Analisis Proses Penetralan Air Asam Tam

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dewasa ini

semakin banyak perusahaan pertambangan batubara

yang beroperasi di Indonesia, tak terkecuali di kabupaten Lahat, provinsi
Sumatera Selatan.

PT. Dizamatra Powerindo termasuk salah satu

perusahaan yang bergerak dibidang industri pertambangan batubara terus
berupaya meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja tersebut
menyangkut segi produksi, mutu, wilayah pemasaran, penjualannya, tak
terkecuali mengenai pengelolaan lingkungan pertambangan.
Sesuai dari tempat terbentuk dan letaknya, bahan galian berada di
bawah permukaan bumi, tak terkecuali batubara. Kondisi ini menyebabkan
adanya kecenderungan operasi penambangan batubara (coal getting)

beresiko terhadap perubahan lingkungan. Pembukaan area pertambangan
selain berpotensi merubah bentang alam, juga berpotensi merubah
(menurunkan kualitas) air di lingkungan setempat.
Kualitas air menurun bisa disebabkan oleh adanya air sisa
penambangan yang tidak netral yaitu yang mempunyai nilai pH yang rendah
yang disebut air asam tambang (acid mine drainage). Air dengan kondisi
seperti ini dapat mencemari lingkungan, baik lingkungan biotik ataupun
1

abiotik. Untuk mengantisipasi hal ini maka perlu dilakukan perencanaan
dalam proses penetralan air asam tambang, sehingga diharapkan air sisa
penambangan tersebut tidak akan merusak lingkungan, sementara kegiatan
penambangan dapat terus berjalan.
Dalam suatu perencanaan penambangan selain memperhitungkan
berapa besar jumlah cadangan yang dapat diambil, dalam perencanaan juga
harus dilakukan untuk mengetahui besarnya potensi dampak-dampak buruk
yang dapat ditimbulkannya, tak terkecuali dampak dari air asam tambang
yang akan terbentuk. Mengetahui potensi keasaman air dari suatu kegiatan
penambangan sangat penting karena keasaman air tersebut merupakan
potensi yang tentu akan menjadi persoalan setelah dilakukan penambangan.

Potensi timbulnya air asam tambang ini memerlukan antisipasi agar
keberadaan

air

asam

tidak

berdampak

buruk

terhadap

kerusakan/

pencemaran lingkungan dimana sungai adalah tempat air sisa penambangan
tersebut


akan

dibuang

sementara

masyarakat

di

lingkungan

areal

penambangan masih sangat tergantung dengan air sungai tersebut untuk
kegiatan sehari-hari.
Potensi air asam tambang harus diketahui dan dihitung tingkat
keasamannya

secara


cermat

agar

langkah–langkah

preventif

untuk

pengendaliannya dapat dilakukan. Pengelolaan yang benar dilakukan dengan
tujuan agar suatu mineral beserta batuan–batuan penutup dan batuan–
batuan

sampingnya

seperti

pyrite, marcasite,

2

covellite,

chalcopyrite,

molybdenite tidak menjadi persoalan, baik sewaktu tambang itu sedang aktif
ataupun

setelah

tambang

tersebut

tidak

beroperasi

lagi


(pasca

penambangan) karena sumber dari air asam tambang adalah dari
keberadaan batuan-batuan dan mineral tersebut di atas.
Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu
dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan
penambangan berakhir. Air asam tambang (acid mine drainage) dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas air, air permukaan dan air tanah, selain
itu jika dialirkan ke sungai akan berdampak terhadap masyarakat yang
tinggal disepanjang aliran sungai serta akan mengganggu biota yang hidup
didarat juga biota diperairan.
Berangkat dari kondisi-kondisi tersebut di atas maka penulis
melakukan analisis terhadap penetralan air asam tambang di PT. Dizamatra
Powerindo dengan judul penelitian “Analisis Proses Penetralan Air Asam
Tambang (AAT) Dengan Menggunakan Metode Pengapuran Untuk
Mengurangi Tingkat Keasaman Pada PT. Dizamatra Powerindo, Lahat”
1.2.

Batasan Masalah

Batasan masalah dari penyusunan penelitian tugas akhir ini adalah

menganalisis tentang proses penetralan air asam tambang (AAT) dengan
menggunakan metode pengapuran untuk mengurangi tingkat keasaman air
pada PT. Dizamatra Powerindo, Lahat.
3

1.3.

Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan

dari penelitian tugas akhir ini adalah

sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana proses penetralan air asam tambang dengan
menggunakan metode pengapuran.
2. Mengetahui perbandingan jumlah air asam tambang dan jumlah kapur
pada saat proses penetralan air asam tambang dilakukan.
3. Mengidentifikasi waktu yang dibutuhkan untuk proses penetralan air

asam tambang dalam satu periode penetralan.
4. Mengetahui pH air yang dialirkan dari Kolam Pengendap Lumpur (KPL)
ke sungai.
1.4.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini yaitu

metode penelitian deskriptif murni yaitu memberikan gambaran yang sejelasjelasnya terhadap objek penulisan. Dalam penulisan tugas akhir ini
memberikan gambaran tentang proses penetralan air asam tambang dengan
menggunakan metode pengapuran untuk mengurangi tingkat keasaman air
pada PT. Dizamatra Powerindo, Lahat.

4

Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah
penelitian langsung di lapangan, yaitu terdiri dari :
1. Studi literatur yang dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka
yang dapat menunjang penulisan ini dan dapat diperoleh dari buku-buku
bacaan, dan juga bahan-bahan dari internet yang ada hubungannya

dengan permasalahan penelitian yang akan dibahas.
2. Pengamatan lapangan
Pengamatan dilakukan dengan peninjauan langsung keadaan di
lapangan terhadap cara proses penetralan air asam tambang.
3. Pengambilan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis

menggunakan

beberapa sumber data antara lain data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Metode ini merupakan kegiatan melakukan observasi dan
pengamatan secara langsung terhadap proses yang terjadi di
lapangan, mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti dan pengambilan data di lapangan
antara lain yaitu :
1. Proses penetralan air asam tambang
2. Perbandingan jumlah kapur dan air asam tambang
3. Waktu dalam satu periode penetralan
4. Nilai pH air yang di buang ke sungai.

5

b. Data sekunder
Metode ini merupakan studi kepustakaan, metode ini dilakukan
dalam rangka mendukung penelitian yaitu berupa data curah hujan,
buku, internet, wawancara, dan sarana penunjang lainnya yang bisa
dijadikan bahan untuk proses penelitian.
4. Akuisisi data
Akuisisi data yaitu data yang diperoleh dari lapangan baik data primer
maupun data sekunder kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan,
dimana hal ini dilakukan untuk memudahkan analisis sehingga kerja
menjadi lebih efisien.
5. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan secara matematis dengan menggabungkan
data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder,
dengan mengacu kepada teori yang diperoleh melalui literatur, kemudian
dianalisis sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.
1.5.

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi

manfaat untuk kemajuan bersama antara lain yaitu :
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapakan akan menjadi bahan evaluasi kedepan
untuk menjadi masukan yang positif
6

terhadap kinerja para karyawan

dalam melakukan proses penetralan air asam tambang (AAT) sebelum
membuang air sisa penambangan yang dialirkan dari kolam pengendap
lumpur (KPL) ke sungai.
2. Bagi penulis
Dapat mengetahui bagaimana proses penetralan air asam
tambang (AAT) dengan menggunakan metode pengapuran.
3.

Manfaat bagi pembaca
Sebagai data sekunder dan referensi bagi mahasiswa dan orangorang yang berminat terhadap dunia pertambangan.

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Dizamatra Powerindo ini berdiri pada tanggal 5 April 1994 dan

dimulainya kegiatan eksplorasi yaitu pada tahun 2006. Pada tahun 2008
dilakukan kegiatan konstruksi, sedangkan kegiatan operasi penambangan
baru dimulai pada tahun 2010 sesuai dengan keluarnya Surat Keputusan
Bupati Lahat No. 503/172/KEP/PERTAMBEN/2010 pada tanggal 29 April
2010.
PT.

Dizamatra

pertambangan

nomor

Powerindo

merupakan

KW.15/20/LHT/2008

yang

pemegang
berada

di

kuasa
daerah

kabupaten Lahat, provinsi Sumatera Selatan. Perusahaan ini bergerak
dibidang pertambangan, pengeboran, dan perdagangan. Adapun

dalam

melakukan kegiatan penambangan batubara berdasarkan Surat Keputusan
Bupati Lahat No. 503/172/KEP/PERTAMBEN/2010 pada tanggal 29 April
2010. PT. Dizamatra Powerindo memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP)
operasi produksi yang terletak di kecamatan Merapi Barat, kabupaten Lahat,
Sumatera Selatan dengan luas wilayah berdasarkan pada Surat Keputusan
Izin Usaha Pertambangan Eksploitasi adalah ± 971 Ha.

8

Dari segi produksi PT. Dizamatra Powerindo ini terus berupaya dalam
meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut
menyangkut segi produksi, mutu dan kualitas batubara. Dari segi produksi
PT. Dizamatra Powerindo ini harus mencapai target produksi batubara yaitu
sebesar 50.000 ton/bulan sesuai dengan permintaan konsumen.
2.2.

Lokasi PT. Dizamatra Powerindo
Wilayah

Izin

Usaha Pertambangan (IUP)

operasi produksi

PT. Dizamatra Powerindo secara geografis berada pada koordinat 103 o 35’
54,30’’–103o 38’ 47,10’’ Bujur Timur dan 3o 43’ 18,60’’–3o 45’ 38,20’’ Lintang
Selatan. Secara administratif areal penambangan perusahaan ini berada di
kecamatan Merapi Barat, kabupaten Lahat, provinsi Sumatera Selatan.
Untuk

mencapai

lokasi

penambangan

PT.

Powerindo perjalanan dari Jakarta ke Palembang dengan

Dizamatra
transportasi

udara selama ± 1 jam, kemudian dari kota Palembang menuju lokasi
penambangan PT. Dizamatra Powerindo searah dengan kota Lahat
dilakukan dengan perjalanan darat menggunakan kendaraan roda empat
dengan lama perjalanan ± 5 jam. Jalan yang dilalui menuju lokasi
penambangan merupakan jalan provinsi dan jalur lintas Sumatera. Lokasi
penambangan terletak di jalur trans Sumatera sehingga akses menuju lokasi
IUP sangat mudah.

9

Sarana perhubungan dari kota Lahat menuju lokasi penambangan
PT. Dizamatra Powerindo dapat ditempuh dengan menggunakan sarana
angkutan darat yang berupa kendaraan roda dua dan kendaraan roda
empat dengan lama perjalanan ± 30 menit. Perjalanan menuju ke lokasi
penambangan cukup lancar karena ditunjang oleh fasilitas jalan kabupaten
dan jalan kecamatan yang kondisinya cukup baik. Peta lokasi PT. Dizamatra
Powerindo dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Lokasi IUP Operasi Produksi
PT. Dizamatra Powerindo di
Kecamatan Merapi Barat

Sumber : PT. Dizamatra Powerindo

Gambar 1
Peta Lokasi PT. Dizamatra Powerindo

10

2.3.

Iklim
Iklim adalah rata-rata peristiwa cuaca disuatu daerah tertentu,

termasuk perubahan ekstrem musiman dalam waktu yang relatif lama,
contohnya yaitu musim dingin, panas, semi, gugur, hujan dan musim
kemarau. Secara umum kondisi iklim di daerah penambangan PT. Dizamatra
Powerindo adalah tropis basah, mempunyai suhu udara rata-rata

28,3C,

dengan suhu terendah yakni 23,1C dan suhu tertinggi yakni 34,1C dengan
penyinaran matahari yang berlangsung sepanjang tahun (Gambar 2).
Sebagaimana umumnya daerah tropis maka di daerah penelitian
mempunyai dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim
kemarau rata-rata terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan September
dan musim hujan pada bulan Oktober sampai dengan bulan April.
2.4.

Flora dan Fauna
Flora dan fauna adalah jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang berada

di daerah sekitar penelitian, dimana kekayaan alam flora di kabupaten Lahat
tidaklah jauh berbeda dengan kabupaten-kabupaten lain di Indonesia.
Kekayaan alam flora yang terdapat di kabupaten Lahat berupa beberapa
jenis tumbuhan keras dan bunga yang memiliki keunikan tersendiri. Adapun
tumbuhan keras yang ada di kabupaten Lahat antara lain bermacam-macam
jenis kayu, misalnya unglen, merawan, petanang, tembesu, nibung, gelam,
11

meranti, pinus, kulim, dan beberapa jenis kayu lainnya lagi. Dari beberapa
jenis kayu diatas ada kayu-kayu yang digunakan untuk bahan pembuatan
barang furniture dan kayu untuk membuat rumah. Sementara jenis tumbuhan
bunga yang ada di kabupaten Lahat antara lain bunga paku tiang, terentang,
sindur, anggrek, dan masih banyak lagi jenis- jenis lainnya.

Sumber: Data suhu PT. Dizamatra Powerindo

Gambar 2
Suhu di PT. Dizamatra Powerindo

12

Hewan-hewan liar yang berada di daerah sekitar penelitian khususnya
di kabupaten Lahat tidaklah asing bagi masyarakat karena hewan-hewannya
tidaklah jauh berbeda dengan yang ada dibeberapa kepulauan nusantara
lainnya, hal ini dikarenakan kabupaten Lahat alamnya yang dilintasi oleh
garis khatulistiwa sehingga banyak persamaan baik tumbuhan ataupun
hewan liar. Hewan-hewan liar yang sering dijumpai di daerah penelitian ini
seperti monyet, burung, babi dan hewan-hewan lainnya.
2.5.

Kondisi Geologi
Kondisi geologi adalah keadaan yang dapat memberikan informasi

mengenai tempat penelitian pada PT. Dizamatra Powerindo. Kondisi geologi
ini dilihat berdasarkan keadaan topografi, stratigrafi, struktur geologi dan
sejarah geologi.
2.5.1. Topografi
Topografi adalah keadaan yang menyangkut bentuk dari permukaan
bumi. Keadaan topografi daerah penambangan PT. Dizamatra Powerindo
adalah bergelombang sedang yang memiliki ketinggian sekitar 39 meter
hingga 100 meter di atas permukaan laut, dapat dilihat pada Gambar 3.
Vegetasi yang terdapat di daerah penelitian berupa hutan sekunder
(semak belukar) yang mendominasi sebagian areal yang belum dibuka.
Vegetasi lainnya berupa alang-alang dan jenis tumbuhan lainnya yaitu

13

tumbuhan jenis perdu seperti seduduk, kerinyu, rumput tahi ayam dan
belidang.
2.5.2. Stratigrafi
Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang perlapisan batuan,
yang dimaksud dengan perlapisan batuan yaitu mengenai penyebaran,
komposisi, umur, keragaman dan korelasi lapisan batuan. Berdasarkan
stratigrafi atau lapisan batuan daerah penambangan PT. Dizamatra
Powerindo diurutkan dari tua ke muda, dapat dilihat pada Tabel I.
Litologi

adalah deskripsi batuan pada singkapan berdasarkan

karakteristik batuan seperti warna dan komposisi batuan. Dari susunan
litologi penyusunnya terlihat bahwa formasi Muara Enim diendapkan pada
lingkungan paralik sampai litoral yang berasosiasi dengan rawa.

14

Sumber: PenelitianTugas Akhir Mei 2014

Gambar 3
Vegetasi Daerah Sekitar Penelitian

Tabel I
Stratigrafi Daerah Penelitian

15

Sumber : PT. Dizamatra Powerindo

2.5.3. Struktur Geologi

16

Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen
akibat kerja kekuatan tektonik dan merupakan cabang ilmu geologi yang
mempelajari mengenai bentuk arsitektur kulit bumi. Endapan batubara
PT. Dizamatra Powerindo ditemukan pada formasi Muara Enim, formasi
Muara Enim dibagi menjadi dua satuan, yaitu:
1. Satuan Bawah
Formasi satuan bawah terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu
lempung, dan batubara. Pada umumnya batu pasir dan batu lanau lebih
dominan. Batubara berwarna hitam, retak-retak, agak rapuh, dan di
beberapa tempat dijumpai silicified coal, batubara dengan ciri litologi
seperti ini disebut subbituminus.
2. Satuan Atas
Formasi satuan atas terdiri dari batu pasir, batu lanau, lempung, dan
batubara. Litologi pada batuan atas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Batu pasir

: putih kecoklatan

b. Batu lanau

: abu-abu terang sampai gelap

c. Batu lempung

: abu–abu gelap, menyerpih.

d. Batubara

: hitam, rapuh

Data hasil pemboran diketahui bahwa batuan penyusun daerah
penambangan yaitu sebagai berikut:
1. Batu pasir : Abu-abu keputihan, masif, berbutir halus, keras, sedikit
terdapat mineral kuarsa.
17

2. Batu lanau : Abu-abu terang sampai abu-abu gelap
3. Batu lempung : Abu-abu gelap sampai abu-abu kecoklatan, rendah,
terdapat sisa tumbuhan.
4. Batubara : Hitam, keras, britle, mengkilap, gores hitam, pecahan subconcoidal-concoidal, terdapat pyrite pengisi cleat, cleat jarang. Batubara
ditemukan pada kedalam yang bervariasi.
2.5.4. Sejarah Geologi
Sejarah geologi adalah salah satu cabang geologi yang mempelajari
sejarah terbentuknya

bumi. Adapun sejarah geologi PT. Dizamatra

Powerindo dimulai dengan diendapkannya formasi Air Benakat di cekungan
Sumatera Selatan. Pada cekungan Sumatera Selatan terjadi 3 orogenesa,
orogenesa yaitu skala waktu geologi yang berlangsung antara 1.808.000
sampai 11.500 tahun yang lalu. Adapun 3 orogenesa yang terjadi yaitu
orogenesa mesozoik tengah, tektonik

kapur

akhir-tersier

awal

dan

orogenesa plio-plistosen.
Pada kala Mio-Pliosen diendapkan formasi Muara Enim yang terdiri
dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan batubara. Menjelang akhir
pengendapan formasi ini, terjadi kegiatan vulkanik di sebelah Barat DayaSelatan cekungan Sumatera Selatan yang menyebabkan material yang
diendapkan berikutnya bersifat tufaan. Pada kala pliosen atas diendapkan
formasi kasai, selaras diatas formasi Muara Enim, dengan litologi yaitu batu
pasir tufaan, batu lanau tufaan, dan tufa. Pada kala plio-pleistosen terjadi
18

kegiatan tektonik yang mengakibatkan terbentuknya lipatan (fold) dan sesar
(fault).
Lipatan (fold) yaitu perubahan bentuk dan volume pada batuan
sedangkan sesar (fault) yaitu rekahan yang mengalami geseran-geseran,
disusul adanya intrusi dangkal andesit-piroksen. Dyke yaitu bentuk tubuh
batuan yang memotong batuan di sekitar dan menerobos lapisan sedimen di
atasnya. Setelah itu terjadi denudasi atau pengelupasan batuan induk yang
telah mengalami proses pelapukan, erosi, dan transportasi yang berlangsung
terus menerus sampai sekarang.
2.6.

Cadangan dan Kualitas Batubara
Cadangan batubara adalah bagian dari sumber daya batubara yang

telah diketahui dimensi, sebaran, kuantitas dan kualitasnya yang pada saat
pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang. Cadangan
batubara PT. Dizamatra Powerindo terdiri atas 3

lapisan

utama yakni

lapisan A, B, dan C dengan ketebalan rata-rata lapisan A setebal 13,3
meter, lapisan B setebal 16,9 meter, dan lapisan C setebal 7,5 meter. Untuk
lebih jelasnya cadangan batubara PT. Dizamatra Powerindo dapat dilihat
pada Tabel II berikut ini.

Tabel II
Cadangan Batubara PT. Dizamatra Powerindo
19

Resource Coal Summary (Kt)
Seam
Measured

Indicated

Inferred

Total

A1

-

-

3.000

3.000

AoU

-

-

200

200

AoL

-

-

400

400

AU

3.800

2.100

-

5.900

A

32.750

15.800

8.400

56.950

AL

500

200

-

700

B1U

-

-

200

200

B1

-

1.300

600

1.900

B1L

-

-

400

400

B

54.600

24.200

12.000

90.800

C

29.250

9.600

5.000

43.850

Total (Mt)

121

53

30

204

Sumber : Bidang Perencanaan PT. Dizamatra Powerindo

Kualitas batubara adalah sifat fisik dan sifat kimia dari batubara,
adapun kualitas batubara PT. Dizamatra Powerindo dapat dilihat pada Tabel
III berikut ini.

Tabel III
Kualitas Batubara PT. Dizamatra Powerindo
20

CV kcal/kg

Seam

TM %
(ar)

IM%
(adb)

Ash %
(adb)

TS %
(adb)

(adb)

(gar)

A1

28,0

18,5

13,3

0,3

4,790

4,230

AoU

30,6

18,9

5,9

0,4

5,360

4,590

AoL

21,7

14,4

20,3

0,6

4,720

4,315

AU

30,5

19,0

4,4

0,1

5,490

4,740

A

31,7

19,5

4,8

0,2

5,330

4,530

AL

30,5

21,7

5,1

0,8

5,235

4,650

B1

26,9

18,4

16,0

1,1

4,625

4,120

B

30,3

19,0

6,4

0,2

5,325

4,585

C

30,9

18,3

6,0

1,0

5,440

4,620

Weight
Average

30,8

19,0

5,9

0,4

5,350

4,580

Sumber : Bidang Produksi PT. Dizamatra Powerindo.

2.7.

Kegiatan Penambangan
Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Dizamatra Powerindo

adalah sistem tambang terbuka dengan menggunakan kombinasi peralatan
alat gali berupa excavator Komatsu PC 400 dan alat angkut berupa dump
truck Nissan CWB 45 ALDN. Kombinasi kedua alat tersebut dibantu oleh
bulldozer D85E-SS sebagai alat garuk dorong dan graders GD 405 untuk
perawatan jalan. Material overburden dimuat, diangkut dan kemudian
ditimbun pada lokasi pembuangan tanah penutup (disposal). Adapun urutan
kegiatan penambangan di PT. Dizamatra Powerindo secara garis besar
meliputi, pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (top
21

soil), penggalian tanah penutup (overburden), pemuatan dan pengangkutan
overburden,

penimbunan

dan

perataaan

disposal,

penggalian

dan

pengangkutan batubara, reklamasi lahan, pengolahan dan pengapalan
batubara.
2.7.1. Pembersihan Lahan (Land clearing)
Land clearing adalah tahapan awal dalam kegiatan penambangan
sebelum dilakukannya pengupasan tanah pucuk (top soil). Land clearing
bertujuan untuk membersihkan area penambangan dari tumbuhan semak
belukar dan pohon. Pohon yang berdiameter kecil dan tumbuhan semak
belukar dibersihkan dengan menggunakan

Bulldozer D85E-SS yang

berukuran kecil dapat dilihat pada Gambar 4. Sedangkan pohon yang
berdiameter besar ditebang dengan menggunakan gergaji mesin. Kegiatan
ini dilakukan untuk mempermudah pekerjaan pengupasan tanah pucuk.
2.7.2. Pengupasan Top Soil
Top soil atau tanah pucuk adalah lapisan tanah yang paling dekat
dengan permukaan tanah, mengandung banyak mikroorganisme dan
memiliki kandungan udara yang paling tinggi dibanding lapisan tanah lainnya.
Top soil merupakan tanah yang mempunyai ketebalan lebih kurang 0,5 meter
dan merupakan lapisan tanah yang paling atas yang mengandung bahanbahan organik. Tanah pucuk sebagian besar mengandung humus, akar dan
jasad renik tanah. Jenis tanah pucuk yang terdapat di lokasi penambangan
berjenis soil dengan ciri tanah berwarna kekuningan.
22

Sumber:PenelitianTugas Akhir Mei 2014

Gambar 4
Bulldozer D85E-SS
Pengupasan tanah pucuk dilakukan dengan excavator backhoe
Komatsu PC 200

dan alat angkut dump truck Nissan CWB 45 ALDN

(Gambar 5). Tanah pucuk diangkut ke tempat penimbunan sementara (stock
top soil) untuk digunakan kembali pada saat reklamasi.

23

Sumber: Penelitian Tugas Akhir Mei 2014

Gambar 5
Excavator Backhoe Komatsu PC 200
2.7.3. Pengupasan Overburden
Overburden adalah semua lapisan tanah atau batuan yang berada di
atas dan langsung menutupi lapisan bahan galian berharga sehingga perlu
disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat mengambil bahan galian berharga
tersebut.

Pengupasan

overburden

dilakukan

dengan

menggunakan

excavator backhoe Komatsu PC 400 (Gambar 6). Penggunaan alat ini atas
pertimbangan karena material overburden yang akan dikupas relatif lunak,
maka cukup dilakukan penggalian dengan menggunakan alat gali tersebut.

24

Sumber: PenelitianTugas Akhir Mei 2014

Gambar 6
Excavator Backhoe Komatsu PC400
2.7.4. Pengangkutan Overburden
Kegiatan pengangkutan overburden bertujuan untuk memindahkan
overburden yang telah dimuat ke dalam alat angkut. Kemudian overburden
dibawa dan dibuang ke disposal area dalam istilah lapangan disebut dengan
tempat bantingan overburden. Alat angkut yang digunakan adalah dump
truck Nissan CWB 45 ALDN yang mampu membawa 25 ton overburden
untuk satu kali ritase (Gambar 7).

25

Sumber: Penelitian Tugas Akhir Mei 2014

Gambar 7
Dump Truck Nissan CWB 45 ALDN
2.7.5. Penimbunan dan Perataaan Disposal
Disposal

area

adalah

tempat

atau

lokasi

yang

dirancang,

direncanakan untuk menampung material overburden. Overburden yang
diangkut oleh dump truck tadi selanjutnya dibawa dan ditumpahkan ke
disposal

area

yang

telah

disediakan.

Overburden

dibuang

secara

berkelanjutan ke disposal sehingga terjadi penumpukan tanah di disposal
tersebut. Untuk itu perlu dilakukan perataan timbunan material agar tidak
mengganggu proses penimbunan selanjutnya. Perataan timbunan material
overburden ini dilakukan dengan menggunakan bulldozer D155A (Gambar 8).

26

Sumber: Penelitian Tugas Akhir Mei 2014

Gambar 8
Bulldozer D155A
2.7.6. Penggalian dan Pengangkutan Batubara
Alat yang digunakan untuk penggalian batubara adalah excavator
backhoe Komatsu PC 400. Kemudian batubara dari front penambangan
diangkut oleh dump truck Nissan CWB 45 ALDN yang berkapasitas 25 ton
batubara dalam satu kali ritase. Batubara yang diangkut oleh dump truck
kemudian ditumpuk di stockpile. Kegiatan produksi penambangan dapat
dilihat pada Gambar 9.
2.7.7. Reklamasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 18 Tahun 2008 tentang reklamasi dan penutupan tambang, Bab I,
27

Pasal 1, reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki kegunaan
lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
Sumber: Penelitian Tugas Akhir Mei 2014

Gambar 9
Kegiatan Produksi Penambangan
Dalam usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan
vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan maka harus dilakukan revegetasi (penanaman kembali).
Sedangkan arti umum dari reklamasi adalah “the making of land fit for
cultivation” yaitu membuat keadaan lahan menjadi lebih baik untuk
28

dibudidayakan, atau membuat sesuatu yang sudah bagus menjadi lebih
bagus. Arti demikian juga dapat diterjemahkan sebagai kegiatan-kegiatan
yang bertujuan mengubah peruntukan sebuah lahan agar sesuai dengan
keinginan manusia.
Kegiatan reklamasi meliputi empat tahapan yaitu :
1. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang sudah
terganggu ekologinya.
2. Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya.
3. Penyebaran tanah pucuk yaitu penyebaran tanah yang berjenis soil
dengan jenis tanah yang berwarna kekuningan.
4. Penanaman kembali (revegetasi) dengan menanam pohon jati, sawit,
karet, sengon, dan akasia pada areal reklamasi.
Revegetasi adalah usaha kegiatan penanaman kembali lahan bekas
tambang. Revegetasi merupakan sebuah usaha yang kompleks yang
meliputi banyak aspek, tetapi juga memiliki banyak keuntungan. Beberapa
keuntungan yang didapat dari revegetasi antara lain, menjaga lahan agar
tidak terkena erosi, membangun habitat bagi satwa liar dan membangun
keanekaragaman jenis-jenis tumbuhan lokal. Sasaran akhir dari reklamasi
adalah terciptanya lahan bekas tambang yang kondisinya aman, stabil dan
tidak mudah tererosi, sehingga dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan
peruntukannya. Reklamasi yang dilakukan di PT. Dizamatra Powerindo dapat
dilihat pada Gambar 10.
29

Sumber : Penelitian Tugas Akhir Mei 2014

Gambar 10
Reklamasi di PT. Dizamatra Powerindo

30

BAB III
DASAR TEORI
3.1.

Pengertian Air Asam Tambang
Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai

“Acid Mine Drainage (AMD)” atau “Acid Rock Drainage (ARD)” adalah air
yang berasal dari kegiatan penambangan baik itu tambang terbuka (open pit)
ataupun tambang bawah tanah (underground). AAT tersebut mempunyai
tingkat keasaman yang tinggi (pH rendah

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63