naskah drama jaka tarub And 7 Angels

Kliping Gunung Meletus
(Gunung Sinabung)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
 Adinda Septarina Alnur
 Hesti Triana
(x-7)

Kliping Gunung Meletus
By adinda septarina alnur & hesti triyana

GUNUNG SINABUNG MELETUS
Gunung Sinabung (bahasa Karo: Deleng Sinabung) adalah gunung
api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.
Sinabung bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung

berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi di provinsi
itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter.
Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, [2] tetapi
mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010. Letusan
terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan berlangsung hingga
kini.

Gunung Berapi secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem saluran fluida
yang terdiri atas batuan cair bersuhu tinggi yang memiliki struktur memanjang dari
kedalaman lapisan atmosfer kurang lebih 10 km hingga permukaan bumi. Gunung
berapi juga memiliki kumpulan endapan material yang keluar saat terjadinya letusan.
Material tersebut meliputi abu dan batuan dengan berbagai ukuran.
Kondisi gunung berapi
Selama masa hidupnya, gunung berapi memiliki kondisi atau keadaan yang terus
berubah dari waktu ke waktu, terkadang masuk kondisi tidur yang mana suatu
gunung berapi namun tidak menunjukan aktivitas sama sekali selama puluhan
hingga ratusan tahun. Namun di satu kondisi gunung akan kembali aktif dan meletus
dengan dahsyat seperti yang terjadi pada gunung Sinabung, Sumatera Utara yang
terakhir kali meletus pada tahun 1600an dan pada tahun 2010 kembali aktif serta
akhirnya meletus pada tahun 2013 hingga sekarang aktivitas letusan-nya masih

berlangsung. Sementara itu untuk letusan gunung berapi merupakan suatu aktivitas
vulkanik yang sering disebut dengan istilah erupsi. Bisa dikatakan hampir semua
aktivitas letusan gunung berapi selalu berkaitan dengan zona kegempaan aktif, hal
ini terjadi akibat hubungan antar batas lempeng yang memiliki tekanan yang sangat
tinggi dan bersuhu lebih dari 1000 derajat Celcius sehingga dapat melelehkan
material bebatuan di sekitarnya dan menjadi Magma.
Magma terkumpul di dapur magma yang terletak dibawah gunung berapi, ketika
dapur magma sudah penuh, maka magma akan terdorong keluar dari gunung
berapi. Magma yang sudah keluar ini disebut dengan Lava yang memiliki suhu 700
hingga 1200 derajat Celcius. Ketika meletus, sebuah gunung berapi dapat
melontarkan berbagai material hingga puluhan kilometer jauhnya, tidak hanya itu,
awan panas dan gas beracun juga kerap kali menjadi ancaman serius bagi
penduduk yang bertempat tinggal tak jauh dari letusan.
Letusan gunung berapi merupakan salah satu bencana alam yang banyak
menimbulkan berbagai kerusakan dengan total kerugian yang besar karena
menghancurkan areal pemukiman dan pertanian penduduk, belum lagi dampak
lainnya seperti pencemaran udara oleh gas beracum serta memicu penyebab
banjir lahar dingin yang dapat merusak infrastruktur umum.
Berikut adalah penjelasan mengenai penyebab gunung meletus :
1. Peningkatan Kegempaan Vulkanik

Yang ditandai dengan terjadi aktivitas yang tidak biasa pada gunung berapi,
misalnya frekuensi gempa bumi meningkat yang mana dalam sehari bisa terjadi
puluhan kali gempa tremor yang tercatat di alat Seismograf. Selain itu terjadi
peningkatan aktivitas Seismik dan kejadian vulkanis lainnya hal ini disebabkan oleh
pergerakan magma, hidrotermal yang berlangsung di dalam perut bumi.
Jika tanda tanda seperti diatas muncul dan terus berlangsung dalam beberapa
waktu yang telah ditentukan maka status gunung berapi dapat ditingkatkan menjadi
level waspada. Pada level ini harus dilakukan penyuluhan kepada masyarakat
sekitar, melakukan penilaian bahaya dan potensi untuk naik ke level selanjutnya dan
kembali mengecek sarana serta pelaksanaan shift pemantauan yang harus terus
dilakukan.
2. Suhu Kawah Meningkat Secara Signifikan
Sebagai tanda bahwa magma telah naik dan mencapai lapisan kawah paling bawah
sehingga secara langsung akan mempengaruhi suhu kawah secara keseluruhan.
Pada gunung dengan status normal, volume magma tidak terlalu banyak terkumpul
di daerah kawah sehingga menyebabkan suhu di sekitar normal.

Naiknya magma tersebut bisa disebabkan oleh pergerakan tektonik pada lapisan
bumi dibawah gunung seperti gerakan lempeng sehingga meningkatkan tekanan
pada dapur magma dan pada akhirnya membuat magma terdorong ke atas hingga

berada tepat dibawah kawah. Pada kondisi seperti ini, banyak hewan hewan di
sekitar gunung bermigrasi dan terlihat gelisah. Selain itu meningkatnya suhu kawah
juga membuat air tanah di sekitar gunung menjadi kering.
3. Terjadinya Deformasi Badan Gunung
Hal ini disebabkan oleh peningkatan gelombang magnet dan listrik sehingga
menyebabkan perubahan struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi
bagian dalam sepeti dapur magma yang volume-nya mengecil atau bisa juga
saluran yang menghubungkan kawah dengan dapur magma menjadi tersumbat
akibat deformasi batuan penyusun gunung.
4. Lempeng lempeng Bumi Yang Saling Berdesakan
Hal ini menyebabkan tekanan besar menekan dan mendorong permukaan bumi
sehingga menimbulkan berbagai gejala tektonik, vulkanik dan meningkatkan
aktivitas geologi gunung. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa lempeng
merupakan bagian dari kerak bumi yang terus bergerak setiap saat, dan daerah
pengunungan merupakan zona dimana kedua lempeng saling bertemu, desakan
lempeng bisa juga menjadi penyebab perubahan struktur dalam gunung berapi.
5. Akibat Tekanan Yang Sangat Tinggi
Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan pada point sebelumnya mendorong
cairan magma untuk bergerak ke atas masuk ke saluran kawah dan keluar. Jika
sepanjang perjalanan magma menyusuri saluran kawah terdapat sumbatan, bisa

menimbulkan ledakan yang dikenal dengan letusan gunung berapi. Semakin besar
tekanan dan volume magma-nya maka semakin kuat ledakan yang akan terjadi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan sejak lama, baik oleh tenaga
ahli ataupun oleh masyarakat awam, dapat disimpulkan sebelum terjadi letusan
gunung kerapkali dijumpai tanda atau ciri ciri yang sangat spesifik yang mana tingkat
keakuratan-nya cukup tinggi.

 Sebagian Pengungsi Sinabung Pulang ke Desa Masing-masing

Minggu, 16 Februari 2014 | 23:07 WIB
KARO, KOMPAS.com - Jumlah pengungsi letusan Gunung Sinabung di
Kabupaten Karo, Sumatera Utara, telah berkurang. Sebagian pengungsi pulang
ke desa masing-masing.

"Saat ini jumlah pengungsi erupsi Sinabung yang berada di Pos Penampungan
di Kabanjahe tercatat berjumlah 27.485 orang," kata Koordinator Media Center
Penanggulangan Bencana Sinabung, Kabanjahe, Jhonson Tarigan ketika
dihubungi dari Medan, Minggu (16/2/2014)
Sebelumnya, pada hari Sabtu (15/2/2014) jumlah pengungsi erupsi Sinabung
tersebut masih berjumlah 29.140 dari 9.212 kepala keluarga. "Berkurangnya

jumlah pengungsi itu, ada kaitannya dengan pemulangan 3.797 orang ke desa
mereka," ucap Jhonson.
Johnson mengatakan pengungsi yang dipulangkan 689 orang atau 235 kepala
keluarga dipulangkan ke Rimo Kayu, Kecamatan Payung. Adapun 3.108 orang
atau 235 kepala keluarga pulang ke Desa Batu Karang, Kecamatan Payung.
Sebagian pengungsi yang pulang ke desanya, ujar Johnson, mendapatkan
bantuan petugas dari Pemkab Karo, Satgas Penanggulangan Bencana, Relawan,
dan instansi terkait lainnya. "Penduduk di dua desa yang dikembalikan tersebut,
berada di zona aman dan di luar radius 5 kilometer (daerah bahaya) berdasarkan
rekomendasi Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG),"
kata dia.
Data yang diperoleh di Posko Penanggulangan Bencana Sinabung di Kabanjahe,
jumlah pengungsi letusan Gunung Sinabung tercatat sebanyak 27.485 orang
atau 8.694, terdiri atas 12.625 laki-laki dan 12.856 perempuan. Di antara para
pengungsi juga terdapat 209 lansia, 226 ibu hamil, dan 1.336 bayi. Para
pengungsi ini berasal dari 34 desa, dua dusun, dan lima kecamatan, semuanya di
Kabupaten Karo.
Sebelumnya, PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menaikkan status
kegunungapian Gunung Sinabung dari Siaga menjadi Awas pada 24 November
2013 pukul 10.00 WIB. Dengan peningkatan status itu, PVMBG menyatakan

daerah bahaya untuk Gunung Sinabung berada dalam radius 5 kilometer dari
kawah. Masyarakat yang tinggal dalam radius itu diminta mengungsi.
 Warga Sinabung Butuh Ribuan Seng dan Genting

Selasa, 4 Maret 2014 | 09:35 WIB
KARO, KOMPAS.com — Posko Utama Penanggulangan Bencana Erupsi
Gunung Sinabung membutuhkan ribuan seng dan genting. Genting dibutuhkan
sebagai atap rumah untuk warga Sinabung yang telah kembali ke desa masingmasing.
Hal itu disampaikan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (4/3/2014).
Menurut Sutopo, sejauh ini kebutuhan seng sekitar 46.000 lembar untuk 12
desa. Sementara ketersediaan seng di posko utama berjumlah 9.910 lembar.
"Kebutuhan seng ini masih didata untuk empat desa lagi, dan akan diverifikasi
oleh tim di lapangan," kata dia.
Disebutkan, bantuan seng dari donatur bisa diinformasikan ke Posko Utama
Penanggulangan Bencana Erupsi Sinabung di nomor kontak 08116002956.
Posko utama ini berlokasi di kantor Kecamatan Kabanjahe, Jalan Veteran,
Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Saat ini sebanyak 17.513 jiwa (5.336 KK) pengungsi telah dikembalikan ke
rumah masing-masing. Rumah yang telah sekian lama ditinggalkan warga telah
tertutup abu vulkanik. Atap rumah menjadi bagian paling rentan karena

menopang abu vulkanik yang tebal.

Sutopo meyakinkan bahwa BNPB tetap akan memberikan pendampingan dalam
penanganan darurat bencana erupsi Gunung Sinabung.
"Kepala BNPB, Syamsul Maarif, telah meminta perhitungan kerugian dan
kerusakan dampak erupsi dipercepat sehingga rencana aksi rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca-bencana dapat dilaksanakan, baik sektor perumahan,
infrastruktur, ekonomi, sosial, dan lintas sektor," kata Sutopo.
 Korban Awan Panas Sinabung Jadi 17 Orang

Sel
asa, 11 Februari 2014 | 19:05 WIB
KARO, KOMPAS.com — Korban meninggal akibat erupsi Gunung Sinabung,
Kabupaten Karo menjadi 17 orang, setelah Sehat Sembiring (47) meninggal di
RS Efarina Etaham, Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Selasa
(11/2/2014).
Hal ini disampaikan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Sutopo Purwo Nugroho. "Korban akhirnya meninggal, setelah sempat dirawat
secara intensif sejak 1 Februari 2014," kata Sutopo.
Ke-17 korban meninggal tersebut, terang Sutopo, akan mendapat santunan dari

Kementerian Sosial sebesar Rp 5,5 juta, Gubernur Sumatera Utara Rp 3,5 juta,
dan Bupati Karo Rp 2,5 juta.
"Pemberian santuan secara simbolis kepada para ahli waris akan dilakukan pada
Kamis (13/2/2014) di Posko Utama," ujarnya.
Sementara itu, lanjut dia, pemulangan pengungsi masih terus dilakukan. Kepala
BNPB Syamsul Maarif, menekankan agar semua petugas membantu proses
pemulangan pengungsi. Ada 236 personel TNI, Polri, dan relawan dikerahkan
dalam pemulangan pengungsi dari 4 desa.
Dimulai dengan apel persiapan di Posko Utama Kabanjahe, TNI, Polri, Pemda
Karo, BPBD Sumut, dan relawan memfasilitasi para kepala keluarga untuk
pembersihan rumah dan fasilitas umum di desa mereka sejak Senin kemarin.

"Kepala keluarga dari Desa Cimbang, Ujung Payung, Rimo Kayu, dan Batu
Karang mulai hari ini melaksanakan pembersihan tempat tinggal mereka
masing-masing," tambah Sutopo.
Setelah apel persiapan, truk dari TNI, Polri, dan pemda menjemput para kepala
keluarga di jambur-jambur. Para ibu, anak-anak, dan kelompok rentan lain
masih tinggal di pos penampungan hingga tempat tinggal mereka siap dihuni
kembali.
Target pembersihan selama tiga hari ini sebagai rencana persiapan pemulangan

keluarga yang saat ini masih di pos penampungan. Untuk pembersihan tempat
tinggal masing-masing, kepala keluarga menggunakan padat karya atau cash for
work.
Setiap kepala keluarga memperoleh Rp 50.000 per hari. Berdasarkan data Posko
Utama, jumlah dari 4 desa tersebut di antaranya Desa Cimbang 68 KK (234
jiwa), Rimo Kayu 196 KK (657 jiwa), Batu Karang 270 KK (805 jiwa), dan
Ujung Payung 93 KK (311 jiwa).

Ditemukan, 8 Motor Korban Awan Panas Sinabung
Senin, 3 Februari 2014 | 16:19 WIB
KARO, KOMPAS.com - Tim evakuasi masih melaksanakan pencarian korban
awan panas di Desa Sukameriah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara hingga
Senin (3/2/2014). Dari pencarian telah ditemukan 8 motor (7 unit ada nomor

polisi dan 1 lagi bodong), 1 tas berisi laptop Acer, 1 tashandycam (tidak ada
isinya) dan 2 buah helm.
"Selain itu, belum ditemukan adanya korban jiwa lain di lokasi pencarian tim
gabungan," terang Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas BNPB, Senin.
Dia mengatakan, kondisi abu vulkanik tebal yang menutupi lahan dan adanya

susulan awan panas di Desa Sukameriah menyebabkan evakuasi sulit dilakukan.
Sementara, pada pukul 12.30 WIB berdasarkan rekomendasi PVMBG, proses
pencarian dihentikan karena terjadi erupsi setinggi 2.500 meter dan luncuran
awan panas 2.500 meter.
Tim SAR Gabungan masih menunggu kondisi aman. Strategi evakuasi
mendasarkan pada rekomendasi PVMBG di lapangan. "Ada 170 personel Tim
SAR Gabungan dikerahkan untuk evakuasi korban awan panas. Tim terdiri dari
35 orang Kodim 0205 TK, 30 orang Yon 125/SMB, 41 orang Brimob, 20 orang
Basarnas, 10 satpol PP, dan 34 relawan," jelasnya.
Hingga saat ini, jumlah korban tewas akibat awan panas gunung Sinabung
mencapai 15 orang, antara lain 7 mahasiswa, 4 pelajar, 3 warga Sukameriah, 1
warga Kabanjahe dan 2 orang luka-luka.
"PVMBG merekomendasikan radius 5 kilometer harus kosong dari aktivitas
penduduk. Penjagaan diperketat agar masyarakat tidak dapat masuk ke zona
berbahaya," ujar Sutopo.
Adapun 5 desa yang sangat berbahaya di radius 3 - 3,5 km yaitu Desa
Sukameriah, Bekerah, Simacem, Sigarang-garang, dan Sukanalu adalah daerah
yang paling berbahaya. "Siapapun jangan masuk pada daerah tersebut,"
tandasnya.