Kewajiban dan Metode Berdakwah Tafsir QS

KEWAJIBAN DAN METODE BERDAKWAH

Tugas Makalah Mata Kuliah Tafsir
Dosen Pengampu : Bapak Ahmad Zaini, Lc., M.S.I

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. ANILATI RAHMA

1340120003

2. ABDILLAH FAIZ

1340120004

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI / BIMBINGAN KONSELING ISLAM
TAHUN 2014

1


KEWAJIBAN DAN METODE BERDAKWAH
1. Surat Ali Imran ayat 104

      
      
 
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung.”
Allah SWT berfirman bahwasanya hendaklah ada dari kalian sejumlah orang yang
bertugas untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan menyeru orang-orang untuk
berbuat kebajikan dan melarang perbuatan yang mungkar, mereka adalah golongan yang
beruntung. Adh Dhahhak mengatakan, mereka adalah para sahabat yang terpilih, para
mujahidin dan para ulama.
Abu Ja’far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, membacakan firmanNya : ”Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan” (Ali Imran: 104). Kemudian beliau SAW, bersabda : “Yang dimaksud dengan
kebajikan ini ialah mengikuti Al-Qur’an dan sunnahku.” Hadits diriwayatkan oleh Ibnu
Murdawaih. Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang
dari kalangan umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun
urusan tersebut memang diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini.

Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih Muslim dalam sebuah hadits
dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW, pernah bersabda : “Barang siapa
di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan
tangannya. Dan jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika masih tidak
mampu juga, maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” Di
dalam riwayat lain disebutkan : “Dan tiadalah dibelakang itu (selain dari itu) iman
barang seberat biji sawi pun.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al-Hasyimi,
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja’far, telah menceritakan kepadaku Amr
ibnu Amu Amr, dari jarullah ibnu Abdur Rahman Al-Asyhal, dari Hudzhaifah ibnu
Yaman, bahwa Nabi SAW, pernah bersabda :“Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam
2

genggaman kekuasaan-Nya, kalian benar-benar harus memerintahkan kepada kebajikan
dan melarang perbuatan mungkar, atau hampir-hampir Allah akan mengirimkan kepada
kalian siksa dari sisi-Nya, kemudian kalian benar-benar berdoa (meminta pertolongan
kepada-Nya), tetapi doa kalian tidak diperkenankan.”1
Selain itu juga ada yang menafsirkan dari Departemen Agama Pemerintah
Indonesia yaitu: Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya segolongan umat Islam
yang bergerak dalam bidang dakwah yang selalu memberi peringatan, bilamana nampak

gejala-gejala perpecahan dan penyelewengan. Karena itu pada ayat ini diperintahkan agar
supaya di antara umat Islam ada segolongan umat yang terlatih di bidang dakwah yang
dengan tegas menyerukan kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf (baik) dan
mencegah dari yang mungkar (keji).
Dengan demikian umat Islam akan terpelihara daripada perpecahan dan infiltrasi
pihak manapun. Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah cukup tetapi harus
dibarengi dengan menghilangkan sifat-sifat yang buruk. Siapa saja yang ingin mencapai
kemenangan, maka ia terlebih dahulu harus mengetahui persyaratan dan taktik
perjuangan untuk mencapainya, yaitu: kemenangan tidak akan tercapai melainkan dengan
kekuatan, dan kekuatan tidak akan terwujud melainkan dengan persatuan. Persatuan yang
kokoh dan kuat tidak akan tercapai kecuali dengan sifat-sifat keutamaan. Tidak
terpelihara keutamaan itu melainkan dengan terpeliharanya agama dan akhirnya tidak
mungkin agama terpelihara melainkan dengan adanya dakwah.
Maka kewajiban pertama umat Islam itu ialah menggiatkan dakwah agar agama
dapat berkembang baik dan sempurna sehingga banyak pemeluk-pemeluknya. Dengan
dorongan agama akan tercapailah bermacam-macam kebaikan sehingga terwujud
persatuan yang kokoh kuat. Dari persatuan yang kokoh tersebut akan timbullah
kemampuan yang besar untuk mencapai kemenangan dalam setiap perjuangan. Mereka
yang memenuhi syarat-syarat perjuangan itulah orang-orang yang sukses dan beruntung.2


2. Surat Ali Imron ayat 110

      
        
1 Tafsir Ibnu Katsir
2 Tafsir DEPAG RI

3







   
  

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orangorang yang fasik.”
Manusia yang paling baik ialah yang paling bertaqwa, paling giat menyuruh kepada
yang ma`ruf, paling gencar melarang kemunkaran, dan paling rajin bersilaturahim.
Rasulullah SAW adalah makhluk Allah yang terbaik dan termulia. Umatnya pun
umat terbaik yang pernah ada di muka bumi. Bahwa umat Islam adalah umat terbaik
ditegaskan dalam ayat 110 surah Ali ‘Imran yang akan kita kaji berikut ini. Marilah kita
simak ayat tersebut dan kita perhatikan pula pernafsirannya sebagaimana yang disebutkan
oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Allah SWT berfirman: “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahlul Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.”
Allah Ta‘ala memberitahukan ihwal umat ini bahwa meraka adalah umat terbaik.
Allah berfirman yang artinya, “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi
manusia.” Maksud ayat ini, mereka adalah umat yang paling baik dan paling berguna
bagi umat lainnya. Oleh karena itu, Allah berfirman yang artinya, “Kalian menyuruh
kepada yang ma‘ruf, melarang dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”3
Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin supaya tetap

memelihara sifat-sifat utama itu dan supaya mereka tetap mempunyai semangat yang
tinggi.
Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu
mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah.
Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum muslimin di masa nabi dan telah menjadi darah
daging dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang
3 Tafsir Ibnu Katsir

4

singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah
naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal mereka
sebelumnya adalah umat yang berpecah belah selalu berada dalam suasana kacau dan
saling berperang antara sesama mereka.
Ini adalah berkat keteguhan iman. dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama
dan berkat ketabahan dan keuletan mereka menegakkan amar makruf dan mencegah
kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad dan
berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan sebagaimana tersebut dalam firman
Allah:


ّ ‫ه ُث‬
‫م‬
ِ ‫رس ُُوِْل‬
َ َ‫الله و‬
ِ
‫ءامَ ُنُوْا ِب‬
َ ‫ن‬
َ ‫ذْي‬
ِ ّ‫ن ال‬
َ ‫و‬
ْ ‫مُن‬
ِ ‫ؤ‬
ْ ‫م‬
ُ ْ‫ما ال‬
َ ‫ِإّن‬
‫في‬
ِ ‫م‬
ْ ‫ه‬
ِ ُِ ُ‫فس‬
ُ ‫وَأْن‬

َ ‫م‬
ْ ‫ه‬
ِ ‫ال‬
ِ َ‫مو‬
ْ ‫وا بَُُِأ‬
ْ ‫د‬
ُ َُُ‫جاه‬
َ ‫و‬
َ ‫ابوْا‬
ُ ‫رَت‬
ْ ‫م َي‬
ْ ‫َل‬
َ ‫و‬
‫ن‬
ْ ‫ق‬
ُ ‫اد‬
ِ ‫الص‬
ّ
ُ ‫ه‬
‫م‬

ُ ‫ك‬
َ ‫الله ُأول َِئ‬
ِ
‫ل‬
ِ ‫سِبْي‬
َ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan rasul Nya. kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka
itulah orang-orang yang benar". (Q.S Al Hujurat: 15)
Jadi ada dua syarat untuk menjadi sebaik-baik umat di dunia, sebagaimana
diterangkan dalam ayat ini, pertama iman yang kuat dan; kedua menegakkan amar
makruf dan mencegah kemungkaran. Maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini
pasti umat itu jaya dan mulia dan apabila kedua hal itu diabaikan dan tidak diperdulikan
lagi, maka tidak dapat disesalkan bila umat itu jatuh ke lembah kemelaratan.
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Ahli Kitab itu jika beriman tentulah itu
lebih baik bagi mereka. Tetapi sedikit sekali di antara mereka yang beriman seperti
Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik tidak mau beriman. mereka percaya kepada sebagian kitab dan kafir kepada
sebagiannya yang lain, atau mereka percaya kepada sebagian Rasul seperti nabi Musa dan

nabi Isa dan kafir kepada Nabi Muhammad SAW.4

4 Tafsir DEPAG RI

5

3. Surat An Nahl ayat 125

َ ّ ‫ل َرب‬
‫ة‬
ُ ْ‫اُد‬
ِ ‫و‬
ِ ْ ‫ك بِال‬
ِ َ ‫عظ‬
ِ ‫م‬
َ ‫ع اِلٰى‬
َ ْ ‫وال‬
َ ْ ‫حك‬
ْ ‫م‬
َ ‫ة‬

ِ ْ ‫سبِي‬
َ ّ ‫ن َرب‬
‫ك‬
ِ ‫ي‬
ِ َ ‫سن‬
ّ ِ ‫ن قلى ا‬
ْ َ‫ي ا‬
َ ‫و‬
َ ْ ‫ال‬
َ ‫ح‬
ُ ْ ‫جا ِدل‬
َ ‫ح‬
ُ ‫س‬
ْ ‫ه‬
َ ‫ة‬
َ ‫ه‬
ْ ِ ‫م بِالّت‬
ّ ‫ض‬
‫م‬
ُ ‫و‬
ُ
َ ‫ن‬
َ ‫َن‬
ْ ‫لع‬
ْ ‫م‬
ُ َ ‫و اَعْل‬
َ ِ‫م ب‬
ُ َ ‫و اَعْل‬
َ ‫ه‬
َ ‫سبِيْلِه‬
َ ‫ه‬

﴾١٢٥﴿ ‫ن‬
ِ َ ‫هت‬
ْ ‫م‬
َ ْ ‫دي‬
ُ ْ ‫بِال‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT berfirman, memerintahkan Rasul-Nya Muhammad saw untuk menyeru
makhluk ke jalan Allah dengan cara hikmah ( perkataan yang tegas dan benar ). Ibnu Jarir
berkata, “dan demikianlah apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad dari kitab,
sunnah dan pelajaran yang baik, yaitu tentang sesuatu yang di dalamnya terdapat larangan
dan ketetapan bagi manusia. Mengingatkan mereka dengan itu semua (al-Kitab, sunnah
dan mauizhoh) agar mereka takut akan siksa Allah SWT.5
Dalam ayat tersebut terdapat tiga metode dakwah yang harus kita laksanakan
sebagai seorang da’i:
a. Berdakwah dengan Hikmah.
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Jarir menyebutkan bahwa maksud dari kata
hikmah adalah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah berupa Al-Qur’an dan asSunnah.
Selain pengartian kata hikmah denga kedua wahyu tersebut, M. Abduh
berpendapat bahwa hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah dalam tiap – tiap
hal. Hikmah juga diartikan dengan ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi memiliki
banyak makna atau dapat diartikan meletakkan sesuatu sesuai tempat yang semestinya.
Orang yang memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang memiliki
pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Selain itu Al-Zamaksyari
5 Tafsir Ibnu Katsir

6

mengartikan kata al-hikmah dalam al-Kasyaf dengan sesuatu yang pasti benar. AlHikmah adalah dalil yang menghilangkan keraguan ataupun kesamaran. Selanjutnya
beliau menyebutkan bahwa al-hikmah juga diartikan sebagai al-Qur’an yakni ajaklah
manusia mengikuti kitab yang memuat al-hikmah.
Dari pengertian di atas dapat difahami bahwa al-hikmah adalah kemampuan
da’i dalam memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi obyektif
mad’u. selain itu al-hikmah juga merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan
doktrin- doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi yang logis dan
bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah sebuah system yang
menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.
b. Berdakwah dengan al-Mau’idzah al-hasanah ( pelajaran yang baik )

Dalam tafsir Al-Baghawi dijelaskan bahwa berdakwah dengan al-mau’idzah alhasanah adalah mengajak manusia dengan memberikan motivasi dan juga penakutan
atas perbuatan buruk yang dilakuakan. Selain itu diartikan pula bahwa maksud dari almau’idzah al-hasanah adalah ucapan yang lembut yang tidak mengandung kekerasan.
Dalam kitab zad al-Masir fi ‘ilmi al-Tafsir milik Jamal al-Din ‘Abdu al-Rahman
al-Jauzi disebutkan bahwa makna dari al-mau’idzah al-hasanah ada dua yang pertama
adalah pelajaran dari Al-Qur’an berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas dan yang kedua
adalah adab yang baik yang telah ma’ruf.
Sedangkan dalam tafsir al-Manaar diartikan bahwa al-Mau’idzah adalah bentuk
isim dari lafadz wa’adza yang artinya wasiat kepada kebenaran dan kebaikan juga
wasiat untuk menjauhkan diri dari kebatilan dan keburukan dengan jalan memberikan
motivasi dan penakut-nakutan dimana dengan hal itu akan msampai ke hati yang
diberi wasiat yang akan menjadikan orang tersebut mengerjakan kebaikan dan
meninggalkan keburukan.
Dari pengertian di atas maka al-mau’idzah al-hasanah mengandung beberapa hal
berikut :
1). Nasihat ataupun petuah
2). Bimbingan dan pengajaran
3). Kisah – kisah
4). Kabar gembira dan peringatan
7

5). Wasiat ( pesan – pesan positif )
Dari kandungan – kandungan di atas maka al-mau’idzah al-hasanah akan
mengandung arti kata – kata yang masuk ke dalam hati dengan penuh kasih saying
dank e dalam perasaan dengan penuh kelembutan di mana hal itu lebih dapat
memberikan dampak pada orang yang didakwahi.
c. Berdakwah dengan melakukan bantahan dengan cara yang baik.
Dalam pengerian bahasa kata mujadalah diambil dari kata jadala yang berarti
memintal, ataupun melilit. Kemudian kata tersebut diikutkan pasda wazan faa’ala
menjadi kata jaadala yang berarti berdebat atau berbantahan dengan.
Secara istilah kata mujaadalah memiliki beberapa pengertian, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1). Menurut Sayyid Muhammad Thanthawi mujadalah berarti upaya untuk
mengalahkan pendapat lawan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang
kuat.
2). Menurut tafsir Al-Nasafi kata tersebut berarti berbantahan dengan jalan sebaik –
baiknya antara lain denga perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan
perkataan yang kasar atau dengan mempergunakan suatu perkataan yang bisa
menyadarkan hati, membangunkan jiwa dan menerangi akal pikiran.

Begitulah tiga metode dakwah yang telah disebutkan dalam surah An-nahl ayat 125.
Setelah hal tersebut Allah menutup dengan firman-Nya :

َ
َ
َ ّ ‫ن َرب‬
ّ ُُُ‫ض‬
‫م‬
‫ه‬
‫ه‬
ُ ‫و‬
ُ ‫ك‬
َ ‫ن‬
ِ ِ ‫سُُُبِيل‬
ّ ِ‫إ‬
َ ‫َن‬
ْ ‫لع‬
ْ ‫م‬
ُ َ ‫ُُُو أعْل‬
َ ِ‫م ب‬
ُ َ ‫ُُُو أعْل‬
َ
َ ‫ه‬
َ
‫ين‬
ِ َ ‫هت‬
ْ ‫م‬
َ ‫د‬
ُ ْ ‫بِال‬
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”

Dalam potongan ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa pemberian hidayah agar
seseorang itu menerima dakwah adalah hak Allah Ta’ala, kewajiban kita adalah
berdakwa sesuai kemampuan kita. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala :
8

َ
َ ّ ‫إِن‬
َ َ‫ن ي‬
‫ُو‬
ُ ‫و‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ه‬
ْ ‫نأ‬
َ ْ ‫حبَب‬
ْ َ‫ه ي‬
ْ َ ‫ك َل ت‬
ْ ‫م‬
ّ ِ ‫ولَك‬
ْ ‫م‬
َ ‫دي‬
َ ّ ‫ن الل‬
َ ‫دي‬
َ ُ‫ه‬
َ ُ‫ش ُاء‬
َ ‫ت‬
َ
‫ين‬
ِ َ ‫هت‬
ْ ‫م‬
َ ‫د‬
ُ ْ ‫م بِال‬
ُ َ ‫أعْل‬
Artinya: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang
kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.
(QS. Al Qashash: 56)

Semoga kita dapat berdakwa sesuai apa yang telah Allah tunjukkan kepada kita.
Amin:

َ
ْ ُ ُ ‫حل‬
‫س ُانِي‬
ِ ًُ‫ل عُ ْق ُدَة‬
ْ ‫مرِي وَا‬
ْ ‫ب اشْ َر‬
ِ ‫َر‬
َ ِ‫ن ل‬
ِ َ ‫صدْرِي وَي‬
ْ ‫س ْر لِي أ‬
َ ‫ح لِي‬
ْ ‫م‬
‫ي َ ْف َقهُوا قَوْلِي‬
"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, Dan mudahkanlah untukku urusanku, Dan
lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku”

9

KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas dapatlah kita tarik beberapa kesimpulan.
1.

Dakwah secara bahasa berarti berarti memanggil, menyeru, mengajak. Sementara
menurut istilah dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran, atau panggilan dari Allah dan RosulNya untuk umat manusia agar beriman
kepada Allah serta mewujudkan ajaran yang dipercayai dalam kehidupan.

2.

Hukum al-amru bil ma’ruf wa an-nahyu ‘anil munkar menurut Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah adalah fardhu kifayah.

3.

Sementara tafsir surah Ali Imran ayat 104 dan 110 secara garis besarnya berkisar dalam
masalah perintah untuk berda’wah, yakni berda’wah kepada kebaikan; da’wah kepada
tauhidullah, dan amar ma’ruf nahi munkar.

4.

Manusia yang paling baik ialah yang paling bertaqwa, paling giat menyuruh kepada yang
ma`ruf, paling gencar melarang kemunkaran, dan paling rajin bersilaturahim.

5.

Tiga metode berdakwah yang diperintahkan dalam QS An Nahl ayat 125 yaitu; (1).
Berdakwah dengan hikmah. (2). Berdakwah dengan al-Mau’idzah al-hasanah (pelajaran
yang baik). (3). Berdakwah dengan melakukan bantahan dengan cara yang baik

10