Laporan Kerja Praktik Lapangan. doc

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Dalam Sistem Pendidikan Indonesia, penyampaian materi perlu dilaksanakan secara
formal ataupun non formal. Kedua cara tersebut haruslah seimbang dalam
pelaksanaannya. Pendidikan formal merupakan pendidikan berjenjang dan ditempuh
dengan waktu relatif lama mulai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan
Atas, dilanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal dapat
dilaksanakan di luar sekolah formal dengan waktu relatif singkat. Pendidikan non
formal meliputi pendidikan keahlian, kursus, dll. Dengan mengikuti sistem
pendidikan formal dan non formal, diharapkan Sistem Pendidikan Nasional
melahirkan para pemuda berintelektual dan siap kerja.
Universitas Negeri Semarang (UNNES) merupakan lembaga pendidikan formal
dengan sistem pendidikan
Universitas Negeri Semarang (UNNES) merupakan satu lembaga pendidikan yang
menciptakan dan membentuk mahasiswa yang berintelektual tinggi yang nantinya sebagai
penerus bangsa dan diharapkan dapat membangun bangsa dan negara sepenuhnya. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang khususnya jurusan Akuntansi menerapkam pendidikan di
luar perkuliahan melalui Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang merupakan salah satu kegiatan
penunjang pengembangan materi dan kemampuan serta sebagai wawasan dan pelengkap

materi perkuliahan di kelas, agar nantinya keahlian yang diperoleh dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari – hari.
Kuliah Kerja Lapangan merupakan kegiatan wajib bagi mahasiswa program S1 dan D3
serta akta transfer. Oleh karena itu setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan ini yang objek
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sisesuaikan dengan jurusan dan prodi masing-masing. Berdasarkan
hal tersebut maka jurusan Akuntansi mengadakan KKL di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

1

B. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan ( KKL )

Kuliah Kerja Lapangan ini mempunyai manfaat yang sangat banyak bagi jurusan non
pendidikan khususnya jurusan Akuntansi, salah satu dampaknya yaitu memberikan bekal
pengetahuan,keterampilan dan praktik khususnya yang berkenaan dengan penerapan konsep
dan teori yang diperoleh di perkuliahan hingga penerapannya dilapangan sehingga akan
menumbuhkan profesionalisme kerja bagi mahasiswa.
Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) antara lain
sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memadukan atau mencocokan antara teori yang diperoleh
diperkuliahan, sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih mudah dipahami oleh

mahasiswa itu sendiri,dan mendapat penjelasan langsung dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
2. Mahasiswa dapat melihat penerapan konsep yang diperoleh di perkuliahan langsung
dengan penerapan konsep langsung dilapangan mengenai pengawasan keuangan.
3. Mahasiswa dapat memperoleh ilmu baru dan penjelasan langsung mengenai
perkembangan Badan pemeriksa keuangan (BPK).

C. Manfaat Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Manfaat yang diperoleh dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini antara lain :
1. Memperdalam ilmu pengetahuan mahasiswa tentang bidang pengetahuan yang dalam hal
ini adalah pengetahuan mengenai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
2. Mengasah pikiran mahasiswa yang melaksanakan penelaahan dan pemecahan masalah
yang ada di lapangan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Proses dan sistem kerjaBADAN PEMERIKSA KEUANGAN
(BPK)serta fungsinya.
2

4.

Mahasiswa dapat mencocokan teori dan praktiknya berdasarkan ilmu yang telah

didapatkan.

D. Objek KKL
Objek Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri Akuntansi 2013 kelompok 3 Akuntansi
adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)wilayah Bali.

E. Waktu Pelaksanaan KKL
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri Akuntansi 2013kelompok 3 Akuntansi
dilaksanakan pada :
Hari

:

Tanggal

:

Waktu

:


F. Peserta KKL
Peserta KKL Mandiri Akuntansi2013 adalah :
1. Kelas Akuntansi SI A
2. Kelas Akuntansi S1 B
3. Kelas Akuntansi S1 C
4. Kelas Akuntansi D3

3

G. Metode Pembuatan Laporan
Dalam Pembuatan laporan ini digunakan 3 metode yaitu :
1. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
2. Metode wawancara atau interview
Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab antara peserta KKL Mandiri Akuntansi
2013 dengan pihak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada waktu presentasi yang disajikan
oleh pihak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).


3. Metode Kepustakaan
Metode ini dilakukan untuk memperoleh sumber-sumber data sebagai pelengkap
dalam laporan ini yang berasal dari buku-buku dan artikel-artikel mengenai perbankan serta
data dari internet.

H. Sistematika Laporan KKL
Sistematika Laporan KKL dimaksudkan untuk mempermudah permohonan tentang
laporan yang akan dibahas. Oleh karena itu penulis menyajikan sistematika laporan dalam KKL
ini yaitu sebagai berikut :

♦ BAB I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang KKL, tujuan dan manfaat KKL, objek, waktu
pelaksanaan KKL, peserta KKL, metode pembuatan laporan dan sistematika laporan KKL.

4

♦ BAB II Profil Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Bab ini berisikan sejarah,visi dan misi, serta bidang/departemen badan pemeriksa
keuangan (BPK).


♦ BAB III
Bab ini berisikan sistem kerja Badan Pemeriksa Keuangan mulai dari detail sumber
keuangan sampai pelaporan akuntansinya serta tugas dari BPK sendiri yaitu pemeriksaan
keuangan

yang

didalamnya

menjelaskan

prosedur-prosedur

pemeriksaan

keuangan

pemerintah.

♦ BAB IV Penutup

Berisi tentang kesimpulan dari uraian sebelumnya dan saran dari penulis yang telah
didapatkan selama menyusun laporan ini.

BAB II
PROFIL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)

A. SejarahBadan Pemeriksa Keuangan (BPK).

5

Sejarah BPK RI
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan
yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945
tersebut telah dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28
Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1
Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu Badan
Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan

Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah
mengumumkan kepada semua instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas
dan kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk
sementara masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku bagi
pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan Hindia
Belanda), yaitu ICW dan IAR.Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6
Nopember 1948 tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari
Magelang ke Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta
tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5) UUD Tahun
1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK Presiden RI
tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949.
Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk Dewan
Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu alat
perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31
Desember 1949, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
di Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor menempati bekas
kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Netherland Indies Civil
Administration (NICA).Dengan kembalinya bentuk Negara menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan

RIS yang berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan

6

Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor menempati
bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia Dewan Pengawas Keuangan
RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene
Rekenkamer di Bogor.
Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan
berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas Keuangan
berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pasal
23 (5) UUD Tahun 1945.Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi
Dewan Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas
Keuangan RI (UUDS 1950), kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan
berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan kegiatannya masih tetap
menggunakan ICW dan IAR.Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi
dan Ambeg Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11/MPRS/1960 serta
resolusi MPRS No. 1/Res/MPRS/1963 telah dikemukakan keinginan-keinginan untuk
menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga dapat menjadi alat kontrol
yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka pada tanggal 12 Oktober 1963,

Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 7
Tahun 1963 (LN No. 195 Tahun 1963) yang kemudian diganti dengan Undang-Undang
(PERPU) No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru.
Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965 yang
antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar Revolusi pemegang
kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas penyusunan dan pengurusan
Keuangan Negara. Ketua dan Wakil Ketua BPK RI berkedudukan masing-masing
sebagai Menteri Koordinator dan Menteri.Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan
No.X/MPRS/1966 Kedudukan BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula
sebagai Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu
diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5 Tahun 1973
Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan
Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam
Sidang Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga
pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP

7

MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan
Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan

negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan
profesional.
Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI
dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK RI hanya
diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD 1945
dikembangkan menjadi satu bab tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E, 23F,
dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di
bidang Keuangan Negara, yaitu;


UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara



UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara



UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara

B. Struktur Dan Tugas Anggota Badan Pemeriksa Keuangan

Tugas pimpinan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sebagai individu berbeda
dengan tugas BPK sebagai badan/lembaga. Masing-masing anggota BPK memiliki
tugas yang diatur dengan jelas. BPK memiliki sembilan anggota yang terdiri dari
Ketua, Wakil Ketua, Anggota I, Anggota II, Anggota III, Anggota IV, Anggota V,
Anggota VI, dan Anggota VII. Ke-9 anggota tersebut disebut sebagai Pimpinan BPK.

C. Tugas Pimpinan BPK
8

Berikut ini tugas pimpinan BPK mulai dari Ketua, Wakil sampai Anggota ke-VII.
1. Ketua merangkap Anggota (Drs. Hadi Poernomo, Ak.)


KelembagaanBPK
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara secara
umum
Hubungan Kelembagaan Dalam Negeri dan Luar Negeri

2. Wakil Ketua merangkap Anggota (Hasan Bisri, S.E., M.M.)


Pelaksanaan Tugas Penunjang dan Sekretaris Jenderal
Penanganan Kerugian Negara.

3. Anggota I (Dr. H. Moermahadi Soerja Djanegara , S.E., Ak., M.M.)


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang
Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan.
Departemen Luar Negeri
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Departemen Pertahanan Departemen Perhubungan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
Kejaksaan Agung
Polri
Badan Intelijen Negara
Badan Narkotika Nasional
Badan Meteorologi dan Geofisika
Lembaga Ketahanan Nasional
Dewan Ketahanan Nasional
Lembaga Sandi Negara
Komisi Nasional HAM
Komisi Pemberantasan Korupsi Komisi Pemilihan Umum
Lembaga terkait di lingkungan entitas pemeriksaan tersebut di atas

9

4. Anggota II (Drs. H. Taufiequrachman Ruki, S.H.)


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang
Perekonomian dan Perencanaan Pembangunan Nasional
Pemeriksaan Investigatif
Departemen Keuangan
Departemen Perdagangan
Departemen Perindustrian
Bank Indonesia
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
BAPPENAS
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Menengah
Badan Koordinasi Penanaman Modal
Badan Pusat Statistik
PPATK
PT. Perusahaan Pengelola Aset
Lembaga Penjamin Simpanan
Badan Standardisasi Nasional
Lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas

5. Anggota III (Dr. Agung Firman Sampurna, S.E., M.Si.)


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang
Lembaga Negara, Kesejahteraan Rakyat, Kesekretariatan Negara, Aparatur
Negara, Riset dan Teknologi
MPR, DPR, DPD, MA, BPK, MK, KY
Departemen Sosial
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Departemen Komunikasi dan Informatika
Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan

10

Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga
Kementerian Negara Perumahan Rakyat
Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
LIPI
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Perpustakaan Nasional
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana
Badan Pelaksana Tabungan Perumahan
Sekretariat Negara
BKKBN
Badan Kepegawaian Negara
BPKP
Badan Pertanahan Nasional
Lembaga Administrasi Negara
Arsip Nasional
Badan Pengelola Gelora Bung Karno
Badan Pengelola Komplek Kemayoran
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Lembaga Penyiaran Publik RRI dan TVRI
LKBN Antara
Taman Mini Indonesia Indah
Lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas
6. Anggota IV (Dr. Drs. Ali Masykur Musa, M.Si.)


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang
Lingkungan Hidup, Pengelola Sumber Daya Alam, dan Infrastruktur.
Departemen Pertanian
Departemen Kehutanan

11

Departemen Kelautan dan Perikanan
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Pekerjaan Umum
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Badan Pengatur Hilir Migas
Lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas
7. Anggota V (Drs. Sapto Amal Damandari, Ak., C.P.A.)


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah dan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan pada Wilayah I (Sumatera dan Jawa)
Departemen Dalam Negeri
Departemen Agama
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nangroe Aceh Darussalam
Badan Pengembangan Industri Pulau Batam
Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan BUMD di wilayah:
Provinsi NAD
Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Barat
Provinsi Riau
Provinsi Kepulauan Riau
Provinsi Jambi
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Bengkulu
Provinsi Bangka Belitung
Provinsi Lampung
Provinsi Banten
Provinsi Jawa Barat
Provinsi DKI Jakarta
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi DI Yogyakarta
Provinsi Jawa Timur
Lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas

12

8. Anggota VI (Dr. H. Rizal Djalil)


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah dan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan pada Wilayah II (Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua)
Departemen Kesehatan
Departemen Pendidikan Nasional
Kementerian negara Pembangunan Daerah Tertinggal
Badan Pengawas Obat dan MakananPemerintah Provinsi, Kabupaten Kota,
dan BUMD di wilayah:
Provinsi Bali
Provinsi NTB
Provinsi NTT
Provinsi Kalimantan Barat
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Timur
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Gorontalo,
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Maluku Utara
Provinsi Maluku
Provinsi Irian Jaya Barat
Provinsi Papua
Lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas

9. Anggota VII (Bahrullah Akbar, B.Sc., Drs., S.E., M.B.A.)


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang
Keuangan negara yang Dipisahkan

13

Kementerian Negara BUMNBUMN dan anak perusahaan
Badan Pelaksana Pengendalian Usaha Migas (termasuk Kontraktor
Production Sharing/KPS Pertambangan)
Badan Pembina proyek Asahan dan Otorita Pengembangan Proyek
AsahanLembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas.

C. Visi dan Misi BPK RI
VISI
Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata kelola
keuangan negara yang akuntabel dan transparan.
MISI
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
2. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara; dan
3. Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk penyalahgunaan dan
penyelewengan keuangan negara.

sesuai dengan SK BPK RI
TUJUAN STRATEGIS
Melalui pelaksanaan misinya, BPK berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan strategis
sebagai berikut:
1. Mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada
peraturan

perundang-undangan,

ekonomis,

efisien,

efektif,

transparan,

bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;

14

dan

2. Mewujudkan pemeriksaan yang bermutu untuk menghasilkan laporan hasil
pemeriksaan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan;
dan
3. Mewujudkan birokrasi yang modern di BPK.

NILAI-NILAI DASAR
Dalam melaksanakan misinya BPK menjaga nilai-nilai dasar sebagai berikut:
1. Independensi

Kami menjunjung tinggi independensi, baik secara kelembagaan, organisasi,
maupun individu. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan
pemeriksaan, kami bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan
pribadi, ekstern, dan/atau organisasi yang dapat mempengaruhi independensi.
2. Integritas

Kami membangun nilai integritas dengan bersikap jujur, obyektif, dan tegas
dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.
3. Profesionalisme

Kami membangun nilai profesionalisme dengan menerapkan prinsip kehatihatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar yang
berlaku.
Visi & Misi dituangkan dalam Rencana Strategis

BAB III
PENGELOLAAN KEUANGAN

15

A. Sumber Keuangan
Sumber keuangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)diantaranya melalui penerimaan
baik dari pajak pusat (negara) maupun dari pembiayaan pemerintah. Dimana dana tersebut
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

B. Sistem Akuntansi/Pencatatan
Akuntansi adalah Proses / Kegiatan dari (suatu seni dalam) pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan penganalisaan dengan cara yang lazim dan dalam satuan uang
atas transaksi dan kejadian yang setidak-tidaknya mempunyai sifat keuangan, serta penginterpretasian hasil pencatatan tersebut.
Pembukuan adalah proses pencatatan transaksi keuangan baik secara langsung maupun tidak
langsung yang mempengaruhi posisi harta, utang, dan modal.
Persamaan akuntansi secara umum adalah :
1. Harta = Hutang
2. Harta = Hutang + Modal
3. Harta = Hutang + Modal + ( Pendapatan – Beban )
Dan kesimpulannyaadalahhartaHarta =Hutang + Modal

Untuk

bank

adalahadalahtermasukkomitmendankontinjensi

(off

balance

sheet)yaituadatransaksi

yang

belummerubahhartadantetapipadasaattertentuakanmampumerubahnya.
balance menjadi on balance sheet.

16

Dimanadari

off

C. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Dalam melaksanakan tugasnya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai salah satu
lembaga keuangan yang berada dibawah Kementrian Keuangan, maka dalam hal untuk
mengatahui posisi keuangan sudah pasti bagian keuangan harus memberikan laporan
tentang kondisi keuangansebagai landasan pertanggung jawaban kepada Kementrian
Keuangan yaitu Menteri keuangan.

D.

KegiatanBadan Pemeriksa Keuangan (BPK).
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
2. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara; dan
3. Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk penyalahgunaan
dan penyelewengan keuangan negara.

17

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa:

1. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)merupakan salah satu lembaga yang memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk memeriksa laporan keuangan atau bias disebut sebagai auditor
internal pemerintah.
2. Sumber keuangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)yaitu melalui dari pajak pusat
(negara) maupun dari pembiayaan pemerintah.
3. Nilai-nilai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)Independensi, Integritasmembangun nilai
integritas dengan bersikap jujur, obyektif, dan tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan
keputusan.ProfesionalismeKami membangun nilai profesionalisme dengan menerapkan

18

prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar yang
berlaku.
4. Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)adalahMengadakan penilaian dan pengawasan
terhadap perusahaan-perusahaan pemerintah maupun pemerintah kota , kabupaten yang
apakah telah memenuhi persyaratan yang ditentukan dan sehat serta baik ,tidak ada
kecurangan dalam anggaran dll.

B. Saran
Sebagai suatu lembaga yang menjadi pemeriksa keuangan pemerintah, Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) harus profesional dan independen dalam kegiatannya,menjauhi
kegiatan kolusi,korupsi dan nepotisme sehingga masyarakat percayaakan eksistensi Badan
Pemeriksa

Keuangan

(BPK)dalam

menjalankan

fungsinyasebagai

pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

 Bpk.go.id
 id.wikipedia.org/.../Badan pemeriksa keuangan.

19

auditor

internal

20

LAMPIRAN

21