DESIGN .INSTRUCTIONAL (Perancangan dan Pengembangan Sistem Pembelajaran )

DESIGN .INSTRUCTI
ONAL
(Perancangan dan
Pengembangan Sistem
Pembelajaran )
Oleh:
Prof. Dr. Dr. Soetomo, WE

BAB 1
Pengantar
1. Pada masa lampau, perancangan dan
pengembangan sistem pembelajaran
berdasarkan:
a. Pengalaman
b. Intuisi
A.

2. Sekarang ada:
a. Informasi kebutuhan siswa dan masyarakat
b. Kemajuan IPTEK


Perancangan dan pengembangan sistem
pembelajaran yang sederhana mulai
ditinggalkan

Perlu perancangan/design yang sistematis dan
profesional

Pokok bahasan untuk menuju
Design Instructional yang profesional
perlu memahami:

a. Model-model design
b. Belajar teori belajar
c. Belajar media instructional
d. Memiliki kriteria media sesuai
kebutuhan
e. Berpikir rasional

B. Kondisi Dunia Pendidikan Kita
1.


Keluhan yang ada:
Hasil pendidikan tidak sesuai harapan
Program pembelajaran yang ada masih belum
memadai
Kualitas pendidikan turun

2. Langkah Awal:
Perlu ada perhatian dari penentu kebijakan
Menyadari perkembangan IPTEK sangat pesat
Muncul tantangan baru di masyarakat
Kegiatan pembelajaran siswa mengikuti kemajuan jaman

3. Hal yang perlu dilakukan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

g.

Guru sekarang perlu tahu hakikat perancangan dan
pengembangan sistem pembelajaran
Merupakan kebutuhan intelektual
Siswa tersebut pentingnya pendidikan
Guru lebih efektif dalam pembelajaran
Membantu siswa menyesuaikan perkembangan sosial,
psikologikal, dan emosional
Guru memperhatikan perkembangan siswa sebagai
individu yang utuh
Guru perlu dibekali perancangan dan pengembangan
sistem pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik

4. Pengertian Design Instructional,
menurut AECT (The Association for
Education Communication and
Technology)
Dr. Kenneth Gilbert - 1981


5. Design Instructional
A systematic approach to design production, evaluation,
and utilization of complete system of instruction
Complete system  including all appropiate components
and a management pattern
Instructional development is target than instructional
product and development
Instructional development is concerned with only isolate
product
Instructional development is forget than instructional
design, which is only one phase of instructional
development (Gustafson, 1981)

6. Jadi pengembangan pembelajaran
(instructional) kawasannya lebih luas daripada
perancangan yang merupakan bagian dari
pengembangan (Rickey, 1986)
7. Lebih lanjut Rickey mengatakan bahwa
perancangan instructional adalah:
The science of creating detailed specifications for the

development, evaluation, and maintenance of
situational which facilitate the learning of both large
and small unit of subject matter

Jadi:
1). Perancangan Instructional:
a.
b.
c.
d.
e.

Aktifitas profesional
Dilakukan guru, pengembangan instructional
Perancangan instructional
Proses menentukan metode
Untuk perubahan siswa

Perancangan
Instructional


Membahas:
a. Pengetahuan pola instruksional yang
optimal
b. Metode
c. Kombinasi metode atau model
d. Situasi dimana model berfungsi optimal

2. Pengembangan
Instruksional
Mencakup:
a. Peningkatan metode
b. Menciptakan sistem/program
c. Proses pre skripsi (memaknai prosedur)
d. Menciptakan program sesuai situasi

Pengembangan
instruksional sebagai ilmu
meliputi:
Bermacam prosedur

b. Kombinasi prosedur
c. Situasi prosedur
berfungsi
a.

8. Tegasnya:
Perancangan mencakup peningkatan
proses pengajaran seoptimal mungkin
Pengembangan meningkatkan proses
instruksional secara optimal

9. Hubungan perancangan dan
pengembangan instruksional
a.
b.

c.

Hubungannya sangat erat, sebab perancangan
adalah bagian dari proses pengembangan

Perancangan merupakan salah satu input
(masukan) yang berharga dalam proses
implementasi karena dalam implementasi
program instruksional, bermacam-macam
rancangan ada dan prosedurnya berbeda-beda
Rancangan juga merupakan masukan untuk
evaluasi bagi kegiatan uji empirik rancangan itu,
ada dapat dijadikan landasan kuat untuk
mengidentifikasi dan menanggulangi berbagai
kelemahan dalam program sistem instruksional

Contoh Kegiatan Rancangan
Instruksional

Rancangan
instruksional

Memberikan pre skripsi tentang
metode sebagai bagian dari:


Pengembangan
Instruksional

Mendiskripsikan prosedurprosedur untuk:

Implementasi
Instruksional

Mendiskripsikan pre skripsi
prosedur untuk:
Mengidentifikasikan dan
memperbaiki kelemahan
sebagai bagian dari:

Pengelolaan
Instruksional
Birokrasi
Instruksional

Sumber: C.M. Reigelash. Instructional Design. (Instructional Design Theories and

models: An Overview of Their carier states) New Jersey: Laurence Erbam
Ass. Publisher, 1983.

10. Implementasi sistem instruksional
selalu mempunyai dampak penting dalam
rancangan instruksional. Oleh sebab itu,
rancangan harus selalu memperhatikan
kelebihan implementasi karena
programnya bersifat inovatif tidak
diimplementasikan dengan baik dalam
institusi.

11. Rancangan juga tergantung pada
pengembangan instruksional sebagai
sumber informasi tentang biaya dan
efektivitasnya.
Banyak rancangan membutuhkan biaya
mahal pada tahap pengembangan,
sehingga seringkali ditiadakan.
Pengembangan dan pengelolaan dapat

memberi informasi yang berguna dalam
menentukan biaya.

Skema:
Pengembangan:
Implementasi:
Pengelolaan:

Memberi informasi
efektivitas biaya:
Memberi informasi
kendala efektivitas
biaya:

Memberi informasi
efektivitas biaya:

Sumber: C.M. Reigelash, (ibid)

Rancangan
Instruksional

BAB 2
Curriculum
and
Instructiona
l

1. Pengantar
Marcus Tullius Cicero dan teman-temannya tidak
menduga bahwa karyanya tentang penyelidikan
perjalanan sejarah Romawi pada abad pertama
Masehi mewariskan sesuatu yang selalu
digunakan oleh pendidik pada saat ini. Warisan
itu adalah kata CURRICULUM yang menjadi
salah satu kesepakatan kunci di sekolah pada
saat ini yang berarti telah berkembang dari
tempat perlombaan ke konsep yang abstrak.

Di dunia ahli-ahli pendidikan, kata CURRICULUM telah
diambil dalam pemahaman lonjong dan selalu terbatas
pengertiannya. Dalam bahasa puisinya seperti
memandang sinar dalam misterinya. Dengan perbedaan
pandangan para ahli pendidikan itu, sering membuat
rancu pemahaman arti administrasi, pembelajaran,
evaluasi, dan supervisi karena fokus orientasi kegiatan
kata-kata itu.
Padahal administrasi adalah seni mengatur
keadministrasian, pembelajaran adalah seni memberikan
pelajaran, evaluasi adalah seni memberikan evaluasi,
dan supervisi adalah seni melakukan supervisi. Tiap
pendidik seharusnya memahami keduanya dari luar dan
dari dalam,
apakah itu administrasi, pembelajaran, dsb.

Banyak para ahli yang memahami dan mengartikan
kurikulum berbeda, maka tidak heran kalau
Dwayne Huebner mengatakan seperti orang buta
menjawab pertanyaan “apakah gajah itu ?”
Dari jawabannya jelas bahwa tiap orang buta
berbeda, ada yang menjawab gajah seperti
kakinya, seperti belalainya, seperti badannya,
dsb. Tegasnya tidak ada orang yang dapat
menjawab denga tepat kurikulum dengan
pemahaman yang lengkap. Akibatnya banyak
peneliti pendidikan yang mengartikan berbedabeda tentang apa yang dimaksud dengan
kurikulum. Oleh karenanya kadang kala
kurikulum malah dilihat seperti monster.

Interpretasi Kurikulum
Oleh karena banyaknya para ahli
pendidik mengartikan
kurikulum, sementara
pemahaman itu bukan membuat
kejelasan melainkan malah
membuat kebingungan, maka
para ahli akhirnya hanya
memberikan interpretasi
sebagai berikut:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Kurikulum adalah apa yang diajarkan di sekolah
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran
Kurikulum adalah isi pelajaran
Kurikulum adalah program studi
Kurikulum adalah urutan kursus
Kurikulum adalah serangkaian penampilan tujuan
Kurikulum adalah bahan studi
Kurikulum adalah segala sesuatu yang digunakan di sekolah
(bimbingan, aktivitas kelas, hubungan antar komponen sekolah)
Kurikulum adalah pembicaraan dua hal di dalam dan di luar
sekolah yang langsung dengan sekolah
Kurikulum adalah segala hal yang direncanakan sekolah
Kurikulum adalah belajar pengalaman yang dihasilkan oleh
sekolah

2. Beberapa Definisi
Dari batasan itu, maka pada dasarnya kurikulum itu adalah:
a. Sebuah garis (arah) subjek yang akan dibicarakan.
b. Sebuah jalan sebagai usaha mewujudkan pengalaman.
c. Sebagai proses belajar dari dalam dan dari luar sekolah secara
langsung.

Konsep-konsep dasar di atas, menunjukkan bahwa
kurikulum adalah wujud tanggungjawab dari pengalaman
belajar yang ada di dalam dan di luar sekolah secara
langsung.

Adapun beberapa defnisi
tentang kurikulum, antara
lain:

a.

Carter V. Good’s Dictionary of Education:
Kurikulum adalah sekelompok kegiatan belajar
atau lingkungan subjek belajar yang diukur dari
tingkatan atau sertifikasi di dalam lapangan
umumnya dari suatu hasil studi.

b. Hollis L. Caswell and Doak S. Campbell:
Kebanyakan kurikulum itu bukan saja sebuah
kelompok pembelajaran, tetapi semua
pengalaman anak di bawah bimbingan guru.

c. Saylor and Alexander:
Kurikulum adalah sebuah rencana untuk memahami
sekelompok penekanan pembelajaran untuk mencapai
tujuan. Tujuan dan hubungannya dengan tujuan khusus
adalah guna mengidentifikasikan pelayanan populasi
dengan sekolah sebagai pusatnya.
d. Ronald C. Doll:
Lebih lanjut mengatakan, bahwa kurikulum berisi bahanbahan formal dan non formal yang prosesnya dilakukan
dalam pembelajaran untuk memahami pengetahuan,
pengembangan, ketrampilan, dan perubahan sikap serta
apresiasi dan nilai di bawah wibawa sekolah.

e. Daniel Tanner and Laurel N. Tanner:
Menegaskan bahwa kurikulum adalah rekonstruksi
pengetahuan dan pengalaman pengembangan yang
sistematik di bawah wibawa sekolah (universitas) untuk
menjadi anak yang mampu meningkatkan pengendalian
pengetahuan dan pengalamannya.
f. Albert I. Oliver (tokoh pendidikan):
Memandang bahwa kurikulum sebagai program pendidikan.
Oleh sebab itu ia membagi kurikulum dalam 4 (empat) elemen
dasar, yaitu:
1. Program Studi
2. Program Pengalaman
3. Program Pelayanan
4. Apa yang tersembunyi dalam kurikulum

Tiga hal di atas adalah hal-hal yang terbukti sehari-hari.
Sementara hal yang keempat, Oliver mencoba
membuka konsep yang tersembunyi pada kurikulum
yang dapat mengantar nilai guna meningkatkan sekolah.
Ahli pendidikan lain, misalnya Arthur W. Foshay, dalam
mengidentifikasikan kurikulum, bukan satu tetapi tiga
sisi, yaitu:
1. Mata Pelajaran (Academic Discipline);
2. Kegiatan ekstra kelas untuk mengenal perhatian pada
problem-problem partisipasinya dan keputusan
masyarakat;
3. Adalah hubungan antar aktivitas itu sendiri.

Robert M. Gagne yang memandang dengan
pendekatan
yang
berbeda,
memandang
kurikulum adalah gerakan bersama antara
subject matter (content), the statement of ends
(terminal
objectives),
lingkaran
isi,
dan
penekanan kemampuan ketrampilan sebagai
ukuran bagi pelajaran ketika mengawali belajar isi
kurikulum.
Sementara itu Mauritz Johnson Jr., sependapat
dengan pemikiran Gagne, ia menegaskan bahwa
kurikulum sebagai input instructional system.

3. Purpose, Context and Strategy
Dari pemahaman di atas, maka sebenarnya perbedaan yang
substansial dalam memandang kurikulum, adalah tidak
begitu besar dan bersifat umum. Perbedaan umum
terjadi, karena secara teoretis ada perbedaan yang nyata.
Cara elaborasi teori satu dengan yang lain banyak yang
mengkompibasikan antara keduanya, yaitu curriculum
dan instructional.
Pendapat lain juga ditemukan bahwa definisi curriculum
adalah:
a. Goal (maksud dan tujuan) kurikulum
b. Konteksnya dengan kurikulum yang ditemukan
c.
Strateginya digunakan melalui kurikulum

a.

Purpose, menekankan pada respons teoretical,
yaitu “what is does atau should do”
Konteks: definisi kurikulum seringkali dimulai dari
serangkaian dengan mengambil bentuk. Ketika
bicara esensi teori kurikulum, sentral
pengembangan anak, rekonstruksi kurikulum,
kedua memberi signal dua karateristik kurikulum
yang sama waktunya, yaitu purpose and context.

Contoh:
Esensi kurikulum mengajarkan peninggalan
sejarah, anak-anak dipersiapkan pada disiplin dan
dipersiapkan untuk melihat ke depan (future).

b. Strategies, purpose dan context seringkali

melampaui pemahaman terhadap kurikulum itu sendiri.
Tambah lagi terjadi kompleksitas lahir karena
penyusunan teori dan strategi pembelajaran. Hal ini
terjadi, sebab pemecahan masalah dan proses ilustrasi
berusaha menetapkan term proses pembelajarannya,
yaitu teknik pemecahan masalah, metode ilmiahnya, atau
refleksi pemikirannya.
Kurikulum sebagai group living diusahakan dibangun
untuk melingkari instructional technique yang harus
digunakan untuk opportunities for group living.
Kurikulum sebagai individual learning dan kurikulum
sebagai programmed instruction, dalam kenyataannya
spesifikasi sistem harus menghadapi bahaya isi kurikuler
melalui proses pembelajaran.

Kurikulum Sebagai Rencana Menanamkan Pengalaman
Pada awalnya dicoba didefinisikan kurikulum untuk sekolah dasar dan
sekolah menengah sebagai kurikulum untuk menanamkan
pengalaman anak muda untuk menjawab semua perintah langsung
dari sekolah.
Untuk mengangkat konsep kurikulum sebagai rencana dan termasuk
untuk pembelajaran anak-anak dewasa, definisi ini akan dimodifikasi
untuk memandang kurikulum sebagai rencana atau sebagai sebuah
program, untuk semua pengalaman yang harus dipelajari menghadapi
perintah di bawah sekolah.
Modifikasi ini dimasukkan dalam pengertian kurikulum sebagai a plan
dan banyak realitas perencanaan yang menunjukkan berapa
tentativenya dalam menulis bentuk dan tidak sesederhana pikiran para
planner. Walaupun kurikulum menghadapi sejumlah perencanaan
seringkali skopenya menekankan pada pencapaian tujuan.

a. Hubungan antara Kurikulum dan
Pembelajaran
Dalam penelitian untuk mengklasifikasikan pengertian
kurikulum telah didapatkan ketidakpastian tentang perbedaan
antara kurikulum dan pembelajaran.
Disimpulkan pandangan para ahli, bahwa kurikulum “as that
which is tought”, sementara “instruction as the means
used to teach”. Jadi kurikulum adalah “What”, dan
pembelajaran adalah “How”.
Juga para ahli memahami bahwa kurikulum sebagai program,
rencana, isi, dan pengalaman belajar, sedangkan “instruction”
sebagai metodologi, seni mengajar, pelaksanaan, dan
presentasinya.

Johson lebih menegaskan bahwa hubungan kurikulum
dengan pembelajaran adalah sebagai interaksi
antara pengajaran sebagai “agen” dan seorang
atau banyak individu memperhatikan untuk belajar.
James B. Mac Donald memandang kurikulum sebagai
aktivitas produk rencana untuk kegiatan lebih lanjut
dan “instruction” sebagai pengambil produk untuk
dioperasionalkan. Menyimpulkan pendapat itu, maka
sarjana ini menegaskan bahwa rencana kurikulum
mendahului “instruction”.

b. Model Hubungan Kurikulum dan
Pembelajaran

Pemahaman terdapat kurikulum dan pembelajaran sebagai
dua term seringkali mengkaburkan hubungannya pada dua
sistem itu sendiri. Para ahli memang mengenali keduanya
sama, salah satu mungkin tidak berfungsi pada satu dengan
yang lain.
Hubungan antara “What” dan “How” pada pendidikan
tidaklah semudah dipahami sehingga dapat terlihat
beberapa perbedaan modelnya dan hubungannya. Untuk
mencari terminologi yang hilang itu, di bawah ini:
1. dualisme model;
2. interlocking model;
3. concentric theses model;
4. cyclical model.

1. Dualistic Model
Model ini menunjukkan bahwa antara kurikulum dan
pembelajaran terpisah satu dengan yang lain.
Lihat gambar:
Kurikulum

Pembelajaran

Kedua entitas itu terletak pada kesalahan yang besar.
What mengambil tempat di kelas di bawah perintah guru,
sama mempunyai hubungan yang kecil untuk what master
plan mengatakan akan pergi ke dalam kelas. Perencanaan
mengabaikan instruktur dan dalam kendali diabaikan oleh
mereka.

2. Interlocking Model
Jika kurikulum dan pembelajaran menunjukkan sebagai
sistem hubungannya saling keterkaitan dan saling
mendekat.
Lihat gambar:
Cur

Inst

Inst

Cur

Kita dapat menggambarkan model ini dengan dua jalan
sebagai yang diindikasikan dengan sketsa A dan B.
Visi
dari
model
ini
hanya
menunjukkan
mendemonstrasikan hubungan integral antara
entitas. Keterpisahan keduanya satu dengan yang
secara serius dicoba untuk didekatkan.

dan
dua
lain,

3. Concentric Model
Model ini menunjukkan bahwa hubungan
kurikulum dan pembelajaran
memperlihatkan telah mengubah
kebebasannya dan pemisahannya, dan
terjadi hubungan yang saling mengkait
saling tergantung. Ini merupakan kunci
dari model concentric.
Lihat gambar:
Cur

Inst

Inst

Cur

4. Cyclical Model
Rangkaian konsep dari kurikulm dan
pembelajaran hubungannya disederhanakan
dalam suatu sistem model yang
penekanannya serta esensialnya pada
elemen feedback. Artinya kurikulum dan
pembelajaran yang semua terpisah sebagai
entitas dicoba dihubungkan dalam rangkaian
yang saling mengkait.
Cur

Inst

Dari pemahaman di atas, maka para ahli percaya
secara umum bahwa hubungan kurikulum
dengan
pembelajaran
secara
teoretikal
dipercaya sebagai:
 Kurikulum dan pembelajaran berhubungan
tetapi berbeda
 Kurikulum dan pembelajaran mengkait dan
saling berhubungan
 Kurikulum dan pembelajaran mungkin dipelajari
dan dianalisis secara terpisah tetapi fungsinya
tidak akan saling mengkait.

c. Kurikulum sebagai sebuah disiplin
Meskipun kurikulum sulit dimengerti, kurikulum
dipandang sebagai sebuah disiplin. Subjek studi,
peristiwa pada tingkatan pendidikan, dan guru di
lapangan, merupakan suatu disiplin.
Kurikulum dan keduanya di lapangan, seperti
orang yang bekerja dan apa yang dibicarakan,
merupakan disiplin yang mengantar pemahaman.

Banyak ahli pendidikan mendiskusikan bahwa kurikulum
sebagai disiplin karena mengandung tiga hal:
1.Prinsiples:
Sebagai disiplin, kurikulum diorganisasikan sebagai
rangkaian teoritical yang dibentuk atau prinsip-prinsip yang
diperintahkan.
2. Knowledge and skill:
Kurikulum secara langsung merupakan a body of knowledge
and skill, yang terpusat pada disiplinnya.
3. Teoretic dan Praktik:
Sebagai disiplin, kurikulum mempunyai teori dan praktik yang
mengantar menghasilkan pekerjaan yang jelas.

5. Menuju Desain Instruksional
a.

Untuk menyusun desain instruksional yang baik, maka
langkah awal yang harus dilakukan selain memahami
visi, misi, dan tujuan pendidikan, kita tidak bisa
melupakan kurikulum.

b.

Kurikulum memang seringkali menjadi polemik, dan
dalam suatu periode, kurikulum seringkali ditinjau
kembali. Di Indonesia telah terjadi beberapa kali
peninjauan kurikulum, dari kurikulum 1968, 1975, 1986,
1994, dsb.

c.

Akibat kebijakan perubahan kurikulum, maka lahir pola
kebijakan prodi atau jurusan

d. Dengan kebijakan perubahan kurikulum, maka perubahan
berikutnya adalah perubahan silabi, yang berarti juga akan
mengubah desain pembelajaran yang harus dilaksanakan
oleh guru. Perubahan kurikulum biasanya bertalian dengan
perubahan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
e. Persoalan kurikulum menyangkut apa yang seharusnya
dilakukan termasuk pemilihan tujuan instruksional yang
bersifat subjektif. Di sini keputusan guru harus
dipertanggungjawabkan, sebab sebagai ujung tombak, guru
adalah menjabar dan pelaksana kurikulum yang dalam
penyampaiannya berbentuk desain pembelajaran.
f. Untuk mampu mendesain yang baik, guru dituntut untuk
memahami dua hal, yaitu:

Gb. 1 Instructional Technology Relationship Among Selected
Instructional Technology Theory Bases and the Domains of the Field
DEVELOPMENT
Communication
Visual Thinking
Visual Communication
Aesthetics

UTILIZATION
Knowledge
Utilization
Change
Organization
Development

DESIGN
General Systems
Learning
Motivation
Perception
Instruction
Curriculum

EVALUATION
Behavioral Leraning
Cognitive Learning
Measurement
General

Theory
MANAGEMENT
General Management
Communication
Motivation
Economic
Information

Gb. 2 The Domains of Instructional Technology
DEVELOPMENT
UTILIZATION

Print Technology
Audiovisual Technologies
Computer – based Technology
Integrated Technology

Media Utilization
Diffusion of Innovations
Implementations and
Institutionalization
Policies and Regulations

DESIGN
Instructional Systems Design
Message Design
Instructional
Strategies
Learner
Characteristics

EVALUATION
Problem Analysis
Criterion – Referenced
Measurement
Formative Evaluation
Summative Evaluation

Theory
Practice
MANAGEMENT
Project Management
Resources Management
Delivery System
Management
Information Management

Gb. 3 Instructional Technology Relationship Among Selected
Instructional Technology Research and the Domains of the Field
DEVELOPMENT
Media
Text Design
Visual Learning

UTILIZATION
Adoption of Innovation
Contextual Impact
Marketing

DESIGN
Individual
Differences
Learner Characteristic
Instructional
Strategies and Tactics
Aptitude Treatment
Interaction
Message Design

EVALUATION
Cost/Benefit Analysis
Need Assessment
Product Evaluation

Research
MANAGEMENT
Forecasting trend
Cost Effectiveness
Productivity

1.

Ciri dari rancangan pembelajaran ada dugaan bahwa prinsip
dan prosedurnya didorong oleh riset. Berbagai riset alami,
dari
kontrol
eksperimen
tradisional
sampai
ke
pengembangan riset itu sendiri analisisnya sebagai studi
kasus.

2. Sistem teori umum adalah yang diaplikasikan pada lapangan
dengan menggunakan model itu begitu luas, bahwa
pendekatan pelayanan adalah paradigma yang harus terjadi
pada desain pembelajaran.
3. Desain pembelajaran adalah jalan utama di dalam teori
belajar. Pada umumnya, penekanan tingkah laku adalah
domain aplikasi desain pembelajaran. Sekarang penekanan
pada pelaksanaan di lapangan dari kognitif psikologis, dan
masih banyak lagi, adalah bentuk-bentuk prinsip untuk
bimbingan lebih lanjut.

4. Tingkah laku adalah konsern (sepaham) dengan
penampilan sebagai fakta bahwa belajar adalah
mengambil tempatnya untuk mengukur apakah
tujuan sudah tercapai. Artinya pada masa lampau
atau sesudah memperoleh pembelajaran. Misal
anak baru dapat membaca dengan baik, kalau ia
menguasasi kosakata yang cukup.
5. Gagne berpendapat, bahwa perilaku kognitif sangat
kompleks. Oleh sebab itu dalam memberikan tugas
dari yang sederhana ke yang makin kompleks.
Hipotesisnya menurut Gagne, seorang dalam
mempelajari suatu tugas harus ada strukturnya,
yaitu dari tugas-tugas yang sederhana, makin
penting, untuk mencapai prestasi (artinya mencapai
tujuan instruksional), agar kegagalan dapat
dihindari. Jadi tahapnya disusun makin tinggi dan
bersifat hirarki

6. Untuk menguasai tahap-tahapan, seseorang harus
berurutan, sbb:
a. Diferensiasi respons, artinya seorang atau siswa
dihadapkan pada stimulus. Siswa akan merespons
berupa salinan stimulus tersebut, dan biasanya
siswa mengulangi apa yang diucapkan guru.
b. Asosiasi, artinya siswa dihadapkan stimulus
tertentu dan tidak diserta stimulus lainnya.
Responsnya siswa akan mengenal, menyebutkan,
dan menandai terhadap stimulus.
c. Diskriminasi ganda, artinya siswa dihadapkan
pada dua atau lebih stimulus yang dapat
membingungkan. Responsnya ternyata sesuai
jenis stimulus, misalnya: siswa mengerjakan apa
yang diperintahkan guru.

6. Perubahan Dunia Pendidikan
a. Akibat lahir kurikulum 2004, maka kurikulum
1994 tidak dipakai. Pada kenyataannya ketika
saat uji coba, 2001 – 2003, di lapangan
terjadi pemakaian kurikulum ganda, yaitu
kurikulum 1994 dan kurikulum 2004, bahkan
sampai 2005 kondisi itu masih berlaku dan
berlangsung, baru tahun 2006 digunakan
KBK hasil revisi kurikulum 2004, yang
namanya kurikulum 2004.

b.Perbedaan antara kurikulum 1994 dengan
2004, terletak pada penugasan, yang
berupa penugasan gabungan, yaitu:
 Pengetahuan
 Ketrampilan
 Sikap
 Nilai

Yang diwujudkan dalam kebiasaan
(apabila telah lulus),
untuk berpikir, bertindak
secara konsisten

Sementara itu pada kurikulum 1994 penggabungan :
 Pengetahuan
 Ketrampilan
 Sikap
 Nilai

Dianggap belum tampak

c. Oleh sebab itu, perbedaan utama dianggap
terletak pada kompetensi dan latihan kompetensi
yang dilakukan secara terus-menerus.

Perbedaan dan Kesamaan Antara Kurikulum
Tahun 1994 dan 2004
A. Yang Sama
KBK (Kurikulum 2004)
1.
2.

3.

4.
5.

Pendidikan dasar 9 tahun.
Penekanan pada kemampuan
membaca, menulis, dan
berhitung.
Konsep-konsep dan materi
pokok (esensial) pada mata
pelajaran untuk mencapai
kompetensi.
Ada muatan lokal.
Alokasi waktu setiap jam
pelajaran 45 menit (SMP –
SLTA).

KBK (Kurikulum 1994)
2.

Sama
Sama

3.

Sama

4.

Sama
Sama

1.

5.

B. Yang Tidak Sama
KBK (Kurikulum 2004)
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pembelajaran bertitik sekolah
dan daerah.
Memuat standar kompetensi.
Kegiatan pembiasaan
perilaku terintegrasi dan
terprogram.
Pengenalan mata pelajaran
teknologi dan informasi.
Penilaian berbasis kelas.
Pendekatan tematik kelas I, II
SD (kelompok usia).
Kesinambungan peningkatan
kompetensi kelas I – XII.
Diversitas kurikulum.
Silabus disusun daerah atau
sekolah (KTSP).

KBK (Kurikulum 1994)
1.

Bersifat sentralistik.

2.

Tidak memuat.
Tidak ada kegiatan
pembiasaan perilaku.

3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Belum ada mata pelajaran
teknologi dan informasi.
Tidak berbasis kelas.
Pendekatan tematik tidak
disarankan.
Tidak berkesinambungan.
Tidak diversitas sebab
sentralistik.
Memberi peluang pada guru
mengembangkan program.

7. Dampak Perubahan Kurikulum
Setiap perubahan tentu berdampak, demikian
juga dunia pendidikan dengan perubahan atau
pergantian kurikulum maka yang lahir adalah
perubahan, antara lain:
a. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bersifat
individu, berubah menjadi kompetensi. Para
siswa mendapat hak sama, fokus KBM agar siswa
aktif, bersama, atau kelompok KBM berpusat
pada siswa.
b.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
menghendaki perubahan kegiatan KBM di kelas,
disesuaikan dengan ciri (kekhasan) yang dimiliki
kelas, bahan belajar beragam, dan ada
pengenalan media cetak serta elektronik,
sehingga siswa harus aktif dan kreatif.

c. Penilaian sesuai kekhasan kompetensi. Adapun yang dinilai adalah:
proses dan hasil. Kemudian guru melakukan diagnosa, apabila
output-nya tidak sesuai kompetnsi yang ditetapkan.
d. Kurikulum bersifat diversitas (tidak sama) karena adanya KTSP, jadi
roh kekhasan harus diutamakan karena melayani pendidikan sesuai
kondisi dan situasi yang ada (daerah terpencil, adanya gempa,
adanya bencana alam, dsb).
Dari pemikiran di atas, jelas bahwa sebenarnya kewenangan menyusun
silabus apa pada sekolah secara mutlak, bukan pada kelompok
sekolah, atau satu daerah kabupaten/kota. Sayang kebijakan
kurikulum diversitas ini masih diganggu adanya Ujian Negara, yang
memaksa guru bersifat sama (sentralistik) lagi, karena takut
muridnya tidak lulus.
Lebih celaka lagi, yang tidak lulus dianjurkan ujian Paket A, B, atau C
dari Paket Kejar (Kelompok Belajar). Padahal Kejar adalah
pendidikan non-formal. Inilah fenomena pendidikan kita sekarang,
akibat kebijakan yang tidak jelas dan tidak konsisten, dan
tanggungjawab, jangan tangung menjawab.

8. Apakah Penilaian Berbasis Kelas itu?
Sebenarnya kurikulum 1994 juga menetapkan
penilaian individu berdasarkan kelas, bahkan ada
yang berdasarkan sekolah. Oleh sebab itu sering ada
istilah rangking I kelas, atau juara kelas, atau juara
sekolah, dsb.
Pada kurikulum 2004, ada petunjuk penilaian
berbasis kelas, hal ini terjadi karena:
1.Pelaksanaan KBK, memaksa guru melakukan
perubahan kegiatan KBK di kelas dalam bentuk
pembelajaran baik dalam:
a). Cara mengajar guru;
b). Cara proses penilaian; dan
c). Cara melihat hasil belajar siswa.

2.Penekanannya: a). Siswa harus menunjukkan penguasaan
kompetensi yang dicapai; b). Jenis penilaian ada test, ada
lisan, ada tugas, dll; c). Penilaiannya harus disesuaikan
dengan kekhasan kompetensi, bukan seluruh kompetensi;
d) bentuk tes pilihan ganda untuk penilaian KBM yang KBK
tidak dapat digunakan, sebab kompetensinya beragam
(baik individu maupun kelas).
3. Tujuan penilaian untuk mengetahui berbagai hal antara lain
untuk mengetahui:
a. Grading (membedakan kedudukan hasil kerja) siswa
dengan siswa lain dalam satu kelas.
b. Menggunakan alat seleksi, artinya untuk memisahkan
dan menentukan kategori seseorang siswa yang
dipertimbangkan akan masuk sekolah tertentu atau
diarahkan ke lain sekolah.

c. Menguasai kompetensi, artinya apakah siswa telah
menguasai kompetensi atau belum.
d. Bimbingan (lakukan evaluasi hasil belajar) siswa dalam
rangka membantu siswa memahami dirinya untuk
menentukan pilihannya.
e. Alat prediksi, artinya mendapat informasi tentang kondisi
siswa yang akan digunakan untuk memprediksi kinerja
siswa itu pada pendidikan berikutnya.
f. Alat diagnosis, artinya untuk melihat seberapa jauh
kesulitan siswa dalam belajar, seberapa jauh siswa
memiliki prestasi untuk menentukan perlu tidaknya mediasi
untuk pengayaan.

4. Suatu catatan bagi guru, bahwa kaitannya
penilaian berbasis kelas yang terdiri dari
penilaian, diagnosis, bimbingan, dan
pencapaian penguasaan kompetensi, harus
menjadi perhatian utama sang guru pada setiap
ia memberikan pengajaran dalam proses KBM.
Sang guru dituntut untuk mampu melaksanakan
penilaian sejak awal sampai akhir proses, yang
kesemuanya memerlukan keseriusan sang guru.

Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai bahan
dan beragam kompetensi, penilaiannya mencakup:
Unjuk kerja (performance)

Penugasan (proyek)

Hasil kerja (produk)

Kumpulan kerja siswa (portofolio)

Penilaian tertulis (paper, tes, dsb.)

5. Agar persiapan penilaian objektif, maka sang
guru wajib:
a. Menyusun rencana melalui langkah-langkah
di atas.
b. Melakukan pengumpulan bukti hasil siswa.
c. Pelaporan yang berhasil dihimpun oleh guru.
d. Sumbernya dapat melalui informasi.
Peran penilaian: memberi masukan/informasi
secara komprehensif hasil belajar.

6. Diversitas Kurikulum
a.

b.

c.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran (KBM) untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum 2004 berisi seperangkat rencana dan
pengaturan yang dibakukan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional dan cara-cara mencapainya.
Diversitas (keragaman) diperlukan mengingat adanya
keragaman kemampuan siswa, kondisi daerah dan
kondisi sekolah, sehingga cara penyampaiannya
disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan daerah
serta sekolah.

Dari pokok dan pikiran di atas, jelas bahwa uji petik yang
bersifat nasional perlu ditinjau kembali, sebab
bertentangan dengan azas KTSP, otonomi, dan
diversitas sendiri.
Kalau uji petiknya bersifat lokal dan kausal, barangkali
masih dapat dipertimbangkan.
Inilah kembali fenomena yang ada pada dunia
pendidikan kita. Apalagi sekarang ada istilah sekolah
berstandar Internasional, yang standarnya juga belum
jelas mengacu kemana, Eropa atau Amerika, sebagai
negara-negara yang dianggap maju.
Dari pemikiran ini, maka kebijakan Diknas
perlu ditinjau kembali, khususnya
Ujian Negara, karena bertentangan dengan
roh kurikulum 2004.

BAB 3
Standar Isi Pendidikan
Komponen Standar Isi
1. Kerangka Dasar Kurikulum
2. Struktur Kurikulum
3. Beban Belajar
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
5. Kalender Pendidikan
PP pasal 5:2

Kerangka Dasar
Kerangka Dasar Kurikulum adalah rambu-rambu
untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan
kurikulum
tingkat
satuan
pendidikan
dan
silabusnya pada setiap satuan pendidikan
PP pasal 1:14

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah
kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
PP pasal 1:15

Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan formal meliputi:
SD/MI/SDLB
SMP/MTs/SMPLB
SMA/MA/SMALB
SMK/MAK
UU 20/2003 pasal 17,18

Substansi Pokok Kurikulum
Kelompok Mata Pelajaran
Agama dan akhlak mulia
Kewarganegaraan dan kepribadian
Ilmu pengetahuan dan teknologi
Estetika
Jasmani, olahraga dan kesehatan
PP pasal 6:1

Substansi Wajib Kurikulum
Pendidikan Agama
Pendidikan Kewarganegaraan
Bahasa
Matematika
Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Sosial
Seni dan Budaya
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Ketrampilan/Kejuruan
Muatan Lokal
UU 20/2003 pasal 37:1

Struktur Kurikulum
Umum
Kesepuluh substansi pokok/wajib kurikulum
menjadi mata pelajaran
2. Jumlah mata pelajaran tidak terlalu banyak
3. Komponen kurikulum:
Mata pelajaran
Muatan lokal
Pengembangan diri
4. Spesifikasi mata pelajaran dengan:
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
1.

5.Waktu belajar per jam
pelajaran
6.Alokasi jam pelajaran
per minggu
7.Minggu belajar efektif
per tahun ajaran
8.Kekhususan
jenis/jenjang per tahun
ajaran
9.Jam nyata per tahun
sekitar 1000 jam
(@ 60 menit)

Sekolah Dasar dan Sederajat
Substansi pokok/wajib kurikulum yang berdiri sendiri
dan digabung sebagai mata pelajaran
IPS Terpadu dan IPA Terpadu
Muatan lokal
Kegiatan pengembangan diri
Kelas I - III
: Tematik
Kelas IV – VI
: Mapel
Satu jam pelajaran : 35 menit
Satu minggu
Kelas I – III
: 29 – 32 jam
Kelas IV – VI
: 34 jam
Satu tahun
: 34 – 38 minggu

SMP dan Sederajat
Substansi pokok/wajib kurikulum semuanya
berdiri sebagai mata pelajaran berdiri sendiri
IPS Terpadu dan IPA Terpadu
Muatan lokal
Kegiatan pengembangan diri
Kelas VII - IX
: Mapel
Satu jam pelajaran : 40 menit
Satu minggu
: 34 jam pelajaran
Satu tahun
: 34 – 38 minggu

SMA dan Sederajat
Substansi pokok/wajib kurikulum semuanya
sebagai mata pelajaran berdiri sendiri
Unsur-unsur IPS dan IPA menjadi mata pelajaran
Umum diikuti semua kelas X
Muatan lokal
Kegiatan pengembangan diri
Satu jam pelajaran : 45 menit
Satu minggu
: 38 jam pelajaran
Satu tahun
: 34 – 38 minggu

Kelas XII- XII, diarahkan ke tiga jurusan:
Program Studi IPS
Program Studi IPA
Program Studi Bahasa
Program Studi Keagamaan
Kelas XI – XII, Program Studi IPS:
Substansi pokok/wajib kurikulum menjadi mata pelajaran
berdiri sendiri
Bidang kajian khusus IPS: 12 jam pelajaran untuk 4
mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan
Sosiologi
Muatan lokal
Kegiatan pengembangan diri
Satu jam pelajaran
: 45 menit
Satu minggu
: 38 jam pelajaran
Satu tahun
: 34 – 38 minggu

Kelas XI – XII, Program Studi IPA:
• Substansi pokok/wajib kurikulum menjadi mata
pelajaran berdiri sendiri
• Bidang kajian khusus IPA: 12 jam pelajaran
untuk 3 mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia
 Muatan lokal
 Kegiatan pengembangan diri
 Satu jam pelajaran : 45 menit
 Satu minggu
: 39 jam pelajaran
 Satu tahun
: 34 – 38 minggu

Kelas XI – XII, Program Studi Bahasa:
• Substansi pokok/wajib kurikulum menjadi mata
pelajaran berdiri sendiri
• Bidang kajian khusus Bahasa: 12 jam pelajaran
untuk 3 mata pelajaran Sastra Indonesia,
Bahasa Asing, dan Antropologi
 Muatan lokal
 Kegiatan pengembangan diri
 Satu jam pelajaran : 45 menit
 Satu minggu
: 39 jam pelajaran
 Satu tahun
: 34 – 38 minggu

Kelas XI – XII, Program Studi Keagamaan:
Substansi pokok/wajib kurikulum menjadi mata
pelajaran berdiri sendiri
Bidang kajian khusus Bahasa: 12 jam pelajaran
untuk 4 mata pelajaran yang nama-nama dan
substansinya ditentukan oleh Departemen
Agama.
Muatan lokal
Kegiatan pengembangan diri
Satu jam pelajaran : 45 menit
Satu minggu
: 38 jam pelajaran
Satu tahun
: 34 – 38 minggu

Satuan Pendidikan Khas Keagamaan
Satuan pendidikan khas keagamaan seperti
MI/MTs/MA atau bentuk lain yang sederajat, di luar
Program Studi Keagamaan di SMA dan MA, dapat
menambah beban belajar untuk kelompok mata
pelajaran Agama dan Akhlak Mulia serta kelompok
mata
pelajaran
Kewargenegaraan
dan
Kepribadian sesuai dengan kebutuhan dan ciri
khasnya, sebanyak-banyaknya 8 jam pelajaran
per minggu.

Kompetensi
Kedalaman Muatan Kurikulum
Dituangkan dalam kompetensi pada tiap
tingkat/semester
Kompetensi tersebut terdiri dari:
 standar kompetensi
 kompetensi dasar
Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas daerah, termasuk keunggulan daerah,
yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada.

Kegiatan Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat, dan
kondisinya yang tidak diperoleh melalui kegiatan mata
pelajaran dan muatan lokal.

Materi Yang Dibahas
Struktur Kurikulum, Standar Kompetensi, dan Kompetensi
Dasar Satuan Pendidikan:
SD/MI/SDLB
SMP/MTs/SMPLB
SMA/MA/SMALB
SMK/MAK
Per mata pelajaran

Beban Belajar
Beban belajar adalah waktu
yang dibutuhkan oleh peserta
didik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran melalui kegiatan
tatap muka, penugasan
terstruktur dan kegiatan
mandiri untuk mencapai
standar kompetensi lulusan
serta kemampuan lainnya
dengan memperhatikan
tingkat perkembangan peserta
didik.

Beban Belajar Per Satuan Pendidikan
Satuan
Pendidikan

Kelas

Satu Jam
Pelajaran
Tatap Muka
Dalam
Menit

Jumlah Jam
Pelajaran
Per Minggu

Minggu
Efektif Per
Tahun
Ajaran

Jumlah Jam
Per Tahun
(@ 60
menit)

SD/MI

I – III

35

29 – 32

34 – 39

575 – 709

IV – VI

35

34

34 – 39

675 – 754

SMP/MTs

VII – IX

40

34

34 – 39

771 – 861

SMA/MA

X - XII

45

38 - 39

34 - 39

969 - 1125

Beban Belajar Peserta Didik

Jumlah Jam Per Tahun

1200

Maks

1000

Min

800
600
400
200
0

1

2

3

4

5

6
Kelas

7

8

9

10

11

12

Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan adalah pengaturan untuk kegiatan pembelajaran peserta
didik selama satu tahun pelajaran

Kalender Pendidikan
No.

Kegiatan

Alokasi Waktu

Keterangan

1.

Minggu efektif belajar

Maks. 38 minggu

Utk. pembelajaran efektif

2.

Jeda tengah semester

Maks. 2 minggu

Unt. Smt 1 dan Smt. 2

3.

Jeda antar semester

Maks. 2 minggu

Antara smt 1 dan smt 2

4.

Libur akhir semester

Maks. 3 minggu

Unt. Adm akhir / awal TA

5.

Libur keagamaan

2 – 4 minggu

Khusus atur sendiri

6.

Libur umum/nasional

Maks. 2 minggu

Sesuai PP

7.

Libur khusus

Maks. 1 minggu

Sesuai ciri lembaga

8.

Kegiatan khusus

Maks. 3 minggu

Program khusus sek / madra

BAB 4
BAGAIMANA
MENJADI GURU
YANG BAIK

A.

PENGANTAR
1. Tata krama guru atau etika guru secara resmi tidak ada.
Tata krama guru yang ada hanya GURU, “ Jarwa
Dhosoknya “ DIGUGU LAN DITIRU “
2. Kalau ada tata krama atau etika guru, harus ada sanksinya
3. Di masyarakat, tidak ada sanksi resmi yang ada sanksi moral
4. Sanksi moral kadangkala lebih berat
Contoh : Seseorang guru berbuat asusila pada murid X,
tetapi berita di koran Guru berbuat asusila pada
muridnya
5. Atas dasar pemahaman ini, maka topik bahasan ini menjadi :
“ BAGAIMANA MENJADI GURU YANG BAIK “

B.

KONDISI GURU
1. Guru Zaman Dulu
a. Guru Yang Baik Itu :
1) Mempunyai “ Prabawa “
2) Mempunyai “ Wibawa “
3) Mempunyai Pendirian yang tegas dan lugas
4) Guru mencari murid, dan Guru yang tidak komersial,
murid tidak membayar. Contoh : Percakapan guru
Wisma Mitra dengan Prabu Dasarata dalam Ramayana
5) Murid taat, contoh : Paguron, bersifat familier, Guru
adalah Dewa
6) Sifat paguron ada yang baik / tidak baik
7) Keberhasilan Murid, yang ditanya Gurunya siapa
8) Guru adalah sentral, mutlak, otoriter wakil orang tua,
Dewa yang turun dari surga
9) Guru adalah segala - galanya

2.

Semboyan Guru waktu Itu
a. Nglurug tanpa Bala
b. Menang Tanpa Ngasorake
c. Ing Ngarsa Sung Tuladha
d. Ing Madya Mangun Karsa
( Baca: RM. Sosrokartono – Kakak R.A Kartini )

3. Guru Masa Kini
a. Pada awal kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara (1889-1959),
yang terkenal “Bapak Pendidikan Nasional“, mengatakan:
“jangan kamu mengucapkan kemerdekaan diri, kalau tidak
diikuti tertib damai“. (Tauchid, 1963: 34)
b. Dengan ucapan ini lahir Pendidikan Sistem Pamong, dan
semboyannya: Tut Wuri Handayani
c. Filosofinya: Dasar lebih kuat dari ajar
d. Filosofi ini bertentangan dengan pendirian teori Tabularasa
atau kertas putih. (Baca: John Dewey, 1982)



Guru masa kini harus mengetahui perkembangan filosofi
pendidikan. Dalam teori modern Longstreet dan Shane (1993)
filosofinya mengelompokkan pendidikan pada empat hal, yaitu:
a. Perennialism
Teori ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran
universal, yang tidak terikat tempat dan waktu. (Keabadian,
idealisme, kebenaran dan keindahan). Filosofi ini karena pengaruh
filsuf Plato. Pengembangan kurikulumnya untuk semua orang,
perbedaan individu tidak diperhatikan.
b. Essentialism
Filosofi pendidikannya menekankan pada individu, sebab individu
adalah sumber pengetahuan tentang hidup dan makna.
c. Progressivism
Filosofi pendidikannya menekankan pada perbedaan individu,
berpusat pada mahasiswa.
d. Reconstructivism
Filosofinya bahwa pendidikan itu merupakan elaborasi dari
progressivism.

5. Dalam perkembangan lebih lanjut, ada filosofi Ignatius
Loyolla, pendiri Sarikat Yesus. Penekanan pendidikan lebih
bersifat MILITER dengan strategi tegas, keras, terpimpin,
terprogram. Kelompok Ignatius, diikuti oleh kelompok Ursula,
dengan semboyan SERVIAM, artinya :
S
= Sayangilah sesamamu seperti dirimu sendiri
E
= Eratkanlah hubunganmu dengan Tuhan
R
= Rajinlah belajar agar menjadi manusia yang
berguna
V (Vide) = Lihatlah lencanamu
I
= Ingatlah tugasmu sebagai makhluk dan belajar
A
= Awasilah pergaulanmu
M
= Majulah nusa dan bangsamu

6. Filosofi berikutnya adalah filosofi
Konvergensi yang dipelopori Lengenvelt, yang
berusaha memadukan :
Dasar

Konvergensi
Ajar

7. Untuk kepentingan guru, sekolah harus menciptakan semboyan,
misalnya:
I = Iman Kepada Tuhan Yang Maha Esa
N = Nasionalisme Yang Rela Berkorban
D = Dedikasi Yang Tinggi
O = Orientasi Nusantara
N = Negara Kesatuan
E = Ekhlas Berbakti Kepada Sesama
S = Setia Pada Bangsa dan Negara
I = Inisiatif yang Tinggi
A = Aktif Dalam Berfikir dan Bekerja
Pokok pikiran dan pemahaman ini dapat dijadikan semboyan
kita, dalam usaha menciptakan pendidikan yang baik, dan guru
yang baik.

C. RANAH ( DOMAIN ) BELAJAR
Seorang guru yang baik, tata kramanya ia harus mengenal
ranah-ranah belajar, yang secara psikologis menjadi dasar
PBM.
Tahun 1950-an - Benjamin Bloom, memimpin suatu tim yang
terpadu dari para psikolog dan menganalisis perilaku belajar
anak. Dikenal dengan Taksonomi Bloom.
Taksonomi Bloom terbagi menjadi 3 kategori perilaku
belajar yang saling berkaitan. Kategori itu adalah :
1. Ranah ( domain ) Kognitif
2. Ranah ( domain ) Afektif
3. Ranah ( domain ) Psikomotorik

1. RANAH KOGNITIF
Bloom dalam mendalami ranah ini, membagi dalam 6 tingkatan,
yaitu :
Penilaian
Sintesis
A n a l i s i s
P e m a h a m a n
P

e

n

g

e

t

a

h

u

a

n

2. RANAH ( DOMAIN ) AFEKTIF
Domain ini terkenal berkat kerja KRATHWOHL sebagai anggota BLOOM.
Sarjana ini menyusun ranah afektif berdasarkan penghayatan, yang disusun
sbb :

Bermuatan
Nilai
Pengaturan/
Pengelolaan
Perhitungan / Penilaian
P

e

n

a

n

g

g

a

p

P e n e r i m a a n

a

n

3. RANAH ( DOMAIN ) PSIKOMOTOR
Ranah ini dalam penelitian Tim Bloom, dikelola Oleh Harrow, yaitu
mengkoordinasikan ketidaksengajaan dan derajat kemampuan
yang dilatihkan. Hirarkinya sebagai berikut:

Komunikasi
Tidak Berwacana
Kegiatan Fisik
G e r a k a n T a n g g a p
G
G

e
e

r
r

a
a

k
k

a
a n

n

D

a

s

a

r

R e f l e k s

4. Perbaikan Taksonomi
Dunia pendidikan di Indonesia, memanfaatkan Taksonomi Bloom
dari 1950 – 1990. Pada abad XXI, Lorin Anderson sebagai murid
Bloom, mencoba memperbaikinya, khususnya pada ranah Kognitif.
Taksonomi Bloom
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Penilaian

Taksonomi Anderson
Mengingat
Memahami
Menerapkan
Menganalisis
Menilai
Menciptakan

4. Desain Robert Gagne
Pada tahun 1965, Gagne mengintroduksi teorinya dalam
bukunya “The Condition Of Learning“, yang mendasarkan teori
pembelajaran yang dikenal dengan Teori Behavoris.
Pada tahun 1985, Gagne menggabungkan teori desain
pembelajaran dengan teori psikologi kognitif, dengan nama Model
Kognisi Pemrosesan Informasi.
Proses Internal
Perhatian
Pemilihan persepsi
Pengkodean semantik
Perolehan Informasi
Pengelolaan Respon
Proses Pengawasan
Harapan

Proses Eksternal
Membangun perhatian
Meningkatkan & membedakan sifat obyek
Instruksi verbal, gambar, diagram
Isyarat, organ yang membantu ingatan
Instruksi verbal tentang tujuan kinerja kelas
Instruksi membangun sesuatu yang dapat
mengaktifkan dan menentukan strategi
Menjelaskan pembelajar tentang tujuan untuk
memenuhi harapan

Tegasnya teori Gagne memberi tekanan bahwa kejadian-kejadian
eksternal perlu diatur sedemikian rupa agar pengaruhnya terhadap
internal dapat menghasilkan respons yang sesuai dengan harapan
tujuan pembelajaran. Proses internal disebut Kejadian Belajar, proses
eksternal dinamakan Kejadian Pembelajaran.

Kejadian Belajar, mencakup:
-

Pembelajar (alat indera)
Situasi stimulus
Ingatan
Respons

Kejadian Pembelajaran,
mencakup:
- Mengaktifkan motivasi
- Menjelaskan pebelajar tentang
tujuan
- Mengarahkan perhatian
- Menstimulasi ingatan
- Menyediakan bimbingan
pembelajaran
- Meningkatkan ingatan
- Meningkatkan transfer
- Menimbulkan kinerja
- Menyediakan balikan

6. Taksonomi Hasil Belajar
Menurut Gagne, Briggs dan Walter (1992), cara terbaik
menyusun desain instruksional adalah bekerja terbalik, yaitu:
dari hasil pelajaran yang diharapkan.
Hasil belajar dikelompokkan pada 5 kategori, yaitu :
a. Ketrampilan Intelektual
b. Strategi Kognitif
c. Informasi Verbal
d. Ketrampilan psikomotor
e. Sikap

Kelimanya ini merupakan
komponen hasil belajar

Taksonomi

Definisi

Hasil

Ketrampilan
Intelektual

Pengetahuan prosedural
( membedakan konsep konkret,
mendefinisikan konsep, aturan,
pemahaman tingkat tinggi )

Mendengarkan, membedakan,
menunjukkan hubungan,
mengelompokkan, menunjukkan
perubahan (air dibawah 0o)
penerapan konsep

Strategi Kognitif

Unik, efektif, kreatif strategis
melihat masalah dengan cara
baru

Menciptakan cara pembuangan

Informasi Verbal

Menyatakan pengetahuan,
fakta, konsep, prinsip, prosedur

Menjelaskan pemahaman
terhadap isi ( UUD 1945 )

Ketrampilan
Psikomotor

Gerak tunggal yang lancar ke
prosedur yang rumit

Mengendarai sepeda

Sikap

Pengetahuan tentang
keberhasilan pilihan

Bersedia dipilih atau terpilih

7. Model Pemrosesan Informasi
Modelnya :
a. Belajar merupakan proses pengelolaan informasi
b. Pikiran peserta didik dianggap sebagai komputer
c. Pengetahuan dapat dialihkan

Karakteristik

Ingatan

Ingatan

Jangka Pendek

Jangka Panjang

Input

Sangat cepat

Lambat

Kapasitas

Terbatas

Hampir tak terbatas

Durasi

20 – 30 ‘

Hampir tak terbatas

Isi

Kata-kata, gagasan/ ide, Skema, gambar
kalimat pendek

Penarikan / pengeluaran Segera
kembali informasi

Pengelolaan,
representasi

D. Kompetensi
1. Apa Itu Kompetensi
Kompetensi adalah sekumpulan pengetahuan, ketrampilan, sikap,
dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran,
perbuatan, prestasi, serta kerja seseorang. (Ella Yuliawati, 2004: 13)
Menurut Spencer, kompetensi adalah karakteristik mendasar
seseorang yang berhubungan timbal balik dengan sesuatu kriteria
efektif sebagai kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjaan.
(Spencer dan Spencer, 1993 : 9)
Ahli ini membahas lima kompetensi yang dimiliki seseorang, yaitu :
a. Motif, adalah sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir
konsisten
b. Pembawaan, adalah karakter fisik yang merespons secara
konsisten terhadap berbagai situasi/informasi
c. Konsep Diri, adalah image seseorang yang diwujudkan dalam
tingkah laku, nilai, dan citra
d. Pengetahuan, adalah informasi khusus yang dimiliki seseorang
e. Ketrampilan, adalah kemampuan melakukan tugas secara fisik

Fisik
Ketrampilan Pengetahuan
Sembunyi

Konsep Diri
Pembawaan motif

Tampak

Lebih lanjut para ahli mengelompokkan kompetensi pada tiga kategori, yaitu :
a. Pengetahuan, tentang fakta, prosedur (berhitung, analisis, jasa, dsb)
b. Ketrampilan, perilaku (kerjasama, membentuk kekeluargaan
c. Karakteristik, citra, pembawaan individu personal
( Spencer, Mc, Clelland, dan Spencer, 1994 : 16)
2. Mengapa Kompetensi
Menurut Depdiknas, asumsi kurikulum berbasis kompetensi adalah salah
satu jawaban untuk mengatasi proses pendidikan agar kita tidak
ketinggalan dengan negara tetangga, dan akan menciptakan lulusan
yang
berkompeten, cerdas dalam membangun identitas.
Pilar yang digarap adalah:
a. Belajar memahami
b. Belajar untuk kreatif
c. Belajar untuk hidup bersama
d. Belajar untuk membangun dan mengekspresikan diri
( Delor, 1998 : 57 )

3. Bagaimana Cara Menyusun Kompetensi
Prinsip – prinsip itu adalah :
a. Meluas, peserta memperoleh pengembangan tentang
pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai, estetik, dan logika
b. Seimbang, tiap kompetensi dapat dicapai melalui alokasi waktu
yang cukup
c. Relevan, setiap kompetensi saling terkait
d. Perbedaan, Memperhatikan kemampuan individu
4. Cara Menyusun Kompetensi
a. Menentukan kompetensi lulusan, (menurut Bloom, Krathwoht, dan
Anderson yaitu : isi, pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai)
b. Gunakan bahasa yang mudah, artinya jelas, lugas tegas
c. Nyatakan target
d. Dicapai keseimbangan, penekanan, dan fokus ditentukan
e. Batasan kompetensi terarah dan terfokus
f. Klarifikasi kompetensi sejenis, tetapi tidak memaksakan
g. Koordinasi kompetensi

5.

Urutan Menyusun Kompetensi
a. Tentukan standar Kompetensi,
artinya ukuran yang ditetapkan untuk
dicapai
b. Kompetensi Dasar, artinya volume
kompetensi minimal yang harus
dicapai atau dimiliki seseorang pada
materi tertentu
c. Indikator, adalah tanda-tanda
kompetensi yang akan dicapai
d. Materi, artinya bahan yang
disampaikan pada siswa ( sering
menjadi silabi )
e. Topik, artinya pokok bahasan yang
akan disampaikan

E. Kegiatan Belajar – Mengajar Yang Efektif
1. Guru harus menyadari, bahwa fakta dalam proses KBM di kelas
masih ada murid yang belum siap, walaupun guru sudah
memulai. Tugas guru dalam KBM adalah menempatkan sesuatu
secara efektif dengan melihat masalah yang kontekstual.
2. Guru harus menyadari bahwa proses KBM adalah bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang memadukan sesuatu proses
secara sistematis dan berkesinambungan.Guru bertugas
mewujudkan keragaman pengetahuan dengan memperhatikan
diversitas siswa yang dihadapi, baik dikelas maupun di luar kelas
3. Proses KBM disusun sesuai prinsip belajar mengajar. Guru
membangun dan pemahaman, mendorong siswa menggunakan
otoritas haknya dalam membangun gagasan. Tegasnya guru
bertanggung awab mendorong prakarsa, memotivasi, tanggung
jawab siswa untuk belajar
4. Pada umumnya, guru tanpa sadar mengartikan hakikat belajar
adalah penerimaan informasi dan guru hanya transfer
pengetahuan.

6. Bagaimana Mengelola KBM Yang Efektif
a. Pengelolaan Tempat Belajar
Kelas disarankan yang baik, sebab ia adalah PAKEM