Jawaban kasus etika profesi dan bisnis

BAB I
MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

KASUS: EKSPLORASI MINYAK DAN GAS (MIGAS) DI JAWA
a)

Apakah kegiatan eksplorasi minyak di pulau jawa yang padat penduduk ini
masih dapat dibenarkan bila dilihat dari sudut manusia dan alam sebagai satu
kesatuan sistem ?
Kegiatan eksplorasi minyak dan gas di pulau jawa yang padat penduduk bila
dilihat dari sudut pandang manusia dan alam menurut kelompok kami adalah
sebagai berikut:
Untuk wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
sudah seharusnya kegiatan eksplorasi tidak dilakukan lagi. Karena hal ini
dapat berakibat fatal dikemudian hari. Tingginya tingkat kepadatan penduduk
di pulau jawa sudah tidak relevan lagi bila dilakukan kegiatan penambangan.
Dampak negatifnya lebih banyak bila dibandingkan dengan dampak positif
yang diperoleh. Kemungkinan terjadinya bencana kemanusiaan akan lebih
besar. Contoh yang paling nyata bisa dilihat pada kasus semburan lumpur
lapindo. Ada ratusan ribu orang yang harus kehilangan tempat tinggal,
kehilangan mata pencaharian, dan tentu tak bisa dikesampingkan juga

dampak psikologis yang dialami oleh warga korban lumpur lapindo.
Walaupun dampak positif eksplorasi minyak dan gas juga ada seperti
pemasukan pendapatan Negara dari proses bagi hasil, dan keuntungan
pinansial tapi hanya untuk segelintir orang. Hal ini tidak sebanding dengan
kerugian yang dialami oleh masyarakat sekitar.
Dari segi dampak lingkungan, tingginya tingkat penduduk utamanya
di pulau jawa menyebabkan kapasitas daya tampung lahan baik untuk
pemukiman dan pertanian semakin kecil. Dan bila ditambah lagi dengan
kegiatan eksplorasi migas tentu takkan seimbang lagi. Belum lagi dampak
lain dari kegiatan eksplorasi, seperti dampak pencemaran lingkungan yang
ditimbulkan, berkurangnya resapan air sampai pada rusaknya ekosistem dan
habitat mahluk hidup yang ada di sekitar daerah eksplorasi. Rusaknya

ekosisitem adalah bom waktu yang setiap saat bisa menjadi bencana seperti
timbulnya

wabah

penyakit,


bencana

kekeringan

dan

lain-lain.

3.2 Kaitan proses keputusan pemberian izin konsesi eksplorasi migas oleh
pemerintah dengan tingkat kesadaran pejabat pemerintah.
Pemberian izin konsesi eksplorasi migas oleh pemerintah, utamanya
eksplorasi pada daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi adalah sebuah kesalahan besar. Sadar atau tidak pemerintah telah
mendorong rakyatnya kedalam jurang bencana yang besar. Untuk tahap awal
masyarakat sekitar akan memperoleh dampak positif dengan terbukanya
lapangan pekerjaan dan bergeliatnya roda ekonomi. Tapi hal ini tak akan
berlangsung lama hal ini sesuai dengan sifat migas yang tidak dapat
diparbaharui yang tentunya pasti akan habis. Dampak negatifnya mungkin
tidak instan akan dirasakan tapi kedepannya tak bisa dipungkiri hal itu
kemungkinan besar akan terjadi. Seperti yang dicontohkan pada semburan

lumpur lapindo.
Apa yang dilakukan oleh pemerintah (pemberian izin konsesi
eksplorasi) bila dilihat dari segi lapisan kesadaran masih berada pada level
kesadaran paling rendah yaitu level kesadaran fisik. Karena pemerintah
mengambil keputusan itu hanya berfikir untuk saat ini saja tanpa berfikir
lebih jauh kedepan tentang hal yang cakupannya lebih luas tidan hnya pada
oriantasi semata. Pemerintah mengambil keputusan itu tidak menggunakan
kesadaran jiwa yang dimilikinya apalagi kesadaran roh yang lebih tinggi.

b) Bagaimana kaitan proses keputusan pemberian izin konsesi eksplorasi migas
oleh pemerintah tersebut dengan tingkat kesadaran pejabat pemerintah ?

Kaitan proses keputusan pemberian izin konsesi eksplorasi migas oleh
pemerintah dengan tingkat kesadaran pejabat pemerintah:
Pemberian izin konsesi eksplorasi migas oleh pemerintah, utamanya
eksplorasi pada daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi adalah sebuah kesalahan besar. Sadar atau tidak pemerintah telah

mendorong rakyatnya kedalam jurang bencana yang besar. Untuk tahap awal
masyarakat sekitar akan memperoleh dampak positif dengan terbukanya

lapangan pekerjaan dan bergeliatnya roda ekonomi. Tapi hal ini tak akan
berlangsung lama hal ini sesuai dengan sifat migas yang tidak dapat
diparbaharui yang tentunya pasti akan habis. Dampak negatifnya mungkin
tidak instan akan dirasakan tapi kedepannya tak bisa dipungkiri hal itu
kemungkinan besar akan terjadi. Seperti yang dicontohkan pada semburan
lumpur lapindo.
Apa yang dilakukan oleh pemerintah (pemberian izin konsesi
eksplorasi) bila dilihat dari segi lapisan kesadaran masih berada pada level
kesadaran paling rendah yaitu level kesadaran fisik. Karena pemerintah
mengambil keputusan itu hanya berfikir untuk saat ini saja tanpa berfikir
lebih jauh kedepan tentang hal yang cakupannya lebih luas tidan hnya pada
oriantasi semata. Pemerintah mengambil keputusan itu tidak menggunakan
kesadaran jiwa yang dimilikinya apalagi kesadaran roh yang lebih tinggi.

c)

Bagaimana menilai tindakan PT. Lapindo Brantas yang tidak memasang
casing dalam proses pengeboran sumur eksplorasi tersebut bila dilihat dari
hakekat manusia secara utuh ?


PT. Lapindo Brantas yang tidak memasang casing dalam proses pengeboran
sumur eksplorasi bila dilihat dari hakekat manusia secara utuh:
Apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas menujukkan bahwa
manusia adalah mahluk yang tidak sempurna, walaupun pengerjaan
pengeboran telah memakai tenaga ahli yang berpengalaman. Tindakan
PT.Lapindo brantas yang memasang casing yang tidak sesuai dengan
spesifikasi, menunjukkan bahwa didalam diri manusia juga terdapat unsur
sifat ketamakan. Karena keinginan untuk memperoleh kauntungan yang besar

dengan menggunakan peralatan yang lebih murah tanpa memikirkan resiko
yang bisa ditimbulkan oleh tindakannya tersebut.

BAB II
FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM

KASUS:

BAPAK PETRUS OCTAVIANUS: MENEBAR PELAYANAN

BAGI


SESAMA BAPAK ANAK MISKIN

a) Bagaimana Hubungan antara hakikat manusia utuh dengan Pribadi Pak
Oktavianus ?

Berbicara mengenai manusia yang utuh otomatis semuanya berpusat pada
kebahagiaan dan tidak terlepaspisahkan dengan kepribadian seseorang.
Hubungannya dengan Bapak Petrus Octavianus, jika di lihat dari
karakter Bapak Octav, dia memiliki Intelektual(IQ), Hati (EQ), Tubuh (PQ)
dan jiwa/roh (SQ) yang utuh.
Intelektual (IQ) dari bapak octav dapat di gambarkan pada kasus yang
ada bahwa dia berhasil meraih gelar Doctor of Divinity dari Biola University
di Los Angeles, AS, tahun 1980, berikut Doctor of Philosophy dari Kennedy
Western University, Wyoming, AS, tahun 1999. Pak Octav juga sudah pernah
menjadi politikus, pimpinan Parkindo. akhirnya meninggalkan semua itu
untuk sepenuhnya bekerja di ladang Tuhan dengan menjadi pendeta. Dengan
kemampuan yang ia miliki, ia juga menjadi penulis buku yang sangat
prodiktif. Sudah 29 buku yang dia buat.


Berbicara mengenai Hati (EQ) berarti berhubungan dengan Sosio
etika seseorang. Yang mana di hubungkan dengan bapak octavianus yaitu:
bapak octavianus memiliki perilaku yang etis. Dia mampu bertanggung jawab
dengan apa yang dia lakukan, dilihat pada tugas dan panggilannya dalam
melayani. Dan dia sabar dalam menjalani hidupnya. Salah satu sifatnya juga
yaitu beramanah, dan semuanya itu dilakukan dengan hati yang tulus.
Jiwa/roh (SQ) berhubungan dengan unsur keagamaan. Jika di
hubungkan dengan bapak octav. Kita dapat melihat pada kasus bahwa dia
mau untuk sepenuhnya bekerja di ladang Tuhan dengan menjadi pendeta.
dapat dilihat bawha beliau iklas dan sabar dalam melakukan pelayanan di
berbagai Negara.
Jika Semua sifat digabungkan maka akan mendapatkan kebahagiaan
dengan karakter yang positif dan Intelektual yang tinggi maka dapat
dikatakan bahwa Pribadi Pak Octavianus merupakan sosok pribadi yang utuh.

b) Kecerdasan apa saja yang dimiliki oleh Pak Octavianus ?

Kecerdasan yang dimiliki oleh Pak Octavianus



Kecerdasan Intelektual



Kecerdasan jiwa/roh



Kecerdasan hati



Kecerdasan tubuh

c) Apakah Pak octavianus telah mencapai kecerdasan spiritual yang tinggi ?

Berbicara mengenai spiritual, ada beberapa hal yang dapat dilihat:


Makna hidup: orang yang mampu memaknai akan kehidupannya sendiri.

Bapak Octav sendiri mampu memberikan makna dalam hidupnya. Dan
bukan hanya pada dirinya tetapi dia juga mampu memberikan kehidupan
bagi orang lain.



Misi Hidup: Individu merasakan adanya panggilan yang harus dipenuhi,
rasa tanggung jawab pada kehidupan secara umum. Pada beberapa orang
bahkan mungkin merasa akan adanya takdir yang harus dipenuhi. Pada
komponen makna dan tujuan hidup,

individu

mengembangkan

pandangan akan hidup yang didasari akan pemahaman adanya proses
pencarian makna dan tujuan. Sementara dalam komponen misi hidup,
individu memiliki metamotivasi yang berarti mereka dapat memecah
misi hidupnya dalam target-target konkrit dan tergerak untuk memenuhi
misi tersebut.

Dilihat dari kehidupan Pak Octav, dia dapat melakukan semua tugas dan
panggilan hidupnya dengan penuh bertanggung jawab yaitu menebar
palayanan terhadap sesama.


Nilai-Nilai Material: Individu yang spiritual menyadari akan banyaknya
sumber kebahagiaan manusia, termasuk pula kebahagiaan yang
bersumber dari kepemilikan material. Oleh karena itu, individu yang
spiritual menghargai materi seperti kebendaan atau uang namun tidak
mencari kepuasaan sejati dari hal-hal material tersebut. Mereka
menyadari bahwa kepuasaan dalam hidup semestinya datang bukan dari
seberapa banyak kekayaan atau kebendaan yang dimiliki. Begitu juga
dengan Pak Octav.

BAB III
TEORI-TEORI ETIKA

KASUS: HAJI BAMBANG BERJUMPA TUHAN
a)


Bagaimana parilaku Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang bila
dikaitkan dengan menggunakan berbagai teori etika yang telah dipelajari
sebelumnya. Adakah teori-teori tersebut yang mampu menjelaskan perilaku
kedua orang tersebut ?

Apa yang dilakukan oleh Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang
sesuai dengan Teori Etika Teonom karena apa yang mereka lakukan itu, yakni
menghadapi kasus bom bali dapat dijelaskan sebagai berikut :Dalam teori
teonom jika seseorang melakukan sesuatu pekerjaan / tindakan berdasarkan
hakekat hakekat manusia yang utuh dengan melibatkan kecerdasan pisik
(PQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan
spiritual (SQ) yang dimilikinya.
Haji Bambang dan Kawan-kawan adalah individu yang merupakan
korban dari bom bali tersebut, sebagai seorang individu mereka menggunakan
kecerdasan pisiknya (PQ) dan kecerdasan intelektualnya (IQ) untuk berusaha
menyelamatkan diri masing-masing, agar terhindar dari musibah bom bali.
Tapi dilain pihak didalam diri mereka terdapat rasa sebagai manusia mahluk
yang sama yang wajib untuk saling tolong menolong, dengan ikut membantu
para korban yang tewas maupun yang luka-luka dan selamat disini
kecerdasan emosional(EQ)nya berperan. Selain itu mereka sadar sebagai
mahluk tuhan sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut apa yang mereka
lakukan (menolong korban bom bali ) adalah bentuk pengabdian ( ibadah )
dan penghormatan mereka kepada tuhan diluar tempat ibadah (disini
melibatkan kecerdasan spiritual(SQ) yang mereka miliki) .mereka sadar apa
yang mereka lakukukan merupakan perintah dari Tuhan seperti yang telah
ditulis dalam kitab suci mereka, yaitu saling tolong menolong sebagai sesame
mahluk Tuhan.

b) Apa yang membedakan sikap Haji bambang dan Nyoman Bagiana karang
dengan sikap pemerintah amerika serikat dan sekutu-sekutunya dalam
menangani kasus teroris ?

Haji bambang dan Nyoman Bagiana Karang dalam menghadapi kasus
terorisme menggunakan seluruh potensi dan hakekat utuhnya sebagai
manusia dengan melibatkan kecerdasan pisik (PQ), kecerdasan intelektual
(IQ), kecerdasan emosional (EQ),dan kecerdasan spiritual (SQ) yang mereka
miliki sedangkan sikap Amerika Serikat lebih cenderung menggunakan
egoisme semata, mereka lebih melibatkan kecerdasan fisik(PQ), dan
kecerdasan intelektual (IQ) nya dalam menghadapi kasus terorisme,walaupun
kecerdasan emosional (EQ)nya juga ikut dilibatkan, tapi lebih kepada
kecerdasan emosional yang cenderung negative karena lebih kepada ajakan
agar masyarakat Amerika Serikat menganggap kelompok tertentu sebagai
musuh. Sikap pemerintah Amerika Serikat juga cenderung mengabaikan
kecerdasan Spiritual (SQ) yang dimilikinya dalam menghadapi kasus
terorisme ini.

c)

Dalam menghadapi kasus teroris yang mirip, suasana bathin masyarakat kuta
tetap tenang dan damai, berbeda dengan suasana bathin pemerintah dan
sebagian masyarakat amerika serikat yang penuh dendam, kebencian, dan
ketakutan. Mengapa bisa demikian, bagaimaina hal tersebut bisa terjadi bila
ditinjau menurut teori yang telah dipelajari sebelumnya ?

Penyebab terjadinya perbedaan suasana bathin masyarakat Kuta (Bali)
dengan

masyarakat

Amerika

dalam

menghadapi

kasus

terrorisme,

berdasarkan teori etika yang ada:
Perbedaanya adalah terletak pada penggunaan kecerdasan spiritual
(SQ) yang dimilikinya dalam menghadapi kasus terorisme. Dalam hal ini
penggunaan kecerdasan spiritual (PQ) masyarakat kuta telah mengaplikasikan
kecerdasan spiritual tersebut dalam menghadapi kasus terorisme (bom Bali)
kecerdasan ini terdapat dalam teri teonom yang telah dikemukakan
sebelumnya, sedangkan masyarakat Amerika Serikat cenderung tidak

menggunakan hal tersebut. Suasana bathin akan menjadi tenang apabila kita
mampu mengelola kecerdasan spiritual yang dimiliki.
Ketenangan bathin itu akanhadir bila jiwa dan raga kita selalu
mendekatkan diri kepada Tuhan. Takkan ada kebencian, kemarahan, dendam,
semua itu bisa dikelola dengan baik apabila kecerdasan spiritual itu
digunakan. Dengan tuntunan Tuhan yang ditulis melalui kitab suci masingmasing ummat beragama, akan menjadi pedoman dalam mengelola
kecerdasan spiritual yang kita miliki, kecerdasan yang merupakan pusat dan
paling mendasar di antara kecerdasan lainnya, karena dia menjadi sumber
bimbingan atau pengarahan bagi tiga kecerdasan lainnya.

d) Pelajaran apa yang dapat dipetik dari kedua orang yang berbeda agama- Haji
Bambang dan Nyoman Bagiana karang di desa kuta Bali dalam menghadapi
kerawanan konflik akibatnkeragaman budaya suku, agama,adat, dan bahasa
bagi bangsa Indonesia ?

Perbedaan agama atau keyakinan bukanlah halangan menciptakan
situasi yang kondusif, tentram dan damai di tanah air ini. Dalam menyikapi
setiap perbedaan baik agama, suku, adat dan sebagainya, hendaknya kita
kembali berpedoman kepada kitab suci kita masing –masing, karena tujuan
utama yang diajarkan dalam kitab suci semua agama adalah untuk
mendapatkan kebahagiaan baik didunia dan di akhirat. Ini juga sama denga
apa yang dikemukakan dalam teori etika teonom. Kecerdasan pisik,
intelektual, emosional itu penting, tapi yang terpenting adalah kecerdasan
spiritual karena itulah kecerdasan yang paling mendasar yang mampu
mempengaruhi ketiga kecerdasan lainnya.

BAB IV
HAKEKAT EONOMI DAN BISNIS

KASUS: BULOG-IMPLEMENTASI EKONOMI PANCASILA
a)

Apakah awal pembentukan Bulog merupakan salah satu wujud implementasi
system ekonomi Pancasila?
Berdasarkan kasus Bulog, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
pelanggaran etika bisnis yang tidak sesuai dengan implementasi Pancasila.
Berikut adalah penjabarannya:
1. Implementasi sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Pada beberapa kasus yang terjadi di Bulog seperti kasus korupsi, hal
tersebut tentu bertentangan dengan ajaran semua agama yang mempunyai
ajaran moral yang bersumber dari kitab suci masing-masing. Tidak ada
ajaran agama yang memperbolehkan umatnya untuk melakukan korupsi,
sehingga sila pertama Pancasila tidak diimplementasikan pada praktik
2.

etika bisnis dan profesi Bulog.
Implementasi sila kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”
Implementasi sila kedua dalam etika bisnis dan profesi adalah suatu
tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan
tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Teori ini sebenarnya
didasarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat yang sama.
Dalam hal ini, Bulog telah melanggar implementasi dari sila kedua,
terbukti dengan kasus korupsi Subsidi Pangan Rakyat Miskin yang

3.

dilakukan oleh Akbar Tandjung pada tahun 2004 silam.
Implementasi sila ketiga “Persatuan Indonesia”
Apabila Bulog terus melakukan pelanggaran etika dan tidak dapat
memperbaiki kinerjanya, hal tersebut tentu dapat menimbulkan
perpecahan

antara

pejabat

Bulog

dengan

rakyat

kecil.

Maka

implementasi sila ketiga dapat terwujud jika Bulog mengutamakan
kepentingan rakyat kecil.

4.

Implementasi sila keempat “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”
Dalam hidup bermasyarakat diperlukan landasan kepercayaan antara
satu

dengan lainnya, dan untuk menanamkan kepercayaan tersebut

diperlukan kejujuran dari semua anggota kelompok. Bila tidak ada
kejujuran sesama anggota kelompok, jangan harap ada kepercayaan di
antara anggota kelompok tersebut, bila tidak ada kepercayaan, maka
kelompok masyarakat tidak akan dapat terbentuk. Maka dari itu Bulog
dalam menjalankan tugasnya, diwajibkan penuh rasa tanggung jawab dan
kejujuran. Untuk mendapatkan kepercayaan dari rakyat Bulog harus
5.

bekerja secara bersih tanpa ada korupsi dan pelanggaran yang lain.
Implementasi sila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”
Implementasi sila kelima yaitu suatu tindakan dapat dikatakan baik jika
membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat.
Meskipun beberapa pelanggaran kasus Bulog membawa ketidak adilan
bagi sebagian rakyat kecil, namun sejauh ini Bulog juga memberikan
manfaat bagi rakyat secara keseluruhan. Hal ini tercermin dari tugas
Bulog dalam penyaluran raskin di seluruh daerah di Indonesia.

b) Mengapa peran Bulog saat ini tidak lagi dirasakan manfaatnya oleh sebagian
besar rakyat Indonesia jika dikaitkan dengan berbagai konsep system
ekonomi, konsep kesadaran, dan konsep etika?
Berdasarkan Visi dan Misi Bulog mendasari fungsi Bulog sebagai
perusahaan Umum yang mengemban tugas sebagai pengendali ketahanan
pangan nasional yang berkelanjutan. Namun pada kenyataannya, Bulog tidak
menjalankan fungsinya sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan. Hal
tersebut dikarenakan Bulog tidak menjalankan etika bisnis dan profesi sesuai
fungsinya, berikut contoh kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh
Bulog :
1) Korupsi Impor Sapi Fiktif
Kasus yang terjadi pada tahun 2001 tersebut, menyeret Direktur
Utama Perum Bulog yaitu Widjanarko sebagai tersangka. Handy (2009)
menjelaskan, dalam pengadaan 3.000 ekor sapi, Bulog menunjuk tiga

perusahaan rekanan. Masing-masing PT Karyana Gita Utama, PT Surya
Bumi Manunggal dan PT Lintas Nusa Pratama. Dari tiga perusahaan itu
hanya PT Karyana Gita Utama yang bisa menepati kontrak, yakni
mendatangkan 1.000 ekor sapi sebelum Lebaran pada tahun 2001.
Sedangkan dua perusahaan lainnya terbukti gagal atau wanprestasi.
Dari situlah, Widjanarko kemudian diseret dalam kasus impor sapi fiktif.
Sejumlah dokumen menunjukkan pada 28 November 2001, Kepala Sub
Unit Keuangan Bulog Setiabudi Hidayat dan Kasubdit Verifikasi Bulog
Muchlis berkirim surat ke Bank Bukopin tempat menyimpan uang Bulog,
untuk membatalkan transaksi senilai Rp 11 miliar lebih kepada PT Surya
Bumi Manunggal dan PT Lintas Nusa Pratama karena kedua rekanan
Bulog itu ternyata tidak memenuhi persyaratan kontrak kerja sama.
Namun, dua hari kemudian tepatnya tanggal 30 November 2001,
Widjanarko selaku pucuk pimpinan Bulog menganulir surat tersebut.
Widjanarko pun meminta Bank Bukopin segera mencairkan dana
pengelolaan sapi potong kepada PT Surya Bumi Manunggal dan PT
Lintas Nusa Pratama.
2) Korupsi Subsidi Pangan Rakyat Miskin
Kasus ini terjadi pada tahun 1999. Menurut Majalah Trust (2004),
Akbar Tandjung merupakan ketua umum DPP Partai Golkar yang
dipercaya untuk menyalurkan subsidi pangan rakyat miskin di Jawa
Timur dan Jawa Barat. Hal ini dilakukan karena pada masa itu terjadi
kemarau panjang dan sejumlah orang kekurangan pangan.
Sebagai penyalur subsidi, ditunjuklah Yayasan Raudlatul Jannah
yang terletak di bilangan Jakarta Barat. Penyidikan kemudian
menyimpulkan bahwa daerah-daerah yang dikatakan oleh Akbar dibantu
dengan dana Bulog itu ternyata tak pernah menerima apa pun. Hal ini
diperkuat oleh keterangan Winfred, kontraktor penyalur sembako
tersebut.
3) Keterlambatan Penyaluran Raskin
Barak Banten (2011) mengatakan bahwa, Harga kebutuhan pokok
menjelang Hari Raya Idul Fitri sangat menyulitkan ekonomi Keluarga
Miskin (Gakin) disebagian wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat,
namun tak membuat pemangku otoritas bergeming.

Gambaran ketidakpedulian tersebut, terlihat dari lambannya Perum
Bulog Divre Jawa Barat mengalokasikan beras untuk rakyat miskin
(Raskin) kepada masyarakat penerima manfaat. Untuk bulan Agustus
lalu, masyarakat miskin di Desa Gobang seharusnya sudah menerima
alokasi beras Raskin sekitar delapan ton. Sementara di Ciampea sekitar
7,5 ton untuk Agustus.
Seharusnya pada pertengahan bulan Agustus sudah disalurkan.
bahkan seharusnya diberikan untuk dua bulan (Agustus dan September).
Tapi untuk Agustus pun belum disalurkan. Keterlambatan penyaluran
beras Raskin, adalah buntut dari penutupan gudang Subdivre Bulog
Dramaga sejak beberapa bulan lalu akibat kasus internal Bulog.
c)

Apakah keberadaan Bulog saat ini masih diperlukan?
Menjadi pertanyaan kini, apakah keberadaan Bulog masih harus
dipertahankan, jika tidak ada lagi pilar-pilar penopangnya. Pengamat
ekonomi Didik J Rachbini menyatakan dengan tegas, Bulog masih
dibutuhkan. Hanya saja, harus dilakukan perubahan paradigma terhadap
lembaga itu.
Jika pada masa lalu Bulog menapakkan kakinya di dua tempat, yaitu
sebagai regulator sekaligus pedagang, maka di masa mendatang, Bulog
seyogyanya hanya sebagai regulator, yaitu menjadi semacam lembaga otoritas
pangan nasional (national food authority), khususnya untuk beras sebagai
komoditi pangan pokok. "Kalau komoditi lain pelan-pelan dilepas ke pasar,"
kata Didik.
Hal yang sama disampaikan oleh mantan Menteri Negara Urusan
Pangan (Menpangan) AM Saefuddin. Sesuai UU No 7/1997 pasal 3 ayat c
yang mewajibkan terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang
wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. "Untuk itu,
Pemerintah harus lakukan stabilisasi harga, dan itu fungsinya Bulog,"
katanya.
Selain itu, dalam UU yang sama pasal 45 juga ditegaskan adanya
kewajiban Pemerintah bersama masyarakat untuk mewujudkan ketahanan
pangan. Sementara pasal 46 menyebutkan, dalam mewujudkan ketahanan
pangan, Pemerintah menyelenggarakan, membina, atau mengkoordinasikan

segala upaya untuk mewujudkan cadangan pangan nasional. Mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mencegah atau menanggulangi gejala
kekurangan pangan, keadaan darurat, dan atau spekulasi atau manipulasi
dalam pengadaan dan peredaran pangan.
Sementara pasal 47 dengan tegas menyatakan, cadangan pangan
nasional bukan hanya pada masyarakat, tetapi juga di tangan Pemerintah.
"Kalau Bulog dibubarkan, siapa yang akan menjalankan amanat UU itu?,"
kata AM Saefuddin.
Seperti di negara-negara lain, tugas utama dari national food authority,
menurut Didik, adalah menentukan dan menjaga berlakunya harga dasar,
menyerap produksi yang tidak terserap pasar saat panen, dan menyalurkannya
pada musim paceklik. Untuk menjalankan fungsi itu, Bulog harus punya
instrumen-instrumen pendukung.
"Tidak bisa kalau instrumennya hanya tarif, seperti yang diminta Dana
Moneter Internasional (IMF) melalui Bappenas. Beras adalah komoditas yang
sangat penting, bahkan menjadi komoditas politik, harus tetap ada yang
menjadi lembaga pengendali," ujar Didik.
Sebagai regulator, Bulog harus dilengkapi instrumen yang bersifat
legal, yaitu kewenangan menetapkan harga dasar dan tarif impor. Kedua,
tersedianya anggaran yang cukup, tidak hanya tergantung pada kredit
komersial murni seperti saat ini. Selain itu, adanya instrumen yang sampai ke
daerah-daerah seperti KUD, gudang dan aparat yang berada di tingkat
pelaksanaan di daerah-daerah.
Kesungguhan APBN menyediakan anggaran untuk operasi Bulog
adalah hal yang tidak bisa ditawar. Sebab, jika hanya tergantung pada kredit
perbankan dengan bunga komersial, Bulog akan terpuruk dan tidak akan
sanggup mengamankan harga. "Beras adalah komoditas yang untungnya
sangat kecil," ungkap Didik.
Kepastian adanya anggaran yang dialokasikan untuk menjaga harga
dasar adalah mutlak. AM Saefuddin berpendapat, itu konsekuensi dari
kebijakan melakukan stabilisasi harga. "Dan, anggaran itu bisa diambil dari
tarif impor yang diperoleh dari beras, gula, dan sebagainya. Atau dari sumbersumber lain, namun, yang jelas harus ada kepastian alokasi anggaran bagi
Bulog untuk membayar bunga pinjaman bank," ujarnya.

BAB V
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
KASUS: DUGAAN KORUPSI VLCC
a)

Menurut Anda, siapakah yang disebut dengan pemegang saham dari PT
Pertamina tersebut ?
Menurut kelompok kami pemegang saham dari PT Pertamina adalah
Pemerintah Republik Indonesia, karena Pertamina adalah perusahaan energi
nasional yang 100% kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah
Republik Indonesia, melalui Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) selaku Kuasa Pemegang Saham.

b) Menurut Anda, apakah tindakan Direksi dan Komisaris Pertamina di atas
dapat dibenarkan bila dilihat dari UU PT ?
Dapat dibenarkan, karna Pertamina berubah menjadi persero tahun
lalu (2003) maka, juragan migas itu tunduk pada UU Perseroan Terbatas.
Sehingga setiap penjualan aset (bukan saham) cukup dengan persetujuan
komisaris lewat Rapat Umum Pemegang Saham.

c)

Menurut Anda siapa yang seharusnya berwenang untuk memutuskan divestasi
aset Pertamina tersebut ?
Menurut kelompok kami Direksi lah yang berwenang untuk
melakukan divestasi aset Pertamina tersebut.

d) Mengapa kasus seperti penjualan VLCC pada perusahaan Pertamina itu dapat
muncul dan sering menimpa perusahaan BUMN ?
Karena penjualan Tanker Pertamina secara bisnis menimbulkan
kontroversi karena perbedaan persepsi soal untung rugi dalam pelegoan itu
dan BUMN di anggap tak punya kuasa menjual tankernya.
e)

Coba pelajari berbagai peraturan pemerintah tentang penjualan aset BUMN
dan berikan pendapat Anda bagaimana seharusnya menurut prinsip-prinsip
penerapan GCG !
Menurut

Peraturan

Menteri

Negara

BUMN

nomor

PER



02/MBU/2010 bagian kedua tentang penjualan pasal 5,6 dan7, menyatakan
bahwa pemindahtanganan dengan cara Penjualan dapat dilakukan apabila
memenuhi

persyaratan,

penjualan dilakukan sepanjang hal

tersebut

memberikan dampak yang lebih baik bagi BUMN, penjualan dapat dilakukan
dengan cara Penawaran Umum, Penawaran Terbatas, dan Penunjukan
Langsung. Sesuai dengan prinsip GCG, Komisaris serta Direksi harus
bersikap profesionalisme untuk menyelamatkan perusahaan dalam keadaan
apapun dan melakukan aktivitas ekonomi sesuai dengan memperhatikan
aspek indepedensi dan profesionalitas agar menghasilkan dampak positif bagi
perusahaan
KASUS: DUGAAN PENYIMPANGAN MANAJEMEN ADAM AIR

a)

Coba Anda teliti dan berikan penalaran, apakah struktur manajemen dan
mekanisme proses keputusan yang dilakukan oleh Manajemen Adam Air
telah sesuai dengan “tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance—GCG)”?
Struktur manajemen PT Adam Air dimana Presdirnya Adam
Suherman yang menguasai 50% saham dan Wakil Presdir sekaligus Direktur
Keuangan Gustiono Kustanto (juga mewakili PT Bakti Investama yang
menguasai 50% saham) dan Direksi lainnya yang berasal dari keluarga Adam
Suherman, mencerminkan bahwa kondisi manajemen yang demikian adalh
tidak sesuai dengan prinsip GCG yaitu:
Transparansi: manajemen Adam Air tidak saling terbuka, dalam
pengambilan keputusan dan penyampaian informasi sehingga terjadi ketidak
harmonisan antara Dewan Komisaris
Akuntabilitas: manajemen Adam Air saling curiga mengenai laporan
kuangan dan pengelolaan keuangan sehingga hal ini sangat berpengaruh
terahadap operasional perusahaan.
Kemandirian: karena dalam struktur manajemen Adam Air tidak ada
pemegang saham mayoritas dan saham minoritas, sehingga hal ini sulit untuk
pengambilan kebijakan dan juga tidak ada pihak yang independent
(Komisaris dan Direktur Independen)
Kewajaran: karena manajemen Adam Air hanya mementingkan
pemegang saham tidak mempertimbangkan stakeholder yang lain

b) Coba Anda Identifikasi, siapa saja yang dapat dimasukkan dalam kelompok
pemangku kepentingan (stakeholders), serta apa saja kepentingan untuk
Adam Air tersebut?
Stakeholder dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu kelompok primer
atau market stakeholder dan kelompok sekunder atau nonmarket stakeholder.
Kelompok primer adalah mereka yang berinterkasi langsung dengan

perusahaan, termasuk didalamnya adalah: pelanggan, pemasok, pemegang
saham, kreditor, serta karyawan perusahaan.
Kelompok sekunder adalah mereka yang secara tidak langsung
berinteraksi dan bertransaksi dengan perusahaan, tetapi mereka mempunyai
kepentingan

dan

kekuatan

yang

dapat

mempengaruhi

kepentingan

perusahaan, termasuk didalamnya adalah: pemerintah, media massa, lembaga
swadaya masyarakat dan sebagainya.
Berdasar teori diatas, maka kepentingan dari pihak primer adalah:
a)

Pelanggan/konsumen

sangat

berkepentingan

dengan

keselamatan

penerbangan dan pelayanan yang baik dari maskapai Adam Air, apalagi
berbagai kecelakaan telah menimpa Adam Air
b)

Pemasok, dalam hal ini adalah: 1) perusahaan leasing pesawat yang
menyewakan pesawatnya kepada Adam Air, mereka tentunnya
berkepentingan terhadap ketepatan pembayaran sewa pesawat, 2) PT
Angkasa Pura juga mengharapkan ketepata waktu atas biaya yang
berkaitan dengan penggunaan bandara, apalgi Adam Air sering
mennunggak, 3) PT Pertamina sebagai pemasok bahan bakar, 4)
Produsen sparepart pesawat.

c)

Pemegang saham, sangat berkepentingan terhadap kinerja perusahaan
sehingga

perusahaan

selalu

dalam

keadaan

sehat

dilihat

dari

likuiditasnya, solvabilitasnya, profitabilitasnya dan akhirnya akan dapat
berjalan untuk waktu yang lama.
d)

Karyawan perusahaan, sangat berkepentingan dengan kelangsungan
hidup perusahaan, karena mereka membutuhkan income yang dapat
dipakai sebagai biaya hidup dirinya sendiri dan keluarag, juga
membutuhkan kenyamanan dan kepastian bekerja.
Kepentingan pihak sekunder adalah:

a) Pemerintah, dalam hal ini sebagai pembuat Undang-undang dan
Departemen Perhubungan sebagai atoritas pemerintah dalam menetapkan
peraturan atau keputusan yang berhubungan dengan penerbangan.

b) Media massa, sebagai sumber informasi kepada masyarakat akan semua
hal yang harus diterima oleh masyarakat, baik mengenai kinerja
perusahaaan, kejadian-kejadian yang menimpa perusahaan maupaun hal
baik yang diterima perusahaan.
c) Lembaga Swadaya Masyarakat, misal serikat pekerja karyawan PT Adam
Air ( bagian dari Asosiasi Karyawan Penerbangan Indoneisia )
berkepentingan terhadap hak dan kewajiban karyawan dan masa
depannya. ( LSM yang berhubungan dengan penerbangan missal:
Asosiasi Pilot Internasional, Federasi Pilot Indonesia, Indonesia Air
Traffic Controllers Association)
d) Coba Anda jelaskan, apakah menurut Anda manajemen Adan Air telah
memperhatikan proses keputusan etis dalam penutupan operasinya?

Dalam kasus penutupan PT Adam Air, berdasar teori etika:
1) Pihak manajemen sangat egois dan hanya memetingkan kepentingannya
sendiri (pemegang saham) karena tidak memperhatikan nasib para
karyawan, hal itu dibuktikan anatara pihak pemegang sahm keluarga
Adam Suherman dengan pihak PT Bhakti Investama yang saling berseteru
terhadap penyelesaian karyawan.
2) Pihak manajemen tidak mengambil suatu keputusan yang menyeluruh,
yaitu bagaimana kepentingan para stakeholder yang yang lain harus
diperhatikan
3) Pihak manajemen berkewajiban untuk memenhui hak para karyawan,
konsumen , kreditor, pemegang saham dan pihak lain.