morfem dan pembentukan kata alomorf dan

IDENTIFIKASI MORFEM, ALOMORF DAN MORF,
JENIS MORFEM, MORFEM DASAR, BENTUK DASAR, PANGKAL,
AKAR DAN LEKSEM
Friska Hesti Ranindika
Nindita Christy Rosari
Raden Gregorius Agung A.W.
Lusia Ely Rahmawati
Yohana Eliana Dewi
Hajar Surya Permana
Yohanes Krista Marta P

(141224009)
(141224012)
(141224013)
(141224023)
(141224038)
(141224044)
(121224039)

Abstrak
Satuan-satuan kebahasaan dapat dibedakan menjadii satuan

kebahasaan yang mengandung arti atau leksikal dan satuan
kebahasaan yang tidak mengandung arti atau gramatikal. Morfem
dapat didefinisikan sebagai satuan kebahasaan yang mengandung arti
yang kecil. Morfem dapat didefinisikan sebagai satuan gramatikal
terkecil. Satuan bahasa merupakan komposit antara bentuk dan
makna. Oleh karena itu, untuk menetapkan sebuah bentuk adalah
morfem atau bukan didasarkan pada kriteria bentuk dan makna itu.
Morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfem
afiks. Alomorf merupakan kesatuan dari morf. Morf merupakan
bagian terkecidari alomorf.
Kata kunci: morfem, jenis morfem, alomorf, morf.
PENDAHULUAN
Kita mengenal istilah morfemdalam cabang ilmu linguistik terutama morfologi dan
semantik, tetapi dalam artikel ini kita akan membahas morfem dalam cabang ilmu morfologi.
Morfem adalah suatu yang sulit untuk didefinisikan secara jelas karena masih abstrak dimulai
dari perbedaan pendapat antar satu sumber dengan sumber lain. Morfem merupakan satuan
terkecil yang sudah tidak bisa lagi dibagi dan memiliki makna. Apabila morfem dibagi tidak
akan mempunyai makna. Morfem memiliki dua bentuk yaitu morfem gramatikal dan morfem
leksikal. Jenis morfem dibagi menjadi dua yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Dalam
kajian morfologi didalamnya terdapat alomorf dan morf, yang masing-masing memiliki arti

yaitu alomorf merupakan realisasi dari morfem sedangkan morf merupakan bagian-bagian
terkecil dari alomorf.
Pengertian Morfem

Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Dengan kata lain
makna terkecil sudah tidak dapat dianalisis menjadi lebih kecil lagi tanpa merusak maknanya.
Apabila dianalisis lebih jauh akan menghilangkan maknanya sebagai contoh: pada kata
“menjual” terdapat dua buah morfem yaitu morfem afiks yang secara gramatikal memiliki
arti {me} adalah melakukan sesuatu dan {jual} juga sebuah morfem, yaitu morfem dasar
yang secara leksikal memiliki makna mengalihkan haknya dengan suatu perjanjian. Apabila
morfem {jual} dianalisis menjadi ju- dan al- keduanya tidak memiliki makna.
Morfem merupakan satuan terkecil gramatikal ini terbukti dari bagan berikut
Wacana
Paragraf
Kalimat
Klausa

mengandung arti

satuan gramatikal


Frasa
Kata
Morfem
Silabel
Fonem

tidak mengandung arti

satuan fonologis

fona
dilihat dari bagan tersebut satuan gramatikal terkadung beberapa bagian diantaranya :wacana,
Paragraf, Kalimat, Klausa, Frasa, Kata, dan Morfem sedangkan disatuan Fonologis
terkandung tiga bagian diantara Silabel, Fonem, Fona. Dapat disimpulkan bahwa satuansatuan kebahasaan terbagi menjadi dua yaitu satuan yang memiliki makna (gramatikal) dan
yang tidak memiliki makna (fonologis). Seperti contoh berikut : morfem {bel-} pada kata
belajar. Morfem ber dapat dianalisa menjadi 3 fonem menjadi /b/,/e/,/l/, dan fonem-fonem
tersebut tidak memiliki arti.
Dilihat dari satuan kebahasaan diatasnya (bagan diatas), morfem berada dibawah
satuan kebahasaan kata jadi morfem merupakan unsur pembentuk kata dalam kata lain

morfem berada didalam kata seperti morfem ber- dan pikir, menjadi berpikir

Identifikasi Morfem

Satuan bahasa merupakan komposit antara bentuk dan makna. Untuk menetapkan
sebuah bentuk adalah morfem atau bukan didasarkan pada kriteria bentuk dan makna itu. Hal
– hal berikut dapat dipedomani untuk menentukan morfem dan bukan morfem itu.
1. Dua bentuk yang sama atau lebih memiliki makna yang sama merupakan sebuah
morfem. Umpamanya kata hari, tahun,dan sepatu pada ketiga kalimat berikut adalah
sebuah morfem yang sama.
Hari :
-

Setiap hari senin diadakan upacara bendera.

-

Satu minggu memiliki tujuh hari .

-


Hari ini saya mengikuti kuliah morfologi Bahasa Indonesia.

Tahun :
-

Umurku sekaarang 19 tahun.

-

Sekarang tahun 2015.

-

Sudah 1 tahun dia meninggalkanku.

Sepatu :
-

Hajar memiliki sepatu baru.


-

Sepatu Eliana basah karena kehujanan.

-

Friska kehilangan sepatu kacanya.

2. Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang berbeda merupakan dua
morfem yang berbeda. Misalnya kata bulan, kepala, dan kursi pada kedua kalimat
berikut adalah dua morfem yang berbeda.
Bulan :
-

Bulan malam ini begitu indah.

-

Bulan ramadhan penuh berkah.


Kepala :
-

Ayahku menjadi kepala keluarga yang baik.

-

Iman memiliki sifat keras kepala.

Kursi :
-

PDIP mendapatkan bagian 40 kursi di DPRD Yogyakarta.

-

Hari ini Annas menduduki kursi panas di pengadilan Jakarta Selatan.

3. Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua

morfem yang berbeda. Umpamanya, kata ibu dan kata mama; kata abang dan kata

kakak ; kata simbah dan kata kakek pada kedua kalimat berikut adalah dua morfem
yang berbeda.
Kata ibu dan kata mama :
-

Ibu pergi ke pasar.

-

Mama pulang dari pasar.

Kata abang dan kata kakak :
-

Abang sudah pergi ke Jakarta.

-


Kakak sudah lulus skipsi.

Kata simbah dan kakek :
-

Simbah sedang berbaring di tempat tidur.

-

Kakek sedang membaca koran di teras.

4. Bentuk – bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi maknanya sama adalah sebuah
morfem yang sama, asal perbedaan bentuk itu dapat dijelaskan secara fonologis.
Umpamanya, bentuk – bentuk:
a. me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge- pada kata – kata berikut
-

melihat

-


membina

-

mendengar

-

menyusul

-

mengambil

-

mengecat

b. ber-, be-, dan bel- pada kata-kata berikut

-

berlari

-

bekerja

-

belajar

5. Bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu – satunya adalah juga sebuah
morfem. Umpamanya bentuk tangkas pada konstruksi cerdas tangkas, dan bentuk
tangkas pada konstruksi cerdas tangkas adalah juga morfem. Contoh lain, bentuk
-

gulita pada kata gelap gulita

-

benderang pada kata terang benderang

-

senyap pada kata sunyi senyap

-

bugar pada kata segar bugar

-

kerontang pada kata kering kerontang

6. Bentuk yang muncul berulang – ulang pada satuan yang lebih besar apabila memiliki
makna yang sama adalah juga merupakan morfem yang sama. Bentuk minum, makan,
dan sapu dari kata – kata berikut adalah morfem yang sama.
a. Minum:
-

meminum

-

peminum

-

minuman

b. Makan:
-

Memakan

-

Pemakan

-

Termakan

-

Dimakan

-

Makanan

c. Sapu:
-

Menyapu

-

Penyapu

-

Tersapu

-

Disapu

-

Sapuan

7. Bentuk yang muncul berulang – ulang pada satuan bahasa yang lebih besar (klausa,
kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi adalah juga merupakan morfem
yang sama. Umpamanya kata kepala, dan mata pada kalimat – kalimat berikut
memiliki makna yang berbeda secara polisemi, tetapi merupakan morfem yang sama.
a. Kepala:
-

Ibunya menjadi kepala sekolah di sana.

-

Kepala jarum itu terbuat dari plastik.

-

Setiap kepala mendapat bantuan sepuluh ribu rupiah.

-

Nomor telponnya tertera pada kepala surat itu.

b. Mata:
-

Saya sering memakan wortel agar mata saya sehat.

-

Mata nenek sudah tidak berfungsi dengan baik.

-

Sapi memiliki mata yang besar dibandingkan dengan mata saya.

-

Mata bojes minus 6.

Alomorf dan Morf
Alomorf merupakan realisasi yang bervariasi dari morfem, karena morfem merupakan
satuan kata terkecil yang tidak bisa dibagi atau dipecahkan lagi, sedangkan morf merupakan
bentuk dari masing-masing alomorf. Kebanyakan morfem memiliki bentuk alomorf yang
sama dengan bentuk morfemnya.
Menurut Odien R. (2004 : 147) morf adalah anggota darisuatu morfem yang belum
ditentukan distribusinya atau wujud konkret / wujud fonemis dari suatu morfem.
Menurut Odien R. (2004 : 147) alomorf adalah anggota morfem yang telah ditentukan
posisi/ distribusinya.
Contoh Alomorf : kata bera. ber- (morf), contoh kata : berapi, bertelur, beranak, bergerak, bersatu, bertapa.
b. be- (morf), contoh kata : berenang, berakit, berambut.
c. bel- (morf), contoh kata : belajar
Namun, adapula morfem yang bentuk alomorfnya berbeda dengan bentuk morfemnya,
dengan contoh me(N)- memiliki alomorf :
a. me-, contoh kata : menari, menyanyi.
b. mem-, contoh kata : memberi, membaca.
c. men-, contoh kata : mencangkul, mencari, menanam.
d. meny-, contoh kata : menyapu, menyiram.
e. meng-, contoh kata : menggambar, menggoreng.
f. menge-, contoh kata : mengeja, mengevaluasi.
Jenis Morfem
Berdasarkan dapat atau tidaknya langsung digunakan dalam frasa atau kalimat,
morfem dapat dibedakan menjadi morfem bebas (free morpheme) dan morfem terikat (bound
morpheme). Morfem bebas ialah morfem yang tidak harus bergabung dengan morfem lain
dan dapat langsung digunakan dalam frasa atau kalimat. Contoh pergi dalam frasa sedang

pergi dan dalam kalimat dia pergi termasuk morfem bebas karena tanpa harus bergabung
dengan morfem yang laindan dapat langsung digunakan dalam frasa atau kalimat.
Morfem terikat ialah morfem yang apabila tidak bergabung dengan morfem lain tidak
biasa digunakan dalam frasa atau kalimat. Dengan kata lain, morfem terikat harus bergabung
dengan morfem lain agar dapat membentuk sebuah frasa atau kalimat. Contoh awalan berpada bermain adalah morfem terikat. Dalam bahasa Indonesia, morfem terikat meliputi
imbuhan atau affiks (affix), klitik, partikel, morfem unik, dan morfem asal terikat. Semua
imbuhan dalam bahasa Indonesia yang meliputi awalan atau prefiks (preffix), akhiran atau
sufiks (suffix), sisipan atau infiks (inffix), konfiks (conffix), dan gabungan imbuhan adalah
morfem terikat. Klitik, sejenis imbuhan yang mengandung arti leksikal, yang terdiri dari
proklitik (ku-,kau-) dan enklitik (-ku, -mu, -nya, dan –nda) merupakan mofem terikat. Partikel
–lah, -kah, dan –pun juga morfem terikat. Morfem unik, merupakan morfem yang hanya bisa
bergabung dengan morfem lain, seperti gulita dalam gelap gulita, benderang dalam terang
benderang adalah morfem terikat. Morfem-asal terikat atau pokok kata (Ramalan 1983 : 44),
seperti acu, juang, temu, dan tonjol, termasuk morfem terikat.
Dalam kajian morfologi, biasanya dibedakan adanya beberapa morfem berdasarkan kriteria
tertentu, seperti kriteria kebebasan, keutuhan, makna, dan sebagainya. Berikut ini akan
dibicarakan jenis-jenis morfem itu.
1. Berdasarkan kebebasannya untuk dapat digunakan langsung dalam pertuturan
dibedakan adanya morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah, morfem
yang tanpa keterikatannya dengan morfem lain dapat langsung digunakan dalam
pertuturan. Morfem bebas berupa morfem dasar. Misalnya, morfem {pulang},
{merah}, dan {pergi}. Morfem terikat adalah, morfem yang harus terlebih dahulu
bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam pertuturan. Dalam hal
ini, semua morfem afiks dalam bahasa Indonesia termasuk morfem terikat. Di
samping itu banyak juga morfem terikat yang berupa morfem dasar, seperti {henti},
{juang}, dan {geletak}. Untuk dapat digunakan, ketiga morfem ini harus terlebih
dahulu diberi afiks atau digabung dengan morfem lain. Misalnya {juang} menjadi
berjuang, pejuang, dan daya juang.
Berkenaan dengan bentuk dasar terikat, perlu dikemukakan catatan sebagai
berikut :
Pertama, bentuk dasar terikat seperti gaul, juang, dan henti lazim juga disebut bentuk
prakaegorial karena bentuk-bentuk tersebut belum memiliki kategori sehingga tidak
dapat digunakan dalam pertuturan.

Kedua, Verhaar (1978) juga memasukkan bentuk-bentuk seperti beli, baca, dan tulis
ke dalam kelas kelompok prakategorial, karena untuk digunakan di dalam kalimat
harus terlebih dahulu diberi prefiks me-, prefiks di-, atau prefiks ter-. Dalam kalimat
imperatif memang tanpa imbuhan bentuk-bentuk tersebut dapat digunakan. Namun,
kalimat imperatif adalah hasil transformasi dari kalimat aktif transitif (yang
memerlukan imbuhan).
Ketiga, bentuk-bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang
(yang hanya muncul dalam kering kerontang), dan kuyup (yang hanya muncul dalam
basah kuyup) adalah juga termasuk morfem terikat. Lalu, oleh karena hanya muncul
dalam pasangan tertentu, maka disebut morfem unik.
Keempat, bentuk-bentuk yang disebut klitika merupakan morfem yang agak sukar
ditentukan statusnya, apakah morfem bebas atau morfem terikat. Kemunculannya
dalam pertuturan selalu terikat dengan bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan.
Umpamanya klitika –ku dalam konstruksi bukuku dapat dipisahkan sehingga menjadi
buku baruku. Dilihat dari posisi tempatnya dibedakan adanya proklitika, yaitu klitika
yang berposisi di muka kata yang diikuti seperti klitika ku- dalam bentuk kubawa dan
kauambil. Sedangkan yang disebut enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang
kata yang dilekati, seperti klitika –mu dan –nya pada bentuk nasibmu dan duduknya.
Kelima, bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi seperti dan, oleh, di,
dan karena secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis
merupakan bentuk terikat (dalam satuan sintaksisnya).
Keenam, bentuk-bentuk yang oleh Kridalaksana (1989) disebut proleksem, seperti a
(pada asusila), dwi (pada dwibahasa), dan ko (pada kopilot) juga termasuk morfem
terikat.
Selain kedua morfem di atas terdapat juga morfem unik, yaitu morfem yang
mengandung arti tersendiri, tetapi baru dapat berdiri sendiri setelah didampingkan
dengan morfem bebas lainnya, seperti juang baru dapat berarti setelah didampingi
dengan

morfem

bebas daya menjadi daya

juang,

atau

didampingi

dengan pe menjadi pejuang.
2. Berdasarkan keutuhan bentuknya dibedakan adanya morfem utuh dan morfem terbagi.
Morfem utuh secara fisik merupakan satu-kesatuan yang utuh. Semua morfem dasar,
baik bebas maupun terikat, serta prefiks, infiks, dan sufiks termasuk morfem utuh.
Sedangkan yang dimaksud morfem terbagi adalah morfem yang fisiknya terbagi atau

disisipi morfem lain. Karenanya semua konfiks (seperti pe-an, ke-an, dan per-an)
adalah termasuk morfem terbagi.
3. Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam pembentukan kata, dibedakan
menjadi morfem dasar dan morfem afiks. Morfem dasar adalah morfem yang dapat
menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Misalnya, morfem {beli}, {makan}, dan
{merah}. Namun, perlu dicatat bentuk dasar yang termasuk dalam kategori preposisi
dan konjungsi tidak pernah mengalami proses afiksasi. Sedangkan, yang tidak dapat
menjadi dasar, melainkan hanya sebagai pembentuk disebut morfem afiks, seperti
morfem {me}, {-kan}, dan {pe-an}.
4. Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya dibedakan adanya morfem segmental
dan morfem suprasegmental atau morfem nonsegmental. Morfem segmental adalah
morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, yakni morfem yang berupa
bunyi dan dapat disegmentasikan. Misalnya morfem {lihat}, {ter-}, {sikat}, dan {lah}. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang terbentuk dari nada,
tekanan, durasi, dan intonasi. Dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan morfem
suprasegmental ini, tetapi dalam bahasa Cina, Thai, dan Burma morfem tersebut kita
dapati (lebih jauh untuk contoh lihat Chaer 2003).
5. Berdasarkan kehadirannya secara konkret dibedakan adanya morfem wujud dan
morfem tanwujud. Yang dimaksud dengan morfem wujud adalah morfem yang secara
nyata ada; tetapi yang tanwujud kehadirannya tidak nyata. Morfem tanwujud ini tidak
ada dalam bahasa Indonesia, tetapi ada dalam bahasa Inggris (lihat contoh pada Chaer
2003).
6. Berdasarkan ciri semantik dibedakan adanya morfem bermakna leksikal dan morfem
tak bermakna leksikal. Sebuah morfem disebut bermakna leksikal karena di dalam
dirinya, secara inheren, telah memiliki makna. Semua morfem dasar bebas, seperti
{makan}, {pulang}, dan {pergi} termasuk morfem bermakna leksikal. Sebaliknya,
morfem afiks seperti {ber-}, {ke}, dan {ter-} termasuk morfem tak bermakna leksikal.
Kalau morfem bermakna leksikal, dapat langsung menjadi unsur dalam pertuturan,
maka morfem tidak bermakna leksikal tidak dapat.
Dikotomi morfem bermakna leksikal dan tidak bermakna leksikal ini, untuk bahasa
Indonesia timbul masalah. Morfem-morfem seperti {juang}, {henti}, dan {gaul} memiliki
makna leksikal atau tidak. Kalau dikatakan memiliki makna leksikal, pada kenyataannya
morfem-morfem itu belum dapat digunakan dalam pertuturan sebelum mengalami proses

morfologi. Kalau dikatakan tidak bermakna leksikal, pada kenyataannya morfem-morfem
tersebut bukan afiks.
Dalam hal ini barangkali perlu dibedakan antara konsep atau kategori gramatika
dengan kategori semantik. Secara gramatikal bentuk-bentuk tersebut memang tidak dapat
langsung digunakan dalam sebuah pertuturan. Namun, secara semantik bentuk-bentuk
tersebut tetap memiliki makna leksikal.
Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal atau Stem, Akar, dan Leksem
Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfem afiks.
Jadi, bentuk-bentuk seperti {beli}, {juang}, dan {kucing} adalah morfem dasar. Morfem
dasar ini ada yang termasuk morfem bebas seperti {beli}, {kucing}, dan {pulang}, tetapi ada
pula yang termasuk morfem terikat seperti {juang}, {henti}, dan {tempur}. Sedangkan,
morfem afiks seperti {ber-}, {di-}, dan {-an}.
Morfem dasar dapat menjadi bentuk dasar atau dasar atau base dalam suatu proses
morfologi. Artinya, dapat diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, dapat diulang dalam
proses reduplikasi, atau dapat digabung dengan morfem yang lain dalam suatu proses
komposisi atau pemajemukan.
Bentuk dasar dapat berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga berupa gabungan
morfem. Misalnya pada kata berbicara terdiri dari morfem {ber-} dan morfem {bicara},
maka morfem {bicara} adalah menjadi bentuk dasar dari kata berbicara itu.pada bentuk
reduplikasi berlari-laribentuk dasarnya berlari. Jadi, bentuk dasar adalah bentuk yang
langsung menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Wujudnya dapat berupa morfem
tunggal, dapat juga berupa bentuk polimorfemis.
Istilah pangkal atau stem digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses
pembentukan kata inflektif, atau pembubuhan afiks inflektif. Proses pembentukan kata
inflektif hanya terjadi pada proses pembentukan verba transitif, yakni verba yang berprefiks
me-(yang daspat diganti dengan di-, prefiks ter-, dan prefiks Zero). Misalnya, pada kata
membeli pangkalnya adalah beli, pada kata mendaratkan pangkalnya adalah daratkan.
Istilah akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih
jauh lagi. Misalkan pada kata memberlakukansetelah semua afiksnya ditanggalkan yaitu
prefiks me-, ber-, dan sufiks –kan maka yang tersisa adalah akar laku.
Di dalam kajian morfologi leksem digunakan untuk mewadasi konsep bentuk yang
akan menjadi kata melalui proses morfologi. Dari bentuk leksem ada bentuk-bentuk
turunannya, yaitu leksikel, leksiskal, leksikologi, dan leksikografi.

PENUTUP
Morfem sebenarnya termasuk hal yang abstrak. Realisasi dari morfem adalah alomorf.
Kebanyakan morfem memiliki bentuk alomorf yang sama dengan bentuk morfemnya.
Namun, adapula morfem yang bentuk alomorfnya berbeda dengan bentuk morfemnya.
Variasi tersebut tergantung pada bunyi yang mengikutinya. Morfem dibedakan menjadi
morfem bebas dan morfem terikat.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.
Baryadi, Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: USD.
Ramlan, M. 2009. Morfologi : suatu tinjauan deskriptif : catatan ke-13 . Yogyakarta:
Karyono
www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian/morfem/
id.wiktionary.org/morfem/unik