LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN INDUSTRI tentan

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penyelesaian Mata Kuliah Praktek Lapangan Industri Ft-Unp Padang Semester Juli-Desember 2016 OLEH PADLAN KORIB SIREGAR 1306205 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2016

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya Laporan Magang ini, penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Magang yang diajukan untuk memenuhi persyaratan Skripsi pada program pendidikan Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik PLN. Dengan ini saya menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Arlin Jihar Sihombing selaku Manajer PT. PLN (Persero) WS2JB AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN yang telah berkenan mengijikan kami untuk Magang di perusahaannya.

2. Bapak Rivaldi Penta S selaku Supervisor Teknik Pelaksana Pemeliharaan Distribusi selaku pembimbing lapangan yang telah berkenan mengjinkan kami untuk masuk dalam team pemeliharaan agar kami dapat kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Jambi, 20 Agustus 2016

PADLAN KORIB SIREGAR

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum wr.wb

Puji syukur penyusun sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang di PT PLN (PERSERO) Ws2jb Area Jambi Rayon Muara Bulian dengan judul

“PERBAIKAN DAN PEMELIAHARAAN GARDU DISTRI DI PT.PLN

(Persero) WS2JB AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN” . Laporan Kerja Magang ini disusun berdasarkan pelaksanaan kerja magang yang penulis lakukan di PT PLN (PERSERO) WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian pada tanggal 20 Juni 2016 – 20 Agustus 2016. Laporan Magang ini merupakan prasyarat untuk melengkapi pendidikan S1 Pendidikan Teknik Elektro di Universitas Negeri Padang.

Dengan selesainya Laporan Magang ini, penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Hambali M, Kes, Ketua Jurusan Teknik Elektro FT-UNP.

2. Bapak Habibullah, S.Pd, M.T Dosen Pembimbing PLI.

3. Bapak Drs. H. Hambali M, Kes, Penasehat Akademis.

4. Bapak Drs. Bahrul Amin, ST MT, Sekertaris Unit Hubungan Industri FT- UNP.

5. Bapak Arlin Jihar Sihombing , Manajer PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian.

6. Bapak Rivaldi Penta Sulastanto, Supv.PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian.

7. Bapak / Ibu seluruh Staf dan Karyawan PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian.

8. Teman – teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi dalam menjalani Praktek

Penyusun menyadari bahwa penyusunan Laporan Magang ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Demi kesempurnaan Laporan Magang ini kritik, dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan.

Demikian laporan ini disusun, dengan harapan Laporan Magang ini akan bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, 20 Agustus 2016

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri FT-UNP

1. Latar Belakang PLI

Tujuan utama pendidikan nasional diarahkan pada pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu pengembangan manusia Indonesia seutuhnya, yang meliputi wawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), memiliki keterampilan dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan suatu program pendidikan dan penelitian secara berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keterkaitan yang baik antara dunia pendidikan dengan dunia industri dalam hubungan yang saling membutuhkan, saling melengkapi dan mendukung dalam pencapaian tujuan pembangunan.

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bertugas menghasilkan tenaga kerja yang professional dalam bidang pendidikan dan supervise, berupaya melaksanakan program-program pendidikan yang bertujuan menghasilkan lulusan yang tidak hanya memahami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi secara konseptual dan teoritis di perkuliahan, tetapi juga mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu tersebut di lingkungan industri dan dunia kerja secara praktis.

Salah satu upaya pencapaian tujuan tersebut maka Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) mengirimkan mahasiswa yang telah Salah satu upaya pencapaian tujuan tersebut maka Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) mengirimkan mahasiswa yang telah

Yang dimaksud pendidikan sistem ganda adalah pendidikan yang dilaksanakan pada dua lingkungan, yaitu lingkungan akademik dan diaplikasikan di lingkungan industri, dunia usaha, dunia kerja, dengan tujuan agar ilmu yang didapat selama perkuliahan dapat di aplikasikan dan dikembangkan di dunia industri setelah menyelesaikan studi dibangku perkuliahan.

Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) bagi mahasiswa sangatlah penting, kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa tersebut dalam dunia industri sebagai acuan dalam persiapan memasuki dunia kerja atau dunia industri, sehingga dapat menjadi tenaga ahli yang profesional. Keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut dalam rangka menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa akan dunia kerja serta meningkatkan kemampuan penerapan teori yang telah diterima selama duduk dibangku kuliah mahasiswa dari Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang diwajibkan untuk melaksanakan Praktek Lapangan Industri (PLI).

Ada beberapa peraturan tentang Paktek Lapangan Industri (PLI) dan putusan Menteri, diantaranya sebagai berikut .

1. UU. No. 2 tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional yaitu untuk menyiapkan peseta didik melalui kegiataan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

2. Peraturan pemerintah No. 39 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat dalam Pendidikan Nasional

PT. PLN (Persero) sebagai salah satu Perusahaan Negara yang telah memanfaatkan teknologi elektronika, instrumentasi dan kontrol serta komputerisasi dalam proses produksi sehari-hari, sangat diharapkan kontribusinya dalam proses peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sekaligus berbagi pengalaman kerja dan mampu memberikan contoh aplikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sedang berkembang kepada mahasiswa untuk kemajuan dunia pendidikan demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berpendidikan, berilmu, produktif, adaptif dan kreatif.

Setelah pelaksanaan PLI ini diharapkan mahasiswa akan memiliki etos kerja yang baik untuk mendukung kemampuan serta keterampilan yang didimilki terkait dengan kegiatan PLI yang dilaksanakan.

2. Tujuan

Pelaksanaan Kerja Praktek ini secara umum bertujuan untuk mengenalkan penulis kepada dunia kerja yang ada di perusahaan dan menambah ilmu sekaligus mengaplikasikan teori yang diperoleh dari bangku kuliah terhadap kenyataan yang ada di lapangan.

Secara khusus kerja praktek ini bertujuan :

1.2.1. Bagi Mahasiswa 3 1.2.1. Bagi Mahasiswa 3

b. Mendapatkan pengalaman dalam menghadapi dan menganalisis dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang terjadi berdasarkan teori- teori yang telah diperoleh dari bangku kuliah

c. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka mengambil Tugas Akhir dalam menyelesaikan studi sarjana.

d. Menyusun daftar peralatan yang digunakan untuk keperluan identifikasi gangguan

1.2.2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Membangun kerja sama antara pihak institusi dengan dunia industry

b. Mendapatkan umpan balik terhadap pengembangan proses pengajaran dalam rangka pencocokan kebutuhan antara output dunia pendidikan dan dunia kerja.

1.2.3. Bagi Perusahaan

a. Membuat suatu standar untuk pemeliharaan Gardu Distribusi

b. Menjaga hubungan baik dengan institusi pendidikan

c. Sebagai bukti partisipasi dalam pengembangan dunia pendidikan di Indonesia.

3. Manfaat PLI

1. Mahasiswa

a. Memperdalam pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerja secara

menghayati adanya ketergantungan kaitan dengan kerjasama antar sektor.

interdisipliner, sehingga

dapat

b. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang kemanfaatan ilmu dan teknologi yang dipelajarinya bagi pelaksanaan pembangunan.

c. Memperdalam penghayatan dan pengalaman mahasiswa terhadap kesulitan yang di hadapi oleh suatu instansi atau perusahaan dalam melaksanakan pembangunan.

2. Instansi Terkait

a. Memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga, serta ilmu dan teknologi dalam merencanakan dan melaksanakan kemajuan perusahaan.

b. Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan dan melaksanakan kinerja perusahaan.

c. Memperoleh pengalaman dalam menggali serta menumbuhkan potensi perusahaan.

d. Memperoleh manfaat dari bantuan tenaga mahasiswa dalam melaksanakan program dan proyek perusahan.

3. Perguruan Tinggi

a. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswanya dalam bidang teknologi sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang disusun perguruan tinggi dapat lebih a. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswanya dalam bidang teknologi sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang disusun perguruan tinggi dapat lebih

b. Memperoleh berbagai kasus yang berharga yang dapat digunakan sebagai contoh dalam memberikan materi perkuliahan dan menentukan berbagai masalah untuk pengembangan penelitian.

c. Dapat menelaah dan merumuskan keadaan/kondisi nyata suatu perusahaan atau instansi yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat mendiagnosa secara tepat kebutuhan suatu instansi atau perusahaan sehingga ilmu dan teknologi yang diamalkan dapat sesuai dengan tuntutan nyata.

d. Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerja sama dengan instansi serta perusahaan lain melalui rintisan kerja sama mahasiswa yang melaksanakan Kerja Praktek.

4. Batasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam laporan kerja praktek ini adalah mengenai Gardu Distribusi 20KVA di PT PLN (PERSERO) WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian

Identifikasi Masalah

Berdasarkan analisa, terdapat beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab terjadinya gangguan pada Pendistribusian Tenaga Listrik pada sisi Teknis khususnya pada Gardu Distribusi dan menjadi Tujuan diadakannya Pemeliharaan antara lain :

1. Pembebanan trafo distribusi yang tidak seimbang.

2. Kondisi peralatan PHB-TR yang tidak standar. 6

3. Tegangan ujung terlalu rendah atau drop tegangan.

5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek dilaksanakan pada tanggal 20 Juni s/d 20 Agustus di PT PLN (PERSERO) WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian, Kabupaten Batang Hari.

6. Metode Pengumpulan Data

Penulis mendapatkan data dan informasi sebagai bahan penyusunan laporan ini melalui beberapa cara :

a. Pengamatan langsung ke lapangan terhadap bidang yang penulis geluti selama kerja praktek ini.

b. Wawancara dan diskusi dengan pihak - pihak yang terkait dengan bidang yang penulis geluti untuk mendapatkan data dan informasi.

c. Mengumpulkan referensi tentang Gardu Distribusi 20kVa

7. Sistematika Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, waktu dan tempat pelaksanaan, batasan masalah, sistematika penyusunan laporan, sejarah berdiri PT PLN (PERSERO) Ws2jb Area Jambi Rayon Muara Bulian, struktur organisasi, peralatan utama di PT PLN (PERSERO) Ws2jb Area Jambi Rayon Muara Bulian

BAB II PERBAIKAN DAN PEMELIAHARAAN GARDU DISTRIBUSI

Berisikan tentang teori-teori mengenai alat-alat yang ada pada gardu distribusi.

BAB III PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari pembahasan penulis.

B. PROFIL PERUSAHAAN

1. Latar Belakang dan Sejarah PT PLN

Pada tahun 1942 sudah berdiri perusahaan swasta Belanda yang mengelola kelistrikan di kota Palembang yaitu NV. Nederland Indischi Gas Maatschapij yang disingkat NV. NIGEM yang memiliki pembangkit tenaga listrik merk SULZER sebanyak 2 unit yang mulai dioperasikan pada tahun 1927 dan mempunyai anak perusahaan di Tanjung Karang. Saat Perang Dunia II, perusahaan listrik di kota Palembang dikuasai oleh Jepang dan diberi nama Denky Kyoky. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang menyerahkan Denky Kyoky kepada Belanda dengan nama NV. OGEM. Pada tahun 1958 pemerintah RI menerbitkan UU No. 86 tentang Nasionalisasi perusahaan milik Belanda termasuk NV. OGEM untuk diambil alih pemerintah RI dan dipegang oleh Perusahaan Listrik dan Gas Sumatera Selatan. Pengambilalihan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1959 yang kemudian di bawah naungan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga (PUT) No. Ment.I/U/24 tahun 1959, maka tenaga listrik dikelola oleh Perusahaan Negara Djakarta. Lalu pada Juni 1960 Menteri

PUT menerbitkan Keputusan tentang Struktur Organisasi Perusahaan Umum Listrik Negara Eksploitasi yang meliputi area kerja Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Riau. Kemudian sesuai Keputusan Menteri PUT pada tahun 1965, maka diadakan perubahan daerah kerja PLN Eksploitasi II meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Jambi dan Bengkulu. Setelah itu pada tahun 1972 dikeluarkan PP No. 18/1972 yang mengubah PLN Eksploitasi II menjadi PLN Eksploitasi IV dengan wilayah kerja yang sama.

Nama PLN Eksploitasi IV inipun tidak bertahan lama dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No. 013/PRT/1975 yang mengubah PLN Eksploitasi IV menjadi PLN Wilayah

IV masih dengan area kerja yang sama dan Kantor Wilayah berkedudukan di Palembang dimana terdiri dari Cabang Palembang, Cabang Tanjung Karang, Cabang Bengkulu, Cabang Lahat, Cabang Jambi, Tanjung Pandan dan Sektor Keramasan. Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan tenaga listrik bagi masyarakat, maka satuan kerja PLN Wilayah IV berkembang menjadi Cabang Bangka, Sektor Bukit Asam, Unit Pengatur Beban Sistem Sumsel dan Sektor Bandar Lampung.

Selanjutnya sesuai Keputusan Direksi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) No 079.K/023/DIR/1996 maka dibentuk PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Suamtera bagian Selatan. Dengan demikian maka PLN Wilayah IV hanya membawahi 7 unit yaitu : Cabang Palembang, Cabang Tanjung Karang, Cabang Jambi, Cabang Bengkulu,Cabang Lahat, Cabang Tanjung Pandan dan Cabang Bangka.

Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 114.K/010/2001, PLN Wilayah IV berubah menjadi Unit Bisnis Sumatera Selatan Jambi Bengkulu Bangka Belitung dan Lampung. Selang beberapa Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 114.K/010/2001, PLN Wilayah IV berubah menjadi Unit Bisnis Sumatera Selatan Jambi Bengkulu Bangka Belitung dan Lampung. Selang beberapa

4 unit yakni Cabang Palembang, Cabang Lahat, Cabang Jambi dan Cabang Bengkulu. Secara garis besar, sejarah perkembangan PLN berdasarkan pembagian kurun waktu tertentu dan dibagi kedalam 7 periode, yaitu :

1. Periode sebelum tahun 1943

7. Periode 1994 – s/d sekarang

1. Periode sebelum tahun 1943

Perusahaan kelistrikan di Indonesia di rintis oleh perusahaan – perusahaan listrik swasta Belanda yaitu oleh pabrik-pabrik dan perusahaan. Melihat kelistrikan untuk umum di nilai menguntungkan, maka muncullah perusahaan-perusahaan listrik milik Belanda seperti :

a. NV ANIEM

b. NV GEBEO

c. NV OGEM

d. Dan lain-lain (perusahaan listrik yang bersifat lokal)

2. Periode 1943 – 1945

Pada waktu pendudukan Jepang perusahaan – perusahaan listrik swasta tersebut diakui secara keseluruhan oleh Jepang dan di kelola menurut situasi suatu kondisi daerah tertentu seperti perusahaan listrik Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra dan lain-lain.

3. Periode 1945 – 1950

Perusahaan Listrik dan Gas di rebut dari Jepang dan melalui Ketetapan Presiden RI. No.1 / S.D / 1945 tanggal 27 Oktober 1945, di bentuk Jawatan Listrik dan Gas yang berkedudukan di Yogyakarta.

Pada masa agresi Belanda I Perusahaan Listrik yang dibentuk dengan Ketetapan Presiden di atas dikuasai kembali oleh pemiliknya semula. Pada masa agresi Belanda II 19 Desember 1948 sebagian besar kantor-kantor Jawatan Listrik dan Gas di rebut oleh pemerintah kolonial Belanda, kecuali daerah Aceh. Tahun 1950 Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi Jawatan Listrik dan Gas milik pemerintahan kolonial Belanda. Sedangkan perusahaan listrik swasta di serahkan kembali kepada pemiliknya semula sesuai hasil Konfrensi Meja Bundar (KMB).

4. Periode 1951 – 1966

Jawatan Tenaga membawahi perusahaan negara untuk membangkitkan tenaga listrik (PENUPETEL) dan diperluaskan dengan membawahi juga perusahaan negara untuk distribusi tenaga listrik (PENUDITEL) pada tahun 1952.

Berdasarkan Keppres No. 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang nasionalisasi perusahaan listrik milik bangsa Belanda yaitu jika konsesi perusahaannya telah berakhir. Maka beberapa perusahaan listrik milik swasta tersebut di ambil alih dan digabungkan ke Jawatan Tenaga.

Kemudian pada tahun 1958 DPR dan Pemerintah RI menerbitkan Undang- undang tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda.

Kemudian Peraturan Pemerintah RI No. 18 tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut Penguasa Perusahaan – Perusahaan Listrik dan Gas (P3LG) menangani proses alih kepemilikannya.

Jawatan Tenaga diubah menjadi Perusahaan Listrik Negara melalui Surat Keputusan Menteri PU dan tenaga No. P. 25 / 45 / 17 tanggal 23 September 1958, sedangkan P3LG dibubarkan pada tahun 1959 setelah Dewan Direktur Perusahaan Listrik Negara (DDPLN) terbentuk.

Berdasarkan U.U No.19 tahun 1960 tentang perusahaan negara, melalui Peraturan Pemerintah RI No. 67 tahun 1961 di bentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU PLN) yang mengelola semua perusahaan listrik, gas dan kokkas berada didalam satu wadah organisasi. Untuk mewujudkan UU dan Peraturan Pemerintah tersebut Menteri PU dan Tenaga pada saat itu menerbitkan Surat Keputusan Menteri PUT No. Ment. 16/1/20, tanggal 20 Mei 1961 yang memuat arahan sebagai berikut :

a. BPU adalah suatu badan negara yang diserahi tugas menguasai dan mengurus perusahaan – perusahaan listrik dan gas yang terbentuk badan hukum.

b. Organisasi BPU PLN di pimpin oleh direksi.

c. Daerah dibentuk daerah eksploitasi yang terdiri atas :

1) 10 daerah eksploitasi listrik umum (Pembangkit dan Distribusi).

2) 2 daerah eksploitasi khusus distribusi listrik.

3) 1 daerah eksploitasi khusus pembangkit listrik.

4) 13 PLN eksploitasi proyek-proyek kelistrikan. 12 4) 13 PLN eksploitasi proyek-proyek kelistrikan. 12

e. Daerah eksploitasi khusus pembangkitan dibagi lebih lanjut menjadi sektor. Tahun 1965 BPU PLN dibubarkan dengan peraturan pemerintah No.

19 dan dibentuk Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Gas Negara (PGN). Tahun 1966,BPU PLN pada masa Kabinet Ampera, PLN di tempatkan dibawah Direktorat Jendral Tenaga Listrik (DITJEN) di dalam lingkungan Departemen Perindustrian Dasar Ringan dan Tenaga (DEPPDAGRI).

5. Periode 1967 – 1985

Dalam Kabinet Pembangunan I Dirjen Gatrik, PLN dan Lembaga Masalah Ketenaga Kerjaan (LMK) dialihkan ke Departemen PUTL. LMK ditetapkan dalam pengelolaan PLN melalui Peraturan Menteri PUTL No. 6 / PRT / 1970. Tahun 1972, PLN ditetapkan sebagai Perusahaan Umum melalui Peraturan Pemerintah No. 18. pemerintah juga memberikan tugas-tugas pemerintahan di bidang kelistrikan kepada PLN untuk mengatur, membina, mengawasi pelaksanaan perencanaan umum bidang kelistrikan nasional, disamping tugas-tugas sebagai perusahaan.

Mengingat kebijaksanaan energi dipandang perlu untuk ditetapkan secara nasional, maka pada Kabinet Pembangunan II dibentuk Departemen Pertambangan dan Energi kemudian PLN serta PGN berpindah lingkungan dari Departemen PUTL ke Departemen Pertambangan di bidang

Dalam Kabinet Pembangunan IV Dirjen Ketenagaan diubah menjadi Dirjen Listrik dan Energi Baru (LEB) perubahan nama ini memperjelas tugas dan fungsinya yaitu :

a. Pembinaan Program Kelistrikan.

b. Pembinaan Pengusahaan Kelistrikan.

c. Pengembangan Energi Baru. Terlihat bahwa tugas-tugas Pemerintahan yang semula dipikul oleh PLN (secara bertahap dikembalikan ke Departemen), sehingga PLN dapat lebih memusatkan fungsinya sebagai perusahaan.

6. Periode 1985 – 1993

Mengingat tenaga listrik sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara umum serta untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi secara khusus dan oleh karena itu usaha penyediaan tenaga listrik, pemanfaatan, dan pengelolaannya perlu ditingkatkan agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup merata dengan mutu pelayanan yang baik kemudian dalam rangka peningkatan pembangunan yang berkesinambungan di bidang ketenagalistrikan di perlukan upaya untuk secara optimal memanfaatkan sumber-sumber energi untuk membangkitkan tenaga listrik sehingga menyediakan tenaga listrik terjamin tetapi untuk mencapai maksud tersebut, pemerintah Republik Indonesia menganggap bahwa ketentuan dan perundang-undangan yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan pembangunan di bidang ketenagalistrikan, maka bersama-sama dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menetapkan Undang- undang No. 15 tahun 1985 tentang ketenagalistrikan.

Kemudian sebagai pengejawatan Undang-undang tersebut pemerintah menempatkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.

Berdasarkan Undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut di tetapkan bahwa PLN merupakan salah satu pemegang kuasa ketenagalistrikan, berhubung dengan itu maka agar didalam pelaksanaan operasional sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan sesuai dengan makna yang terkandung di dalam Undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut di atas, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 tahun 1990 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara.

Peraturan ini merupakan dasar hukum pengelolaan perusahaan umum listrik negara sebagai pemegang kuasa ketenagalistrikan.

7. Periode 1994 s/d sekarang

Mengingat listrik sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara umum, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1994 tentang peralihan bentuk Perusahaan Listrik Negara (PERUM) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) serta telah di tanda tanganinya akta notaris Sujipto, SH No. 169 tanggal 30 Juli 1994 tentang Pendirian Perusahaan Terbatas (PT) Perusahaan Milik Negara atau disingkat PT. PLN (Persero) telah didirikan dengan modal Rp. 63.000.000.000.000,00 (Enam Puluh Tiga Triliun Rupiah) modal yang ditempatkan dan disetor penuh Rp. 13.000.000.000.000,00 (Tiga Belas Triliun Rupiah) segala hak dan kewajiban, kekayaan serta pegawai

Perusahaan Umum Listrik Negara yang ada pada saat pembubaran beralih kepada PT. PLN (Persero).

Alamat kantor PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Selatan Jambi dan Bengkulu: Jl. Kapten A. Rivai No. 37 Palembang 30129 No Telp. 0711 – 358355 No Fax. 0711 – 310376 Email Keluhan Pelayanan : kontakkami.s2jb@pln.co.id Email Keperluan Bisnis : plns2jb@pln.co.id Twitter: @plns2jb (www.twitter.co.id/plns2jb) Facebook : PT PLN (Persero) Wilayah S2JB

2. Visi dan Misi PT. PLN (Persero) Visi Perusahaan :

“Diakui sebagai unit distribusi terbaik dengan pelayanan kelas dunia sesuai prinsip efisien, andal dan berkualitas dilandasi potensi insani

Misi Perusahaan :

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kwlitas kehidupan masyarakat

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

MOTTO : LISTRIK UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK ( ELECTRICITY FOR A BETTER LIFE )

3. Struktur Organisasi

PT.PLN WS2JB Rayon Muara Bulian Jambi memiliki beberapa seksi/bagian yang dipimpin oleh supervisor yang bertanggung jawab kepada PT.PLN serta masing-masing seksi/bagian memiliki beberapa tugas dan tanggung jawab yang dikelola oleh beberapa pegawai. Setiap pegawai memiliki tugas sesuai dengan bagian masing-masing.

Kerangka kerja yang terbentuk diatas dasar merupakan struktur organisasi itu sendiri. Kerangka kerja di bawah ini bukanlah suatu hal yang statis, kerangka ini ada pada saat menggambarkan siapa yang mengerjakan dan merumuskan hubungan antara bagian-bagian berbeda dari organisasi tersebut. Hal ini dapat terus berubah disekitar atau dibelakang struktur formal yang ada terjadi pada semua jenis proses informal sehingga hal ini dapat membuatnya bekerja.

Supervisor PT.PLN WS2JB Area Jambi Rayon Muara Bulian tersebut adalah :

STRUKTUR ORGANISASI PT PLN (PERSERO) WS2JB AREA JAMBI

TINGKAT UNIT ORGANISASI II

RAYON MUARA BULIAN

MANAJER RAYON ARLIN JIHAR SIHOMBING MUARA BULIAN

SPE02-25

TGL JAB

Analyst Kinerja Rayon

Analyst Kinerja Rayon

RIVALDY PENTA SULASTANTO SPV. TEKNIK

SPV. TRANSAKSI ENERGI NURHADI NIP

SPV PP & ADMINISTRASI VICKY INDRA SAPUTRA

NIP 7194014W GRADE

GRADE SPE03-26 TGL JAB

BAS02-08

GRADE

BAS03-04

TGL JAB 01/01/2015 AO. Operasi Distribusi

AE. Pengendalian Susut & PJU JE. Pengendalian Susut & PJU SULTAN PRAYUDA NIP

JO. Operasi Distribusi RAMA ANDRIANSYAH

AA. Pelayanan Pelanggan SRI ANDAYANTI

JA. Pelayanan Pelanggan

NIP 8406026B GRADE

GRADE BAS02-08 TGL JAB

GRADE

BAS4E-02

GRADE

SPE04-01

GRADE

GRADE

TGL JAB 01/01/2015 AT. Pemeliharaan Distribusi

AT. Penyambungan Pemutusan JT. Penyambungan dan Pemutusan TIAR HARIS YUDISTIRA NIP

JT. Pemeliharaan Distribusi AGUNG PRASETIAWAN

AO. Pengendalian Piutang

JO. Pengendalian Piutang

NIP 8508011B GRADE

GRADE BAS02-07 TGL JAB

GRADE

BAS4E-01

TGL JAB 01/01/2015 AE. Pengendalian Konstruksi

AO. Pembacaan Mtr & P.Rekening JO. Pembacaan Mtr & P.Rekening NIP

JE. Pengendalian Konstruksi

AA. Akuntansi & Keuangan ADISTYAN NOGI SETIAWAN

JA. Akuntansi & Keuangan

NIP GRADE

GRADE TGL JAB

GRADE

GRADE

SPE04-01

GRADE

GRADE

TGL JAB AO. Administrasi Teknik

JT. Pemeliharaan APP NIP

JO. Administrasi Teknik

AO. Administrasi Umum & K3

JO. Administrasi Umum & K3

AT. Pemeliharaan APP

NIP GRADE

GRADE TGL JAB

GRADE

GRADE

GRADE

GRADE

TGL JAB

TGL JAB

TGL JAB

TGL JAB

TGL JAB

C. Perencanaan Kegiatan PLI di Perusahaan/Industri Tahap–tahap Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri :

Pertama - tama penulis mengurus surat izin untuk melaksanakan PLI kepada unit hubungan industri FT-UNP, kemudian menghubungi koordinator PLI untuk menentukan dosen pembimbing selama melaksanakan PLI. Kemudian penulis menghubungi pihak perusahaan dan menyampaikan surat untuk melaksanakan PLI diperusahaan tersebut. Setelah semuanya selesai dan disetujui kemudian penulis melaksanakan PLI di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian. Adapun pelaksanaan PLI di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian, dilaksanakan selama 56 hari yang dimulai dari 20 Juni s/d 20 Agustus 2016. Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal kegiatan.

Rincian kegiatan tersebut adalah :

1. Hari pertama berupa perkenalan dengan staf dan pimpinan PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian.

2. Penetapan judul laporan.

3. Pengambilan data dilaksanakan selama dua minggu, yaitu

mengumpulkan semua informasi tentang topik yang diamati.

4. Konsultasi laporan.

5. Menyusun laporan. Berkenaan dengan program studi Pendidikan Teknik Elektro maka

penulis mengambil judul “Pengoperasian Gardu Distribusi” di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian .”

D. Pelaksanaan Kegiatan PLI serta Hambatan yang di Temukan dan Penyelesaiannya.

1. Lokasi Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri.

Tempat mahasiswa melaksanakan PLI ditentukan oleh koordinator Pengalaman Lapangan Industri atau dipilih oleh mahasiswa yang bersangkutan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan atau industri mempunyai badan hukum yang sah serta bergerak dalam bidang produksi dan jasa.

2. Perusahaan atau industri dalam melakukan kegiatan atau operasinya memerlukan tenaga kerja atau ahli yang bisa memberikan bimbingan kepada mahasiswa selama mengikuti PLI.

3. Melalui kegiatan atau operasi yang dilakukan perusahaan, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman langsung dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya di FT-UNP.

Berdasarkan kriteria diatas, penulis mencoba menghubungi dan mengajukan permohonan PLI pada PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian dan hasilnya diperkenankan untuk melaksanakan PLI ditempat tersebut.

2. Pelaksanaan Beserta Hambatan Pada Saat Kegiatan PLI

Selama melaksanakan praktek lapangan Industri di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian ada beberapa hambatan. Masalah– masalah yang ditemui penulis selama melakukan kegiatan pengalaman

1. Dalam melakukan kegiatan survei ke lapangan, penulis merasa kesulitan karena ini merupakan pengalaman pertama dalam mengikuti kegiatan lapangan dan perjalanan yang dilalui jauh dan sulit.

2. Dalam melakukan survei ke lapangan penulis tidak dapat melakukan seluruh pekerjaan yang diminta oleh supervisor karena pekerjaan tersebut sulit dan membutuhkan alat bantu beserta pengaman untuk keselamatan kerja.

3. Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan gardu distribusi di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian dilakukan tidak secara berkala sehingga penulis tidak dapat menyaksikan langsung bagaimana proses dalam pemeliharaan tersebut.

Usaha yang ditempuh penulis dalam menyelesaikan masalah– masalah yang dihadapi selama melaksanakan kegiatan pengalaman lapangan industri yaitu penulis harus lebih banyak bertanya pada supervisor dan kepada para operator yang lebih mengerti tentang sistem pada gardu distribusi, sehingga pengetahuan yang tidak di dapat di kampus menjadi bertambah dan lebih mudah dipahami. Khusus pemeliharaan Gardu Distribusi yang kurang di pahami bagaimana prosesnya, penulis harus rajin bertanya dan juga membaca buku-buku mengenai proses pemeliharaan komponen_komponen yang ada pada gardu distribusi tersebut. Selama mengikuti kegiatan di PT. PLN (Persero) WS2JB Rayon Muara Bulian penulis banyak mempelajari ilmu yang tidak diajarkan di

BAB II PERBAIKAN DAN PEMELIAHARAAN GARDU DISTRIBUSI DI PT.PLN (Persero) WS2JB AREA JAMBI RAYON MUARA BULIAN

A. Aspek-Aspek Teoritis

Gardu distribusi adalah bangunan gardu transformator yang memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pemanfaat baik dengan Tegangan Menengah maupun Tegangan Menengah (Hendrianto Lisanuddin : Pedoman Sertifikasi Laik Operasi Instalasi Distribusi Tenaga Listrik ).

Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu system distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau membagikan/mendistribusikan tenaga lisrik pada beban/konsumen baik konsumen tegangan

tegangan rendah (http://ezkhelenergy.blogspot.co.id/2013/10/gardu-distribusi.html). Konstruksi Gardu distribusi Transformator Distribusi digunakan untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan tinggi menjadi tegangan terpakai pada jaringan pada jaringan distribusi tegangan rendah (Step Down Transformer) misalkan : Tegangan 20 kV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt

Sedang Transformator yang digunakan untuk menaikan tegangan listrik (Step Up Transformer). Hanya digunakan pada pusat pembangkit tenaga listrik agar tenaga yang di distribusikan pada suatu jaringan panjang (Long Line) tidak mengalami penurunan tegangan (voltage drop) yang berarti : tidak melebihi ketentuan Voltage Drop yang diperkenankan 5% dari ketegangan semula. Adapun alur proses arus listrik dari sumber pembangkit ke konsumen adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Proses dari Pembangkit ke Konsumen Ada 2 jenis gardu distribusi yang pasang luar, yaitu: Gardu Portal

Gambar 2. Gardu Portal

Gardu Portal merupakan salah satu dari Jenis Konrtuksi Gardu Tiang, yaitu gardu distribusi tenaga listrik tipe terbuka ( Out-door ), dengan peralatan pengaman, Fuse Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur Link type Gardu Portal merupakan salah satu dari Jenis Konrtuksi Gardu Tiang, yaitu gardu distribusi tenaga listrik tipe terbuka ( Out-door ), dengan peralatan pengaman, Fuse Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur Link type

Gardu Cantol

Gambar 3. Gardu Cantol Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah transformator dengan daya ≤ 100 kVA, dengan peralatan tiang, pengaman, Fuse Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur Link type expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator akibat surja petir.

Berikut adalah pembagian dari Gardu Distibusi :

1. JTM

Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.

Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan feeder atau penyulang. Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (V L-L ).

Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM) :

a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton (PT. PLN (PERSERO) Edisi 1 Tahun 2010).

Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia (PT. PLN (PERSERO) Edisi 1 Tahun 2010).

SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross Arm dan konduktor. Konduktor (kabel) yang digunakan adalah aluminium

2 2 2 (AAAC), berukuran 240 mm 2 , 150 mm , 70 mm dan 35 mm .

Gambar 4. Saluran Udara Tegangan Menengah

b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)

Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan andal untuk mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang sama (PT. PLN (PERSERO) Edisi 1 Tahun 2010)..

Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling (terowongan beton).

Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar. Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya :

• Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang. • Tidak merusak estetika (keindahan) kota. • Pemeliharaannya hampir tidak ada.

c. Peralatan Kontruksi Untuk SKTM

1) Kabel

Jenis kabel tegangan menengah adalah :

1) Poly Vinil Chlorida (PVC) Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV.

2) Poly Ethylene (PE) Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV. Contoh : CPT dan VIC

3) X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE) Contoh : CVC5ZV, Jointing, Termination, Sepatu kabel (Schoen cable), Instalasi Pembumian

d. Peralatan Konstruksi Untuk SUTM

a. Tiang Listrik Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan pemakaian sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik biasanya berupa pipa makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter besar. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.

Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor mekanis seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban penghantar, kekuatan tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut kegunaanya :

· Tiang awal / akhir · Tiang penyangga

· Tiang sudut · Tiang Peregang / tiang tarik · Tiang Topang

b. Cross Arm (Lengan Tiang)/ Travers Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat lubang-lubang baut. Dalam bahasa lapangannya pada pln yaitu bracket.

Gambar 5. Cross Arm

c. Isolator

1) Isolator Tumpu Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross Arm (bracket). Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator tumpu

Gambar 6. Isolator Tumpu

2) Isolator Tarik/Hang Tarik Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga. Isolator tarik/hang tarik juga berfungsi pengencang dan penahan kabel.

Gambar 7. Hang Tarik

2. LIGHTING ARRESTER (LA)

Arrester adalah pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73), LA juga digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap tegangan lebih surja petir.

Menurut Hutauruk (1991: 101) arester atau penangkap petir, adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Menurut Aditya (2010: 15) Arester berfungsi untuk melindungi peralatan dari gangguan akibat sambaran petir. Arester berlaku sebagai jalan pintas dari sistem petir. Arester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas itu harus sedemikian rupa sehingga tidak menganggu aliran arus pada sistem. Pada kerja normal arester itu berlaku sebagai isolator karena terbuat dari bahan silikon karbid dan bila timbul surja arester berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan aliran arus yang tinggi langsung ke tanah. kesimpulannya arester dapat memutuskan arus susulan tanpa menimbulkan gangguan.

system pemasangan LA, Sebagai berikut :

a. LA dipasang antara SUTM dan Fuse Cut Out (FCO). Apabila SUTM terkena gangguan surja petir, maka arus gangguan akan diamankan LA dan selanjutnya disalurkan ketanah.

b. LA dipasang setelah Fuse Cut Out (FCO). Apabila SUTM tersambar surja petir, maka arus gangguan akan diamankan CO lebih dan arus sisa gangguan akan diamankan lebih lanjut oleh LA

Alat pelindung terhadap gangguan surya ini berfungsi melindungi sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan yang lebih dan mengalirkannya ketanah. Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan sistem 50 Hz untuk waktu yang tak terbatas dan harus Alat pelindung terhadap gangguan surya ini berfungsi melindungi sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan yang lebih dan mengalirkannya ketanah. Berhubung dengan fungsinya itu ia harus dapat menahan tegangan sistem 50 Hz untuk waktu yang tak terbatas dan harus

Prinsip kerja dari Arrester atau Lighting Arrester (LA) : Sela api (spark garp )

Grounding/Penyambung kabel untuk ke pentanahan.(Tahanan kran)

Gambar 8. Lighting Arrester

Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolator tetapibila timbul surja arrester berlaku sebagai konduktor yang Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolator tetapibila timbul surja arrester berlaku sebagai konduktor yang

1) Sela api (spark gap)

2) Tahanan kran (valve resistor) Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan bawah dari

tegangan percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Seringkali masalah ini dapat dipecahkan hanya dengan menerapkan cara-cara khusus pengaturan tegangan (voltage control) oleh karena itu sebenarnya arrester terdiri dari tiga unsur diantaranya, yaitu :

1) Sela api (spark gap)

2) Tahanan kran (valve resistor)

3) Tahanan katup dan sistem pengaturan atau pembagian tegangan (grading sistem).

Gambar 9. Penempatan pengaman arester pada gardu distribusi

3. Fuse cut Out (FCO)

merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja denga cara meleburkan bagian dari komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih (over load current) . Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya. Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus, dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.

(http://dunialistrikelektron.blogspot.co.id/2015/04/prinsip-kerja-fuse-cut- out-fco.html). FCO ini berfungsi sebagai alat pelindung Trafo dari Arus hubungan Singkat dan sebagai alat untuk membebeskan sumber tegangan jika dilakukan pemeliharaan. Proteksi pada FCO ini dipasang dalam bentuk Fuse Link yang dapat disesuaikan dengan Arus Nominal Trafo distribusi yang terpasang.

Gambar 10. Fuse Cut Out

Prinsip Kerja Fuse Cut Out (FCO) :

Pada sistem distribusi fuse cut out yang digunakan mempunyai prinsip kerja melebur, apabila dilewati oleh arus yang melebihi batas arus nominalnya. Biasanya Fuse Cut Out dipasang setelah PTS maupun LBS untuk memproteksi feeder dari gangguan hubung singkat dan dipasang seri dengan jaringan yang dilindunginya, Fuse Cut Out juga sering ditemukan pada setiap transformator.

Penggunaan fuse cut out ini merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan distribusi. Karena fuse cut out boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang memiliki penampang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang diperkenankan mengalir di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan pada faktor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi. Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut.

Gambar 11. Bagian-bagian Fuse Cut Out

Keterangan :

1. Isolator Porselin

2. Kontak Tembaga (disepuh perak)

3. Alat Pemadam/Pemutus Busur

4. Tutup Yang Dapat dilepas (dari kuningan)

5. Mata kait (dari brons) 6. Tabung pelebur (dari resin)

7. Penggantung (dari kuningan)

8. Klem pemegang (dari baja)

9. Klem terminal (dari kuningan)

4. Transformator

Menurut Sumanto (1999: 1),transformator adalah suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektro magnetik. Menurut Zuhal (2000: 43) mengatakan trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik lain, melalui suatu hubungan magnet dan berdasarkan prinsip induksi- elektromagnet.

Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan menyalurkan energy listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Transformator terdiri atas pasangan kumparan primer dan sekunder yang terpisah dan dililitkan pada inti besi lunak yang terbuat dari plat besi yang disusun berlapis-lapis. Prinsip dasar transformator adalah berdasarkan percobaan yang dilakukan pertama kali oleh Faraday. Perhatikan skema rangkaian percobaan Faraday berikut ini!

Gambar 12: Skema Rangkaian Percobaan Faraday

Pada Gambar di atas, diamati bahwa rangkaian primer terdiri atas kumparan primer yang dililitkan di sebelah kiri inti besi dan dihubungkan dengan sebuah aki. Rangkaian sekunder terdiri atas kumparan sekunder yang dililitkan di sebelah kanan inti besi dan dihubungkan dengan sebuah galvanometer.

Pada saat arus mengalir melalui kumparan primer, arus listrik yang mengalir pada kumparan primer berubah dari nol ke nilai tetapnya. Arus listrik tersebut menghasilkan garis-garis gaya magnetik. Sesuai dengan kaidah tangan kanan, arus listrik ini akan menghasilkan garis-garis gaya magnetik yang memotong kumparan sekunder.

Karena arus listrik dalam rangkaian primer selalu berubah-ubah dari nol ke nilai tetapnya, garis-garis gaya magnetik yang memotong kumparan sekunder pun berubah-ubah dari nol ke nilai tetapnya. Perubahan garis gaya magnetik yang memotong kumparan sekunder akan membangkitkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan sekunder. Dengan adanya arus listrik induksi yang mengalir melalui galvanometer, jarum galvanometer akan menyimpang, misalnya ke kanan.

Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan

Gambar 13. Transformator Gambar 14. Bagian Transformator

Transformator juga memiliki bagian bagian yaitu :

1) Bushing Primer

2) Bushing Sekunder

3) Tap Changer

4) Name Plate

5) Kran Minyak Trafo

Gambar 15. Name Plate Trafo

Inti Besi

Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi,magnetik yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi,magnetik yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari

a. Kumparan Transformator

Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.

b. Minyak Transformator