dalam %)

12

Tekanan inflasi meningkat
Sumber : Bloomberg (2013)
(Catatan : Myanmar pada tahun 2001 mengalami inflasi 53,8% dan pada tahun 2002 mengalami inflasi 54%)

Tingkat inflasi pada negara-negara ASEAN hingga bulan Agustus 2013
cenderung meningkat terutama untuk negara Indonesia (8,79%), Vietnam (7,50%)
dan Laos (7,43%). Inflasi yang meningkat di Indonesia diakibatkan dari
terganggunya pasokan sejumlah komoditas pangan seperti bawang merah, cabai,
daging sapi dan daging ayam serta momentum penyesuaian harga BBM yang
berdekatan dengan hari besar keagamaan serta tahun ajaran baru pendidikan.
Sementara di Vietnam diakibatkan oleh dampak penuh dari implementasi
penyesuaian harga BBM yang dilakukan pada bulan Agustus 2013 diiringi dengan
peningkatan biaya oleh otoritas terkait pada biaya kesehatan, biaya pendidikan,
biaya air rumah tangga serta biaya transportasi umum. Kebijakan Bank Sentral
yang lemah serta pelayanan perbankan umum yang masih sangat terbatas
menyebabkan aktivitas perbankan yang dapat menjadi penyeimbang terhadap
kecenderungan peningkatan harga menjadi tidak optimal di Vietnam. Lonjakan
tingkat inflasi ini ditindaklanjuti dengan berbagai kebijakan moneter oleh Bank
Sentral masing-masing negara serta kebijakan price pegging oleh otoritas terkait
pada beberapa sektor di Vietnam terutama pada biaya layanan kesehatan.

Gambar 2.4 Tingkat Pertumbuhan PDB Negara Anggota ASEAN
Berdasarkan Harga Konstan, Tahun 1998–Q2/2013 (yoy, dalam %)
(Sumber : IMF, CEIC (2013))

13

Pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota Association of South East
Asian Nation (ASEAN) menunjukkan kecenderungan perlambatan selama tengah
tahun pertama 2013 ini terutama disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan
ekonomi global sehingga memangkas ekspornya serta melemahnya konsumsi
karena naiknya inflasi. Data pertumbuhan ekonomi Kuartal II-2013 menunjukkan
bahwa dari total 10 (sepuluh) negara anggota ASEAN, hanya 2 (dua) negara yang
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi year-on-year lebih baik daripada capaian
pada tahun 2012 yaitu Filipina (7,5%) dan Singapura (3,7%).
Filipina pada Kuartal II-2013, berhasil menjaga tingkat konsumsi
penduduk dengan memanfaatkan remitansi yang hingga sebesar USD 1,7 miliar
setiap bulannya serta meningkat pertumbuhan investasi (capital formation) dan
pengeluaran

pemerintah

(public spending)

yang

kecepatannya

melebihi

pertumbuhan konsumsi. Keadaan ini ditopang juga karena Filipina ini memiliki
tingkat ketergantungan terhadap perdagangan internasional yang lebih rendah
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Sementara Singapura berhasil
menjaga pertumbuhan ekonominya berkat kejelian para pelaku usaha Singapura di
bidang perdagangan wholesale maupun retail yang mampu mencari kesempatan
penurunan ekonomi di China dengan melayani perdagangan internasional
Amerika Serikat dan Eropa yang ekonominya cenderung membaik. Menurut
beberapa lembaga internasional, perlambatan ekonomi negara ASEAN hanya
dapat dicegah menjadi lebih buruk apabila pemerintah masing-masing negara
mampu untuk menjaga pertumbuhan konsumsi domestik dan tingkat investasi,
mengingat negara utama di Asia juga mengalami perlambatan ekonomi seperti
China yang mengalami pertumbuhan Kuartal II hanya sebesar 7,5% dibandingkan
Kuartal I sebesar 7,7% dan India yang pada Kuartal II tumbuh hanya sebesar
4,4% dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 4,8%. Dengan situasi tersebut
terlihat bahwa ketidakpastian yang terjadi pada ekonomi global diiringi dengan
instabilitas ekonomi di kawasan ASEAN terutama pada indicator inflasi, pasar
saham dan nilai tukar mata uang menyebabkan terjadinya kecenderungan
penurunan pertumbuhan ekonomi pada negara-negara anggota ASEAN.

14

2.4. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Setelah berhasil meraih banyak penghargaan di tingkat nasional maupun
internasional di tahun 2013 silam, Semen Indonesia tiada hentinya untuk
memberikan kontribusi dan prestasi di masa mendatang. Salah satunya melauli
momentum yang terjadi pada beberapa bulan yang lalu, yaitu peresmian pabrik
Tonasa V dan Pembangkit Listrik di PT Semen Tonasa pada tanggal 19 Februari
2014, dimana pabrik tersebut akan menjawab banyak persoalan dan tentunya
memiliki kelebihan-kelebihan baru dari pabrik-pabrik sebelumnya. Sebelumnya
pun telah dibuktikan keberhasilan oleh SMIG (Semen Indonesia Group) melalui
pembangunan pabrik Tuban IV yang telah menggunakan Green Technology.
Beberapa contoh yang telah diaplikasikan di proyek Pbrik Tuban IV diantaranya :
1. Electrostatic Precipitator (EP) adalah teknologi filtrasi yang dapat
menyaring debu yang telah distandarkan, bahkan jauh lebih baik
2. Bag Filter merupakan teknologi penangkap debu sehingga emisi debu
yang dihasilkan telah memenuhi standar dan bahkan jauh lebih baik
3. Dust Emission Monitoring dan Gas Emission Analyzer yaitu teknologi
yang memonitoring emisi debu dan gas sehingga lingkungan tetap
terjaga bersih dan sehat
4. Kiln Burner adalah teknologi pabrik yang dapat digunakan oleh tiga
jenis bahan bakar, sehingga akan memberikan kemudahan dan efisiensi
biaya saat beroperasional
5. Variable Speed Drives (VSD) yaitu teknologi pada motor fan yang
dapat menghemat energi listrik hingga 60 %
6. Vertical Cement Mill adalah teknologi yang pertama kali digunakan
dalam dunia industri semen di indonesia, yang dapat menghmat energi
serta mengurangi polusi
7. Preheater adalah tekonologi untuk mengurangi emisi dan hemat energi
listrik
8. Cooling Water jenis close loop circulation. Teknologi yang mencegah
keluarnya uap air, sehingga dapat dimanfaatkan dan mengurangi
konsumsi air

15

Sesuai dengan visi 2030, SMIG ingin menjadi World Class Engeneering
Company. Kedepannya, SMIG tidak lagi menjadi pabrik penghasil semen, namun

juga pabrik yang menghasilkan engineer-engineer hebat. Dari tangan mereka lah
lahir inovasi-inovasi teknologi di industri semen. Untuk mewujudkannya, SMIG
akan segera merealisasikan Center of Engineering (CoE). Cita-cita yang ingin
dicapai dengan adanya CoE ini begitu visioner. Pertama, CoE mampu
mengembangkan kemampuan teknologi industri semen yang nantinya dapat
melahirkan teknologi-teknologi baru. Kemampuan ini kemudian dipatenkan oleh
perusahaan, sehingga perusahaan akan menguasai banyak paten teknologi. Kedua,
pengelolaan pembangunan pabrik, yang akan dilakukan secara swadaay, mulai
dari perencanaan, pemantaun, rekrutmen, pabrikasi, dll, yang kesemuanya akan
dituntaskan didalam CoE. Ketiga, CoE akan menjadi bisnis baru yang bersifat
eksternal. CoE ini memiliki peran dalam penyatuan bisnis yang ada di perusahaan,
sehingga hasil akhirnya adalah berupa produktifitas dan efisiensi internal.

2.4. Inovasi Material Bangunan Saat Ini

Tidak dipungkiri lagi, kemajuan zaman telah membawa banyak perubahan
dalam sendi-sendi kehidupan, khusunya disini terkait dengan industri konstruksi.
Industri konstruksi yang telah dipaparkan oleh data diatas menyebutkan bahwa
industri konstruksi menempati posisi ke-3 dalam peranan pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Tentunya konstruksi tersebut juga semakin berkembang, salah
satunya dari segi material bangunan. Material bangunan merupakan syarat mutlak
dalam suatu pembangunan fisik. Material bangunan yang berkembang dan
berkontribusi besar selama abad 19 silam adalah beton. Hampir semua industri
konstruksi yang menghadirkan gedung-gedung tinggi di kota besar didunia seperti
New York dibangun dengan menggunakan konstruksi beton. Beton dinilai
memiliki kekuatan struktur yang stabil dan tahan terhadap gaya tekan yang besar.
Sehingga, hampir semua bangunan pecakar langit didunia pada masa itu
menggunakan konstruksi beton karena membutuhkan kestabilan struktur yang
tinggi.

16

Berbeda dengan saat ini, inovasi penggunaan material bangunan
menunjukkan perubahan yang cukup signifikan terutama di kota-kota besar di
dunia, yang semula hampir semua menggunakan konstruksi beton, kini mulai
mengalami perubahan dengan menggunakan material selain beton, yaitu
konstruksi baja. Khususnya di dunia sipil dan arsitektur, baja memiliki karakter
tersendiri yang berbeda dengan beton. Baja dinilai memiliki fleksibilitas desain
yang tinggi dan daya tarik yang tinggi pula. Saat ini banyak mega proyek di dunia
yang beralih menggunakan konstruksi baja, karena dari segi desain bangunan
yang mengalami kemajuan itu sendiri menuntut desain yang fleksibel atau tidak
kaku dan massive seperti beton.
Bukan hanya bangunan pencakar langit atau skyscrapper yang mulai
menggunakan teknolgi baru ini, namun juga telah merambah ke berbagai jenis
bangunan maupun infrastruktur seperti jembatan, bandar udara, gedung komersial,
stadion, fasilitas umum, storage, dan masih banyak lagi. Berikut contoh
bangunan-bangunan yang sudah tidak lagi menjadikan konstruksi beton menjadi
yang utama, namun tergantikan oleh baja.

Burj Al-Arab Dubai

Lyon Airport and Station

Guangzhou Opera House

Greek Olympic Stadium

Concert Hall Santacruz

Bilbao Bridge

Lou Ruvo Center

Bird Nest Beijing

Cybertecture Egg Mumbai

Gambar 2.5 Bangunan Post-Modern yang beralih menggunakan konstruksi baja

17

Masih banyak lagi bangunan-bangunan didunia yang telah memasuki era
post-modern

(langgam dalam dunia arsitektur) yang sudah tidak lagi

menggunakan beton dalam struktur utamanya. Hal ini menunjukkan bahwa dunia
arsitektur yang saat ini telah berkembang pesat, menjadi faktor yang besar bagi
berkembangnya teknologi material bangunan. Sehingga dapat dikatakan pula
bahwa seiring berjalannya waktu dan tidak lama kemudian, negara-negara
berkembang pun akan menyusul peradaban bangunan dengan langgam postmodern tersebut, alias tidak menjadikan beton sebagai struktur utamanya.

2.5. Issue Pemanasan Global (Global Warming )

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan masalah yang sedang kita hadapi
secara global saat ini yaitu pemanasan global, atau global warming. Pemasan
global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan
bumi. Dengan kata lain bumi kita akan terasa lebih panas. Dampak yang terjadi
lainnya secara tidak langsung adalah perubahan iklim yang membawa kepada
berbagai bencana alam, mulai dari naiknya permukaan air laut, cuaca ekstreme,
wabah penyakit dimana-mana, keanekaragaman hayati yang semakin habis
(kepunahan), dan dampak negatif lainnya. Secara teori, pemanasan global terjadi
akibat dari efek rumah kaca atau greenhouse gases. Efek rumah kaca ini
merupakan kumpulan gas-gas karbon yang berada diudara yang menahan panas
matahari untuk keluar kembali. Seiring berjalannya waktu, emisi gas rumah kaca
yang terdiri dari karbon dioksida, dinitrogen dioksida, metana, kloroflorokarbon,
dan gas-gas yang mengandung karbon lainnya.

18

Gambar 2.6 Efek Rumah Kaca
(sumber : http://planetgoose.files.wordpress.com/2009/01/greenhouse-effect.jpg)

Mencairnya Es Kutub Utara

Wabah Penyakit

Kekeringan Gagal Panen

Banjir di Ibu Kota

Gambar 2.7 Dampak buruk yang terjadi akibat pemanasan global

19

Segala aktivitas manusia lah yang menyebabkan permasalahan ini sendiri.
Aktivitas tersebut dapat bermacam-macam bentuknya, mulai dari transportasi,
kerusakan lingkungan oleh pembakan hutan dan aktivitas industri, serta aktivitas
domestic. Sektor industri menempati posisi kedua setelah sektor energi sebagai
penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar, yaitu sekitar 18 %.

Gambar 2.8 Prosentase sektor yang berperan menyumbang gas rumah kaca

Melihat kondisi seperti saat ini, tentu sudah saatnya perubahan budaya
untuk menjadi lebih baik dilakukan, khususnya sektor industri sebagai
penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar kedua. Segala perubahan kearah yang
lebih baik mulai dari sumber bahan baku, operasional, manajemen operasional,
dan segala aspek yang terkait dalam industri itu sendiri sudah harus diterapkan
demi mengatasi problematika pemanasan global ini. Saat ini telah banyak
kebijakan-kebijakan bersifat nasioanl maupun global yang mengatur tentang
keseimbangan alam dengan industri. Segala aktivitas industri hendaknya telah
dipertimbangkan kelayakan operasionalnya apakah telah berjalan secara ramah
lingkungan atau tidak. Proses produksi suatu industri memiliki dampak terhadap
lingkungan yang besar yaitu tentang keseimbangan alam. Selain dari bahan baku
industri yang harus dikaji lebih lanjut tentang jumlahnya yang terbatas, serta daya
dukung lingkungan yang sudah melebihi kapasistasnya.
20

Saat ini, dengan maraknya problematika pemanasan global tersebut, juga
telah mendorong berbagai sektor industri dalam penyempurnaan operasionalnya,
namun juga masih banyak yang tidak. Penyempurnaan operasionalnya dapat
berupa di berbagai aspek, mulai dari teknologi, ekonomi, sosial dan budaya, serta
khususnya lingkungan. Dari segi teknologi industri, para industri berusaha
mengahdirkan teknologi-teknologi terbarukan yang ramah lingkungan agar emisi
yang dihasilkan dapat diminimalisir, atau bahkan zero waste. Di bidang ekonomi
(profit), industri menerapkan strategi baru dengan tujuan efektifitas dan efisiensi
dari biaya dan waktu, sehingga mampu meningkatan keuntungan (profit) untuk
perusahaan. Sedangkan dibidang sosial dan budaya (people), perusahaan dapat
melancarkan pelaksanaannya melalui Coorporate Sosial Responsibility (CSR).
Tentunya dibidang lingkungan (planet), industri yang beroperasi harus dipastikan
telah memenuhi standar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), izin
konservasi bahan baku yang digunakan, dan kebijakan-kebijakan mengenai
lingkungan lainnya agar daya dukung lingkungan masih tetap dapat menopang
kehidupan di alam ini.
Industri yang tidak melakukan perubahan dalam operasionalnya dalam
rangka mengatasi problemtika pemanasan global diatas, maka dapat diprediksi
akan kalah bersaing dengan industri-industri yang telah menjalankan inovasi demi
kondisi yang lebih baik. Sudah saatnya “Green” menjadi landasan bagi setiap
industri dibidang manapun untuk menjalankan operasionalnya. Karena budaya
green merupakan harapan setiap insan agar kondisi bumi ini dapat terselamatkan

dari problem pemanasan global, dan dampak negatif seperti yang disebutkan
diatas.

21

2.6. Lafarge Cement Company
(sumber : www.lafarge.com dan wikipedia)

Industry : Material Bangunan
Didirikan : 1833
Kantor Pusat : Paris, Perancis
Produk : Semen, Bahan konstruksi, beton
Aset Total : €37,075 juta (akhir tahun 2013)
Jumlah Tenaga Kerja : 64.000 (akhir tahun 2013)
(source : wikipedia)
Lafarge merupakan salah satu perusahaan semen tertua dan terkemuka
didunia. Markas Besar Lafarge berada di Kota Paris, Prancis. Jejak bisnisnya telah
tersebar hingga ke 64 negara dari seluruh penjuru dunia, serta pengembangannya
tertuju kepada pertumbuhan pasar yang pesat, khususnya di Asia dan Timur
Tengah.

Lafarge Worldwide Presence

Gambar 2.8 Perusahaan telah tersebar diberbagai penjuru dunia
22

Germany

Central
and
Eastern
Europe
(7.464
Employees)
Hungary

Austria

Moldova

3

Belgium

Poland

Egypt
United Arab
Emirates
Irak

Honduras

South Korea

Botswana

4

Spain

Romania

Jordan

Jamaica

India

Cameroon

5

France

Russia

Kuwait

Mexico

Indonesia

Kenya

6

Greece
United
Kingdom

Serbia

Oman

Malaysia

Madagascar

Slovakia

Qatar

Maldives

Malawi

Switzerland

Slovenia

Pakistan

Morocco

Philippines

Mauritius

Seychelles

Mozambique

Singapore

Nigeria

12

Sri Lanka

South Africa

13

Vietnam

Tanzania

No.

1
2

7
8
9
10

Westren
Europe
(12.202
Employees)

Czech
Republic
Ukraine

Middle
East
(12.631
Employees)

North
America
(9.604
Employees)

Latin
America
(2.535
Employees)

Asia
(15.742
Employees)

Africa (7.745
Employees)

Canada
United
States

Brazil

Bangladesh

Algeria

Ecuador

China

Benin

Western
Sahara
Saudi
Arabia
Syria
Turkey

11

14

Uganda

15

Zambia

16

Zimbabwe

Consolidated data at 12/31/2011

Tabel 2.1 Daftar negara yang telah menjadi jalur ekspansi Lafarge
Lafarge Ambition 2020
“ From manufacturing with a smaller emissions footprint, enhancing
biodiversity and water conservation, to designing and delivering more energy
efficient products and systems for energy efficient building, from conserving
natural resources through recycling materials and enhancing deconstruction
methods, to how materials are delivered, Lafarge wants to be a key player in

sustainable construction. “ (www.lafarge.com)
Pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu kunci untuk
mengurangi konsumsi energi dunia, diperhitungkan bahwa energi yang digunakan
dalam sektor bangunan mencapai sekitar 38% dari total konsumsi energi dunia,
melebihi transportasi maupun industri. Hampir 85 % sendiri dari konsumsi energi
dalam sektor industri konstruksi adalah digunakan dalam beroperasinya
bangunan, perawatan, maupun renovasi. Hanya sekitar 15 % merupakan total dari
23

proses produksi material, transportasi, proses konstruksi, maupun pembongkaran.
Untuk mengatasi 85 % energi yang dikonsumsi dalam bangunan, Lafarge
berkomitmen untuk membawa perubahan material bangunan untuk solusi yang
membawa kearah berkelanjutan, penghematan energi, dan improvisasi yang
nyaman.
Sejak permulaan abad ke 20, Lafarge telah menjadi pemimpin inovasi.
Hampir satu abad kemudian, budaya inovasi masih mengakar di hati para
kelompok dan ambisi umum. Inilah peristiwa penting yang terjadi di Lafarge :
Timetable : Perjalanan Panjang Lafarge
Tahun
1833
1864
1866
1887
1889
1899
1908
1921
1930
1931
1947
1956
1959
1970
1971
1972
1974
1977
1980
1985
1989
1990
1994

Momentum
Bermula dengan hadirnya pemimpin dunia dalam bidang material
bangunan yang berlokasi di “Lafarge”, sebuah tempat pandai besi,
didekat Desa Teil.
Project Pertama : Kanal Suez
Operasi pertama kali di Algeria, dan pengembangan di Afrika Utara
Laboratorium khusus semen pertama kali di dunia
Penghargaan Kebijakan Sosial di Universal Exhibition
Perluasan dari “teknik pemadaman mesin penggulung”
Ciment Fondu®, tahan terhadap cuaca ekstrem dan suhu tinggi
Paten pertama untuk semen putih
Penampungan tambang pertama di Draveil, Perancis
Penggolongan kedalam gypsum, produksi bubuk gypsum
Produsen semen penguasa di Perancis dan Afrika Utara
Plant semen pertama di Amerika Utara dan menciptakan Semen
Lafarge Amerika Utara (LCNA)
Operasi pertama kali di Brazil
Menciptakan Semen Kanada Ltd (CCL), produsen semen penguasa
Perjanjian dengan Menteri Lingkungan Perancis dalam emisi debu
Pengembangan dan proses modernisasi perusahaan
Penggunaan pertama limbah industri sebagai bahan bakar alternatif
Publikasi perusahaan mengenai prinsip kerja
Lafarge memimpin pasar semen di Amerika Utara – Beton sempurna
hi-performance
Operasi pertama di Kamerun dan di tengah Gurun Sahara
Mengakuisisi Cementia : cabang baru di Eropa dan Afrika Timur
Operasi pertama di Jerman Timur – Laboratorium khusus material
bangunan pertama kali di dunia
Operasi pertam dan ekspansi di China

24

1995
1997
1998

Pengembangan berkelanjutan di pusat aktivitas perusahaan
Mengakuisisi Redland : jejak bisnis baru dan konsolidasi lebih lanjut
Operasi pertama kali di India dan Korea Selatan

2000

Point penentuan : akuisisi, peluncuran produk baru dan persekutuan

2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Lafarge, produsen semen penguasa di dunia, dengan target
pertumbuhan berkelanjutan
Kerangka perjanjian dengan CNRS dan peluncuran PLAtecTM
Penandatanganan UN Global Compact, menciptakan Stakeholder
Panel and usaha lebih lanjut dalam pemberantasan AIDS
Ekspansi pasar, peluncuran SignaTM, bantuan sesama manusia, dan
sponsorship
Penghargaan untuk aktifitas pengembangan berkelanjutan perusahaan
– peningkatan kapasitas produksi
Peluncuran Hypergreen concept
Melepaskan bisnis melangit, fokus terhadap pertumbuhan
berkelanjutan, peluncuran dua beton bermutu tinggi
Mengakuisisi Orascom Cement, produsen semen penguasa di Timur
Tengah
Pertumbuhan pasar – inovasi beton
Strategi inovasi - Shanghai World Expo – penguatan bisnis di Brazil
dan Eropa Tengah
Pembebasan secara signifikan dan organisasi baru (joint venture)
Sustainability Ambitions 2020
Dari perjalanan panjang Lafarge diatas dapat kita ketahui bahwasannya

perusahaan ini memiliki komitmen yang tinggi sehingga dapat tetap eksis hingga
sampai saat ini bahkan masih berpredikat sebagai perusahaan semen terbesar di
dunia.
Lafarge mulai menjalakan ekspansinya menuju multinational coorporation
di tahun 1866 dengan sites di Afrika Utara. Lafarge tidak hanya bermain dilintas
negara ataupun regional, namun telah menjadi pemain lintas benua atau dunia.
Aliansi strategi yang digunakan pun semakin naik tingkatannya hingga ke joint
venture, karena levelnya pun sudah mendunia. Banyak penghargaan yang telah

didapat, mulai dari sosial, ekonomi, lingkungan, serta inovasi di tingkat dunia.
Oleh karena itu, untuk menjawab persoalan semakin berkembangnya zaman,
Larfarge menerapkan ambisinya untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan

25

(Sustainability Ambition 2020), yang salah satunya melalui inovasi material yang
ramah lingkugan yang akan berdedikasi pada industri konstruksi dunia.
Lafarge pun melebarkan sayapnya melalui inovasi produk material
bangunan selain semen. Hal ini bertujuan untuk dapat selalu leading dibidang
material bangunan. Inovasi-inovasi material bangunan yang telah dilakukan oleh
Lafarge antara lain :

No.

Inovasi Produk Material

Jenis Material

1

Chronolia®, boosting
construction sites

Beton Mutu Tinggi

2

High Strength - Low Shrinkage
concrete

Plester Mutu Tinggi

3

ultra-high performance concrete
(UHPC)

Beton Struktural Mutu
Tinggi

4

Lafarge’s aesthetic concretes

Beton Estetik (Lantai)

5

the self-placing, self-leveling
concrete

Beton Plat Lantai

6

Lafarge’s revamped pervious
concrete

Beton Anti Banjir

26

7

Lafarge manufactured sand for
natural resource preservation

Pasir Buatan

8

Lafarge decorative sands &
aggregates

Pasir Kerikil
Berwarna (Estetik)

9

Lafarge asphalt solutions with Aspal Ramah
high environmental added value Lingkungan

10

Capillia™, the Lafarge
aggregates for urban drainage
systems

Kerikil Beton
Drainase

11

Aggneo™ - Recycled aggregates
from Lafarge

Kerikil Recycle

12

Lafarge white cements

Semen Putih

13

Lafarge lower carbon cements

Semen Rendah
Karbon

14

Hydromedia™, Lafarge’s
revamped pervious concrete

Beton Ringan dan
Anti Banjir

27

15

Thermedia®, a new generation
of insulating concretes

Beton Ready Mix

16

Agilia®: the self-placing, selfleveling concrete

Beton Encer

17

Lafarge Blue Circle Snowcrete

Semen Putih

Tabel 2.2 Inovasi material dan produk oleh Lafarge

28

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Upaya Semen Indonesia Sebagai Pemain Regional

Kejayaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk saat ini memang sudah dapat
dinikmati, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Namun, bukan berarti Semen
Indonesia akan stuck dan berhenti berkarya. Segala upaya baru telah dipersiapkan,
demi menjawab persoalan-persoalan yang akan datang menuju panggung regional
bahkan global. Semen Indonesia juga telah berupaya dalam mengusung program
berkelanjutan, diataranya adalah (source : www.semenindonesia.com) :
1. Pembangunan Pabrik Baru (studi kasus : Pabrik IV Semen Padang)
Yaitu mendapatakan mendapatkan pengesahan Dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Amdal), berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota
Padang No 87 tahun 2011 tentang Persetujuan Amdal, RKL dan RPL
kegiatan Pabrik Semen Padang. Selain itu dalam penambangan batu kapur
yang juga telah mendapatkan SK dari Walikota Padang
2. Ketenagakerjaan
telah membuahkan penghargaan Zero Accident Award bagi PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk. Penghargaan diberikan Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, karena berhasil mencegah kecelakaan kerja selama lebih
dari lima juta jam kerja.
3. Sosial Kemasyrakatan
Melalui Program Kemitraan dan Bina LIngkungan (PKBL), Semen Indonesia
berhasil mendapatkan penghargaan yang memuaskan melalui laporan uji
Sustainability Report (SR) yang dilakukan oleh Global Reporting Initiative di
Amsterdam. Hasil pengujian dinyatakan dalam tingkat A, yang menunjukkan
bahwa indikator inti sudah dinyatakan secara menyeluruh dalam laporan ini,
dilengkapi dengan indikator tambahan.

29

Gambar 3.1 Laporan Sustainability Report

Upaya yang telah membuahkan hasil seperti diatas, tidak menutup
kemungkinan apabila SMIG masih memiliki kekurangan. Kekurangan ini
seharusnya sudah dapat terevaluasi dan segera di prediksi bagaimana solusi yang
tepat untuk mejawabnya. Belajar dari sejarah perusahaan-perusahaan besar
didunia menjadi salah satu cara untuk dapat mengaplikasikan ilmu manajerial
secara teori. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengukur sudah seberapa jauh
kita melangkah, dan apa saja yang perlu dikoreksi. Dalam hal ini, Lafarge sebagai
perusahaan semen terbesar didunia saat ini mampu dijadikan sebagai figur untuk
mnejadi lebih baik kedepannya.
Dalam mengembangkan bisnis usahanya, PT Semen Indonesia (Persero)
Tbk juga telah melebarkan sayapnya dengan ladang bisnis dibidang non semen,
yang turut mendukung keberadaan perusahaan, diantaranya adalah :

30

No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama Perusahaan (PT)
PT United Tractors Semen Gresik
PT Industri Kemasan Semen Gresik
PT Kawasan Industri Gresik
PT Swadaya Graha
PT Varia Usaha
PT Eternit Gresik
PT SGG Energi Prima
PT SGG Prima Beton

Bidang
Pertambangan
Industri kemasan
Pembangunan
Fabrikasi material
Pengangkutan umum
Material bangunan
Energi batu bara
Material Beton

Tabel 3.1 Daftar anak perusahaan non-semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Perusahaan (PT)
PT Varia Usaha Beton
PT Waru Abadi
PT Varia Usaha Bahari
PT Varia Usaha Dharma Segara
PT Varia Usaha Lintas Segara
PT Varia Usaha Barito
PT Swabina Gatra
PT Konsulta Semen Gresik
PT Sepatim Batamtama
PT Bima Sepaja Abadi

Tabel 3.1 Daftar perusahaan afiliasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Usaha bisnis diatas juga telah menopang keberadaan perusahaan Semen
Indonesia, namun masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dari kondisi internal
maupun eksternal, salah satunya tentang sinergitas antar sesama anak perusahaan
dan afiliasi. Semua anak perusahaan non-semen dan afiliasi dibentuk dengan
tujuan umum untuk menopang keberadaan perusahaan induk, namun apabila
kesepahaman di masing-masing badan masih belum bisa maksimal, maka
keberadaan anak perusahaan dan afiliasi justru dapat menjadi beban perusahaan.
Selain

itu,

Semen

Indonesia

telah

menunjukkan

kinaerja

yang

membanggakan di beberapa tahun terkahir, yang salah satunya mengenai
penerapan teknologi yang ramah lingkungan seperti yang telah dibahas pada bab

31

2. Bidang teknologi inilah yang menjadi salah satu kunci untuk menjawab
persoalan-persoalan mendatang. Teknologi ramah lingkungan telah digaungkan
sejak beberapa tahun silam ketika era millenium dimulai yang bersamaan dengan
panasnya issue global warming. Apabila perusahaan yang hingga sampai saat ini
masih belum saja melakukan inovasi teknologi terbarukan dan ramah lingkungan,
bisa saja perusahaan tersebut sudah masanya menuju fase decline.
Inovasi yang selanjutnya dapat diarahkan kepada material atau produk.
SMIG (Semen Indonesia Group) beserta anak perusahaan dan afiliasinya, telah
menjalankan penyempurnaan produk-produk yang dihasilkan. Masing-masing
saling mendukung melalui operasionalnya, sehingga keberadaan perusahaan induk
akan tetap berjalan lancar. Namun, seiring bertambahnya waktu, kompetitor di
bidang sejenis telah menyiapkan seribu cara dan inovasi untuk dapat bersaing
dalam produk maupun manajerialnya, sehingga peran SMIG bisa dikatakan tidak
mudah. Perlu sejuta gebrakan inovasi untuk dapat mempertahankan kejayaannya,
salah satunya dengan inovasi produk yang ramah lingkungan dengan efisiensi
biaya dan waktu.

Pada bab 2 dengan topik Lafarge Cement Company, lebih khusus pada
timetable, disebutkan bahwa Lafarge menjaga eksistensinya bahkan dapat
melancarkan ekspansinya hingga keseluruh penjuru dunia, tak lain adalah selalu
berbenah menjadi yang terbaik dengan perubahan-perubahan yang siap mereka
hadapi. Khususnya produk material yang mereka hasilkan. Pada awal mula
memang Lafarge hanya mengembangkan cement, dapat dikatakan bahwa Lafarge
adalah cement company. Namun seiring berjalannya waktu, dengan dinamika
perubahan yang begitu kencang, apalagi dikancah global, kini Lafarge telah
menjadi leader di building materials. Sehingga, bukan hanya semen lagi yang
menjadi fokusan Lafarge, namun material bangunan yang tentunya masih ada
kaitannya dengan semen khususnya, mereka telah leading. Inilah contoh
perubahan yang memang mau tidak mau akan kita hadapi, dan kita harus selalu
siap untuk berubah dan berbenah untuk menjadi yang terbaik.

32

3.2. Inovasi Penggunaan Semen Sebagai Bahan Campuran yang Ramah
Lingkungan

Sektor konstruksi selalu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi dalam
dekade terakhir. Dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan sektor konstruksi rata-rata
sebesar 7,1% di atas pertumbuhan ekonomi rata-rata yang sebesar 5,9% pada
periode yang sama. Dengan demikian, kontribusinya terhadap perekonomian juga
terus meningkat. Tahun 2012, kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian
mencapai 10,4%, meningkat dari kontribusi di tahun 2007 yang sebesar 7,7%.
Pertumbuhan sektor konstruksi tahun 2013 diperkirakan berkisar antara 7-8%,
kurang lebih sama dengan pertumbuhan di tahun 2012 sebesar 7,5%.

Gambar 3.1 Pertumbuhan sektor konstruksi di Indonesia
(sumber : Badan Pusat Statistik)

Nilai proyek konstruksi tahun 2013 diperkirakan mencapai IDR 433,8
triliun atau naik 39% yoy, lebih rendah daripada pertumbuhan di tahun 2011 dan
2012 masing-masing sebesar 50% dan 47% yoy. 64% dari total nilai proyek
konstruksi 2013 berada di Jawa, didominasi proyek di Jabodetabek (45%). Tahun
33

2013, pertumbuhan nilai proyek konstruksi di Jabodetabek tumbuh 188% yoy,
jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nilai konstruksi di Jawa sebesar 68%
yoy. Provinsi di Jawa yang mengalami pertumbuhan nilai konstruksi negatif
adalah Jabar (-7% yoy) dan Jatim (-28% yoy). Di luar Jawa, nilai proyek di
Sumatera masih mendominasi sekitar 18% dari total nilai konstruksi 2013 dan
tumbuh 38% yoy. Provinsi di luar Jawa yang mengalami pertumbuhan nilai
konstruksi negatif adalah Bali - Nusa Tenggara (-34% yoy) dan Kalimantan (19% yoy).

Gambar 3.2 Proporsi nilai proyek konstruksi tahun 2013

Nilai kontrak konstruksi 2013 masih didominasi proyek non-infrastruktur
(52%) yang mencapai IDR 225,9 triliun. Sementara nilai konstruksi infrastruktur
mencapai IDR 207,9 triliun. Walaupun proporsinya masih lebih rendah, namun
terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Proporsi nilai proyek infrastruktur
meningkat dari 27% tahun 2010 menjadi sekitar 48% di tahun 2013 seiring
dengan percepatan pembangunan infrastruktur dalam kerangka MP3EI. Tahun

34

2012, groundbreaking proyek MP3EI mencapai IDR 751 triliun. Dari angka
tersebut, 35% berada di Koridor Jawa yaitu sebesar 263,6 triliun. Tahun 2013,
diperkirakan terdapat groundbreaking 146 proyek senilai IDR 545,8 triliun. Dari
angka tersebut, 37% berada di Koridor Papua-Maluku yaitu sebesar IDR 204,6
triliun.

Gambar 3.3 Nilai proyek konstruksi tiga tahun terakhir di Indonesia

Untuk proyek non-infrastruktur, proyek residensial masih mendominasi
nilai proyek konstruksi non-infrastruktur. Tahun 2013, proyek residensial
menyumbang 31% dari. Sektor konstruksi selalu tumbuh di atas pertumbuhan
ekonomi dalam dekade terakhir. Dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan sektor
konstruksi rata-rata sebesar 7,1% di atas pertumbuhan ekonomi rata-rata yang
sebesar 5,9% pada periode yang sama. Dengan demikian, kontribusinya terhadap
perekonomian juga terus meningkat. Tahun 2012, kontribu si sektor konstruksi
terhadap perekonomian mencapai 10,4%, meningkat dari kontribusi di tahun 2007
yang sebesar 7,7%. Pertumbuhan sektor konstruksi tahun 2013 diperkirakan
berkisar antara 7-8%, kurang lebih sama dengan pertumbuhan di tahun 2012

35

sebesar 7,5%. (data pertumbuhan industri konstruksi di Asia Tenggara, studi
kasus di Indonesia)
Industri properti atau residensial yang memberikan kontribusi dalam
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, ternyata menjadi salah satu sektor yang turut
menyumbang dalam menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya pengusaha batu
bata merah yang juga semakin meningkat. Batu bata merupakan salah satu
komponen penting sektor konstruksi yang memiliki fungsi sebagai dinding untuk
melindungi rumah dari suhu, hujan, maupun fungsi lainnya. Penggunaan batu bata
dalam dunia konstruksi baik sebagai elemen struktur maupun non-struktur masih
cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya proyek konstruksi yang
memanfaatkan batu bata sebagai dinding pada pembangunan gedung dan
perumahan, pagar, saluran, dan pondasi. Keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan batu bata merah ini adalah sebagai berikut :
1. Material batu bata merah memiliki daya serap panas yang tinggi dari sengatan
sinar matahari dibandingkan dengan material bangunan yang lain
2. Untuk di Indonesia harganya cenderung relatif terjangkau dibandingkan
material bangunan yang lain seperti batako
3. Batu bata merah memiliki keeksotikan yang tinggi jika kita menginginkan
rumah dengan desain semi ekspose
4. Batu bata merah memiliki daya tahan terhadap api, sehingga sangat bagus
untuk bahan bangunan, karena tidak mudah terbakar.

Namun ada pula kekurangan yang didapat pabila menggunakan material batu
bata merah sebagai dinding, diataranya adalah :
1. Proses Pengerjaan Yang Cenderung Lebih Lama Jika Dibandingkan
Menggunakan Bahan Material Yang Lain
2. Karena rata-rata batu bata merah diproduksi dengan produksi rumahan,
sehingga untuk mencari bentuk dan kualitas yang standart lebih sulit. Mau
tidak mau ketika kita membeli batu bata merah, lain produsen lain kualitas
yang kita peroleh.

36

Jadi, material batu bata merah hingga sampai saat ini masih tetap eksis
karena kelebihannya seperti yang disebut diatas. Sayangnya, material ini adalah
salah satu material yang tidak ramah lingkungan dalam proses produksinya.
Tahapan produksi batu bata merah secara umum adalah : (1) pencampuran bahan
olahan; (2) pencetakan; (3) pengeringan; (4) pembakaran; (5) pendinginan. Pada
tahapan ke empat lah proses pembuatan batu bata ini dinilai tidak ramah
lingkungan. Proses pembakaran ini juga memiliki peran penting dalam kualitas
batu bata yang dihasilkan, khususnya dalam bahan bakar yang digunakan. Selama
ini, pembuatan batu bata merah secara tradisional memang memiliki kualitas yang
cukup baik, namun di era globalisasi saat ini perlu adanya perbaikan dalam proses
yang tidak ramah lingkungan tersebut.

Pencampuran
Bahan Olahan

Pencetakan

Pengeringan

Pembakaran

Pendinginan

Tidak
Ramah
Lingkungan
Kualitas Tidak
Bagus
< 1000° C

Eksploitasi
Kayu
(Hutan Habis)

Kualitas Bagus
= 1000° C

Kayu Kualitas
Tinggi

Proses Pembakaran

Menentukan
Kualitas Bata

Polusi Udara

Gambar 3.4 Ilustrasi proses tidak ramah lingkungan dalam produksi batu bata merah

Saat ini telah banyak penelitian yang mencoba untuk memperbaiki kualitas
pembuatan batu bata merah ini. Mulai dari bahan olahan yang berkaitan dengan
kualitas ketahanan batu bata, hingga proses yang lebih efisien dari segi waktu dan
tenaga, namun belum banyak penelitian mengenai proses pembakaran yang tidak
ramah lingkungan tersebut dapat diatasi. Sebuah penelitian dari dosen Jurusan
Arsitektur ITS Surabaya, Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT., menyebutkan bahwa
proses yang tidak ramah lingkungan tersebut dapat dipecahkan, bahkan lebih

37

efisien dari segi waktu dan biaya. Yaitu dengan menggunakan campuran semen
(portland cement) sebagai pengganti proses pembakrannya. Dalam penelitiannya
menyebutkan hasil yang didapat dari uji coba adalah kualitas batau bata merah
yang bagus, artinya secara ketahanan dan kelembapannya sama dengan batu bata
merah yang dihasilkan melalui proses pembakaran hingga 1000º C.
Dimulai dari penelitiannya mengenai batu bata merah sebagai mataerial
yang paling banyak digunakan dalam industri konstruksi dengan studi kasus di
Jawa timur, Indonesia, beliau mencari jalan keluar bagaimana cara batu bata
merah ini mendapatkan sentuhan yang lebih ramah lingkungan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam bangunan berkelanjutan (sustainable
building).

Building
Material

Building
Design

Low-rise
building
for lowincome
people

Embodied
Energy
Efficient
Building

Sustainable
Building

Gambar 3.5 Diagram skematik untuk mewujudkan bangunan yang berkelanjutan
(sumber : Relationship Architecture Desin with Embodied Energy in Low-Income
Building in Indonesia – Vincentius Totok Noerwasito)
Dari diagram d